Penerapan Model Pembelajaran Problem Bas
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui
Pendekatan Ilmiah pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Rahmi Ramadhani
NIM. 8136172068
1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam kelompok
mata pelajaran Ilmu Pengetahun Alam (IPA), sehingga banyak sekali para siswa yang merasa
kesulitan dalam memahami mata pelajaran matematika. Berbagai permasalahan muncul
dalam proses pembelajaran matematika, baik permasalahan yang berasal dari penggunaaan
model/strategi/metode pembelajaran, maupun yang berasal dari lemahnya kemampuan
matematis yang dimiliki oleh siswa. Setidaknya, para siswa harus memiliki beberapa
kemampuan matematis yang dapat membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan
matematika yang akan mereka temui. Beberapa kemampuan yang setidaknya dimiliki oleh
para siswa adalah kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berfikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan metakognitif, kemampuan spasial, maupun kemampuan
visual.
Pembelajaran matematika yang diterapkan selama ini sudah banyak menggunakan
model-model pembelajaran yang baik dan bervariasi. Namun, kenyataan yang terjadi di
lapangan, masih juga ditemukan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Permasalahan matematika yang masih ditemukan di lapangan adalah lemahnya kemampuan
berfikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, khususnya pada
kompetensi dasar yang mencakup pengembangan soal-soal yang kontekstual.
Permasalahan matematika dapat dilihat pada nilai Ujian Tengah Semester yang di
adakan di SMA Swasta YPK di Kota Medan. Pada Ujian Tengah Semester tersebut, masih
banyak sekali nilai-nilai siswa yang tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Kelemahan siswa saat menjawab soal-soal Ujian Mid Semester terletak pada soal-soal yang
bersifat kontekstual dan open ended. Soal-soal tersebut membutuhkan kemampuan berfikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah yang baik dan terstruktur. Sehingga, soal-soal
yang kontekstual dan open ended dapat diselesaikan dengan baik. Itu lah yang menjadi titik
kelemahan para siswa SMA, khususnya siswa kelas X IPA di SMA Swasta YPK Medan.
Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas X IPA adalah 50,08 (pada skala 100).
Sedangkan nilai KKM yang ditetapkan oleh pihak MGMP Matematika SMA Swasta YPK
adalah 75. Selain dari nilai-nilai yang diperoleh siswa, permasalahan juga ditemukan saat
diadakan diskusi kelompok mengenai suatu permasalahan konteksual dan open ended. Masih
banyak siswa yang bertanya, bagaimana penyelesaian soal tersebut dan bagaimana
mentransformasikan soal kontekstual tersebut ke dalam kalimat matematika sehingga mudah
untuk di selesaikan. Permasalahan kontekstual dan open ended yang menjadi titik lemah para
siswa ada pada materi ajar Program Linear (Sub Materi Sistem Pertidaksamaan Linear).
Setelah memahami permasalahan yang muncul pada pembelajaran matematika di
kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan, maka langkah selanjutnya, mengadakan observasi dan
wawancara kepada beberapa orang siswa, mengenai alasan mengapa para siswa mengalami
kendala yang berarti jika disuguhkan permasalahan yang kontekstual dan open ended. Dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada 4 orang siswa dari 2 kelas yang berbeda, mempunyai
kesamaan jawaban, yakni kendala yang para siswa alami saat disuguhkan soal-soal yang
kontekstual dan open ended adalah tidak terampil dan kreatif dalam melakukan membuat
model matematika dari soal kontekstual tersebut, sehingga para siswa kesulitan dalam
memecahkan masalah yang diberikan kepada mereka.
Dari hasil wawancara dan hasil test Ujian Mid Semester para siswa, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa kelemahan para siswa dalam menyelesaikan soal matematika
yang kontekstual dan open ended adalah lemahnya kemampuan berfikir kreatif dan
kemampuan pemecahan masalah, sehingga mereka merasa kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal kontekstual.
Bagaimanakah cara menyelesaikan permasalahan di atas, apa yang dapat dilakukan
oleh para pendidik untuk dapat mengatasi, setidaknya mengurangi tingkat kelemahan siswa
pada mata pelajaran matematika, khususnya pada materi Program Liniear yang banyak
menggunakan soal-soal yang kontekstual-open ended. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya penerapan model pembelajaran yang kurang
tepat sasaran, ataupun penggunaan pendekatan pembelajaran yang masih tidak terstruktur
dengan baik. Sehingga, para siswa kesulitan dalam memahami bagaimana cara
menyelesaikan soal-soal konteksual-open ended.
Banyak model pembelajaran yang efektif dan baik digunakan dalam proses
pembelajaran matematika. Namun, jika ingin mengembangkan pembelajaran matematika
yang bersifat kontekstual dan open ended, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat diterapkan pada pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa. Menurut Made Wena (Bumi Aksara, 2009: 91) pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
peserta didik untuk memeroses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. (Trianto, 2010:92)
Selain model pembelajaran, pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbasis masalah serta dituntut penggunaannya pada kurikulum 2013 adalah
pendekatan ilmiah (scientific). Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. (Kemendikbud,
2013).
Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berhubungan dengan kemampuan matematis para siswa serta kaitannya dengan pendekatan
pembelajaran serta model pembelajaran. Judul penelitiannya adalah Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Pendekatan Ilmiah pada Siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA).
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran serta pendekatan pembelajaran yang kurang efisien
dan kurang tepat dalam pembelajaran matematika, khususnya pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual, sehingga hasil pembelajaran yang
diinginkan tidak tercapai seperti yang diinginkan.
2. Adanya kendala yang dialami para siswa dalam menyelesaikan permasalahan
kontekstual-open ended.
3. Rendahnya hasil belajar matematika para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal kontekstual.
4. Lemahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh para siswa pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual.
5. Lemahnya kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh para siswa pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran problem based learning melalui
pendekatan ilmiah pada kompetensi dasar pengembangan soal matematika
kontekstual-open ended?
2. Bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open enden?
3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran problem based learning pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended ?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning melalui
pendekatan ilmiah (scientific) pada kompetensi dasar pengembangan soal-soal
matematika kontekstual-open ended.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah para siswa pada kompetensi
dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan.
5. Penelitian yang Relavan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
a. Effectiveness of Problem Based Learning in Mathematics oleh K. Mareesh, R.D.
Padmavathy.
Tabel berikut menunjukkan data pada pre-test dan post-test kinerja dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dan juga perbedaan yang signifikan dalam pencapaian
puluhan siswa berbagai kelompok secara rinci
Tabel 1: Skor Prestasi (Pre-Post Test) Metode Konvensional dan PBL
Tes Dadakan Tes Dadakan
Pra Tes
Tes Dadakan
(laki-laki)
(perempuan)
Kelompok N
Nilai t
Rataa
Rataa
Rataa
Rataa
SD
SD
SD
SD
n
n
n
n
1.43
Kelompok
tidak
Kontrol
signifika
(tanpa
30 14.53 2.9 15.46 2.41 15.26 2.44 15.81 2.44
n
perlakuan
Nilai t
)
0.05
Kelompok
percobaan
(dengan
metode
PBL)
Nilai t
30
14.86
2.5
0.49 tidak
signifikan
pada tingkat
0.05
17.33
2.27
17.05
2.60
17.69
1.79
5.20nilai
signifika
n pada
tingkat
0.05
3.40
signifikan
pada
tingkatan
0.05
Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa metode PBL pengajaran yang lebih
efektif untuk mengajar matematika. Dengan mengadopsi metode PBL dalam pengajaran guru
matematika dapat membuat Sejumlah pemikir kreatif, pengambil keputusan kritis, pemecah
masalah yang sangat banyak dibutuhkan untuk dunia yang kompetitif. Serta soal berbasis
masalah memiliki efek pada pengetahuan konten yang memberikan peluang lebih besar bagi
peserta didik untuk belajar konten dengan lebih banyak keterlibatan dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa, motivasi dan minat di antara peserta didik. Hal ini menyebabkan
peserta didik untuk memiliki sikap positif terhadap matematika dan membantu mereka untuk
meningkatkan prestasi mereka.
b. Effectiveness of Problem Based Learning Approach to the Student’s Problem Solving
Performance Oleh Sylvino Tupas.
Pada jurnal penelitian di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran matematika, khususnya materi aljabar
efektif meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Dengan pembelajaran
berbasis masalah, siswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah aljabar dan
menguraikannya sesuai dengan pemecahan matematikanya. Selain dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, penerapan pembelajaran berbasis masalah juga berperan
meningkatkan heuristik siswa.
6. Daftar Pustaka
K, Mareesh, R.D. Padmavathy, (2013), Effectiveness of Problem Based Learning in
Mathematics Vol. II Issue-I Januari Page 45, International Multidisciplinary e-Journal,
www.shreeprakashan.com
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013, Jakarta
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana
Tupas, Sylvino V., (2012) Effectiveness of Problem Based Learning Approach to the Student’s
Problem Solving Performance Vo. 9, Agustus, International Peer Reviewed Journal
http://ejournals.ph/index.php?journal=JPAIRMJ&page=article&op=viewArticle&path
%5B%5D=5615
Wena, Made, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, Jakarta : Bumi Aksara
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui
Pendekatan Ilmiah pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Rahmi Ramadhani
NIM. 8136172068
1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam kelompok
mata pelajaran Ilmu Pengetahun Alam (IPA), sehingga banyak sekali para siswa yang merasa
kesulitan dalam memahami mata pelajaran matematika. Berbagai permasalahan muncul
dalam proses pembelajaran matematika, baik permasalahan yang berasal dari penggunaaan
model/strategi/metode pembelajaran, maupun yang berasal dari lemahnya kemampuan
matematis yang dimiliki oleh siswa. Setidaknya, para siswa harus memiliki beberapa
kemampuan matematis yang dapat membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan
matematika yang akan mereka temui. Beberapa kemampuan yang setidaknya dimiliki oleh
para siswa adalah kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berfikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan metakognitif, kemampuan spasial, maupun kemampuan
visual.
Pembelajaran matematika yang diterapkan selama ini sudah banyak menggunakan
model-model pembelajaran yang baik dan bervariasi. Namun, kenyataan yang terjadi di
lapangan, masih juga ditemukan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
pembelajaran matematika, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Permasalahan matematika yang masih ditemukan di lapangan adalah lemahnya kemampuan
berfikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, khususnya pada
kompetensi dasar yang mencakup pengembangan soal-soal yang kontekstual.
Permasalahan matematika dapat dilihat pada nilai Ujian Tengah Semester yang di
adakan di SMA Swasta YPK di Kota Medan. Pada Ujian Tengah Semester tersebut, masih
banyak sekali nilai-nilai siswa yang tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Kelemahan siswa saat menjawab soal-soal Ujian Mid Semester terletak pada soal-soal yang
bersifat kontekstual dan open ended. Soal-soal tersebut membutuhkan kemampuan berfikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah yang baik dan terstruktur. Sehingga, soal-soal
yang kontekstual dan open ended dapat diselesaikan dengan baik. Itu lah yang menjadi titik
kelemahan para siswa SMA, khususnya siswa kelas X IPA di SMA Swasta YPK Medan.
Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas X IPA adalah 50,08 (pada skala 100).
Sedangkan nilai KKM yang ditetapkan oleh pihak MGMP Matematika SMA Swasta YPK
adalah 75. Selain dari nilai-nilai yang diperoleh siswa, permasalahan juga ditemukan saat
diadakan diskusi kelompok mengenai suatu permasalahan konteksual dan open ended. Masih
banyak siswa yang bertanya, bagaimana penyelesaian soal tersebut dan bagaimana
mentransformasikan soal kontekstual tersebut ke dalam kalimat matematika sehingga mudah
untuk di selesaikan. Permasalahan kontekstual dan open ended yang menjadi titik lemah para
siswa ada pada materi ajar Program Linear (Sub Materi Sistem Pertidaksamaan Linear).
Setelah memahami permasalahan yang muncul pada pembelajaran matematika di
kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan, maka langkah selanjutnya, mengadakan observasi dan
wawancara kepada beberapa orang siswa, mengenai alasan mengapa para siswa mengalami
kendala yang berarti jika disuguhkan permasalahan yang kontekstual dan open ended. Dari
hasil wawancara yang dilakukan kepada 4 orang siswa dari 2 kelas yang berbeda, mempunyai
kesamaan jawaban, yakni kendala yang para siswa alami saat disuguhkan soal-soal yang
kontekstual dan open ended adalah tidak terampil dan kreatif dalam melakukan membuat
model matematika dari soal kontekstual tersebut, sehingga para siswa kesulitan dalam
memecahkan masalah yang diberikan kepada mereka.
Dari hasil wawancara dan hasil test Ujian Mid Semester para siswa, maka dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa kelemahan para siswa dalam menyelesaikan soal matematika
yang kontekstual dan open ended adalah lemahnya kemampuan berfikir kreatif dan
kemampuan pemecahan masalah, sehingga mereka merasa kesulitan dalam menyelesaikan
soal-soal kontekstual.
Bagaimanakah cara menyelesaikan permasalahan di atas, apa yang dapat dilakukan
oleh para pendidik untuk dapat mengatasi, setidaknya mengurangi tingkat kelemahan siswa
pada mata pelajaran matematika, khususnya pada materi Program Liniear yang banyak
menggunakan soal-soal yang kontekstual-open ended. Banyak hal yang dapat mempengaruhi
proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya penerapan model pembelajaran yang kurang
tepat sasaran, ataupun penggunaan pendekatan pembelajaran yang masih tidak terstruktur
dengan baik. Sehingga, para siswa kesulitan dalam memahami bagaimana cara
menyelesaikan soal-soal konteksual-open ended.
Banyak model pembelajaran yang efektif dan baik digunakan dalam proses
pembelajaran matematika. Namun, jika ingin mengembangkan pembelajaran matematika
yang bersifat kontekstual dan open ended, salah satu model pembelajaran yang dapat
digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat diterapkan pada pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa. Menurut Made Wena (Bumi Aksara, 2009: 91) pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa
belajar melalui permasalahan-permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu
peserta didik untuk memeroses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. (Trianto, 2010:92)
Selain model pembelajaran, pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbasis masalah serta dituntut penggunaannya pada kurikulum 2013 adalah
pendekatan ilmiah (scientific). Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. (Kemendikbud,
2013).
Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berhubungan dengan kemampuan matematis para siswa serta kaitannya dengan pendekatan
pembelajaran serta model pembelajaran. Judul penelitiannya adalah Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Pendekatan Ilmiah pada Siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA).
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran serta pendekatan pembelajaran yang kurang efisien
dan kurang tepat dalam pembelajaran matematika, khususnya pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual, sehingga hasil pembelajaran yang
diinginkan tidak tercapai seperti yang diinginkan.
2. Adanya kendala yang dialami para siswa dalam menyelesaikan permasalahan
kontekstual-open ended.
3. Rendahnya hasil belajar matematika para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal kontekstual.
4. Lemahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh para siswa pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual.
5. Lemahnya kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh para siswa pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran problem based learning melalui
pendekatan ilmiah pada kompetensi dasar pengembangan soal matematika
kontekstual-open ended?
2. Bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open enden?
3. Bagaimanakah kemampuan berpikir kreatif para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
4. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan dengan
menggunakan penerapan model pembelajaran problem based learning pada
kompetensi dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended ?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning melalui
pendekatan ilmiah (scientific) pada kompetensi dasar pengembangan soal-soal
matematika kontekstual-open ended.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah para siswa pada kompetensi
dasar pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif para siswa pada kompetensi dasar
pengembangan soal-soal matematika kontekstual-open ended?
4. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Swasta YPK Medan.
5. Penelitian yang Relavan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
a. Effectiveness of Problem Based Learning in Mathematics oleh K. Mareesh, R.D.
Padmavathy.
Tabel berikut menunjukkan data pada pre-test dan post-test kinerja dari kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dan juga perbedaan yang signifikan dalam pencapaian
puluhan siswa berbagai kelompok secara rinci
Tabel 1: Skor Prestasi (Pre-Post Test) Metode Konvensional dan PBL
Tes Dadakan Tes Dadakan
Pra Tes
Tes Dadakan
(laki-laki)
(perempuan)
Kelompok N
Nilai t
Rataa
Rataa
Rataa
Rataa
SD
SD
SD
SD
n
n
n
n
1.43
Kelompok
tidak
Kontrol
signifika
(tanpa
30 14.53 2.9 15.46 2.41 15.26 2.44 15.81 2.44
n
perlakuan
Nilai t
)
0.05
Kelompok
percobaan
(dengan
metode
PBL)
Nilai t
30
14.86
2.5
0.49 tidak
signifikan
pada tingkat
0.05
17.33
2.27
17.05
2.60
17.69
1.79
5.20nilai
signifika
n pada
tingkat
0.05
3.40
signifikan
pada
tingkatan
0.05
Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa metode PBL pengajaran yang lebih
efektif untuk mengajar matematika. Dengan mengadopsi metode PBL dalam pengajaran guru
matematika dapat membuat Sejumlah pemikir kreatif, pengambil keputusan kritis, pemecah
masalah yang sangat banyak dibutuhkan untuk dunia yang kompetitif. Serta soal berbasis
masalah memiliki efek pada pengetahuan konten yang memberikan peluang lebih besar bagi
peserta didik untuk belajar konten dengan lebih banyak keterlibatan dan meningkatkan
partisipasi aktif siswa, motivasi dan minat di antara peserta didik. Hal ini menyebabkan
peserta didik untuk memiliki sikap positif terhadap matematika dan membantu mereka untuk
meningkatkan prestasi mereka.
b. Effectiveness of Problem Based Learning Approach to the Student’s Problem Solving
Performance Oleh Sylvino Tupas.
Pada jurnal penelitian di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran matematika, khususnya materi aljabar
efektif meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Dengan pembelajaran
berbasis masalah, siswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah aljabar dan
menguraikannya sesuai dengan pemecahan matematikanya. Selain dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, penerapan pembelajaran berbasis masalah juga berperan
meningkatkan heuristik siswa.
6. Daftar Pustaka
K, Mareesh, R.D. Padmavathy, (2013), Effectiveness of Problem Based Learning in
Mathematics Vol. II Issue-I Januari Page 45, International Multidisciplinary e-Journal,
www.shreeprakashan.com
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2013), Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum
2013, Jakarta
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta : Kencana
Tupas, Sylvino V., (2012) Effectiveness of Problem Based Learning Approach to the Student’s
Problem Solving Performance Vo. 9, Agustus, International Peer Reviewed Journal
http://ejournals.ph/index.php?journal=JPAIRMJ&page=article&op=viewArticle&path
%5B%5D=5615
Wena, Made, (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional, Jakarta : Bumi Aksara