Tugas Kimia ANORGANIK id. docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sitem periodic unsur Mendeleyev, Tc, Ru-Rh terletak pada golongan VII dan VII B. unsur
yang pertama, dan kelompok kedua terletak pada golongan 7 dan 8 menurut system penomoran IUPAC.
Ketiga unsur ini sering dibicarakan menurut lajur horizontal oleh karena kemiripan sifatnya. Pembahasan
berdasarkan lajur golongan lebih tepat di bandingkan dengan pembahasan berdasarkan lajur
horizontal(Sugiyarto dan Suyanti,2010).
Sampai dengan tahun 1936, kotak nomor atom 43 di dalam tabel periodik unsur masih kosong.
Ditengah gencarnya upaya penemuan unsur-unsur yang ada di alam, masih ada satu tempat yang kosong
di antara molybdenum (nomor atom 42) dan rutenium (nomor atom 44). Para peneliti ketika itu terus
bertanya-tanya, unsur seperti apa gerangan yang akan menempati tempat tersebut.
Pertanyaan tersebut terjawab setelah pada tahun 1936 di University of Palermo (Italia) berhasil dibuat
isotop buatan dengan nomor atom 37 oleh Carlo Perrier and Emilio Segre. Ketika itu mereka tanpa
sengaja menghasilkan isotope dengan nomor massa 97 dari foil molybdenum dalam deflektor siklotron.
Radioisotop tersebut selanjutnya diberi nama teknesium yang berasal dari bahasa yunani yang berarti
buatan. Setelah itu isotop isotop lain dari teknesium mulai berhasil dibuat. Akhirnya diketahui bahwa
unsur dengan nomor atom 37 tidak ada di alam, namun merupakan unsur buatan. Sebuah fakta yang tidak
terbayangkan sebelumnya bahwa ada unsur dengan nomor atom relatif rendah namun tidak ada di alam.
Para peneliti pun mencurahkan banyak perhatiannya pada unsur yang unik ini(Awaludin,2011).
Rhodium terjadi di alam dengan logam grup platina lainnya dari pasir di sungai Ural dan Amerika

Utara dan Selatan. Juga ditemukan bersama logam grup platina lainnya dari area penambangan tembaganikel sulfide di Sudbury, kawasan Ontario. Meskipun kuantitas yang didapatkan sangat kecil, maka
produksi dalam jumlah komersial dimungkinkan dari proses nikel dalam jumlah berton-ton. Produksi
rodium tahunan hanya sebanyak 7-8 ton.
Rutenium unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berada dalam bentuk empat
kristal, baru bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam maupun aqua regia (tetapi bila
ditambahkan kalium klorat, logam ini teroksidasi dengan disertai letupan), tidak tahan terhadap halogen
dan basa kuat. Dialam ditemukan bersama unsur transisi terutama bersama platina, unsur ruthenium
diperoleh melalui proses kimia yang cukup rumit; pada tahap akhir melibatkan reduksi terhadap
ammonium ruthenium klorida oleh H2 yang menghasilkan serbuk logam Rutenium (Mulyono, 2005).
Unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berda dalm bentuk empat kristal, baru
bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam maupun aqua regia (tetapi bila ditambahkan
1

kalium klorat, logam ini teroksidasi dengan disertai letupan), tidak tahan terhadap halogen dan basa kuat.
Dialam ditemukan bersama unsur transisi terutama bersama platina, unsur ruthenium diperoleh melalui
proses kimia yang cukup rumit; pada tahap akhir melibatkan reduksi terhadap ammonium ruthenium
klorida oleh H2 yang menghasilkan serbuk logam Rutenium (Mulyono, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah di temukanya Teknesium, Rodium dan Rutenium?
2. Bagaimana kegunaan Teknesium, Rodium, dan Rutenium?

3. Bagaimana karakteristik Teknesium, Rodium, dan Rutenium?
4. Bagaimana reaksi-reaksi dari unsur tersebut
1.3 Tujuan
1.
2
3
4

Mengetahui sejarah di temukannya Teknesium, Rodium dan Rutenium?
Mengetahui kegunaan Teknesium, Rodium dan Rutenium?
Mengetahui karaktristik Teknesium, Rodium dan Rutenium?
Mengetahui reaksi-reaksi dari unsur-unsur tersebut?

BAB II
PEMBAHASAN

2

1. TEKNESIUM


1.1 Sejarah
Sampai dengan tahun 1936, kotak nomor atom 43 di dalam tabel periodik unsur masih kosong. Di
tengah gencarnya upaya penemuan unsur-unsur yang ada di alam, masih ada satu tempat yang kosong di
antara molybdenum (nomor atom 42) dan rutenium (nomor atom 44). Para peneliti ketika itu terus
bertanya-tanya, unsur seperti apa gerangan yang akan menempati tempat tersebut.
Pertanyaan tersebut terjawab setelah pada tahun 1936 di University of Palermo (Italia) berhasil
dibuat isotop buatan dengan nomor atom 37 oleh Carlo Perrier and Emilio Segre. Ketika itu mereka tanpa
sengaja menghasilkan isotope dengan nomor massa 97 dari foil molybdenum dalam deflektor siklotron.
Radioisotop tersebut selanjutnya diberi nama teknesium yang berasal dari bahasa yunani yang berarti
buatan. Setelah itu isotop isotop lain dari teknesium mulai berhasil dibuat. Akhirnya diketahui bahwa
unsur dengan nomor atom 37 tidak ada di alam, namun merupakan unsur buatan. Sebuah fakta yang tidak
terbayangkan sebelumnya bahwa ada unsur dengan nomor atom relatif rendah namun tidak ada di alamo
Para peneliti pun mencurahkan banyak perhatiannya pada unsur yang unik ini.
Pada tahun 1947 berhasil diperoleh teknesium-99m (Tc-99m) yang merupakan radioisotop metastabil dari
teknesium. Radioisotop ini saat ini merupakan ujung tombak diagnosis menggunakan radioisotop. Sekitar
80% diagnosis di kedokteran nuklir menggunakan radioisotop ini. Puluhan juta pasien didiagnosis
menggunakan radioisotop ini setiap tahunnya di seluruh dunia. Pilihan ini didasarkan pada sifat inti
teknesium-99m, sifat kimia teknesium serta kemudahan produksi untuk mendapatkannya dalam bentuk
bebas pengemban(Awaludin,2011)
1.2 Kegunaan

Saat ini, radioisotop Tc-99m telah digunakan secara luas dan terus dikembangkan dalam berbagai
bentuk baru dalam diagnosis. Berbagai prosedur penggunaan radiofarmaka bertanda Tc-99m telah

3

digunakan secara rutin di berbagai negara. Diantaranya, saat ini, radioisotop Tc-99m telah digunakan
secara rutin dalam bone scan, myocardial perfusion imaging sertafunctional brain imaging.
Bone scan menggunakan Tc-99m berbeda dengan bone density scan yang digunakan untuk melakukan
diagnosis terjadinya osteoporosis. Bone scan menggunakan Tc-99m dimaksudkan untuk mengetahui
adanya re-building activity secara tidak normal di dalam tulang. Untuk bone scan ini digunakan senyawa
99mTc_MDP (methylene dipho5phonate). Radiofarmaka ini akan terakumulasi didalam osteoblast
cells,yaitu sel sel pembentuk tulang. Terjadinya pertumbuhan secara tidak normal pada tulang dapat
terjadi karena adanya jaringan kanker atau adanya retakan. Radiofarmaka 99m Tc MOP sebanyak 20-30
mCi diinjeksikan dan selanjutnya diperiksa menggunakan kamera gamma.
Myocardial perfusion imaging adalah salah satu bentuk cardiac imaging untuk diagnosis adanya
penyakit jantung. Untuk kebutuhan ini telah dikembangkan beberapa radiofarmaka diantaranya adalah
99mTc-tetrofosmin yang dikenal dengan nama Myoview dan 99mTc_ sestamibi yang dikenal dengan
nama Cardiolite. Dalam kondisi terpacu, myocardium yang sedang sakit dapat dibedakan dengan
myocardium normal dari hasil pencitraan menggunakan kamera gamma menggunakan radiofarmaka
tersebut Functional brain imaging dapat dilakukan pula menggunakan Tc-99m. Radiofarmaka yang telah

dikembangkan untuk tujuan ini adalah 99mTc_HMPAO (hexamethylpropylene amine oxime). Selain
HMPAO, perunut 99mTc_ECD (ethylcysteinate dimer) dapat pula digunakan pula untuk tujuan ini.
Molekul-molekul ini akan terdistribusi kepada wilayah wilayah otak dengan aliran darah yang tinggi dan
dapat digunakan untuk mengkaji kondisi metabolism bagian bagian otak. Teknesium dapat mencegah
korosi dan stabil dalam melawan aktivitas neutron, sehingga dapat digunakan untuk membangun reactor
nuklir. Telah dilaporkan bahwa baja karbon yang lunak dapat dilindungi dari korosi secara efektif dengan
konsentrasi KTcO4 sekecil 55 ppm dalam air suling yang diaerasi pada suhu 250 oC. Perlindungan
terhadap korosi semacam ini terbatas untuk sistem tertutup, karena technetium bersifat radioaktif dan
penggunaannya harus dibatasi.
98Tc memiliki aktivitas jenis sebesar 6.2 x 108 Bq/g. Aktivitas pada tingkat ini tidak boleh
menyebar (harus terisolasi).Tc-99m digunakan untuk memberikan sumber radiasi/terapi dengan
memancarkan sinar gamma murni dalam pengobatan karena dapat mendeteksi tumor di organ hati, otak,
tiroid dan limpa. Campuran antara Tc-99m dan senyawa timah dapat menjepit sel darah merah yang
selanjutnya dapat digunakan untuk memetakkan gangguan sirkulatori. Isotop teknesium-99m digunakan
untuk kalibrasi peralatan(Awaludin,2011).
1.3 Karakteristik Teknesium

4

Sifat fisika

Fase : Padat
Massa jenis(suhu kamar) : 11 g/c m3
Titik lebur : 2430 K
Titik didih : 4538 K
Kalor peleburan : 33.29 kJ/mol
Kalor penguapan : 585.2 kJ/mol
Kapasitas kalor : 24.27 J/mol K
Elektronegativitas : 1.9
Energi ionisasi : 703 kJ/mol
Jari-jari atom : 135 pm
Avinitas elektron : -53 kJ/mol
Sifat kimia :
1. Reaksi dengan air
Teknesium tidak beraksi dengan air
2. Reaksi dengan udara
Teknesium dalam bentuk bubuk dan sponge lebih reaktif. Ketika dibakar dengan oksigen menghasilkan
teknesium (VII) oksida sesuai reaksi :
4Tc(s) + 7O2(g) → 2Tc2O7(s)
3. Reaksi dengan halogen
Teknesium direaksikan dengan fluorin menghasilkan campuran teknesium (VI) fluoride, sesuai reaksi:

Tc(s) + F2(g) → TcF6(s)
2Tc(s) + 7F2(g) → 2TcF7(s)
4. Reaksi dengan asam
Teknesium tidak larut dalam asam hidroklorik (HCl) dan asam hidroflourik (HF). Teknesium dapat larut
dalam asam nitrit (HNO3) atau H2SO4, dimana dalam keduanya akan teroksidasi untuk membentuk
larutan asam perteknetik (HTcO4), yang memiliki bilangan oksidasi stabil +7.
Di dalam tabel periodik unsur, teknesium berada di nomor atom 43, termasuk di dalam kelompok
logam transisi. Unsur ini memiliki konfigurasi elektron [Kr]4d5Ss2. Di dalam konfigurasi electron
tersebut, [Kr] menunjukkan konfigurasi elektron dari gas mulia kripton. Teknesium memiliki beberapa
oxidation state dari +1 sampai dengan +7. Oxidation state ini merupakan parameter penting dalam
menentukan senyawa-senyawa kompleks yang dapat dibentuk. Senyawa-senyawa komplek teknesium
memiliki bilangan koordinasi (N) yang beragam dari 4 sampai dengan 7. Struktur senyawa kompleksnya
5

pun sangat beragam, dapat berupa tetrahedral (N=4), tetragonal pyramidal (N=S), octahedral (N=6),
capped octahedral (N=7) atau pentagonal bipyramidal (N=7). Teknesium sangat kaya dengan berbagai
variasi dan kemungkinan dalam membentuk senyawa kompleks. Oleh sebab itu, berbagai jenis ligan
dengan bioakti[ tertentu telah berhasil diikatkan dengan teknesium. Senyawa kompleks teknesium juga
memiliki muatan yangbervariasi yaitu bermuatan + 1, netral dan bermuatan -1. Dua diantaranya adalah
teknesiumHMPAO dan teknesium-MIBI.

1.4

Pembuatan

Teknesium dibuat pertama kali dengan menembakkan molybdenum dengan deuteron (hydrogen berat) di
siklotron dan merupakan elemen buatan pertama. Di bumi teknesium diproduksi melalui peluruhan
uranium 235 di reactor nuklir. Teknesium juga dideteksi pada spektra bintang dan matahari
Teknesium dapat mencegah korosi dan stabil dalam melawan aktivitas neutron, sehingga dapat digunakan
untuk membangun reactor nuklir. Telah dilaporkan bahwa baja karbon yang lunak dapat dilindungi dari
korosi secara efektif dengan konsentrasi KTcO4 sekecil 55 ppm dalam air suling yang diaerasi pada suhu
250oC. Perlindungan terhadap korosi semacam ini terbatas untuk sistem tertutup, karena technetium
bersifat radioaktif dan penggunaannya harus dibatasi.
98Tc memiliki aktivitas jenis sebesar 6.2 x 108 Bq/g. Aktivitas pada tingkat ini tidak boleh menyebar
(harus terisolasi).Tc-99m digunakan untuk memberikan sumber radiasi/terapi dengan memancarkan sinar
gamma murni dalam pengobatan karena dapat mendeteksi tumor di organ hati, otak, tiroid dan limpa.
Campuran antara Tc-99m dan senyawa timah dapat menjepit sel darah merah yang selanjutnya dapat
digunakan untuk memetakkan gangguan sirkulatori. Isotop teknesium-99m digunakan untuk kalibrasi
peralatan(Awaludin,2011).
1.5


Bahaya Teknesium

99Tc membahayakan lingkungan hidup dan harus ditangani dengan kemasan boks bersarung tangan.

2. RODIUM

2.1 Sejarah Rodium

6

Rodium ditemukan oleh William Hyde Wollaston, seorang ahli kimia Inggris, pada 1803 tak lama
setelah penemuan unsur paladium. Ia memperoleh Rodium dari sampel bijih platinum yang diperoleh dari
Amerika Selatan. Setelah mengeluarkan platinum dan paladium dari sampel, dia ditinggalkan dengan
bubuk merah gelap. Serbuk ternyata natrium klorida Rodium (Na 3RhCl6 · 12H2O). Wollaston memperoleh
Rodium dari bubuk dengan memperlakukan dengan gas hidrogen (H 2). Rodium cenderung terjadi
bersama dengan deposito platinum dan terutama diperoleh sebagai produk sampingan dari pertambangan
dan pemurnian platinum. Rodium juga diperoleh sebagai produk sampingan dari operasi penambangan
nikel di wilayah Sudbury Ontario, Kanada. Wollaston menemukan rhodium di antara tahun 1803 dan
1804 pada bijih mentah platina,yang kemungkinan didapat dari Amerika Selatan. W.H.Wollaston
menemukan rodium dan memberi nama dari turunan kata yunani podov (rodan) yang artinya mawar

(rose) karena garamnya berwarna merah mawar /pink, yang umumnya dihasilkan dalam larutan air.
2.1 Kegunaan
Kegunaan yang utama dari unsur rhodium ini adalah sebagai suatu pencampur logam untuk
mengeraskan platina dan palladium. yang digunakan sebagai suatu mantel untuk mencegah pakaian pada
peralatan ilmu pengetahuan mutu tinggi dan dengan platina untuk membuat thermocouples. Juga yang
digunakan reflektor lampu besar, penyiaran ulang telepon, poin-poin bolpoint dan busi pesawat udara.
Kadang-Kadang digunakan untuk memberi emas putih kilauan yang ekstra.

Kegunaan rhodium lainnya adalah bagian dari alloy untuk mengeraskan platina dan paladium.
Alloy semacam ini digunakan untuk rakitan gulungan kawat koil dalam tungku pemanas,
pembuatan termokopel, bushing (proses pembentukan garis silindris untuk menahan gerakan
mekanis) pada produksi serat kaca, elektroda pada kabel kontak pemercik api pada pesawat
terbang, dan pembuatan cawan porselen. Rhodium sangat berguna sebagai bahan kontak listrik
karena rhodium memiliki hambatan listrik yang rendah, hambatan kontak yang rendah dan stabil,
dan sangat tahan terhadap korosi. Lapisan rodium, dihasilkan dengan me tode electroplating atau
dengan evaporasi (penguapan), bersifat keras dan digunakan untuk instrument optis. Rhodium
juga digunakan untuk perhiasan wanita, dekorasi, dan sebagai katalis.

2.2 Karakteristik
Sifat fisika


7

Fase
solid
Massa jenis (mendekati suhu kamar) 12.41 g·cm−3
Massa jenis cairan pada t.l.
10.7 g·cm−3
2237 K, 1964 °C, 
Titik lebur
3567 °F
3968 K, 3695 °C, 
Titik didih
6683 °F
Kalor peleburan
26.59 kJ·mol−1
Kalor penguapan
494 kJ·mol−1
Kapasitas kalor
24.98 J·mol−1·K−1

Rhodium, bersama-sama dengan ruthenium, paladium, osmium, iridium, dan platinum
membentuk kelompok elemen disebut sebagai kelompok logam platinum (PGM).
Logam rodium adalah berkilau dan berwarna putih perak. Rhodium memiliki titik lebur yang lebih tinggi
dan kepadatan rendah dari platinum. Memiliki reflektansi yang tinggi dan keras dan tahan lama. Setelah
pemanasan berubah menjadi oksida ketika merah dan pada suhu yang lebih tinggi ternyata kembali ke
elemen. Rhodium itu tidak terpengaruh oleh udara dan air hingga 600 C. Hal ini tidak larut dalam
kebanyakan asam, termasuk aqua regia, tetapi dilarutkan dalam asam sulfat pekat panas dan diserang oleh
alkali cair.
2.3 Reaksi-reaksi Kimia
Rhodium tidak begitu bereaksi sempura dengan air pada kondisi standart, rhodium biasanya lambat dalam
air, ketika dipanaskan dengan oksigen pada suhu 6000C rhodium (III) oksida. Adapun reaksinya:

4Rh(s) + 3O2(g) →2Rh2O3(s)
Reaksi dengan halogen pada keadaan kering dapat didapat dari florin, clorin dan bromin.
2Rh(s) + 3F 2(g)2RhF3(s)2Rh(s) + 3Cl2(g) →2RhCl3(s)2Rh(s) + 3Br2(l)2RhBr3(s)

3. RUTENIUM

8

3.1 Sejarah
Rutenium ditemukan oleh Karl Karlovich Klaus, seorang ahli kimia Rusia, pada tahun 1844 ketika
menganalisis residu dari sampel bijih platinum diperoleh dari pegunungan Ural. Rupanya, Jedrzej
Sniadecki, seorang ahli kimia Polandia, telah menghasilkan Rutenium pada tahun 1807 namun ia
mengundurkan diri penemuan klaimnya setelah ilmuwan lain gagal untuk meniru hasilnya. Rutenium
cenderung terjadi bersama dengan deposito platinum dan terutama diperoleh sebagai produk sampingan
dari pertambangan dan pemurnian platinum. Rutenium juga diperoleh sebagai produk sampingan dari
operasi penambangan nikel di wilayah Sudbury Ontario, Kanada.
Pada tahun 1827, Berzelius dan Osann menguji residu yang tersisa setelah melarutkan platina kasar
dari pegunungan Ural dalam aqua regia. Bila Berzelius tidak menemukan logam-logam yang tidak lazim,
sementara Osann menduga bahwa ia telah menemukan tiga logam baru, yang salah-satunya ia namakan
rutenium. Pada tahun 1844, Klaus dikenal oleh khalayak sebagai penemu rutenium dan menunjukkan
bahwa rutenium oksida yang didapat Osann sangat tidak murni dan mengandung logam baru. Klaus
mendapatkan 6 gram rutenium dari residu pelarutan platina kasar yang tidak larut dalam auqa regia.
3.2 Kegunaan
Rutenium terutama digunakan sebagai agen paduan. Menambahkan 0,1% Rutenium untuk titanium
membuat titanium 100 kali lebih tahan terhadap korosi. Sejumlah kecil Rutenium ditambahkan ke
platinum dan paladium untuk memperkuat mereka. Logam ini merupakan pengeras platina dan paladium
yang paling efektif, dan membentuk alloy dengan platina atau paladium untuk menghasilkan sifat
hambatan listrik yang luar biasa. Alloy rutenium-molibdenum dilaporkan bersifat superkonduktif pada

9

suhu 10.6K. Ketahanan korosi pada titanium dapat diperbaiki seratus kali lipat dengan penambahan 0.1%
rutenium. Rutenium juga merupakan katalis yang serba guna.

3.3 Karakteristik
Sifat fisika
Massa jenis (mendekati suhu kamar)
Massa jenis cairan pada t.l.
Titik lebur
Titik didih
Kalor peleburan
Kalor penguapan
Kapasitas kalor

12.45 g·cm−3
10.65 g·cm−3
2607 K, 2334 °C, 4233 °F
4423 K, 4150 °C, 7502 °F
38.59 kJ·mol−1
591.6 kJ·mol−1
24.06 J·mol−1·K−

Unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berada dalm bentuk empat
kristal, baru bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam maupun aqua regia
(tetapi bila ditambahkan kalium klorat, logam ini teroksidasi dengan disertai letupan), tidak tahan
terhadap halogen dan basa kuat. Dialam ditemukan bersama unsur transisi terutama bersama
platina, unsur ruthenium diperoleh melalui proses kimia yang cukup rumit; pada tahap akhir
melibatkan reduksi terhadap ammonium ruthenium klorida oleh H 2 yang menghasilkan serbuk
logam Rutenium (Mulyono, 2005).
3.4 Reaksi-reaksi Kimia
1. Reaksi dengan udara
Ru(s) + O2(g) →RuO2(s)
2. Reaksi dengan halogen

Rutenium bereaksi dengan fluorin berlebih untuk membentuk ruthenium(IV) fluorida:
Ru(s) + 3F2(g) →RuF6(s)

BAB III
PENUTUP
10

3.1 Kesimpulan
Rhodium, bersama-sama dengan ruthenium, paladium, osmium, iridium, dan platinum membentuk
kelompok elemen disebut sebagai kelompok logam platinum (PGM).
Logam rodium adalah berkilau dan berwarna putih perak. Rhodium memiliki titik lebur yang lebih tinggi
dan kepadatan rendah dari platinum. Memiliki reflektansi yang tinggi dan keras dan tahan lama.
Rutenium terutama digunakan sebagai agen paduan. Logam ini merupakan pengeras platina atau
paladium untuk menghasilkan sifat hambatan listrik yang luar biasa

Di dalam tabel periodik unsur, teknesium berada di nomor atom 43, termasuk di dalam kelompok
logam transisi. Unsur ini memiliki konfigurasi elektron [Kr]4d5Ss2. Di dalam konfigurasi electron
tersebut, [Kr] menunjukkan konfigurasi elektron dari gas mulia kripton. Teknesium memiliki
beberapa oxidation state dari +1 sampai dengan +7. Oxidation state ini merupakan parameter
penting dalam menentukan senyawa-senyawa kompleks yang dapat dibentuk.
Teknesium adalah unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berada dalm
bentuk empat kristal, baru bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam maupun
aqua regia (tetapi bila ditambahkan kalium klorat, logam ini teroksidasi dengan disertai letupan),
tidak tahan terhadap halogen dan basa kuat.
3.2 DAFTAR PUSTAKA
Awaludin Rohaldi.2011.Jurnal “Radioisotop Teknesium-99m dan Kegunaannya”.Vol.12.Hal.3. Pusat
Radioisotop dan Radiofarmaka;BATAN

Mulyono.2005.Kamus Kimia.Jakarta:Bumi Aksara
Sugiarto dan Suyanti.2010.Kimia Anorganikn Logam.Yogyakarta:Graha Ilmu

11