Iqtishadiyah konsep harta zakat ekonomi
IQTISHADIYAH: KONSEP HARTA, ZAKAT,
EKONOMI, DAN PERBANKAN SYARIAH
KELOMPOK 7:
M FACHREZ SARTONO IMAN
12015026
M TSANI JAMIL
10715063
NAURA TSABITA FADJAR
12215051
RIFATA HIDAYAT AGNA
12015074
SAFFANA HANIYYA
10715099
Konsep Harta : Mencari Dan Membelanjakannya
• Ujrah atau gaji : imbalan atas pekerjaan atau jasa
• Mal / harta : apa-apa yang kita miliki dan bisa dijual atau
diwariskan,seperti uang, rumah, tanah, dan kendaraan.
• Milik : apapun yang kita punyai
• Ar rizqu / rezeki : apa-apa yang bisa dimanfaatkan
Akidah Atau Tata Keyakinan Tentang Harta
1. Meyakini
bahwa pemilik mutlak harta adalah Allah, sedangkan manusia
hanya pemilik sementara (Qs. Al-Hadid : 7)
2. Meyakini
bahwa harta adalah titipan atau amanah dari Allah (Qs. AlHadid : 7)
3. Meyakini
bahwa Allah meluaskan rezeki sebagian manusia yang
dikehendaki-Nya dan membatasi rezeki sebagian manusia lainnya (Qs.
An-Nahl: 71)
4. Meyakini
bahwa manusia kaya hanyalah kaya relative bukan kaya
absolut
5. Meyakini
6. Meyakini
bahwa harta itu harus dicari bukan ditunggu
bahwa harta adalah ujian dari Allah (Qs.Al-Anfal: 28)
Perbedaan Infak, Sedekah, dan Zakat
Infak (dari kata
nafaqa) adalah
istilah induk
yang artinya
membelanjakan
harta atau setiap
pengeluaran harta
Sedekah adalah membelanjakan harta
Zakat adalah rukun
dijalan yang benar dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah. Bisa
dilaksanakan oleh semua orang
islam keempat.
Dikenakan kepada orang
kaya. Harus ditangani
oleh negara. Orang
yang menolak membayar
zakat bisa dipenjara
bahkan diperangi
Sedekah terbagi dua :
1. Sedekah yang
• Wajib muqaddar
wajib
(pasti ukurannya)
Seperti: zakat
•
Wajib ghair muqaddar (tidak pasti
ukurannya)
Seperti: sedekah jariyah
2.
Sedekah yang Sunnah
Seperti: hibah, hadiah, wakaf
Manfaat Sedekah
• Memudahkan urusan (Qs. Al-lail:7)
• Memperbanyak rezeki
• Menolak bala dan malapetaka
• Mendorong doa
• Mengurangi dosa dan membersihkan harta
• Menghindarkan adzab Allah
• Mendapatkan pahala sangat besar
• Menuai pahala tiada putus
Sistem Ekonomi Islam
v
v
v
ADA 3 BESAR SISTEM EKONOMI YANG ADA DIDUNIA, YAITU :
SISTEM EKONOMI ISLAM
SISTEM EKONOMI KAPITALIS
SISTEM EKONOMI SOSIALIS
Sistem Kepemilikan dalam Sistem Ekonomi Islam
Dalam hadist Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas.
Rasulullah SAW bersabda “ Seluruh kaum muslimin berserikat dalam kepemilikan
tiga sumber daya, yaitu air, hutan dan api (energi). Menjualnya haram”.
Ketiga sumber daya tersebut merupakan hak milik kolektif rakyat bukan hak milik
negara, swasta, maupun individu.
Di dalam Al-Quran, secara fundamental semua yang ada adalah mutlak milik Allah
SWT...”Kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu
yang ada di bumi.”(QS Al-Baqarah [2]: 284). Manusia hanya penguasa sementara
(mustakhlafin).
Karakteristik Sistem Ekonomi Islam
• ‘Adalah
(berkeadilan)
Yakni ada pembagian keuntungan dan risiko. Misalnya, dalam mudharabah,
dimana bank
sebagai shahib ak-maal (pemilik modal) dengan pengelola atau mudharib sama sama
mendapat keuntungan dan sama sama mendapat kerugian jika rugi, seperti bank
kehilangan uangnya, sedangkan pihak pengelola kehilangan gajinya.
• At-tawazun
(keseimbangan)
Yakni adanya pola keseimbangan antara harapan dan antisipasi rugi, keseimbangan
antara pemodal (shahib al-maal) dan pengelola (mudharib), serta keseimbangan antara
mengeruk keuntungan dan pengeluaran zakat untuk fakir miskin.
• Takaful
Ialah take and give, kedua belah pihak yang melakukan transaksi bisnis merasa
memberi dan merasa menerima.
• Ukhuwah (persaudaraan)
Ialah kerjasama dengan landasan saling percaya dan saling pengertian, tidak ada
unsur pemerasan atau paksaan
• Tidak ada ghurur (kecurangan)
Ghurur adalah kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak maupun kedua belah
pihak
• Menghindari unsur maysir (judi)
Dimana dua pihak atau lebih sama-sama berkorban tetapi hanya satu pihak yang
diuntungkan
• Steril dari riba
Riba adalah penambahan dari pokok. Misalnya , meminjam uang dengan aturan bahwa
peminjam wajib mengembalikan utang nya ke bank dengan tambahan 10% pertahun.
Riba
Secara bahasa, riba berarti ziyadah atau pengambilan tambahan dari
modal pokok secara batil. Menurut Ibnu Al-Arabi Al-Maliki dalam
kitab Al-Ahkam Al-Quran mengenai arti riba yaitu, “ riba adalah
setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu transaksi
pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.”
Terdapat empat macam riba yakni sebagai berikut :
• Riba
• Riba
• Riba
• Riba
qardl
jahiliyah
fadhl
nasi’ah
• Riba qardl
Yakni kelebihan yang disyaratkan kepada pihak yang berhutang
sebelum terjadi transaksi qardl. Misalnya, “Anda boleh meminjam
uang kepada saya dengan syarat anda harus memberikan tambahan
sebesar 2% perbulan dari jumlah pokoknya”. Bahkan jika persyaratan
diajukan oleh peminjam, tetap saja dianggap riba.
• Riba jahiliyah
Yakni kelebihan dari pokok yang harus dibayaran oleh pihak
yang berutang karena tidak dapat membayar pada waktu yang
ditetapkan. Misalnya, kartu kredit yang belum dibayar padahal sudah
jatuh tempo, maka nasabah dikenai denda.
• Riba fadhl
Yakni pertukaran barang sejenis tetapi dengan takaran yang
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan termasuk barang ribawi
(emas, perak, dan makanan pokok). Misalnya, menukakan uang satu
lembar Rp.100.000,- dengan uang receh lima ribuan sebesar
Rp.90.000,-.
Riba nasi’ah
Yakni penangguhan penyerahan/pembayaran jenis barang ribawi
yang dipertukar dengan jenas barang ribawi lainnya. Disebut riba
nasi’ah karena adanya perubahan nilai barang karena pergeseran
waktu. Misalnya, KPR (kredit Pemilikan Rumah) dengan waktu 5 tahun
terkena tambahan dari pokok sebesar 8%, tetapi KPR dengan waktu 10
tahun menjadi 14% pertahun. Riba bank termasuk riba nasi’ah.
Sistem Bunga vs Nisbah
Sistem
Bunga
Nisbah
Ditentukan pada waktu akad
Berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
Didasarkan pada jumlah pinjaman
Ditentukan oleh jumlah
keuntungan riil yang diperoleh
Kerugian ditanggung oleh pihak
debitur
Kerugian ditanggung bersama
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat walaupun keuntungan
yang diperoleh berlipat ganda
Besar kecilnya pembayaran bagi
hasil tergantung pada besar
kecilnya keuntungan riil yang
diperoleh
Hukumnya haram
Hukumnya halal
Bank Konvensional vs Bank Syariah
Seperti yang kita tau, terdapat 2 klasifikasi lembaga keuagan, yakni lembaga
keuangan konvensional yang berbasis bunga dan lembaga keuangan syariah yang
berbasis bagi hasil.
Terus dimana letak perbedaannya ?
1. Landasan niat
Para pelaku ekonomi islam dan bank syariah harus memiliki niat bahwa
aktivitas perekonomian dan perbankan mereka adalah untuk beribadah. Dalam rangka
melaksanakan aturan Allah.
2. Keuntungan
Keuntungan pada bank konvensional berasal dari tambahan kelebihan dari
modal, hal ini berarti riba. Adapun keuntungan pada bank syariah adalah nisbah
antara harga pokok dengan harga jual, dimana besaran nisbah ini disetujui oleh
kedua belah pihak.
3. Akad
Bunyi akad, substansi, dan esensi akad pada perbankan syariah
berbeda dengan akad pada bank konvensional. Misalnya, apabila seseorang
mau meminjam uang pada bank konvensional untuk membeli mobil, maka pihak
bank tinggal memberikan pinjaman uang
tersebut. Didalam bank syariah
tidak seperti itu, karena akad nya bukan pinjam uang (qardl), melainkan
akad murabahah (jual beli dengan tidak tunai). Pihak bank syariah akan
mencarikan mobil sesuai spesifikasi yang diajukan nasabah, lantas
membelinya dari pihak ketiga secara cash. Pihak bank kemudian menawarkan
mobil tersebut kepada nasabah dengan tambahan margin keuntungan. Harga
jual mobil kepada nasabah adalah harga pokok plus margin keuntungan yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Ruang Lingkup Kerja Bank Syariah
Penghimpunan
Dana
Ruang
Lingkup
Kerja Bank
Syariah
Pembiayaan
Jasa
• Tabungan
• Giro
• Deposito
• Murabahah
• Mudharabah
• Musyarakah/syirkah
• Wakalah
• Kalafah
• Hawalah
• Rahn dan qardl
• Al-Ijarah
1. Penghimpunan Dana
•
•
Penghimpunan dana dapat dilakukan melalui tabungan,
deposito dan giro.
Akad yang dapat dipilih nasabah :
1. Akad tabarru’: Nasabah menitipkan uangya ke pihak
bank tanpa mengharapkan bagi hasil.
2. Akad mudharabah : akad yang bertujuan memperoleh
keuntung dari bagi hasil.
2. Pembiayaan
•
•
Merupakan penyaluran dana kepada nasabah dengan berbagai macam akad
yang disediakan.
Akad yang tersedia :
1. Murabahah : jual beli barang secara tidak tunai. Harga jual
adalah harga beli
ditambah margin keuntungan untuk bank.
a. Bay’ as-salam
(pembayaran dimuka)
: pembelian pesan tunai
b. Bay’ al-istishna : pembelian didahului pemesanan
transaksi setelah barang jadi.
2. Mudharabah : kerjasama di bidang usaha, pihak pertama
(shahib al-maal)sebagai penyedia 100% modal, pihak
kedua (mudharib) Sebagai pengelola. Ada mudharaba
mutlaqah & mudharabah muqayyadah.
3. Syirkah
: kerjasama dalam suatu usaha dengan cara patungan
modal antara bank dan nasabah.
3. Jasa
• Pihak
bank mengurusi keperluan nasabah dan menerimah ujrah/upah
atas jasanya.
•
Jenis jasanya :
1. Wakalah : bank menjadi wakil untuk mengurusi transaksi(ex.
Bayar listrik, telepon).
2.Kafalah
: Jasapenjaminan. Pemberianjaminan dari
penanggung(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak ketiga.
Jenis Kafalah : kafalah bi an-nafsi, kafalah bi almaal,
kafalah bi at-taslim dan kafalah al munjazah.
3.
Hawalah : Pengalihan utang.
4.
Rahn dan qardl : Pembiayaan dengan jaminan(rahn)
atau disebut gadai.
5.
Dana talangan : Memberi dana talangan dengan
akad qardl(pinjaman murni).
6. Al-ijarah: Pemindahan hak guna pakai barang atau
jasa tanpa diikuti pemindahan hak milik(akad sewa atau
akad upah).
Peran DSN-MUI Terhadap Bank Syariah
• DSN MUI
• Tugas =
(Dewan Syariah Nasional)
Mengawal, membina dan mengawasi kepatuhan dan perkembangan bank
syariah
• Apa yang dilakukan DSN MUI?
Ø Melakukan penelitian untuk
menghasilkan panduan panduan baru dalam
pelaksanaan bank
syariah termasuk produknya
Ø
Menurunkan sejumlah ulama untuk menjadi Dewan Pengawas Syariah di setiap
pusat bank
syariah
• Sejumlah
bank yang berada dibawah pengawasan DPS (Dewan Pengawas Syariah)
antara lain Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Pemda
Syariah, dan Bank Bukopin Syariah termasuk bank bank umum yang memiliki
divisi layanan bank syariah
• Setiap
akhir tahun DSN MUI melakukan ijtima’ sanawiy (rapat
tahunan), yakni acara pertemuan seluruh Dewan Pengawas Syariah.
• Tujuan
= membahas kasus kasus yang muncul, usulan-usulan produk
baru, serta gagasan-gagasan baru untuk pengembangan bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asurani syariah, dan pasar
modal syariah
DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tahap-tahap menjadi DPS
1. Calon DPS harus diajukan oleh pihak bank yang bersangkutan dan
mendapatkan
rekomendasi dari MUI provinsi
2. Calon yang sudah mendapatkan rekomendasi dari MUI provinsi
diwajibkan
mengikuti fit and proper test di MUI pusat .
3. MUI pusat memberikan rekomendasi kepada calon DPS untuk mengikuti
fit and
proper test di bank indonesia, yakni di direktorat bank syariah.
4. Apabila calon dinyatakan lulus, maka ia berhak menjadi DPS
Ruang Lingkup Kerja DPS
• 1.
membuat opini, tentang usulan produk baru yang belum
tercantum dalam fatwa DSN-MUI.
• 2.
Memonitor pelaksanaan bank syariah di setiap cabang agar
mereka selalu mematuhi aturan yang berlaku, terutama
kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI.
• 3.
Membuat laporan berkala (6 bulan sekali) terhadap hasil
monitor di lapangan, serta membuat catatan untuk direksi dan
komisaris tentang berbagai temuan dilapangan yang perlu
ditindaklanjuti agar perkembangan bank yang bersangkutan lebih
baik.
Fatwa DSN-MUI
• Bank
Indonesia membuat panduan bank syariah sebagai panduan
dalam menjalankan roda bank syariah secara tepat
•
Panduan-Panduan
• 1. PBI (Peraturan Bank Indonesia)
• 2. SEBI (Surat Edaran Bank Indonesia)
• 3. Fatwa DSN-MUI
• dll.
• Sampai
tanggal 25-Nov-2012 MUI telah menghasilkan 83 fatwa
seputar keuangan dan perbankan syariah.
Bank Syariah Masih Menuai Kritik Karena:
1. Masih terikat oleh ekspektasi bank indonesia sehingga tidak
bebas menentukan margin.
2. Sdm-nya masih memiliki paradigma berpikir bank konvensional.
3. Masyarakat belum terdidik kejujurannya.
4. Bank syariah bisa lebih tinggi margin keuntungannya karena
menjaga inflasi.
Walaupun demikian, dengan segala kekurangannya, tentu kita harus
bersikap istihsan untuk memilih mana yang ringan kejelekannya.
Bank konvensional yang oleh MUI divonis riba dan haram, atau bank
syariah dengan segala kekurangannya?
EKONOMI, DAN PERBANKAN SYARIAH
KELOMPOK 7:
M FACHREZ SARTONO IMAN
12015026
M TSANI JAMIL
10715063
NAURA TSABITA FADJAR
12215051
RIFATA HIDAYAT AGNA
12015074
SAFFANA HANIYYA
10715099
Konsep Harta : Mencari Dan Membelanjakannya
• Ujrah atau gaji : imbalan atas pekerjaan atau jasa
• Mal / harta : apa-apa yang kita miliki dan bisa dijual atau
diwariskan,seperti uang, rumah, tanah, dan kendaraan.
• Milik : apapun yang kita punyai
• Ar rizqu / rezeki : apa-apa yang bisa dimanfaatkan
Akidah Atau Tata Keyakinan Tentang Harta
1. Meyakini
bahwa pemilik mutlak harta adalah Allah, sedangkan manusia
hanya pemilik sementara (Qs. Al-Hadid : 7)
2. Meyakini
bahwa harta adalah titipan atau amanah dari Allah (Qs. AlHadid : 7)
3. Meyakini
bahwa Allah meluaskan rezeki sebagian manusia yang
dikehendaki-Nya dan membatasi rezeki sebagian manusia lainnya (Qs.
An-Nahl: 71)
4. Meyakini
bahwa manusia kaya hanyalah kaya relative bukan kaya
absolut
5. Meyakini
6. Meyakini
bahwa harta itu harus dicari bukan ditunggu
bahwa harta adalah ujian dari Allah (Qs.Al-Anfal: 28)
Perbedaan Infak, Sedekah, dan Zakat
Infak (dari kata
nafaqa) adalah
istilah induk
yang artinya
membelanjakan
harta atau setiap
pengeluaran harta
Sedekah adalah membelanjakan harta
Zakat adalah rukun
dijalan yang benar dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah. Bisa
dilaksanakan oleh semua orang
islam keempat.
Dikenakan kepada orang
kaya. Harus ditangani
oleh negara. Orang
yang menolak membayar
zakat bisa dipenjara
bahkan diperangi
Sedekah terbagi dua :
1. Sedekah yang
• Wajib muqaddar
wajib
(pasti ukurannya)
Seperti: zakat
•
Wajib ghair muqaddar (tidak pasti
ukurannya)
Seperti: sedekah jariyah
2.
Sedekah yang Sunnah
Seperti: hibah, hadiah, wakaf
Manfaat Sedekah
• Memudahkan urusan (Qs. Al-lail:7)
• Memperbanyak rezeki
• Menolak bala dan malapetaka
• Mendorong doa
• Mengurangi dosa dan membersihkan harta
• Menghindarkan adzab Allah
• Mendapatkan pahala sangat besar
• Menuai pahala tiada putus
Sistem Ekonomi Islam
v
v
v
ADA 3 BESAR SISTEM EKONOMI YANG ADA DIDUNIA, YAITU :
SISTEM EKONOMI ISLAM
SISTEM EKONOMI KAPITALIS
SISTEM EKONOMI SOSIALIS
Sistem Kepemilikan dalam Sistem Ekonomi Islam
Dalam hadist Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas.
Rasulullah SAW bersabda “ Seluruh kaum muslimin berserikat dalam kepemilikan
tiga sumber daya, yaitu air, hutan dan api (energi). Menjualnya haram”.
Ketiga sumber daya tersebut merupakan hak milik kolektif rakyat bukan hak milik
negara, swasta, maupun individu.
Di dalam Al-Quran, secara fundamental semua yang ada adalah mutlak milik Allah
SWT...”Kepunyaan Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu
yang ada di bumi.”(QS Al-Baqarah [2]: 284). Manusia hanya penguasa sementara
(mustakhlafin).
Karakteristik Sistem Ekonomi Islam
• ‘Adalah
(berkeadilan)
Yakni ada pembagian keuntungan dan risiko. Misalnya, dalam mudharabah,
dimana bank
sebagai shahib ak-maal (pemilik modal) dengan pengelola atau mudharib sama sama
mendapat keuntungan dan sama sama mendapat kerugian jika rugi, seperti bank
kehilangan uangnya, sedangkan pihak pengelola kehilangan gajinya.
• At-tawazun
(keseimbangan)
Yakni adanya pola keseimbangan antara harapan dan antisipasi rugi, keseimbangan
antara pemodal (shahib al-maal) dan pengelola (mudharib), serta keseimbangan antara
mengeruk keuntungan dan pengeluaran zakat untuk fakir miskin.
• Takaful
Ialah take and give, kedua belah pihak yang melakukan transaksi bisnis merasa
memberi dan merasa menerima.
• Ukhuwah (persaudaraan)
Ialah kerjasama dengan landasan saling percaya dan saling pengertian, tidak ada
unsur pemerasan atau paksaan
• Tidak ada ghurur (kecurangan)
Ghurur adalah kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak maupun kedua belah
pihak
• Menghindari unsur maysir (judi)
Dimana dua pihak atau lebih sama-sama berkorban tetapi hanya satu pihak yang
diuntungkan
• Steril dari riba
Riba adalah penambahan dari pokok. Misalnya , meminjam uang dengan aturan bahwa
peminjam wajib mengembalikan utang nya ke bank dengan tambahan 10% pertahun.
Riba
Secara bahasa, riba berarti ziyadah atau pengambilan tambahan dari
modal pokok secara batil. Menurut Ibnu Al-Arabi Al-Maliki dalam
kitab Al-Ahkam Al-Quran mengenai arti riba yaitu, “ riba adalah
setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu transaksi
pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.”
Terdapat empat macam riba yakni sebagai berikut :
• Riba
• Riba
• Riba
• Riba
qardl
jahiliyah
fadhl
nasi’ah
• Riba qardl
Yakni kelebihan yang disyaratkan kepada pihak yang berhutang
sebelum terjadi transaksi qardl. Misalnya, “Anda boleh meminjam
uang kepada saya dengan syarat anda harus memberikan tambahan
sebesar 2% perbulan dari jumlah pokoknya”. Bahkan jika persyaratan
diajukan oleh peminjam, tetap saja dianggap riba.
• Riba jahiliyah
Yakni kelebihan dari pokok yang harus dibayaran oleh pihak
yang berutang karena tidak dapat membayar pada waktu yang
ditetapkan. Misalnya, kartu kredit yang belum dibayar padahal sudah
jatuh tempo, maka nasabah dikenai denda.
• Riba fadhl
Yakni pertukaran barang sejenis tetapi dengan takaran yang
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan termasuk barang ribawi
(emas, perak, dan makanan pokok). Misalnya, menukakan uang satu
lembar Rp.100.000,- dengan uang receh lima ribuan sebesar
Rp.90.000,-.
Riba nasi’ah
Yakni penangguhan penyerahan/pembayaran jenis barang ribawi
yang dipertukar dengan jenas barang ribawi lainnya. Disebut riba
nasi’ah karena adanya perubahan nilai barang karena pergeseran
waktu. Misalnya, KPR (kredit Pemilikan Rumah) dengan waktu 5 tahun
terkena tambahan dari pokok sebesar 8%, tetapi KPR dengan waktu 10
tahun menjadi 14% pertahun. Riba bank termasuk riba nasi’ah.
Sistem Bunga vs Nisbah
Sistem
Bunga
Nisbah
Ditentukan pada waktu akad
Berpedoman pada kemungkinan
untung rugi
Didasarkan pada jumlah pinjaman
Ditentukan oleh jumlah
keuntungan riil yang diperoleh
Kerugian ditanggung oleh pihak
debitur
Kerugian ditanggung bersama
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat walaupun keuntungan
yang diperoleh berlipat ganda
Besar kecilnya pembayaran bagi
hasil tergantung pada besar
kecilnya keuntungan riil yang
diperoleh
Hukumnya haram
Hukumnya halal
Bank Konvensional vs Bank Syariah
Seperti yang kita tau, terdapat 2 klasifikasi lembaga keuagan, yakni lembaga
keuangan konvensional yang berbasis bunga dan lembaga keuangan syariah yang
berbasis bagi hasil.
Terus dimana letak perbedaannya ?
1. Landasan niat
Para pelaku ekonomi islam dan bank syariah harus memiliki niat bahwa
aktivitas perekonomian dan perbankan mereka adalah untuk beribadah. Dalam rangka
melaksanakan aturan Allah.
2. Keuntungan
Keuntungan pada bank konvensional berasal dari tambahan kelebihan dari
modal, hal ini berarti riba. Adapun keuntungan pada bank syariah adalah nisbah
antara harga pokok dengan harga jual, dimana besaran nisbah ini disetujui oleh
kedua belah pihak.
3. Akad
Bunyi akad, substansi, dan esensi akad pada perbankan syariah
berbeda dengan akad pada bank konvensional. Misalnya, apabila seseorang
mau meminjam uang pada bank konvensional untuk membeli mobil, maka pihak
bank tinggal memberikan pinjaman uang
tersebut. Didalam bank syariah
tidak seperti itu, karena akad nya bukan pinjam uang (qardl), melainkan
akad murabahah (jual beli dengan tidak tunai). Pihak bank syariah akan
mencarikan mobil sesuai spesifikasi yang diajukan nasabah, lantas
membelinya dari pihak ketiga secara cash. Pihak bank kemudian menawarkan
mobil tersebut kepada nasabah dengan tambahan margin keuntungan. Harga
jual mobil kepada nasabah adalah harga pokok plus margin keuntungan yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Ruang Lingkup Kerja Bank Syariah
Penghimpunan
Dana
Ruang
Lingkup
Kerja Bank
Syariah
Pembiayaan
Jasa
• Tabungan
• Giro
• Deposito
• Murabahah
• Mudharabah
• Musyarakah/syirkah
• Wakalah
• Kalafah
• Hawalah
• Rahn dan qardl
• Al-Ijarah
1. Penghimpunan Dana
•
•
Penghimpunan dana dapat dilakukan melalui tabungan,
deposito dan giro.
Akad yang dapat dipilih nasabah :
1. Akad tabarru’: Nasabah menitipkan uangya ke pihak
bank tanpa mengharapkan bagi hasil.
2. Akad mudharabah : akad yang bertujuan memperoleh
keuntung dari bagi hasil.
2. Pembiayaan
•
•
Merupakan penyaluran dana kepada nasabah dengan berbagai macam akad
yang disediakan.
Akad yang tersedia :
1. Murabahah : jual beli barang secara tidak tunai. Harga jual
adalah harga beli
ditambah margin keuntungan untuk bank.
a. Bay’ as-salam
(pembayaran dimuka)
: pembelian pesan tunai
b. Bay’ al-istishna : pembelian didahului pemesanan
transaksi setelah barang jadi.
2. Mudharabah : kerjasama di bidang usaha, pihak pertama
(shahib al-maal)sebagai penyedia 100% modal, pihak
kedua (mudharib) Sebagai pengelola. Ada mudharaba
mutlaqah & mudharabah muqayyadah.
3. Syirkah
: kerjasama dalam suatu usaha dengan cara patungan
modal antara bank dan nasabah.
3. Jasa
• Pihak
bank mengurusi keperluan nasabah dan menerimah ujrah/upah
atas jasanya.
•
Jenis jasanya :
1. Wakalah : bank menjadi wakil untuk mengurusi transaksi(ex.
Bayar listrik, telepon).
2.Kafalah
: Jasapenjaminan. Pemberianjaminan dari
penanggung(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak ketiga.
Jenis Kafalah : kafalah bi an-nafsi, kafalah bi almaal,
kafalah bi at-taslim dan kafalah al munjazah.
3.
Hawalah : Pengalihan utang.
4.
Rahn dan qardl : Pembiayaan dengan jaminan(rahn)
atau disebut gadai.
5.
Dana talangan : Memberi dana talangan dengan
akad qardl(pinjaman murni).
6. Al-ijarah: Pemindahan hak guna pakai barang atau
jasa tanpa diikuti pemindahan hak milik(akad sewa atau
akad upah).
Peran DSN-MUI Terhadap Bank Syariah
• DSN MUI
• Tugas =
(Dewan Syariah Nasional)
Mengawal, membina dan mengawasi kepatuhan dan perkembangan bank
syariah
• Apa yang dilakukan DSN MUI?
Ø Melakukan penelitian untuk
menghasilkan panduan panduan baru dalam
pelaksanaan bank
syariah termasuk produknya
Ø
Menurunkan sejumlah ulama untuk menjadi Dewan Pengawas Syariah di setiap
pusat bank
syariah
• Sejumlah
bank yang berada dibawah pengawasan DPS (Dewan Pengawas Syariah)
antara lain Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Pemda
Syariah, dan Bank Bukopin Syariah termasuk bank bank umum yang memiliki
divisi layanan bank syariah
• Setiap
akhir tahun DSN MUI melakukan ijtima’ sanawiy (rapat
tahunan), yakni acara pertemuan seluruh Dewan Pengawas Syariah.
• Tujuan
= membahas kasus kasus yang muncul, usulan-usulan produk
baru, serta gagasan-gagasan baru untuk pengembangan bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya, seperti asurani syariah, dan pasar
modal syariah
DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tahap-tahap menjadi DPS
1. Calon DPS harus diajukan oleh pihak bank yang bersangkutan dan
mendapatkan
rekomendasi dari MUI provinsi
2. Calon yang sudah mendapatkan rekomendasi dari MUI provinsi
diwajibkan
mengikuti fit and proper test di MUI pusat .
3. MUI pusat memberikan rekomendasi kepada calon DPS untuk mengikuti
fit and
proper test di bank indonesia, yakni di direktorat bank syariah.
4. Apabila calon dinyatakan lulus, maka ia berhak menjadi DPS
Ruang Lingkup Kerja DPS
• 1.
membuat opini, tentang usulan produk baru yang belum
tercantum dalam fatwa DSN-MUI.
• 2.
Memonitor pelaksanaan bank syariah di setiap cabang agar
mereka selalu mematuhi aturan yang berlaku, terutama
kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI.
• 3.
Membuat laporan berkala (6 bulan sekali) terhadap hasil
monitor di lapangan, serta membuat catatan untuk direksi dan
komisaris tentang berbagai temuan dilapangan yang perlu
ditindaklanjuti agar perkembangan bank yang bersangkutan lebih
baik.
Fatwa DSN-MUI
• Bank
Indonesia membuat panduan bank syariah sebagai panduan
dalam menjalankan roda bank syariah secara tepat
•
Panduan-Panduan
• 1. PBI (Peraturan Bank Indonesia)
• 2. SEBI (Surat Edaran Bank Indonesia)
• 3. Fatwa DSN-MUI
• dll.
• Sampai
tanggal 25-Nov-2012 MUI telah menghasilkan 83 fatwa
seputar keuangan dan perbankan syariah.
Bank Syariah Masih Menuai Kritik Karena:
1. Masih terikat oleh ekspektasi bank indonesia sehingga tidak
bebas menentukan margin.
2. Sdm-nya masih memiliki paradigma berpikir bank konvensional.
3. Masyarakat belum terdidik kejujurannya.
4. Bank syariah bisa lebih tinggi margin keuntungannya karena
menjaga inflasi.
Walaupun demikian, dengan segala kekurangannya, tentu kita harus
bersikap istihsan untuk memilih mana yang ringan kejelekannya.
Bank konvensional yang oleh MUI divonis riba dan haram, atau bank
syariah dengan segala kekurangannya?