Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerambah Jaring Apung (KJA)
2.1.1 Pengertian Kerambah Jaring Apung (KJA)
Kerambah jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari
jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air
permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta
sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam
KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan yang dipelihara
bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan tebster). KJA
ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional
menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).
Kegiatan budidaya ikan sistem KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh
masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan KJA dengan pesat terjadi
sejak tahun 1998 melalui

budidaya kerambah

jaring

apung intensif


berkepadatan ikan yang tinggi (Rismawati, 2010). Pada tahun 2006 Jumlah KJA
yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit.
Kemudian survey yang dilakukan Dinas Perikanan Provinsi Sumatera
Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa KJA yang beroperasi di perairan Danau
Toba sebanyak 7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara
sebanyak 1.780 unit dan KJA milik masyarakat sebanyak 5.232 unit. Usaha budi
daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) sudah lama berkembang, Baik oleh
masyarakat setempat maupun oleh industry pengolahan skala internasional.

17
Universitas Sumatera Utara

Bahkan hasilnya telah diekspor, ke AS maupun Uni Eropa, bahkan sejak lama
sektor perikanan telah mendukung kemajuan sektor pariwisata di danau yang
menjadi trade mark bagi pariwisata di Sumatera Utara.
Kerambah jaring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan
dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :
1. kurung tancap; bentuk kurungan ikan yang peletakannya menggunakan
tiang- tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.

2. kurungan terendam; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan
terendam didalam air dan bergantung kepada pelampung / rangka
apung.
3. kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan
diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat /
jangkar.
4. Keramba jaring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu
rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung. (Nikijuluw
V.P.H, 1992).
Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik kerambah
jaring apung (KJA) lebih efisien dari segi biaya dari pada teknik tambak di
kawasan danau atau perairan tertutup yang sifatnya permanen dan rentan terhadap
konflik kepemilikan lahan atau tanah.Selain itu keramba jaring apung termasuk
alat produksi yang fleksibel, karena bila tidak berproduksi kerambah dapat
didaratkan untuk menjaga keamanan dan pemeliharaannya.

18
Universitas Sumatera Utara

Kerambah jaring apung merupakan bentuk / system kurungan yang

banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan
tujuan

penggunaannya,

(Beveridge 1987, Christensen, 1989) di karenakan

system keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara
yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak
sekali kegunaannya yaitu : Sebagai sarana penyimpanan sementara, Sebagai
tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi, tempat penyimpanan dan
transportasi ikan umpan, wadah organisme air untuk memonitor kualitas
lingkungan, sarana pemeliharaan untuk tujuan “Re – Stocking“ (Ahmad et al,
1991).Sejauh ini kerambah jaring apung merupakan yang paling baik untuk
budidaya ikan

secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap

(Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi:
pengelolaan mudah diterapkan, tingkat kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan

sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992).
pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang
baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam
memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah
1. Arus air pada lokasi kerambah jaring apung.
Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap
ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen
terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka
dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar
perairan.Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan

19
Universitas Sumatera Utara

jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan
yang

akan

dipilih


ternyata

tidak

ada

arusnya

(kondisi

air

tidak

mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan
tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada
kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah
perairan sejajar dengan garis pantai.
2. Kedalaman perairan keramba jaring apung

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi
tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar
akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan.
Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan
lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.
3. Tingkat kesuburan air kerambah jaring apung.
Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat
dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik),
sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk
digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah
perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan
tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka
hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen
terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang
dipelihara dengan kepadatan tinggi.

20
Universitas Sumatera Utara

4. Kerambah jaring apung bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan
adalah

penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang

menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai
guna air dan sumber air perairan tersebut.Bahan pencemar yang biasa masuk
kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai.
Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat,
sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah
terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik.
Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah
keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya
mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan
yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.
5. Kualitas air kerambah jaring apung.
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai
setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup

dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus
berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan
yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi.
Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

21
Universitas Sumatera Utara

6. lokasi kerambah jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (upwelling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan
kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air

bawah dengan kandungan

oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat
menimbulkan

kematian

secara


massal.

Lokasi

seperti

ini

sebaiknya

dihindari.kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme
tertentu.
2.1.2 Konstruksi Wadah Kerambah Jaring Apung
1. Kerangka kerambah jaring apung
Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi
yang dilapisi bahan anti karat (cat besi).Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya
disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari
bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah
dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan

menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun.
Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini
sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.
Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya
usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5
tahun.Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu sebagai
bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga
ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak.

22
Universitas Sumatera Utara

kayu yang digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar
antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan
Danau Toba pada umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x
5 meter.Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi
satu unit.Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak.
2. Pelampung kerambah jaring apung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung.
Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang

berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung
yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. jika akan
menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat
dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung
yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang
akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring
terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah
3. Pengikat kerambah jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang
plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat
ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.
4. Jangkar kerambah jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring
terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar
terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali

23
Universitas Sumatera Utara

jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15
mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah
sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari
kerangka jaring

terapung, berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.

5. Jaring kerambah jaring apung
Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau Toba,
terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung
dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan
Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau
1,5 inch (3,81 cm). Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1
inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di
Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring
yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inci. Untuk l Kantong jaring yang digunakan
untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh.Dalam hal ini
biasanya jaring dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan.
Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah
membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran
kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10
X 10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan
dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah
memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar
berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang
di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah

24
Universitas Sumatera Utara

berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam
keadaan tertarik/terbuka.
6. Pemberat kerambah jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus
dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg.Fungsi pemberat ini
agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong
jaring terapung.
7. Tali / tambang kerambah jaring apung
Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi
perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10
mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari
nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan
sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai
istilah lain yang disebut dengan tali ris.
Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung.Misalnya,
kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28
m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi.
Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap
sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini
untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat
melakukan budidaya ikan.

25
Universitas Sumatera Utara

8. Gudang dan Ruang Kerja Kerambah Jaring Apung
Bangunan gudang/ruang jaga dan ruang kerja atau peralatan ibangun di
atas rakit dengan jumlah pelampung lebih banyak. Kebutuhan akan gudang dan
ruang kerja terasa jika usaha budidaya terdiri atas beberapa buah keramba.
Gudang digunakan untuk menyimpan stok pakan dan peralatan budidaya.Gudang
dapat juga digunakan sebagai ruang jaga sehingga bangunan gudang tidak perlu
luas mengingat daya apung rakit terbatas.Runag kerja atau peralata kerja
digunakan terutama pada waktu panen.Bangunan gudang, ruang jaga, dan ruang
kerja dibuat dengan bahan yang ringan, seperti papan lapis dan seng. Bangunan
bersatu dengan ukuran 3x3 m engan pembagian luas gudang 1x2 m2, ruang jaga
2x2 m2, dan peralatan 1x3 m2. Gudang, ruang jaga, dan peralat kerja berada
dalam satu atap.Rakit bangunan bersatu dengan rakit untuk pemeliharaan biota
budidaya. Akan tetapi, rakit bangunan ditempatkan di bagian hilir sehingga
aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut tidak mengganggu ketenangan biota
budidaya. Gudang ini berfungsi juga sebagai dermaga.
2.1.3 Pemasaran Hasil Perikanan
Dalam pengertian dunia perusahaan, perkataan produksi dipakai sebagai
Tindakan pembuatan barang-barang, sedangkan perkataan distribusi (marketing)
dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang dan
jasa dari produsen ke tangan atau ke pihak konsumen. Istilah pemasaran dan
tataniaga yang sering didengar dalam ucapan sehari-hari dinegeri kita adalah
terjemahan dari atau berasal dari perkataan “marketing” (Hanafiah danSaefuddin,
1983). Menurut Hanafiah danSaefuddin; dalam buku Tata Niaga Hasil Perikanan

26
Universitas Sumatera Utara

(1983)

menyatakan

tataniaga

atau

pemasaran

hasil

perikanan

mempunyai sejumlah ciri, diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagian

besar

dari

hasil

perikanan

berupa

bahan

makanan

yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatip stabil
sepanjang tahun sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada
produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.
2. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit (advancedpayment)
kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau
jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan
dalam waktu tertentu.
3. Saluran

tataniaga

hasil

perikanan

pada

umumnya

terdiri

dari :

produsen (nelayan atau petani ikan), pedagang perantara sebagai
peengumpul, wholesaler (grosir), pedagang eceran dan konsumen
(industry pengolahan dan konsumen akhir).
4. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen
sampai

konsumen

pada

proses pengumpul, pengimbagan

umumnya
dan

meliputi

penyebaran,

proses-

dimana

proses

pengumpulan adalah terpenting. Kedudukan terpenting dalam tataniaga
atau pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang

pengumpul

daalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah produksi
terpencar-pencar, skala produksi kecilkecil dan produksinya berlangsung
musiman.

27
Universitas Sumatera Utara

5. Tataniaga atau pemasaran hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat
musiman, dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.
Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi
atau menimbulkan masalah dalam pemasarannya. Ciri-ciri dimaksud antara lain
sebagai berikut :
1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (smallscale)
dan di daerah terpencar-pencar serta spesialisasi.
2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatip stabil sepanjang
tahun. Sifat demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang
musiman dan jumlahnya tidak berketentuan karena pengaruh cuaca,
menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan
3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau
mudah rusak (perishabel).
4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan
menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu
tetap, tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun (Hanafiah dan Saefuddin,
1983).
Keuntungan bisnis keramba memang menggiurkan.Tapi budidaya ini juga
memerlukan kesabaran dan keuletan.Diantaranya jika pergantian musim tiba,
maka keberadaan ikan keramba terancam oleh berbagai jenis penyakit ikan yang
menimbulkan kematian dalam jumlah besar.

28
Universitas Sumatera Utara

Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah antara lain :
1). pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang
tahun, bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin
penggunan keramba jaring apung secara optimal.
2). Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam
dan sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim.
Penyediaan

pakan

berupa

ikan

rucah

masih

terbatas

dan

penyediaannya bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.
3). Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih
dihadapkan pada kendala-kendala sosial budidaya karena sudah
terpaku anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan
tempat budidaya (Anggawati, 1991)
Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor
keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring
(kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun jasad
pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat
pergantian air dalam kurungan (Abdulkadir, 2010).
Berikut ini beberapa syarat perairan untuk pemeliharaan nila di KJA.
- Kondisi air tidak tercemar serta telah memenuhi persyaratan
minimalbaku mutu kualitas dan baku mutu budidaya.
-

Kedalaman air minimum 5 meter dari dasar jaring pada saat surut
rendah

- Suhu air 23-30 oc dan derajat keasaman (pH) 6,5-8,5.

29
Universitas Sumatera Utara

- Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/liter, ammonia (NH3) kurang dari 0,02
mg/liter, dan kecerahan yang diukur dengan Secchi disk lebih dari 3
meter. (Wiryanta dkk, 2010).
Kerambah jaring apung (KJA) merupakan pola pembesaran ikan nila yang
banyak dilakukan didanau atau waduk. Jaring yang digunakan untuk pemeliharaan
diapungkan di danau atau waduk dengan bantuan pelampung berupa drum plastic
atau drum baja. Untuk mencegah KJA tidak berpindah tempat, petani biasanya
menancapkan jangkar di dasar perairan. Pada KJA yang jumlahnya banyak, petani
umumnya membangun rumah ditasnya untuk tempat penampungan pakan dan
tempat tinggal para pekerja (Wiryanta dkk, 2010).
Operator/teknisi jaring apung harus rajin memperhatikan perilaku ikanikan
yang dipelihara. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut :
a. Nafsu makan dan dosis pakan
b. Tingkat kegesitan ikan. Bila ada ikan yang tampak lemah maka harus
diambil contoh untuk diperiksa apakah ada sesuatu gejala penyakit
atau tidak.
c. Kualitas air.
d. Tingkat kecerahan air waduk/danau. Bila derajat kecerahan kurang dari
15 cm, berarti plankton terlalu lebat sehiongga kandungan oksigennya
deficit pada malam hari yang dapat membahayakan ikan. Nilai
kecerahan untuk waduk dan danau sebaiknya lebih dari 100 cm.
e. Luas keramba di waduk maksimum 2% dari luas perairan. Batas
maksimum ini biasanya ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.

30
Universitas Sumatera Utara

f. Pembatasan kapasitas produksi keramba.
g. Kecepatan arus dilokasi keramba tidak kurang dari 5-10 m/detik.
h. Hama

pemangsa

menyebabkan

ikan

dan/atau

perusak

jaring

yang

dapat

kerugian. Hama tersebut ialah burung pemasangsa,

berang-berang, ular, belut, ikan-ikan buas dan kura-kura yang merusak
jaring.

Hama

dapat

dihalau

dengan

pemasangan

perangkap,

pembersihan tepi waduk dan pelaksanaan patrol secara periodik
(Rachmatun, 2010).
2.1.4 Peranan Kerambah Jaring Apung
Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan
anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih
kecil. Secara garis besar peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :
1. Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan
umum.
2. Meningkatkan produksi yang bernilai ekonomi tinggi serta memenuhi
kebutuhan konsumsi ikan secara terus menerus.
3. Meningkatkan pendapatan para petani ikan serta kesejahteraan petani
ikan sepanjang tahun.
4. Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan dimana pada
musim barat para nelayan tidak dapat menangkap ikan.
5. Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara
umum. Pemasangan Keramba Bentuk keramba hanya dibedakan

31
Universitas Sumatera Utara

menjadi dua macam yaitu berbentuk empat persegi dan bundar
panjang.
2.1.5 Defenisi sosial ekonomi
Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan
yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam
struktur masyarakat.Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan
pekerjaan.Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan
kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai
kesehatan yang maksimal pengertian sosial sangat berhubungan dengan
kehidupan

bermasyarakat

di

lingkungan

sekitar.

Didalam

kehidupan

bermasyarakat terdapat pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun
kelompok di dalam struktur sosial tertentu.
1. Tujuan Ekonomi dan Tujuan Ekosistem
Kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sabagian besar
mempunyai relevansi terhadap konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan. Response dan akselerasi pembangunan ekonomi membutuhkan
pemeliharaan lingkungan hidup yang mendukung kegiatan ekonomi dan sosial
yang dinamis, selain menentukan kebijaksanaan juga ditingkat nasional membutu
hkan program-program ditingkat lokal dan wilayah yang dapat di laksanakan.
Pembangunan nasional tidak akan tumbuh pesat apabila kehidupan
ekonomi wilayah dan lokal tidak dinamis, stabil dan penuh ketidakpastian.
Pembangunan juga tidak akan berjalan pesat apabila anggaran belanja

32
Universitas Sumatera Utara

pembangunan tidak akan mencukupi. Kecenderungan yang terjadi dalam
oembangunan ekonomi adalah tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan
sumber daya yang tidak memiliki harga, seperti nilai – nilai intrinsik sumber daya
alam maupun beban sosial masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya.
Tidak adanya penilaian terhadap sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan
eksternalitas –eksternalitas tersendiri (terutama eksternalitas negatif ) yang sangat
merugikan masyarakat secara keseluruhan.Masyarakat harus menanggung
beban/biaya sosial yang timbul dalam setiap, Pemanfaatan sumberdaya

tanpa

sedikitpun diberi “kompensasi”.
Beban /biaya sosial terbesar yang harus di tanggung oleh masyarakat
saat ini maupun masyarakat dimasa yang akan datang adalah penurunan kualitas
kehidupan dan lingkungan, yang tentu saja dalam jangka panjang tidak menjamin
pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan (tujuan ekosistem dalam pembangu
nan berkelanjutan tidak akan tercapai).
Oleh karena itu, maka dalam program - program pembangunan wilayah
pemukiman sekelompok masyarakat, harus memperhatikan tujuan ekosistem
ini. Setiap program yang di laksanakan harus di evaluasi dampaknya terhadap
lingkungan. Selain itu, penilaian terhadap

sumberdaya-sumberdaya yang di

manfaatkan (baik nilai ekstrinsik maupun intrinsiknya) sangat diperlukan untuk
menghindari, setidaknya mengurangi, eksternalitas.
Jikalau eksteralitas telah terjadi, maka upaya–upaya internalisasi berbgai
dampak keluar (eksternalitas) ini harus di lakukan, misalnya dengan bentukbentuk kompensasi. Dengan demikian, segala aktifitas yang ditujukan untuk

33
Universitas Sumatera Utara

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun efesiensi kapital (tujuan ekonomi)
akan tetap memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan.
2. Tujuan Sosial Ekonomi dan Tujuan Ekosistem
Untuk dapat mengelola sumber daya secara berkelanjutan, kebijaksanaan
lingkungan yang lebih

menekankan pada konservasi dan perlindungan sumber

daya tersebut,untuk mendukung kelangsung hidupnya. Bila hal ini tidak diperhati
kan akan memberikan dampak yang buruk terhadap dan mempengaruhi keberhasi
lan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya lingkungan. Selain itu,
masalah hak kepemiikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumber
daya yang efesien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang dimiiliki oleh
umum (Tidak jelas hak kepemilikan) telah mengarah pada sumberdaya akses
terbuka (open acces), dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat memanfaatkan
sumberdaya yang ada tanpa sedikit mempunyai insentif untuk memelihara
kelestariannya pengukuhan. Hak-hak kepemilikanakan memperjelas posisi
kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian
(upaya konservasi)dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari
intervensi maupun ancaman dari pihak luar. Kearifan – kearifan (wisdoms ) lokal
harus di pahami dan dijadikan sebagai dasar / landasan dalam membuat program program pengembangan wilayah tersebut. Untuk itu, masyarakat lokal, sebagai
pihakyang menguasai pengetahuan tradisional (Traditional knowledge) yang
dimilikinya harus diikutkan dalam upaya

perumusan / pembuatan program-

program tersebut. Jika hal ini dapat dilakukan dan terealisasi, maka partisipasi
aktif dari masyarakat dalam pembangunan akan muncul dengan sendirinya.

34
Universitas Sumatera Utara

2.2. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang
terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Adapun yang dilakukan, hakikatnya
dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yag baru,
jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi
berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting
yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal
dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti
pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.
Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang
ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada
menurut Todaro dalam Suryana (2000) adalah :
1. Meningkatkan

persediaan

dan

memperluas

pembagian

atau

pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti
perumahan, kesehatan dan lingkungan.
2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi
pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih
baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai – nilai budaya
manusiawi, yang semata – mata bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan
harga diri baik individu maupun nasional.
3. Memperluas

jangkauan

individu dan nasional

pilihan ekonomi dan sosial bagi semua

dengan

cara

membebaskan mereka dari

35
Universitas Sumatera Utara

sikap buak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang
lain dan negara lain, tetapi dari sumber – sumber kebodohan dan
penderitaan.
Suryana (2000) menyebutkan ada empat model pembangunan, yaitu
model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan
lapangan kerja, penghapusan kemiskinal dan model pembangunan yang
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model
pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup,
peningkatan barang – barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan
upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk
semua rumah tangga yang kemudian sampai atas maksimal.
Orientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih menekankan pada
pertumbuhan (growth) turut memperparah ketimpangan antara desa dan kota.
Ekonomi perdesaan tidak memperoleh nilai tambah (value added) yang
proposional

akibat

dari wilayah perkotaan hanya sekedar menjadi pipa

pemasaran dari arus komoditas primer dari pedesaan, sehingga sering terjadi
kebocoran wilayah yang merugikan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri
(Tarigan ,2005).
Dalam konteks pembangunan spasial, terjadi urban bias yang cenderung
mendahulukan pertumbuhan ekonomi melalui kutub – kutub pertumbuhan yang
diharapkan dapat menimbulkan efek penetesan (trickle down effect ) ke wilayah
hinterland-nya.

Ternyata

net-effect-nya

menimbullkan

pengurasan

besar

(massivebackwash effect). Dengan perkataan lain, dalam konteks ekonomi telah

36
Universitas Sumatera Utara

terjadi transfer sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara
besar – besaran. Walaupun kawasan perkotaan juga berperan penting dalam
mensuplai barang – barang dan pelayanan untuk pertumbuhan dan produktifitas
pertanian
2.2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi
Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam
penelitian ini di definisikan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per
kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno
1996). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi
berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat
menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya
proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan rill masyarakat
berlangsung untuk jangka panjang.
2.2.2 Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah
Dalam undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang,
wilayah adalah ruang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang
terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi,et al. (2006) wilayah
dapat didefinisikan sebagai unit geoggrafis dengan batas-batas spesifik tertentu
dimana komponen – komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi
secara fungsional.
Sehingga batas wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi
seringkali bersifat dinamis .komponen-komponen wilayah mencakup komponen

37
Universitas Sumatera Utara

biosik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk
kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar
manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan
unit geografis tertentu.
Pendekatan yang di terapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia
sangat beragam karena di pengaruhi pleh perkembangan teori dan model
pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, system pemerintahan dan
administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa
memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri
(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003). Pengembangan wilayah dengan
memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional,meningkatkan
kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado,2002).
Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan
Ruang, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2002) prinsip-prinsip
dasar dalam pengembangan wilayah adalah :
1. Sebagai growth center Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat
internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh
(spred effect)
2. pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah disekitarnya, bahkan
secara nasional

38
Universitas Sumatera Utara

3. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan
antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan
pengembangan wilayah.
4. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi
dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan
kesetaraan.
5. Dalam pengembangan wilayah,mekanisme pasar harus juga menjadi
prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.
Pembangunan regional adalah bagian yang integral dalam pembangunan
nasional.karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi
dan teralokasi ketingkat regional. Untuk mencapai keseimbangan regional
terutama

dalam

perkembangan

ekonominya

maka

diperlukan

beberapa

kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang mengacu kebijaksanaan
regionalisasi atau perwilayahan. Salah satu model pengembangan wilayah yang
erat

kaitannya

dengan

aspek

tata

ruang

adalah

konsep

pusat-

pusat pertumbuhan. Konsep pusat-pusat pertumbuhan menekan kan pada fakta
bahwa pembangunan tidak terjadi dimana – mana secara serentak, tetapi di
tempat-tempat tertentu yang disebut sebagai pusat pertumbuhan dan pada
akhirnya akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat
akhir yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.
2.2.3 Aspek Ekonomi
Dalam masyarakat dampak yang terjadi pada suatu proyek pembangunan
manusia sifatnya kompleks dn tidak sama untuk semua tempat. Dampak positif

39
Universitas Sumatera Utara

untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat lain. Selain itu juga
dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak langsung, sebagai
contoh

misalnya

akibat

banyaknya

pembangunan,

dapat

meningkatkan

pendapatan dan menimbulkan peningkatan gizi, dan kesehatan, meningkatkan
daya beli sehingga meningkatkan pula permintaan akan barang, pendidikan dan
jasa lainnya.
Akibat ini semua akan menimbulkan dampak pada hubungan antar manusia,
seperti perpindahan mata pencahrian, pemindahan tempat, pemukiman, mobilitas
dan sebagainya yang akhirnya pada satu pihak berdampak positif dan dilain pihak
berdampak negatif.
2.3. Pendapatan
2.3.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang
diterima dalam bentuk uang yang berasal dari usaha perikanan maupun di luar
usaha perikanan dalam kurun waktu satu bulan.
Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karna
dalam melakukan aktivitas usaha, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui
nilai atau jumlah pendapatan.
Menurut ahli ekonomi klasik, pendapatan ditentukan oleh kemampuan
faktor -faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin
besar kemampuan faktor faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin
besar pula pendapatan yang diciptakan.

40
Universitas Sumatera Utara

Mayers dalam terjemahan sitohang (1996), memandang pendapatan dari
sisiefektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “pendapatan
adalah Nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai
indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat
pengeluaran Konsumsi masyarakat.
Menurut skousen dan stice (Akbar, 2009:563) pengertian pendapatan
adalah Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah
entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi dari keduanya) dari
pengantaran barang, memberikan pelayanan atau aktivitas lain yang membentuk
operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung.
Menurut Munandar (2006:18) memberikan defenisi Pendapatan adalah
suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi
bukan karna pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan
pertambahan asset yang disebabkan karna bertambahnya liabilities.
Menurut sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterimaoleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian,mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan
yaitu:
Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperolehtanpa
memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatunegara
Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang
siapdibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

41
Universitas Sumatera Utara

Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa- jasa
yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.menurut sobri (1999)
pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilanyang diperoleh seseorang
yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.besarnya pendapatan
disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung
(pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.menurut teori milton friedman
bahwa pendapatan masyarakat dapatdigolongkan menjadi dua, yaitu
pendapatan permanen dan pendapatan sementara.pendapatan permanen dapat
diartikan yaitu:
a. pendapatan yang

selalu

diterima

pada

periode

tertentu

dan

dapatdiperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan,
upah, dan gaji.
b. pendapatan

yang

menentukankekayaan

diperoleh

dan

seseorang.

hasil

semua

Pendapatan

faktor

yang

menekan

pada

perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorangdalam satu kegiatan
produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi
atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai
tambahinilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang
selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut
jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu
bulan, dan lain sebagainya.tingkat pendapatan rumah tangga
tergantung kepada jenis-jenis kegiatanyang dilakukan. Jenis kegiatan
yang mengikut serta kan modal atau keterampilanmempunyai

42
Universitas Sumatera Utara

produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya
mampu memberikan pendapatan yang lebih besar,

(winardi, 1988).

2.3.2 Konsep Pendapatan
Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses
arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama jarak waktu
tertentu. Proses arus tersebut yaitu:
a. pada waktu penyelesaian kegiatan utama
pelaporan diharapkan dapat dapat meberikan informasi yang
bermanfaat dalam rangka pengambilan usaha dan dapat dipahami oleh
orang-orang yang dapat di percaya mengenai aktivitas perusahaan dan
aktivitas ekonomi serta bersedia mempelajari informasi
b. Pada saat dijadikan kejadiaan teoritis
pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi tentang sumber
ekonomi suatu perusahaan dan keadaan yang merubah sumber tersebut
serta sesuai dengan kegunaanya yang diharapkan yaitu laporan
keungan harus layak atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemakai
yang potensial. Dengan kata lain laporan keuangan harus diusahakan
dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakainya.
c. Setelah pertukaran terjadi
Pada saat terjadi pembebanan beban didapat dengan pendapatan
namun untuk beban tertentu meskipun tidak dapat dihubungkan
dengan pendapatan pelaporan dilakukan dengan periode terjadinya
beban menjadikan suatu manfaat.

43
Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Unsur-Unsur Pendapatan
Dalam PSAK No23.7, dinyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari
arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima atau yang dapat diterima
oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jadi untuk jumlah yang ditagih atas nama
pihak ketiga seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tidak mengakibatkan
kenaikan ekuitas oleh sebab itu harus dikeluarkan dari pendapatan.
Menurut Accounting Principles Board Statement (Assegaf, 2001:9)
Yang merupakan dewan yang bernaung dibawah Americaninstitute of
certifiedpublic accountants yang bertugas merumuskan prinsip-prinsip akutansi
yang dapat diterima, yang kemuian berganti menjadi Financial Accounting
Standart Board (FASB) menyatakan bahwa disamping penjualan barang barang
dan jasa pendapatan juga meliputi penjualan sumber-sumber lainnya seperti aktiva
tetap dan investasi (surat-surat berharga).
Ada tiga unsur dalam pendapatan yaitu sebagai berikut:
a. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur pendapatan
pokok perusahaan. misalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa internet maka pendapatannya adalah dari hasil biaya
internet
b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber
ekonomi perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi unsur pendapatan
lain-lain bagi perusahaan jenis lain. Misalnya, pendapatan sewa untuk

44
Universitas Sumatera Utara

perusahaan penyewa ruangan perkantoran menjadi unsur utama
pendapatan sedangkan ruangan yang tidak terpakai diperusahaan jasa
yang di sewa oleh perusahaan lain maka pendapatan tersebut
merupakan pendapatan lain-lain.
c. Penjualan aktiva diluar barang dagang merupakan unsur pendapatan
lain-lain suatu perusahaan. Misalnya, jasa penjualan gedung kantor,
kendaraan bermotor dan lain-lain.
2.4 Pengukuran Pendapatan
2.4.1 Pengertian Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting
dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas usaha dan manajemen
perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan.
1. dasar pengukuran pendapatan
adalah suatu unsur diakui secara formal yang memenuhi elemen
laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang
untuk dapat diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih
tepat dalam situasi dimana yang relavan tidak dapat di ukur dengan
handal.
2. Penetapan Pengukuran Pendapatan
Cara

terbaik

untuk

pengukuran

pendapatan

adalah

dengan

menggunakan nilai barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukan
ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang
yang akhirnya akan diterima dari transaksi dengan pelanggan. Tetapi

45
Universitas Sumatera Utara

penyisihan semestinya harus dibuat untuk menunggu waktu hingga
tagihan dibayar.
2.5 Tingkat Pendapatan
2.5.1. Pengertian Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan
masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.Perkembangan
tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita
atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai pdrb nominal yang
mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara
langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila
efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan pdrb rill
sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill
masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama.
Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita
nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau
inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten
hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001.
Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu: (1)
peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan tingkat
harga umum dan (2) peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah
penduduk.
Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan bahwa kesejahteraan
masyarakat telah mengalami perbaikan selama delapan tahun terakhir, namun bila

46
Universitas Sumatera Utara

dilihat nilai absolutnya sebesar rp 3.077.525,48 pada tahun 2008, angkanya masih
tergolong rendah. Secara keseluruhan pdrb per kapita provinsi jambi mencapai rp
5.196.810 pada tahun 2007, Kemampuan daya beli rill masyarakat hanya sebesar
rp 256.460 per orang per bulan. Dengan anggapan satu keluarga beranggotakan 4
orang, berarti penghasilan rill rata-rata rumah tangga per bulan adalah sekitar rp
1.024.841. Jika digunakan nilai pendapatan

nominal, dengan cara yang sama

diperoleh pendapatanrumahtanga perbulan sebesar rp 2.432.247. Masih rendahnya
taraf hidup masyarakat terkait erat dengan ketergantungan sumber penghidupan
pada sektor pertanian tanpa diikuti oleh pengembangan industri pengolahannya
sehingga nilai tambah yang diperoleh masih relatif kecil.
2.6 Penelitian Sebelumnya
Jumadi (2011) melakukan penelitian dengan judul: Penentuan Kesesuaian
lahan Keramba

Jaring Apung Kerapu Macan (Epinephelus Fuscogutattus)

Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

metode aplikasi

penginderaan jauh dan SIG untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi
wilayah pesisir diarahkan pada pokok permasalahan dengan ruang lingkup studi:
pengumpulan data primer dan sekunder, Survei lapang (ground check),
penyusunan basis data SIG,

Pengolahan dan interprestasi data citra satelit,

pengolahan dan analisis kesesuaian lahan keramba jaring apung berdasarkan
kriteria penilaian kesesuaian lokasi untuk budidaya sistem keramba jaring apung
menurut modifikasi dari Tiensongrusmee et al. (1986); Bambang dan Tjahjo

47
Universitas Sumatera Utara

(1997); Ali (2003); Kurniaty (2003); Rachmansyah (2004); KLH (2004); Wardjan
(2005) dalamHartami (2008).
Lokasi dan objek penelitian tentang keramba jaring apung Kerapu Macan
berada di perairan pulau Panggang, kepulauan seribu, Jakarta. Hasil analisis
parameter-parameter substrat dasar, kedalaman perairan, keterlindungan, suhu,
salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, kecepatan arus permukaan, pH, dan amonia
menyebutkan bahwa seluruh parameter tersebut memenuhi syarat untuk kegiatan
budidaya laut. Berdasarkan hasil penentuan kesesuaian lokasi budidaya Kerapu
Macan di perairan Pulau Panggang terlihat bahwa sumberdaya wilayah perikanan
budidaya laut yang termasuk dalam kelas sangat sesuai seluas 0,94 Km2, terletak
di sebelah barat Pulau Panggang. Luas lahan budidaya yang termasuk dalam kelas
sesuai mencapai 2,32 Km2, sedangkan wilayah budidaya yang termasuk dalam
kelas tidak sesuai mencapai luas 3,20 Km2.
Nadeak (2009) Konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT
Aquafarm Nusantara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif atau kualitatif. Keberadaan perusahaan asing di perairan danau
toba menuai kontra dari masyarakat, terutama masyarakat petani kerambah jaring
apung yang menggantung hidupnya dari hasil pembudidayaan ikan dengan sistem
kerambah jaring apung ,dari hasil penelitian yang telah di lakukan dilapangan
menunjukkan bahwa konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT
Aquafarm Nusantara berawal sejak banyaknya ikan-ikan illegal dari perusahaan
asing tersebut beredar dipasar lokal.

48
Universitas Sumatera Utara

Akibat dari ikan-ikan illegal yang dijual dengan harga murah dipasar lokal
tersebut menyebabkan hasil panen petani kerambah menumpuk dan tidak laku.
Karna itu masyarakat petani kerambah merasa dirugikan dengan keberadaan PT
Aquafarm Nusantara di perairan Danau Toba. Maraknya isu pencemaran air
Danau Toba juga mengancam usaha petani kerambah kecil, karna akibat isu
tersebut, pemerintah melakukan penertiban kerambah di Danau Toba, sehingga
banyak diantara masyarakat petani kerambah yang mengalami penggusuran.
Pemerintah menetapkan zona-zona tertentu sebagai lokasi yang dapat dijadikan
lokasi pembudidayaan ikan diperairan Danau Toba.
Perdana (2008) Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan
Mas Dan Nila Pada Keramba Jaring Apung (Kja) Sistem Jaring Kolor Di Kja
Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Metode
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas
dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk
diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang
bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956.
Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak
sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya. Hasil perhitungan nilai Net
B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206.Setiap Rp. 1 yang
dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan
pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat
suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen. Dengan demikian, usaha

49
Universitas Sumatera Utara

pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor
memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang
diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi
usaha selama satu tahun tujuh.Berdasarkan analisis kelayakan finansial
menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi
variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian,
pemeliharaan ikan nilai sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan
jaring bawah/jaring kolor akan m