Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KERAMBAH JARING APUNG di DANAU TOBA TERHADAP KEADAAN

TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

OLEH

JUBAIDAH HASIBUAN 100501003

PROGRAM STUDI S-1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI


(2)

ABSTRAK

Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis,Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat. Populasi dalam penelitian ini adalah Pengusaha Kerambah Jaring Apung di Danau Toba.Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu.Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deksriptif dan metode kuantitatif yaitu analisis Regresi Linear Berganda dengan tingkat signifikan 0,05%

Variabel Luas Kerambah (X1), mempunyai pengaruh positif (3.086) dan signifikan (0.003) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya setiap bertambahnya luas kerambah maka akan meningkatkan hasil produsi ikan dan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah.Variabel Pakan(X2), mempunyai pengaruh positif (2.111) dan signifikan (0.040) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya pakan dapat mempengaruhi kualitas bibit / ikan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan usaha kerambah.Variabel Bibit (X3), mempunyai pengaruh positif (2,128) dan signifikan (0.039) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya setiap bertambahnya bibit maka tingkat pendapatan meningkat.Variabel Produksi Ikan(Y1), mempunyai pengaruh positif (3.913) dan signifikan (0.000) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya semangkin tinggi produksi ikan yang dihasilkan maka semangkin meningkat tingkat pendapatan usaha kerambah. Kata kunci: luas kerambah, pakan, bibit, produksi ikan dan tingkat


(3)

ABSTRACT

Analysis Kerambah cage in Lake Toba Against situation Community Income Levels

This study aims to identify and analyze, analysis Kerambah cage in Lake Toba Against Public Income Levels situation. The population in this study is the Entrepreneur Kerambah cage in Lake Toba. The sampling technique used purposive sampling method, which samples are selected with specific criteria. Methods of data collection in this study were questionnaires, interviews and documentation. Methods of data analysis using descriptive and quantitative

methods, namely multiple linear regression analysis with a significant level of 0.05%

Variable Size Kerambah (X1), has a positive influence (3,086) and significant (0.003) to the level of operating revenues kerambah. This means that any increase in broad kerambah produsi it will increase the yield of fish and affect the level of operating revenues kerambah. Variable Feed (X2), has a positive influence (2,111) and significant (0.040) to the level of operating revenues kerambah. This means that the feed can affect the quality of the seed / fish and therefore contributes to increased production and revenue kerambah. Seeds variable (X3), has a positive effect (2.128) and significant (0.039) to the level of operating revenues kerambah. This means that any increase in seed then increased income levels. Fish Production variables (Y1), has a positive influence (3,913) and significant (0.000) to the level of operating revenues kerambah. This means that the higher the production of fish produced, the increased level of revenues kerambah.

Keywords: broad kerambah, feed, seed, fish production and the level of income


(4)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim,

Dengan mengucap rasa syukur yang tak terhingga atas nikmat, karunia dan rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan syarat untuk menjadi Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat”. Dalam tulisan ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat dan sumbangan pikiran. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis terutama kepada:

1. Secara khusus, skripsi ini penulis persembahkan buat kedua orang tua tercinta ibunda Darmawati Nasution dan ayahanda Sahrial Hasibuan saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas doa, dukungan, semangat, perhatian dan bantuan materi yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si. selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Irsyad Lubis, S.E.,M.Soc.Sc.,Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof.Dr.Ramli,Ms, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan waktu dan kesempatannya kepada saya serta saran dan kritik, arahan bimbingan dan petunjuk bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb, dan Ibu Ilyda Sudradjat,Msi selaku dosen pembanding yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Kepada dosen – dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada saya dengan baik.

Akhirnya saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini.Amiin ya Rabbal Alamin.

Medan, Januari 2015 JubaidahHasibua n


(6)

DAFTAR ISI

... Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerambah Jaring Apung ... 6

2.1.1 Pengertian Kerambah Jaring Apung ... 6

2.1.2 Konstruksi Wadah Kerambah Jaring Apung .. 11

2.1.3 Pemasaran Hasil Perikanan ... 15

2.1.4 Peranan Kerambah Jaring Apung ... 20

2.1.5 Defenisi sosial ekonomi ... 21

2.2 Pembangunan Ekonomi ... 24

2.2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi ... 26

2.2.2 Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah 26 2.2.3 Aspek Ekonomi ... 28

2.3 Pendapatan ... 29

2.3.1 Pengertian Pendapatan ... 29

2.3.2 Konsep Pendapatan ... 32

2.3.3 Unsur-Unsur Pendapatan ... 33

2.4 Pengukuran Pendapatan ... 34

2.4.1 Pengertian Pengukuran Pendapatan ... 34

2.5 Tingkat Pendapatan ... 35

2.5.1 Pengertian Tingkat Pendapatan ... 35

2.6 Penelitian sebelumnya ... 36

2.7 Kerangka Konseptual ... 39


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2 Populasi dan sampel ... 41

3.2.1 Populasi ... 41

3.2.2 Sampel ... 41

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.3.1 Data Primer ... 42

3.3.2 Data Skunder ... 42

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.4.1 Kuisioner ... 42

3.4.2 Studo Dokumentasi ... 43

3.5 Tekhnik Analisis Data ... 43

3.5.1 Metode Analisis Deksriptif ... 43

3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

3.5.3 Uji Hipotesis ... 45

3.5.3.1 Uji F ... 45

3.5.3.2 Uji t ... 46

3.5.3.3 Koefisien Determinasi (R²) ... 47

3.6 Batasan Operasional ... 48

3.7 Defenisi Operasional ... 48

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 50

4.1.1 Letak Geografis Dan Luas Danau Toba ... 50

4.1.2 Iklim ... 51

4.1.3 Curah Hujan ... 51

4.1.4 Suhu dan Kelembaban Udara ... 51

4.2 Sejarah Budi Daya Ikan Air Tawar ... 52

4.2.1 Sejarah Budi Daya Ikan di Indonesia ... 52

4.2.2 Perkembangan Budi Daya Ikan ... 53

4.2.3 Sejarah Singkat Ikan Nila di Indonesia ... 53

4.3 Gambaran Umum Responden ... 55

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 67

4.5 Hasil Regresi ... 69

4.5.1 Regresi Pertma ... 70

4.5.1.1 Produksi Ikan ... 70

4.5.1.2 Uji t (Uji Parsial) ... 71

4.5.1.3 Uji F (Uji Keseluruhan) ... 72

4.5.1.4 Koefisien Determinasi (R-Squre) ... 73

4.5.2 Hasil Regresi ... 74

4.5.2.1 Regresi Kedua ... 74

4.5.2.2 Tingkat Pendapatan ... 74

4.5.2.3 Uji t (Uji Parsial) ... 76

4.5.2.4 Uji F ( Uji Keseluruhan) ... 77


(8)

4.5.3 Masalah-Masalah Dan Upaya Usaha KJA ... 78

4.5.3.1 Masalah Dalam Usaha Kerambah .... 78

4.5.3.2 Upaya Atau Saran Dalam Usaha KJA 80 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Danau Toba ... ... 50 2. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Umur ... ... 55 3. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... ... 56 4. Tabel 4.4 KarakteristikBerdasarkan Jumlah Tanggungan ... ... 57 5. Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Sampingan ... ... 58 6. Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Penghasilan Perbulan ... ... 59 7. Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Luas KJA ... ... 60 8. Tabel 4.8 Karakteristik Berdasarkan Modal Pembuatan KJA ...

61

9. Tabel 4.9 Karakteristik Berdasarkan Daya Tahan KJA ... ... 62 10. Tabel 4.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Bibit .. ... 62 11. Tabel 4.11 Karakteristik Berdasarkan Harga Bibit Kecil ... ... 63 12. Tabel 4.12 Karakteristik Berdasarkan Harga Bibit Besar ... ... 64 13. Tabel 4.13 Karakteristik Berdasarkan Harga Pakan Per kg ... ... 64 14. Tabel 4.14 Karakteristik Berdasarkan Produksi Panen ... ... 65 15. Tabel 4.15 Karakteristik Berdasarkan Jumlah Pendapatan ... ... 66 16. Tabel 4.16 Hasil Regresi Pertama ... ... 70 17. Tabel 4.17 Hasil Regresi Kedua ... ... 74


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Lampiran 1 Kuesioner ... 86

2. Lampiran 2 Data Responden ... 91

3. Lampiran 3 Tabulasi Jawaban Responden ... 110

4. Lampiran 4 Tabulasi Hasil Regresi ... 113


(12)

ABSTRAK

Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis,Analisis Kerambah Jaring Apung Di Danau Toba Terhadap Keadaan Tingkat Pendapatan Masyarakat. Populasi dalam penelitian ini adalah Pengusaha Kerambah Jaring Apung di Danau Toba.Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan kriteria tertentu.Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode deksriptif dan metode kuantitatif yaitu analisis Regresi Linear Berganda dengan tingkat signifikan 0,05%

Variabel Luas Kerambah (X1), mempunyai pengaruh positif (3.086) dan signifikan (0.003) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya setiap bertambahnya luas kerambah maka akan meningkatkan hasil produsi ikan dan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah.Variabel Pakan(X2), mempunyai pengaruh positif (2.111) dan signifikan (0.040) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya pakan dapat mempengaruhi kualitas bibit / ikan sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi dan pendapatan usaha kerambah.Variabel Bibit (X3), mempunyai pengaruh positif (2,128) dan signifikan (0.039) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya setiap bertambahnya bibit maka tingkat pendapatan meningkat.Variabel Produksi Ikan(Y1), mempunyai pengaruh positif (3.913) dan signifikan (0.000) terhadap tingkat pendapatan usaha kerambah. Ini artinya semangkin tinggi produksi ikan yang dihasilkan maka semangkin meningkat tingkat pendapatan usaha kerambah. Kata kunci: luas kerambah, pakan, bibit, produksi ikan dan tingkat


(13)

ABSTRACT

Analysis Kerambah cage in Lake Toba Against situation Community Income Levels

This study aims to identify and analyze, analysis Kerambah cage in Lake Toba Against Public Income Levels situation. The population in this study is the Entrepreneur Kerambah cage in Lake Toba. The sampling technique used purposive sampling method, which samples are selected with specific criteria. Methods of data collection in this study were questionnaires, interviews and documentation. Methods of data analysis using descriptive and quantitative

methods, namely multiple linear regression analysis with a significant level of 0.05%

Variable Size Kerambah (X1), has a positive influence (3,086) and significant (0.003) to the level of operating revenues kerambah. This means that any increase in broad kerambah produsi it will increase the yield of fish and affect the level of operating revenues kerambah. Variable Feed (X2), has a positive influence (2,111) and significant (0.040) to the level of operating revenues kerambah. This means that the feed can affect the quality of the seed / fish and therefore contributes to increased production and revenue kerambah. Seeds variable (X3), has a positive effect (2.128) and significant (0.039) to the level of operating revenues kerambah. This means that any increase in seed then increased income levels. Fish Production variables (Y1), has a positive influence (3,913) and significant (0.000) to the level of operating revenues kerambah. This means that the higher the production of fish produced, the increased level of revenues kerambah.

Keywords: broad kerambah, feed, seed, fish production and the level of income


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara yang terkenal akan sumber daya alamnya yang melimpah. Selain di kenal sebagai negara agraris, Indonesia juga dikenal sebagai negara maritim.Indonesia juga negara kepulauan terbesar didunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur.

Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Menurut catatan luas perairan Indonesia lebih dari 50 juta Ha, yang terdiri dari perairan rawa 39,4 juta Ha, perairan sungai beserta lebaknya 11,95 Ha, danau alam dan danau buatan (waduk) seluas 2,1 juta Ha (Agus Rochdianto,1996 ). Terdapat lima pulau besar, salah satunya adalah pulau sumatera dengn luas 473.606 km persegi. Sumatera Utara terdiri dari dataran tinggi,dataran rendah, bukit barisan yang membujur dari tengah – tengah dari utara keselatan, serta daerah pantai.

Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang dan pendangkalan sungai. wilayah dataran tinggi dan wilayah pantai barat seluas 46.758,69 Km2 atau 65,23 persen dari luas wilayah sumatera utara. Wilayah pantai timur merupakan daerah rendah seluas 24. 921,99Km2 atau 34,77 persen dari luas wilayah sumatera utara.


(15)

Luas perairan tersebut memberi potensi yang cukup besar untuk pembudi daya ikan terutama di perairan sumatera utara. Pertumbuhan sektor perikanan disumatera utara khususnya di perairan Danau Toba dan sekitarnya telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, Namun, usaha pembudidayaan ikan di perairan Danau Toba kian hari kian terdesak. Hal ini karena usaha penangkapan yang tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan (restocking) yang lambat laun akan dapat mengakibatkan terganggunya kelestarian sumber daya perairan, sehingga dibuatlah model pembudidaya ikan yang lebih aman dan menguntungkan yang disebut dengan Kerambah.

Dampak perkembangan Kerambah Jaring Apung di sekitar Danau Toba, membawa beberapa perubahan baru dalam beberapa bidang.Mengenai nelayan kerambah yang sekarang lebih popular disebut dengan petani keramba, tidak lagi terbatas hanya pada keluarga nelayan saja. Perkembangan yang pesat ini menyebabkan para petani kerambah yang dahulu hanya menggunakan tenaga kerja murni dari anggota keluarga saja kini menggunakan tenaga kerja upahan dengan hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga nelayan serta dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana kini telah mengalami perubahan dimana anggota keluarga tidak lagi sebagai tenaga kerja utama tetapi sudah menggunakan tenaga kerja upahan dan menggaji orang lain. Hasil dari kerambah ini pun sudah bersifat ekonomis dan memperhitungkan untung melalui sistem pasar, sementara itu masyarakat pun telah menggunakan peralatan modern dalam pembudidaya ikan.


(16)

Pembudidaya ikan ini tidak sampai menembus pasar nasional, dan dari hasil budidaya ikan ini masih berkisar sampai disumatera saja. Itu lah sebabnya hal ini dianggap wajar dan tidak menimbulkan permasalahan seperti yang sekarang terjadi.

Para petani ikan ini berasal dari daerah setempat sedikitnya ada sekitar 7000 petani keramba Jaring Apung (KJA), yang tersebar dibeberapa daerah seperti Haranggaol, Pangururan,Tomok, Tuktuk, Balige, Muara, Paropo, Tabun Raya, Sigapitan, Tongging dan Panahatan. Daerah ini khususnya membudidaya kan ikan dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) di sekitar Danau Toba.

Kegiatan budidaya ikan sistem Kerambah Jaring Apung (KJA) di Danau Toba telah dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan Kerambah Jaring Apung (KJA) dengan pesat terjadi sejak tahun 1998 melalui budi daya jaring apung intensif berkepadatan ikan yang tinggi (Rismawati, 2010).

Pada tahun 2006 Jumlah Kerambah Jaring Apung (KJA) yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit. Kemudian survey yang dilakukan dinas perikanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa Kerambah Jaring Apung (KJA) yang beroperasi diperairan Danau Toba sebanyak 7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara sebanyak 1.780 unit dan Kerambah Jaring Apung (KJA) dan milik masyarakat sebanyak 5.232 unit.


(17)

Dari aspek Sosial Ekonomi, perkembangan budidaya ikan Kerambah Jaring Apung (KJA) di perairan Danau Toba memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat khususnya masyarakat lokal, dimana kegiatan ini mampu meningkatkan nilai produksi ikan yang berarti meningkatkan pendapatan bagi masyarakat petani Kerambah Jaring Apung (KJA). Selain itu, kehadiran budidaya ikan Kerambah Jaring apung (KJA) juga mampu memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, sehingga turut dalam mengurangi angka pengangguran.

Akan tetapi dilain pihak, kegiatan budidaya ikan sistim Kerambah Jaring Apung (KJA) yang tidak terkendali dapat berdampak serius terhadap berbagai perubahan lingkungan perairan itu sendiri, baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik perairan (Beveridge,1984).

Kehadiran perusahaan Keramba Jaring Apung (KJA) ini telah memberikan sumbangan Ekonomi terhadap masyarakat disekitar Danau Toba. Sumbangan tersebut adalah berupa keterlibatan masyarakat menjadi tenaga kerja pada usaha perikanan kerambah jaring apung, serta berbagai peluang usaha yang terbuka lebar sebagai akibat kehadiran keramba jaring apung (KJA) tersebut. Selain berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat, keramba tersebut juga memberikan dampak sosial terhadap masyarakat, seperti interaksi sosial akibat adanya pendatang baru, dan peningkatan kesejahteraan sosial sebagai dampak dari peningkatan ekonomi masyarakat. Peningkatan sosial ekonomi masyarakat ini selanjutnya akan berdampak terhadap pengembangan kawasan Danau Toba.


(18)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kerambah Jaring Apung di Danau Toba terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas , maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitiaan ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Kerambah Jaring Apung (KJA) terhadap tingkat pendapatan masyarakat di wilayah Danau Toba.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis pengaruh Kerambah Jaring Apung (KJA) terhadap tingkat pendapatan masyarakat di wilayah Danau Toba.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian yang dilakukan ini, mampu memberikan manfaat yang antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui, khususnya mengenai pengaruh Kerambah Jaring Apung di Danau Toba terhadap tingkat pendapatan masyarakat.

2. Bagi penulis, yaitu menambah pengetahuan penulis dalam bidang yang diteliti secara teoritis maupun aplikasi.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerambah Jaring Apung (KJA)

2.1.1 Pengertian Kerambah Jaring Apung (KJA)

Kerambah jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem penjangkaran. Lokasi yang dipilih bagi usaha pemeliharaan ikan dalam KJA relatif tenang, terhindar dari badai dan mudah dijangkau.Ikan yang dipelihara bervariasi mulai dari berbagai jenis kakap, sampai baronang, bahkan tebster). KJA ini juga merupakan proses yang luwes untuk mengubah nelayan kecil tradisional menjadi pengusaha agribisnis perikanan (Abdulkadir, 2010).

Kegiatan budidaya ikan sistem KJA di Danau Toba telah dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 1986, namun perkembangan KJA dengan pesat terjadi sejak tahun 1998 melalui budidaya kerambah jaring apung intensif berkepadatan ikan yang tinggi (Rismawati, 2010). Pada tahun 2006 Jumlah KJA yang beroperasi diperairan Danau Toba terdata sebanyak 5.233 unit.

Kemudian survey yang dilakukan Dinas Perikanan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, di dapatkan bahwa KJA yang beroperasi di perairan Danau Toba sebanyak 7.012 unit, yang terdiri dari KJA milik PT. Aquafarm Nusantara sebanyak 1.780 unit dan KJA milik masyarakat sebanyak 5.232 unit. Usaha budi daya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) sudah lama berkembang, Baik oleh masyarakat setempat maupun oleh industry pengolahan skala internasional.


(20)

Bahkan hasilnya telah diekspor, ke AS maupun Uni Eropa, bahkan sejak lama sektor perikanan telah mendukung kemajuan sektor pariwisata di danau yang menjadi trade mark bagi pariwisata di Sumatera Utara.

Kerambah jaring apung merupakan salah satu metode pemeliharan ikan dalam kurungan yang terdiri atas 4 pola dasar pemeliharan ikan, yaitu :

1. kurung tancap; bentuk kurungan ikan yang peletakannya menggunakan tiang- tiang pancang yang ditancapkan ke dasar perairan.

2. kurungan terendam; bentuk kurungan ikan yang secara keseluruhan terendam didalam air dan bergantung kepada pelampung / rangka apung.

3. kurungan lepas dasar ; biasanya terbuat dari kotak kayu / bambu dan diletakan pada dasar air yang beraliran deras, dan diberi pemberat / jangkar.

4. Keramba jaring apung ; jaring kurung apung ini terikat pada suatu rangka dengan disukung oleh pengapung-pengapung. (Nikijuluw V.P.H, 1992).

Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik kerambah jaring apung (KJA) lebih efisien dari segi biaya dari pada teknik tambak di kawasan danau atau perairan tertutup yang sifatnya permanen dan rentan terhadap konflik kepemilikan lahan atau tanah.Selain itu keramba jaring apung termasuk alat produksi yang fleksibel, karena bila tidak berproduksi kerambah dapat didaratkan untuk menjaga keamanan dan pemeliharaannya.


(21)

Kerambah jaring apung merupakan bentuk / system kurungan yang banyak sekali di pakai dan bentuk serta ukurannya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaannya, (Beveridge 1987, Christensen, 1989) di karenakan system keramba ini memiliki nilai yang ekonomis (murah) dan merupakan cara yang sangat baik untuk menyimpan berbagai organisme air, maka banyak sekali kegunaannya yaitu : Sebagai sarana penyimpanan sementara, Sebagai tempat pemeliharaan pembesaran ikan - ikan konsumsi, tempat penyimpanan dan transportasi ikan umpan, wadah organisme air untuk memonitor kualitas lingkungan, sarana pemeliharaan untuk tujuan “Re – Stocking“ (Ahmad et al, 1991).Sejauh ini kerambah jaring apung merupakan yang paling baik untuk budidaya ikan secara intensif dibandingkan cara lain seperti kurung tancap (Pens), Tambak (pond), kolam (tank), ataupun kolam arus, ditinjau dari segi- segi: pengelolaan mudah diterapkan, tingkat kualitas ikan peliharaan, pemanfaatan sumber daya maupun nilai ekonomisnya (Nikijuluw V.P.H, 1992).

pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah 1. Arus air pada lokasi kerambah jaring apung.

Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan.Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan


(22)

jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.

2. Kedalaman perairan keramba jaring apung

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

3. Tingkat kesuburan air kerambah jaring apung.

Pada perairan umum dan waduk ditinjau dari tingkat kesuburannya dapat dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.


(23)

4. Kerambah jaring apung bebas dari pencemaran.

Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus. Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

5. Kualitas air kerambah jaring apung.

Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.


(24)

6. lokasi kerambah jaring apung bukan daerah up-welling

Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up-welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari.kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

2.1.2 Konstruksi Wadah Kerambah Jaring Apung 1. Kerangka kerambah jaring apung

Kerangka jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi).Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnofasi kembali.

Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun.Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan kayu sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak.


(25)

kayu yang digunakan untuk kerangka jaring terapung ukurannya berkisar antara 5 X 5 meter sampai 10 X 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Danau Toba pada umumnya menggunakan kerangka dari kayu dengan ukuran 5 x 5 meter.Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak tetapi satu unit.Satu unit jaring terapung terdiri dari 10 buah petak.

2. Pelampung kerambah jaring apung

Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/ jaring terapung. Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau plastik) yang berkapasitas 200 liter, busa plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang akan digunakan biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian. jika akan menggunakan pelampung dari drum maka drum harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring terapung berukuran 7 X 7 meter, dalam satu unit jaring terapung membutuhkan pelampung antara 45 buah

3. Pengikat kerambah jaring apung

Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm, besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring. 4. Jangkar kerambah jaring apung

Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring terapung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang. Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali pemberat/tali


(26)

jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring terapung empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada masing-masing sudut dari kerangka jaring terapung, berat jangkar berkisar antara 50 – 75 kg.

5. Jaring kerambah jaring apung

Jaring yang digunakan untuk budidaya ikan di perairan Danau Toba, terbuat dari bahan polyethylene. Ukuran mata jaring yang digunakan tergantung dari besarnya ikan yang akan dibudidayakan. ukuran yang biasa di gunakan Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm). Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di Danau Toba, khususnya dalam budidaya ikan di jaring terapung ukuran jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inci. Untuk l Kantong jaring yang digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring utuh.Dalam hal ini biasanya jaring dijual dipasaran berupa lembaran atau gulungan.

Langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat kantong jaring adalah membuat desain/rancangan kantong jaring yang akan dipergunakan. Ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan berkisar antara 2 X 2 m sampai dengan 10 X 10 m. Setelah ukuran kantong jaring yang akan dipergunakan, misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 X 7 X 2 m, langkah selanjutnya adalah memotong jaring. Untuk memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat terpasang di perairan. Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah


(27)

berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring dalam keadaan tertarik/terbuka.

6. Pemberat kerambah jaring apung

Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu yang di bungkus dengan jaring yang masing-masing beratnya antara 2–5 kg.Fungsi pemberat ini agar jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut kantong jaring terapung.

7. Tali / tambang kerambah jaring apung

Tali / tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi perairan pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali / tambang yang digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan tali ris.

Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung.Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7X7X2m maka tali risnya adalah 7m X 4 =28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai panjang 28 m +( 4 X 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya ikan.


(28)

8. Gudang dan Ruang Kerja Kerambah Jaring Apung

Bangunan gudang/ruang jaga dan ruang kerja atau peralatan ibangun di atas rakit dengan jumlah pelampung lebih banyak. Kebutuhan akan gudang dan ruang kerja terasa jika usaha budidaya terdiri atas beberapa buah keramba. Gudang digunakan untuk menyimpan stok pakan dan peralatan budidaya.Gudang dapat juga digunakan sebagai ruang jaga sehingga bangunan gudang tidak perlu luas mengingat daya apung rakit terbatas.Runag kerja atau peralata kerja digunakan terutama pada waktu panen.Bangunan gudang, ruang jaga, dan ruang kerja dibuat dengan bahan yang ringan, seperti papan lapis dan seng. Bangunan bersatu dengan ukuran 3x3 m engan pembagian luas gudang 1x2 m2, ruang jaga 2x2 m2, dan peralatan 1x3 m2. Gudang, ruang jaga, dan peralat kerja berada dalam satu atap.Rakit bangunan bersatu dengan rakit untuk pemeliharaan biota budidaya. Akan tetapi, rakit bangunan ditempatkan di bagian hilir sehingga aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut tidak mengganggu ketenangan biota budidaya. Gudang ini berfungsi juga sebagai dermaga.

2.1.3 Pemasaran Hasil Perikanan

Dalam pengertian dunia perusahaan, perkataan produksi dipakai sebagai Tindakan pembuatan barang-barang, sedangkan perkataan distribusi (marketing) dipakai sebagai tindakan yang bertalian dengan pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan atau ke pihak konsumen. Istilah pemasaran dan tataniaga yang sering didengar dalam ucapan sehari-hari dinegeri kita adalah terjemahan dari atau berasal dari perkataan “marketing” (Hanafiah danSaefuddin, 1983). Menurut Hanafiah danSaefuddin; dalam buku Tata Niaga Hasil Perikanan


(29)

(1983) menyatakan tataniaga atau pemasaran hasil perikanan mempunyai sejumlah ciri, diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan diserap oleh konsumen akhir secara relatip stabil sepanjang tahun sedangkan penawarannya sangat tergantung kepada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim.

2. Pada umumnya pedagang pengumpul memberi kredit (advancedpayment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk dapat memperoleh bagian terbesar dari hasil perikanan dalam waktu tertentu.

3. Saluran tataniaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari : produsen (nelayan atau petani ikan), pedagang perantara sebagai peengumpul, wholesaler (grosir), pedagang eceran dan konsumen (industry pengolahan dan konsumen akhir).

4. Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai konsumen pada umumnya meliputi proses-proses pengumpul, pengimbagan dan penyebaran, dimana proses-proses pengumpulan adalah terpenting. Kedudukan terpenting dalam tataniaga atau pemasaran hasil perikanan terletak pada pedagang pengumpul daalam fungsinya sebagai pengumpul hasil, berhubung daerah produksi terpencar-pencar, skala produksi kecilkecil dan produksinya berlangsung musiman.


(30)

5. Tataniaga atau pemasaran hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.

Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi atau menimbulkan masalah dalam pemasarannya. Ciri-ciri dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (smallscale) dan di daerah terpencar-pencar serta spesialisasi.

2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relatip stabil sepanjang tahun. Sifat demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang musiman dan jumlahnya tidak berketentuan karena pengaruh cuaca, menimbulkan masalah dalam penyimpanan dan pembiayaan

3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah rusak (perishabel).

4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan menunjukkan bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu tetap, tetap berubah-ubah dari tahun ke tahun (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).

Keuntungan bisnis keramba memang menggiurkan.Tapi budidaya ini juga memerlukan kesabaran dan keuletan.Diantaranya jika pergantian musim tiba, maka keberadaan ikan keramba terancam oleh berbagai jenis penyakit ikan yang menimbulkan kematian dalam jumlah besar.


(31)

Meskipun demikian pengembangan KJA masih menghadapi masalah antara lain : 1). pemilihan lokasi budidaya yang setidaknya dapat berjalan sepenjang

tahun, bebas dari pengaruh gelombang besar, sehingga menjamin penggunan keramba jaring apung secara optimal.

2). Ketersediaan benih sampai saat ini masih mengandalkan dari alam dan sedikit jumlahnya karena sangat dipengaruhi oleh musim. Penyediaan pakan berupa ikan rucah masih terbatas dan penyediaannya bersaing dengan kebutuhan konsumsi manusia.

3). Pengenalan kepada petani ikan dan nelayan yang mungkin saja masih dihadapkan pada kendala-kendala sosial budidaya karena sudah terpaku anggapan bahwa laut adalah tangkap menangkap bukan tempat budidaya (Anggawati, 1991)

Pengawasan dan perawatan rutin setiap hari merupakan faktor keberhasilan dari upaya pembesaran ikan dengan KJA. Pengotoran jaring (kurungan) baik yang disebabkan oleh sampah, pelumpuran maupun jasad pengganggu yang menempel pada jaring akan menjadi penyebab turunnya derajat pergantian air dalam kurungan (Abdulkadir, 2010).

Berikut ini beberapa syarat perairan untuk pemeliharaan nila di KJA.

- Kondisi air tidak tercemar serta telah memenuhi persyaratan minimalbaku mutu kualitas dan baku mutu budidaya.

- Kedalaman air minimum 5 meter dari dasar jaring pada saat surut rendah


(32)

- Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/liter, ammonia (NH3) kurang dari 0,02 mg/liter, dan kecerahan yang diukur dengan Secchi disk lebih dari 3 meter. (Wiryanta dkk, 2010).

Kerambah jaring apung (KJA) merupakan pola pembesaran ikan nila yang banyak dilakukan didanau atau waduk. Jaring yang digunakan untuk pemeliharaan diapungkan di danau atau waduk dengan bantuan pelampung berupa drum plastic atau drum baja. Untuk mencegah KJA tidak berpindah tempat, petani biasanya menancapkan jangkar di dasar perairan. Pada KJA yang jumlahnya banyak, petani umumnya membangun rumah ditasnya untuk tempat penampungan pakan dan tempat tinggal para pekerja (Wiryanta dkk, 2010).

Operator/teknisi jaring apung harus rajin memperhatikan perilaku ikanikan yang dipelihara. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut :

a. Nafsu makan dan dosis pakan

b. Tingkat kegesitan ikan. Bila ada ikan yang tampak lemah maka harus diambil contoh untuk diperiksa apakah ada sesuatu gejala penyakit atau tidak.

c. Kualitas air.

d. Tingkat kecerahan air waduk/danau. Bila derajat kecerahan kurang dari 15 cm, berarti plankton terlalu lebat sehiongga kandungan oksigennya deficit pada malam hari yang dapat membahayakan ikan. Nilai kecerahan untuk waduk dan danau sebaiknya lebih dari 100 cm.

e. Luas keramba di waduk maksimum 2% dari luas perairan. Batas maksimum ini biasanya ditentukan oleh pemerintah daerah setempat.


(33)

f. Pembatasan kapasitas produksi keramba.

g. Kecepatan arus dilokasi keramba tidak kurang dari 5-10 m/detik.

h. Hama pemangsa ikan dan/atau perusak jaring yang dapat menyebabkan kerugian. Hama tersebut ialah burung pemasangsa, berang-berang, ular, belut, ikan-ikan buas dan kura-kura yang merusak jaring. Hama dapat dihalau dengan pemasangan perangkap, pembersihan tepi waduk dan pelaksanaan patrol secara periodik (Rachmatun, 2010).

2.1.4 Peranan Kerambah Jaring Apung

Dengan adanya sistim budidaya ikan dalam keramba, maka diharapkan anak-anak ikan yang ikut tertangkap akan dibudidayakan, sehingga akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan bila ditangkap waktu masih kecil. Secara garis besar peranan budidaya ikan dalam keramba adalah :

1. Mendukung usaha peningkatan pembinaan sumber hayati di perairan umum.

2. Meningkatkan produksi yang bernilai ekonomi tinggi serta memenuhi kebutuhan konsumsi ikan secara terus menerus.

3. Meningkatkan pendapatan para petani ikan serta kesejahteraan petani ikan sepanjang tahun.

4. Menghindari adanya masa paceklik bagi para nelayan dimana pada musim barat para nelayan tidak dapat menangkap ikan.

5. Memperluas lapangan kerja bagi nelayan dan masyarakat secara umum. Pemasangan Keramba Bentuk keramba hanya dibedakan


(34)

menjadi dua macam yaitu berbentuk empat persegi dan bundar panjang.

2.1.5 Defenisi sosial ekonomi

Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat.Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan, dan pekerjaan.Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai kesehatan yang maksimal pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat di lingkungan sekitar. Didalam kehidupan bermasyarakat terdapat pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur sosial tertentu.

1. Tujuan Ekonomi dan Tujuan Ekosistem

Kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sabagian besar mempunyai relevansi terhadap konservasi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Response dan akselerasi pembangunan ekonomi membutuhkan pemeliharaan lingkungan hidup yang mendukung kegiatan ekonomi dan sosial yang dinamis, selain menentukan kebijaksanaan juga ditingkat nasional membutu hkan program-program ditingkat lokal dan wilayah yang dapat di laksanakan.

Pembangunan nasional tidak akan tumbuh pesat apabila kehidupan ekonomi wilayah dan lokal tidak dinamis, stabil dan penuh ketidakpastian. Pembangunan juga tidak akan berjalan pesat apabila anggaran belanja


(35)

pembangunan tidak akan mencukupi. Kecenderungan yang terjadi dalam oembangunan ekonomi adalah tidak memperhitungkan nilai-nilai pemanfaatan sumber daya yang tidak memiliki harga, seperti nilai – nilai intrinsik sumber daya alam maupun beban sosial masyarakat akibat pemanfaatan sumberdaya.

Tidak adanya penilaian terhadap sumberdaya ini selanjutnya menimbulkan eksternalitas –eksternalitas tersendiri (terutama eksternalitas negatif ) yang sangat merugikan masyarakat secara keseluruhan.Masyarakat harus menanggung beban/biaya sosial yang timbul dalam setiap, Pemanfaatan sumberdaya tanpa sedikitpun diberi “kompensasi”.

Beban /biaya sosial terbesar yang harus di tanggung oleh masyarakat saat ini maupun masyarakat dimasa yang akan datang adalah penurunan kualitas kehidupan dan lingkungan, yang tentu saja dalam jangka panjang tidak menjamin pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan (tujuan ekosistem dalam pembangu nan berkelanjutan tidak akan tercapai).

Oleh karena itu, maka dalam program - program pembangunan wilayah pemukiman sekelompok masyarakat, harus memperhatikan tujuan ekosistem ini. Setiap program yang di laksanakan harus di evaluasi dampaknya terhadap lingkungan. Selain itu, penilaian terhadap sumberdaya-sumberdaya yang di manfaatkan (baik nilai ekstrinsik maupun intrinsiknya) sangat diperlukan untuk menghindari, setidaknya mengurangi, eksternalitas.

Jikalau eksteralitas telah terjadi, maka upaya–upaya internalisasi berbgai dampak keluar (eksternalitas) ini harus di lakukan, misalnya dengan bentuk-bentuk kompensasi. Dengan demikian, segala aktifitas yang ditujukan untuk


(36)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ataupun efesiensi kapital (tujuan ekonomi) akan tetap memperhatikan pengelolaan yang berkelanjutan.

2. Tujuan Sosial Ekonomi dan Tujuan Ekosistem

Untuk dapat mengelola sumber daya secara berkelanjutan, kebijaksanaan lingkungan yang lebih menekankan pada konservasi dan perlindungan sumber daya tersebut,untuk mendukung kelangsung hidupnya. Bila hal ini tidak diperhati kan akan memberikan dampak yang buruk terhadap dan mempengaruhi keberhasi lan jangka panjang dalam upaya konservasi sumberdaya lingkungan. Selain itu, masalah hak kepemiikan merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan sumber daya yang efesien, merata dan berkelanjutan. Sumberdaya yang dimiiliki oleh umum (Tidak jelas hak kepemilikan) telah mengarah pada sumberdaya akses terbuka (open acces), dimana dalam keadaan ini, siapapun dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada tanpa sedikit mempunyai insentif untuk memelihara kelestariannya pengukuhan. Hak-hak kepemilikanakan memperjelas posisi kepemilikan suatu pihak sehingga pihak tersebut dapat mencapai kelestarian (upaya konservasi)dan mempertahankan apa yang telah menjadi miliknya dari intervensi maupun ancaman dari pihak luar. Kearifan – kearifan (wisdoms ) lokal harus di pahami dan dijadikan sebagai dasar / landasan dalam membuat program -program pengembangan wilayah tersebut. Untuk itu, masyarakat lokal, sebagai pihakyang menguasai pengetahuan tradisional (Traditional knowledge) yang dimilikinya harus diikutkan dalam upaya perumusan / pembuatan program- program tersebut. Jika hal ini dapat dilakukan dan terealisasi, maka partisipasi aktif dari masyarakat dalam pembangunan akan muncul dengan sendirinya.


(37)

2.2. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Adapun yang dilakukan, hakikatnya dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yag baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensional yang ekonomi. Oleh sebab itu, sasaran pembangunan yang minimal dan pasti ada menurut Todaro dalam Suryana (2000) adalah :

1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.

2. Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai – nilai budaya manusiawi, yang semata – mata bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, akan tetapi untuk meningkatkan kesadaran akan harga diri baik individu maupun nasional.

3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional dengan cara membebaskan mereka dari


(38)

sikap buak dan ketergantungan, tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain, tetapi dari sumber – sumber kebodohan dan penderitaan.

Suryana (2000) menyebutkan ada empat model pembangunan, yaitu model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinal dan model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang – barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai atas maksimal.

Orientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih menekankan pada pertumbuhan (growth) turut memperparah ketimpangan antara desa dan kota. Ekonomi perdesaan tidak memperoleh nilai tambah (value added) yang proposional akibat dari wilayah perkotaan hanya sekedar menjadi pipa pemasaran dari arus komoditas primer dari pedesaan, sehingga sering terjadi kebocoran wilayah yang merugikan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri (Tarigan ,2005).

Dalam konteks pembangunan spasial, terjadi urban bias yang cenderung mendahulukan pertumbuhan ekonomi melalui kutub – kutub pertumbuhan yang diharapkan dapat menimbulkan efek penetesan (trickle down effect ) ke wilayah

hinterland-nya. Ternyata net-effect-nya menimbullkan pengurasan besar


(39)

terjadi transfer sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara besar – besaran. Walaupun kawasan perkotaan juga berperan penting dalam mensuplai barang – barang dan pelayanan untuk pertumbuhan dan produktifitas pertanian

2.2.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini di definisikan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno 1996). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan rill masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.

2.2.2 Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Dalam undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, wilayah adalah ruang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi,et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geoggrafis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen – komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional.

Sehingga batas wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis .komponen-komponen wilayah mencakup komponen


(40)

biosik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu.

Pendekatan yang di terapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia sangat beragam karena di pengaruhi pleh perkembangan teori dan model pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, system pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003). Pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan melalui penyebaran penduduk lebih rasional,meningkatkan kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado,2002).

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2002) prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah adalah :

1. Sebagai growth center Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect)

2. pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah disekitarnya, bahkan secara nasional


(41)

3. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.

4. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.

5. Dalam pengembangan wilayah,mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

Pembangunan regional adalah bagian yang integral dalam pembangunan nasional.karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan akan dapat terdistribusi dan teralokasi ketingkat regional. Untuk mencapai keseimbangan regional terutama dalam perkembangan ekonominya maka diperlukan beberapa kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang mengacu kebijaksanaan regionalisasi atau perwilayahan. Salah satu model pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep pusat-pusat-pusat-pusat pertumbuhan menekan kan pada fakta bahwa pembangunan tidak terjadi dimana – mana secara serentak, tetapi di tempat-tempat tertentu yang disebut sebagai pusat pertumbuhan dan pada akhirnya akan menyebar melalui berbagai saluran dan mempunyai akibat akhir yang berlainan pada perekonomian secara keseluruhan.

2.2.3 Aspek Ekonomi

Dalam masyarakat dampak yang terjadi pada suatu proyek pembangunan manusia sifatnya kompleks dn tidak sama untuk semua tempat. Dampak positif


(42)

untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat lain. Selain itu juga dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak langsung, sebagai contoh misalnya akibat banyaknya pembangunan, dapat meningkatkan pendapatan dan menimbulkan peningkatan gizi, dan kesehatan, meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan pula permintaan akan barang, pendidikan dan jasa lainnya.

Akibat ini semua akan menimbulkan dampak pada hubungan antar manusia, seperti perpindahan mata pencahrian, pemindahan tempat, pemukiman, mobilitas dan sebagainya yang akhirnya pada satu pihak berdampak positif dan dilain pihak berdampak negatif.

2.3. Pendapatan

2.3.1 Pengertian Pendapatan

Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang diterima dalam bentuk uang yang berasal dari usaha perikanan maupun di luar usaha perikanan dalam kurun waktu satu bulan.

Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karna dalam melakukan aktivitas usaha, manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan.

Menurut ahli ekonomi klasik, pendapatan ditentukan oleh kemampuan faktor -faktor produksi dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar kemampuan faktor faktor produksi menghasilkan barang dan jasa , semakin besar pula pendapatan yang diciptakan.


(43)

Mayers dalam terjemahan sitohang (1996), memandang pendapatan dari sisiefektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “pendapatan adalah Nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat pengeluaran Konsumsi masyarakat.

Menurut skousen dan stice (Akbar, 2009:563) pengertian pendapatan adalah Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan utang (atau sebuah kombinasi dari keduanya) dari pengantaran barang, memberikan pelayanan atau aktivitas lain yang membentuk operasi pokok atau bentuk entitas yang terus berlangsung.

Menurut Munandar (2006:18) memberikan defenisi Pendapatan adalah suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karna pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset yang disebabkan karna bertambahnya liabilities.

Menurut sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterimaoleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan yaitu:

Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperolehtanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatunegara Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang

harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siapdibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.


(44)

Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa- jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.menurut sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilanyang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.menurut teori milton friedman bahwa pendapatan masyarakat dapatdigolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:

a. pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapatdiperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.

b. pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukankekayaan seseorang. Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorangdalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai tambahinilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatanyang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilanmempunyai


(45)

produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar, (winardi, 1988). 2.3.2 Konsep Pendapatan

Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu. Proses arus tersebut yaitu:

a. pada waktu penyelesaian kegiatan utama

pelaporan diharapkan dapat dapat meberikan informasi yang bermanfaat dalam rangka pengambilan usaha dan dapat dipahami oleh orang-orang yang dapat di percaya mengenai aktivitas perusahaan dan aktivitas ekonomi serta bersedia mempelajari informasi

b. Pada saat dijadikan kejadiaan teoritis

pelaporan keuangan harus dapat memberikan informasi tentang sumber ekonomi suatu perusahaan dan keadaan yang merubah sumber tersebut serta sesuai dengan kegunaanya yang diharapkan yaitu laporan keungan harus layak atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pemakai yang potensial. Dengan kata lain laporan keuangan harus diusahakan dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakainya.

c. Setelah pertukaran terjadi

Pada saat terjadi pembebanan beban didapat dengan pendapatan namun untuk beban tertentu meskipun tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan pelaporan dilakukan dengan periode terjadinya beban menjadikan suatu manfaat.


(46)

2.3.3 Unsur-Unsur Pendapatan

Dalam PSAK No23.7, dinyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima atau yang dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jadi untuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas oleh sebab itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Menurut Accounting Principles Board Statement (Assegaf, 2001:9)

Yang merupakan dewan yang bernaung dibawah Americaninstitute of

certifiedpublic accountants yang bertugas merumuskan prinsip-prinsip akutansi

yang dapat diterima, yang kemuian berganti menjadi Financial Accounting

Standart Board (FASB) menyatakan bahwa disamping penjualan barang barang

dan jasa pendapatan juga meliputi penjualan sumber-sumber lainnya seperti aktiva tetap dan investasi (surat-surat berharga).

Ada tiga unsur dalam pendapatan yaitu sebagai berikut:

a. Penjualan hasil produksi barang dan jasa merupakan unsur pendapatan pokok perusahaan. misalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa internet maka pendapatannya adalah dari hasil biaya internet

b. Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain dapat menjadi unsur pendapatan lain-lain bagi perusahaan jenis lain. Misalnya, pendapatan sewa untuk


(47)

perusahaan penyewa ruangan perkantoran menjadi unsur utama pendapatan sedangkan ruangan yang tidak terpakai diperusahaan jasa yang di sewa oleh perusahaan lain maka pendapatan tersebut merupakan pendapatan lain-lain.

c. Penjualan aktiva diluar barang dagang merupakan unsur pendapatan lain-lain suatu perusahaan. Misalnya, jasa penjualan gedung kantor, kendaraan bermotor dan lain-lain.

2.4 Pengukuran Pendapatan

2.4.1 Pengertian Pengukuran Pendapatan

Pengukuran pendapatan merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam laporan keuangan, karena dalam melakukan aktivitas usaha dan manajemen perusahaan tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan.

1. dasar pengukuran pendapatan

adalah suatu unsur diakui secara formal yang memenuhi elemen laporan keuangan. Sebuah unsur juga dapat diukur dalam satuan uang untuk dapat diakui pengungkapan merupakan pengakuan yang lebih tepat dalam situasi dimana yang relavan tidak dapat di ukur dengan handal.

2. Penetapan Pengukuran Pendapatan

Cara terbaik untuk pengukuran pendapatan adalah dengan menggunakan nilai barang atau jasa. Nilai tukar ini menunjukan ekuivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi dengan pelanggan. Tetapi


(48)

penyisihan semestinya harus dibuat untuk menunggu waktu hingga tagihan dibayar.

2.5 Tingkat Pendapatan

2.5.1. Pengertian Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan masih menjadi indikator utama tingkat kesejahteraan masyarakat, disamping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.Perkembangan tingkat pendapatan masyarakat dapat dilihat dari tingkat pendapatan perkapita atau pendapatan rata-rata per penduduk. Peningkatan nilai pdrb nominal yang mencapai 16,94 persen per tahun selama periode 2000-2008 meningkatkan secara langsung pendapatan per kapita nominal sebesar 16,37 persen per tahun. Apabila efek kenaikan tingkat harga dihilangkan, peningkatan laju pertumbuhan pdrb rill sebesar 5,01 persen juga meningkatkan secara langsung pendapatan perkapita rill masyarakat sebesar 4,25 persen per tahun pada periode yang sama.

Bila diamati pola perubahannya, peningkatan pendapatan per kapita nominal ternyata lebih berfluktuasi mengikuti perubahan tingkat harga umum atau inflasi, tetapi laju kenaikan pendapatan per kapita rill meningkat secara konsisten hingga mencapai 5,90 persen pada tahun 2008 dari 3,12 persen pada tahun 2001. Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan dua hal yaitu: (1) peningkatan produksi barang-barang dan jasa-jasa yang melebihi kenaikan tingkat harga umum dan (2) peningkatan pendapatan rill yang melebihi kenaikan jumlah penduduk.

Peningkatan pendapatan per kapita rill menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat telah mengalami perbaikan selama delapan tahun terakhir, namun bila


(49)

dilihat nilai absolutnya sebesar rp 3.077.525,48 pada tahun 2008, angkanya masih tergolong rendah. Secara keseluruhan pdrb per kapita provinsi jambi mencapai rp 5.196.810 pada tahun 2007, Kemampuan daya beli rill masyarakat hanya sebesar rp 256.460 per orang per bulan. Dengan anggapan satu keluarga beranggotakan 4 orang, berarti penghasilan rill rata-rata rumah tangga per bulan adalah sekitar rp 1.024.841. Jika digunakan nilai pendapatan nominal, dengan cara yang sama diperoleh pendapatanrumahtanga perbulan sebesar rp 2.432.247. Masih rendahnya taraf hidup masyarakat terkait erat dengan ketergantungan sumber penghidupan pada sektor pertanian tanpa diikuti oleh pengembangan industri pengolahannya sehingga nilai tambah yang diperoleh masih relatif kecil.

2.6 Penelitian Sebelumnya

Jumadi (2011) melakukan penelitian dengan judul: Penentuan Kesesuaian lahan Keramba Jaring Apung Kerapu Macan (Epinephelus Fuscogutattus) Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Pulau Panggang Kepulauan Seribu. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode aplikasi penginderaan jauh dan SIG untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi wilayah pesisir diarahkan pada pokok permasalahan dengan ruang lingkup studi: pengumpulan data primer dan sekunder, Survei lapang (ground check), penyusunan basis data SIG, Pengolahan dan interprestasi data citra satelit, pengolahan dan analisis kesesuaian lahan keramba jaring apung berdasarkan kriteria penilaian kesesuaian lokasi untuk budidaya sistem keramba jaring apung menurut modifikasi dari Tiensongrusmee et al. (1986); Bambang dan Tjahjo


(50)

(1997); Ali (2003); Kurniaty (2003); Rachmansyah (2004); KLH (2004); Wardjan (2005) dalamHartami (2008).

Lokasi dan objek penelitian tentang keramba jaring apung Kerapu Macan berada di perairan pulau Panggang, kepulauan seribu, Jakarta. Hasil analisis parameter-parameter substrat dasar, kedalaman perairan, keterlindungan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, kecepatan arus permukaan, pH, dan amonia menyebutkan bahwa seluruh parameter tersebut memenuhi syarat untuk kegiatan budidaya laut. Berdasarkan hasil penentuan kesesuaian lokasi budidaya Kerapu Macan di perairan Pulau Panggang terlihat bahwa sumberdaya wilayah perikanan budidaya laut yang termasuk dalam kelas sangat sesuai seluas 0,94 Km2, terletak di sebelah barat Pulau Panggang. Luas lahan budidaya yang termasuk dalam kelas sesuai mencapai 2,32 Km2, sedangkan wilayah budidaya yang termasuk dalam kelas tidak sesuai mencapai luas 3,20 Km2.

Nadeak (2009) Konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT Aquafarm Nusantara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau kualitatif. Keberadaan perusahaan asing di perairan danau toba menuai kontra dari masyarakat, terutama masyarakat petani kerambah jaring apung yang menggantung hidupnya dari hasil pembudidayaan ikan dengan sistem kerambah jaring apung ,dari hasil penelitian yang telah di lakukan dilapangan menunjukkan bahwa konflik antara petani kerambah jaring apung dengan PT Aquafarm Nusantara berawal sejak banyaknya ikan-ikan illegal dari perusahaan asing tersebut beredar dipasar lokal.


(51)

Akibat dari ikan-ikan illegal yang dijual dengan harga murah dipasar lokal tersebut menyebabkan hasil panen petani kerambah menumpuk dan tidak laku. Karna itu masyarakat petani kerambah merasa dirugikan dengan keberadaan PT Aquafarm Nusantara di perairan Danau Toba. Maraknya isu pencemaran air Danau Toba juga mengancam usaha petani kerambah kecil, karna akibat isu tersebut, pemerintah melakukan penertiban kerambah di Danau Toba, sehingga banyak diantara masyarakat petani kerambah yang mengalami penggusuran. Pemerintah menetapkan zona-zona tertentu sebagai lokasi yang dapat dijadikan lokasi pembudidayaan ikan diperairan Danau Toba.

Perdana (2008) Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Dan Nila Pada Keramba Jaring Apung (Kja) Sistem Jaring Kolor Di Kja Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif atau kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956.

Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya. Hasil perhitungan nilai Net B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206.Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen. Dengan demikian, usaha


(52)

Produksi Ikan (Y1)

Tingkat Pendapatan (Y2)

pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu tahun tujuh.Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian, pemeliharaan ikan nilai sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan jaring bawah/jaring kolor akan memberikan tambahan hasil produksi yang dapat memberikan kelayakan lebih tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan. 2.7Kerangka Konseptual

dalam Sugiyono (2009:8) mengemukakan bahwa, “kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berikut ini adalah model kerangka konseptual yang menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variable penelitian.

Pakan (X2) KerambahJaring

Apung (X1)


(53)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.8 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:93) hipotesis merupakan “jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, oleh karna itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam kalimat pernyataan.Dikatakan sementara karna jawaban yang diberikan baru didasarkan teori relevan belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dirumuskan serta teori-teori pendukung, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Keadaan luas kerambah jaring apung, pakan, bibit berpengaruh dan berdampak positif terhadap hasil produksi ikan.

2. Keadaan luas Kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit, dan

Produksi ikan berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan masyarakat.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Dilakukan di sekitar Kawasan Danau Toba Sumatera Utara.Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena Kerambah Jaring Apung ini diarahkan untuk peningkatan pendapatan masyarakat di Kawasan Danau Toba.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut sugiyono (2005:90) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari.kemudian ditarik kesimpulan yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kelurahan Parapat Kabupaten simalungun.

3.2.2 Sampel

Menurut sugiyono (2005:91)Sampel adalah bagian dari sebuah populasi yang karakteristiknya dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi tersebut.Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive samplingadalah sebanyak 50 orang yang mempunyai Kerambah Jaring Apung di kelurahan parapat kabupaten simalungun.


(55)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan pengamatan langsung di lapangan melalui wawancara langsung dengan petani ikan pemilik kerambah jaring apung, buruh tani dan informan lainnya yang ditetapkan secara purposive sampling. Informan terdiri dari pedagang input dan output maupun petugas pengawas perikanan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, jurnal, kripsi, internet, dan dari instansi-instansi yang terkait lainnya.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Kuisioner

Yaitu penggunaan kuisioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang di gunakan oleh peneliti untuk mengukur variable yang ada dalam penelitian. Menurut Masri Singarimbun dan Tri Handayani (2008) tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah :

1. Memperoleh informasi yang yang relevan dengan tujuan survey.

2. Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. 3. Wawancara.


(56)

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi.

Pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya kepada responden terpilih, yakni masyarakat di kelurahan Parapat Kabupaten simalungun.

3.4.2 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan dan mempelajari informasi dan data-data yang diperoleh melalui jurnal, situs, internet, buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Metode Analisis Deskriptif

Yaitu salah satu model analisis dengan cara data yang disusun dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data dari data primer berupakuesioner yang telah diisi oleh sejumlah responden.

3.5.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Data primer yang telah dikumpulkan melalui kuisioner terlebih dahulu diklasifikasi, ditabusi, dan selanjutnya diolah sesuai dengan alat analisis yang di pakai.Dampak keberadaan kerambah jaring apung terhadap tingkat pendapatan masyarakat.Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda.Metode analisis regresi berganda yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel (Luas Keramabah Jaring


(57)

Apung, Pakan, Bibit) dan variabel terikat adalah (Produksi Ikan, dan Tingkat Pendapatan) untuk hasil yang lebih terarah, peneliti menggunakan bantua SPSS 20. Menurut Sugiono (2003:204). Analisis di lakukan dengan menggunakan Regresi berganda. Dengan dua kali meregres, rumus yang digunakan adalah sebsgai berikut:

Y1 = α+ b1X1+ b2X2+ b3X3 + e

Keterangan:

Y1 = Produksi Ikan (ton/kg)

X1 =luas Kerambah Jaring Apung (M3)

X2 = Pakan (kg)

X3 = Bibit (ekor)

b1,b2, b3 = Koefisien Regresi

e = term of error Regresi kedua

Y2 =α+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ Y1

Keterangan:

Y2 = Tingkat Pendapatan

X1 =luas Kerambah Jaring Apung (M3)

X2 = Pakan (kg)

X3 = Bibit (ekor)

b1,b2, b3 = Koefisien Regresi


(58)

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistic apabila nilai uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistik berada dalam daerah dimana Ho diterima.

3.5.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap tingkat pendapatan maka di lakukan pengujian dengan menggunakan.

3.5.3.1 Uji F (Uji Secara Simultan)

Bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05. Kriteria pengujian hipotesis untuk uji serempak:

H0 : b1 = b2=b3 = 0; kerambah jaring apung tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakatwilayah Danau Toba.

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠0, kerambah jaring apung berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat wilayah Danau Toba

Rumus:

H0diterima apabila nilai signifikan >∝ toleransi

H0ditolak apabila nilai signifikn <∝ toleransi


(59)

3.5.3.2 Uji t (Uji Secara Parsial)

Test uji parsial menguji setiap variabel bebas (luas kerambahX1, pakan X2, bibit X3) apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Produksi ikan Y1), dan (X1,X2,X3) terhadap ( Pendapatan Y2) secara parsial.

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi dependen.Kriteria pengujiannya adalah :

a. H0: βi= 0 artinya tidak terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) yaitu Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel terikat yaitu (Y1) Produksi Ikan dan (Y2) Tingkat Pendapatan.secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

b. Ha : βi≠ 0 artinya terdapat pengaruh variabel bebas (X1,X2,X3) yaitu Luas kerambah Jaring Apung, Pakan, Bibit terhadap variabel terikat yaitu (Y1) Produksi Ikan dan (Y2) Tingkat Pendapatan. Secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ketentuan:

H0 diterima apabila nilai signifikan >∝ toleransi H0ditolak apabila nilai signifikan <∝ toleransi


(60)

3.5.3.3Koefisien Determinasi (R

²)

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat. Jika (R)² semangkin besar atau mendekati satu, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel dependent (luas kerambahX1, pakanX2,bibitX3, produksi ikan Y1) terhadap variabel independent (tingkat pendapatan Y2).Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.Sebaliknya jika determinan (R²) semakin mengecil atau mendekati angka nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin mengecil.Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(61)

3.6Batasan Operasional

Untuk pengaruh tingkat pendapatan dibatasi hanya pada tiga indikator yaitu luas kerambah jaring apung, pakan dan bibit.

3.7Defenisi Operasional

Penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:

1. Variabel bebas, adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain.

1. Kerambah Jaring Apung (X1)

Kerambah jaring apung adalah wadah pemeliharaan ikan terbuat dari jaring yang di bentuk segi empat atau silindris ada diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu, atau besi, serta sistem penjangkaran. Dari jaring berukuran 1m x 1m x 1m sampai 7m x 7m x 7m bagian atas kerambah jaring apung mencuat 25-50 cm.

2. Pakan (X2)

Pakan adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hidup.Makanan yang diperlukan ikan, selain makanan alami dapat diberikan makanan buatan.


(62)

3. Bibit (X3)

Bibit adalah benih ikan yang baru menetas sampai mencapai ukuran panjangtubuh 5-6 cm (Sachlan, 1975). Benih yang tel ah melalui pembibitan/pesemaian bertujuan untuk menyiapkan ikan yang berkualitas baik.

2. Variabel Terikat, adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. 4. Produksi Ikan (Y1)

Produksi ikan adalah hasil dari ikan-ikan yang di dapat dari kerambah jaring apung dan dari pemeliharaan ikan yang akan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi.

5. Tingkat Pendapatan masyarakat (Y2)

Pendapatan masyarakat adalah penghasilan yang diperoleh masyarakat setiap bulan dalam jumlah rupiah. Pendapatan yang akan diukur adalah penerimaan atau penghasilan yang diterima dalam bentuk uang yang berasal dari usaha perikanan maupun di luar usaha perikanan dalam kurun waktu satu-tiga bulan.


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Danau Toba

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘ Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara.Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2 dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km2.

Luas Wilayah Dta Danau Toba Tabel 4.1

No Kabupaten Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 Samosir Simanindo Pangururan Palipi Nainggolan Onan Runggu Ronggur Ni Huta Harian Sitio-tio Sianjur Mula-mula 198,20 121,43 129,55 87,86 60,89 94,87 560,45 50,76 140,24 2 Toba Samosir Lumban Julu

Uluan Porsea Laguboti Sigumpar Balige Ajibata Tampahan 145,40 118,00 87,10 73,90 25,20 91,05 72,80 24,45


(1)

LAMPIRAN 9

Tabulasi Butir Regresi Pada Petani Usaha Kerambah Jaring Apung Di

Danau Toba

Respo nden

Q47 Q48 Q49 Q50 Q51 Q52 Q53 Q54 Q55

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

2 3 2 4 5 3 2 4 5 3

3 5 2 1 2 5 2 1 2 5

4 4 1 4 3 4 1 4 3 6

5 2 2 3 3 2 2 3 3 4

6 5 2 1 4 5 2 1 4 6

7 3 2 1 2 3 2 1 2 3

8 2 2 3 3 2 2 3 3 3

9 2 2 1 1 2 2 1 1 4

10 1 3 2 3 1 3 2 3 1

11 1 3 1 2 1 3 1 2 1

12 2 3 1 4 2 3 1 4 3

13 2 3 1 4 2 3 1 4 4

14 4 1 4 3 4 1 4 3 3

15 2 2 3 3 2 2 3 3 3

16 4 2 4 5 4 2 4 5 5

17 4 1 4 3 4 1 4 3 3

18 2 2 1 2 2 2 1 2 2

19 2 4 2 3 2 4 2 3 3

20 1 3 1 2 1 3 1 2 2


(2)

22 4 2 3 5 4 2 3 5 5

23 2 2 1 3 2 2 1 3 3

24 1 2 1 2 1 2 1 2 2

25 2 2 3 2 2 2 3 2 2

26 2 2 1 3 2 2 1 3 3

27 3 2 2 3 3 2 2 3 3

28 3 3 1 3 3 3 1 3 3

29 2 2 3 2 2 2 3 2 2

30 4 2 1 2 4 2 1 2 2

31 2 2 1 2 2 2 1 2 2

32 2 2 2 3 2 2 2 3 3

33 2 2 1 3 2 2 1 3 4

34 4 2 1 3 4 2 1 3 3

35 3 2 2 3 3 2 2 3 3

36 5 2 1 2 5 2 1 2 3

37 3 2 1 2 3 2 1 2 6

38 2 2 1 3 2 2 1 3 4

39 5 2 1 3 5 2 1 3 3

40 2 4 1 4 2 4 1 4 3

41 2 2 4 2 2 2 4 2 2

42 2 2 4 3 2 2 4 3 1

43 2 2 1 3 2 2 1 3 3

44 2 2 4 3 2 2 4 3 1


(3)

46 1 3 1 1 1 3 1 1 1

47 2 3 1 1 2 3 1 1 1

48 2 2 2 1 2 2 2 1 3

49 1 2 1 2 1 2 1 2 2


(4)

Produksi ikan (Y1)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

1 .491a .241 .191

a. Predictors: (Constant), bibit, pakan, luaskerambah ANOVAa

Model Sum of Squares Mean Square F Sig.

1 Regression 13.631 4.544 4.866 .005b

Residual 42.949 .934

Total

56.580 a. Dependent Variable: produksiikan

b. Predictors: (Constant), bibit, pakan, luaskerambah

Coefficientsa Variabel Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .097 .819 .118 .906

Luaskeram

bah .393 .127 .424 3.086 .003

Pakan .262 .124 .289 2.111 .040

Bibit .526 .247 .308 2.128 .039

a.Dependent Variable: produksiikan

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1 bibit, pakan,

luaskerambahb . Enter

a. Dependent Variable: produksiikan b. All requested variables entered.


(5)

Tingkat Pendapatan (Y2)

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1 Produksiikan,

bibit, pakan,

luaskerambahb

. Enter

a. Dependent Variable: Tingkatpendapatan b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1

.719a .517 .474 .97213

a. Predictors: (Constant), produksiikan, bibit, pakan, luaskerambah

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regressi

on 45.473 4 11.368 12.029 .000

b

Residual 42.527 45 .945

Total 88.000 49

a. Dependent Variable: Tingkatpendapatan

b. Predictors: (Constant), produksiikan, bibit, pakan, luaskerambah Coefficientsa

Variabel coefisien t Sig

(Constant) 2.314 2.809 .007

luaskerambah .400 2.845 .007

Pakan -.352 -2.697 .010

Bibit -.593 -2.279 .027

Produksiikan .580 3.913 .000


(6)