Fungsi Izakaya Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang berperan besar untuk memenuhi segala kebutuhan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat tersebut dapat berbentuk materi maupun non materi. Sebagian besar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh kebudayaan yang ada pada masyarakat itu sendiri.

Menurut Supartono (2001:30) kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata budh yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan adalah culture, berasal dari kata culere (bahasa Yunani) yang berarti mengerjakan tanah. Dengan mengerjakan tanah, manusia mulai hidup sebagai penghasil makanan (food producing). Hal ini berarti manusia telah berbudi daya mengerjakan tanah karena telah meninggalkan kehidupan yang hanya memungut hasil alam saja (food gathering).

Malinowski menyebutkan bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkatan kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas (Supartono, 2001:31). Menurut C.A. van Peursen dalam Supartono (2001:31) dikatakan bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang. Terwujudnya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh sejumlah


(2)

faktor, yaitu hal-hal yang menggerakkan manusia untuk menghasilkan kebudayaan.

Ienaga Saburo dalam Situmorang (2011:3) membedakan pengertian kebudayaan (bunka) dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas kebudayaan adalah seluruh cara hidup manusia. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit menurut Ienaga adalah terdiri dari ilmu pengetahuan, sistem kepercayaan dan seni. Oleh karena itu di sini Ienaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang bersifat konkrit yang diolah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan pengertian kebudayaan dalam arti sempit adalah sama dengan pengertian yang diuraikan di atas. Yaitu kebudayaan dalam arti sempit menurut Ienaga Saburo adalah sama dengan budaya yang berisikan sesuatu yang tidak kentara, atau yang bersifat semiotik.

Dalam mempelajari kebudayaan, ada tiga poin yang menjadi pusat perhatian kita, yaitu masyarakat penghasil kebudayaan tersebut (sejarah lahirnya kebudayaan tersebut), objek kebudayaan itu sendiri dan masyarakat pengguna kebudayaan atau fungsi kebudayaan tersebut dalam masyarakat pengguna (Situmorang, 2009:4).

Masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat yang memiliki beragam kebudayaan. Salah satunya yaitu Inshu bunka (飲酒文化). Inshu bunka adalah budaya minum minuman beralkohol di Jepang. Bagi masyarakat Jepang, minuman beralkohol telah menjadi bagian dari tradisi kebudayaan. Tradisi minum minuman beralkohol telah ada sejak lama dan telah menjadi kebudayaan yang diwariskan turun temurun dalam berbagai bentuk. Masyarakat Jepang banyak menggunakan alkohol dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam


(3)

acara-acara formal seperti pesta ataupun sebagai minuman sehari-hari. Kato dalam Trinidad (2014:20) mengatakan bahwa menurut Biro Sensus Jepang, 73,2 persen orang Jepang percaya bahwa minum alkohol membantu hubungan lembut di antara orang-orang.

Minuman beralkohol khas Jepang yang sangat terkenal di dunia adalah Sake (酒). Sake merupakan minuman beralkohol khas Jepang yang terbuat dari beras atau ketan diragikan, di Jepang biasa disebut dengan seishu (清 酒, minuman alkohol) atau nihonshu (日本酒, minuman alkohol khas jepang). Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan minuman beralkohol yang berasal dari barat (Danadjaja, 1997:287). Dalam kebudayaan Jepang, sake juga dipercaya

sebagai bagian dari

magis Sake juga dikonsumsi

saat upacara kagami biraki (鏡開き, upacara memukul tutup tong kayu berisi deng kemenangan pemilu. Sake perayaan ini dibagikan secara gratis untuk semua orang untuk menyebarkan nasib baik. Kami (神, dewa) dalam berbagai ritual keagamaan, sake juga punya peranan lain sebagai media untuk berinteraksi sosial. Masyarakat Jepang sering melakukan perundingan ataupun pendekatan dengan orang baru melalui budaya minum sake. Salah satu yang sering melakukan kebiasaan minum sake adalah para pegawai kantoran di Jepang.

Pegawai kantoran atau biasa disebut Sarariman (サ ラ リ ー マ ン) di Jepang punya kebiasaan umum, dimana setelah pulang kerja mereka tidak


(4)

langsung pulang ke rumah, melainkan minum-minum sambil ngemil yakitori (satai), kacang atau makanan kecil lain di tempat makan yang disebut Izakaya Sake dan sarariman adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Para sarariman sangat suka minum dan sebagian besar dari mereka minum sake setiap hari. Peran sake sangat berpengaruh dalam dunia bisnis, antara lain untuk mengikat hubungan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang menjadi rekan bisnisnya. Ada banyak tempat-tempat yang biasa dikunjungi untuk nomikai (飲み会, pesta minum)antara lain nomiya (飲み屋, kedai minum), izakaya (居酒屋, kedai sake), yakitoriya (焼き鳥や, warung satai), beer garden (kedai bir), bar (kedai minuman beralkohol) dan tempat karaoke. Setelah jam kerja usai biasanya tempat-tempat tersebut akan penuh dengan para pekerja yang datang untuk minum-minum melepas lelah ataupun stres bersama-sama dengan teman atau kelompoknya. Namun pada umumnya yang paling sering dikunjungi adalah izakaya, selain karena harganya lebih murah dibanding yang lainnya, izakaya juga menyediakan menu-menu lain yang sederhana serta bervariasi.

Izakaya (居酒屋) adalah tempat bernuansa khas Izakaya adalah kata majemuk yang terdiri dari "i" 居 (tinggal) dan "sakaya" 酒屋 (kedai sake), yang menunjukkan bahwa izakaya pada dasarnya adalah tempat orang untuk duduk dan santai sambil minum sake. Izakaya kadang-kadang disebut juga akachōchin (赤ちょうちん, lentera merah) dalam percakapan sehari-hari, karena lentera kertas ini secara tradisional ditemukan di depan izakaya. Berbeda


(5)

dariizakaya adalah minuman beralkohol sedangkan makanan hanya sebagai sampingan. Izakaya berbeda dari bernuansa khas barat dan menjual minuman keras khas Barat. Minuman keras yang dijual di izakaya umumnya seperチューハイ, minuman kaleng beralkohol). Hidangan yang disediakan di izakaya juga lebih bervariasi dibandingkan hidangan di bar atau pub

Mampu bertahannya izakaya hingga saat ini bukan tanpa alasan. Selain inovasi dan perkembangan yang terjadi pada izakaya, peranan yang izakaya berikan dalam kehidupan masyarakat Jepang juga menyebabkan izakaya dapat terus eksis hingga sekarang. Hal inilah yang membuat penulis memilih menganalisis fungsi dari izakaya karena penulis tertarik dengan izakaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jepang. Izakaya merupakan salah satu produk dari kebudayaan Jepang yang digemari oleh hampir semua penduduk di seluruh Jepang. Bahkan izakaya telah menjadi sarana hiburan di negara-negara lain. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari inovasi dan perkembangan pada izakaya yang tidak hanya sebatas sebagai tempat minum sake, namun juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial bagi masyarakat Jepang. Dengan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Fungsi Izakaya Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

1.2 Rumusan Masalah

Inovasi dan perkembangan izakaya yang ada hingga saat ini membuat penyebaran izakaya semakin meluas, tidak hanya di Jepang namun juga hingga ke


(6)

negara-negara lain. Sama halnya dengan fungsi dari izakaya yang kian berkembang, yang awalnya hanya sebatas tempat hiburan dan melepas lelah bagi orang-orang selepas bekerja kini juga sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan orang lain, bahkan bagi kelompok tertentu izakaya digunakan untuk mempererat hubungan sosial di dalam kelompok tersebut. Ini bisa dilihat dari banyak perusahaan Jepang yang menggunakan izakaya sebagai tempat untuk mempererat hubungan sosial, baik antara atasan dengan bawahan, karyawan lama dengan karyawan baru, maupun ke rekan bisnis.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah dan perkembangan izakaya di Jepang?

2. Bagaimana fungsi izakaya di dalam kehidupan masyarakat Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan. Sehingga masalah yang akan dibahas menjadi lebih terarah. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas fungsi budaya dan sosial pada izakaya secara terfokus. Izakaya memiliki keterkaitan yang erat secara sosial dan budaya sehingga penulis akan membahas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penulis juga akan menjelaskan lebih mendetail tentang


(7)

sejarah serta perkembangan izakaya dan mengenai para pelanggan yang biasa mengunjungi izakaya di Jepang pada bab II.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan tindakan manusia diwujudkan (Suparlan,1980:2). Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan warisan sosial (M.Jacobs dan B.J.Stern dalam Siti, 2001:170). Seperti halnya di Jepang, masyarakatnya memiliki beragam kebudayaan yang merupakan hasil dari warisan sosial. Salah satunya yaitu Inshu bunka. Inshu bunka adalah budaya minum minuman beralkohol di Jepang. Ada banyak tempat yang biasa dikunjungi oleh masyarakat Jepang untuk menikmati minuman beralkohol, salah satunya ialah Izakaya.

Izakaya adalah sebuah restoran yang menyediakan makanan yang enak disertai dengan berbagai minuman. Mereka berfungsi sebagai tempat untuk bersantai sambil kumpul-kumpul dan berinteraksi sosial. Izakaya dapat melayani pesta-pesta berukuran kecil dan juga dikenal karena menu-menunya yang bervariasiIzakaya adalah jawaban Jepang untuk tempat minum-minum, seperti di tempat manapun, disana juga ada bar untuk semua selera. Sebuah tempat yang menyedot para pekerja, juga untuk menyenangkan para wanita atau untuk beristirahat bagi kaki


(8)

yang lelah setelah jalan-jalan seharian. izakaya cukup banyak, tentunya membuat izakaya dapat terus bertahan hingga saat ini walaupun tempat-tempat sejenis banyak bermunculan dengan konsep yang lebih modern. Ini bisa dilihat dari izakaya yang kian diminati khususnya oleh para pekerja kantoran Jepang atau sarariman sebagai tempat untuk mempererat hubungan sosial di antara kelompok mereka.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori fungsional kebudayaan karena izakaya adalah kebutuhan sekunder yang timbul dari kebutuhan dasar. Menurut Malinowski dalam Ihromi (2006:59) pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan),


(9)

merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pendekatan teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri.

Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami fungsi awal dari izakaya. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, izakaya memberikan cukup banyak fungsi yaitu sebagai salah satu tempat hiburan bagi masyarakat Jepang. Hiburan ini dibutuhkan tidak hanya oleh individu namun juga kelompok tertentu sembari melepas lelah setelah beraktivitas maupun untuk mengisi waktu luang.

Penulis juga menggunakan konsep honne dan tatemae. Dalam wikipedia

honne dan

tatemae berasal dari bahasa Jepang yang menggambarkan sebuah kontras antara perasaan sebenarnya dan keinginan seseorang dengan perilaku dan opini yang ditampilkan di depan umum. Kemudian Alston (2005:19) mengatakan bahwa honne mengacu pada niat dan perasaan yang sebenarnya dari seseorang. Hal ini jarang diungkapkan oleh masyarakat Jepang karena takut mengganggu keharmonisan dan hal-hal baik lainnya. Sebaliknya, tatemae adalah pesan lisan untuk membuat orang lain merasa lebih baik, untuk mempertahankan keharmonisan dan untuk menghindari konflik yang disebabkan oleh berita buruk, penolakan ataupun kritik. Tatemae adalah kebohongan sosial yang tidak dimaksudkan untuk menyampaikan informasi melainkan untuk menjaga perasaan yang baik melalui menghindari ketegangan. Prasol dalam Trinidad (2014:4) juga


(10)

mengatakan bahwa tatemae adalah segala hal yang sulit ditentang di depan umum seperti perilaku dan pikiran yang diakui oleh mayoritas, sementara honne adalah sesuatu yang tersembunyi yang berhubungan dengan hati seseorang dan tidak boleh dibicarakan di depan umum. Konsep ini dipakai Ini karena izakaya digunakan sebagai salah satu sarana untuk bersosialisasi.

Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menerapkan pola hidup berkelompok dengan sangat ketat. Ada perbedaan sikap dan perilaku terhadap seseorang yang berasal dari kelompok yang sama (uchi) dan orang dari kelompok yang berbeda (soto). Masyarakat Jepang tradisional sangat mengutamakan menjaga hubungan yang harmonis antara setiap individu dan setiap kelompok masyarakat. Untuk dapat menjaga hubungan tersebut seseorang harus bisa menahan perasaan pribadi dan keinginan yang cenderung mendahulukan kepentingan pribadi. Honne dan tatemae yang diterapkan oleh masyarakat Jepang adalah pola komunikasi yang digunakan berdasarkan tujuan membentuk hubungan yang harmonis tersebut. Tatemae adalah sikap yang dipasang terhadap soto dan honne diperlihatkan hanya pada seseorang yang telah dianggap sebagai uchi, yang disini berarti seseorang yang telah dianggap dekat dengan yang bersangkutan atau orang yang telah diterima dalam suatu kelompok tertentu. Izakaya menawarkan diri sebagai salah satu sarana untuk meruntuhkan tembok pemisah soto dan uchi tersebut agar seseorang dapat masuk ke suatu kelompok tertentu. Masyarakat Jepang percaya ketika seseorang telah diajak suatu kelompok untuk nomikai atau yang sejenisnya, berarti orang tersebut telah menjadi uchi dari kelompok tersebut dan tidak ada lagi tatemae disana. Hal ini yang membuat izakaya dapat eksis hingga sekarang karena peranannya membuat masyarakat


(11)

Jepang terus mempertahankan salah satu budayanya yaitu inshu bunka selain peranan sosial yang diberikannya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan latar belakang yang penulis kemukakan diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah kemunculan dan perkembangan izakaya. 2. Untuk mengetahui fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang. 1.5.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian terhadap fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yakni :

1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan mengenai fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang.

2. Bagi pembaca, dapat menambah bahan bacaan dan sumber penelitian untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis dari fakta-fakta tersebut.


(12)

Menurut Ratna (2003:53) metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Di dalam metode ini, penulis tidak hanya menguraikan, namun juga memberikan pemahaman dan penjelasan.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode pustaka (library research). Untuk mengumpulkan data-data yang berguna untuk mendukung teori, penulis mengumpulkannya dari kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Sumber-sumber kepustakaan tersebut bersumber dari buku, majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi). Selain sumber buku penulis juga mengambil data yang berasal dari internet. Data yang diambil melalui media internet ini berupa jurnal-jurnal dan data-data lain yang berasal dari situs resmi. Kemudian data-data yang telah diperoleh dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk deskriptif.


(1)

sejarah serta perkembangan izakaya dan mengenai para pelanggan yang biasa mengunjungi izakaya di Jepang pada bab II.

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas peranan-peranan dan kelompok-kelompok yang saling berkaitan serta saling mempengaruhi, yang mana kelakuan dan tindakan manusia diwujudkan (Suparlan,1980:2). Kebudayaan mencakup seluruh aspek kehidupan yang meliputi keseluruhan bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, kesenian dan benda-benda lain yang merupakan warisan sosial (M.Jacobs dan B.J.Stern dalam Siti, 2001:170). Seperti halnya di Jepang, masyarakatnya memiliki beragam kebudayaan yang merupakan hasil dari warisan sosial. Salah satunya yaitu Inshu bunka. Inshu bunka adalah budaya minum minuman beralkohol di Jepang. Ada banyak tempat yang biasa dikunjungi oleh masyarakat Jepang untuk menikmati minuman beralkohol, salah satunya ialah Izakaya.

Izakaya adalah sebuah restoran yang menyediakan makanan yang enak disertai dengan berbagai minuman. Mereka berfungsi sebagai tempat untuk bersantai sambil kumpul-kumpul dan berinteraksi sosial. Izakaya dapat melayani pesta-pesta berukuran kecil dan juga dikenal karena menu-menunya yang bervariasiIzakaya adalah jawaban Jepang untuk tempat minum-minum, seperti di tempat manapun, disana juga ada bar untuk semua selera. Sebuah tempat yang menyedot para pekerja, juga untuk menyenangkan para wanita atau untuk beristirahat bagi kaki


(2)

yang lelah setelah jalan-jalan seharian. izakaya cukup banyak, tentunya membuat izakaya dapat terus bertahan hingga saat ini walaupun tempat-tempat sejenis banyak bermunculan dengan konsep yang lebih modern. Ini bisa dilihat dari izakaya yang kian diminati khususnya oleh para pekerja kantoran Jepang atau sarariman sebagai tempat untuk mempererat hubungan sosial di antara kelompok mereka.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:11) berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam kongkrit. Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta kongkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori fungsional kebudayaan karena izakaya adalah kebutuhan sekunder yang timbul dari kebutuhan dasar. Menurut Malinowski dalam Ihromi (2006:59) pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan. Fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan),


(3)

merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Pendekatan teori fungsionalisme dapat secara bermanfaat diterapkan dalam analisa mekanisme-mekanisme kebudayaan-kebudayaan secara tersendiri.

Penelitian ini akan berdiskusi tentang suatu objek kajian dengan memahami fungsi awal dari izakaya. Seperti penjelasan pada tinjauan pustaka sebelumnya, izakaya memberikan cukup banyak fungsi yaitu sebagai salah satu tempat hiburan bagi masyarakat Jepang. Hiburan ini dibutuhkan tidak hanya oleh individu namun juga kelompok tertentu sembari melepas lelah setelah beraktivitas maupun untuk mengisi waktu luang.

Penulis juga menggunakan konsep honne dan tatemae. Dalam wikipedia

honne dan

tatemae berasal dari bahasa Jepang yang menggambarkan sebuah kontras antara perasaan sebenarnya dan keinginan seseorang dengan perilaku dan opini yang ditampilkan di depan umum. Kemudian Alston (2005:19) mengatakan bahwa honne mengacu pada niat dan perasaan yang sebenarnya dari seseorang. Hal ini jarang diungkapkan oleh masyarakat Jepang karena takut mengganggu keharmonisan dan hal-hal baik lainnya. Sebaliknya, tatemae adalah pesan lisan untuk membuat orang lain merasa lebih baik, untuk mempertahankan keharmonisan dan untuk menghindari konflik yang disebabkan oleh berita buruk, penolakan ataupun kritik. Tatemae adalah kebohongan sosial yang tidak dimaksudkan untuk menyampaikan informasi melainkan untuk menjaga perasaan yang baik melalui menghindari ketegangan. Prasol dalam Trinidad (2014:4) juga


(4)

mengatakan bahwa tatemae adalah segala hal yang sulit ditentang di depan umum seperti perilaku dan pikiran yang diakui oleh mayoritas, sementara honne adalah sesuatu yang tersembunyi yang berhubungan dengan hati seseorang dan tidak boleh dibicarakan di depan umum. Konsep ini dipakai Ini karena izakaya digunakan sebagai salah satu sarana untuk bersosialisasi.

Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang menerapkan pola hidup berkelompok dengan sangat ketat. Ada perbedaan sikap dan perilaku terhadap seseorang yang berasal dari kelompok yang sama (uchi) dan orang dari kelompok yang berbeda (soto). Masyarakat Jepang tradisional sangat mengutamakan menjaga hubungan yang harmonis antara setiap individu dan setiap kelompok masyarakat. Untuk dapat menjaga hubungan tersebut seseorang harus bisa menahan perasaan pribadi dan keinginan yang cenderung mendahulukan kepentingan pribadi. Honne dan tatemae yang diterapkan oleh masyarakat Jepang adalah pola komunikasi yang digunakan berdasarkan tujuan membentuk hubungan yang harmonis tersebut. Tatemae adalah sikap yang dipasang terhadap soto dan honne diperlihatkan hanya pada seseorang yang telah dianggap sebagai uchi, yang disini berarti seseorang yang telah dianggap dekat dengan yang bersangkutan atau orang yang telah diterima dalam suatu kelompok tertentu. Izakaya menawarkan diri sebagai salah satu sarana untuk meruntuhkan tembok pemisah soto dan uchi tersebut agar seseorang dapat masuk ke suatu kelompok tertentu. Masyarakat Jepang percaya ketika seseorang telah diajak suatu kelompok untuk nomikai atau yang sejenisnya, berarti orang tersebut telah menjadi uchi dari kelompok tersebut dan tidak ada lagi tatemae disana. Hal ini yang membuat izakaya dapat eksis hingga sekarang karena peranannya membuat masyarakat


(5)

Jepang terus mempertahankan salah satu budayanya yaitu inshu bunka selain peranan sosial yang diberikannya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, sesuai dengan latar belakang yang penulis kemukakan diatas adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah kemunculan dan perkembangan izakaya. 2. Untuk mengetahui fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang. 1.5.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian terhadap fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yakni :

1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan mengenai fungsi izakaya dalam kehidupan masyarakat Jepang.

2. Bagi pembaca, dapat menambah bahan bacaan dan sumber penelitian untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis dari fakta-fakta tersebut.


(6)

Menurut Ratna (2003:53) metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Di dalam metode ini, penulis tidak hanya menguraikan, namun juga memberikan pemahaman dan penjelasan.

Teknik pengumpulan data menggunakan metode pustaka (library research). Untuk mengumpulkan data-data yang berguna untuk mendukung teori, penulis mengumpulkannya dari kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian. Sumber-sumber kepustakaan tersebut bersumber dari buku, majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi). Selain sumber buku penulis juga mengambil data yang berasal dari internet. Data yang diambil melalui media internet ini berupa jurnal-jurnal dan data-data lain yang berasal dari situs resmi. Kemudian data-data yang telah diperoleh dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk deskriptif.