Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yangberlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimanaindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisadilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok denganmeminta pertolongan (Effendy, 2003).

2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluargadengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang burukdan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompokibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yangrawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalamperusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapatdilakukan pada masyarakat binaan puskesmas,


(2)

masyarakat nelayan, masyarakatpedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikandengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materiyang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidakterlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknyamenggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untukmenarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktoryang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metodeyang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilakubaru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atauinovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyaimasalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilakubaru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalahyang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu


(3)

penyelesaiannya. Akhirnyaklien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akanmenerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasimengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belummenerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akandiadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belummaka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnyakelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompokyang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatumetode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode inimencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metodeyang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-halyang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :


(4)

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materiapa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkandiri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagikalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alatbantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapatmenunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimalmungkin

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikanmenengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli ataubeberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggaphangat di masyarakat.

a. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metodeyang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bolasalju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yangsifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran


(5)

bersifat umum dalam arti tidakmembedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkatpendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harusdirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Padaumumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan mediamassa. Beberapa contoh dari metode ini adalah . ceramah umum, pidato melalui mediamassa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisandimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dansebagainya.

5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan a. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalammenyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada padasetiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyakindera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakinjelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga inidimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objeksehingga mempermudah persepsi.Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan


(6)

kesehatan, membantu sasaran untukbelajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yangditerima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami danakhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkanpengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikanmisalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tigadimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktuproses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suaradan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran padawaktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Tujuan yang hendak dicapai


(7)

a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapatdan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkahlaku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatumasalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,prosedur dan tindakan.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuatberguna sebagai alat bantu belajar dan tetapharus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harusmengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepatsehingga mempunyai hasil yang maksimal.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapatmempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaanpenyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.


(8)

c. Media dapat memperjelas informasi. d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagimenjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaransejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media iniadalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atautulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasikesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakupbanyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetakmemiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara danmudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengardan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya mediacetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakanseluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang sertajangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah


(9)

biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapanmatang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilanpenyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupunelektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layarlebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruhpanca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alatcanggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang danberubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untukmengoperasikannya.Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikaninformasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaansasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akandijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapatdidengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehinggamembosankan.


(10)

b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerimapesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkankebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telahtertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggalsasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaiansehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaranpenyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yangdigunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yangdigunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

B. Pengetahuan 1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, dkk, 2006).

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, Pendengaran , penciuman, rasa dan raba.


(11)

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. b. Pemahaman

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata.

d. Analisis

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(12)

f. Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

3. Klasifikasi Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikategorikan dengan kriteria: a. Pengetahuan Baik apabila skor yang diperoleh>75%

b. Pengetahuan Cukup apabila skor yang diperoleh 60-70% c. Pengetahuan Kurang Baik apabila skor yang diperoleh<60%

C. Remaja 1. Defenisi

Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. Masa remaja merupakan masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora, 2011).

WHO mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap defenisi tersebut sebagai berikut: a. Individu berkembang dari saat petama kali ia menunjukkan

taednda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari


(13)

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh keadaan yang relatif lebih mandiri (Sumiati, dkk, 2009)

Masa remaja terdiri dari:

a. Masa remaja awal (10-14 tahun)

Yang dimaksud dengan masa remaja awal (Early Adolescense) adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri.

b. Masa remaja pertengahan (15-16 tahun)

Remaja pertengahan (Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya.

c. Masa remaja akhir (17-19 tahun).

Remaja akhir (Late Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat lain, emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir sudah mulai stabil serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat.

2. Ciri-ciri masa remaja

Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora (2011) mengemukakan ciri masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Sebagai periode peralihan

Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya, yang merupakan kelanjutan dari


(14)

perkembangan masa pubertas. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa akan datang.

b. Periode mencari identitas diri

Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan teman-temannya. Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa. Tugas penting yang dihadapi remaja adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan standar tindakan.

D. Sindrom Premenstruasi 1. Defenisi

Sindrom Premenstruasi(PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010).

Sindrom Prementruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten terjadi selam tahap luteal dari siklus menstruai akibat perubahan hormonal yang berhubbungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovum) dan menstruasi. Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi secara reguler pada 7-10 hari sebelum datangnya menstruasi dan biasanya akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari seteleh menstruasi (Waluyo, 2009).


(15)

2. Etiologi/penyebab

Penyebab yang pasti dari premenstruasi sindrom belum diketahui, dapat bersifat kompleks dan multifaktorial, yaitu berhubungan dengan faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis dan psikis, sebagai berikut:

a. Faktor hormonal yakni terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

b. Faktor kimiawi yakni berasal dari bahan-bahan kimiawi tertentu didalam otak seperti serotonin (neurotransmitter), berubah-ubah selama siklus menstruasi, serotonin sangat mempengaruhi suasana hati.

c. Faktor genetik, yaitu insidensi sindrom premenstruasi dua kali lebih tinggi pada kaembar satu telur dbandingkan kembar dua telur.

d. Faktor psikologis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian premenstruasi sindrom.

e. Faktor gaya hidup, yaitu pengaturan pola makan, kebiasaan merokok dan minum alkohol dan kurang berolahraga.

f. Usia, PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.

g. Defisiensi endorphin (Waluyo, 2009).

3. Tanda dan gejala

Adapun gejala sindrom pramenstruasi mencakup, yakni: 1. Gejala fisik, terdiri atas:

a. Payudara membengkak dan terasa nyeri

b. Perut membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit atau diare


(16)

c. Nyeri kepala dan migren

d. Membengkaknya tangan dan kaki e. Bertambahnya berat badan

f. Otot menjadi kaku dan nyeri g. Sendi-sendi kaku dan nyeri h. Mual dan muntah

2. Gejala emosi dan perilaku: a. Depresi

b. Cemas dan serangan panik c. Sulit tidur

d. Perubahan minat dan gairah seksual e. Mudah tersinggung

f. Bermusuhan dan marah yang meledak-ledak

g. Meningkatnya selera makan trehadap makanan-makanan tertentu (terutama garam dan gula)

h. Meningkat dan menurunnya mood i. Sulit konsentrasi

j. Merasa lemah dan lelah (Sylvia, 2010)

4. Klasifikasi

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr.Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%. PMS tipe C 40%, dan PMS tipe D 20%. Kadang-kadang seorang wanita


(17)

mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri, yakni:

a) PMS tipe A (Anxiety)

Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan membatasi atau mengurangi minum kopi.

b) PMS tipe H (Hyperhydration)

Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.


(18)

c) PMS tipe C (Craving)

Tipe ini ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium

d) PMS tipe D (Depression)

Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

Kombinasi PMS tipe D dan TIPE A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, lkekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A (Sylvia, 2010).


(19)

5. Pencegahan dan Penanganan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menangani sindrom premenstruasi yaitu:

a) Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya sindrom premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan sindrom pramenstrusi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang terjadi.

b) Modifikasi gaya hidup

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.

c) Diet (pola konsumsi)

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat


(20)

badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita sindrom premenstruasi (PMS).

d) Olahraga /latihan fisik

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami pre-menstrual sindrom dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.

e) Obat-obatan

Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.

Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.Obat anti depresi hanya


(21)

digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.(Waluyo, 2009).


(1)

c. Nyeri kepala dan migren

d. Membengkaknya tangan dan kaki e. Bertambahnya berat badan

f. Otot menjadi kaku dan nyeri g. Sendi-sendi kaku dan nyeri h. Mual dan muntah

2. Gejala emosi dan perilaku: a. Depresi

b. Cemas dan serangan panik c. Sulit tidur

d. Perubahan minat dan gairah seksual e. Mudah tersinggung

f. Bermusuhan dan marah yang meledak-ledak

g. Meningkatnya selera makan trehadap makanan-makanan tertentu (terutama garam dan gula)

h. Meningkat dan menurunnya mood i. Sulit konsentrasi

j. Merasa lemah dan lelah (Sylvia, 2010) 4. Klasifikasi

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr.Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%. PMS tipe C 40%, dan PMS tipe D 20%. Kadang-kadang seorang wanita


(2)

mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri, yakni:

a) PMS tipe A (Anxiety)

Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan membatasi atau mengurangi minum kopi.

b) PMS tipe H (Hyperhydration)

Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.


(3)

c) PMS tipe C (Craving)

Tipe ini ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium

d) PMS tipe D (Depression)

Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

Kombinasi PMS tipe D dan TIPE A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, lkekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A (Sylvia, 2010).


(4)

5. Pencegahan dan Penanganan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menangani sindrom premenstruasi yaitu:

a) Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya sindrom premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan sindrom pramenstrusi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang terjadi.

b) Modifikasi gaya hidup

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.

c) Diet (pola konsumsi)

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan

insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam

porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat


(5)

badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita sindrom premenstruasi (PMS).

d) Olahraga /latihan fisik

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan

premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan

cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami pre-menstrual sindrom dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.

e) Obat-obatan

Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi

dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak

berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.

Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.Obat anti depresi hanya


(6)

digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.(Waluyo, 2009).


Dokumen yang terkait

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

2 62 68

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 8

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 10

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 1

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 3

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 2

PENGARUH PENYULUHAN PREMENSTRUASI SINDROM TERHADAP PERILAKU PENANGANAN PREMENSTRUASI SINDROM PADA SISWI KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH I BANTUL TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI REMAJA PUTRI DENGAN PENANGANAN SINDROM PREMENSTRUASI DI SMA MUHAMMADIYAH 5YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pengetahuan tentang Sindrom Premenstruasi dan Motivasi Penanganan Sindrom Premenstruasi Remaja Pu

0 0 14

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SYNDROM PREMENSTRUASI DI SMP MATARAM KASIHAN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Syndrom Premenstruasi di SMP Mataram Kasihan

0 0 11

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMP KASIHAN 1 BANTUL

0 0 11