Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

(1)

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI DI SMA TRI SAKTI

MEDAN TAHUN 2013

MARISKA NATALIA S 125102108

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

Abstrak Mariska Natalia S

Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.

Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,

Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.

Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013”.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep.Ns.M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik dan sebagai penguji I dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

3. dr. Isti Ilmiati Fujianti, M.Sc.CM-FM, Mpd.Ked, selaku dosen pembimbing yang selalu sabar telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan pKarya Tulis Ilmiah ini hingga dapat diselesaikan.

4. Dr.dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG) Sp.OG.K, selaku dosen penguji II dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


(5)

5. Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian.

6. Seluruh Dosen dan staff administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta ilmu kepada penulis.

7. Kedua orang tua serta adik-adik saya tersayang yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberi penulis semangat dan motivasi.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga kita semua selalu dalam berkat-Nya.

Medan, Juli 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C.Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 3

1. Bagi Praktek Kebidanan ... 3

2. Bagi Penelitian Kebidanan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Penyuluhan Kesehatan ... 4

B.Pengetahuan ... 13

D. Remaja ... 15

E. Sindrom Premenstrusi... 17

BAB III KERANGKA KONSEP A.Kerangka Konsep ... 25

B.Hipotesis ... 26

C.Defenisi Operasional ... 26

BAB IV : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel... 28

C. Lokasi Penelitian ... 30

D. Waktu Penelitian ... 30

E. Pertimbangan Etika Penelitian ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 31

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Rencana Analisis Data ... 32

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 33

1.Analisis Univariat ... 33

a. Deskripsi Jawaban Responden Sebelum Penyuluhan ... 34

b. Deskripsi Jawaban Responden Sesudah Penyuluhan ... 36

c. Deskripsi Skor Pengetahuan Sebelum Penyuluhan ... 38

d. Deskripsi Skor Pengetahuan Sesudah Penyuluhan ... 39

2. Analisis Bivariat ... 40

a Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ... 40

B. Pembahasan ... 41


(7)

2. Keterbatasan Penelitian ... 44 3. Implikasi Penelitian ... 45 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… .... 46 B. Saran……… ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013 ……….. 34

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 36 Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikan penyuluhan

di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013 ………... 38 Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Skor sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………... 39 Tabel 5.1.4 Distribusi FrekuensiSkor sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………... 40 Tabel 5.2 Hasil Uji Statistik Paired t-test pengetahuan remaja tentang Sindrom

Premenstruasi sebelum dan sesudah Diberikan penyuluhan di SMA Tri

Sakti Medan Tahun 2013………. 42

Tabel 5.2.1 Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian Lampiran 4 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 : Master Tabel Lampiran 6 : Lembar Konsultasi


(11)

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

Abstrak Mariska Natalia S

Latar Belakang: Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi.Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani.

Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi,

Metodologi: Penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test. Jumlah sampel 63 orang. Penelitian dilakukan bulan Maret-April 2013 di SMA Tri Sakti Medan. Pengambilan Sampel dilakukan dengan menggunakan SimpleRandom Sampling.

Hasil: Berdasarkan data demografi mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 33 orang (50,8%), umur menarche mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%) sedangkan dari hasil uji statistik perbedaan nilaimean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah mendapat penyuluhan terdapat peningkatan skor pengetahuan mengenai Sindrom Premenstruasi. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndromebagi remaja putri.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa depan dimana terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat dan berrdampak pada berbagai aspek kehidupan selanjutnya (Eva Ellya, 2010).

Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi (Winkjosastro, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja putri di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%) (Setiasih, 2007).

Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja memang dinilai masih rendah, kurangnya pengetahuan tentang biologis dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka dan cara menghindarinya (Pinem, 2009).

Menurut penelitian Tambing, Yane (2012) yang memperoleh angka prevalensi kejadian Sindrom Premenstruasi sebesar 24,6% dengan tiga gejala premenstruasi yang paling berat dirasakan oleh remaja adalah nyeri perut (17,6%), mudah marah/mudah tersinggung (10,8%), dan nyeri otot/sendi (9,1%).


(13)

Sebuah Penelitian oleh Deuster pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factories Associated With Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami sindrom pramenstruasi (3,7%) daripada mereka yang tidak menikah (12,6%) (Maulana, 2008).

Di Asia Pasifik, 63% penderita Premenstrual Sindrome (PMS) tidak pernah memeriksakan diri ke dokter karena menganggap bahwa PMS adalah sesuatu yang wajar dan harus dijalani. Padahal jika menyempatkan diri untuk berkonsultasi ke tenaga kesehatan, maka dapat mengetahui tingkat keparahan penyakit PMS, dan memperoleh perawatan yang paling sesuai dengan kondisi tersebut (Proverawati dan Misaroh, 2010).

Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS. Salah satu faktor penyebab PMS yaitu kadar hormon progesteron rendah, kadar hormon estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/progesteron, dan dimungkinkan berhubungan dengan faktor-faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis, dan psikis (Waluyo, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti, “Efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimanakah efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang Sindrom Premenstruasi?”


(14)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang Sindrom Premenstruasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. .

b. Menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi remaja mengenai sindrom premenstruasi.

2. Manfaat Aplikatif a.Praktik kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja dalam menghadapi Sindrom Premenstruasi.

b.Penelitian Kebidanan

Dapat dijadikan masukan sebagai pengembangan penelitian selanjutnya dibidang promosi kesehatan.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan Kesehatan 1. Pengertian

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yangberlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimanaindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisadilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok denganmeminta pertolongan (Effendy, 2003).

2. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit,klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluargadengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang burukdan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompokibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yangrawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada diberbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalamperusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapatdilakukan pada masyarakat binaan puskesmas,


(16)

masyarakat nelayan, masyarakatpedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

3. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikandengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materiyang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidakterlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknyamenggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untukmenarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

4. Metode

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktoryang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metodeyang dikemukakan antara lain :

1. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilakubaru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atauinovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyaimasalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilakubaru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalahyang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu


(17)

penyelesaiannya. Akhirnyaklien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akanmenerima perilaku tersebut.

b. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasimengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belummenerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akandiadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belummaka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnyakelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompokyang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatumetode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode inimencakup :

a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metodeyang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-halyang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :


(18)

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materiapa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkandiri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagikalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alatbantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapatmenunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak bolehbersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan,seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimalmungkin

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikanmenengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli ataubeberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggaphangat di masyarakat.

a. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metodeyang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bolasalju, memainkan peranan, permainan simulasi.

3. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yangsifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran


(19)

bersifat umum dalam arti tidakmembedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkatpendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harusdirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Padaumumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan mediamassa. Beberapa contoh dari metode ini adalah . ceramah umum, pidato melalui mediamassa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisandimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dansebagainya.

5. Alat Bantu dan Media Penyuluhan a. Alat Bantu Penyuluhan (Peraga)

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalammenyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi membantu dan meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo,2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada padasetiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyakindera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakinjelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan kata lain, alat peraga inidimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objeksehingga mempermudah persepsi.Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran,mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa,merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan


(20)

kesehatan, membantu sasaran untukbelajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yangditerima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran,mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami danakhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkanpengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : a. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu terjadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu alat yang diproyeksikanmisalnya slide, film dan alat yang tidak diproyeksikan misalnya dua dimensi, tigadimensi, gambar peta, bagan, bola dunia, boneka dan lain-lain.

b. Alat bantu dengar

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indera pendengar, pada waktuproses penyampaian bahan penyuluhan misalnya piringan hitam, radio, pita suaradan lain-lain.

c. Alat bantu lihat-dengar

Alat ini berguna dalam menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran padawaktu proses penyuluhan, misalnya televisi, video cassette dan lain-lain.Sebelum membuat alat-alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan dalam penyuluhan. Untuk itu perludiperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Tujuan yang hendak dicapai


(21)

a. Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapatdan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkahlaku/kebiasaan yang baru.

b. Tujuan penggunaan alat peraga adalah sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/ penyuluhan, untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatumasalah, mengingatkan sesuatu pesan/informasi dan menjelqskan fakta-fakta,prosedur dan tindakan.

2. Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuatberguna sebagai alat bantu belajar dan tetapharus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harusmengemfangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepatsehingga mempunyai hasil yang maksimal.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesaninformasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapatmeningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapatmempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaanpenyuluhan kesehatan antara lain adalah :

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.


(22)

c. Media dapat memperjelas informasi. d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata. g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagimenjadi 3 yakni :

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaransejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media iniadalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atautulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasikesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakupbanyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetakmemiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara danmudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengardan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya mediacetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakanseluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang sertajangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah


(23)

biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapanmatang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilanpenyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupunelektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layarlebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruhpanca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alatcanggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang danberubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untukmengoperasikannya.Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikaninformasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaansasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang disampaikan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan

Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.

a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akandijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran, bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapatdidengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehinggamembosankan.


(24)

b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerimapesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkankebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telahtertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggalsasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.

c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaiansehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaranpenyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yangdigunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yangdigunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

B. Pengetahuan 1. Defenisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahit, dkk, 2006).

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, Pendengaran , penciuman, rasa dan raba.


(25)

2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. b. Pemahaman

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata.

d. Analisis

Analisis artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(26)

f. Evaluasi

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

3. Klasifikasi Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dikategorikan dengan kriteria: a. Pengetahuan Baik apabila skor yang diperoleh>75%

b. Pengetahuan Cukup apabila skor yang diperoleh 60-70% c. Pengetahuan Kurang Baik apabila skor yang diperoleh<60% C. Remaja

1. Defenisi

Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. Masa remaja merupakan masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana individu tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora, 2011).

WHO mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap defenisi tersebut sebagai berikut: a. Individu berkembang dari saat petama kali ia menunjukkan

taednda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari


(27)

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh keadaan yang relatif lebih mandiri (Sumiati, dkk, 2009)

Masa remaja terdiri dari:

a. Masa remaja awal (10-14 tahun)

Yang dimaksud dengan masa remaja awal (Early Adolescense) adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri.

b. Masa remaja pertengahan (15-16 tahun)

Remaja pertengahan (Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya.

c. Masa remaja akhir (17-19 tahun).

Remaja akhir (Late Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung di tempat lain, emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir sudah mulai stabil serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah meningkat.

2. Ciri-ciri masa remaja

Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora (2011) mengemukakan ciri masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Sebagai periode peralihan

Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya, yang merupakan kelanjutan dari


(28)

perkembangan masa pubertas. Apa yang tertinggal pada satu tahap akan memberikan dampak di masa akan datang.

b. Periode mencari identitas diri

Kini remaja merasa tidak puas lagi untuk sama dengan teman-temannya. Remaja selalu mencari identitas diri guna menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya, apakah dia masih kanak-kanak atau telah menjadi orang dewasa. Tugas penting yang dihadapi remaja adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan standar tindakan.

D. Sindrom Premenstruasi 1. Defenisi

Sindrom Premenstruasi(PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba (Sylvia, 2010).

Sindrom Prementruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita dan secara konsisten terjadi selam tahap luteal dari siklus menstruai akibat perubahan hormonal yang berhubbungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovum) dan menstruasi. Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi secara reguler pada 7-10 hari sebelum datangnya menstruasi dan biasanya akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari seteleh menstruasi (Waluyo, 2009).


(29)

2. Etiologi/penyebab

Penyebab yang pasti dari premenstruasi sindrom belum diketahui, dapat bersifat kompleks dan multifaktorial, yaitu berhubungan dengan faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis dan psikis, sebagai berikut:

a. Faktor hormonal yakni terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

b. Faktor kimiawi yakni berasal dari bahan-bahan kimiawi tertentu didalam otak seperti serotonin (neurotransmitter), berubah-ubah selama siklus menstruasi, serotonin sangat mempengaruhi suasana hati.

c. Faktor genetik, yaitu insidensi sindrom premenstruasi dua kali lebih tinggi pada kaembar satu telur dbandingkan kembar dua telur.

d. Faktor psikologis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian premenstruasi sindrom.

e. Faktor gaya hidup, yaitu pengaturan pola makan, kebiasaan merokok dan minum alkohol dan kurang berolahraga.

f. Usia, PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun.

g. Defisiensi endorphin (Waluyo, 2009). 3. Tanda dan gejala

Adapun gejala sindrom pramenstruasi mencakup, yakni: 1. Gejala fisik, terdiri atas:

a. Payudara membengkak dan terasa nyeri

b. Perut membengkak dan menggembung, serta mengalami sembelit atau diare


(30)

c. Nyeri kepala dan migren

d. Membengkaknya tangan dan kaki e. Bertambahnya berat badan

f. Otot menjadi kaku dan nyeri g. Sendi-sendi kaku dan nyeri h. Mual dan muntah

2. Gejala emosi dan perilaku: a. Depresi

b. Cemas dan serangan panik c. Sulit tidur

d. Perubahan minat dan gairah seksual e. Mudah tersinggung

f. Bermusuhan dan marah yang meledak-ledak

g. Meningkatnya selera makan trehadap makanan-makanan tertentu (terutama garam dan gula)

h. Meningkat dan menurunnya mood i. Sulit konsentrasi

j. Merasa lemah dan lelah (Sylvia, 2010) 4. Klasifikasi

Tipe dan gejala PMS bermacam-macam. Dr.Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari fakultas kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%. PMS tipe C 40%, dan PMS tipe D 20%. Kadang-kadang seorang wanita


(31)

mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri, yakni:

a) PMS tipe A (Anxiety)

Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan membatasi atau mengurangi minum kopi.

b) PMS tipe H (Hyperhydration)

Tipe ini memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS yang lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.


(32)

c) PMS tipe C (Craving)

Tipe ini ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium

d) PMS tipe D (Depression)

Tipe ini ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar murni tipe D.PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, dimana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.

Kombinasi PMS tipe D dan TIPE A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, lkekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A (Sylvia, 2010).


(33)

5. Pencegahan dan Penanganan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menangani sindrom premenstruasi yaitu:

a) Edukasi dan konseling

Tatalaksana pertama kali adalah meyakinkan seorang wanita bahwa wanita lainnya pun ada yang memiliki keluhan yang sama ketika menstruasi. Pencatatan secara teratur siklus menstruasi setiap bulannya dapat memberikan gambaran seorang wanita mengenai waktu terjadinya sindrom premenstruasi. Sangat berguna bagi seorang wanita dengan sindrom pramenstrusi untuk mengenali gejala yang akan terjadi sehingga dapat mengantisipasi waktu setiap bulannya ketika ketidakstabilan emosi sedang terjadi.

b) Modifikasi gaya hidup

Wanita dengan gejala ini sebaiknya mendiskusikan masalahnya dengan orang terdekatnya, baik pasangan, teman, maupun keluarga. Terkadang konfrontasi atau pertengkaran dapat dihindari apabila pasangan maupun teman mengerti dan mengenali penyebab dari kondisi tidak stabil wanita tersebut.

c) Diet (pola konsumsi)

Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat


(34)

badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita sindrom premenstruasi (PMS).

d) Olahraga /latihan fisik

Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami pre-menstrual sindrom dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari.

e) Obat-obatan

Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat-obatan.Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum.Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood.

Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang.Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur.Obat anti depresi hanya


(35)

digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah.(Waluyo, 2009).


(36)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konseptual

Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent, variabel dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah penyuluhan, variabel dependent adalah pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Variabel Independent

Pre Test Post Test

Variabel Dependent Efektifitas Penyuluhan

Pengetahuan remaja tentang sindrom pramenstruasi

setelah penyuluhan Pengetahuan remaja tentang

sindrom pramenstruasi sebelum penyuluhan


(37)

B. Hipotesis

Hipotesis didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara peneliti, patokan dugaan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ini ditunjukkan hipotesa sebagai berikut:

Ha :

Ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom pramenstruasi.

C. Tabel Defenisi Operasional N o Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Independent:

Efektifitas penyuluhan Kegiatan peneliti menyampaikan materi penyuluhan mengenai sindrom premenstruasi 2 Dependent:

Pengetahuan remaja tentang sindrom pramenstruasi Hal-hal yang diketahui remaja mengenai materi penyuluhan yaitu defenisi, penyebab, tanda dan gejala,klasifikasi, dan penanganannya sindrom premenstruasi

Kuesioner Untuk Jawaban Benar: nilai 1 Salah: nilai 0 Total skor pengetahuan dengan nilai max : 19 dan min : 0, Baik : skor >75% Cukup: skor 60%-75% Kurang: skor<60%


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test, dimana rancangan ini tidak menggunakan kelompok perbandingan (kelompok) tetapi sesudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2007). Rancangan ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Post-test

O1 = Pretest sebelum diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Pertama)

O2 = Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok penyuluhan pada remaja tentang sindrom pramenstruasi (Bulan Kedua)

X = Memberikan perlakuan dengan memberikan metode ceramah (Bulan Kedua).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas Xyang ada di SMA Tri Sakti Medan yang berjumlah 75 orang pada bulan Maret 2013.


(39)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi siswi SMA Tri Sakti Medan yang diperoleh melalui rumus dibawah ini (Hidayat, 2010).

n = � 1+(�2)

n = 75 1+75(0,052)

n = 118 11875

n = 63 orang

Keterangan :

N : Besarnya populasi

n : Besar sample

d : tingkat kepercayaan (ketetapan yang diinginkan) (0,05)

Jadi siswi kelas X di SMA Tri Sakti yang dijadikan sampel pada penelitian adalah sebanyak 63 orang, dimana pengambilannya dilakukan secara Simple Random Sampling.

Adapun kriteria sample sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:siswi kelas X yang bersedia menjadi responden,dan hadir saat penelitian.


(40)

2. Kriteria Ekslusi

Adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel penelitian yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel yaitu: siswi yang bukan kelas X, yang tidak bersedia menjadi responden,dan tidak hadir saat penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Tri Sakti Medan.Peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan responden, lokasi dapat dijangkau, serta belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi pendidik yaitu program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatra Utara dan izin dari Kepala Sekolah SMA Tri Sakti Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan prinsip etik penelitian, yaitu: Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian, menjelaskan manfaat penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Apabila responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri dari penelitian. Responden juga berhak mengundurkan diri selama pengumpulan data berlangsung. Responden berhak mendapatkan kebebasan dari tindakan yang merugikan atau


(41)

mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner, LCD, dan proyektor. Kuesioner disusun secara terstruktur dan berbentuk pernyataan yang harus dijawab responden. Kuesioner terdiri dari 19 soal bentuk pernyataan dimana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” dan “salah” dan responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Apabila jawaban benar skornya 1 dan apabila salah skornya 0.

G. Uji Validitas dan Uji Reabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukan tingkatkevaliditasannya dan kesahlian sebuah instrumen, yang mampu mengukur apa yang dinginkan, sehingga dapat mengukur instrumen secara benar. Uji validitas dilakukan secara content validity sebanyak dua kali yaitu dengan cara melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing d.an dokter spesialis kandungan yaitu Dr.dr.M. Fidel Ganis Siregar, M valid Ked,OG, SpOG (K), sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur variable yang akan diukur. Kuesioner dinyatakan valid dengan CVI (Content Validity Indeks)sebesar 0,86.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengukur tingkat kekonsistenan jawaban yang diberikan responden. Atas pertanyaan dari kuesioner yang diujikan, Uji realibilitas telah dilakukan pada 30 responden siswi yang mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang diteliti. Nilai koefisien yang didapatkan dari uji


(42)

realibilitas ini adalah 0,83 yang diperoleh dari 30 pertanyaan. Nilai yang didapatkan menunjukkan instrument ini reliable.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindom premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan. Prosedur pengumpulan data dilakukan adalah : Mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian kepada Kepala sekolah SMA Tri Sakti. Setelah mendapatkan izin untuk meneliti, kemudian peneliti mendatangi sekolah SMA Tri Sakti, kemudian terlebih dahulu peneliti memberikan kuesioner kepada responden sebagai hasil dari pre test responden, lalu melakukan penyuluhan sebagai bentuk intervensi dalam melihat perubahan pengetahuan responden mengeanai sindrom premenstruasi dan terakhir datang kembali ke SMA Tri Saktimemberikan kuesioner kepada responden sebagai hasil post test terhadap evaluasi penyuluhan yang telah diberikan.

I. Analisa Data

Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap atau benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik pada data yang terdiri atas beberapa kategori. Processing Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program computer yaitu SPSS, melakukan tehnik analisis yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa


(43)

bivariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang akan diteliti. Entry data dalam komputer dan dilakukan dengan menggunakan tehnik komputerisasi.

Tahap terakhir yang sudah dilakukan yaitu cleaning yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Dilakukan dengan menyatakan hasil analisis tiap variabel dari hasilpenelitian. Analisis dilakukan berdasarkan frekuensi, standar deviasi, danpresentase.

b. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan uji statistik maka data dilakukan uji kenormalanterlebih dahulu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Setelahdilakukan uji kenormalan didapatkan hasil pengetahuan sebelum dan sesudahpenyuluhan data berdistribusi normal, maka uji beda menggunakan statistik Paired.Sample T-test.


(44)

BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan Maret - April 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang perbedaaan pengetahuan pada siswa remaja putri kelas X SMA sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat menggambarkan data karakteristik responden mencakup umur dan umur menstruasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 32 orang (50,8%). Sedangkan dari umur menstruasi mayoritas responden berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Remaja di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur:

- 15 tahun - 16 tahun

31 32

49,2 50,8 Umur menstruasi:

- 10 tahun - 11 tahun - 12 tahun - 13 tahun - 14 tahun

2 5 16 29 11 3,2 7,9 25,4 46,0 17,5


(45)

a. Deskripsi jawaban responden sebelum diberikan penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi sebelum diberikan penyuluhan, dari 19 pertanyaan terdapat 3 pertanyaan yang memiliki persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10, Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 2 orang (3,2%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 11 orang (17,5%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang banyak tidak dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome sebanyak 31 orang (49,2%). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1.1 dibawah ini:


(46)

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

No

Pertanyaan

Jawaban Benar Salah f % F %

1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

53 84,1 10 15,9 2. Premenstrual syndrome terjadi setelah

mendapat haid. 44 69,8 19 30,2

3.

Gejala fisik yang muncul menjelang

menstruasi diantaranya perut kembung 63 100 - - 4.

Premenstrual syndrome biasanya terjadi 7-10

hari sebelum datang haid 44 69,8 19 30,2

5.

Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang

dirasakan menjelang menstruasi 63 100 - -

6.

Saat menjelang menstruasi wanita mengalami

payudara terasa kencang dan teraba keras 37 58,7 26 41,3 7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala fisik

yang terjadi menjelang menstruasi 40 63,5 23 36,5 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah hal

yang wajar menjelang menstruasi 54 85,7 9 14,3 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang

menstruasi 40 63,5 23 36,5

10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas

2 3,2 61 96,8

11 Perasaan senang merupakan gejala psikologis

(mental) yang dialami menjelang menstruasi 47 74,6 16 25,4 12 Depresi/merasa tertekan sering muncul

menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita

menjelang menstruasi itu sama 33 52,4 30 47,6

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi

34 54,0 29 46,0 15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula

tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

34 54,0 29 46,0 16 Kebiasaan merokok dan minum minuman

alkohol dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

51 17,5 12 82,5

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan 11 17,5 52 82,5 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang

banyak tidak dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

31 49,2 32 50,8 11

9.

Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya

premenstrual syndrome


(47)

b. Deskripsi jawaban responden sesudah diberikan penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden mengenai sindrom premenstruasi sindrom premenstruasi setelah diberikan penyuluhan, dari setiap pertanyaan terdapat peningkatan jawaban yang benar oleh 63 responden, dan dilihat dari 3 pertanyaan yang memiliki persentase kecil dalam menjawab yang benar oleh 63 responden sebelum diberikan penyuluhan, terdapat peningkatan setelah diberikan penyuluhan mengenai sindrom premenstruasi adalah pertanyaan nomor 10, Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas sebanyak 40 orang (63,5%), pertanyaan nomor 17 Semakin usia bertambah gejala premenstrual syndrome semakin ringan sebanyak 32 orang (50,8%), dan pertanyaan nomor 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang banyak tidak dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome sebanyak 36 orang (57,1%). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1.2 dibawah ini :


(48)

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden sesudah diberikanpenyuluhan di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

No

Pertanyaan

Jawaban Benar Salah f % F %

1. Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

63 100 - -

2. Premenstrual syndrome terjadi setelah

mendapat haid.

62 98,4 1 1,6

3.

Gejala fisik yang muncul menjelang

menstruasi diantaranya perut kembung 62 98,4 1 1,6 4.

Premenstrual syndrome biasanya terjadi

7-10 hari sebelum datang haid 63 100 - -

5.

Perut terasa sakit merupakan gejala fisik

yang dirasakan menjelang menstruasi 62 98,4 1 1,6 6.

Saat menjelang menstruasi wanita mengalami payudara terasa kencang dan teraba keras

58 92,1 5 7,9

7. Buang air kecil sedikit merupakan gejala

fisik yang terjadi menjelang menstruasi 55 87,3 8 12,7 8. Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah

hal yang wajar menjelang menstruasi 58 92,1 5 7,9 9. Jerawat tidak biasa muncul menjelang

menstruasi

56 88,9 7 11,1

10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas

40 63,5 23 36,5

11 Perasaan senang merupakan gejala

psikologis (mental) yang dialami menjelang menstruasi

50 79,4 13 20,6 12 Depresi/merasa tertekan sering muncul

menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal 34 54,0 29 46,0 13 Gejala yang muncul pada semua wanita

menjelang menstruasi itu sama 38 60,3 25 39,7

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi

32 50,8 31 49,2 15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula

tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

41 65,1 22 34,9 16 Kebiasaan merokok dan minum minuman

alkohol dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

47 74,1 16 25,4

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan 32 50,8 31 49,2 18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang

banyak tidak dapat mengurangi gejala

premenstrual syndrome

27 42,9 36 57,1 11

9.

Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat


(49)

c. Deskripsi skor pengetahuan remaja sebelum diberi penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.3 menggambarkan skor pengetahuan remaja mengenai sindrompremenstruasi di SMA Tri Sakti Medan, sebelum diberikan penyuluhan dari 63 responden diperoleh skor terendah adalah 6 sebanyak 1 orang (1,6%), sedangkan skor yang paling banyak diperoleh 13 sebanyak 13 orang (20,6%).

Tabel 5.1.3

Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasebelum diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013

Skor F %

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 4 7 7 8 10 13 7 1 1 1,6 6,3 6,3 11,1 11,1 12,7 15,9 20,6 11,1 1,6 1,6


(50)

d. Deskripsi skor pengetahuan remaja sesudah diberikan penyuluhan Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1.4 menggambarkan skor pengetahuan remaja mengenai sindrom premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan, sesudah diberikan penyuluhan dari 63 respondendiperoleh skor terendah adalah 11 sebanyak 1 orang (22,2 %) , skor yang paling banyak diperoleh 14 sebanyak 14 orang (22,2%)

Tabel 5.1.4

Distribusi frekuensi berdasarkan skor pengetahuan remajasesudah diberikan penyuluhan di SMA Tri Sakti

Medan Tahun 2013

Skor F %

11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 6 9 14 8 13 7 4 1 1,6 9,5 14,3 22,2 12,7 20,6 11,1 6,3 1,6


(51)

2. Analisis Bivariat

a. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan peningkatan skor pengetahuan pada responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11,19 dengan SD=2,285 sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi penyuluhan diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1 dibawah ini:

Tabel 5.2

Distribusi Nilai Rata-rata pengetahuan responden tentang Sindrom Premenstruasi sebelum dan sesudah

dilakukan penyuluhan Skor Pengetahuan

Sebelum penyuluhan Sesudah penyuluhan Mean SD Mean SD 11,19 2,285 14,83 1,845

b. Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan signifikan terhadap pengetahuan pada siswi SMA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa tingkatpengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan memiliki perbedaan yang signifikan/bermakna. Hal ini didukung bahwa rata-rata perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan adalah sebesar -3,635, hal ini berarti pengetahuan sesudah penyuluhan lebih besar daripada pengetahuan sebelum penyuluhan, dan berdasarkan


(52)

hasil perhitungan nilai t yang diperoleh sebesar 23,867 dengan nilai p

0,000 (<α=0,05). Nilai p≤α, maka keputusannya adalah Ha diterima

yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antaraskor pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengenai sindrom premenstruasi. Dari hipotesa yang dirumuskan maka akan diperoleh hasil setelah dilakukan uji statistik dan dapat dibuktikan bahwa hipotesa diterima dan dapat disimpulkan bahwa penyuluhan mengenai sindrom premenstruasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan siswi SMA. Dapat dilihat pada tabel 5.2.1 dibawah ini:

Tabel 5.2.1

Hasil Analisis Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA

Tri Sakti MedanTahun 2013 Variabel tingkat

pengetahuan

Mean SD T p-value N

Sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan

-3,635 1,209 23,867 0,000 63

B. Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti membandingkan pengetahuan remaja pada siswi SMA sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.

1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil a. Karakteristik demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik demografi responden, mayoritas responden berusia 16 tahun (50,8%) dan mayoritas responden dengan umur menstruasi 13 tahun (46%). Hasil ini didukungdengan pendapat Sumiati (2011) bahwa anak remaja akan


(53)

memasuki masa puber dimulai dari usia 10-14 tahun dan memasuki masa remaja pertengahan pada usia 15-16 tahun. Remaja pertengahan (Middle Adolescence) adalah masa yang ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa, meskipun belum siap secara psikis, pada masa ini sering terjadi konflik karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya.

b. Data Peningkatan Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh setelah dilakukan penyuluhan mayoritas responden mengalami pengetahuan lebih baik, hal ini menunjukkan peningkatan pengetahuan pada responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, diperoleh nilai rata-rata (Mean) =11, 19 dengan SD=2,285 sebelum diberi penyuluhan, sedangkan sesudah diberi penyuluhan diperoleh mean=14,83 dengan SD=1,845.

Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik disengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu(Wahit, dkk, 2006)..

Penyuluhanadalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) input adalah sarana pendidikan, b) proses (Upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2007).


(54)

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, dapat dilihat dari hasil penelitian tersebut hasil skor pengetahuan baik meningkat disebabkan karena adanya penyuluhan dimana penyuluhan tersebut dapat menambah pengetahuan remaja. Hal ini juga mungkin didukung dengan cara penyampaian petugas yang mampu menyampaikan materi secara jelas dan menarik sehingga dapat diikuti oleh responden dengan baik dan tentunya media dan metode yang digunakan tepat sehingga dapat membantu para remaja untuk memahami materi seperti halnya memperlihatkan gambar dan memberikan leaflet pada masing-masing responden. Dalam hal ini berarti penyuluhan kesehatan sangatlah penting dalam meningkatkan pengetahuan remaja seperti halnya dikemukakan oleh teori di atas.

Selama ini perhatian masyarakat hanya tertuju pada upaya peningkatan fisik saja dan kurang memperhatikan non fisik, yang juga merupakan faktor penentu dalam keberhasilan seorang remaja di kemudian hari.Faktor mental emosional yang tidak diperhatikan menyebabkan seorang remaja hanya sehat fisiknya, namun secara psikologis rentan terhadap stress.

Pada penelitian oleh Siregar, Ganis Fidel M tahun 2012 yang berjudul Tingkat Stress dan Karakteristik Mahasiswi Fakultas Kedokteran Yang Mengalami Sindroma Premenstruasi serta Hubungannya terhadap Prestasi Akademis diperoleh bahwa ada hubungan tingkat stress sebagai trigger terjadinya sindrom premenstruasi.


(55)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Badriyah tahun 2012 yang berjudul Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Premenstrual Sindrom (PMS) pada Siswi SMA 3 Seragen diperoleh hasil bahwa responden yang berpengetahuan baik, sudah dapat menjawab pertanyaan dengan baik karena responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi khususnya tentang PMS.

Menurut Widyastuti (2009), pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya.

Dari hasil uji statistik menggunakan paired sample t-test (t=23,995) terlihat perbedaan mean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan tenang Sindrom Premenstruasi dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05. Data ini menunjukkan bahwa Hipotesa penelitian yang mengatakan ada efek penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.Sehingga diperoleh dengan adanya penyuluhan tentang sindrom premenstruasi remaja lebih tahu dan paham tentang perubahan dan masalah yang muncul selama periode menstruasinya dan dapat mengulang kembali hal telah disampaikan oleh peneliti setelah di lakukan penelitian.

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, dari proses pengumpulan data hingga penyajian hasil. Beberapa kesulitan saat pengambilan data


(56)

yaitu adanya jam pelajaran yang diambil sewaktu penyuluhan sehingga waktu yang dimiliki terbatas.

3. Implikasi Penelitian

Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kesehatan reproduksi bagi remaja putri dalam menghadapi sindrom premenstruasi. Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik bukan hanya meneliti tingkat pengetahuan remaja saja tetapi juga melalui sikap dan perilaku remaja dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh mengenai gejala-gejala sindrom premenstruasi baik perubahan fisik dan psikis yang muncul sehingga lebih representative.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden yakni mayoritas responden berusia 16 tahun sebanyak 32 orang (50,8%), sedangkan umur menstruasi mayoritas berusia 13 tahun sebanyak 29 orang (46%).

2. Dari deskripsi jawaban dan skor pengetahuan yang diperoleh terdapat peningkatan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

3. Hasil uji statistik yang diperoleh terdapat perbedaan nilai mean yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan tentang Sindrom Premenstruasi dengan taraf signifikasi 0,000 p<0,05, Oleh sebab itu, Hipotesa penelitian yang mengatakan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang sindrom premenstruasi adalah diterima.

B. SARAN

1. Bagi Remaja Putri

Siswa putri yang memasuki usia remaja sangat perlu mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya Premenstrual Sindrome sebagai bekal dalam menghadapi premenstrual syndrome sehingga memiliki perilaku yang positif terhadap reaksi perubahan fisik dan psikis yang muncul


(58)

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu meningkatkan dalam memberikan konseling, informasi, dan edukasi kesehatan khususnya tentang premenstrual syndrome.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti tidak sebatas dalam pengetahuan tetapi juga perilaku yang mempengaruhi dalam mengatasi gejala-gejala yang timbul saat mengalami premenstrual syndrome.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Badriyah. 2012. Jurnal KTI tentang Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Sindrom Premenstruasi (PMS) pada sisiwi kelas XI di SMA 3 Seragen Ellya, Eva. 2010. Kesehatn Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media

Effendy, 2003. Ilmu, Teori, dn Filsafat Komunitas. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data: Jakarta:

Salemba Medika

. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Maulana, R. 2008. Jurnal KTIHubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pieter, Zan Herri dan Lumongga, Namora. 2011. Pengantar Psikologi untuk

Kebidanan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Pinem, Sarona. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.Trans Info Media

Proverawati dan Misaroh. 2010. Menarch(Menstruasi Penuh Makna). Yogyakarta: Nuha Medika

Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikiaoffset Setiasih. 2007. Jurnal KTI tentang Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja

Tentang PMS

Siregar, Fidel Ganis M. 2012. Tesis Tingkat Stress dan Karakteristik Mahasiswi Fakultas Kedokteran Yang Mengalami Sindrom Premenstruasi serta Hubungannya terhadap Prestasi Akademis. Medan: USU.

Sumiati, dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media

Sylvia, Elvira. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi. Jakarta: Balai Pustaka FKUI Wahit, dkk. 2006. Ilmu Kesehatan Masyrakat. Jakarta: PT Kawan Pustaka Sejati, Waluyo. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogyakarta: Milestone


(60)

Tambing, Yane. 2012. Jurnal Tesis Aktivitas Fisik dan Sindom Premenstruasi Pada Remaja. Yogyakarta : UGM

Tim Penyusun Program D-IV USU. (2012). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan : tidak dipublikasikan

Winkjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Zulaikha, Fatikah. 2010. Jurnal KTI tentang Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri terhadap Sikap Menghadapi PMS di SMA N 05 Surakarta


(61)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Mariska Natalia S/125102108 adalah mahasiswa Program Studi D - IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Efektifitas Pnyuluhan terhadap Pengetahuan Remaja tentang Sindom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D - IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan siswi untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dalam memberikan jawaban kuesioner sesuai dengan pendapat responden tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan responden. Partisipasi responden dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apa pun. Identitas responden dan semua informasi akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Maret 2013

Responden


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : No Telp/Hp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “ Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surata pernyataan ini untuk dapat dipergunakan sebelumnya.

Medan, Maret 2013


(63)

KUESIONER PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI

DI SMA TRI SAKTI MEDAN TAHUN 2013

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden :

Umur :

Umur menstruasi pertama :

II. PENGETAHUAN

Beri tanda checklist ( ˅ ) pada kolom Benar jika anda anggap pernyataan benar, dan pada kolom salah jika anda anggap pernyataan salah.

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1 Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

2 Premenstrual syndrome terjadi setelah mendapat haid

3 Gejala fisik yang muncul menjelang menstruasi diantaranya perut kembung

4 Premenstrual syndrome biasanya terjadi 7-10 hari sebelum datang haid

5 Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang dirasakan menjelang menstruasi

6 Saat menjelang menstruasi wanita mengalami payudara terasa kencang dan teraba keras

7 Buang air kecil sedikit merupakan gejala fisik yang terjadi menjelang menstruasi

8 Otot/sendi menjadi kaku dan nyeri adalah hal yang wajar menjelang menstruasi

9 Jerawat tidak biasa muncul menjelang menstruasi

10 Menjelang menstruasi semua wanita cenderung mudah marah, mudah tersinggung dan cemas 11 Perasaan senang merupakan gejala psikologis


(64)

12 Depresi/merasa tertekan sering muncul menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal

13 Gejala yang muncul pada semua wanita menjelang menstruasi itu sama

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi 15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula

tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan

18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang banyak tidak dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

19 Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya premenstrual syndrome


(65)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mariska Natalia S

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28Desember 1990

Anak Ke : 1 dari 6 bersaudara

Agama : Katolik

Nama Ayah : M.Simbolon

Nama Ibu : M.br. Silalahi

Alamat : Jl. Tangguk Bongkar IV No.43 Mandala Medan

Pendidikan Formal :

SD : SD Swasta Betania Tahun 1996 -2002

SMP : SMP Katolik Tri Sakti 2 Tahun 2002 - 2005

SMA : SMA Katolik Tri Sakti Tahun 2005 -2008

D3 :Diploma III (Tiga) Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Tahun 2008-2011


(66)

(67)

(68)

(1)

KUESIONER PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI

DI SMA TRI SAKTI MEDAN TAHUN 2013

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama Responden :

Umur :

Umur menstruasi pertama :

II. PENGETAHUAN

Beri tanda checklist ( ˅ ) pada kolom Benar jika anda anggap pernyataan benar, dan pada kolom salah jika anda anggap pernyataan salah.

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1 Kumpulan gejala fisik dan psikologis yang terjadi 7-10 hari menjelang menstruasi disebut premenstrualsyndrome

2 Premenstrual syndrome terjadi setelah

mendapat haid

3 Gejala fisik yang muncul menjelang menstruasi diantaranya perut kembung

4 Premenstrual syndrome biasanya terjadi 7-10

hari sebelum datang haid

5 Perut terasa sakit merupakan gejala fisik yang dirasakan menjelang menstruasi

6 Saat menjelang menstruasi wanita mengalami payudara terasa kencang dan teraba keras

7 Buang air kecil sedikit merupakan gejala fisik yang terjadi menjelang menstruasi


(2)

12 Depresi/merasa tertekan sering muncul menjelang menstruasi. Hal ini tidak normal

13 Gejala yang muncul pada semua wanita menjelang menstruasi itu sama

14 Gejala-gejala fisik dan psikologis tersebut akan normal kembali dengan datangnya menstruasi 15 Kebiasaan makan makanan yang kadar gula

tinggi, garam dan coklat dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

16 Kebiasaan merokok dan minum minuman alkohol dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

17 Semakin usia bertambah gejala

premenstrualsyndrome semakin ringan

18 Mengkonsumsi buah dan sayuran hijau yang banyak tidak dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome

19 Mengkonsumsi ramuan tradisional atau obat anti nyeri dapat mengurangi resiko terjadinya premenstrual syndrome


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mariska Natalia S

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 28Desember 1990

Anak Ke : 1 dari 6 bersaudara

Agama : Katolik

Nama Ayah : M.Simbolon

Nama Ibu : M.br. Silalahi

Alamat : Jl. Tangguk Bongkar IV No.43 Mandala Medan

Pendidikan Formal :

SD : SD Swasta Betania Tahun 1996 -2002

SMP : SMP Katolik Tri Sakti 2 Tahun 2002 - 2005

SMA : SMA Katolik Tri Sakti Tahun 2005 -2008

D3 :Diploma III (Tiga) Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Tahun 2008-2011


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 8

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 10

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 1

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 3

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 21

Efektifitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Sindrom Premenstruasi di SMA Tri Sakti Medan Tahun 2013

0 0 2

PENGARUH PENYULUHAN PREMENSTRUASI SINDROM TERHADAP PERILAKU PENANGANAN PREMENSTRUASI SINDROM PADA SISWI KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH I BANTUL TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI REMAJA PUTRI DENGAN PENANGANAN SINDROM PREMENSTRUASI DI SMA MUHAMMADIYAH 5YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pengetahuan tentang Sindrom Premenstruasi dan Motivasi Penanganan Sindrom Premenstruasi Remaja Pu

0 0 14

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SYNDROM PREMENSTRUASI DI SMP MATARAM KASIHAN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Syndrom Premenstruasi di SMP Mataram Kasihan

0 0 11

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SINDROM PREMENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMP KASIHAN 1 BANTUL

0 0 11