jurnal No24 Thn14 Juni2015

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai
sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan
penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab
Ir. Suwandi Supatra, MT.
Pemimpin Redaksi
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Sekretaris Redaksi
Rosmawati Situmorang
Dewan Editor
Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. Brahim
Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.

Etiwati, S.Pd., M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :
Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.id
E-mail : jurnalpenabur@bpkpenabur.or.id

Jurnal Pendidikan Penabur
Nomor 24/Tahun ke-14/Juni 2015
ISSN: 1412-2588

Daftar Isi,

i

Pengantar Redaksi,

ii - v


Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok,
Yohanes Paiman,
1-26
Peran Role Playing Berbasis Komputer Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun
Dilihat Dari Kematangan Emosional,

Felucia Hendriette,

27-48

Bimbingan Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar,
Fransiska,
49-58
Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui
Pendidikan Kristen,
Maria Evvy Yanti,
59-72
Hilda Karli,


Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar,

73-91

Penggunaan Fun Multiplication Beads Untuk Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa,
Sih Retno Hastuti,
92-101
Tantangan Pendidikan Nasional Indonesia di Era AFTA 2015,
102-110
Isu Mutakhir: Ujian Nasional Berbasis Komputer,
Resensi buku: Guru Gokil Murid Unyu,

Kumalasari Onggobawono,

Mudarwan,

Wahyu Kris Aries Wirawardana,

111-114
115-119


Jurnal Pendidikan Penabur - No. 24/Tahun ke-14/Juni 2015

i

Pengantar Redaksi
etika peserta didik menjadi pusat perhatian dalam proses
pembelajaran, berbagai penelitian dilakukan untuk
memahami bagaimana sebenarnya manusia belajar. Hasil
penelitian itu dipergunakan mengembangkan pendekatan,
strategi, metode, dan teknik membelajarkan sehingga memudahkan
pemelajar memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajarinya. Berdasarkan
kajian psikologi, para ahli mengemukakan teori belajar mulai dari
teori behavioursme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konektivisme
serta berbagai teori belajar lainnya. Semua teori itu pada hakikatnya
menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sesuai dengan
paradigma setiap teori.
Dilihat dari kronologinya, teori itu dapat dikenali sebagai teori
lama, baru, dan mutakhir. Akan tetapi, pada hakikatnya kebenaran

dan penggunaan teori tidaklah semata-mata ditentukan oleh waktu
teori itu ditemukan. Sebagai contoh, teori behaviorisme yang muncul
jauh sebelum teori belajar lainnya tidaklah berarti teori itu tidak berlaku
dan tidak dipakai lagi sekarang. Untuk keperluan pembelajaran
tertentu, teori itu lebih tepat dipergunakan daripada teori lainnya.
Misalnya, pembelajaran yang bertujuan untuk memperolah
kemampuan mekanistik, teori pembelajaran berdasarkan
behaviorisme paling sesuai. Sedangkan untuk kemampuan yang
bersifat kreatif/inovatif, pembelajaran yang berbasis teori kognitivisme
dan konstruktivisme lebih efektif. Dengan demikian, desain
pembelajaran dibuat berdasarkan dan ditentukan oleh tujuan
pembelajaran, karakteristik pemelajar, serta lingkungan belajar.
Di samping memperoleh kemampuan yang dikehendaki,
pengalaman belajar diharapkan dapat menambah keterampilan
pemelajar belajar sehingga pada waktunya dapat menjadikannya
pemelajar mandiri sepanjang hayatnya. Dalam kaitannya dengan
pengalaman belajar, berbagai gagasan juga berkembang. Edgar Dale
(1900–1985) misalnya mengemukakan Cone of Experience berdasarkan
kajiannya atas berbagai desain pembelajaran dan proses belajar. Cone
of Experience mengungkapkan perbedaan retensi atau kemampuan

mengingat manusia melalui pengalaman yang berbeda. Manusia
mengingat 10% dari membaca (membaca buku pelajaran), 20% dari
mendengar (penjelasan atau ceramah), 30% dari melihat (gambar),
50% dari mendengar dan melihat (pameran), 70% dari mengatakan
dan menulis (pembicara, pemapar), serta 90% dari melakukan sesuatu
(praktek, pemeran peran). Gambaran ini kemudian mengembangkan
teori belajar aktif, belajar dengan/sambil berbuat, belajar berdasarkan
pengalaman, belajar kontekstual dan berbagai teori lainnya yang
menekankan keaktifan pemelajar secara utuh. Berbagai strategi
pembelajaran dikembangkan oleh pembelajar agar pemelajar berperan
secara aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dengan model
pembelajaran simulasi/bermain peran, pembelajaran berbasis

K

ii

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

masalah, pembelajaran kooperatif atau kolaboratif, dan pembelajaran

berbasis proyek.
Dalam hubungannya dengan pengalaman belajar ini juga, jauh
Sebelum Masehi, Kong Hu Chu (Confucius) yang hidup 551 – 479
Sebelum Masehi, berpendapat, apa yang hanya didengar akan cepat
dilupakan, apa yang hanya dilihat akan diingat, tetapi apa yang
dikerjakan akan dipahami. Pendapat ini menunjukkan keaktifan
pemelajar menentukan keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran
secara verbalisme (hanya mendengar) sangat tidak efektif dibandingkan
dengan secara aktif menggunakan berbagai indera manusia. Pendapat
lain berkaitan dengan pentingnya keaktifan mental dan fisik pemelajar
terlihat dari pendapat Siberman yang mengatakan bahwa seseorang
akan lupa kalau hanya mendengar; mengingat sedikit apa yang
didengar dan dilihat; mulai memahami kalau mendengar, melihat, dan
mendiskusikan; memperoleh pengetahuan dan keterampilan kalau
mendengar, melihat, mendiskusikan, dan melakukan; serta akan
menguasai kalau mengajarkannya kepada orang lain.
Teori belajar dan membelajarkan menunjukkan pengalaman kongkrit tidak hanya memudahkan, tetapi memotivasi pemelajar belajar dan
menambah rasa ingin tahu secara terus menerus serta membuat belajar
menjadi kegiatan menyenangkan. Berbagai teori dan pendapat seperti
yang telah diungkapkan juga mendorong penggunaan alat peraga serta

media dalam proses pembelajaran. Terlebih-lebih perkembangan cepat
teknologi informasi dan komunikasi (TIK), mendorong lembaga pendidikan memanfaatka berbagai produk TIK dalam proses pembelajaran,
mulai dari yang sederhana sampai paling canggih. Tidak sedikit orang
berpendapat bahwa semakin canggih TIK yang diterapkan, semakin
meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran.
Penelitian penggunaan TIK dalam pembelajaran, ternyata
membuktikan media pembelajaran bukanlah penentu hasil dan mutu
pembelajaran. Media pembelajaran secanggih apapun ‘hanya’ berfungsi mengantarkan pesan (bahan pelajaran) kepada pemelajar. Sebagai
pengangkut dan pengantar, media tidak dapat mengubah bahan pelajaran yang salah menjadi benar, yang acak-acakan menjadi sistematis,
yang membosankan menjadi menarik. Karakter dan cara pengemasan
bahan pelajaran, karakter pemelajar, serta lingkungan pembelajaran
juga merupakan faktor penentu yang perlu diperhatikan pembelajar.
Dengan demikian, bukan kecanggihan media yang menentukan, tetapi
bagaimana pembelajar kreatif menggunakan media yang ada
(sesederhana apa pun) sehingga membuat proses pembelajaran dapat
memudahkan pemelajar aktif, tertarik, dan termotivasi belajar.
Dengan menggunakan media yang tepat, berbagai kesulitan belajar
pemelajar dapat diatasi. Penjelasan verbal dapat diganti dengan
menghadirkan objek atau gambar (visual), sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama (lebih efisien) dan pemelajar dapat mengerti/

memahaminya lebih akurat serta termotivasi belajar (lebih efektif).
Menggunakan fasilitas internet pembelajar dan pemelajar dapat
memperoleh berbagai informasi berkaitan dengan pokok bahasan.
Kemudahan menggali dan memperoleh berbgai informasi melalui TIK
mendorong semakin maraknya penggunaan TIK di lembaga pendidikan.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

iii

Harga produk TIK yang semakin murah membuat beberapa negara
menerapkan Program Satu Laptop Untuk Setiap Anak (One Laptop Per
Child/OLPC) seperti di Peru, Spanyol, dan Cina. Belakangan ini di
Indonesia sejumlah sekolah juga menerapkan program ini. Akan tetapi
penelitian UNESCO dan Inter-american Development Bank (2010 - 2012)
di berbagai negera sedang berkembang menyimpulkan antara lain program penggunaan komputer untuk setiap anak (a) secara drastis meningkatkan kesempatan bagi anak menggunakan komputer, (b) tidak ada
bukti meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa anak secara
signifikan, dan (c) dapat meningkatkan pengetahuan kognitif anak.
Setiap disiplin ilmu terus berkembang termasuk pendekatan, strategi, metode, dan teknik belajar dan membelajarkan. Dalam kenyataannya
jarang terdapat karakteristik pemelajar sepenuhnya homogen tetapi
berada pada rentang heterogen. Di lain pihak, keberhasilan

pembelajaran diukur dengan standar tertentu: standar lembaga
pendidikan, standar wilayah, atau standar nasional. Dengan demikian
apabila karakteristik masukan (pemelajar, sarana dan prasarana, dan
pembelajar) bervariasi sedangkan kualitas hasil pembelajaran
terstandar maka kegiatan dalam proses pembelajaran harus disesuaikan
dengan kondisi yang ada dan tidak dapat diseragamkan. Berarti,
pembelajar perlu jeli dan kreatif merancang dan mengembangkan
pendekatan, strategi, metode, atau teknik pembelajaran.
Mengacu pada pemikiran perlunya merancang dan menggunakan
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang bervariasi,
pembelajar dalam hal ini guru di sekolah mengatasi berbagai masalah
pembelajaran dengan memodifikasi atau mengembangkan proses
pembelajaran. Sebagai contoh, guru melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Pengalaman membelajarkan mendorong guru kreatif mengembangkan
berbagai alternatif mengatasi masalah pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Penabur Edisi Juni 2015 memuat hasil penelitian
berkaitan dengan proses pembelajaran terkait dengan startegi dan
metode pembelajaran seperti Peran Role Playing Berbasis Komputer

Pada Kesiapan Belajar Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun Dilihat Dari
Kematangan Emosional, Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Drama Dengan Metode Investigasi Kelompok, Kegiatan Bimbingan
Belajar Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Sekolah Dasar, dan
Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tujuan utama
setiap penelitian ialah meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang
sesuai sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian juga
menunjukkan antara lain tidak ada strategi atau metode pembelajaran
efektif dipergunakan untuk semua tujuan pembelajaran atau semua situasi.
Di samping laporan peneltian , Edisi ini juga memuat pengalaman
guru mengatasi kesulitan belajar matematika. Tidak sedikit siswa
menganggap matematika sulit dipelajari dan membosankan. Akan
tetapi dengan strategi dan metode pembelajaran yang kreatif guru dapat
mengubah persepsi negatif dengan menggunakan alat peraga atau
media sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh guru, orang tua, atau
siswa sendiri. Pengalaman ini juga menunjukkan, media sederhana
iv

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

dapat dipergunakan memudahkan dan memotivasi siswa belajar. Oleh
karena itu, media paling efektif bukanlah selalu media berteknologi
tinggi, tetapi media yang ada di ruang belajar atau di sekolah. Kalau
yang ada, hanya papan tulis maka papan tulislah yang terbaik.
Persoalannya bagaiman guru dapat mempergunakan papan tulis
sehingga membuat siswa aktif dan termotivasi belajar.
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengubah karakter
dan dalam Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pembentukan karakter
peserta didik itu terlihat jelas. Akan tetapi, dari waktu ke waktu
pembentukan karakter manusia Indonesia itu masih menjadi masalah
terlihat dari maraknya berbagai masalah sosial yang terjadi dalam
kehidupan sehari-sehari termasuk dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Umat Kristen tentu terpanggil memberikan pemikiran dan
ikut melaksanakan pendidikan karakter bangsa Indonesia. Tulisan
berjudul Implementasi Refleksi Teologis Orasi Daud Menurut 1
Tawarikh 28:1-10 Bagi Perkembangan Karakter Siswa Melalui
Pendidikan Kristen merupakan kajian yang mencerahkan bagaimana
pendidikan karakter dapat dilakukan dalam proses pembelajaran.
Ketekunan, kesabaran, kejujuran, serta percaya diri merupakan
sejumlah unsur kepribadian yang perlu dimiliki siswa khususnya
dalam mengikuti setiap kegiatan evaluasi. Penggunaan ujian/tes
berbasis komputer merupakan salah satu teknik untuk menuntut siswa
berperilaku tekun dan sabar dalam belajar serta teliti, cermat, dan
percaya diri dalam mengerjakan soal-soal ujian. Ujian berbasis
komputer yang diterapkan di sejumlah sekolah dalam Ujian Nasional
(UN) tahun 2015 yang lalu terbukti membantu penyelenggaraan UN,
sungguhpun juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan masalah
sebagaimana diangkat sebagai isu mutakhir dalam Edisi ini. Dengan
semakin merambahnya penggunaan TIK dalam berbagai kegiatan
pembelajaran di lembaga pendidikan, tidak dapat dipungkiri bahwa
TIK perlu diperkenalkan kepada siswa sedini mungkin dan dilatih
menggunakannya sehingga terampil dan terdidik dalam
memanfaatkan TIK untuk memecahkan berbagai masalah belajar.
Pengalaman empiris menunjukkan, TIK dapat mempermudah
proses dan mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Untuk berbagai
kegiatan pembelajaran, TIK dapat menggantikan fungsi guru, namun
peranan guru tidak pernah sepenuhnya dapat digantikan oleh TIK.
Bahkan di negara yang sudah berteknologi maju sekali pun, siswa
masih mengharapkan interaksi langsung dengan guru dan TIK
diperlakukan sebagai pendukung pembelajaran. Apalagi untuk
pendidikan dasar, siswa masih sangat memerlukan sentuhan emosi
guru khususnya dalam mengembangkan kepribadian mereka.
Bagaimana guru berfungsi sehingga patut digugu dan ditiru, manjadi
bahasan dalam membicarakan buku Guru Gokil, Murid Unyu. Pendapat
dalam mengkaji isi buku ini menggambarkan besarnya harapan
peranan guru dalam membentuk kepribadian siswa dan tidak dapat
digantikan dengan TIK. Karena kegokil-lan bukti nyata bahwa seorang
guru telah-sedang-akan terus belajar sepanjang hayat. Selamat belajar.
Redaksi
Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

v

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar
Penelitian

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Drama
Dengan Metode Investigasi Kelompok

Yohanes Paiman
E-mail : yopai057@gmail.com
SMPK BPK PENABUR Cirebon

Abstrak
elajar drama sering tidak menarik dan membosankan bagi siswa sehingga partisipasi
mereka kurang dan hasil belajarnya pun rendah karena guru menerapkan metode
pembelajaran yang kurang tepat. Penelitian ini mencoba membuat belajar drama
menyenangkan siswa sehingga partisipasi mereka meningkat dan dan hasil belajar mereka
bertambah baik. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan menerapkan metode
investigasi kelompok di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon. Setelah melalui dua siklus, PTK ini
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
mereka. Mengacu pada hasil PTK ini disimpulkan, metode investigasi kelompok dapat
meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar serta meningkatkan hasil belajar. Agar metode
investigasi kelompok dapat efektif, penelitian ini memberikan sejumlah saran kepada guru yang
akan melaksanakannya.

B

Kata-kata kunci: model pembelajaran, metode pembelajaran, partisipasi belajar, hasil belajar, metode
investigasi kelompok.

Improving Learning Participation and Achievement in Drama Class
by Group Investigation Method
Abstract
The students often find learning drama dull and boring that make them perform low participation and poor
learning achievement due to unappropriate method practiced by the teacher. This classroom action research
(CAR) tried to imrove the quality of learning process and learning achievement in drama class by employing
group investigation at Grade 9 A of SMPK PENABUR, Cirebon. Having completing two cycles, the CAR
could improve the students’ learning participation and learning achievement in the drama class. Referring to
the favourable result, this CAR concluded, the group investigation method is effective to improve the students’
learning participation and learning achievement. To succeed the implementation of the group investigation
method, the teachers are provided with a number of suggestions.
Keywords: instructional model, instructional method, learning participation, learning achievement, group
investigation method.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

1

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Pendahuluan
Partisipasi siswa kelas 9A dalam tugas menyusun naskah drama sebagai tugas tambahan untuk
memperdalam pemahamannya tentang drama
belumlah optimal dan kurang antusias. Kondisi
ini nyata dari belum maksimalnya pengumpulan
tugas siswa sesuai jadwal yang disepakati
bersama. Dari 30 siswa, diperoleh data pengumpulan tugas dengan gelombang pengumpulan
tugas seperti berikut: 13, 4, dan 1 siswa sehingga
akhirnya terdata sejumlah 18 siswa. Sampai
tanggal 19 Maret 2015 (waktu yang disepakati
bersama), masih ada 12 orang belum juga
mengumpulkan tugas. Kondisi ini berdampak
pada kurang maksimalnya perolehan nilai tes
mereka dan menjadi kendala guru untuk menganalisis, merancang tindak lanjut pembelajaran.
Kondisi perilaku siswa demikian terjadi
karena siswa merasa kebingungan dalam
memilih, memilah jenis drama, dan bagaimana
cara menyusunnya. Rasa bingung itu terjadi
karena siswa kurang memahami seluk-beluk
drama secara jelas serta kurang bertanya pada
guru. Informasi ini penulis peroleh melalui
wawancara dengan beberapa siswa yang masih
belum mengumpulkan tugasnya. Mereka juga
berkomentar, guru agak cepat dan dominan
dalam tampil dan menjelaskan materi pelajaran.
Kondisi ini mengurangi keterlibatan siswa
dalam belajar, kurang mengalami sesuatu, dan
tidak membangun konsepnya. Guru cenderung
melakukan transfer of knowledge. Di luar itu, juga
disadari siswa, tugas mereka memang banyak,
sementara itu mereka kurang cermat dalam
mengelola waktu masing-masing.
Berdasarkan kondisi dan temuan itu, guru
perlu mengurangi dominansi diri dalam proses
pembelajaran dan harus memberikan banyak
kesempatan kepada siswa untuk membangun
konsepnya. Untuk mewujudkan hal ini dan
memperbaiki situasi, maka diusulkan penerapan
metode investigasi kelompok (Group Investigation) dalam pembelajaran berikutnya. Dalam
menerapkan metode ini, siswa dibagi menjadi
tujuh kelompok. Setiap kelompok terdiri atas
sekitar empat orang dan masing-masing
menunjuk ketua, sekretaris, penyaji, dan
anggota. Kelompok ditugasi mendalami materi
2

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

drama secara undian. Masing-masing membahas, mendalami, merumuskan konsep, dan
menyiapkan presentasi untuk forum kelas.
Penyaji wakil kelompok menjadi juru bicara
kelompok dan menyajikan paparan rumusan
materi yang disiapkan. Kelompok lain atau
forum kelas menyimaknya sebagai wawasan
barunya, serta menanggapinya. Begitu terus
bergulir, sampai kelompok dan materi terakhir
disajikan lengkap. Mereka aktif, penuh partisipasi belajar, dan rela berbagi kepada semua
rekannya. Mereka membagi dan menyerap
informasi dari hasil kerja kelompok dan
presentasi anggota kelompok lain. Di sini
terbangun sikap sosial, solidaritas, dan
partisipasi belajar bersama.
Metode investigasi kelompok memberikan
peluang partisipasi penuh kepada siswa untuk
berkreasi, membangun konsep, memilih, dan
mendalami jenis-jenis materi drama. Tugas
diberikan, disepakati waktu pengumpulannya,
lalu dibuat, dan dikumpulkan serentak tepat
waktu. Tes formatif diberikan dan siswa
mengerjakannya dengan benar karena sudah
paham. Nilainya bagus. Kedua tugas diselesaikan dengan benar dan tepat waktu. Dengan
demikian, guru dapat segera melakukan refleksi,
menganaslisis hasilnya untuk diperbandingkan
dengan perolehan nilai sebelumnya, serta
sebagai bahan merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Melalui perjalanan proses tersebut
diharapkan, target waktu belajar, target
partisipasi siswa, dan target prestasi hasil belajar
siswa dapat dipenuhi, diwujudkan, bahkan
ditingkatkan efisiensi, efektivitas, kualitas,
maupun produktivitasnya.
Rumusan Masalah
Dari fakta kasus pada latar belakang yang telah
diuraikan dapat dikatakan, kegalauan siswa
dalam belajar dan menulis naskah drama
disebabkan oleh kurang pahamnya siswa akan
materi drama. Kekurangpahaman siswa disebabkan oleh metode guru dalam menjelaskan
materi pembelajaran terlalu cepat dan kurang
tepat. Solusinya dengan mengganti metode
pembelajaran yang lebih cocok untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar dan
membangun konsep ilmu. Pilihan metode yang

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

cocok untuk penggalakan partisipasi belajar ini
adalah investigasi kelompok.
Berdasakan kondisi itu, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut, “Mampukah penerapan metode investigasi kelompok meningkatkan
partisipasi dan prestasi belajar drama bagi siswa
di kelas 9A SMPK PENABUR Cirebon?”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini hendak mewujudkan tujuan
berikut. Pertama, meningkatkan partisipasi siswa
dalam belajar drama. Kedua, meningkatkan
prestasi hasil belajar siswa. Ketiga, mendeteksi
seberapa jauh efektivitas peran dan dampak
metode belajar investigasi kelompok dalam
menolong kesulitan belajar siswa. Keempat,
membangun mutu proses belajar yang
berdampak pada peningkatan mutu siswa, mutu
guru, mutu sekolah/lembaga, dan mutu
pendidikan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini hendak mewujudkan manfaat
teoretik maupun manfaat praktis. Manfaat
teroretik penelitian ini adalah, bahwa penelitian
ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar drama dan
menulis naskah drama. Bahkan di luar itu,
penelitian ini juga sangat bermanfaat bagi
beberapa pihak, seperti: siswa, guru, sekolah/
lembaga, pengembangan proses belajar,
maupun orangtua/pemercaya sekolah.
Bagi siswa, penerapan metode investigasi
kelompok mengondisikan siswa lebih senang
dalam belajar dan membangun konsep drama;
siswa lebih partisipatif dalam belajar dan
membangun konsep; siswa lebih berhasil dalam
prestasi belajarnya; dan siswa dapat membangun karakter lebih dinamis dan berdampak.
Bagi guru, penerapan metode itu mengondisikan guru mampu menolong dan mengangkat
kesulitan belajar siswa dalam belajar drama;
guru semakin berpengalaman membangun
suasana belajar yang bernuansa PAIKEM
GEMBROT (pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, banyak
curah pendapat dan berbobot ); guru semakin
berpengalaman dalam melakukan perubahan
paradigma belajar, dengan menerapkan model

dan metode pembelajaran yang tepat, produktif,
efektif, variatif, dan berkualitas; dan guru
semakin berpengalaman dalam melakukan PTK
dan menuangkannya dalam karya tulis.
Bagi sekolah/lembaga, penerapan metode
tepat seperti itu mengondisikan sekolah semakin
tampil berkualitas melalui terbangunnya
kualitas siswa, kualitas guru, dan pembelajaran;
sekolah semakin memiliki kultur ilmiah; dan
masyarakat pemercaya sekolah semakin
banyak/luas.
Bagi pengembangan proses belajar siswa,
penerapan metode itu mengondisikan pembelajaran semakin dinamis, produktif, progresif,
berkualitas; guru dan siswa semakin mudah
bersinergi dalam membangun PBM bermutu.
Bagi orang tua/pemercaya sekolah, lembaga
pendidikan bermutu mengondisikan orangtua
semakin percaya pada sekolah; orangtua rela
dan semangat mendukung upaya memajukan
sekolah.
Secara praktis penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan metode pembelajaran yang
inovatif dan kritis. Guru menjadi lebih kreatif
dalam menyajikan materi pembelajaran,
khususnya pembelajaran menulis naskah
drama. Dengan demikian, terwujud pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Selain itu, penggunaan metode investigasi
kelompok dalam pembelajaran menulis naskah
drama dapat menepis anggapan siswa bahwa
pembelajaran menulis naskah drama itu sulit,
membosankan, dan tidak menyenangkan. Siswa
diharapkan dapat lebih terampil menulis naskah
drama karena adanya variasi metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi dan minat mereka dalam pembelajaran
menulis naskah drama.

Kajian Pustaka
Metode Pembelajaran Ceramah bervariasi
Metode dan model pembelajaran cukup bervariasi dan menantang guru untuk mencoba dalam
proses pembelajaran (Suyanto 2013:113-174).
Pilihan metode yang tepat berpengaruh pada
suasana, proses, dan kualitas pembelajaran,
partisipasi siswa, dan kualitas hasil belajar. Pada
pembelajaran ber-PTK ini penulis hendak
Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

3

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

memperbandingkan penerapan dua metode;
yaitu metode dan model pembelajaran ceramah
bervariasi dan investigasi kelompok. Metode
ceramah bervariasi adalah varian metode
ceramah. Metode ceramah beresensi menyajikan
ide dalam segala bentuk, variasi, dan gaya
penyajian penyaji (W James Popham 1992: 80).
Pada sumber lain disebut, ceramah adalah
berbicara/berpidato di depan banyak pendengar
untuk menyampaikan suatu hal, seperti
pengetahuan (Harimurti Kridalaksana 1999:
185). Tokoh pendidikan yang lain menyebut,
bahwa ceramah digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada siswa di kelas. Umumnya, siswa hanya
mengikuti secara satu arah (one way communication). Pada saat guru menerapkan metode
ceramah bervariasi, guru cenderung melakukan
transfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuan
kepada murid). Guru aktif, murid pasif. Guru
berbicara, murid menyimak. Komunikasi yang
dibangun searah saja; yaitu guru-murid. Agar
suasana dapat berjalan kondusif, guru
memberikan variasi dengan sesekali/banyak
kali melontarkan pertanyaan untuk memancing
respon, pendalaman, partisipasi, dan keaktifan
murid. Dengan demikian dapat dipahami,
metode ceramah bervariasi merupakan metode
lontar ilmu kepada murid diselingi pertanyaan
untuk mengaktifkan murid. Metode ini sering
disebut juga metode kuliah bagi dosen di
perguruan tinggi. (W James Popham 1992: 6984).
Metode Pembelajaran Investigasi Kelompok
Pada kesempatan selanjutnya, penulis juga
menggunakan metode investigasi kelompok
untuk memperbandingkannya dengan metode
ceramah bervariasi dalam hal proses, dampak,
hasil yang diperoleh dalam pembelajaran, serta
kemampuan metode ini dalam mengatasi
persoalan belajar drama siswa.
Dewey (1916) dalam Hendy Hermawan
(2006: 27) menegaskan, keseluruhan kehidupan
sekolah harus ditata/diorganisasikan sebagai
miniatur kehidupan demokrasi, karena suasana
kelas merupakan analogi kehidupan masyarakat. Dengan demikian guru perlu berusaha
mewujudkan suasana kelas seperti suasana
kehidupan masyarakat itu (Joyce dan Weil, 1986:
4

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

228 dalam Hendy Hermawan (2006:27). Untuk
itu, siswa perlu mendapatkan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan sistem
sosial melalui pengalaman dan pembelajaran
bermasyarakat, demi kemajuan masyarakat itu.
Sharan (1992) mengembangkan model
pembelajaran kooperatif teknik investigasi
kelompok. Model ini bermaksud membina sikap
tanggung jawab dan bekerja sama dalam
kelompok, serta membina sikap saling
menghargai pendapat anggota kelompok, dan
pada ujungnya membiasakan untuk berani
mengemukakan pendapat.
Model investigasi kelompok ini menganut
langkah-langkah berikut. Pertama, guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok
heterogen, lalu kelompok membentuk pengurus
kelompok yang terdiri dari ketua, sekretaris,
penyaji, dan anggota. Kedua, guru menjelaskan
maksud, prosedur belajar dalam investigasi
kelompok. Ketiga, guru memanggil para ketua
kelompok untuk mengambil undian materi tugas
yang berbeda untuk didiskusikan dalam
kelompok dan disusun sistematika materi dan
rencana paparannya di depan forum kelas nanti.
Keempat, setiap kelompok bekerja secara
kooperatif dalam kelompoknya menyiapkan
paparan materi presentasi. Kelima, setelah
selesai, setiap kelompok tampil melalui juru
bicaranya menyampaikan paparan hasil
diskusinya; kelompok lain menyimak dan
menanggapinya. Urutan maju presentasi diundi
antarkelompok. Keenam, jika terjadi ketepatan
sajian konsep, guru memberikan penguatan;
sedangkan jika terjadi kekurangtepatan konsep,
guru memberikan klarifikasi.
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk banyak berpartisipasi,
berinteraksi dalam membangun gagasan.
Semakin partisipasi belajar siswa tinggi,
penguasaan konsep dan materi pembelajaran
semakin dalam dan luas pula. Ini menguntungkan siswa ketika mereka menghadapi tes.
Hasilnya pasti baik dan memuaskan.
Penentu Sukses Belajar Siswa
Sukses belajar siswa ditentukan oleh banyak
faktor. Pertama, faktor minat dan motivasi siswa.
Minat ini merupakan daya dorong internal dan
laten. Kekuatan pengaruhnya luar biasa. Kedua,

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

faktor penyaji atau cara seorang guru mengelola
proses pembelajaran (Hendy Hermawan, 2006:
v). Gaya, sikap, teknik pendekatan menarik yang
guru suguhkan dalam melayani siswa
memberikan dampak semangat belajar tinggi.
Dinamika belajar terbangun. Belajar tidak capek
dan tidak membosankan. Ketiga, faktor metode
pembelajaran yang diterapkan guru. Pilihan
metode yang cocok dan disukai siswa menjadi
sumber kekuatan dan energi belajar tersendiri.
Keempat, faktor kebermanfaatan materi
pembelajaran itu bagi siswa dan kehidupannya.
Semakin sebuah materi pembelajaran dinilai
tinggi manfaatnya bagi hidup siswa kelak, maka
semangat belajar siswa semakin tumbuh dan
dinamis. Keterlibatan siswa dalam belajar
semakin nyata.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru dalam
mengajar hendaknya mampu membantu siswa
memperoleh ide, keterampilan, nilai, cara
berpikir, sarana dan ruang untuk mengekspresikan diri, berbagai cara belajar bagaimana belajar,
sehingga siswa mampu meningkatkan
kemampuannya untuk belajar lebih mudah dan
lebih efektif di masa depan. Oleh karena itu,
proses pembelajaran harus memiliki makna
deskriptif, keterkinian, prospektif, dan
berorientasi ke masa depan (Hendy Hermawan,
2006: 3). Kondisi ini pasti mampu mendukung
siswa sukses dan berprestasi dalam belajar.
Penentu Kualitas Belajar Siswa
Kualitas belajar siswa dipengaruhi banyak
faktor. Pertama, faktor minat belajar siswa. Minat
yang positif, stabil, bersumber dari intern siswa
sangat mempengaruhi kinerja belajar yang
berdampak pada belajar efektif dan produktif.
Kedua, faktor guru dan gayapenyajiannya.
Ketokohan, semangat, kegigihan, kejuangan,
kemurnian, kebapakan/keibuan, ketulusan, dan
kesetiaan seorang guru dalam mengajar akan
sangat dirasakan siswa dalam seluruh aspek
kehidupannya. Jasanya akan dikenangnya
sepanjang masa, bahkan akan diceritakan
kepada saudara dan keturunannya. Ketiga, faktor
metode pembelajaran. Metode yang enak dan
menantang akan mengondisikan belajar siswa
dalam ambang semangat dan prestasi tinggi.
Keempat, faktor kondisi lingkungan yang
kondusif. Lingkungan kelas, luar kelas, bahkan

kultur tertentu sekolah akan sangat menopang
ketenangan dan kenyamanan belajar siswa.
Kondisi ini mendukung teraihnya prestasi tinggi
siswa. Kelima, faktor sinergi antarpihak dan
sarana. Kesamaan visi, kebutuhan, langkah, citacita, dan persepsi tentang pemanfaatan dan
optimalisasi sarana pendidikan menjadi bekal
tersendiri bagi niat untuk membangun mutu
belajar siswa. Untuk itu, kondisi seperti ini harus
dijaga dan diwujudkan terus (Suyanto 2013: 79111).
Drama
Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang
berkaitan dengan drama yaitu tujuan belajar,
istilah, definisi/pengertian, sumber ide untuk
menulis, struktur teks, unsur intrinsik,.urutan
pentas, syarat pentas, urutan/langkah menulis
teks, struktur alur, jenis, menilai teks, dan menilai
pementasan. Tujuan belajar drama meliputi:
memahami konsep lengkap tentang drama;
terampil menulis naskah drama; terampil
berpentas drama; menilai naskah drama; menilai
pementasan drama.
Istilah-istilah drama meliputi: sandiwara
(sandi : rahasia, warah : ajaran ); teater (pementasan); fragmen ( cuplikan pentas kehidupan );
tonil (Belanda: toneel, artinya : tontonan) (Adhy
Asmara 1979 : 9-12). Ketiga, definisi drama dapat
dinyatakan seperti: pementasan/pemanggungan karya fiksi berupa dialog-monolog (Sumiati
Budiman 1987:49); pementasan karya fiksi
berupa dialog-monolog dan akting tokoh diiringi
musik yang sesuai, kostum yang pas, dekorasi
panggung/latar yang cocok, untuk menyampaikan sebuah konflik dan pesan (Laelasari 2006
:73-74);.seni yang mempertunjukkan pekerti
manusia dengan perbuatan dan dialog-monolog
(Soetarno 1976 : 20).
Sumber ide untuk menulis naskah drama
berasal dari: karya imajinasi pengarang (aslifiksi); parafrase ( ubah bentuk/tampilan ) karya
lain ; dari cerpen ke drama; bahan buku harian (
diary ) penga rang; modifikasi naskah drama lain;
mengubah skenario cerita film (E Kosasih 2008:
117-122; 131-137)..
Struktur teks drama meliputi: judul dan
pengarang; deskripsi tokoh dan watak/karakternya; paparan latar awal (ekspos suasana dan
persoalan); dialog-monolog tokoh yang
Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

5

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

membangun alur; deskripsi perilaku tokoh (lakuan/akting); paparan latar (tempat, waktu, suasana, iringan musik); dan improvisasi pemain.
Unsur intrinsik drama meliputi: tema,
amanat/pesan cerita-pementasan, dialogmonolog, akting/tata laku, latar/panggung plus
iringan musik, tata lampu, dekorasi, alur/plot/
jaringan cerita, kostum/tata rias tokoh/karakterisasi tokoh, improvisasi tokoh (Adhy Asmara
1979: 53-67).
Urutan/struktur pementasan drama:
prolog, adegan dan babak, dan epilog.
Syarat pementasan drama meliputi: ada
repertoire, ada sutradara, ada pemain, ada latar/
panggung, ada kostum pemain, ada dekorasi,
iringan musik, ada sarana pendukung lain, ada
penonton (Soetarno 1976: 20).
Urutan langkah menulis naskah drama/
repertoire: ada/punya tema; ada pesan yang akan
disampaikan; merancang plot/skenario cerita;
memilih tokoh/pembeber tema-skenario; merancang tata laku-akting tokoh; mulai menulis
judul, deskripsi tokoh dan wataknya, latar awal,
dialog-monolog dilengkapi; dan akting tokoh,
latar antara, latar musik, tata lampu, suasana;
membaca naskah dan mengeditnya (Nurhadi
2007: 147-152)..
Urutan/struktur alur drama meliputi:
introduksi, perkenalan, tampilan masalah,
konflik, konflik merumit, klimaks, antiklimaks,
peleraian, penyelesaian/konklusi (Soetarno
1976: 21)..
Jenis dan bentuk drama meliputi: tragedi,
komedi, trage-komedi, opera/operet, tablopanto-mime, eketoprak, ludur, lenong,
sendratari, dagelan, dan wayang (Adhy Asmara
1979 : 50-52), ( Sumiati Budiman 1987:50-52),
(Soetarno 1976 : 21-23), (Laelasari 2006 :74-77)..
Menilai naskah drama mengarah pada
elemen: struktur teks, tata tulis, bahasa, dialogmonolog, lukisan akting, latar awal-tengahantara, tema-amanat/pesan, originalitas, asas
nilai manfaat teks, kejelasan alur dan pesan
(Nurhadi 2007: 161-166)..
Menilai pementasan drama mengarah pada
elemen: ketepatan pilihan tokoh dan karakter (karakterisasi), ketepatan pembabaran alur/plot;
originalitas dan kemenarikan pementasan.,
kesesu aian kostum, iringan musik/suasana/
dekorasi, improvisasi tokoh/kesigapan tokoh
6

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

dalam berperan, dialog-monolog tokoh/bahasa
tokoh, akting/perilaku/tata laku tokoh, kesesuaian dialog-monolog dengan akting tokoh, nilai
manfaat tema pementasan (Rendra 1976: 7-95),
(Nurhadi 2007: 187-194).
Metode Penelitian
Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Kristen PENABUR
Cirebon, Jalan Dr. Ciptomangunkusumo Nomor
24, Cirebon. Sekolah ini berada di tengah kota
dan di lingkungan bisnis, pendidikan, dan
perkantoran. Sekolah yang berdiri pada tanggal
1 Agustus 1951 ini telah melahirkan ribuan
alumni yang tersebar di seantero Nusantara
dengan pilihan tugas dan karier masing-masing.
Subjek penelitian adalah siswa kelas 9 A
yang termasuk kelas unggulan dengan jumlah
murid sebanyak 30 orang; terdiri atas 13 siswi
dan 17 siswa. Mayoritas siswa keturunan
China, yaitu sebanyak 26 orang, keturunan Jawa
dua orang, dan keturunan Batak dua orang.
Prosedur dan Siklus Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk
memperbaiki kompetensi, partisipasi, dan
prestasi siswa dalam belajar dan menulis teks
drama dengan menggunakan metode investigasi
kelompok. PTK merupakan suatu proses yang
menunjukkan
siklus-siklus
kegiatan
berkelanjutan dan berulang-ulang. Banyaknya
siklus bergantung kepada hasil dan pencapaian
kompetensi siswa yang diharapkan setelah
diproses dengan metode PTK. Minimal siklusnya
dua kali. Kalau hasil dan kompetensi siswa
sudah tercapai pada dua tahapan siklus, PTK
dianggap sudah tuntas. Jika dua kali siklus
belum tuntas, dilanjutkan ke siklus tiga. Begitu
seterusnya. Siklus maksimal tiga atau empat.
Proses PTK terdiri atas empat tahap; yaitu:
perencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berikut jabarannya.
Perencanaan
Dalam penelitian ini penulis/peneliti
merencanakan kegiatan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan metode investigasi
kelompok untuk meningkatkan partisipasi
belajar siswa, kompetensi, prestasi belajar dan

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kemampuan menulis naskah drama pada siswa
kelas 9A. Metode ini digunakan untuk satu kali
pertemuan dalam dua jam pelajaran. Pada tahap
ini, penulis menyiapkan bahan-bahan seperti:
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) dan
lembar kerja siswa; perangkat pengumpulan
data, seperti lembar observasi dan alat tes siswa;
melakukan koordinasi dengan teman sejawat
dan murid untuk membantu pelaksanaan
penelitian ini.
Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam satu
kali pertemuan kelas, dua jam pelajaran dengan
prosedur kerja sebagai berikut: guru
menyampaikan salam pagi dan mengabsen
siswa; guru mengatur tempat duduk siswa dan
mendorong diwujudkannya kebersihan/K-3
kelas; guru mengajak siswa memahami standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan
pembelajaran yang hendak diwujudkan bersama
hari ini; guru menjelaskan prosedur belajar hari
ini: pembukaan, pemahaman SK, KD, tujuan
pembelajaran, pembentukan kelompok, pengundian materi diskusi dan presentasi, presentasi
kelompok, tanggapan teman, tanya jawab ( klarifikasi dan penguatan ), penutup (tes, analisis
hasil tes), pemberian tugas rumah; pembentukan kelompok, ketua, presenter/juru bicara,
dan anggota; pengundian dan pembagian materi
heterogen; diskusi kelompok; presentasi wakilwakil kelompok, teman dan forum lain menyimak dan menanggapinya dengan baik; tanya
jawab/tanggapan; tes formatif; analisis hasil tes;
guru memberikan ulasan umum tentang belajar
menulis teks drama dengan metode investigasi
kelompok; dan guru memberikan tugas rumah
siswa untuk penajaman pemahaman.
Pengamatan
Sasaran pengamatan dalam proses penelitian ini
adalah kinerja guru di dalam menerapkan
metode investigasi kelompok untuk meningkatkan kompetensi siswa belajar menulis teks
drama, dan perilaku siswa dalam proses belajar
dan melakukan diskusi kelompok, mempresentasikan hasilnya, dan di dalam siswa memberikan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan.

Refleksi
Penulis melakukan refleksi berdasarkan hasil
observasi guru, teman sejawat, siswa atas kinerja
guru dan perilaku belajar siswa dalam proses
belajar mengajar serta perolehan nilai siswa
selama proses pembelajaran. Hasil observasi
serta perolehan nilai siswa penulis gunakan
sebagai dasar perbaikan pembelajaran pada
siklus kedua. Refleksi tersebut penulis fokuskan
pada masalah utama penelitian, yaitu: cara guru
dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan metode
investigasi kelompok, dan pencapaian hasil
belajar siswa setelah guru menerapkan metode
investigasi kelompok dalam pembelajarannya.
Apabila perolehan nilai sebagian besar siswa
(yaitu 85%) belum mencapai standar KKM
sekolah (yaitu 85), maka dikategorikan pembelajaran belum tuntas atau gagal. Untuk itu perlu
dilakukan pengulangan pembelajaran dengan
perbaikan pada aspek tertentu. Aspek tersebut
berdasarkan temuan dan telaah guru selama
proses pembelajaran yang lalu berlangsung.
Misi umum penelitian ini adalah meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar siswa
dalam belajar drama dan menulis naskah drama
dengan menggunakan metode investigasi
kelompok di kelas 9A. Kegiatan tersebut
dilaksanakan untuk mencapai KKM sekolah
sebesar 85. Apabila nilai sebagian besar siswa
(sejumlah 85 %) belum mencapai standar KKM
sekolah, maka pembelajarannya haruslah
diulang dengan siklus berikutnya. Siklus berikut
itu harus menerapkan perbaikan pada beberapa
aspek hasil telaah dan temuan selama proses
pembelajaran sebelumnya berlangsung.
Penerapan desain dan siklus pembelajaran di
atas dapat kita cermati pada Gambar 1.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes dan observasi.
Tes
Tes yang dilakukan adalah postes dengan
bentuk pilihan ganda sebanyak 20 butir soal.
Bahan tes ini sesuai dengan indikator dan
tujuan siswa belajar drama dan menulis teks

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

7

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Permasalahan

>

Perencanaan
tindakan 1

>

Pelaksanaan
tindakan 1

>

Siklus 1

Refleksi 1

<

Pengamatan/
Pengumpulan Data 1

>

Permasalahan
baru hasil refleksi

<

>
Siklus 2

Perencanaan
tindakan 2

Refleksi 2

<

>
<

Pelaksanaan
tindakan 2

Pengamatan/
Pengumpulan Data 2

Apabila permasalahan
belum terselesaikan

>

Dilanjutkan ke siklus
berikutnya/S3

>

Pengamatan/
Pengumpulan Data 3

Gambar 1: Alur Siklus Pembelajaran
drama yaitu siswa (a) mampu memahami
konsep drama secara utuh dan komprehensif,
(b) terampil menulis naskah drama, (c) terampil
bermain/berpentas drama, (d) terampil menilai
naskah drama, dan (e) terampil menilai
pementasan drama.
Tes diberikan dua kali, yaitu pada siklus 1
dan 2. Bentuk tes adalah pilihan ganda agar
segera diketahui hasil, perkembangan, dan
perbandingannya. Dengan demikian, analisis
dan kesimpulan penerapan metode baru dalam
pembelajaran bersiklus itu dapat terbaca.
Observasi
Observasi dilakukan guru sejawat dan siswa
terhadap guru dan siswa pada kedua siklus
yang dilakukan. Guru pengamat mengobservasi
kinerja guru dalam menerapkan metode
investigasi kelompok dan perilaku belajar siswa
dalam memberikan partisipasi belajar drama.
Siswa pengamat mengamati kinerja guru dalam
menerapkan metode investigasi kelompok dan
perilaku belajar siswa temannya dalam
memberikan partisipasi belajar drama.
Melalui hasil pengamatan kedua pihak,
maka kinerja guru menerapkan metode investigasi kelompok dan perilaku belajar siswa dalam
memberikan partisipasi belajar drama dapat

8

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

dicermati bagaimana perkembangan dan
kemajuan kompetensinya.
Teknik Analisis Data
Sesuai dengan teknik pengumpulan data, maka
ada dua macam data yang dianalisis dalam
penelitian ini.
Nilai siswa
Nilai ini merupakan potret kemampuan siswa
dalam belajar drama, sebelum dan setelah
penerapan metode investigasi kelompok.
Nilai siswa ini ada dua macam; yaitu hasil pos
tes pada siklus 1 dan 2. Nilainya berupa nilai
kuantitatif. Dengan nilai itu dapat dikaji (a)
berapa siswa yang meraih KKM, dan yang belum
KKM, (b) bagaimana tingkat ketuntasan belajar
kelasnya, (c) bagaimana perkembangan
kemajuan antara siklus pembelajaran kesatu dan
kedua setelah penerapan metode investigasi
kelompok dalam belajar drama, (d) soal tes
nomor mana saja yang masih merupakan
kesulitan siswa, dan (e) kalau nilai tes jelek/tak
memenuhi standar, apa langkah berikut.
Hasil observasi
Lembar hasil observasi guru/teman sejawat dan
siswa terhadap kinerja guru dan perilaku belajar

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

siswa dalam menerapkan metode investigasi
kelompok dalam belajar drama ini berupa nilai
kuantitatif. Data kondisinya digunakan untuk
menelaah dan menghubungkan data kondisi
satu dan lainnya, untuk akhirnya disimpulkan.
Kinerja guru dalam menerapkan metode
investigasi kelompok diobservasi dan dinilai
oleh teman sejawat dan siswanya. Sedangkan
perilaku belajar siswa dalam memberikan
partisipasi belajar drama dengan metode
investigasi kelompok diobservasi dan dinilai
oleh guru peneliti, guru observer/teman sejawat,
dan siswa/temannya sendiri.

Hasil Penelitian
Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus 1
Pada siklus pembelajaran kesatu ini telah
dilakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut ini uraiannya.
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan dan menyusun RPP siklus 1; menghubungi guru/teman
sejawat, yaitu rekan guru Bahasa Indonesia,
untuk mengobservasi kinerja dirinya, mengobservasi perilaku belajar siswa, dan membantu

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 9A,
atas izin Kepala Sekolah; menghu-bungi dua
orang siswa, siswa berkarakter, berwawasan,
dan loyal, untuk menjadi tenaga observer saat
pembelajaran dilakukan, guna mengobservasi
kinerja guru dan perilaku belajar temannya;
meminta seorang tenaga karyawan, yang
menguasai fotografi, untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran ini; menetapkan
hari Kamis, 16 April 2015 jam ke-6-7, pukul 10.3012.10 adalah hari pembelajaran siklus 1 di kelas
9A bagi penerapan metode ceramah bervariasi
untuk meningkatkan kompetensi dan partisipasi
belajar siswa dalam belajar drama dan menulis
teks drama; dan akhirnya, menyiapkan
perangkat pendukung pembelajaran.
Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan aneka
kegiatan di kelas 9A berupa: menyampaikan
salam pagi dan mengabsen siswa; mengatur
tempat duduk siswa dan mengelola K-3 kelas;
mengajak siswa memahami standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang
hendak diwujudkan bersama hari ini;
menjelaskan prosedur belajar hari ini;
memberikan apersepsi uantuk merangsang
kesiapan belajar; menjelaskan materi dengan
metode ceramah bervariasi; memberikan

Tabel 1: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
No

Aspek Penilaian dalam
Observasi

Rentang Skor
Keterangan
Amat Baik

Baik

1

Perhatian Siswa

V

2

Minat dan Semangat Belajar

V

3

Minat Bertanya

V

4

Semangat Mencatat Materi
Pelajaran

V

5

Keterlibatan dalam Pelajaran

V

6

Konsentrasi Belajar

V

7

Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran

V

8

Hasil Prestasi Studi Siswa

V

Jumlah = 8 item/aspek

Sedang

Kurang

8
Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

9

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

kesempatan siswa untuk bertanya materi pelajaran; memberikan postes; mengajak siswa menganalisis tes dan hasilnya; memberikan tugas
rumah siswa untuk penajaman dan pengayaan
konsep; akhirnya menutup pertemuan hari itu.
Pengamatan
Pada tahap ini penulis mengamati perilaku
belajar siswa, hasil postes, dan hasil observasi
dari dirinya, observer guru sejawat, maupun
siswa. Hasilnya sebagai berikut.
1. Pengamatan guru atas perilaku belajar siswa
Sambil mengajar guru mengamati, bahwa
kondisi perilaku belajar siswa tenang,
memperhatikan pembelajaran, mencatat
rangkuman penjelasan, tidak bertanya,
namun hasil postesnya ternyata ada sembilan orang tidak KKM; atau 30 % tidak KKM.
2. Pengamatan Teman Sejawat tentang
perilaku belajar siswa
Teman Sejawat menilai perilaku belajar
siswa sebagai baik, partisipasi belajar siswa
dan prestasi studinya baik, 8 item
pengamatan yang dinilai semua baik.
Deskripsinya terlihat pada Tabel 1.
3.
Pengamatan Siswa tentang perilaku siswa/
temannya
Dua orang siswa mengamati perilaku
belajar temannya sebagai cukup baik dan

kondusif. Ini nyata dari penilaian amat baik
1 poin, baik 8 poin, sedang 5 poin, dan
kurang 2 poin, sebagaimana terlihat pada
Tabel 2 a dan 2 b.
4. Pengamatan Teman Sejawat tentang kinerja
guru.
Teman sejawat mengamati, murid tenang,
perhatian baik, kurang bertanya/pasif,
partisipasi siswa baik, hasil prestasi baik.
Sedangkan penampilan guru dinilai cukup
kondusif, piawai dalam mengelola kelas,
menyenangkan siswa, menarik.
Teman Sejawat menilai kinerja guru sebagai
baik dalam kedelapan item pengamatan.
Deskripsinya terlihat pada Tabel 3.
5. Pengamatan Siswa tentang kinerja guru.
Dua orang siswa menilai kinerja guru sebagai amat baik 5 poin, baik 10 poin, sedang 1
poin, sebagaimana terlihat pada Tabel 4a
dan 4b.
6. Hasil postes siswa
Hasil postes siswa terlihat pada Tabel 5.
Refleksi
Penulis merasa dan menimbang, bahwa langkah
persiapan/perencanaan pembelajaran telah
dilakukan maksimal. RPP, materi pembelajaran,
sarana pendukung, seperti soal tes, fotokopi
rangkuman materi pelajaran untuk siswa sudah

Tabel 2 a: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
No

Aspek Penilaian dalam
Observasi

Rentang Skor
Keterangan
Amat Baik

Sedang

Kurang

1

Perhatian Siswa

2

Minat dan Semangat Belajar

3

Minat Bertanya

v

4

Semangat Mencatat Materi
Pelajaran

v

5

Keterlibatan dalam Pelajaran

6

Konsentrasi Belajar

v

7

Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran

v

8

Hasil Prestasi Studi Siswa

v

Jumlah = 8 item/aspek

10

Baik

Jurnal Pendidikan Penabur - No.24/Tahun ke-14/Juni 2015

v
v

v

4

2

2

Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar

Tabel 2 b: Lembar Observasi Perilaku Belajar Siswa pada Siklus 1
No

Aspek Penilaian dalam
Observasi

Rentang Skor
Keterangan
Amat Baik

Baik

1

Perhatian Siswa

2

Minat dan Semangat Belajar

3

Minat Bertanya

v

4

Semangat Mencatat Materi
Pelajaran

v

5

Keterlibatan dalam Pelajaran

6

Konsentrasi Belajar

7

Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran

v

8

Hasil Prestasi Studi Siswa

v

Sedang

Kurang

v

v
v
v
v
v

4

Jumlah = 8 item/aspek

1

3

4

2

2

Tabel 3: Lembar Observasi Teman Sejawat pada Siklus 1
No

Aspek Penilaian dalam
Observasi

Rentang Skor
Keterangan
Amat Baik

Baik

1

Pengarahan Guru

v

2

Metode yang Digunakan Guru

v

3

Penyajian Materi Guru dan
Sistematikanya

v

4

Kecakapan dan Keterlibatan
Guru Menangani Tanggapan
dan Penuntasan Pembelajaran

v

5

Kepiawaian Guru dalam
Menghidupkan