Profil Tokoh Ir. Joko Widodo (Walikota Surakarta)

Ir. Joko Widodo Jadikan Solo Eco Culture City
Ir. Joko Widodo atau lebih akrab disapa Jokowi
merupakan sosok pemimpin kota Solo yang
terbilang sukses dalam memerintah kota Solo.
Bahkan, pria berusia 49 tahun ini sukses terpilih
menjadi kepala pemerintah daerah dalam dua masa
periode, sehingga Jokowi akan menjabat sebagai
Walikota Solo hingga tahun 2015 mendatang.
Kesuksesannya terpilih kembali sebagai Walikota
Solo bukan tanpa pertimbangan dari masyarakat
dengan memenangkan 91 % suara pemilih kota
Solo, kemenangan yang didapatkan juga buah dari
keberhasilannya dalam membangun kota Solo pada
periode sebelumnya. Bahkan nama Jokowi mulai
terkenal ke penjuru pemerintah daerah di Indonesia,
karena keberhasilannya dalam menjadikan Solo
sebagai Eco Culture City, atau kota ekobudaya.
Dalam menjalankan program ini, tentunya Jokowi
kerap sekali berhubungan dengan para Pekerja Kaki Lima (PKL) yang telah menempati
lokasi-lokasi strategis dikota Solo. Uniknya, perelokasian yang dilakukan oleh Jokowi
itulah yang membuatnya terkenal, karena memang tak menimbulkan bentrokan dan

kekerasan.
Bagi pria lulusan fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada ini, apa yang dilakukannya
merupakan sebuah pendekatan budaya Jawa yang dikenal ‘Ngeuwongke Uwong’ atau
dikenal dengan ‘Memanusiakan Manusia’, dimana para Pedagang Kaki Lima yang
digusur dipindahkan dengan cara dikirab oleh prajurit keraton. Bagaimana pemikiranpemikiran dan aksi Ir. Joko Widodo membangun kota Solo, berikut wawancara langsung
tim redaksi Buletin Tata Ruang dirumah dinasnya di Loji Gandrung, Solo :

Butaru : Pemikiran awal seperti apakah sehingga kota Solo melakukan banyak
relokasi tanpa menimbulkan kekerasan?
Jokowi : Kita ingin merancang sebuah kota dengan tata ruang yang benar, karena dulu
masa-masa 100 tahun lalu, Solo menjadi kota yang paling bagus di Asia. Katanya,
namanya paling bagus se-Asia, dari Thailand, Malaysia, dan lainnya, banyak yang datang
ke kota Solo untuk belajar penataan kota. Tapi seiring dengan perkembangan waktu,
banyak ruang-ruang kota yang justru bergeser beralih fungsi, banyak yang menjadi
bangunan, banyak yang menjadi mall. Saya dari dulu ingin Solo menjadi kota pohon dan
kota bunga dan itu sedang kita rancang.
Rancangan kita yang kedua Solo menjadi Solo eco culture city, atau Solo menjadi kota
budaya, rancangan-rancangannya dibuat, karena memang kita tidak bisa menata sebuah

ruang kota tanpa kita tidak bisa membedakan, antara Solo dengan kota lain, hal ini lah

yang hendak kita bangun. Sebuah karakter kota yang berbeda, karena memang Solo
berbeda, memiliki sejarah atau historis, jadi visi rancang kotanya seperti itu, sampai 2025
target kita Solo menjadi sebuah kota Solo eco culture.
Dari sejarah perkembangan kota, sejarah sosial ekonomi budaya, sehingga inilah
kebijakan rumusan-rumusan mengenai tata ruang. Artinya kita ingin Solo ingin menata
kota dengan memiliki karakter yang jelas, baik karakter kawasan maupun karakter bentuk
fisik bangunan.
Butaru : kegiatan relokasi yang bapak lakukan dianggap fenomenal, sehingga
langkah-langkah seperti apakah yang Jokowi lakukan?
Jokowi : Kita mencoba memperlihatkan dan
menceritakan gambar ini. Cara-cara seperti
inilah yang diterapkan daerah-daerah lain,
terjadi benturan, ribut, barang-barangnya
diangkut, kalau dikita nggak, kita mencoba
melakukan
intervensi
sosial
dengan
melakukan pendekatan kelompok dan ada
pendekatan personal.

Butaru : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendekatan
sosial?
Jokowi : Konsep ini merupakan contoh dimana saat kita melakukan penataan terhadap
PKL, ada konsepnya, yaitu membuat kawasan PKL dan membuat kantong-kantong PKL.
Kalau sudah ditata kita memberikan ijin, diformalkan, diberi ijin gratis. Salah satunya
adalah Banjarsari. Dulunya dikuasai 20 tahun oleh 989 PKL. Ruang yang paling elit
diduduki PKL, jalannya pun diduduki sehingga tata ruangnya menjadi kacau. Nah
kemudian kita melakukan pendekatan dengan cara pendekatan kelompok dan pendekatan
personal, dengan mengajak makan malam disini. Kita ajak dialog, yang ini kita
melakukannya sampai 54 kali ajak makan siang dan makan malam. Untuk memindahkan
mereka, semua kita mengundang tokoh-tokoh yang berpengaruh, hingga provokator,
diundang semua.
Butaru : Bagaimana tanggapan bapak tentang keluhan para PKL yang merasa jika
dipindahkan akan berpengaruh pada pemasukan?
Jokowi : Iya inilah, melalui pendekatan kita dapat mengerti, melalui pertemuanpertemuan tadi kenapa mereka tidak mau direlokasi atau tidak mau dipindah. Yang
pertama ini jelas masalah perut, mereka ditempatkan yang baru takut tidak laku, sehingga
mereka minta trayek ketika pada pertemuan 54 kali, mereka mau pindah dengan sembilan
trayek tapi kita beri 3 trayek, jalan minta diperlebar, kita perlebar 3 meter, bahkan mereka
juga minta jaminan omset yang sama.
Butaru : Lantas bagaimana anda meyakinkan mereka?


Jokowi : Saya yakinkan mereka, selama 4 bulan saya iklankan di televisi, 4 bulan saya
pasang dikoran, dan selama 4 bulan saya pasang baliho di seluruh kota Solo. Dan
akhirnya mereka mau pindah, dengan 1000 pedagang pindahan kita siapkan 45 truk, dua
hari mereka pindah, bongkar sendiri, menghancurkan bangunan sendiri, dan menaikan
truk sendiri, saya hanya menunggui mereka selama dua hari. Dan yang nggak ada didunia
itu seperti ini, dimana pindahannya kita kirab dengan prajurit keraton.
Hal ini membuat mereka merasa dihargai dan merasa dimanusiakan, orang Jawa bilang
‘Nguwongke Uwong’, atau memanusiakan manusia. Kita kirab dengan membawa
kentong satu persatu sebagai symbol kemakmuran. Ini merupakan cara-cara yang
berbudaya, karena kita memang ingin menjadikan kota Solo ini kota yang ekobudaya.
Butaru : Seperti apakah bentuk kota Solo sebagai kota Ekobudaya?
Jokowi : Inilah tempat yang dari tadi kumuh, jadi seperti tempat seperti ini, menjadi hijau
dan menjadi ruang publik kembali. Memang pada awalnya pada jaman Belanda ruang ini
dijadikan ruang publik. Tapi karena manajamen pengendalian kota tidak strong makanya
menjadi seperti itu. Tapi sekarang menjadi tempat yang baru, kita buatkan pasar, lebih
tertata dan lebih rapih dan tertib. Dan mereka juga memiliki usaha yang jelas, kita sudah
buatkan, kiosnya juga kita buatkan, gratis, tapi tiap hari hanya hanya dipungut Rp 2.600
perhari artinya dalam 8,5 tahun sudah balik modal.
Butaru : Bagaimana dengan keuntungan yang didapatkan oleh pemerintah kota

Solo dengan melakukan relokasi para PKL ini?
Jokowi : Kalau keuntungan bagi pemerintah kota, tentunya tata ruangnya menjadi balik
kembali menjadi ruang publik. Sementara itu, secara ekonomi PKL nya menjadi untung
dan ini menjadi lebih baik, dalam arti mendapatkan kios yang lebih bagus, ijin gratis,
usahanya menjadi formal, dan omsetnya menjadi 4 hingga 6 kali lipat. Tempat bagus
sehingga mereka juga memiliki target dibandingkan dulu yang tempatnya kaya gitu.
Butaru : Bagaimana keuntungan pemerintah jika dilihat dari Pemasukan Anggaran
Daerah (PAD)?
Jokowi : Tentunya pemerintah kota juga mendapatkan penambahan PAD. Iya dulu PKL
dan pasar itu hanya mendapatkan pemasukan 7,8 milyar lima tahun yang lalu, tapi
sekarang 18,2 milyar pertahun. Sedangkan hotel saja hanya 7 milyar, parkir hanya 1,8
milyar, terminal hanya 4 milyar, reklame hanya 4 milyar. PKL dan Pasar menjadi 18,2
milyar pertahun, sehingga hotel saja bisa kalah. Artinya kalau kita bisa menata ruang
dengan memberi space kepada PKL, memberikan ruang hidup untuk mereka, saya kira
kota ini akan menjadi lebih tertib, lebih bagus, lebih rapih.
Butaru : Target seperti apakah yang ingin dicapai seorang Jokowi dalam
membangun kota Solo dengan mengembalikan alih fungsi seperti pada awal?
Jokowi : kita ingin dan sedang menggerakan, sehingga kota Solo bukan saja sebagai kota
pohon dan bunga, tetapi Solo akan menjadi kota didalam kebun yang rencananya pada


tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2025 entah siapa yang akan melanjutkannya, saya
nggak tahu, Solo akan menjadi kota didalam hutan.
Butaru : Bagaimana seorang Jokowi bisa begitu yakin, dengan kepemimpinan
selanjutkan akan melanjutkan program yang sama?
Jokowi : Karena rancang kotanya sudah ada, dan konsep land-nya juga sudah ada, itu
yang paling penting rancangannya sudah ada. Itu dapat dilihat dari gambar dimana
dulunya tempat ini banyak dengan PKL sekian banyak hingga 180, tapi dapat kita
pindahkan. Hal ini kita lakukan pendataan dulu baru kita pindah, karena kalau tidak
didata dulu nanti seharusnya seratus bisa jadi dua ratus.
Butaru : Lantas, apa yang akan direncanakan oleh pemerintah kota dengan lokasi
yang telah dikosongkan oleh para PKL?
Jokowi : Kalau diberi gratis tempatnya kan lebih rapih, dan tertata tempatnya. Tempat
yang lama bisa jadi seperti ini menjadi lebih hijau, menjadi taman kota, menjadi ruang
terbuka hijau. Inikan sebuah tata kota yang secara lingkungan menjadi lebih baik, ini
semua dulu para PKL sepanjang jalur lambat dan jalur hijau tersebut. Sekarang menjadi
jalur hijau seperti ini.
Butaru : Sudah berapa banyak lokasi yang telah direlokasi pemerintah kota, dari
tempat para PKL menjadi ruang hijau?
Jokowi : sudah ada 23 lokasi yang sekarang telah dibongkar. Dulu ini tempatnya
permanen, tembok semuanya. Saya nggak tau dulu satu dua dibiarkan, tapi sekarang telah

menjadi ruang terbuka hijau kembali.
Ada juga taman wisata Kuliner di Gladag dipusat kota, dulu itu PKL total semuanya,
sekarang kita garap menjadi lokasi untuk wisata kuliner yang aktif pada malam hari.
Disini kita juga mencoba menerapkan fungsi tata ruangnya kena, fungsi ekonominya juga
ada. Kita beri gerobak gratis, kita beri celemek gratis, payung gratis, kursi stainless gratis.
Kita hanya memungut setoran dan retribusinya. Tapi mereka untung kok.
Butaru : Jadi, Apakah pemberian gratis ini merupakan salah satu langkah dalam
pendekatan yang Jokowi lakukan?
Jokowi : Iya memang seperti itu pendekatannya. Jadi jangan ambil pajak sebelumya
ayamnya bertelur. Masa kita mengambil telur dari ayam yang baru bertelur satu.
Butaru : Bagaimana dengan pembiayaan proyek-proyek tengah dilakukan oleh
kota Solo ini?
Anggarannya semua dari APBD, dan tidak ada masalah. Sedangkan untuk swasta seperti
di taman kuliner, diambil alih oleh Coca-Cola, dan itu nggak ada masalah, dan mereka
juga tentunya memberikan masukan untuk reklame.

Butaru : Untuk lima tahun kedepan, selama Jokowi menjabat sebagai walikota
apakah yang hendak dicapai?
Jokowi : Selama lima tahun kedepan dan saya sebagai walikota akan membuat sebuah
kota yang berkarakter telah kita temukan. Jadi ada penguatan identitas lokal, berusaha

dengan cara-cara yang lebih berbudaya. Prosesnya kita selalu bertumpu Solo masa depan
adalah Solo masa lalu itu merupakan konsep makronya. Jadi ada identitas kota dulu
seperti apa, ada perkampungan tradisional, ada keraton dan lingkungannya, ada jalur
utama, jalur sungai itu banyak sekali disini. Hal itulah yang kita lihat untuk menata kota
yang berkarakter.
Butaru : Dengan konsep makro, Solo masa depan adalah Solo masa lalu tentunya
akan bersinggungan dengan modernitas, langkah apa yang Jokowi lakukan?
Jokowi : Iya kita melakukan pembatasan. Kita stop semua itu, kita memberikan ruang
modern maksimal 20 persen. Tetapi sisanya tetap kota tradisi dengan mempertahankan
budaya. Jadi boleh ada mall tapi tidak menguasai pasar tradisional. Jadi setiap investor itu
sudah tahu batasan-batasannya. Sampai sekarang retail modern itu tidak kita bolehkan
sementara. Tapi kalau pasar kita sudah siap baru boleh masuk.
Butaru : Sudah berapa banyak pasar tradisional yang telah dibangun, dan ada
berapa banyak lagi pasar yang akan direnovasi?
Jokowi : 37 pasar, dan yang telah dibangun itu sudah ada 15 pasar. Jadi kami
mempersiapkan untuk merevitalisasi pasar sehingga siap untuk bersaing dengan pasar
modern. Dan semuanya kita manage dari pemerintah kota, semuanya kita beri gratis.
City walk ini, dulunya dipenuhi dengan para PKL, tapi sekarang sudah sangat lebar, bisa
jadi untuk jogging, bisa untuk jalan kaki. Memang kedepannya kita memiliki konsep
memberikan fasilitas sebanyak-banyaknya kepada pejalan kaki dan mereka yang

bersepeda.
Butaru : Bagaimana Jokowi menangani masalah kemacetan yang banyak dialami
oleh kota-kota yang ada di Indoenesia?
Jokowi : kita sedang merancang dan kedepannya, kita ingin mengurangi sebanyakbanyaknya mobil dan motor dikota ini. Dengan menerapkan nomor genap ganjil dan
sedang kita rancang dan pembatasan-pembatasan terhadap mobil dan motor. Karena kita
menerapkan kebijakan dengan memberikan fasilitas dan ruang untuk pejalan kaki dan
bersepeda.
Butaru : Apakah hal itu tidak mengganggu dengan mobilitas masyarakat dalam
beraktivitas?
Jokowi : Saya rasa tidak mengganggu asalkan transportasi umumnya disiapkan.
Prinsipnya kesitu saja. Misalnya saat ini ada Batik Solo Trans, dan ke depan ada rel bus
yang memutari kota Solo ini. Jadi rel yang ada di kota Solo ini masih digunakan. Dan kita
menambahkan untuk didalam kota saja.

Butaru : Bagaimana bangunan-bangunan bersejarah yang ada dikota Solo, apakah
pemerintah menaruh perhatian khusus?
Jokowi : Ya saya juga memperhatikan hal itu, terutama dari keraton, dan sekarang
kelingkungan sekitarnya seperti Gladag itu, dan itu mulai kita garap dan mulai masuk
ketempat yang lain. Mungkin setahun atau dua tahun, di Mangkunegaran juga kita
renovasi. Selain itu, Masjid Agung juga kita mulai perhatikan seperti dengan mengganti

tiang-tiangnya sehingga sekarang lebih kokoh.
Butaru : Apakah ada kebijakan dari pemerintah untuk menjaga bangunanbangunan bersejarah, atau memberikan intensif kepada pemiliknya?
Jokowi : kita akan mulai dengan yang besar-besar dulu, dari keraton, Mangkunegaran,
Masjid Agung, kemudian mulai masuk ke lingkungan yang lebih kecil-dan lebih kecil
lagi. Kita sudah tetapkan melalui SK Walikota ada 87 heritage yang tidak bisa diapaapakan. Kalau mau dirubah harus ijin pemerintah dulu. Tapi kita belum sampai
memberikan intensif seperti itu, tapi dikampung batik Kauman, kita memberikan 1 milyar
untuk merestorasi rumah-rumah tersebut, walaupun belum maksimal.
Butaru : Program untuk menjadikan kota Solo sebagai ekobudaya ini, saat ini telah
berapa persen yang telah diselesaikan?
Jokowi : Kita baru 17 persen. Tetapi dalam jangka waktu lima tahun kedepan kita bisa
pastikan diatas 30 atau hampir 40% yang telah beralih fungsi menjadi fungsi utamanya.