HUBUNGAN PEMBERITAAN KENAIKAN HARGA BBM DI TV ONE TERHADAP CITRA KEPRESIDENAN JOKO WIDODO (Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang Menonton TV One )

(1)

JOKO WIDODO

(Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang

Menonton TV One )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Silviah Arafah

NIM: 1111051100027

KONSENTRASI JURNALISTIK

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam melakukan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Oktober 2015


(5)

i

dibimbing oleh Nurul Hidayati, S.Ag, M. P.d.

Media merupakan kiblat masyarakat luas terutama untuk melihat keadaan di negaranya sendiri. Maka dari itu baik media elektronik, cetak maupun online harus dapat memiliki nilai independent di medianya sendiri, khususnya dalam ranah politik. Karena setiap pemberitaan yang dikabarkan jika tidak dicermati secara seksama maka dapat membentuk opini publik. Presiden merupakan seorang pemimpin nomor satu di setiap Negara. Presiden Joko Widodo sebagai pemimpin bangsa memiliki hak untuk membuat kebijakan di negaranya. Pada bulan November 20014 lalu, pasca sebulan dilantiknya sebagai Presiden, Joko Widodo mengeluarkan kebijakan baru dengan menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pemberitaan tentang kenaikan harga BBM tersebut mengakibatkan banyak polemik di masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas. Maka muncul pertanyaan peneliti pertama apakah ada hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap Citra Presiden Joko Widodo. Kedua jika ada, apakah hubungan tersebut kearah negatif atau positif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode survei dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive. Data hasil kuesioner kemudian diolah menggunakan statsitik regresi linear berganda untuk mencari hubungan pemberitaan tersebut. Penelitian ini juga menggunakan teori Agenda Setting oleh McCombs dan Shaw yang mengasumsikan bahwa apa yang dianggap penting oleh media maka dianggap penting oleh publik.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh adanya hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap perubahan citra Joko Widodo yang mengarah kea- rah negatif.


(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH SWT tuhan semesta alam, atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat dan berkahnya. Shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah SAW yang membawa umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang.

Melalui usaha dan proses yang panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka sudah sepantasnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada:

1. Jajaran dekanat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, M.Ag (Dekan), Suparto, M.Ed, PhD (Wakil Dekan Bidang Akademik), Dr. Roudhonah M.Ag (Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum), Dr. Suhaimi, M.Si (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama).

2. Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Kholis Ridho, M.Si dan Dra. Musfira Nurlaily, MA selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik

3. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi yang selalu sabar dan senantiasa memberi bimbingan , membantu serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai pada tahap penyelesaian. Fita


(7)

iii

4. seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan dedikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu serta berbagi pengalaman selama masa perkuliahan.

5. Terima kasih kepada segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah melayani dan mengizinkan penulis dalam mempergunakan buku-buku dan literature yang salami ini penulis butuhkan untuk penyususnan skripsi ini.

6. Terima Kasih kepada pihak PD. Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur yang telah bersedia mengizinkan saya untuk melakukan penelitian. Kemudian terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang bersedia membantu untuk memberikan data demi melengkapi skripsi ini.

8. Terima Kasih kepada orangtuaku tercinta, ayahanda Rusli Ali dan ibunda Tihanih, atas segala kasih saying, perhatian dan dorongannya. Tak pernah lelah dan bosan dalam memberikan dukungan moral dan materil, serta selalu mendoakan yang terbaik untuk buah hatimu ini.

9. Kepada kakakku tersayang Pathiyatul Wirdiah S.Kom.I dan kedua adikku tersayang Mawardah Alivia dan Haifa Zahiratu Syahla yang senantiasa


(8)

iv

selalu bersemangat demi kelancaran skripsi ini.

10. Kepada Achmad Romdhoni yang tiada hentinya memberikan support selama menyelesaikan skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan.

11. Nada Rohmah, yang selalu setia dan tidak pernah bosan mendengarkan keluh kesah dari awal kuliah baik masalah pribadi maupun masalah kuliah.

12. Kepada seluruh teman-teman Jurnalistik A angkatan 2011,

Harapan peulis semoga sripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan para pembaca. Semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas semua kebaikan atas pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini. Amin ya rabbal a’alamin.

Jakarta, 30 September 2015


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1. Kegunaan Praktis ... 8

2. Kegunaan Akademis ... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Teori Agenda Setting ... 12

1. Dimensi Agenda Setting ... 14

2. Proses Agenda Setting ... 15

B. Berita ... 16

C. Pengertian Kepemimpinan ... 18

D. Citra ... 19

1. Pengertian Citra ... 19

2. Proses dan Pembentukan Citra (Image Building) ... 21

3. Peran Media Massa Dalam Membangun Citra ... 24

E. Kerangka Konseptual ... 26

F. Kerangka Berfikir ... 27


(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

B. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 31

C. Paradigma Penelitian ... 32

D. Metode Penelitian ... 32

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

F. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

G. Variabel Penelitian ... 35

H. Operasionalisasi Konsep ... 36

1. Agenda Media ... 36

2. Agenda Publik ... 37

3. Agenda Kebijakan ... 37

I. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Kuisioner atau Angket ... 45

2. Dokumentasi ... 46

3. Wawancara ... 46

J. Validitas dan Reabilitas ... 46

1. Validitas ... 46

2. Reliabilitas ... 47

K. Pengolahan Data Penelitian ... 48

L. Teknik Analisis Data ... 49

1. Uji Asumsi Klasik ... 50

a. Uji Normalitas ... 50

b. Uji Heteroskedastisitas ... 51

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 51

3. Uji Koefisien Korelasi ... 52

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum TV One ... 54

1. Sejarah TV One ... 54

2. Visi dan Misi TV One ... 55

3. Struktur Organisasi TV One ... 56

B. Profil Pasar Kramat Jati Jakarta Timur ... 56

C. Profil PD. Pasar Jaya ... 58


(11)

vii

3. Dewan Direksi PD. Pasar Jaya ... 61

BAB V TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pengolahan Uji Instrumen ... 63

B. Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reabilitas ... 63

1. Hasil Uji Validitas ... 63

2. Hasil Uji Reabilitas ... 68

C. Karakteristik Responden Hasil Penelitian ... 71

D. Penggunaan Media Massa ... 73

E. Analisis Data Hasil Penelitian ... 77

1. Hasil Uji Normalitas Kolmogrof-Smirnov ... 77

2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 79

3. Uji Regresi Linier Berganda ... 80

4. Uji F ... 83

5. Uji T-Test ... 85

6. Uji Koefisien Korelasi ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(12)

viii

Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep ... 38

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Publik ... 41

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Media ... 42

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Kebijakan ... 43

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Pada Citra ... 44

Tabel 3.6 Bentuk Pengskalaan Likert ... 50

Tabel 3.7 Nilai Koefisien ... 53

Tabel 5.1 Hasil Instrumen Validitas Agenda Publik ... 64

Tabel 5.2 Hasil Instrumen Validitas Agenda Media ... 65

Tabel 5.3 Hasil Instrumen Validitas Agenda Kebijakan ... 66

Tabel 5.4 Hasil Instrumen Validitas Citra ... 67

Tabel 5.5 Reliability Agenda Publik ... 68

Tabel 5.6 Reliability Agenda Media ... 69

Tabel 5.7 Reliability Agenda Kebijakan ... 69

Tabel 5.8 Reliability Citra ... 70

Tabel 5.9 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 71

Tabel 5.10 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 5.11 Data Responden Berdasarkan Banyaknya Hari Menonton TV One Dalam Seminggu ... 73

Tabel 5.12 Rata-Rata Waktu Responden Menonton TV One Dalam Sehari ... 75

Tabel 5.13 Kolmogrov Smirnov ... 77

Tabel 5.14 Regresi Linier Sederhana ... 81

Tabel 5.15 Regresi Linier Berganda ... 84

Tabel 5.16 Uji F ... 83


(13)

ix

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ... 29

Gambar 3.1 Variabel Penelitian ... 36

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PD Pasar Jaya ... 62

Gambar 5.1 Grafik Responden Berdasarkan Banyaknya Hari Menonton TV One Dalam Seminggu ... 74

Gambar 5.2 Grafik Responden Rata-Rata Waktu Menonton TV One Dalam Sehari ... 76

Gambar 5.3 Grafik Uji Normalitas ... 78

Gambar 5.4 Grafik P.Plot Of Regression Standardized Residual ... 79


(14)

x

Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing Lampiran 2 Surat Permohonan Data KPI

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian di PD Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di PD Pasar Jaya Kramat Jati Jakarta Timur

Lampiran 5 Daftar Kuesioner

Lampiran 6 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Publik Lampiran 7 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Media Lampiran 8 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Kebijakan Lampiran 9 Skor Hasil Data Kuesioner Agenda Citra Lampiran 10 Hasil Uji Validitas


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, kita tahu bahwa saat ini media massa merupakan salah satu alat komunikasi, dimana segala macam bentuk informasi disalurkan ke ranah publik, baik informasi di bidang sosial, ekonomi, hukum, atau politik yang ada di dalam negeri ini. Tidak hanya itu, media massa juga turut membantu untuk mengumpulkan serta menyalurkan segala macam bentuk aspirasi masyarakat terutama terhadap pemerintah.

Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusional dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain.1

Sebagai alat komunikasi, media massa juga memiliki fungsi utama yang berlaku secara universal. Fungsi pertama informasi, yakni setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteria dasar seperti aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis. Fungsi kedua edukasi, yakni sebuah media harus memiliki sifat mendidik dalam segala macam bentuk tayangan baik dari segi berita atau hiburan. Fungsi ketiga koreksi, yakni mengawasi dan megontrol

1

Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Cet Ke-1, h. 198.


(16)

kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Fungsi keempat rekreasi yakni pers atau media massa harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi. Fungsi kelima mediasi, yakni media massa atau pers hrus dapat menjadi penghubung atau dapat disebut sebagai fasilitator.2

Sesuai dengan fungsinya, media massa dijadikan kiblat oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karenanya media massa harus dapat menyampaikan sebuah informasi yang akurat, jujur-adil, berimbang dan relevan serta bersifat

independent baik media cetak, elektronik maupun online. Karena setiap

pemberitaan yang dikabarkan jika tidak dicermati secara seksama maka dapat membentuk opini publik.

Khususnya mengenai pemberitaan tentang keadaan yang terjadi di Negara ini. Seperti contohnya pemberitaan tentang kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang dinaikkan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan November tahun 2014 lalu. Media harus dapat memberikan informasi secara akurat dan detail agar tidak membentuk atau mengarahkan opini publik khususnya dikalangan masyarakat menengah ke bawah, terhadap berita tersebut dan yang paling utama media harus independent dalam menginformasikan berita tersebut.

Joko Widodo merupakan seorang Presiden di Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu ia memiliki hak untuk membuat suatu kebijakan baru

2

Haris Sumaridia, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), Cet. Ke-4, h. 32.


(17)

di masa pemerintahannya. Begitu juga langkah awal yang dilakukannya untuk menaikkan harga BBM pada 1 bulan dilantiknya Presiden Joko Widodo menjadi Presiden yaitu pada tanggal 16 November 2014 lalu. Hal itu merupakan salah satu haknya dalam membuat kebijakan baru yang ingin ia terapkan di Negara ini. Namun setelah pemberitaan tersebut di informasikan justru muncul hal negatif yang tercuat di ranah publik mengenai Presiden Joko Widodo, seperti aksi-aksi unjuk rasa dan demo yang terjadi di seluruh daerah-daerah di Indonesia.

Aksi unjuk rasa atau demo yang terjadi saat itu mayoritas berasal dari mahasiswa di berbagai universitas baik negeri maupun swasta. Dalam unjuk rasanya para mahasiswa menolak adanya kenaikkan harga BBM, karena dengan menaiknya harga BBM maka akan menaik juga seluruh harga kebutuhan pokok dan tarif angkutan umum. Hal itu akan berdampak terhadap rakyat kecil yang akan semakin susah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Para mahasiswa saat itu meminta Presiden Jokowi untuk turun dari jabatan sebagai Presiden karena tidak dapat mensejahterakan rakyatnya terutama rakyat kecil. Seperti demo yang terjadi 18 November 2014, didepan kampus Universitas Muhammadyah mahasiswa meminta Jokowi untuk mengembalikan tarif terdahulu dan jika tidak disetujui mahasiswa mengahrapkan Jokowi lengser dari jabatannya sebagai pemimpin.3

Kemudian pada tanggal Tanggal 19 November, aksi demo terjadi di depan gedung DPR yang oleh sejumlah Mahasiswa dari berbagai Ormas

3

.http://video.tvonenews.tv/arsip/view/88110/2014/11/18/aksi_demo_kenaikan_bbm_m ahasiswa_Universitas_muhamadyah_meminta_jokowi_lengser.tvOne. di akses pada 4 februari 2015, pukul 20.32 WIB.


(18)

(Organisasi Masyarakat), unjuk rasa berlanjut hingga di depan istana Negara. Dalam unjuk rasanya seluruh mahasiswa meminta Jokowi turun dan diberhentikan sebagai Presiden karena dengan dinaikannya BBM akan banyak rakyat yang menderita dan kelaparan. Serta pada tanggal 28 November 2014 demo yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa di Ciamis yang menolak kenaikkan BBM dan demo untuk menurunkan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia karena tidak dapat mensejahterakan rakyatnya dengan disetujuinya kebijakn baru yang menaikkan tarif harga BBM.4

Tidak hanya berita-berita yang berkaitan tentang aksi-aksi demo dan unjuk rasa yang mengecam Presiden Joko Widodo yang membuat pamornya turun di hadapan publik, melainkan pasca BBM naik kekecewaan semakin tumbuh kepada Pemerintah di hati rakyat dikarenakan dalam jangka waktu beberapa minggu setelah Presiden Joko Widodo menaikan harga BBM, ia mengeluarkan dana kompensasi kenaikkan harga BBM yang disalurkan melalui dan PSKS sebesar Rp. 400.000,- per tiap dua bulan. Namun penyaluran dana tersebut tidak merata kepada setiap warga yang berhak dan tidak tepat sasaran. Contohnya salah satu warga di Cianjur yang merupakan warga miskin tidak mendapatkan dana PSKS dari pemerintah, sementara tetangganya yang keadaan perekonomiannya lebih baik ikut mendapatkan dana tersebut. Saat berita berlangsung warga tersebut

4


(19)

mengatakan kecewa dangan sikap Jokowi yang tidak tegas dalam menangani kasus tersebut.5

Menurut Lingkar Survei Indonesia kenaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi berdampak pada turunnya kepuasan publik terhadap pemerintah. Serta popularitas presiden Joko Widodo anjlok pasca keputusan kenaikkan harga BBM, menurut peneliti LSI-Denny JA, Ade Mulyana. Ade mengatakan, kepuasan masyarakat terhadap Jokowi hanya mencapai 44,94 persen. Presentase itu cukup rentan karena bersaing dengan ketidakpuasan masyarakat yang mencapai 43,82 persen. Sementara sisanya 11,24 persen menyatakan tidak tahu alias abstain. Kepuasan terhadap kepemimpinan Jokowi lebih banyak dirasakan oleh masyarakat berpendidikan rendah dengan tingkat ekonomi kelas menengah bawah. Menurunnya kepuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi pun terjadi pada pemilih Jokowi-JK di Pemilu Presiden 2014 lalu. Ini mengindikasikan Jokowi mulai ditinggalkan pendukungnya sendiri pasca kenaikkan BBM.6

Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti apakah pemberitaan-pemberitaan mengenai kenaikkan harga BBM pada bulan November tahun 2014 lalu terhitung sejak tanggal 17 November hingga Desember di TV One mampu merubah citra seorang Presiden Joko Widodo, yang pada sebelumnya seorang Joko Widodo memiliki citra yang positif di hadapan mayoritas masyarakat

5

http://video.tvonenews.tv/arsip/view/87924/2014/11/26/keluarga_miskin_ini_tidak_ter daftar_penerimaan_dana_kompensasi_kenaikan_bbm.tvOne. di akses pada 5 februari 2015, pukul 19.00 WIB.

6

http://www.cnnindonesia.com/politik/20141121164517-32-13053/popularitas-jokowi-anjlok-pasca-kenaikan-bbm/. Diakses pada 6 Februari 2015, Pukul 23.05 WIB


(20)

Indonesia terutama para pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur sebagai responden dalam penelitian ini yang pernah dijadikan salah satu tempat blusukan atau berkampanye Presiden Joko Widodo terhadap rakyat kecil sehingga ia dapat terpilih dari seorang Gubernur hingga Presiden Republik Indonesia sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh LSI yang mengatakan pamor seorang Presiden Joko Widodo anjlok pasca kenaikkan harga BBM.

TV One merupakan salah satu televisi yang mengabarkan suatu pemberitaan secara actual sesuai dengan slogannya yaitu “terdepan mengabarkan”. Media ini juga merupakan salah satu anak perusahaan dari Bakrie

Group. Alas an peneliti memilih media elektronik TV One, karena menurut

peneliti, selain mengabarkan berita secara faktual, TV One dalam memberitakan tentang Presiden Joko Widodo terlihat kurang berimbang. Hal itu dapat dilihat dari tone negatif, positif atau netral yang terjadi saat penanyangan pemberitaan Presiden Joko Widodo saat memberitakan berita tersebut yaitu pada tanggal 17 November hingga 17 Desember pemberitaan tentang Presiden Joko Widodo lebih besar frekuensi tone negatif dibandingkan dengan frekuensi tone positif yakni negatif berjumlah 101 sedangkan positif sebanyak 71kali .

Berdasarkan Permasalahan di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana citra seorang Presiden Joko Widodo di kalangan rakyat menegah kebawah yaitu para pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur setalah adanya pemberitaan mengenai kenaikkan harga BBM yang belum genap 100 hari pada masa pemerintahannya. Apakah teori Agenda Setting yang dijelaskan oleh McCombs dan Shaw, yang melihat bahwa apa yang dianggap penting oleh media, juga


(21)

dianggap penting oleh publik berlaku dalam penelitian yang ingin peneliti lakukan.

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :“Hubungan Pemberitaan Kenaikan Harga BBM di TV One Terhadap Citra Kepresidenan Joko Widodo (Survei Terhadap Pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur Yang menonton TV One )”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luas dan melebarnya pembahasan, maka penulis ingin membatasi topik masalah yang akan diuji yaitu pemberitaan-pemberitaan kenaikkan harga BBM di TV One dalam kabar petang pada periode 17 November hingga 17 Desember 2014. Dengan melakukan survei terhadap pedagang di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur yang menonton Pemberitaan di TV One.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah TV terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap perubahan citra Kepresidenan Joko Widodo?

b. Apakah sosok Presiden Jokowi masih dipandang positif di mata para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur setelah menonton pemberitaan kenaikkan haraga BBM di TV One?


(22)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui adakah hubungan pemberitaan kenaikkan harga BBM di TV One terhadap perubahan citrakepresidenan Jokowi. b. Untuk mengetahui apakah sosok Presiden Jokowi masih dinilai positif

di mata para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur setelah menonton pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One.

Serta peneliti berharap penelitian ini dapat berguna sebagai sarana pemahaman dan penerapan teori Agenda Setting dalam bidang pencitraan pemberitaan di media massa.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk dapat memilih calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang.

b. Kegunaan Akademis

Memberikan kontribusi dalam memperkaya aspek keilmuan serta mengembangkan penelitian sebagai alat bantu utama pada fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya bagi konsentrasi jurnalistik.


(23)

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dapat membantu penulis untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil penelitian dengan penelitian orang lain.7 Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti plagiarisme hasil karya lain, maka penulis mempertegas perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas,

Di antaranya ialah skripsi karya Anmaria Redi Pinta Dasyant (090903738) mahasisiwa universitas Atma Jaya Yogyakarta program studi ilmu komunikasi dengan judul Jokowi di Mata Surat Kabar Harian Jurnal Nasional (Analisis Framing Jokowi Dalam Berita Di Surat Kabar Harian Jurnal Nasional Periode 11 Juli Sampai Dengan 20 September 2012), skripsi ini lebih menekankan framing tentang sosok jokowi.

Sripsi karya Ricka Winata yang berjudul Hubungan Penayangan Iklan Partai Politik Golkar Di TV One Terhadap Perilaku Memilih Masyarakat

Kelurahan Kebon Baru Jakarta Selatan Pada Pemilu Legislatif 2014. Skripsi ini

lebih membahas mengenai perilaku memilih masyarakat terhadap partai politik pada saat itu dengan selalu diterpa iklan-iklan mengenai partai tersebut dengan media yang sama dengan peneliti dalam penelitian ini.

7

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004) Cet ke-1, h. 19.


(24)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan susunan dalam penulisan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang akan dibagi menjadi lima bagian bab yang terdiri dari beberaoa sub bab, yaitu:

BAB I Merupakan bab Pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Pembatasan Masalah, Hipotesis, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab ini berisikan teori-teori yang relevan yang digunakan untuk menganalisis dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber buku yang terkait dengan penelitian yaitu teori Agenda Setting, Proses Pembentukan Citra, Pengertian Kepemimpinan, Krangka Berfikir dan Kerangka Penelitian.

BAB III Bab ini akan membahas mengenai tempat dan waktu penelitian, pendekatan dan metode penelitian, Jenis Penelitian, teknik pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik analisis data, serta Uji Instrumen yaitu Uji Validitas dan Uji Reabilitas.

BAB IV Dalam bab ini akan mengemukakan tentang gambaran profil TV One serta pedagang di pasar Kramat Jati Jakarta Timur yang bersedia sebagai responden,


(25)

BAB V Dalam bab ini akan mengemukakan analisis dan temuan data lapangan yang akan menguraikan hasil temuan data lapangan yang telah peneliti lakukan dan akan terbagi menjadi beberapa sub bab, yaitu: Karakteristik responden hasil penelitian, Pandangan responden terhadap Presiden Joko Widodo, Uji Korelasi, dan Uji Hipotesis.

BAB VI Bab lima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian ini. Dalam bab ini juga ditampilkan saran-saran terhadap permasalahn yang muncul, dalam rangka memenuhi tujuan dan manfaat dari penelitian ini.


(26)

12

LANDASAN TEORI

A. Teori Agenda Setting

Hubungan yang kuat antara berita yang disampaikan oleh media dengan isu-isu yang dinilai penting oleh publik merupakan salah satu jenis efek media massa yang paling popular yang dinamakan dengan agenda setting. Dikutip oleh Morissan dalam bukunya yang berjudul teori komunikasi individu hingga massa, mengatakan bahwa istilah agenda setting diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dua peneliti dari Universitas North Carolina berupaya untuk menjelaskan adanya gejala atau fenomena kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu) yang telah lama diamati dan diteliti oleh kedua sarjana tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh mereka dijadikan tonggak awal perkembangan teori agenda setting.1

Dalam teori agenda setting, penyusunan agenda ini mengatakan media khususnya pemberitaan tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan kita pada apa yang harus kita lakukan. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting, karena menurut teori ini media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.2

1

Morisan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, (Kencana Prenada Media Group: Jakarta, 2013) Cet ke-1, h.494.

2

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2011) Cet ke-4, h.195-196.


(27)

Dalam artian teori ini berasumsi bahwa media massa tidak dapat memengaruhi khalayak untuk mengubah sikap (afektif), melainkan media massa hanya dapat memengaruhi khalayak tentang sesuatu apa yang ada di dalam pikiran mereka (kognitif) tentang isu atau topik yang diberitakan oleh media massa. Setelah itu khalayak membentuk persepsinya berdasarkan informasi yang diterimanya dari media massa.

Agenda setting memandang media massa melakukan “to tell what to

think about”, artinya membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap

penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan petunjuk tentang isu mana yang lebih penting. Singkatnya apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Sebaliknya, apa yang dilupakan oleh media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.3

McCombs dan Donald Shaw mengatakan, bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut.4

3

Gun-Gun Heryanto, “Marketing Politik di Media Massa Dalam Pemilu 2009” artikel diakses pada 23 Maret 2015 dari http://www.scribd.com/doc/22540557/Marketing-Politik-Di-Media-Massa-Gun. Diakses pada 10 Februari 2015, pukul 20.38 WIB.

4

M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) Cet Ke-3, h.282.


(28)

1. Dimensi Agenda Setting

Untuk memperjelas teori Agenda Setting, dikutip dari buku Nurudin yang berjudul Pengantar Komunikasi Massa pada halaman 198-199, ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim (Severin dan Tankard Jr, 1992) sebagai berikut :

a. Agenda Media

1. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.

2. Tingkat menonjol bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.

3. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

b. Agenda Publik

1. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu.

2. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi.

3. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.

c. Agenda Kebijakan

1. Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi


(29)

2. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.

3. Freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan

yang mungkin dilakukan pemerintah.

2. Proses Agenda Setting

Dalam sebuah teori, terdapat proses-proses sehingga dapat menghasilkan sebuah perspektif bahwa “apa yang dianggap penting oleh media, maka dianggap penting juga oleh publik”. Seperti yang disebutkan Nurudin dalam bukunya yang menguyip dari Stephen W. Littlejhon, proses tersebut beroperasi melalui tiga bagian yakni 5:

a. Agenda Media. Agenda Media yang dimaksud disini adalah agenda media yang harus di format6. Proses ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana media memberitakan sebuah isu ketika pertama kali.

b. Agenda Publik. Agenda media dalam banyak hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau kepentingan isu tentang publik7. Dari pernyataan tersebut memunculkan sebuah pertanyaan mengenai seberapa besar kekuatan media dalam memengaruhi isu tersebut sampai ke publik serta bagaimana sikap publik menanggapi isu tersebut.

c. Agenda Kebijakan. Agenda Publik memengaruhi agenda kebijakan. Agenda kebijakan yakni pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh individu. Sehingga, agenda kebijakan ini ialah tindakan

5

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h..198

6

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, h..198

7


(30)

lebih lanjut setelah agenda publik, yang mengakibatkan publik bergerak untuk membuat sebuah kebijakan yang menguntungkan atau dianggap penting bagi setiap individu.

B. Berita

Berita tidak pernah terlepas dari ikatan suatu media massa, baik elektronik, cetak atau pun online. Menurut Paul De Massenner dalam bukunya Here’s The News: Unesco Associate, menyatakan bahwa berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Sedangkan menurut William S. Maulsby dalam Getting the News menegaskan berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. Secara umum berita juga dapat didefinisikan sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,menarik atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio televisi atau media

online internet.8

Gunanya suatu pemberitaan di media sesuai pengertian secara umum diatas bahwa suatu pemberitaan berguna untuk menginformasikan kepada publik atas suatu peristiwa di negeri ini. Peristiwa-peristiwa itu dapat meliputi keadaan ekonomi, sosial, maupun politik yang sedang terjadi berdasarkan fakta yang ada. Menurut Haris Sumaridia dalam bukunya Jurnalistik Indonesia berita dapat

8

Haris Sumaridia, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011) Cet ke-4, h. 65.


(31)

diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news). Namun selain dari dua kategori tersebut berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya dan berdasarkan sifatnya, dan selebihnya berita juga bisa dilihat menurut materi isiny yang beraneka macam.

Pemberitaan yang terjadi menurut kategorinya masing-masing dapat dikendalikan oleh suatu lembaga penyiaran. Lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik penyelenggara penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.9

Setiap lembaga penyiaran baik penyelenggara penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan diawasi oleh suatu lembaga lagi yang disebut Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang tugasnya mengawasi segala jenis dan bentuk pemberitaan yang meliputi program siaran, cara mengemas suatu berita, content atau isi siaran. Isi siaran dalam sebuah berita dapat dilihat dari segi kalimat yang dibawakan yaitu bernada negatif atau pun positif. Hal tersebut berpedoman pada P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiarandan Standar Program Siaran.

Menurut Haris Sumaridia dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, kalimat pada suatu berita adalah kalimat yang menyampaikan informasi atau berita suatu peristiwa kepada seseorang. Adapun kalimat berita yaitu:

9

Komisi Penyiaran Indonesia, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), (Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia, 2012) h. 5


(32)

1. Dilafalkan dengan intonasi normal dan berakhir dengan nada rendah. 2. Isi tentang peristiwa yang dialami sendiri atau orang lain

3. Intonasi keras terletak pada awal kalimat.

Nada dalam kalimat berita dalam berupa positif dan negative sesuai dengan isi dalam pemberitaan tersebut. Kalimat berita positif adalah kalimat yang menyampaikan berita atau peristiwa yang pasti tegas. Sedangkan pada kalimat berita negatif adalah kalimat yang menyampaikan berita atau peristiwa yang tidak pasti, tidak tegas atau tidak tentu dan biasanya menggunakan kata “tidak” atau “bukan”.

C. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan satuan kerja untuk memengaruhi perilaku orang lain atau suatu kelompok.10 Seseorang dapat dikatakan menjadi pemimpin dikarenakan adanya suatu bakat yang diperoleh sebagai kemampuan istimewa yang dibawanya sejak lahir. Salah satu kemampuan istimewa tersebut ialah seseorang tersebut harus memiliki sifat tanggung jawab yang penuh serta mampu mengesampingkan kepentingan pribadinya dan mengedepankan kepentingan umum selama ia dapat menjadi seorang pemimpin yang baik.

Disamping itu Howard H. Hoyt seperti yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan mendefinisikan

10

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (PT Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2003) h. 148.


(33)

kepemimpinan sebagai berikut: “kepemimpinan adalah seni untuk memengaruhi tingkah laku manusi serta kemampuan untuk membimbing orang.11

Dari beberapa pengertian di atas maka penulis dapat simpulkan arti sebuah kepemimpinan ialah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain, dimana seorang pemimpin itu dapat membimbing serta mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Disamping itu seorang pemimpin harus memiliki beberapa sifat superior, melebihi bawahannya ataupun para pengikutnya.

D. Citra

1. Pengertian Citra

Citra berasal dari bahasa Jawa yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam bahasa inggris.12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Citra merupakan gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan atau organisasi, sedangkan citra dalam duni politik yaitu suatu gambaran diri yang ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat.13

Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, mengatakan bahwa citra merupakan peta anda tentang dunia. Citra adalah

11

Kartini kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001) Cet ke-1, h. 49.

12

Anwar Arifin, Komunikasi Politik Paradigma-Teori-Aplikasi-Strategi &Komunikasi Politik Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) Cet ke-1, h.106.

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diakses pada 22 Maret 2015 dari http://kbbi.web.id/citra


(34)

gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas. Citra adalah dunia bagi persepsi kita.14

Disamping itu menurut M. Alfan Alfian dalam bukunya yang berjudul menjadi pemimpin politik perbincangan kepemimpinan dan kekuasaan bahwa definisi citra yaitu merupakan rekonstrusi atas simbol dan penampilan luar suatu produk, entah itu barang atau jasa.15

Sementara itu menurut Frank Jefkins yang dikutip oleh kompasiana dalam webnya menyatakan bahwa memberikan definisi atau pengertian citra sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya.16

Jadi secara umum definisi atau pengertian citra yakni berupa gambaran, penilaian serta pandangan dari sekumpulan orang banyak yang ditujukan terhadap individu, perusahaan, produk atau jasa yang bersifat positif atau bersifat negatif. Citra dapat bersifat negatif apabila kemudian ternyata tidak di dukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Dalam dunia politik semakin tingginya kesadaran membangun citra dalam usaha mendapatkan simpati media massa guna menarik perhatian publik terlihat ketika menjelang pemilu. Para calon pemimpin tentu senantiasa memperkuat citra baik dalam dirinya.

14

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) cet Ke-28, h.221.

15

M. Alfan Alfian, Menjadi Pemimpin Politik Perbincangan Kepemimpinan dan Kekuasaan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009) h. 274.

16 Kompasiana “Pengertian Citra” diakses pada 22 maret 2015 dari http://edukasi.kompasiana.com/2014/06/02/apa-itu-pencitraan--656262.html


(35)

2. Proses Pembentukan Citra (Image Building)

Citra merupakan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. untuk mengetahui citra seseorang terhadap terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut.

Menurut Elvinaro dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Publik Relations tahun 2002, yang dikutip oleh Danasaputra tahun 1995, citra itu sendiri digambarkan dan dapat dibentuk melalui beberapa komponen yaitu persepsi, kognisi dan sikap. Komponen-komponen tersebut tidak terlepas dari stimulus (rangsang) yang diberikan oleh individu dan menghasilkan respon. Oleh Walter Lipman komponen tersebut disebut juga “Picture Our Head”. Dalam image building jika stimulus tersebut mendapat perhatian maka individu akan berusaha mengerti stimulus yang diberikan. Elvinaro juga mengatakan bahwa proses pembentukan citra adalah respon dari stimulus yang diberikan. Akan tetapi proses tersebut akan berbeda karena dihubungani oleh persepsi, kognisi, dan sikap yang berbeda pula.


(36)

Gambar 2.1

Proses Pembentukan Citra

Stimulus Respon

(Rangsang)

Empat komponen yang diteliti dalam proses pembentukan citra:

a. Persepsi

Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap suatu hal, atau stimulus yang diberikan dengan suatu proses pemaknaan. Publik akan memberikan makna atau arti terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya tersebut kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi akan positif bila informasi yang diberikan dapat memenuhi kognisi individu

b. Kognisi

Menurut Walgito (2002:67), kognisi berarti kemampuan jiwa manusia yang berhubungan dengan pengenalan. Jadi manusia harus mengenal stimulus atau rangsang yang diberikan agar memperoleh respon. Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh manusia (stimulus) dengan informasi yang telah

Sikap

Persepsi Motivasi


(37)

disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi.

c. Sikap

Kecenderungan bertindak, persepsi, berpikir, dan merasadalam objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu.Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap juga mengandung aspek evaluatif, yakni mengandung nilai menyenangkan atau tidak, dan sikap yang dapat dipertahankan atau diubah.

d. Motivasi

Sebelum melangkah dalam motivasi, perlu dipahami mengenai motiv terlebih dahulu. Menurut Branca dalam Walgito (2002:168), motiv adalah kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang mendorong untuk berbuat dan merupakan driving force. Hal-hal yang dapat memhubungani motiv disebut motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan seseorang.


(38)

3. Peran Media Massa Dalam Membangun Citra

Media Massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber terhadap khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Dalam komunikasi massa terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh media massa yakni, bersifat melembaga, bersifat satu arah, meluas dan serempak, memakai peralatan teknis atau mekanis, dan bersifat terbuka.17

Penggunaan media massa dalam dunia politik tentu sangat penting karena media massa memiliki kontribusi yang besar dalam demokrasi. Selain itu media massa selalu dipandang memiliki hubungan yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak. Penggunaan media massa dalam komunikasi politik sangat sesuai dalam upaya membentuk citra diri para politikus dan citra partai politik untuk memperoleh dukungan pendapat umum.18

Salah satu fenomena yang menarik tentang citra positif Presiden Joko Widodo yang kerap dipanggil Jokowi. Nama Jokowi melambung ketika ia memimpin Kota Solo dan berhasil membangun kota Solo baik secar fisik maupun non fisik. Citra Jokowi semakin melambung ketika publik mengetahui bahwa Jokowi tidak pernah mengambil gaji yang seharusnya diterima. Dengan modal citra positifnya, Jokowi maju dalam Pilkada gubernur

17

Hafied Cangara, “Pengantar Ilmu Komunikasi”, (PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, 2007) h. 126-127.

18

Anwar Arifin, “Komunikasi Politik”, (Balai Pustaka: Jakarta, 2003) Cet ke-1, h.95.


(39)

Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) bersama pasangannya yang kerap dipanggil Ahok.

Dari fenomena diatas Jokowi bukan hanya mampu membangun citra positif atas kepemimpinannya secara kelembagaan namun juga berhasil membangun citra positif dalam ranah personal. Di Indonesia, para politisi juga semakin menyadari pentingnya membangun citra personal atas diri mereka. Hal ini dapat dilihat saat para politisi tampil di televise dan mereka berusaha tampil sebaik mungkin, baik dari sisi penampilan fisik maupun materi yang mereka sajikan.19 Jadi dengan kata lain citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima atau disampaikan oleh media massa. Bagi masyarakat, informasi itu dapat membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra

19

Fajar Junaedi, Komunikasi Politik Teori, Aplikasi dan Strategi di Indonesia, (Yogyakarta: Mata Padi Pressindo, 2013), Cet Ke-1, h.144


(40)

E. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Menonton Program Berita di tvOne

Efek : Terpengaruh atau Tidak Terpengaruhnya Pemberitaan negatif tvOne

terhadap citra kepemimpinan Presiden

Jokowi.

Para Pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur

Agenda Kebijakan Agenda Publik

Agenda Media

Para Pedagang Pasar Kramat Jati Jakarta Timur

Menonton Program Berita di tvOne

Agenda Media Agenda Publik Agenda Kebijakan

Efek : Terdapat hubungan atau tidak antara pemberitaan kenaikan harga BBM dengan citra

Kepresidenan Joko Widodo.


(41)

F. Kerangka Berfikir

Media massa sangat erat kaitannya dengan segala jenis pemberitaan, karena media massa memiliki tugas untuk memberikan informasi terkini. Menurut aturannya sebuah media massa haruslah memiliki sifat yang netral dalam artian tidak memihak ke siapapun. Namun belakangan yang terjadi hampir semua media massa di Indonesia tidak bersifat netral dan cenderung memihak ke salah satu partai politik di Indonesia. TV One sebagai salah satu media massa swasta di Indonesia terlihat memihak ke salah satu calon Presiden ketika pemilihan umum 2014 yaitu calon Presiden Prabowo Subiakto, oleh karena itu dalam pemberitaan terlihat tidak berimbang. Lebih banyak pemberitaan negatif Presiden Jokowi dibandingkan dengan Prabowo. Hal tersebut terlihat ketika terjadinya kampanye. Tidak hanya itu saja, ketika Presiden Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ketika terjadi permasalah seperti penggusuran waduk Ria-Rio atau pun waduk pluit, tvOne sangat gencar memberitakan hal tersebut dan terlihat membesar-besarkan permasalahan tersebut.

Dalam hal ini peneliti ingin melakukan sebuah penelitian untuk mencari sebuah kebenaran dari data atau masalah yang ditemukan. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti apakah sebuah media masa yang kontra terhadap Jokowi sebagai Presiden mampu memengaruhi publik dalam merubah citra kepemimpinan Presiden Jokowi setelah diterpa pemberitaan negatif tentang dirinya. Sesuai dengan pernyataan sebuah teori yang bernama agenda setting yang diciptakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw.


(42)

Teori Agenda Setting mulanya diciptakan untuk menggambarkan fenomena yang telah lama diketahui dan diteliti dalam konteks kampanye pemiliu. Teori ini menjelaskan bahwa besarnya perhatian media massa terhadap suatu isu sangat memengaruhi perhatian khalayak. Banyak bukti yang menunjukan bahwa media massa menentukan apa yang dipikirkan dan apa yang didiskusikan oleh khalaykanya.20

Dalam hal ini, McCombs dan Donald Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya memengaruhi publik tetapi, publik melihat kepada pada professional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada ke media, kemana publik harus memfokuskan perhatiannya.21

Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk memengaruhi khalayak. Hanya saja, teori agenda setting memusatkan perhatiannya kepada efek kognitif khalayak, yakni pengetahuan dan kesadaran. Hal tersebut yang dapat menimbulkan persaingan dalam merekayasa opini, citra dan membentuk opini publik.

20

Anwar Arifin, Komunikasi Politik: Filsafat Paradigma Teori, Tujuan, Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Cet. Ke1, h. 164.

21

Morissan, Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. Ke-1, Jilid I, h. 495


(43)

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Banyak media massa yang tidak bersifat netral dan cenderung memihak atau pro ke salah satu partai politik begitu juga sebaliknya adapun yang kontra. Hal tersebut dapat dilihat dari segi pemberitaan di media tersebut.

Masalah

Tv One salah satu media massa yang tidak berimbang dan terlihat kontra terhadap Presiden

Jokowi yang terlihat dari bentuk kemasan pemberitaan dan jumlah pemberitaan negative di

media tersebut.

Identifikasi Masalah:

a. Pemberitaan

kenaikan harga BBM di tvOne.

b. Perubahan citra

Presiden Jokowi di hadapan Publik.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga

BBM di TV One dalam merubah citra kepresidenan

Joko Widodoterhadap perubahan citra Kepresidenan Joko Widodo di kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

2. Tidak terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan

harga BBM di TV One dalam merubah citra

kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di

kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

Metodologi

Kuantitatif berdasarkan data dan sumber data yang diperoleh dari lapangan yang

di olah secara statistik.

Kesimpulan

Terjadi pengaruh atau tidak citra Presiden Jokowi

Teori “Agenda Setting” 1. Agenda Publik 2. Agenda Media Tujuan Untuk mengetahui adakah terdapat hubungan antara pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One

terhadap perubahan citra kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden.


(44)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yaitu dapat berupa jawaban sementara yang kebenarannya masih harus diuji. Menurut John W. Best dalam buku Nanang Martono yang berjudul metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis data sekunder, hipotesis merupakan prediksi yang baik atau kesimpulan yang dirumuskan dan masih bersifat sementara.22

Ho: Tidak terdapat hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam merubah citra kepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di kalangan parapedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

H1: Terdapat hubungan pemberitaan kenaikan harga BBM di TV One dalam

merubah citrakepresidenan Joko Widodo sebagai Presiden di kalangan para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

22

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Data Sekunder, (PT Raja Grafindo: Jakarta, 2011), Cet ke-2, h. 64


(45)

31

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur yang berada di Jalan Raya Bogor KM. 20, Jakarta Timur Telp: (021) 8092418, Fax: (021) 80879115. Adapun waktu pelaksanaan penelitian sejak maret 2015 hingga Agustus 2015.

B. Pendekatan dan Desain Penelitian

Dalam sebuah penelitian sebuah metode sangat dibutuhkan. Hal tersebut merupakan cara akurat untuk memecahkan suatu permasalahan serta mempermudah dalam menarik suatu kesimpulan.

Pendekata yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya adalah jenis pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang datanya dapat diukur dengan menggunakan rumus statistikuntuk melakukan analisis data dan dihitung secara langsung.1 Desain penelitian yang akan diginakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu.

Dalam penelitian ini proses berawal dari sebuah teori, selanjutnya diturunkan menjadi hipotesis penelitian yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai peneluan penelitian.

1

Muslich,Metode Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1993), h.4


(46)

C. Paradigma Penelitian

Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma positivistik mengunakan logika berpikir deduktif. Hal tersebut menganggap suatu realitas akan berlaku umum dan bersifat sama di semua tempat.2Jadi, pada paradigma ini memandang suatu fenomena jika diteliti pada tempat dan waktu yang berbeda, namun hasilnya tetap sama sehingga peneliti menggunakan paradigma tersebut pada penelitian ini.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya ialah dengan menggunakan metode survei. Dalam survei, informasi yang dikumpulkan dari responden yaitu dengan menggunakan kuesioner. Dengan kata lain, survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.3

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian merujuk pada responden, yang hendak diminati informasi atau digali datanya, sedangkan objek merujuk pada masalah atau tema yang sedang ditelilti.4 Subjek dari penelitian ini ialah TV One sebagai media yang kontra terhadap Presiden Joko Widodo melalui pemberitaan-pemberitaan negatif.

2

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. Ke- 2, h. 11.

3

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (LP3ES: Jakarta, 2011) Cet ke-4, h. 3.

4

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta : Erlangga, 2009) h. 91.


(47)

Sedangkan objek dari penelitian ini yaitu para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur.

F. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep, sehingga objek-objek ini dapat dijadikan sumber data penelitian.5 Polulasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian khusus. Populasi dalam penelitian ini yakni para pedagang pasar Kramat Jati Jakarta Timur. Berdasarkan data yang ada, jumlah pedagang yang terdapat di pasar tersebut sebanyak 485 orang.

2. Sampel

Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Sampel juga merupakan sebuah cuplikan yang diambil dari satu populasi dan diteliti secara professional.6

Untuk menentukan sampel yang diteliti, maka harus dilakukan terlebih dahulu teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran

5

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencan Prenada, Media Group, 2005), Cet ke-3, h.99

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), Cet ke-14, h. 173-174.


(48)

sampel yang akan dijadikan sumber data. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik sampling purposive, yaituteknik ini mencakup orang-orang yang di seleksi peneliti karena kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian tersebut.7

Untuk mengetahui jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin. Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan a. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:8

N n =

1+Ne2 Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

E = nilai eror sebesar 10%

Derajat eror yang ditentukan dalam penelitian ini adalah 10% . dengan jumlah populasi 485 yang terdiri dari pedagang tetap, maka jumlah sampelnya sebagai berikut:

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. Ke-20, h. 82.

8

Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 56


(49)

485 n =

1+485(0,1)2

485 =

1+ 4,85

= 82,905 83 orang

G. Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitian, peneliti hendaknya menentukan variabel yang terdapat di dalam penelitiannya. Berdasarkan jenisnya, variabel terbagi atas variabel independen (variabel bebas) yakni variabel yang memengaruhi, dan variabel dependen (variabel terikat) yakni variabel yang dihubungani. Selain dari variabel independen dan variabel dependen ada pula variabel antara atau

invenning variabe.9

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberitaan kenaikan harga BBM pada bulan November hingga Desember tahun 2014 lalu di TV One. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah citra Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019.

9

Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, (Malang : UMM Press, 2010), Cet ke-3, h. 139.


(50)

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independent) (Dependent)

Variabel Bebas (Independent)

H. Operasionalisasi Konsep

Konsep ialah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama10. Menjelaskan konsep dan definisi operasionalisasi penelitian merupakan sebuah hal yang wajib dalam sebuah pebelitian. Karena ini merupakan sebuah kerangka acuan peneliti dalam mendisain sebuah instrumen penelitian.

1. Agenda Media

Agenda media yaitu penonjolan isu-isu yang disusun oleh media dan bagaimana agenda media menempatkan isu tersebut di tempat yang utama.. ada beberapa dimensi yang terdapat di dalam agenda media yaitu: Visibialitas

(visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita, tingkat menonjol

bagi khalayak (audience salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

10

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-5, h. 57.

Citra Kepemimpinan

Presiden Joko Widodo (Variabel Y)

Pemberitaan Kenaikan Harga BBM (Variabel X)


(51)

2. Agenda Publik

Agenda publik menurut penelitian ini berarti apa yang dianggap penting oleh media, dianggap penting juga oleh publik. Sehingga jika media memberitakan secara terus menerus mengenai isu tersebut, kemudian publik juga akan berfikir bahwa hal itu memang penting. Terdapat beberapa dimensi dalam agenda publik, yakni: Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu, penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi, kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Semakin besar kesadaran dan pengetahuan Mahasiswa akan citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada pemberitaan kenaikan harga BBM, maka semakin besar hubungan agenda setting yang diberikan.

3. Agenda Kebijakan

Agenda kebijakan yang dimaksud disini adalah apa yang dilakukan oleh pemerintah setelah adanya pemberitaan ini. Adapun dimensi-dimensi yang dapat diukur pada agenda media yaitu: Support (dukungan), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu, likelihood of action (kemungkinan kegiatan), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan, dan freedom of action (kebebasan bertindak), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.


(52)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Konsep

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala

Agenda Publik (X1)

Keakraban (Familiarity) a. Ingatan penonton b. Intensitas menonton c. Program Pilihan d. Jadwal Menonton 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak Setuju Ordinal Penonjolan Pribadi (Personal Salienc Kesenangan (Favorability a. Perasaan b. Tindakan a. Informatif b. Aktual c. Akurat Visibialitas (Visibility) a. Waktu b. Intensitas Menonton


(53)

Agenda Media (X2)

1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak Setuju Ordinal Tingkat Menonjol Bagi Khalayak (Audience Salience) a. Tindakan b. Perasaan Valensi (Valence) a. Kemasan b. Durasi Agenda Kebijakan (X3)

Dukungan (Support) a. Partisipasi b. Perasaan Kemungkinan Kegiatan (Likelihood of Action) a. Keputusan b. Waktu c. Peran 1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Tidak Setuju 5. Sangat Tidak Setuju Ordinal Kebebasan Bertindak (Freedom of Action) a. Rencana b. Kepercayaan

Persepsi a. Kesan


(54)

Citra (Y)

c. Komunikasi

1. Sangat Setuju 2. Setuju 3. Ragu-Ragu 4. Tidak

Setuju 5. Sangat Tidak Setuju

Ordinal

Kognisi a. Informasi

b. Ingatan

Sikap a. Kesadaran

b. Perasaan

Motivasi Harapan


(55)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Publik (X1)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

Item Item Negatif

Invalid

1. Keakraban

(Familiarity) 1.Ingatan Penonton 2.Intensitas Menonton 3.Program Pilihan 4.Jadwal Menonton

14 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14,

1, 2, 5, 6, dan 9

4, 7, 8, dan 11,

2. Penonjolan

Pribadi

(Personal

Silence)

1.Perasaan 2.Tindakan

6 9, 15, 16, 17, 18, dan 20, 15, 16, dan 17 16,

3. Kesenangan

(Favorability)

1.Informatif 2.Aktual

3. Akurat

12 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, dan 32 21, 22, 25, dan 32 21, 24, 25, 26, 27, 28, dan 31

Jumlah Item Sebelum Validitas Jumlah Item Setelah Validitas

32 21


(56)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Media (X2)

No. Dimensi Indikator Banyak Butir

Item Item Negatif

Invalid

1. Visibialitas (Visibility)

1. Waktu 2. Intensitas

Menonton

12 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 23 25, dan 28,

2, 3, 8, 23, 25, dan 28

2, dan 7

2. Tingkat Menonjol Bagi Khalayak (Audience Silence) 1. Tindakan 2. Perasaan

8 9, 11,

12, 19, 20, 21, 26, dan 29,

9, 12, 20, dan 26

11, 12, 20, dan 29

3. Valensi

(Valence)

1. Kemasan 2. Durasi

10 13, 14, 15, 16, 17, 18, 22, 24, 27, 30

15, 24 dan 30

16, 24, dan 30

Jumlah Item Sebelum Validitas Jumlah Item Setelah Validitas

30 21


(57)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Angket Pada Agenda Kebijakan (X3)

No. Dimensi Indikator Banyak

Butir

Item Item Negatif

Invalid

1. Dukungan

(Support)

1.Partisipasi

2.Perasaan

9 1, 2, 3, 4, 5, 6, 23, 24, dan 27,

1, 2 dan 24

3 dan 24

2. Kemungkinan Kegiatan (Likelihoodnof Action) 1.Keputusan 2.Waktu 3.Peran

11 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 22 26, dan 29

7, 8, dan 22 9, 12, 26 dan 29 3. Kebebasan Bertindak

(Freedom of

Action)

1.Remcana 2.Kepercayaan

10 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 28, dan 30 15, 16 dan 28 19, 21, 25, dan 28

Jumlah Item Sebelum Validitas Jumlah Item Setelah Validitas

30 20


(58)

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Angket Pada Citra Kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Y)

No. Dimensi Indikator Banyak Butir

Item Item

Negatif

Invalid

1. Persepsi 1.Kesan 2.Perhatian 3.Komunikasi

11 1,2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11

2, 4, 6, 8, dan

10

4, 7, dan 11

2. Kognisi

1. Informasi 2. Ingatan

11 12,13,14,

17, 16 15, 18, 19, 20, 21, dan 22

12, 14, 16, 17, 18, dan 19 13 dan 17

3. Sikap 1.Kesadaran

2.Perasaan

8 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30

23, 24, 27, dan

28

24

4. Motivasi Harapan 3 31, 32, dan

33

31 dan 32

31

Jumlah Item Sebelum Validitas Jumlah Item Setelah Validitas

33 26


(59)

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengumpulan data primer berupa data-data yang diperoleh dari hasil lapangan atau di lokasi penelitian.

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.11 Untuk memeroleh data yang empiris, peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1) Kuesioner (angket)

Teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dari informasi yang diperlukan oleh peneliti disebut kuesioner atau angket.12

Angket memiliki tujuan yaitu untuk dapat mencari informasi yang lengkap tentang suatu masalah tanpa merasa khawatir jika responden memberikan jawan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan sehingga jawaban dari responden merupakan jawaban bagi penelitian.Jenis pertanyaan angket dalam penelitian ini bersifat tertutup yaitu responden hanya meminta memilih suatu jawaban dari suatu daftar jawaban yang disediakan oleh peneliti.

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2009), h. 105. 12

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.67.


(60)

2) Dokumentasi

Kegiatan mencari data yang bersumber dari buku, majalah, internet, catatn atau artikel yang berhubungan dengan pembahasan penelitian, yang tentu saja sebagai data pendukung dalam referensi penelitian.

3) Wawancara

Pengertian wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan Tanya jawab langsung kepada narasumber dengan

menggunakan wawancara terstruktur yang disiapkan oleh

penulis.13Wawancara akan dilakukan secara langsung dengan beberapa responden serta narasumber lainnya seperti tokoh-tokoh atau pakar yang mengerti di bidang hukum.

J. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.14Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

13

M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 182. 14

Burhan Bungin, MetodologiPenelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005) Cet ke-1, h.97


(61)

Validitas dapat digolongkan menjadidalam beberapa jenis yakni: a) Validitas Konstruk (Construct Validity)

b) Validitas Isi (Content Validity)

c) Validitas Prediktif (Predictive Validity) d) Validitas Eksternal (External Validity) e) Validitas Rupa (Face Validity)

Dalam penelitian ini jenis validitas yang akan digunakan adalah validitas konstruk (Construct Validity) yang lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yang ada.15 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan software SPSS.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indikator tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran. Suatu pengukuran disebut reliable atau memiliki keandalan jika konsisten memberikan jawaban yang sama. 16 selain itu, uji Reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Reability Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS. Dengan metode ini koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

15

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h.241

16

Morisan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), Cet ke-2, h. 99.


(62)

Keterangan :

α : Koefisien Keandalan Alat Ukur

K : Jumlah Variabel

R : Koefisien rata-rata koefisien variabel

Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai nilai alpha

cronbach (α) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan

variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Tetapi sebaliknya bila alpha < 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

K. Pengolahan Data

Metode pengolahan data tabulasi dan SPSS. Langkah-langkah pengolahan data secara manual menurut Notoatmodjo (2010) , adalah sebagai berikut:17

1. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting atau edit terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan.

17

Soekidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 45


(63)

2. Coding (Membuat Lembaran Kode)

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Processing (Memasukkan Data)

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya keslahan-kesalahan kode, ketidak-lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

L. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses untuk menyederhanakan suatu data dalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah untuk digambarkan atau diinterpretasikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif untuk dapat mengukur hubungan dari unsur – unsur pemberitaan kenaikan harga BBM terhadap citra Presiden Joko Widodo yang dilakukan pada para pedagang pasar Kramat jati Jakarta Timur. Dalam mengukur data yang akan diambil dari responden peneliti menggunakan skala pengukuran likert. Berikut pengukuran dengan skala likert dalam penelitian ini:


(64)

Tabel 3.6 Bentuk Pengskalaan

No. Alternatif Jawaban Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Ragu-Ragu 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat Tidak Setuju 1 5

Sumber : Buku Prof. Dr. Sugiyono Yang Berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif Dan R&D

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.18

Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik.dasar pengambil keputusan dalam uji normalitas adalah:19

18 Nasrullah, “Pengaruh Account Officer

Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Produk Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Serba Usaha Ubasyada

Ciputat” (Skripsi S1fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 45.


(1)

13. Saya tertarik menonton pemberitaan tentang Jokowi.

0, 686 Valid

14. Pemberitaan kenaikan BBM terlalu cepat, sehingga sulit dimengerti.

0, 530 Valid

15. Saat membacakan berita presenter Tv One bermalas-malasan.

0, 410 Valid

16. Saya pernah mengikuti Talkshow tentang persoalan kenaikan BBM selama 2 jam.

0, 162 Tidak Valid 17. Bahasa yang digunakan saat berita berlangsung di

Tv One mudah dipahami.

0, 449 Valid

18. Saya suka dengan gaya bicara presenter Tv One saat membawakan berita.

0, 712 Valid

19. Saya menantikan perkembangan tentang pemberitaan dana kompensasi naiknya BBM

0, 492 Valid

20. Ketika melihat pemberitaan demo para demonstran yang meminta Jokowi turun, saya langsung menggantinya.

0, 175 Tidak Valid 21. Ketika melihat pemberitaan kenaikan harga BBM

saya serius menontonnya.

0, 415 Valid

22. Berita TV One lebih menarik dibandingkan dengan berita di TV lain.

0, 673 Valid

23. Saya hanya menonton sebagian berita kenaikan harga BBM setiap kali berita tersebut diberitakan.

0, 630 Valid

24. Berita kenaikan harga BBM di TV lain lebih menarik dibandingkan dengan TV One.

0, 275 Tidak Valid 25. Berita Kenaikan harga BBM terlalu sering

ditayangkan di TV One sehingga membuat saya bosan.

0, 384 Valid

26. Berita di TV One monoton. 0, 434 Valid

27. Iklan berita di TV One memakan waktu. 0, 362 Valid 28. Hanya sekali dalam seminggu saya menonton berita

di TV One.

0, 450 Valid

29. Selama bulan November TV One selalu menayangkan berita tentang kenaikan harga BBM

0, 240 Tidak Valid 30. Saat membawakan berita, presenter Tv One kurang

adanya komunikasi.


(2)

Hasil Intrumen Valid Agenda Kebijakan r Tabel = 0,361

No. Pernyataan

Keterangan

r Hitung Hasil Validitas 1. Saya hanya berdiam melihat orang-orang berdemo. 0, 454 Valid 2. Saya acuh kepada warga miskin yang tidak

mendapatkan dana kompensasi kenaikan harga BBM.

0, 425 Valid

3. Saya selalu mengikuti perkembangan berita tentang terdapatnya warga ,iskin yang tidak mendapatkan dana kompensasi kenaiakan harga BBM.

0, 358 Tidak Valid 4. Saya pernah mengikuti aksi demo kenaikan BBM 0, 544 Valid 5. Saya setuju dengan sikap berani Jokowi yang

membuat kebijakan baru mengenai harga BBM. 0, 411 Valid 6. Saya pernah melihat Presiden Jokowi

diwawancarai di Tv One tentang tanggapannya mengenai masyarakat yang berdemo menolak kenaikan BBM.

0, 497 Valid

7. Presiden Jokowi salah dalam mengambil keputusan menaikan harga BBM.

0, 362 Valid

8. Saya akan memilih kandidat lain jika okowi mencalonkan diri sebagai Presiden Kembali.

0, 434 Valid

9. Jokowi belum pernah turun langsung ke lapangan melihat rakyatnya yang susah.

0, 226 Tidak Valid 10. Jokowi sudah tepat dalam mengambil keputusan

untuk menaikan harga BBM.

0, 463 Valid

11. Saya yakin lima tahun kedepan Presiden Jokowi akan terpilih kembali.

0, 397 Valid

12. Saya akan memilih Jokowi sebagai Presiden jika ia mencalonkan diri kembali.

0, 321 Tidak Valid 13. Menurut saya Presiden Jokowi menjalankan amanat

Negara dengan penuh tanggung jawab.

0, 604 Valid

14. Saya mengetahui Presiden Jokowi mendatangi langsung para rakyat kecil.


(3)

15. Saya yankin kedepan negeri ini akan hancur ditangan Jokowi.

0, 441 Valid

16. Saya yakin Jokowi akan menyengsarakan masalah di Negara ini.

0, 436 Valid

17. Saya yakin kedepan negeri ini akan sejahtera berkat Presiden Jokowi.

0, 455 Valid

18. Saya yakin dengan adanya dana kompensasi tidak ada lagi warga miskin yang terlantar lagi.

0, 694 Valid

19. Presiden adalah pemimpin bangsa yang bertujuan mensejahterkan rakyat dan memakmurkan negaranya.

0, 210 Tidak Valid 20. Saya percaya semua warga miskin akan

mendapatkan dana kompensasi kenaikan harga BBM secara merata dan tepat sasaran.

0, 394 Valid

21. Saya Percaya Presiden Jokowi orang yang bersih dari masalah hokum.

0, 182 Valid

22. Joko Widodo merupakan seorang Presiden yang berani dalam mengambil keputusan.

0, 672 Valid

23. Saya pernah mengikuti diskusi yang membahas mengenai kasus kenaikan harga BBM.

0, 654 Valid

24. Saya kesal melihat Jokowi di demo. 0, 334 Tidak Valid 25. Jokowi akan konsisten sebagai Presiden Republik

Indonesia.

0, 336 Tidak Valid 26. Saya percaya Jokowi tidak akan turun hanya karena

manaikan harga BBM.

0, 338 Tidak Valid 27. Saya Pernah mengikuti unjuk rasa dalam membela

Presiden Jokowi.

0, 376 Valid

28. Apa yang dilakukan Presiden Jokowi hingga saat ini penuh dengan pencitraan

0, 348 Tidak Valid 29. Saya setuju jika Presiden Jokowi telah

mensejahterkan rakyatnya selama ia menjabat sebagai Presiden RI.

0, 245 Tidak Valid 30. Menurut saya Presiden Jokowi adalah korban

politik dari kekisruan naiknya harga BBM,


(4)

Hasil Intrumen Citra r Tabel = 0,361

No. Pernyataan

Keterangan

r Hitung Hasil Validitas 1. Presiden Jokowi adalah orang yang bersahaja. 0, 772 Valid 2. Jokowi pantas turun dari jabatannya sebagai

Presiden.

0, 712 Valid

3. Menurut saya Presiden Jokowi adalah Presiden

yang bijaksana. 0, 219 Tidak Valid

4. Akibat BBM naik rakyat kecil semakin sengsara. 0, 672 Valid 5. Jokowi menaikan harga BBM bertujuan

mensejahterakan rakyat.

0, 732 Valid

6. Saya mendukung para demonstran untuk menurunkan harga BBM.

0, 338 Tidak Valid 7. Saya senang melihat pidato Presiden Jokowi ketika

mengumumkan kenaikan harga BBM.

0, 825 Valid

8. Presiden Jokowi sudah salah langkah dalam menaikkan harga BBM saat itu.

0, 773 Valid

9. Menurut saya Presiden Jokowi sudah menjalankan tugasnya dengan benar.

0, 428 Valid

10. Saya hanya sepintas bertemu dengan Presiden Jokowi.

0, 167 Tidak Valid 11. Saya pernah berbicara langsung dengan Presiden

Jokowi.

0, 567 Valid

12. Saya mengetahui terdapat banyak warga miskin yang belum mendapatkan dana kompensasi kenaikan BBM.

0, 154 Valid

13. Saya mengetahui Pemerintah akan menaikan dana kompensasi kenaikan harga BBM.

0, 363 Valid

14. Saya mengetahui dana kompensasi kenaikan BBM

di daerah-daerah salah sasaran. 0, 666 Valid

15. Dana kompensasi kenaikan harga BBM sudah


(5)

16. setelah melihat pemberitaan, saya mengetahui banyak rakyat kecil yang semakin susah setelah BBM naik.

0, 253 Tidak Valid 17. Warga miskin di wilayah rumah saya terlewati

sebagai peserta dana kompensasi kenaikan harga BBM

0, 832 Valid

18. Jokowi hanya mengumbar janji sewaktu kampanye

lalu. 0, 668 Valid

19. Dampak kenaikan BBM sangat terasa bagi saya. 0, 431 Valid 20. Di wilayah rumah saya sudah merata dan tepat

sasaran dalam penyaluran dana kompensasi kenaikan harga BBM.

0, 632 Valid

21. Presiden Jokowi adalah orang yang sederhana. 0, 411 Valid 22. Sewaktu kampanye, Jokowi pernah berjanji akan

mensejahterakan rakyatnya. 0, 419 Valid

23. BBM naik harga barang kebutuhan pokok juga

ikutan melambung naik. 0, 138 Valid

24. Saya pernah ikutan demo sewaktu menolak

kenaikan BBM. 0, 606 Valid

25. Rakyat kecil tertolong dengan adanya kebijakan

baru yang dilakukan Jokowi sebagai Presiden. 0, 800 Valid 26. Saya yakin Jokowi akan tetap menjadi Presiden,

karena yang dilakukannya sudah benar. 0, 662 Valid 27. Presiden Jokowi acuh terhadap rakyat kecil.

0, 651 Valid

28. BBM naik kehidupan keluarga saya semakin susah. 0, 418 Valid 29. Kehidupan keluarga saya tetap sejahtera walaupun

BBM naik. 0, 615 Valid

30. Saya marah ketika melihat Presiden Jokowi di

demo oleh masyarakat. 0, 277 Tidak Valid

31. Saya berdemo agar BBM turun. 0, 788 Valid

32. Saya mendukung keputusan Jokowi, maka saya

acuh dalam demo BBM. 0, 626 Valid

33. Saya berdemo, agar Jokowi turun dari Presiden.


(6)

(Lampiran 11 : Hasil Uji Reabilitas)

Reliability Statistics Agenda Media (X2)

Cronbach's Alpha N of Items

.720 31

Reliability Statistics Agenda Publik (X1)

Cronbach's Alpha N of Items

.720 33

Reliability Statistics Citra (Y)

Cronbach's Alpha N of Items

.745 34

Reliability Statistics Agenda Kebijakan

Cronbach's Alpha N of Items