MENELUSURI JEJAK SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MALAYSIA | Hidayah | ELEMENTARY 333 1367 1 PB

MENELUSURI JEJAK SEJARAH
PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM DI MALAYSIA
Nur Hidayah
Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus

Abstraksi: Institute of Islamic Banking and Finance (IIiBF))
Damansara Campus 205 A IIiUM (International Islamic University
Malaysia), Jalan Damansara Kuala Lumpur, Malaysia yang kini
masuk dalam daftar kampus terkemuka di dinia adalah kebanggaan
kita sebagai umat Islam, namun kampus ini mempunyai sejarah
panjang dan dulu dikembangkan dari kampus yang kecil dan baru
kemudian kampus ini oleh orang Melayu disebut dengan Universiti
Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM). Jumlah mahasiswa yang
pada waktu pembukaan hanya berjumlah 1453 orang, per Januari
1992 berkembang mencapai lebih dari 6000 mahasiswa; 3071
mahasisswa S1 dan 2461 mahasiswa Matrikulasi. 848 mahasiswa
pasca Sarjana yang 419 diantaranya terdaftar pada program
Diploma Pendidikan. UII juga berencana untuk meningkatkan
jumlah mahasiswa Internasionalnya secara bertahap sehingga
mencapai 25 % dari jumlah keseluruhan. Menjelang Juli 1995 UII

akan menempati kampus baru di Gombok daerah pinggiran Kuala
Lumpur dengan kapasitas 14.000 mahasiswa. Bahasa pengantar
yang digunakan adalah Bahasa Inggris, tetapi seluruh mahasiswa
dituntut untuk memiliki kemahiran Bahasa Arab Tingkat Tinggi.
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Syari’ah, Bahasa Arab
dan ilmi-ilmu Agama menggunakan Bahasa Arab, tetapi mata
kuliah minor mereka menggunakan Bahasa Inggris. Karena UII
menggunakan sistem unik yang disebut double major. Belajar
dari kegigihan, keseriusan dan sifat progresif dengan berbasis
penelitian tingkat dunia adalah bukti yang perlu ditiru dalam
mengembangkan pendidikan masa depan, yang lain bisa kenapa
kita tidak?
Kata kunci: Sejarah, pendidikan, Malaysia

18

PENDAHULUAN
Kelompok pemerhati dan pecinta pendidikan Islam yang tergabung
dalam rombongan international confrens on Malaysia sabtu tanggal 21
Juni 2014 mengadakan kajian dan observasi pendidikan Islam di Malaysia,

tepatnya di Main Hall, Institute of Islamic Banking and Finance (IIiBF))
Damansara Campus 205 A IIiUM (International Islamic University
Malaysia), Jalan Damansara Kuala Lumpur, Malaysia.
Kampus yang oleh orang Melayu ini disebut dengan Universiti Islam
Antarbangsa Malaysia (UIAM) adalah salah satu universitas yang besar
bahkan menempati lebih dari 25 hektar lahan, mahasiswa untuk jenjang
sarjana (S1) saja tahun 2007 sudah diatas 28.000 mahasiswa ini belum
Magister dan Doctoral, apalagi sekarang 2014 mungkin di atas jumlah itu.
Kampus yang di rektori oleh Professor Dato’ Dr Zaleha Kamaruddin ini,
sering orang menyebut dengan kampus biru.
Rombongan ini meresa tertarik dengan berbagai fasilitas dan
kemegahan gedung serta iklim pendidikan yang sejuk dan bersahaja.
Bahkan kampus inipula yang akhirnya menjadi kampus pemikiran Islam
khususnya dalam bidang ekonomi, walaupun keilmuan yang menonjol
dalam bidang ekonomi, tapi pada dasarnya kampus ini bergaung jaga
dalam bidang pendidikan Islam dan ilmu eksak lainya.
Kapus biru sebagaimana disimbolkan di lembaga pendidikan ini,
mencerminkan kondisi isik kampus ini memang berwarna dominan biru,
tapi bukanlah biru hanya menggambarkan warna tentunya lebih pada
bentuk kajian keilmuan yang dikembangkan di kampus ini.

IIiUM adalah kampus milik kerajaan Malaysia yang dulunya adalah
salah satu dari beberapa Universitas yang didanai/sponsori oleh delapan
pemerintah Negara yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam.
Menurut Dr. Mohammad Abduh yang menemani rombongan kami
menyebutkan bahwa kampus IIiUM didirikan pada 23 Mei 1983.
Kampus IIiUM dengan peringkat 401-450 dunia di tahun 2012
dengan skor 28.84 ini juga menerima mahasiswa yang beragama non
Islam (Malaysia adalah Negara yang dihuni oleh tiga suku besar yaitu
Melayu yang mayoritas beragama Islam, China yang mayoritas beragama
Budha dan India juga beragama budha dan Hindu) padahal kampus ini
benar-benar didirikan oleh orang Islam dan sekaligus azasnya juga ajaran
Islam. Inilah kebesaran kampus biru dengan pluralismenya dan terbuka
untuk umum.

Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

19

Malaysia cukup bangga dengan kampus IIiUM ini karena kampus

yang megah ini adalah kampus dengan keilmuan Islam yang berbasis
penelitian, menurut Dr Mohammad Abduh, semua mahasiswa yang
kuliah di kampus ini harus meneliti keilmuan sesuai dengan jurusannya
masing-masing bahkan tidak jarang mahasiswa yang berani meneliti di
luar negeri seperti di Thailan, Zimbabwe, dan Indonesia.
Kebanggaan Malaysia ini bukan hadiah seseorang, melainkan
hasil dari perjuangan panjang dari usaha pemikiran dan pelaksanaan
dan dukungan politik Negara tersebut yang berjalan beberapa tahun
belakangan, secara historis ada tiga suku di Malaysia yaitu: Melayu
dengan mayoritas beragama Islam, China dengan agama nasrani dan
India dengan Hindunya.
Penduduk terbesar adalah melayu dengan Islamnya di Malaysia,
Suku Melayu memang dominan untuk warga Malaysia, karena hal ini
selain sebagai rumpun besar bangsa Melanesia juga dulu merupakan satu
wilayah dalam kekuasaan kerajaan Majapahit yang dipimpin patih Gajah
Mada. Secara penyebaran penduduk bangsa melayu lebih mendominasi di
semua wilayah, namun rata-rata mereka berada di pinggiran kota termasuk
di wilayah Kualalumpur. Sebagai suku yang besar sudah sewajarnya bila
orang-orang melayu lebih banyak mendapatkan perhatian lebih dari
pemerintah khususnya sejak kemerdekaan telah memperoleh haknya.

Salah satu hak yang diberikan sejak berdirinya negara ini adalah budaya
melayu dan mayoritas kepercayaan orang-orang melayau, sehingga wajar
secara konstitusional, Islam ditetapkan sebagai agama resmi Malaysia
dan menjadi salah satu tanda utama identitas melayu, jika tidak dapat
dikatakan satu-satunya. Adalah benar bahwa elite politik melayu modern
yang secara dominan berpendidikan barat dan berorientasi sekuler
berusaha menampilkan kebangsaan yang multi rasial dan multi agama,
tetapi mereka harus menghadapi bahkan tidak jarang harus menyerah
kepada tekanan kaum muslimin, namun untuk masa sekarang ini politik
Malaysia lebih bersifat pluralis dengan mengakui keberadaan suku selain
melayu, yaitu China dan India.
Dalam bidang pendidikan, Islam di Malaysia, seperti juga di bagian
dunia Islam lainnya, berjalan serentak dengan gerakan Islam pada
umummya baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Pada
permulaan abad ke-20 terjadi beberapa perubahan dalam komunitas
muslim di Malaysia yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai
kebangkitan, pembaharuan bahkan pencerahan. Kebangkitan Islam
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014


20

karena selama ini Malaysia terasa tertinggal jauh dengan negara-negara
tetangganya termasuk Indonesia kala itu, (Tahun 1990-an, hampir semua
perguruan tinggi negari di Indonesia ada mahasiswa dari Malaysia) hal
ini membuktikan bahwa Malaysia pada awal-awal tahun 1990-an masih
dibawah Indonesia, sehingga wajar Malaysia harus memutar otak guna
membangkitkan keislaman warganya melalui jalur pendidikan, buktinya
banyak mahasiswa kala itu sebagai bukti betapa ingin bangkitnya Malaysia
dari keterpurukan keislaman selama ini. Sedangkan Pembaharuan
Islam, hal ini sangat dipengaruhi dari dalam negara Malaysia itu sendiri
dan pengaruh pemikiran yang berkembang di luar Islam (dalam hal ini
Barat), Faktor intern Islam di Malaysia kala itu banyak pemikiran Islam
yang didominasi pemikiran klasik dengan lebih banyak ikut (taklid) dari
pada menggugah pemikiran ke depan, Islam dengan nostalgia masa lalu
menjadikan Islam seolah-olah sudah sempurna, pintu ijtihad sudah
tertutup, manusia hanya bisa pasrah dengan kehendaknya, akibatnya
dalam kehidupan semakin tertinggal dan tersaingi dengan budaya luar
yang cepat menyebar.
Abad 19 akhir dan awal abad ke 20 adalah abad kebangkitan negaranegara Islam dan tidak ketinggalan juga dengan negara-negara di Asia

Tenggara seperti Malaysia, Masih dalam abad yang sama banyak negaranegara Asia yang mendapatkan kemerdekaannya, begitu juga dalam abad
yang sama banyak muncul tokoh tokoh pembaharuan dalam Islam seperti
Mohammad Abduh (Mesir), Mustafa Kamal Attatruk (Turki), Sir Sayyid
Akhmad Khan (Pakistan) Hasim As’ari (Indonesia) dan masih banyak
lagi, oleh karena itu dalam abad-abad ini muncul pemahaman baru
dalam mensikapi Islam, banyaknya kemunduran dan keterbelakangan
masyarakat Islam sebagai titik tolak untuk berikir introspeksi terhadap
pemikiran kembali terhadap Islam.
Sebagai Contoh Sir Sayyid Akhmad Khan adalah tokoh Islam di
Pakistan yang mendapatkan gelar “SIR” dari Inggris, karena mempunyai
pemikiran yang baru dari keterbelakangan umat Islam di Pakistan sebagai
agama minoritas di India, sehingga Inggris yang menjadi musuh India
ketika itu justru dijadikan teman dan kawan dalam berjuang di India
dengan mengambil cara-cara berikir barat (Inggris) dalam memandang
kehidupan masyarakat muslim. Sehingga metode berikir inilah yang
dijadikan Akhmad khan untuk menggugah umat Islam Pakistan untuk
bangkit dan keluar dari India. Atas bantuan dan cara pandang baru
inilah akhirnya Pakistan mampu lepas dari India dan berdiri sendiri
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia


21

sebagai negara yang berdaulat. Tentu bukan hanya akhmad Khan namun
masih banyak tokoh Islam yang lain yang menjadi motor penggerak
pembaharuan di negaranya seperti diuraikan di bawah ini.
Pencerahan, adalah kata kunci yang membangun Islam dari
intern itu sendiri, bila di dunia ada gerakan aufklarung, Renaissance,
sama juga dalam Islam di Asia terutama di Malaysia, Islam bukan
agama pembelenggu, bukan teologi fatalisme, tapi Islam adalah agama
pembaharu, agama kemanusiaan, agama pembebasan yang cocok untuk
semua jaman, ketika orang Islam menjadi miskin, itu bukan dari Islam
tapi karena manusianya yang memahami Islam.
Kemiskinan, marginalisasi, kemunduran dan keterbelakangan
umat Islam saat ini adalah karena pemahaman Islam yang keliru, ketika
kemodernan menemukan kebenaran yang bersifat empiris, rasional
dengan positivisme adalah bukti bahwa ada kebenaran dengan perspektif
lain, sehingga dengan adanya ini berarti Islam sebenarnya bisa dilihat
dari berbagai aspek, Islam sangat cocok dengan situasi apapun, sehingga
belenggu itu justru dari budaya yang dikembangkan dari kelompok

tertentu yang belum tentu sama dengan budaya setempat (inilah yang
nantinya akan melahirkan kearifan lokal).
Munculnya kebangkitan Mesir yang sadar ketika budaya Mesir kuno
yang megah dan luhur selama ini dibangun ternyata mampu dikalahkan
oleh kekuatan Barat, lihatlah gerakan Jamaluddin al-Afghani, Mohammad
Abduh, Rasyid Ridha dengan kecerdasan pemikiran Islamnya sehingga
mampu memberikan wacana baru bagi Islam kala itu. Turki dengan Kamal
at Tatruk, Kamal Pasha adalah pembaharu masyarakat Turki sehingga
negara Turki menjadi Islam yang “sekuler” namun justru menarik untuk
dikaji dan dipahami.
Sayyid Ahmad khan, dengan pembaharu lain seperti Moh. Ali
Jinnah, dan Mohammad Iqbal adalah pemikir pembaharu sezamannya
yang kala itu harus bangkit dari keterasingan di India yang akhirnya
mampu mendirikan negara berdaulat dengan nama Pakistan, walaupun
negara ini harus berguru dengan negara Barat Inggris yang dulu adalah
penjajah, namun atas kegigihan para pemikir tersebut di atas yang akhirnya
mampu dijadikan guru sekaligus pencerahan untuk kemakmuran rakyat
Pakistan kala itu.
Faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap gerakan pembaharuan
saat itu lebih diakibatkan karena negara-negara barat dengan

industrialisasinya yang cepat menyebar ke seluruh dunia, sehingga dalih
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

22

untuk mencari bahan baku (rempah-rempah) menjadi kendaraan besar
yang diboncengi dengan arogansi kaum modernis dengan kolonialisme
nya. Kajian Islam yang menyatakan taklid, pintu ijtihad sudah tertutup
dan Islam benci dunia inilah yang melatarbelakangi para pembaharu
Islam untuk bergerak cepat memperbaharui pemahaman dan pengkajian
Islam secara kaffah. Seperti Islam tidak alergi dengan rasionalisme, Islam
juga cocok dengan modernisme ( Lihatlah Islam di Pakistan dengan Moh
Ali Jinnah, Moh. Iqbal, dan Sir Sayyid Akhmad Khan).
Perubahan yang terjadi dalam pendidikan Islam semenjak itu hanya
dapat dipahami kalau kita melihat saling keterkaitan antara berbagai
aspeknya. Islam bukan hanya masalah hukum, masalah akhirat, dan
bukan hanya persoalan hati, namun Islam lebih bersifat menyeluruh dan
komprenhensih, yang jelas Islam bisa dimana-mana dan mampu masuk
pada semua aspek kehidupan manusia.

Perubahan atau selanjutnya kita sebut sebagai kebangkitan ini
menghadapi banyak problem, mulai dari masalah pertentangan tradisi
dan modernitas, urbanisasi, industrialisasi, keadilan dan kesamaan sosial,
partisipasi politik, sampai ke masalah-masalah teologis yang menyangkut
universitas Islam dan realitas sosial. Belum lagi problem-problem politik
dan kultural di dalam masyarakat muslim itu sendiri, karena tidak semua
muslim mampu memahami gagasan dan hikmah kebangkitan. Di samping
itu, di Malaysia seperti halnya Indonesia terdapat problem mengenai
hubungan mayoritas-minoritas yang sulit dipecahkan. Mayoritas
muslim Malaysia menghadapi minoritas non muslim yang memperoleh
kedudukan ekonomi yang kuat. Namun dominasi minoritas non muslim
dalam bidang ekonomi terhadap mayoritas muslim dicoba untuk ditekan
dengan dikeluarkannya kebijakan ekonomi baru pada 1970an, yang
dimaksudkan untuk mempromosikan keterlibatan warga melayu muslim
dibidang perekonomian. Sasaran kebijakan ini adalah 30 % pemilihan
melayu dan pemberian pekerjaan kepada perusahaan warga Malaysia,
serta pembentukan sebuah Negara elite ekonomi kapitalis melayu.1
Efek urbanisasi dan modernisasi yang muncul di Malaysia di
antaranya adalah terbentuknya aliansi antara kelompok muda terpelajar
dengan kelas pekerja perkotaan. Mereka membentuk organisasi-organisasi
sosial keagamaan di pusat kota. Elemen-elemen kelas menengah ini
hampir semuanya berpendidikan sekolah sekular dengan pengetahuan
1
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3, terj. Gufron A.Masadi (Jakarta,
Rajawali Pers, 1999) cet.I, H.359

Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

23

agama yang tipis saja, mereka sedang mencari alternatif dari kehidupan
perkotaan. Hal ini disebabkan karena hirarki keagamaan di perkotaan
terlalu lemah sementara ulama-ulama di pedesaan tidak mampu untuk
menyantuni lingkungan urban.
PENDIDIKAN ISLAM DIMALAYSIA
Malaysia terdiri atas dua bagian, yaitu semenanjung Malaysia
(Malaysia Barat) dan Pesisir Barat Laut Borneo (Malaysia Timur).
Daerah-daerah ini sebelumnya berada dibawah kekuasaan Jepang. Pada
1957 terbentuk Federasi Melayu Merdeka dan pada 1963 federasi tersebut
diorganisir kembali untuk memasukkan Singapura, Serawak dan Sabah
kedalamnya dan namanya di ubah menjadi Federsi Malaysia, pada 1965
Singapura melepaskan diri dari federasi tersebut.2 Malaysia merupakan
Negara multi etnis dan multi agama di mana Islam merupakan factor
dominan baik secara politik maupun kultural. Penduduk Malaysia terdiri
dari 45 % etnis melayu 35 % etnis Cina, 10 % etnis India dan 10 % lainlain. Secara geograis, Etnis Cina kebanyakan tinggal di pantai Barat
semenanjung dan Borneo, mereka terkonsentrasi di daerah perkotaan,
sedangkan masyarakat Melayu kebanyakan tinggal di luar kota, meskipun
sebagian mereka mulai bergerak memasuki lingkungan perkotaan, Etnis
India biasanya tinggal dikota-kota dan daerah perkebunan.3
Penduduk Malaysia ini mulai awal sampai Malaysia seperti
sekarang ini, banyak mengalami pasang surut dalam politik, budaya dan
pendidikan, dalam masalah pendidikan Tiga etnis yang ada di Malaysia.
Catatan sejarah, sistem pendidikan Islam di Malaysia pada zaman
sebelum kemerdekaan pada tahun 1957, sejarah mencatat dimulai
sekitar tahun 1850 hingga tahun 1956. Pada masa awal, keberadaan
orang Melayu dan Cina di Kuala Lumpur pada tahun 1850, tidak ada
bukti sejarah yang mencatat ada sistem pendidikan Islam yang dikelola
lengkap oleh pemerintah termasuk institusinya yang formal di Kuala
Lumpur. Bahkan dalam beberapa catatan sejarah ketika itu masyarakat
Malaysia masih banyak yang beraliran animisme dan dinamisme,
lihatlah ketika pada awal kedatangan penambang Cina pada tahun 1857
untuk mengeksplorasi hutan di Malaysia guna mencari biji timah, para
penembang ini kerap meminta orang suku asli untuk menjadi pawang
2

Fred R. Von Der Mehden, “Malaysia: Islam and Multiethnik Politics”, Islam In Asia:
Religion Politics and Society, ed. John L.Esopsito, (New York, Oxford University Press 1987) h. 177
3

The Ecyclopedia of Education Vol.VI, (New York, Macmillan and Free Press 1971) h. 33
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

24

untuk membuka dan melindungi mereka dari roh-roh jahat. Begitu juga
terdapat catatan yang menyatakan bahwa masyarakat setempat di Kuala
Lumpur pernah meminta pertolongan pawang Melayu yang amat mahir
dalam menjinakkan buaya yang sering memakan manusia di Sungai
Lumpur atau Sungai Gombak.
Seiring perjalanan waktu akhirnya pendidikan termasuk pendidikan
Islam di Malaysia mengalami perkembangan yang menggembirakan,
bermula dari masyarakatnya yang terkungkung dan kolot berubah
menjadi masyarakat yang modern walaupun harus berhadapan dengan
sistem pendidikan Inggris yang sekuler, Lambat tapi pasti pendidikan
Islam yang bermula dari pendidikan yang dilakukan di rumah-rumah
guru ngaji kemudian, kemudian berpindah ke masjid, istana dan madrasah
dan akhirnya berkembang ke sekolah bahkan sampai ke perguruan tinggi
seperti IIiuM.
Ada tiga perkembangan pendidikan Islam sebelum penjajahan
yaitu: pertama pendidikan rendah yang berpusat di rumah guru-guru ngaji
dengan materi membaca al-Qur’an sebagai pendidikan utamanya, kedua
adalah pendidikan masjid, surau atau pendidikan madrasah, pada fase ini
pendidikan masih berpusat pada pengkajian al-Qur’an, guru mempunyai
posisi yang mulia bahkan sang guru terkadang dipanggil ke istana
untuk mengajar anak-anak raja dan kerabatnya serta sekaligus sebagai
bentuk penghormatan pada guru-guru agama. Ketiga adalah pendidikan
pesantren (pondok) pendidikan ini masih bersifat tradisional, kurikulum
dan materinya masih diambil dari tauhid, al-quran, ikih, hadith, nahwu,
sui, tasawwuf ,akhlak, bahasa arab dan jawi, siswanya tinggal di rumah
guru (tok guru), alumni atau tamatan pendidikan ini tidak dijanjikan
menjadi apa-apa namun banyak yang kembali ke kampung halamannya
sendiri dan membimbing anak-anak di kampungnya, namun tidak sedikit
juga yang melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi termasuk
perguruan tinggi, sistem pesantren ini awalnya mengadopsi dari India,
namun belakangan ini lebih berkiblat pada al-haramain Mekkah.
Tiga lembaga pendidikan ini ketika masuk masa selanjutnya
terutama pada masa kolonialisme baik Jepang dan Inggris mengalami
kemunduran bahkan dihilangkan diganti dengan pendidikan ala
mereka seperti pendidikan masa Jepang ada pendidikan yang khusus
mengajarkan bahasa Jepang sekitar tahun 1942 – 1945. Secara sederhana
ada dua pendidikan pada masa ini yaitu pendidikan rendah, menengah
dan latihan perguruan.
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

25

Berdasarkan laporan sejarah Melayu sekitar tahun 1854 seluruh
Gubernur Negeri-Negeri telah di kuasai oleh Inggris sehingga seluruh
pendidikan juga ada di bawah kekuasaannya bahkan bukan hanya di
Malaysia tapi juga seluruh daerah jajahan Inggris termasuk India dan
Cina. Sebagai mana Belanda di Indonesia di penjajah Inggris di Malaysia
juga menggunakan politik adu domba, (Pecah dan Perintah) dalam
menguasai masyarakat Malaysia.
Cukup lama Inggris menjajah Malaysia ini, namun pada akhirakhir penjajahannya yaitu kurang lebih enam tahun terakhir Inggris
memberikan politik “balas budi” yaitu memberikan kesempatan pada
orang-orang Melayu untuk berpendidikan dasar enam tahun, dengan
tujuan memberikan bekal pentingnya nilai-nilai perniagaan kecil-kecilan
kelak dewasa nanti, dan memberikan juga nilai-nilai kebersihan dan nilai
kesehatan lingkungan, dan juga memberikan bahasa Inggris bagi anakanak remajanya.
Bagi orang India yang ada di Malaysia, mereka diberi pendidikan
dasar dan diberi waktu yang sama seperti orang Melayu. Apabila tamat
pendidikan, mereka akan menjadi buruh di ladang-ladang getah dan
trek kereta api. Sedangkan orang-orang Cina diberi kebebasan untuk
mengembangkan sekolah-sekolah mereka serta menggunakan kurikulum
sendiri, guru-guru sendiri dan buku teks dari negara cina. Ini karena,
Inggris berpegang kepada dasar bahwa bukan tanggung jawab mereka
untuk memberi dasar pendidikan kepada rakyat jajahan, sehingga
dengan dasar tersebut, tidak heran apabila Inggris hanya mengurusi
sekolah-sekolah untuk mendidik tenaga pekerja perkebunan serta hanya
mencetak pengajar yang inipun untuk kepentingan pendidikan pribumi
khususnya para pekerja itu sendiri.
Khusus untuk lembaga pendidikan perguruan tinggi yang ada di
Malaysia sebelum Perang Dunia Kedua, lembaga ini banyak mengalami
masalah seperti:
1. Masalah upah atau gaji bagi guru-guru yang sangat rendah bahkan
tidak mencukupi sehingga banyak para pengajar yang meninggalkan
profesi keguruannya.
2. Minat kaum perempuan untuk menjadi guru sangat rendah.
3. Lembaga-lembaga perguruan tinggi yang ada sangat memprihatinkan
dan tidak menjanjikan.
Masalah-masalah ini diakibatkan dari cengkraman penjajah Inggris
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

26

yang mengambil guru-guru dari Inggris untuk mengajar di sekolahsekolah di negara ini. Pada tahun 1870, keadaan ini cepat di rubah ketika
lembaga yang mengurusi Wooley setelah mengkaji kondisi pendidikan
dan pelajaran di Singapura. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa :
a. Lebih banyak guru yang terlatih dan mumpuni (layak).
b. Segera diadakan pelatihan-pelatihan guru profesional terutama bagi
sekolah-sekolah taman kanak-kanak.
c. Masalah kekurangan guru terlatih di sekolah-sekolah Melayu juga
perlu diberi perhatian serius.
Atas dasar ini akhirnya pihak penjajah Inggris mau memperhatikan
dan membangun maktab-maktab perguruan seperti:
1. Maktab Perguruan Telok Belanga, Singapura (1878)
2. Maktab Perguruan Melayu Taiping, Perak (1878)
3. Maktab Perguruan Melayu Melaka, Melaka (1900)
4. Maktab Perguruan Melayu Matang, Perak (1913)
5. Maktab Perguruan Sultan Idris Di Tanjong Malim, Perak (1922)
6. Maktab Latihan Perguruan Perempuan Melayu, Melaka (1935)
Setelah lembaga-lembaga ini berdiri, selanjutnya Inggris berusaha
mencai buku-buku literatur yang dapat di jadikan rujukan, karena dirasa
sangat kurang akhirnya Inggris mendirikan biro penterjemah pada tahun
1942 dan ditempatkan di Maktab Perguruan Sultan Idris, Tanjung Malim.
Bila dilihat dari tahun 1942 – 1950-an di mana hampir di semua
negara-negara Melayu bahkan di Asia banyak mengalami kemerdekaan
sehingga tidak sedikit bagi para penjajah yang meninggalkan hal-hal baik
dalam pendidikan tidak ketinggalan juga di Malaysia. Sehingga dengan
adanya kesadaran ini sistem pendidikan setelahnya banyak mengalami
perubahan ke arah yang lebih baik dan berorientasi kepribumian.
Semenjak Negara mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957,
sistem pendidikan Malaysia membuka lembaran baru, Pendidikan
sekarang ini justru dipandang sebagai salah satu sistem sosial yang
paling penting bagi pembangunan dan kemajuan masyarakat. Dari segi
pembangunan, pendidikan dikenal sebagai alat untuk mencapai tujuan
Negara yaitu persatuan dan integrasi bangsa yang merupakan factor
utama untuk mencapai semua kemajuan baik dari segi pembangunan
politik, ekonomi, /sosial dan budaya, maupun pendidikan.
Secara umum perkembangan Pendidikan Malaysia pada masa
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

27

kemerdekaan dan setelah kemerdekaan, Malaysia gencar membangun
pendidikannya. Dengan berbasis sistem pendidikan di Inggris, Malaysia
menerapkan pendidikan dasar selama enam tahun, disusul pendidikan
menengah selama lima tahun (tiga tahun menengah rendah atau pertama
dan dua tahun menengah atas). Semuanya itu dapat diakses anak-anak
Malaysia sengan gratis. Para siswa wajib mengikuti ujian negara di
setiap akhir jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah rendah dan
pendidikan menengah tinggi.
Pendidikan rendah atau dasar (Primary Education) di malaysia
berlangsung 6 tahun yang wajib diikuti oleh anak usia 7-12 tahun.
Wajib belajar di Malaysia dicanangkan dan dilaksanakan mulai tahun
persekolahan 2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang
mewajibkan setiap orang tua yang mempunyai anak berumur 6 tahun
wajib mendaftarkan anaknya di sekolah rendah. Pendaftaran siswa baru
biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa persekolahan. Bagi orang
tua yang tidak memasukkan anaknya mengikuti wajib belajar dianggap
sebagai kesalahan menurut undang-undang. Jika hal ini terbukti maka
harus berhadapan dengan pengadilan, dan kena sangsi atau dendaa
maksima RM 5000 atau dihukum maksimal 6 tahun.
Buku pelajaran yang dipakai siswa relatif tidak berganti setiap
tahun. Bila orang tua siswa membeli semua buku pelajaran, harganya
berkisar antara RM 80 samai RM 125 per siswa per tahun. Buku yang
telah dibeli untuk anak pertama akan dapat dipakai terus oleh adiknya
secara turun-temurun. Khusus keluarga dengan pendapatan kurang dari
RM 2000 per bulan, dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah
untuk peminjaman buku teks yang disediakan dari sekolah. Mulai tahun
ajaran 2008, semua siswa sekolah rendah mendapat bantuan peminjaman
buku pelajaran dari bantuan pemerintah melalui sekolah masing-masing.
Sekolah menengah di Malaysia merupakan sekolah kelanjutan
setelah anak menempuh sekolah dasar 6 tahun. Sekolah menengah ini
berlangsung selama 5 tahun. Pada akhir kelas 3, para siswa mengikuti
ujian untuk menentukan kelulusan di sekolah menengah rendah, yang
disebut penilaian Menengah Rendah (PMR) atau dahulu dikenal dengan
istilah Sijil Pelajaran rendah (SPR) dalam bahasa Inggris disebut Lower
Certiicate Education (LCE) atau Lower Secondary Education. Ujian
tersebut wajib diikuti oleh semua siswa kelas 3. Setelah itu , siswa akan
diarahkan untuk masuk kelas berikutnya dengan pilihan jurusan IPA
(science) atau seni (arts). Siswa dapat memilih sesuai dengan pilihan
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

28

mereka sendiri. Umumnya jurusan IPA lebih dipilih oleh siswa. Meskipun
perjalanannya, siswa masih diberikan kesempatan untuk beralih dari
jurusan IPA ke jurusan Seni.
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib di sekolah Menengah, di mana
semua siswa harus mengambil sedikitnya 2 aktivitas. Ada banyak pilihan
aktivitas ko-kurikular yang ditawarkan di sekolah menengah. Aktivitas
ko-kurikular sering digolongkan menjadi beberapa sebutan, antara
lain sebagai berikut : Kelompok Umum (Uniformed Groups), penampil
Seni (Performing Arts), Klub dan Kemasyarakatan (Clubs & Societies),
Olah Raga dan Permainan (Sports & games). Siswa boleh jugamengikuti
kegiatan lebih dari 2 aktivitas ko-kurikular.
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untuk mengambil ujian
akhir yang disebut Sijil Pelajaran Malaysia-SPM (Malaysian Certiicate
of Education). Pada bulan Maret tahun 2006, Menteri Pendidikan
mengumumkan sedang mempertimbangkan perbaikan kembali sistem
SPM, karena dirasa masih kurang sempurna.
Dewasa ini kemajuan sekolah di Malaysia tidak hanya dimiliki
sekolah-sekolah negeri tetapi juga sekolah-sekolah swasta mengalami
pertumbuhan pesat. Sekolah swasta pertama yang diakui kementrian
pendidikan Malaysia untuk menjalankan kurikulum nasional ditetapkan
awal tahun 1980. Saat ini sekolah swasta mengalami perkembangan
yang pesat dan menawarkan beragam pilihan. Ada sekolah Dasar dan
Menengah swasta yang menggunakan kirikulum nasional dan ada pula
yang menggunakan kurikulum internasional, seperti kurikulum Amerika
dan Inggris. Juga ada sekolah Cina mandiri khususnya sekolah menengah,
menggunakan kurikulum sesuai dengan yang digariskan Kementrian
Pendidikan. Sebagian sekolah di malaysia ada yang memerapkan sistem
berasrama .
Sekolah-sekolah ini menerima siswa dengan terlebih dahulu melalui
seleksi ketat. Calon siswa diminta menunjukkan prestasi akademik dan
potensi mereka sejak mereka belajar di sekolah rendah kelas 1 sampai 6.
Para siswa di sekolah ini dididik selama 24 jam di dalam asrama. Beberapa
sekolah tersebut adalah Malacca High School, Royal Military College, dan
Penang Free School. Residential School atau sekolah berasrama penuh
juga dikenal sebagai sekolah-sekolah Sains (Science School). Sekolahsekolah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan calon-calon elit
Malaysia, tetapi kemudian diperluas sebagai sekolah untuk menjaga
Malaysia dengan cara menerima siswa dengan kemampuan akademik
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

29

dan bakat-bakat olahraga serta kepemimpinan yang menonjol. Sekolah
tersebut dijadikan sebagai model setelah sekolah asrama Inggris ( British
Boarding School).
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, umumnya dikelola oleh
pemerintah dan swasta. Pendidikan tinggi menawarkan berbagai
macam program sertiikat, diploma, sarjana, dan pascasarjana. Lembaga
Pendidikan Tinggi Negeri diselenggarakan oleh pemerintah, seperti
universitas, perguruan tinggi negeri, politeknik, dan lembaga pelatihan
guru. Sedangkan Lembaga Pendidikan Tinggi Swasata diselenggarakan
oleh swasta, dan cabang universitas luar negeri. Kini jumlah perguruan
tinggi swasta di Malaysia lebih dari 400 buah.
Beberapa nama universitas di Malaysia anatara lain: Univeriti
Tun Hussein, Universiti Utara Malaysia, Universiti Malaysia Kelantan,
Universiti Pertahanan Nasional Malaysia, Universiti Malaya, Universiti
Teknikal Malaysia Malaya.
Islam merupakan agama resmi Negara ferasi Malaysia. Hampir 50%
dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya
adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun
sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni
diantaranya Cina yang terdiri sekitar 30% dari penduduk Malaysia dan
yang lainnya India dan Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim
dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana
tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa
peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini
Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat beribadahnya, kuat
memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamannya yang damai
serta mencerminkan keIslaman baik di perkampungan maupun dalam
pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam
segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah.
Pada prinsipnya urusan agama Islam menjadi wewenang pemerintah
Negara bagian. Seperti ditetapkan dalam Konstitusi Malaysia, sulthan
menjadi pimpinan agama Islam di negerinya masing-masing. Sementara
itu di negeri yang tidak mempunyai sulthan seperti Pulau Pinang,
Malaka, Sabah dan Serawak serta wilayah federal Kuala Lumpur sendiri,
pimpinan agama dipercayakan kepada yang di Pertuan Agung. Namun
demikian agaknya pemerintah merasa perlu untuk memadu, kalau tidak
bisa dikatakan mengatur, agaknya aktiitas Islam di Negara tersebut tidak
menjadi sumber instabilitas. Hal ini dilakukan pemerintah, selain untuk
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

30

menunjukkan perannya dalam mendukung Islam juga dimaksudkan
untuk menghilangkan kekhawatiran dan ketakutan warga non Muslim.
Pendidikan di Malaysia merupakan tanggung jawab pemerintah
federal, sesuai dengan kesepakatan antar pemerintah federal di Malaysia,
dua Negara bagian Malaysia Timur yaitu Serawak dan Sabah, bebas untuk
menentukan kebijakan pendidikan mereka tapi tetap tunduk kepada
kontrol inancial pemerintah pusat. Melalui sentralisasi sistem pendidikan
nasional, pemerintah Malaysia mencanangkan pendidikan dasar enam
tahun dan pendidikan menengah tiga tahun bagi semua warga Negara,
dan selanjutnya seperti telah diterangkan di depan.4
Pendidikan Islam di Malaysia, seperti Negara-negara Muslim
lainnya, belumlah sebagai pendidikan yang sudah jadi, tetap pendidikan
masih mempunyai sejumlah tantangan dan hambatan, Malaysia juga
menghadapi problem yang sama yaitu masalah dualism dikotomis
yang merupakan warisan kolonial Inggris. Pertama, sistem pendidikan
pemerintah kolonial yang cenderung sekuler dan lebih menguntungkan
mereka. Dalam hal ini mereka menggalakkan empat sistem pendidikan
yang bercorak suku bangsa; sistem pendidikan sekolah Melayu, Inggris,
Cina dan Tamil. Setiap sistem mempunyai perbedaan-perbedaan pokok
dari segi dasar dan tujuannya, kurikulum, silabus, bahasa pengantar, buku
teks, latihan-latihan kejuruan dan sebagainya. Kedua, sistem pendidikan
pondok yang lebih cenderung kepada orientasi keagamaan semata.5
Secara umum sistem pondok yang mewakili sistem pendidikan Islam
pada masa sebelum tahun 1900an, dipengaruhi oleh sistem pondok Pattani
dan Indonesia, namun pada era 1900an sistem pondok di Malaysia lebih
banyak dipengaruhi oleh sistem pondok Timur Tengah, terutama Mekah
dan Mesir.6 Hal ini disebabkan banyaknya kaum terpelajar Malaysia
yang menuntut ilmu kesana dan setelah kembali mereka membawa asangagasan dasar para pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh dan
Rasyid Ridha, khususnya dalam bidang pendidikan agama. Salah seorang
di antara mereka adalah Muhammad Yusuf atau Tok Kenali. Tok Kenali
4

Ibid.

5

Kementrian Pendidikan Malaysia, Falsafah Pendidikan Malaysia, dalam Nidhomun
Ni’am, Tesis MA IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1994, h. 153
6

Darimanapun asal-usulnya system pendidikan pondik di Malaysia, lebih bersifat private
institution. Hidup matinya pondok berada di tangan tok guru, bahkan sering kali tok guru sebagai
pemilik yang member cetak birunya pondok. Para tok guru tersebut sangat dihormati bukan saja oleh
budak-budak pondok tetapi juga oleh masyarakat sekitarnya. Pada malam hari tok guru mengajar
para orang tua murid sebagai pendengar saja, sering pula terjadi para orang tua tersebut berkedudukan sebagai murid tarekat.
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

31

kembali ke Kelantan pada 1908 setelah menghabiskan waktu 22 tahun
di Timur Tengah. Ia menjadi terkenal sebagai guru dan beberapa tahun
kemudian diangkat menjadi asisten mufti Kelantan yang bertanggung
jawab atas pendidikan Islam dikerajaan tersebut dan mendirikan suatu
jaringan sekolah. Beliau merupakan salah seorang yang menyarankan
dibentuknya Majlis Agama dan Adat.7
Seorang guru lainnya yang terkenal adalah H. Wan Musa, beliau
memperlihatkan individualitasnya dengan memberikan suatu ketetapan
yang menentang kewarisan Sultan dan memaksanya untuk mengundurkan
diri dari kedudukannya. Satu masalah pokok lainnya yang ditentangnya
menyangkut dana yang dikumpulkan dari zakat untuk membangun
masjid. Menurutnya dana semacam itu harus digunakan secara khusus
untuk fakir miskin kerajaan. Beliau juga mendorong keluarga kerajaan
untuk belajar ke luar negeri dan memperkenalkan beberapa pembaharuan
Rasyid Ridha juga mengajarkan tasawuf dan menerima pengajaran
kelembagaan terekat serta menolak pengajaran berdasarkan peniruan
dan taklid. Dalam pengajarannya ia menekankan peranan akal, intuisi
dan emosi.8
Disamping pengaruh gagasan pembaharuan Abduh dan Rasyid
Ridha, di Malaysia terdapat pula pengaruh reformisme India yang di bawa
Haji Nik Abdullah (Putera Haji Wan Musa). Haji Nik Abdullah belajar
di Mekah dan terpengaruh oleh seorang lulusan Deoband School yang
mengilhaminya dan membangkitkan antusiasme terhadap tulisan-tulisan
Syekh Waliyullah. Ia kembali Kelantan pada 1934 kemudian mengajarkan
karya-karya besar Syekh Waliyullah seperti Al Fauz al Kabir i Ushul
al Tafsir dan Hujjat Allah al Balighah. Setelah wafatnya, Nik Saleh
(adiknya) berusaha mendirikan sebuah sekolah bernama Al Islah yang di
abaikan untuk mempelajari karya-karya Syekh Waliyullah.9
Arah pendidikan yang dualistik bukanlah arah pendidikn yang
ideal. Pada 1956 dikeluarkan rekomendasi penggabungan pengetahuan
agama Islam ke dalam sistem sekolah nasional. Kebijakan ini menetapkan
agar sekolah memberikan dua jam pelajaran per minggu untuk pelajaran
agama disetiap kelas, dengan 15 orang atau lebih siswa muslim. Pada 1960
pendidikan agama diwajibkan dan pada 1981 pengajaran Islam di lembaga7
A.H. John, “Islam di Dunia Melayu”, dalam Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia
Tenggara, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia 1989), h. 117
8

Ibid., h. 119

9

Ibid., h. 120
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

32

lembaga pendidikan pemerintah diperbaharui dengan didirikannya
mendaki (Majlis Pendidikan Anak-anak Muslim). Programnya adalah
merekontruksi pendidikan keagamaan muslim melayu melalui dari
tingkat taman kanak-kanak sampai sarjana. Upaya sadar ini dibuat untuk
mengupayakan pendidikan yang lebih sistematis kearah kesatuan antara
sain dan agama dalam satu sistem pendidikan nasional yang lebih tinggi.
Sebagai hasil dari kebijakan ini adalah didirikannya Universitas Islam
Internasional pada 1983.
UNIVERSITAS ISLAM INTERNASIONAL
Ide atau gagasan pendirian Universitas Islam Internasional
pertama kali didiskusikan dalam suatu pertemuan antara PM Mahathir
Muhammad, Mentari Pendidikan, Dirjen Pendidikan dan beberapa
akademisi senior pada 12 januari 1982.
Selanjutnya berdasarkan RUU Pendidikan Tinggi 1971 (yang
disahkan oleh parlemen dan mendapat persetujuan raja pada
1983) didirikanlah Universitas Islam Internasional dengan sponsor
Internasional dan kepemilikan tetap berada pada Dewan Gubernur.
Saat ini UII di sponsori oleh OKI dan tujuh Negara muslim lainnya,
disamping Malaysia, Maladewa, Bagladesh, Pakistan, Turki, Saudi Arabia
dan Mesir. Tujuan didirikannya antara lain: pertama, membangun
kembali keunggulan Islam dalam lapangan ilmu pengetahuan dengan
tetap konsisten terhadap tradisi Islam dalam mencapai pengetahuan
dan kebenaran, sebagaimana direleksikan oleh hasil karya para sarjana
dan pemikir Islam, yang dimulai dengan ajaran-ajaran Nabi Muhammad
SAW: menghidupkan kembali tradisi pendidikan Islam klasik di mana
Pengetahuan di ajarkan dan dipelajari dengan semangat tauhid.
Filosoinya untuk mengintergrasikan pengetahuan agama dan
pengetahuan sekuler bersama Visi Islamisasi pengetahuan kemanusiaan
diinspirasikan oleh Rekomendasi Konfrensi Pendidikan Muslim
Internasional I di Mekah pada 1977.
Pendidikan di UII tidak terbatas pada kajian ilmu-ilmu ke-Islaman
semata. UII merupakan sebuah lembaga pendidikan tinggi professional
dan komprehensif, yang mengajarkan semua bidang ilmu dengan infuse
nilai-nilai dan ilsafat ilmu Islam.
Adapun program studi yang ditawarkan di UII mengalami
pengembangan sepanjang tahun. Ketika dibuka pada 1983, UII hanya
Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

33

memiliki dua fakultas untuk jenjang S1 yaitu hukum dan ekonomi, dan
dua pusat pelayanan; pusat ilmu-ilmu pokok dan pusat bahasa. Pada 1989
dibuka fakultas baru dengan nama Fakultas Ilmu Islam dan Sains dengan
jurusan-jurusan Studi Islam, Ilmu Sosial dan Ilmu Sastra, juga mulai
diperkenalkan sistem SKS penuh pada Juli 1990. Berdasarkan sistem ini
mahasiswa diharap dapat berinteraksi lebih kreatif dengan instruktur.
Hasil studi mahasiswa di evaluasi berdasarkan tes-tes dan tugas-tugas
harian, ujian mid semester dan ujian akhir semester. Mahasiswa menilai
para staf akademik setiap akhir semester melalui Sistem penilaian
Eisiensi Pengajar.
Mulai Juli 1992 UII menawarkan pilihan-pilihan mata kuliah dalam
hukum, bisnis, akuntansi, ekonomi, psikologi, ilmu politik, sejarah dan
peradaban, ilsafat, komunikasi masa, Bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua, Bahasa Arab sebagai bahasa kedua, pengetahuan dan kebudayaan
Islam dan Sosiologi / Antropologi. Juga Diploma dalam Ilmu Pendidikan
Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Dalam program Master ditawarkan
ilmu perpustakaan dan informasi, ekonomi dan ilmu agama. Sedangkan
fakultas Hukum menawarkan program studi sampai ke tinggkat Ph.D..
Demikianlah UII selalu berusaha mengembangkan dan memperluas mata
kuliah Pasca Sarjana agar mencakup semua disiplin yang ada di jenjang
S1 untuk meningkatkan kapasitas intelektual Islam para mahasiswa.
Fase selanjutnya dari pengembangan program pendidikan S1
adalah pendidikan Fakultas teknik pada 1994 dan di buka Jurusan
Teknik Arsitektur dan Ilmu Terapan dan Dasar pada 1995. UII juga
berencana menbangun Sekolah Medis yang mencakup seluruh ilmu-ilmu
medis termasuk kedokteran gigi dan keperawatan di Kelantan, Pahang
menjelang 1998.
Adapun jumlah mahasiswa yang pada waktu pembukaan hanya
berjumlah 1453 orang, per Januari 1992 berkembang mencapai lebih dari
6000 mahasiswa; 3071 mahasisswa S1 dan 2461 mahasiswa Matrikulasi.
848 mahasiswa pasca Sarjana yang 419 diantaranya terdaftar pada
program Diploma Pendidikan. UII juga berencana untuk meningkatkan
jumlah mahasiswa Internasionalnya secara bertahap sehingga mencapai
25 % dari jumlah keseluruhan. Menjelang Juli 1995 UII akan menempati
kampus baru di Gombok daerah pinggiran Kuala Lumpur dengan
kapasitas 14.000 mahasiswa.
Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Inggris, tetapi
seluruh mahasiswa dituntut untuk memiliki kemahiran Bahasa Arab
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

34

Tingkat Tinggi. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Syari’ah, Bahasa
Arab dan ilmi-ilmu Agama menggunakan Bahasa Arab, tetapi mata kuliah
minor mereka menggunakan Bahasa Inggris. Karena UII menggunakan
sistem unik yang disebut double major. Dengan sistem ioni setiap
mahasiswa yang mengambil spesialisasi mata kuliah ilmu kemanusiaan
dan sosial misalnya, harus mengambil satu konsentrasi minor dalam
disiplin ilmu agama yang berkaitan dengan konsentrasi mayornya. Setelah
menyelesaikan tingkat pertama dalam disiplin mayornya mahasiswa
dapat memperoleh tingkat bachelor lainnya dalam konsentrasi minor.
Jika ingin memperpanjang masa studinya selama dua semester.
Seluruh staf kampus mempunyai komitmen untuk membentuk
generasi muda yang tidak hanya memahami problem-problem
kontemporer dan kekurangan pendekatan modern dan tradisional tapi
juga mampu menguji isu-isu yang ditemuinya dalam prinsip kesatuan
antara waktu dan akal, materi dan jiwa, serta dunia dan akhirat.10
Besarnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan
pendidikan menjadikan UII ini tumbuh bak raksasa yang baru tumbuh
besar, kebesarannya bukan ditampilkan dari dosen, karyawan dan
bangunannya saja tapi juga dari sistem yang dibuat baik dalam cara
belajar maupun karya yang harus dihasilkannya, salah satu unggulan
yang diberikan adalah adanya kewajiban riset disetiap disiplin ilmunya
baik oleh dosen ataupun oleh mahasiswanya.
Tidak tanggung-tanggung semua jenis riset ini harus bisa menembus
jurnal international terakreditasi sebagai bentuk laporan dan temuan
yang berskala international. Inilah yang menarik dari perguruan tinggi
Islam di Indonesia terutama STAIN Kudus yang membuka kerja sama
pendidikan International dengan bertukar kuliah wajib bagi mahasiswa
program pascasarjana dengan program “kuliah satu hari di Malaysia” .
Semoga bisa berjalan terus dan mempu mencapai kampus international.
PENUTUP
Pendidikan Islam di Malaysia tidak menghadapi problem sistem
nasional seperti di Negara-negara tetangganya yang berpenduduk
muslim minoritas. Karena penduduk Malaysia mayoritas muslim dan
agama Islam merupakan agama Negara, sehingga kedudukan Islam
dipandang istimewa dan urusan-urusan yang menyangkut agama Islam
10
The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World Vol.II, ED.John L. Esposito,
(NewYork, Oxford University Press, 1995) h. 211-212

Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia

35

diutamakan. Yang merupakan problem utama adalah adanya dualism
dikotomis dalam sistem pendidikannya, masalah klasik yang tetap aktual
dan tidak hanya terjadi di Malaysia tetapi juga melanda seluruh Negara
muslim atau yang penduduknya mayoritas Islam terutama bekas jajahan
kolonial Barat. Untuk menjawab permasalahan ini di Malaysia didirikan
Universitas Islam Internasional yang berusaha untuk mengintregasikan
antara Islam dan Ilmu secara ilosois, akademis maupun institusional,
dan mencoba untuk menyerap pengajaran ilmu-ilmu umum dengan nilainilai Islam yang didasarkan pada riset-riset setiap disiplin ilmu dengan
hasil laporan yang diakui dunia dengan jurnal international.

ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014

36

DAFTAR PUSTAKA
A.H. John, “Islam di Dunia Melayu”, dalam Azyumardi Azra, Perspektif
Islam di Asia Tenggara, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia 1989
Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1989.
Fred R. Von Der Mehden, “Malaysia: Islam and Multiethnik Politics”,
Islam In Asia: Religion Politics and Society, ed. John L.Esopsito,
New York, Oxford University Press 1987
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3, terj. Gufron
A.Masadi Jakarta, Rajawali Pers, 1999
Kementrian Pendidikan Malaysia, Falsafah Pendidikan Malaysia, dalam
Nidhomun Ni’am, Tesis MA IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1994,
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002
M.A. Rauf, “Islamic Education” dalam intisari, No. 1, (Rol,t.tt)
Muh. Saerozi, Pembaharuan Islam di Indonesia dan Malaysia 19001942 (sebuah studi komparasi), Yogyakarta: Tesis, 1994
The Ecyclopedia of Education Vol.VI, New York, Macmillan and Free
Press 1971
The Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World Vol.II, ED.John
L. Esposito, NewYork, Oxford University Press, 1995

Nur Hidayah
Menelusuri Jejak Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Malaysia