STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PAI SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP AL ANWARI TANAH MERAH LAOK BANGKALAN.

(1)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PAI SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP AL-ANWARI TANAH MERAH LAOK

BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh :

KHILDA NAZALITA

NIM. D01212084

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Kata Kunci : Hasil Belajar, Siswa Diniyah, Siswa Non Diniyah. Nama : KHILDA NAZALITA

NIM : D01212084

Penelitian Skripsi ini berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar PAI Siswa

Diniyah Dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan”, dengan rumusan masalah : 1) Bagaimana hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan (Siswa Diniyah)?; 2) Bagaimana hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan (siswa Non Diniyah)?; 3) Bagaimana perbandingan hasil belajar PAI siswa Diniyah dengan Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan?. Dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Mengetahui hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan (Siswa Diniyah); 2) Mengetahui hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan (siswa Non Diniyah); 3) Mengetahui perbandingan hasil belajar PAI siswa Diniyah dengan Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan.

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (campuran). Sedangkan berdasarkan fungsinya, penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan (Action Research). Pada penelitian ini, jumlah populasi adalah : seluruh siswa SMP Al-Anwari baik yang Diniyah maupun Non Diniyah. Jumlah keseluruhan ±90 siswa. Dari jumlah siswa yang ±90 siswa, peneliti akan mengambil sampel sebanyak seluruh jumlah siswa yaitu 90 siswa. Sehingga penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel.

Metode yang di gunakan dalam teknik pengumpulan data yaitu teknik Test, Observasi, wawancara dan Dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji T (T-test). Untuk uji t ini menggunakan rumus Independent Sample T Test yang bersifat heterogen. Dari hasil data yang di peroleh serta hasil analisis data, disimpulkan : 1) Hasil belajar Siswa Diniyah termasuk dalam kategori baik, hal ini terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh yaitu lebih dari 50% di atas KKM. 2)Hasil belajar siswa Non Diniyah termasuk dalam kategori kurang baik, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa kurang dari 50% nilai siswa yang mencapai KKM. 3) Ada Perbedaan hasil belajar PAI Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian... 6

D.Kegunaan ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 8

G.Definisi Operasional ... 8

H.Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Tinjauan Hasil Belajar PAI ... 11


(7)

1. Hasil Belajar ... 11

2. Faktor-faktor Hasil Belajar ... 19

3. Indikator Hasil Belajar ... 23

4. Pendidikan Agama Islam ... 25

5. Hasil Belajar PAI ... 27

B.Tinjauan Madrasah Diniyah ... 28

C.Teori Perbandingan Madrasah Diniyah dan Non Diniyah ... 32

D.Siswa Diniyah dengan Non Diniyah ... 37

E. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 42

B.Variabel Penelitian ... 43

C.Populasi ... 45

D.Sampel dan Teknik Sampling ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A.Gambaran Umum SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan... 57

B.Deskripsi Hasil Data Penelitian Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan ... 60


(8)

1. Data Hasil Belajar Siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah

Laok Bangkalan ... 60

2. Hasil Wawancara dengan Pihak Guru Mata Pelajaran PAI SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok ... 68

3. Data Hasil Observasi ... 73

4. Data Hasil Tes Prestasi (Achievementtest) ... 77

C.Analisis Data Penelitian Studi Perbandingan Hasil Belajar Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan ... 83

1. Analisis Data Kuantitatif ... 83

a. Hipotesis Penelitian ... 83

b. Hipotesis Statistik ... 83

c. Signifikasi ... 84

d. Derajat Kebebasan ... 84

e. Perhitungan Data ... 84

2. Analisis Data Kualitatif ... 88

3. Kesimpulan ... 90

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.SIMPULAN ... 92

B.SARAN ... 93

DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Banyak lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang sudah berkembang.

Lembaga-lembaga pendidikan yang terkenal di dunia Islam pada zaman klasik

adalah : Kuttab/maktab, aljami’, majelis ilmu atau majelis adab, dan

madrasah.1 Lembaga-lembaga ini pada proses perkembangannya sangat

mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.

Pendidikan Islam di Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan ketika

Belanda masih menjajah Indonesia, banyak lembaga-lembaga Pendidikan

Islam yang mulai bermunculan. Seperti munculnya Pondok Pesantren,

Masjid-masjid, Surau, Dayah, Maktab, dan Madrasah.

Pendidikan Islam di Indonesia pada mulanya di laksanakan secara

Informal, yang pelaksanaannya menitikberatkan kepada terjadinya hubungan

dan kontak pribadi antara muballigh dan masyarakat sekitar.

Selanjutnya, pendidikan Islam di laksanakan secara nonformal.

Pendidikan nonformal ini semakin intensif di dalam Masjid-masjid atau

langgar. Hingga terbentuklah pendidikan formal seperti pesantren, dayah,

maktab dan setelah abad ke 20 muncullah madrasah dan perguruan tinggi

Islam.2 Dari uraian diatas dapat kita lihat betapa pendidikan Islam di Indonesia

berkembang sangat pesat. Semua lembaga-lembaga Pendidikan Islam ini

memberi sumbangan besar bagi proses islamisasi di Indonesia.

1

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia , (Jakarta : Kencana, 2004) hal 97

2


(10)

2

Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan

Islam di Indonesia, tidak bisa terlepas dari hubungan sejarah masuknya Islam

di Indonesia. Masuknya islam di Indonesia membuat masyarakat yang baru

memeluk agama Islam ingin lebih dalam mempelajari ajaran-ajaran agama

Islam. Maka muncullah pondok pesantren sebagai wadah mereka untuk

menuntut ilmu agama.

Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan pondok pesantren,

pendidikan Islam di Indonesia juga mengenal pendidikan madrasah. Madrasah

ini adalah lembaga yang mengajarkan pendidikan khusus ilmu-ilmu agama dan

bahasa Arab. Pada prosesnya lembaga ini dinamakan Madrasah Diniyah.3

Madrasah Diniyah diselenggarakan melalui jalur sekolah maupun jalur

luar sekolah. Madrasah Diniyah yang diselenggarakan melalui jalur sekolah

terdiri dari tiga jenjang, yaitu: Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustha, dan Diniyah „Ulya. Sedangkan Diniyah yang diselenggarakan di jalur luar sekolah, tidak harus berjenjang. Diniyah jalur luar sekolah ini pada umumnya mendidik

siswa yang sudah mengikuti pendidikan pada jalur sekolah.4

Dalam penataan tempat, Madrasah Diniyah ada yang diselenggarakan

di dalam pondok pesantren dan ada yang diselenggarakan di luar pondok

pesantren. Pendirian Madrasah Diniyah yang diselenggarakan di luar pondok

pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat untuk menambah

Ilmu pengetahuan agamanya yang mereka anggap belum memadai, terutama

orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum.

3

Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Jakarta : t.p, 2003) hal 2

4 Ibid.


(11)

3

Dalam kenyataannya, Banyak orang tua yang merasa bahwa

pengetahuan agama yang di ajarkan di sekolah umum belum cukup dalam

untuk menyiapkan anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Inilah

yang mendorong para orang tua untuk memasukkan anak mereka ke madrasah

Diniyah. Dengan usaha memasukkan anaknya ke dalam Madrasah Diniyah,

orang tua berharap pemahaman tentang Agama Islam yang dimiliki anak

mereka sudah cukup kuat.

Dengan memasukkan anak ke dalam Madrasah Diniyah, orang tua

memiliki harapan bahwa hasil belajar anak-anak mereka terutama dalam mata

pelajaran Agama di sekolah akan meningkat. Ini dengan pemikiran bahwa

pemahaman tentang agama yang mereka dapat di Madrasah Diniyah akan

membantu mereka lebih memahami Pendidikan Agama di sekolah.

Dalam kaitannya dengan hasil belajar, banyak siswa yang masih sangat

jauh dari harapan, terutama pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hasil

belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan

informasi mengenai unjuk kerja siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

Benyamin Bloom menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil

pembelajaran, yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun yang perlu di

perhatikan adalah perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya pada salah satu aspek saja.

Sehingga dalam menentukan hasil belajar haru juga memperhatikan seluruh


(12)

4

Hasil belajar siswa di tentukan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak

adalah program dan fasilitas yang ada di sekolah.

Berkenaan dengan faktor, faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak

dapat di bedakan menjadi faktor luar dan faktor dalam.

a. Faktor Luar

1) Lingkungan : Alami dan sosial Budaya

2) Instrumental : Kurikulum, program, Sarana dan Fasilitas, guru.

b. Faktor Dalam

1) Fisiologis : kondisi Fisiologis, Kondisi pancaindra

2) Psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan

kognitif

Dari faktor-faktor di atas dapat dilihat salah satu faktor yang

mempengaruhi hasil belajar anak adalah dalam bidang instrumental, yaitu

kurikulum, program sekolah,sarana dan prasarana serta guru.

Faktor-faktor di atas di harapkan bisa menjadi salah satu penentu dalam

meningkatkan hasil belajar siswa, terutama dalam bidan PAI. Mengadakan

program Madrasah diniyah di dalam lingkungan Sekolah adalah salah satu

upaya yang bisa di lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

bidang Agama.

Hal serupa juga peneliti temukan di dalam lembaga Pendidikan

Al-Anwari. Di sana telah berdiri Madrasah Diniyah dan Sekolah Umum, yaitu


(13)

5

agama, seperti halnya madrasah Diniyah pada umumnya. Sementara itu, SMP

Al-Anwari adalah lembaga Pendidikan yang memberikan pelajaran-pelajaran

umum seperti halnya sekolah Umum lainnya.

Banyak murid-murid di sekolah Umum SMP Al-Anwari juga menjadi

murid di Madrasah Diniyah Al-Anwari. Begitu pula, banyak orang tua yang

berharap anak-anak mereka memiliki hasil belajar yang tinggi, salah satunya

dalam bidang Pendidikan Agama Islam di sekolah SMP Al-Anwari. Namun,

tak sedikit juga siswa yang tidak mengecap pendidikan Madrasah Diniyah,

khususnya Madrasah Diniyah Al-Anwari.

Kemudian, bagaimana dengan siswa yang tidak menempuh

pembelajaran Diniyah. Apakah hasil belajar mereka dalam pelajaran PAI sama

dengan siswa yang menempuh pembelajaran Diniyah atau lebih rendah

dibanding dengan siswa Diniyah atau bahkan lebih tinggi hasil belajar mereka

dalam pelajaran PAI.

Bertitik tolak dari sinilah penulis mencoba melakukan penelitiandi

sekolah SMP Al-Anwari dengan judul besar : “STUDI PERBANDINGAN

HASIL BELAJAR PAI SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON

DINIYAH SMP AL-ANWARI TANAH MERAH LAOK BANGKALAN”

B.Rumusan Masalah

Melihat latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka pada

Penelitian dengan judul : “STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PAI


(14)

6

TANAH MERAH LAOK BANGKALAN” dapat di rumuskan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok

Bangkalan (Siswa Diniyah) ?

2. Bagaimana hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok

Bangkalan (siswa Non Diniyah) ?

3. Bagaimana perbandingan hasil belajar PAI siswa Diniyah dengan Non

Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul : “STUDI PERBANDINGAN HASIL

BELAJAR PAI SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP

AL-ANWARI TANAH MERAH LAOK BANGKALAN” Ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok

Bangkalan (Siswa Diniyah)

2. Mengetahui hasil belajar PAI siswa SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok

Bangkalan (siswa Non Diniyah)

3. Mengetahui perbandingan hasil belajar PAI siswa Diniyah dengan Non

Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan

D.Kegunaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan atau


(15)

7

1. Sebagai wahana kedua lembaga untuk mengadakan kerja sama dalam

rangka meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam khususnya di SMP

Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan.

2. Menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat pada umumnya dan di

kalangan siswa pada khususnya tentang pentingnya belajar di Madrasah

Diniyah.

E.Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran dan studi bahan pustaka, karya ilmiyah

serta hasil penelitian yang ada, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian

yang memiliki kedekatan pembahasan dengan penelitian ini, diantaranya :

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nafi’uddin dalam skripsi nya

pada tahun 2014 dengan judul KORELASI KEIKUTSERTAAN SISWA

BELAJAR DI MADRASAH DINIYAH DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH KELAS VIII MTs. BABUSSALAM KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG. Di dalam skripsi ini meneliti tentang hubungan antara kegiatan siswa di

Madrasah Diniyah dengan Prestasi belajar Fiqh kelas VIII. Hasil dari penelitian

ini adalah “Ada hubungan yang signifikan antara kegiatan diniyah dengan

prestasi belajar fiqh kelas VIII di MTs. Babussalam Kalibening Mojoagung

Jombang”.5

5Nafi’uddin, Ahmad

KORELASI KEIKUTSERTAAN SISWA BELAJAR DI MADRASAH DINIYAH DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH KELAS VIII MTs. BABUSSALAM KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG.Undergraduatethesis, UIN Sunan Ampel Surabaya, : t.p, 2014)


(16)

8

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Di dalam penelitian ini akan membandingkan siswa SMP Al-Anwari

yang mengikuti pembelajaran Diniyah dan siswa yang tidak mengikuti

pembelajaran Diniyah. Yang menjadi pembanding dalam hal ini adalah hasil

belajar yang di capai siswa. Baik siswa Diniyah maupun siswa non Diniyah.

G.Definisi Istilah atau Definisi Operasional

1. Studi Perbandingan

a. Studi adalah pendidik, pelajaran, penyelidikan.6

b. Perbandingan berasal dari bahasa Inggris “comparative” artinya

perbandingan atau membandingkan.

Jadi Studi komparatif adalah kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk

membandingkan/mencari perbandingan terhadap masalah yang ada.7

2. Hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja siswa atau seberapa jauh

siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

3. Siswa Diniyaadalah anak-anak atau remaja yang pagi harinya telah

mengikuti pendidikan formal, baik yang berada di sekolah umum maupun

madrasah.

6

Dius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), hlm. 728

7

John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Ingggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. 23, hlm. 131


(17)

9

4. Siswa Non Diniyah adalah anak-anak atau remaja yang hanya mengikuti

pendidikan formal saja tanpa mengikuti pendidikan tambahan (non formal)

dalam hal ini adalah madrasah diniyah.

H.Sistematika Pembahasan

Penulis membagi sistematika pembahasan penelitian ini menjadi lima

bab dengan rincian tiap bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang : latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu,

asumsi dan hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian,

definisi operasional, sistematika pembahasan.

Bab II LandasanTeorimeliputi tentang: A. Tinjauan tentang Hasil

Belajar PAI. Terdiri dari Hasil belajar, Faktor – faktor hasil belajar, indikator hasil belajar, Pendidikan Agama Islam (PAI), Hasil belajar PAI. B. Tinjauan

tentang Madrasah Diniyah. C. Teori Perbandingan Madrasah Diniyah dan Non

Diniyah. D. Tinjauan tentang Siswa Diniyah dan Siswa Non Diniyah. E.

Hipotesis penelitian.

Bab III Metode Penelitian meliputi :, Jenis Penelitian, Variabel

Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data

Bab IV Laporan Hasil Penelitian yang meliputi : Deskripsi Data,


(18)

10

Bab V Penutup, sebagai bab terakhir bab ini berisi tentang kesimpulan

dari skripsi dan saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang


(19)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Hasil Belajar PAI

1. Hasil Belajar

Dalam dunia pendidikan, evaluasi memegang peranan penting.

Dari evaluasi tersebut, pengambilan Keputusan bisa menetapkan, apakah

suatu pendidikan berkualitas atau tidak, apakah seorang siswa/santri

berhak lulus atau sebaliknya, dan dengan evaluasi kita akan mengetahui

sejauh mana progress pendidikan telah berjalan sesuai tujuan pendidikan.8

Sebagai suatu kegiatan yang bertujuan, kedudukan evaluasi

pembelajaran semakin penting di era otonomi pendidikan. Sebagaimana

diketahui, evaluasi pembelajaran yang ada selama ini amat cognitive

oriented sedangkan aspek afektif dan psikomotorik jarang disentuh. Hal ini

menjadikan dunia pendidikan kita menghasilkan lulusan yang timpang,

yang umumnya menguasai dan pengetahuan tetap lemah dalam aspek

aplikatif, sikap dan moral. Pada kasus madrasah, hal ini menjadikan para

lulusannya diragukan masyarakat umum, karena masih rendah

dibandingkan lembaga pendidikan umum.9

Nilai yang diterima anak didik (siswa) merupakan bagian dari

evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini guru lah yang memiliki wewenang

penuh untuk mengeluarkan hasil belajar siswanya.

8

Ainunrrafiq Dawam, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Sapen: Listafariska Putra, 2004) hal. 99

9


(20)

12

Hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja siswa atau seberapa jauh

siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.10

Sedangkan menurut Syaiful Bahri di dalam bukunya mengatakan

bahwa Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa

sebagai akibat dari kegiatan belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar

yang berupa perubahan ini, maka harus melalui proses-proses yang di

dalam di pengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu

dan faktor dari luar individu.11

Dari sini dapat di pahami bahwa hasil belajar adalah sederet hasil

yang diterima oleh siswa atas kinerja belajar mereka selama proses KBM

berlangsung. Oleh sebab itu, suatu pembelajaran di katakan berhasil hanya

bisa dilihat dari hasil belajarnya, dan hanya dapat disimpulkan dari

hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah di lakukan.

Menurut Juliah, Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi

milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

Sedangkan menurut Hamalik, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta apersepsi dan

abilitas.12 Dari kedua pendapat tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa

pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata

10

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran Cet II, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011) hal 144.

11

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012) hal.141 12

Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta : Multi Pressindo, 2012) hal 15


(21)

13

setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan

pengejaran.

Lindgren, menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas :

kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Benyamin Bloom

menyebutkan ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran, yaitu :

kognitif, afektif, dan psikomor. Sedangkan pakar lain, R.M Gagne

mengemukakan bahwa hasil pembelajaran ialah berupa kecakapan

manusiawi (human capabilities) yang meliputi : informasi verbal,

kecakapan intelektual (diskriminasi, konsep konkret, konsep abstrak,

aturan, dan aturan yang lebih tinggi), strategi kognitif, sikap, dan

kecakapan motorik.13

Dari pemikiran dan pendapat para ahli di atas, telah di temukan

beberapa aspek dari hasil pembelajaran. Namun yang perlu di perhatikan

adalah perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya pada salah satu aspek saja.

Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa sangat

erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan

guru sebelumnya yang di kelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :14

a. Domain Kognitif

1) Pengetahuan (Knowledge). Jenjang yang paling rendah dalam

kemampuan kognitif meliputi pengingatan tentang hal-hal yang

bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan proses,

13

Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004) hal. 17

14


(22)

14

pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting. Dalam hal ini

kata-kata yang biasa di gunakan atau di pakai adalah definisikan,

laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan sambungkan.

2) Pemahaman (chomprehension). Jenjang setingkat di atas

pengetahuan ini akan meliputi penerimaan dalam komunikasi secara

akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang

berbeda, mereorganisasikannya secara singkat tanpa merubah

pengertian dan dapat mengeksporasikan.

Kata-kata yang dapat dipakai antara lain: menterjemah, nyatakan

kembali, diskusikan, gambarkan, reorganisasikan, jelaskan,

ceritakan, dan lain-lain.

3) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang

baru. Kata-kata yang dapat di pakai antara lain : laksanakan,

gunakan, demonstrasikan, praktekan, kerjakan, dan lain-lain.

4) Analisa. Jenjang yang ke empat ini akan menyangkut terutama

kemampuan anak dalam memisah-misahkan suatu materi menjadi

bagian-bagian yang membentuknya, mendeteksi hubungan di antara

bagian-bagian itu dan cara materi itu di organisasikan.

Kata yang biasa di gunakan antara lain: bedakan, hitung, hubungkan,

teliti, debatkan, pecahkan, dan lain-lain.

5) Sintesa. Jenjang yang sudah satu tingkat lebih sukis dari analisa ini


(23)

15

bagian atau elemen satu/ bersama sehingga membentuk suatu

keseluruhan yang koheren.

Kata-kata yang dapat dipakai: komposisi, desain, formulasi, rakit,

dan lain-lain.

6) Evaluasi. Jenjang ini adalah yang paling atas atau paling di anggap

sulit dalam kemampuan pengetahuan anak didik. Di sini akan

melibatkan kemampuan anak didik dalam pengambilan Keputusan

atau dalam menyatakan pendapat tentang suatu tujuan, ide,

pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain.

Kata-kata yang dapat digunakan adalah : putuskan, hargai,nilai,

perkirakan, revisi, dan lain-lain.

b. Domain Kemampuan Sikap

1) Menerima atau memperhatikan. Jenjang pertama ini akan meliputi

sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu

atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.

Termasuk di dalamnya juga keinginan untuk menerima atau

memperhatikan. Kata-kata yang digunakan adalah : dengar, lihat,

raba, rasa, pilih, perhatian, dan lain-lain.

2) Merespon. Dalam jenjang ini anak didik diibaratkan secara puas

salam suatu subjek tertentu, suatu kegiatan sehingga ia akan

mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya atau


(24)

16

membantu, menolong, partisipasi, melibatkan diri, menyukai, gemar,

cinta, puas, menikmati, dan lain-lain.

3) Penghargaan. Pada level ini perilaku anak didik adalah konsisten dan

stabil, tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga

pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan

atau ide tertentu.

Kata-kata yang dapat dipakai : mengakui dengan tulus,

mengidentifikasi diri, mempercayai, menyatukan diri, menginginkan,

menghendaki, disiplin, dedikasi diri, rela berkorban, tanggung

jawab,yakin, dan lain-lain.

4) Mengorganisasikan. Dalam jenjang ini anak didik membentuk suatu

sistem nilai yang dapat menuntun perilaku. Ini meliputi

konseptualisasi dan mengorganisasikan. Kata-kata yang bisa di pakai

antara lain : menjalin, menyusun sistem, menyelaraskan,

menimbang-nimbang, mengidentifikasikan, dan lain-lain.

5) Mempribadi (mewatak). Pada tingkat terakhir ini sudah ada

internalisasi, nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu,

diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki

kontrol perilaku.

Kata-kata yang dapat di gunakan adalah : bijaksana, adil, percaya

diri, berkepribadian, dan lain-lain.


(25)

17

1) Menirukan. Apabila ditunjukkan kepada anak didik suatu Action

yang dapat di amati, maka ia akan memulai membuat suatu tiruan

terhadap Action itu sampai pada tingkat sistem otot-ototnya.

Kata-kata yang di gunakan adalah : menirukan, pengulangan, coba

lakukan, dan lain-lain.

2) Menipufasi. Pada tingkat ini anak didik dapat menampilkan suatu

Action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang

diamati. Dia mulai bisa membedakan antara satu set Action dengan

yang lain. Menjadi mampu memilih Action yang perlukan.

Kata-kata yang gunakan antar lain : ikuti petunjuk, tetapkan

mencoba-coba, mengutak-atik, perbaikan tindakan.

3) Keseksamaan. Ini meliputi kemampuan anak didik dalam

penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih

tinggi dalam memproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata-kata yang di

gunakan : lakukan kembali, kerjakan, hasilkan, teliti.

4) Artikulasi. Yang utama di sini anak didik telah dapat

mengkoordinasikan serentetan Action dengan menetapkan

urutan-urutan secara tepat di antara Action yang berbeda-beda. Kata-kata

yang digunakan : lakukan secara harmonis, lakukan secara unit.

5) Naturalisasi. Tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah

jika nak sudah mampu melakukan satu Action atau lebih dengan


(26)

18

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian

yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja di ukur dari

tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.

Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang

di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan.15

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan bukti-bukti kemajuan belajar siswa, yaitu sebagai

berikut:16

a. Penilaian portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa

secara sistematis selama satu periode. Hasil portofolio ini

memperlihatkan prestasi dan keterampilan siswa.

b. Penilaian melalui unjuk kerja (performance). Adalah penilain

berdasarkan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa sebagai mana

terjadi selama proses KBM berlangsung.

c. Penilaian melalui penugasan (project). Penilaian ini di lakukan terhadap

suatu tugas siswa baik secara individu maupun kelompok. Penilaian

meliputi pengumpulan dan pengorganisasian data, analisis data,

penyajian data dalam bentuk laporan.

d. Penilaian hasil kerja (Products). Adalah penilaian terhadap kemampuan

siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti makanan,

pahatan, barang logam, dan lain-lain.

15

Ibid, Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, hal 15.

16


(27)

19

Pemaparan di atas menjelaskan bahwa ada berbagai macam cara

guru untuk mendapatkan nilai atas hasil belajar siswa-siswa nya. Hal ini

lah yang menjadi penting untuk di perhatikan bagaimana mengefektifkan

keempat cara itu sehingga siswa-siswi mendapatkan hasil belajar yang

bagus sesuai tujuan-tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2. Faktor-Faktor Hasil Belajar

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kondisional, artinya

terkait erat dengan kondisi-kondisi tertentu. Oleh sebab itu, pencapaian

hasil pembelajaran (hasil belajar) juga terkai dengan kondisi-kondisi

tertentu baik ada dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri

siswa. Faktor-faktor psikologis seperti intelegensi (kecerdasan),

kemampuan, minat belajar, motivasi belajar, bakat, sikap, dan lain-lain

sangat memengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu, faktor luar siswa juga

mempengaruhi hasil belajar siswa.17

Menurut Noehi Nasution dan kawan-kawan dalam buku Psikologi

Belajar, mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar Siswa, di antaranya :18

a. Faktor Luar

1) Lingkungan : Alami dan sosial Budaya

2) Instrumental : Kurikulum, program, Sarana dan Fasilitas, guru.

17

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005) hal.158-159

18


(28)

20

b. Faktor Dalam

1) Fisiologis : kondisi Fisiologis, Kondisi pancaindra

2) Psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan

kognitif

Dari faktor-faktor di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar siswa

di pengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di sekelilingnya. Terutama

pada faktor instrumen, yaitu Kurikulum, program, sarana dan fasilitas

serta guru. Faktor instrumen ini adalah faktor yang semua elemen

bersumber dari dalam diri sekolah. Faktor inilah yang menjadi fokus

utama dalam pembahasan penelitian ini.

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur

substansial dalam pendidikan.19 Tanpa kurikulum kegiatan belajar

mengajar tidak dapat berlangsung, guru tidak bisa merencanakan

program pembelajarannya karena tidak tahu materi yang akan di

ajarkan. Hal inilah mengapa kurikulum menjadi sangat penting dalam

proses pembelajaran.

Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi

belajar anak didik.20 Jika seorang guru memaksakan anak didik tetap

belajar dengan keras dalam waktu singkat dengan bahan materi yang

banyak hanya untuk mengejar target kurikulum, tentu saja ini akan

menjadikan anak didik lelah. Akibatnya akan berdampak pada hasil

19

Ibid, 146

20


(29)

21

belajar anak didik yang demikian kurang memuaskan dan cenderung

mengecewakan. Guru semacam ini akan mendapatkan hasil belajar

anak didik di bawah standar minimum. Hal ini disebabkan telah terjadi

proses belajar yang kurang wajar pada diri setiap anak didik. Pemadatan

kurikulum yang dilakukan guru untuk mencapai target kurikulum inilah

yang menjadikan hasil belajar anak didik turun dan tidak memuaskan.

b. Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya

program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun

berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan

sarana prasarana.21

Karena Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah

yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana, maka

Program yang dimiliki sekolah satu dengan yang lain berbeda sesuai

dengan potensi dan kemampuan sekolah itu. Dampak dari perbedaan

program ini adalah kualitas pengajaran yang dimiliki setiap sekolah.

Sekolah yang memiliki program terarah, bagus maka akan memiliki

kualitas pengajaran yang bagus pula.

Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi ke arah

mana proses belajar itu berlangsung. Gaya belajar anak didik digiring

21


(30)

22

ke suatu aktivitas belajar yang menunjang keberhasilan program

pengajaran. Penyimpangan perilaku anak didik dari aktivitas belajar

dapat menghambat keberhasilan program pengajaran yang telah

dibuat.22

Program yang dibuat sekolah akan mempengaruhi hasil belajar

siswa. Semakin program yang guru atau sekolah buat, maka akan

membuat pembelajaran semakin terarah dan membuat anak didik

menikmati proses pembelajaran. Selain itu, dengan berbagai program,

bisa menumbuhkan minat dan bakat anak didik di bidang-bidang

tertentu.

c. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah

misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Suatu sekolah yang memiliki kekurangan

dalam hal ruang kelas, sementara jumlah anak didik yang dimiliki

dalam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas akan banyak

menemukan masalah.

Salah satu masalah yang akan timbul adalah pengelolaan kelas

yang kurang efektif. Banyak konflik yang terjadi antar peserta didik,

dan tempat yang kurang proporsional akan membuat anak didik

terabaikan. Oleh karena itu, sarana yang dimiliki sekolah sangat

22


(31)

23

berpengaruh terhadap proses belajar anak dan hasil belajar anak didik

nantinya.

Selain masalah sarana, fasilitas juga kelengkapan sekolah yang

sama sekali tidak bisa diabaikan. Lengkap tidaknya buku-buku di

perpustakaan ikut menentukan kualitas suatu sekolah. Buku pegangan

anak didik harus lengkap sebagai penunjang kegiatan belajar. Dengan

pemilikan buku sendiri anak didik dapat membaca sendiri kapan dan di

manapun ada kesempatan.

3. Indikator Hasil Belajar

Banyak guru yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan mengenai apakah pengajaran yang telah dilakukannya berhasil

dan apa buktinya? Untuk menjawab pertanyaan itu terlebih dahulu harus

ditetapkan apa yang menjadi kriteria keberhasilan pengajaran, baru

kemudian ditetapkan alat untuk menaikkan keberhasilan tersebut secara

tepat. Menurut Sudjana, kriteria tersebut adalah :23

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai

suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa

sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar

sendiri. Untuk mengukur keberhasilan pengajaran dari sudut

prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini :

23


(32)

24

1) Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu

oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?

2) Apakah kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia

melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan,

dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan,

pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari

pengajaran ini ?

3) Apakah guru memakai multimedia?

4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan

menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?

5) Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua siswa dalam

kelas?

6) Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga

menjadi laboratorium belajar?

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat

dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang

dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran

ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai siswa :

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran


(33)

25

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pengajaran

dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama di ingatan

dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi

perilaku dirinya?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang di tunjukan oleh siswa

merupakan akibat dari proses pengajaran?

4. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Ada dua sisi yang dapat di gunakan untuk memahami pengertian

agama Islam, yaitu dari sisi kebahasaan dan sisi peristilahan.

Menurut bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata Salim

yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari asal kata itu di bentuk kata

aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memelihara diri, tunduk, patuh

dan taat. Seseorang yang bersikap sebagaimana di maksud di atas

dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya taat,

menyerahkan diri, patuh dan tunduk kepada Allah SWT.24

Dari penjelasan di atas dapat di pahami bahwa Islam dari segi

bahasa mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada

Allah dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.

24

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) hal 91


(34)

26

Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi Agama

yang ajaran-ajarannya di wahyukan Allah kepada manusia melalui

seorang Rasul, yaitu Nabi Muhammad S.A.W.25

Dari segi misi yang dibawa, yaitu kepatuhan dan ketundukan

kepada Allah SWT, untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan

dunia dan akhirat, Islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Islam

adalah agama seluruh para Nabi dan Rasul yang di utus Allah SWT. Hal

ini telah termaktub dalam Al-Qur’an yaitu Q.S Al-Baqarah 132 :















Artinya :

“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(Q.S. Al-Baqarah 132)

Ayat di atas menjelaskan bahwa pada zaman nabi Ibrahim, Allah

sudah menetapkan Agama Islam adalah agama yang paling benar, dan

Nabi Ibrahim telah di tugaskan oleh Allah untuk menyi’arkan Agama

Islam, terutama kepada Anak-anaknya.

Untuk bisa mewujudkan misi yang dibawa yaitu kepatuhan dan

kebahagiaan hidup di dunia serta untuk menjadi seorang yang muslim,

maka diperlukan yang namanya Pendidikan Agama Islam.

25


(35)

27

Pendidikan Agama Islam dilakukan untuk menyiapkan peserta

didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

Pendidikan tersebut melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.26

Pendidikan Agama Islam dapat diartikan sebagai program yang

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan

bangsa.

5. Hasil Belajar PAI

Di dalam dunia pendidikan, hasil belajar memang adalah tujuan

yang paling penting di semua mata pelajaran. Begitu pula pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Hasil belajar PAI adalah segala bentuk pencapaian kinerja belajar

peserta didik dalam memahami dan mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Tujuan-tujuan yang harus dicapai adalah

pemahaman akan kepatuhan dan kebahagiaan hidup di dunia serta untuk

menjadi seorang peserta didik yang bertakwa kepada Allah SWT

(muslim).

26


(36)

28

Menurut Abbas Mahjub mengatakan bahwa tujuan pendidikan

agama Islam adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan budaya serta

aplikasinya dalam realitas kehidupan untuk menciptakan suatu sikap

tanggung jawab untuk menghadapi berbagai tantangan dunia nyata.27

B. Tinjauan Madrasah Diniyah

Madrasah berasal dari bahasa Arab, daras, yadrusu, madrasah, yang

berarti tempat belajar. Madrasah selanjutnya menjadi lembaga pendidikan

umum berciri khas keagamaan, yang pengelolaannya berada di bawah

Kementrian Agama Republik Indonesia.28

Padanan Madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah yang lebih

dikhususkan bagi sekolah-sekolah agama Islam. Selain itu, ada yang

mengartikan madrasah adalah Nama dari suatu lembaga di mana ilmu-ilmu

keislaman diajarkan.29

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa madrasah adalah suatu

lembaga sekolah yang pembelajarannya menekankan pada ilmu-ilmu

keislaman. Perkataan madrasah di tanah Arab di tunjukkan untuk sekolah

pada umumnya. Namun di Indonesia, Madrasah di peruntukkan untuk

sekolah-sekolah khusus pembelajaran ajaran-ajaran Islam. Pada prinsipnya,

madrasah adalah kelanjutan dari sistem pesantren. Namun ada perbedaan di

antara keduanya.

27

Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : AMZAH, 2013) hal 37

28

Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012) hal 298

29

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di Indonesia , (Jakarta : Kencana, 2004) hal 96


(37)

29

Di dunia pesantren di kenal dengan beberapa elemen-elemen pokok,

yaitu: pondok, masjid, pengajian kitab-kitab klasik, santri dan kiai. Pada

sistem madrasah tidak mesti ada pondok, masjid, dan pengajian kitab-kitab

klasik. Elemen-elemen yang utama di madrasah adalah adanya : lokal

tempat belajar, guru, siswa, dan rencana pelajaran, pimpinan.30

Dilihat dari pemaparan di atas, dapat di pahami bahwa sistem

Madrasah pada dasarnya mirip dengan sistem sekolah umum di Indonesia.

Para siswa tidak wajib tinggal mondok di kompleks madrasah, siswa cukup

datang ke madrasah pada jam-jam berlangsung pelajaran pada pagi atau sore

hari.

Secara historis, embrio atau cikal bakal timbulnya madrasah diniyah

telah terjadi sejak awal masuknya Islam di Indonesia ini, kendati

menggunakan nama dan bentuk yang berbeda-beda, tetapi substansinya

sama seperti pengajian di masjid, surau, rangkang, langgar, rumah kiai, dan

sebagai nya. Pada mulanya madrasah diniyah ini berfungsi memberi

pemahaman dasar-dasar keislaman kepada masyarakat Muslim. Setelah

sekolah-sekolah sekuler berdiri dan masyarakat banyak yang cenderung

pada sekolah-sekolah sekuler itu, maka fungsi madrasah diniyah ini

bergeser menjadi penyeimbang dan pelengkap terhadap sekolah-sekolah

sekuler itu.31

Lembaga pendidikan Islam madrasah, sejak tumbuhnya merupakan

lembaga pendidikan yang mandiri, tanpa bantuan dan bimbingan pemerintah

30

Ibid.

31

Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal.107


(38)

30

kolonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, madrasah dan pesantren

mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan dari Pemerintah Republik

Indonesia. UUD 1945 mengamanatkan agar mengusahakan terbentuknya

suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang bersifat nasional. (UUD 1945

pasal 31:2)

Dalam rangka merealisasikan amanat tersebut, maka Badan Pekerja

Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) sebagai Badan Pekerja MPR

pada masa itu, merumuskan pokok-pokok Usaha Pendidikan dan

pengajaran, yang terdiri dari 10 pasal. Pada pasal 5 menetapkan bahwa :

Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah salah satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntutan dan

bantuan materil dari pemerintah.32

Dalam hal pembinaan dan pengembang, maka pemerintah

menyerahkan wewenang itu pada Departemen Agama. Maksud dari

pemberian pembinaan dan pengembangan madrasah adalah agar madrasah

sebagai lembaga pendidikan Islam berkembang secara terintegrasi dalam

suatu sistem pendidikan Nasional.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan Madrasah, maka

dikeluarkanlah SKB3 Menteri yang menetapkan :

1. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan nilai

ijazah sekolah umum yang setingkat.

32

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995) hal175


(39)

31

2. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat

lebih atas.

3. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang

setingkat.33

Dari penetapan SKB3 Menteri di atas dapat dipahami bahwa

Madrasah-madrasah di Indonesia telah sejajar dengan sekolah-sekolah

umum. Ini memberikan peluang bagi siswa-siswa di madrasah untuk

mengecap mata pelajaran umum sama halnya dengan siswa di

sekolah-sekolah Umum. Akan tetapi, tidak semua madrasah dapat mengadaptasikan

dirinya dengan SKB3 Menteri tersebut. Masih ada sebagian madrasah yang

tetap mempertahankan pola lamanya, yaitu semata-mata memberikan

pendidikan dan pengajaran agama murni. Madrasah inilah yang yang

disebut madrasah Diniyah.

Madrasah diniyah berkembang dari bentuk yang sederhana, yaitu

pengajian di masjid-masjid, langgar, dan surau. Madrasah pada mulanya

hanya mengajarkan ilmu-ilmu dan bahasa Arab. Dan pada

perkembangannya, Madrasah diberikan mata pelajaran umum, namun

Madrasah Diniyah tetap mengkhususkan pada mata pelajaran Agama dan

bahasa Arab.

Madrasah Diniyah ada yang diselenggarakan di dalam pondok, ada

yang di luar pondok. Setelah Indonesia merdeka, madrasah diniyah terus

berkembang terutama madrasah diniyah yang berada di luar pondok.

33


(40)

32

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya agama, terutama dalam

menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, telah mendorong

munculnya tingkat kebutuhan keberagamaan yang semakin tinggi.34

Masyarakat tampaknya masih cenderung tetap mempertahankan

adanya madrasah-madrasah diniyah ini, dengan maksud untuk memberikan

kesempatan kepada murid-murid di sekolah-sekolah umum, yang ingin

memperdalam ilmu pengetahuan agama. Umumnya madrasah-madrasah

diniyah ini, masih tetap dipertahankan dalam lingkungan pondok pesantren

atau langgar serta masjid.

Orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum, banyak

yang merasa bahwa pendidikan agama di sekolah belum cukup dalam

menyiapkan keberagamaan anaknya sampai ke tingkat yang memadai untuk

mengarungi kehidupan kelak. Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah

memasukkan anak mereka ke madrasah diniyah.35

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan madrasah

diniyah sangat di butuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang

merasa belum cukup memadai dalam memahami ajaran-ajaran Islam.

C. Teori Perbandingan Madrasah Diniyah dan Non Diniyah

Dalam Menghadapi pembaharuan pendidikan yang terjadi di

Indonesia, dunia pendidikan Islam pun mengadakan pembaharuan. Upaya

membakukan bentuk diniyah mulai dilakukan sejak tahun 1964, dengan

34

Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Jakarta : t.p, 2003) hal 22

35


(41)

33

ditetapkannya Peraturan Menteri Agama Nomor : 13 tahun 1964 yang

antara lain dijelaskan berikut :

1. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuannya agama

Islam kepada pelajar bersama-sama sedikitnya berjumlah 10 (sepuluh)

orang atau lebih, di antara anak-anak yang berusia 7 (tujuh) sampai

dengan 18 (delapan belas) tahun.

2. Pendidikan dan pengajaran pada madrasah diniyah bertujuan untuk

memberi tambahan pengetahuan agama kepada pelajar-pelajar yang

merasa kurang menerima pelajaran agama di sekolah-sekolah umum.

3. Madrasah diniyah ada 3 (tiga jenjang) tingkatan yakni : Diniyah

Awaliyah, Diniyah Wustha, dan Diniyah Aliyah/’Ula.36

Madrasah Diniyah dimaksud terdiri dari 3 jenjang atau tingkatan,

yaitu :

1. Madrasah Diniyah Awaliyah :

Yaitu madrasah yang khusus mempelajari pengetahuan ilmu agama Islam

pada tingkat dasar.

2. Madrasah Diniyah Wustho ;

Yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan agama pada tingkat

menengah pertama.

3. Madrasah Diniyah Aliyah ;

Mengajarkan ilmu pengetahuan agama pada tingkat menengah atas.37

36


(42)

34

Dari sini dapat di pahami bahwa madrasah diniyah mengalami

pergeseran menjadi lembaga pendidikan Islam yang berposisi dan berfungsi

sebagai pemberi tambahan dan pendalaman pengetahuan agama Islam

kepada pelajar-pelajar sekolah Umum (sekuler), baik pada jenjang Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas. Untuk itu,

jenjang pendidikan madrasah diniyah disesuaikan dengan jenjang

pendidikan sekolah umum meskipun durasi waktu belajarnya berbeda.

Yaitu, Diniyah Awaliyah selama 4 tahun, Diniyah Wistha selama 2 tahun,

dan Diniyah Ulya selama 2 tahun.

Adapun kurikulum madrasah diniyah berkisar pada materi yang

selama ini dianggap rumpun materi agama, yaitu Al-Qur’an hadits baik

materi maupun ilmunya, akidah-akhlak, Fiqh-ushul fiqh, praktik ibadah,

sejarah kebudayaan islam, dan bahasa Arab. Untuk lebih jelasnya, dapat

diperhatikan pada tabel berikut :38

1. Kurikulum Diniyah Awaliyah dan Wustha

Bidang Study

Jenjang Kelas

Diniyah Awaliyah Diniyah

Wustha

I II III IV I II

Qur’an Hadits 4 4 8 8 8 8

a. Qur’an (4) (4) (2) (2) (2) (2)

b. Hadits - - (2) (2) (2) (4)

c. Terjemah Tafsir - - (2) (2) (2) (2)

d. Tajwid - - (2) (2) - -

37

Ibid,hasbullah hal183

38


(43)

35

Akidah Aklak 4 4 2 2 2 2

Fiqh-Ibadah 4 4 2 2 2 2

Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2 2 2 2

Bahasa Arab 2 2 2 2 2 2

Praktik Ibadah 2 2 2 2 2 2

Jumlah 18 18 18 18 18 18

2. Kurikulum Diniyah Takmiliyah Ulya

Bidang Study

Kelas

Keterangan

I II

Qur’an Hadits 4 4

a. Tafsir-Ilmu Tafsir (2) (2)

b. Hadits-Ilmu Hadits (2) (2)

Akhlak-Ilmu Tauhid 2 2

Fiqh 4 2

Ushul Fiqh - 2

Sejarah Kebudayaan Islam 2 -

Perbandingan Agama - 2

Bahasa Arab 4 4

Praktik Ibadah 2 2

Jumlah 18 18

Keterangan :

1. Satu jam pelajaran berarti :

a. Kelas I Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) 30 menit.

b. Kelas II s.d IV Madrasah Diniya Awaliyah (MDA) 40 menit.

c. Kelas I s.d II Madrasah Diniyah Wustha (MDW) 45 menit.


(44)

36

2. Jumlah jam pelajaran perminggu :

a. Kelas I s.d IV MDA minimal 18 jam pelajaran.

b. Kelas I s.d II MDW minimal 18 jam pelajaran.

c. Kelas I s.d II MDU minimal 18 jam pelajaran.

Selanjutnya, kompetensi lulusan madrasah diniyah ini didesain untuk

memiliki kemampuan di seputar ketakwaan, akhlak yang mulia, sikap

sebagai warga negara yang baik, kepribadian yang baik, percaya diri, sehat

jasmani dan rohani, sikap sosial yang terpuji, dan kemampuan berbakti

kepada Allah.39 Jadi, lulusan dari madrasah Diniyah ini di arahkan kepada

hubungan vertikal kepada Allah dan hubungan sosial kepada masyarakat.

Dilihat dari kurikulum yang dimiliki oleh madrasah Diniyah di atas,

dapat dilihat bahwa memang madrasah diniyah memiliki pembelajaran

tambahan untuk menopang dan menyeimbangkan pengetahuan agama

peserta didik yang mengecap pendidikan formal.

Bila dibandingkan dengan Non Diniyah (formal), madrasah diniyah

jauh lebih unggul dalam bidang keagamaan. Seperti pembelajaran Hadist

dan SKI serta Bahasa Arab yang terdapat pada kurikulum Madrasah

Diniyah. Pelajaran-pelajaran itu tidak di dapati di dalam kurikulum Non

Diniyah (formal). Berikut adalah kurikulum yang dimiliki oleh sekolah Non

Diniyah :40

39

Ibid, hal. 109 40

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.


(45)

37

Pada kurikulum yang tercantum di atas, pelajaran Agama tidak

diberikan secara lebih terperinci, berbeda dengan kurikulum diniyah yang

pelajaran agamanya di berikan lebih terperinci. Sehingga dengan adanya

tambahan dari pembelajaran diniyah itu, bisa membantu peserta didik dalam

meningkatkan hasil belajar mereka, khususnya pada mata pelajaran PAI.

D. Siswa Diniyah dengan Non Diniyah

Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi

pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan

pendidikan yang berorientasi pada kompetensi di berbagai bidang untuk

menghadapi globalisasi.

Peserta didik yang dalam pengertian umum adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang menjalankan

kegiatan pendidikan.41 Seperti yang tercantum di dalam Al-Qur’an yaitu Q.S

Ar-Rum : 30.

41


(46)

38

































Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dengan melihat kandungan surat Ar-Rum ayat 30 ini dapat kita

pahami bahwa peserta didik sangat memerlukan pendidikan sebagai bentuk

dari eksistensi dan penyempurnaan dirinya sehingga menjadi seorang

manusia seutuhnya. Selain itu, pendidikan sangat penting untuk diberikan

kepada peserta didik, sehingga nanti, itulah yang menentukan masa depan

mereka, terutama mengenai masalah keimanan mereka.

Di dalam dunia pendidikan, peserta didik sering kali di sebut murid,

siswa atau anak didik. Di dalam bahasa Indonesia, makna Siswa, murid,

pelajar, dan peserta didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak

yang sedang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari

suatu lembaga pendidikan.42 Jadi dapat diartikan bahwa anak didik

merupakan semua orang yang sedang belajar, baik di lembaga pendidikan

formal maupun nonformal.

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Begitu pula

di madrasah. Siswa yang belajar di madrasah, disebut santri. Pada

umumnya, santri terbagi dalam dua kategori. Pertama, santri mukim, yaitu

murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren.

42


(47)

39

Kedua, santri kalong, yaitu para siswa yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren. Mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.43 Jenis santri inilah

yang biasanya menuntut ilmu di madrasah. Mereka berangkat pulang – pergi

dari rumah masing-masing seperti halnya ketika mereka belajar di sekolah

umum.

Apabila di tinjau dari siswa, mengingat fungsinya sebagai pelengkap

bagi pendidikan formal, maka siswa diniyah adalah anak-anak atau remaja

yang pagi harinya telah mengikuti pendidikan formal, baik yang berada di

sekolah umum maupun madrasah. Siswa diniyah tidak di tentukan secara

kaku dalam hal usia. Hanya kisarannya mereka memiliki usia selevel usia

sekolah, yaitu antara 6-15 tahun.

Sementara itu, pengertian siswa non Diniyah yaitu anak-anak atau

remaja yang hanya mengikuti pendidikan formal saja tanpa mengikuti

pendidikan tambahan (non formal) dalam hal ini adalah madrasah diniyah.

Dalam kaitannya dengan satuan pendidikan lain, khususnya sekolah

umum dan madrasah, madrasah diniyah dapat dikelompokkan menjadi tiga

tipe, yaitu :

1. Madrasah diniyah wajib, yaitu madrasah diniyah yang menjadi bagian

tak terpisahkan dari sekolah umum atau madrasah. Siswa sekolah umum

atau madrasah yang bersangkutan wajib menjadi siswa madrasah diniyah.

Kelulusan sekolah umum atau madrasah tergantung juga pada kelulusan

madrasah diniyah.

43


(48)

40

2. Madrasah diniyah pelengkap, yaitu madrasah diniyah yang diikuti oleh

siswa sekolah umum atau madrasah sebagai upaya menambahkan atau

melengkapi pengetahuan agama dan bahasa Arab yang sudah mereka

peroleh di sekolah umum atau madrasah. Berbeda dengan madrasah

diniyah wajib, madrasah diniyah pelengkap ini tidak menjadi bagian dari

sekolah atau madrasah, tetapi berdiri sendiri. Hanya siswanya berasal

dari sekolah umum atau madrasah.

3. Madrasah diniyah murni, yaitu madrasah yang siswanya hanya

menempuh pendidikan di madrasah diniyah tersebut, tidak merangkap di

sekolah umum maupun madrasah.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.44 Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak

dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis.

44


(49)

41

Sedangkan Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa

hipotesis adalah kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti45, tetapi

harus dibuktikan atau di tes atau di uji kebenarannya. Hipotesis ini ada dua

macam yaitu : Hipotesis nol (Ho) yang menyatakan adanya persamaan atau

tidak adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih dan hipotesis

kerja/alternatif (Ha) yang menyatakan adanya hubungan antara variabel x

dan variabel y atau adanya perbedaan antara x dan y.

Guna menjawab rumusan masalah yang diajukan, maka hipotesis

atau jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya melalui proses

penelitian ini : “STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR PAI SISWA

DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP AL-ANWARI

TANAH MERAH LAOK BANGKALAN”

Ho : Tidak ada Perbedaan hasil belajar PAI Siswa Diniyah dengan Siswa

Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan.

Ha : Ada Perbedaan hasil belajar PAI Siswa Diniyah dengan Siswa Non

Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan.

Setelah penelitian ini di lakukan, jika (Ho) di terima, maka (Ha) di

tolak. Begitu sebaliknya, jika (Ho) di tolak, maka (Ha) di terima.

45


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam jenis

penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (campuran). Di mana penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan

melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel tertentu,

sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan.45

Sedangkan penelitian Kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada

filsafat Postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah.46 Jadi, penelitian ini akan menggabungkan antara data statistik dan

data di lapangan yang di analisis secara alamiah.

Metode kuantitatif sering dipasangkan dengan metode kualitatif dan

di beri nama metode tradisional dan metode baru, metode positivistik dan

metode postpossitivistik, dan lain-lain. Jadi metode kuantitatif adalah metode

tradisional dan metode kualitatif adalah metode baru.

Metode kuantitatif di namakan metode tradisional, karena metode ini

sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode

untuk penelitian. Disebut sebagai metode positivistik karena metode

kuantitatif ini berlandaskan pada filsafat positivistik. Metode kualitatif di

45

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT.RemajaRosdakarya, 2012) h.29. 46


(51)

43

namakan metode baru karena popularitasnya belum lama, di namakan metode

postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositifistik.47

Sedangkan berdasarkan fungsinya, penelitian ini termasuk dalam

Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian Tindakan adalah suatu

bentuk penelitian refleksi diri melalui tindakan nyata dalam situasi yang

sebenarnya. Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah untuk

meningkatkan hasil kegiatan.

Penelitian “STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PAI

SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP AL-ANWARI

TANAH MERAH LAOK BANGKALAN” termasuk ke dalam penelitian

Kuantitatif.

B. Variabel Penelitian

Jika ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti, maka jawabannya

berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi, variabel penelitian pada dasarnya

variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang telah

di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajar sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan.48

Karlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat

yang akan di pelajar. Diberikan contoh misalnya tingkat aspirasi, penghasilan,

pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, dan lain-lain.

Sedangkan Hatch dan Farhady mengartikan bahwa variabel adalah atribut

47

Ibid, h13

48


(52)

44

dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap,

motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap

orang.49

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan

di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,

maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

1. Variabel Independen

Variabel ini sering di sebut variabel stimulus, predikator. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).50 Dalam

kaitannya dengan penelitian yang berjudul “STUDI PERBANDINGAN

HASIL BELAJAR PAI SISWA DINIYAH DENGAN SISWA NON

DINIYAH SMP AL-ANWARI TANAH MERAH LAOK

BANGKALAN” ini, yang menjadi variabel independen adalah Siswa

Diniyah dengan siswa Non Diniyah.

2. Variabel Dependen

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

49

Ibid, h.3

50


(53)

45

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari

timbulnya variabel bebas. Dalam kaitannya dengan penelitian yang

berjudul “STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR PAI SISWA

DINIYAH DENGAN SISWA NON DINIYAH SMP AL-ANWARI

TANAH MERAH LAOK BANGKALAN” ini, yang menjadi variabel

dependen adalah Hasil Belajar.

C. Populasi

Dalam penelitian, sering digunakan istilah populasi dan sampel.

Menurut Arikunto, Populasi atau universe merupakan ke seluruh unsur atau

elemen yang menjadi objek penelitian.51 Populasi juga merupakan

keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai

maupun hal-hal yang terjadi.52 Idealnya, sebuah penelitian dilakukan kepada

seluruh anggota populasi yang akan diteliti. Menurut Margono53, populasi

adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup

dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan

manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka,

banyaknyaatau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.

Namun demikian, jika anggota populasi lebih dari 100, maka

penelitian bisa dilakukan terhadap sebagian dari populasi yang ada atau yang

sering disebut dengan penelitian sampel.

51

Ibid, SuharsimiArikunto, Prosedur Penelitian, (t.t,t,p,th) h.102

52

Ibid, Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, h.215.

53


(54)

46

Pada penelitian ini, jumlah populasi adalah : seluruh siswa SMP

Al-Anwari baik yang Diniyah maupun Non Diniyah. Jumlah keseluruhan ±90

siswa.

D. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat

juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.54 Sampel

terdiri dari sekelompok individu yang dipilih dari kelompok yang lebih besar

di mana pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.

Menurut Sugiyono55 sampel adalah sebagian dari populasi itu”.

Populasi itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada

organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan

sebagainya. Sementara itu, Margono56mengemukakan bahwa sampel adalah

sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu. Senada dengan itu, Sudjana57mengemukakan

bahwa sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat

juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.58 Sampel

terdiri dari sekelompok individu yang dipilih dari kelompok yang lebih besar

di mana pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.

54

Ibid, Zainal Arifin, M.Pd, Penelitian Pendidikan, h.215

55

Sugiyono, metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013) h215

56

Ibid, Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 121

57

Sudjana. Metoda Statistika. (Bandung: Tarsito, 2005) H.6

58


(55)

47

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat penulis

simpulkan bahwa sampel adalah sebagian bagian dari populasi yang diambil.

Dalam beberapa penelitian sering kali jumlah subyek dalam sampel

sama dengan jumlah yang ada dalam penelitian. Akan tetapi, dalam

kebanyakan penelitian, karena adanya berbagai alasan, tidak selalu mungkin

untuk melibatkan semua individu yang ada dalam kelompok sebagai subjek

penelitian (populasi). Oleh karena itu, perlu adanya proses pemilihan sampel

dari populasi. Pemilihan sampel ini disebut sampling. Teknik yang digunakan

dalam pemilihan sampel ini disebut teknik sampling.59

Ada beberapa macam

dari Teknik sampling, diantaranya Simple random sampling, Proportionate

Stratified Random Sampling, Disproportionate Stratified Random Sampling,

Cluster Sampling.60

Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan

teknik Simple random sampling.

Berikut beberapa macam dari Teknik sampling, diantaranya :

1. Simple random sampling

Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple).

Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada

dalam populasi.61

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan

sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan

demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terpencil

59

Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 1996) h. 134.

60

Ibid, Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h.120.

61

Bambang Prasetyo, Lina MiftahulJannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)h.123


(1)

91

b. jadi t hitung = 9,24> t tabel (0,05) = 1,662.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan kaidah jika th<tt maka terima Hodan tolak Ha, jika thtt maka Ho ditolak atau

terima Ha,dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil bahwa th>tt. Jadi,

hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada Perbedaan hasil belajar PAI Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah

Merah Laok Bangkalan” dapat di terima secara signifikan. Kebenaran

kerja tersebut dapat di buktikan lewat hasil penelitian di mana data yang di peroleh dari siswa yang di jadikan sampel dalam penelitian, kemudian setelah di analisis menunjukkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil belajar Siswa Diniyah termasuk dalam kategori baik, hal ini

terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh yaitu lebih dari 50% di atas KKM.

b. Hasil belajar siswa Non Diniyah termasuk dalam kategori kurang baik, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa kurang dari 50% nilai siswa yang mencapai KKM.

c. Ada Perbedaan hasil belajar PAI Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A.SIMPULAN

Setelah melakukan penelitian skripsi dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Pai Siswa Diniyah Dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan” dan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah di ajukan dalam Rumusan Masalah, maka pada bagian akhir ini dapat di ambil beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Hasil belajar Siswa Diniyah termasuk dalam kategori baik, hal ini terlihat dari nilai-nilai yang diperoleh siswa lebih dari 50% di atas KKM, yaitu 62,8% (27 siswa) mendapat nilai di atas KKM dan 37,2% (16 siswa) mendapat nilai di bawah KKM. Nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah yaitu 70. Selain itu, dalam ranah Afektif dan Psikomotorik, siswa Diniyah termasuk dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran siswa Diniyah lebih aktif dan lebih cepat dalam metode hafalan.

2. Hasil belajar siswa Non Diniyah termasuk dalam kategori kurang baik, hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh siswa kurang dari 50% nilai siswa yang mencapai KKM. Hanya ada 28,8% (13 siswa) yang mencapai nilai KKM dan 71,2% (32 siswa) yang mendapat nilai di bawah KKM. Nilai tertinggi yaitu 94,5 dan nilai terendah yaitu 55. Selain itu, dalam ranah Afektif dan Psikomotorik, siswa Diniyah termasuk dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran siswa Non. Diniyah kurang aktif dan lamban dalam metode hafalan.


(3)

93

3. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menggunakan teknik analisis komparasi uji t, diketahui bahwa nilai thsebesar 9,24 sedangkan pada tabel

nilai-nilai kritis t (tt) 5 % (0,05) dan N sebesar 88 responden di peroleh nilai

sebesar 1,662.Karena nilai thlebih besar dari nilai tt (9,24 > 1,622) maka

Hipotesis nihil (Ho) di tolak dan Hipotesis alternatif (Ha) di terima.

Kesimpulan yang dapat di ambil adalah “Ada Perbedaan hasil belajar PAI

Siswa Diniyah dengan Siswa Non Diniyah SMP Al-Anwari Tanah Merah Laok Bangkalan”

B.SARAN

Berdasarkan proses yang telah di lakukan, serta hasil dari penelitian di atas, maka dapat di paparkan beberapa saran yang peneliti berikan, sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka harus ada keinginan yang kuat dari dalam diri siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar itu. Khususnya untuk hasil belajar Pendidikan Agama Islam, siswa di harapkan lebih meningkatkan kemampuan belajarnya walaupun tidak mengikuti pembelajaran Diniyah. Meningkatkan hasil belajar bisa di lakukan dengan berbagai cara, salah satu contohnya menambah waktu belajar di rumah atau mengikuti Les. Namun alangkah baiknya jika siswa bisa mengikuti pembelajaran Diniyah, karena


(4)

94

pembelajaran Diniyah bisa membantu dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa.

2. Bagi Guru

Guru adalah elemen penting dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Untuk meningkatkan hasil belajar khususnya hasil belajar PAI, guru memberikan pengaruh yang sangat kuat di dalamnya. Oleh sebab itu, alah baiknya jika guru memberikan motivasi yang lebih kepada siswa Non Diniyah agar mereka bisa meningkatkan hasil belajar PAI sehingga nilai mereka sama seperti siswa yang mengikuti pembelajaran Diniyah. Sebagai contoh, guru bisa memberikan penjelasan atau pengertian yang lebih kepada siswa Non Diniyah agar mereka lebih cepat paham dan mengerti seperti siswa Diniyah lainnya.

3. Bagi Sekolah

Pembelajaran Diniyah di SMP Al-Anwari merupakan program di luar Sekolah. Program ini adalah program Pondok Pesantren Yayasan Al-Anwari. Karena di dalam penelitian ini telah menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Siswa Diniyah dengan Non Diniyah, maka alangkah baiknya jika SMP Al-Anwari memiliki program khusus untuk membatu siswa siswinya dalam meningkatkan hasil belajar PAI, khususnya bagi siswa Non Diniyah. Sehingga seluruh siswa bisa mendapatkan hasil belajar yang bagus, baik itu siswa Diniyah maupun siswa Non Diniyah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012)

Ainunrrafiq Dawam, Ahmad Ta’arifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, (Sapen: Listafariska Putra, 2004)

Amin Haedari,dkk, Masa Depan Pesantren, (Jakarta : IRD Press,2004)

Asep jihad & Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogjakarta : Multi Pressindo, 2012)

Bambang Prasetyo, Lina MiftahulJannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada)

Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan

dan Perkembangannya,(Jakarta : t.p, 2003)

Dius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994)

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran Cet II, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011)

Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Di

Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004)

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995)

Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada, 1996)

John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996)

John W. Best, Metodologi Penelitian Pendidikan, (t.t : t.p,1982)

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006)

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung : Pustaka


(6)

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006)

MujamilQomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2014)

Nafi’uddin, Ahmad “KORELASI KEIKUTSERTAAN SISWA BELAJAR DI

MADRASAH DINIYAH DENGAN PRESTASI BELAJAR FIQIH KELAS VIII

MTs. BABUSSALAM KALIBENING MOJOAGUNG JOMBANG”,

Undergraduatethesis, (Surabaya : Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya,, 2014)

Restu KartikoWidi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : Graha Ilmu,2010) Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : AMZAH, 2013)

Subana,dkk, Statistik Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000) Sudjana. Metoda Statistika. (Bandung: Tarsito, 2005)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013) _________., Statistik Untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2013) Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (t.t,t,p,th)

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012)

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005)

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT.RemajaRosdakarya, 2012) Faizah Sholeh, Guru PAI di SMP Al-Anwari Bangkalan, wawancara pribadi,