Dinamika interaksi antara Kristen orthodox dengan Katolik dan Kristen Di Kabupaten Gresik.

(1)

DINAMIKA INTERAKSI ANTARA KRISTEN ORTHODOX

DENGAN KATOLIK DAN KRISTEN

DI KABUPATEN GRESIK

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

PRATIWI INDAH SELAWATI

E02213035

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Studi tentang Kristen Orthodox bisa dikatakan masih minim. Skripsi ini merupakan studi tentang Kristen Orthodox di wilayah Kabupaten Gresik dan masalah yang diangkat dalam studi ini, yaitu tentang perkembangan Kristen Orthodox dan interaksi seiman di Kabupaten Gresik. Agama tidak terlepas dari kehidupan manusia sebagai sesuatu yang sakral. Agama lahir dalam upaya membangun kehidupan dalam peradaban yang tinggi yang mengedepankan nilai dan cita rasa manusiawi. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki penduduk yang majemuk dengan multiagama seperti adanya pemeluk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu dan multikultural seperti dalam suku bangsa, etnis, bahasa, adat istiadat dan budaya menjadikan rasa toleransi yang tinggi dalam menerima berbagai keyakinan. Jika dibandingkan dengan studi Katolik dan Kristen di Kabupaten Gresik, Kristen Orthodox di Kabupaten Gresik, merupakan sesuatu yang baru baik dari kedatangannya, iman, dan interaksi yang terjadi antara penganut seiman. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini didapat dengan metode observasi dan wawancara dengan pendekatan sosiologis. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Metode Kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami persepsi, motivasi, dan tindakan. Dari penggunakan metode tersebut didapat tiga kesimpulan tentang tiga permasalahan pokok yang diangkat peneliti dalam skripsi ini. Pertama, dalam perkembangan Kristen Orthodox yang masuk ke Indonesia, khususnya wilayah Kabupaten Gresik. Kristen Orthodox merupakan agama dalam rumpun Agama Katolik dan Kristen. Namun, masuknya Kristen Orthodox ke wilayah Kabupaten Gresik yang mayoritas dalam seiman terkenal dengan dua agama besarnya, yaitu Katolik dan Kristen menjadikan para tokoh agama dan penganut Kristen Orthodox terus melakukan perkembangan dalam memperluas ajaran dan meluruskan pikiran negatif tentang sejarah serta akidah mereka. Kedua, meskipun ada kesamaan khusus dalam sudut pandang ketuhanan, sama seperti teologi agama lain, dalam Kristen Orthodox memiliki titik fokus dalam sudut pandang ketuhanan yang diekspresikan melalui liturgi yang berbeda dari Katolik dan Kristen. Perbedaan ini muncul karena sejarah dan letak geografis penyebaran dari tokoh pendahulu. Ketiga, adanya Kristen Orthodox yang merupakan rumpun Agama Kristen, yang keeksistensiannya belum diketahui oleh masyarakat karena kedatangannya ke Indonesia khususnya di Kabupaten Gresik yang masih baru dan dalam proses perkembangan. Tokoh agama serta para penganut sama seperti makhluk sosial pada umumnya tetap melakukan interaksi yang salah satu bertujuan untuk memperluas dalam perkembangannya.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing Skripsi ... ii

Pengesahan Tim Penguji Skripsi ... iii

Pernyataan Keaslian ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Telaah Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Orthodox, Katolik, dan Kristen ... 17

B. Dinamika dan Interaksi Sosial ... 19

a. Ciri Interaksi Sosial ... 23

b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 24

c. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ... 27

d. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial ... 30


(8)

BAB III : DATA UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Kondisi Geografis ... 38

B. Kondisi Demografis ... 41

C. Kehidupan Keberagamaan ... 46

BAB IV : ANALISIS DATA A. Masuk dan Berkembangnya Kristen Orthodox di Indonesia ... 47

B. Teologi Orthodox ... 50

C. Pola Interaksi antariman ... 61

a. Intern Kristen Orthodox ... 61

b. Antara Kristen Orthodox dengan Kristen Lain ... 64

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang terkenal dengan berbagai macam budaya dengan berbagai kepercayaan yang melekat dengan budaya tersebut menjadikan nilai lebih bagi bangsa Indonesia. Nilai lebih yang dimiliki bangsa Indonesia akan lebih berkualitas apabila diselaraskan dengan mengasah potensi yang bernilai lebih tersebut. Nilai yang berkualitas tidak akan terlepas dengan adanya keharmonisan dan kesenggangan yang terjadi di dalamnya. Rasa enggan akan menjadikan proses dari rasa harmonis yang terbentuk di akhir pencapaian. Rasa enggan yang merupakan dari perbedaan tak jarang menjadi faktor dari adanya kontra dan konflik dalam proses interaksi.

Keyakinan beragama di Indonesia seperti adanya penganut Hindu, Buddha, Katolik, Kristen, Islam, dan Konghucu merupakan gambaran dari fakta keragaman keyakinan. Keanekaragaman keyakinan ini bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan karena jalan untuk mencapai rasa damai yang berbeda. Perlunya sikap kebersamaan dalam perbedaan untuk menjalin nilai lebih bagi bangsa Indonesia.1

Bentuk perilaku kehidupan dalam keberagaman agama dapat diwujudkan dalam bentuk, menghormati agama yang diyakini oleh orang lain, tidak

1

Abdurrahman Wahid dkk., Dialog: Kritik & Identitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), 49.


(10)

2

memaksakan keyakinan orang lain, bersikap toleran terhadap keyakinan maupun dalam hal ibadah, melaksanakan ajaran agama dengan baik, tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda. Keberagaman ini tidak hanya berlaku pada pada berbagai keyakinan saja, kebaragaman pun bisa terjadi dan terbentuk dalam satu kelompok keyakinan, salah satunya keyakinan yang dianut oleh Agama Kristen.

Interaksi akan selalu berproses dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi berikatan dengan semua aspek kerukunan manusia seperti suku, bangsa, dan budaya. Salah satu fungsi agama adalah memupuk tali persaudaraan antar umat manusia yang bercerai berai. Kerukunan terjadi pada pemeluk agama yang sama pada umumnya. Setiap kerukunan kerap kali mengalami gesekan yang menjadikan antarpenganut tidak saling mengetahui keberadaannya sehingga dapat menodai lembaran-lembaran sejarah. Keadaan ini tentu saja akan menjadi penyebab adanya saling menuduh dan membenarkan ajarannya sendiri yang tidak lain karena perbedaan sejarah, ras, maupun etnis.

Hubungan Kristen Orthodox, Katolik, Kristen Protestan di Indonesia, pada salah satunya mewarisi “beban sejarah” dari para pendahulunya, yaitu para tokoh agamawan dan sisi geografis. Kristen di Indonesia lebih identik dengan Barat, sedangkan Kristen Orthodox lebih identik dengan Timur.2 Dari perbedaan sejarah terdahulu, hal ini memberikan dampak pada kedua kelompok tersebut yang menimbulkan kesenjangan setidaknya konflik dingin di antara keduanya yang

2

Zaenul Arifin, “Perjumpaan Gereja Ortodoks Syrian dengan Islam”,

http://eprints.walisongo.ac.id/1932/1/Zaenul-Menuju_Dialog_Islam_Kristen.pdf (Selasa, 6 Desember 2016, 07.19).


(11)

3

terjadi di negara besar termasuk sampai pada Indonesia, baik sisi sejarah gereja, ajaran, liturgi, dan interaksi keduanya. Intoleransi yang kerap terjadi menjadikan permasalahan, sehingga kelompok Kristen Orthodox tidak dapat membumikan ajarannya secara terbuka meskipun tersedianya ruang publik. Perbedaan antara keduanya ini karena terjadi berbedaan letak geografis di mana gereja mereka pun terpecah yang berawal dari konsili gereja, sehingga Kristen Orthodox dan Kristen mainstream pun memiliki gereja sendiri. Permisahan ini berawal dari ketika adanya perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantin. Puncaknya pada Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkadenoia) dalam hal ketuhanan. Hasil dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja. Pasca konsili ini, Kristen terbagi menjadi dua. Di satu berpusat di Roma dan Bizantium, kelompok ini dikenal dengan Kristen atau Katolik Roma. Sedangkan yang lain berpusat Alexandria dan Antakia, kelompok ini dikenal dengan Kristen Orthodox.

Dengan adanya keberagaman agama yang terjadi di Indonesia, masing-masing tidak terlepas dari adanya hubungan antaragama yang terjalin. Hubungan antar agama ini akan menunjukkan bagaimana kelompok antariman berinteraksi satu sama lain yang hidup secara damai pada lingkungan yang multiagama di Indonesia. Hubungan ini dimulai dari sejarah yang berasal dari luar Indonesia yang melahirkan banyak sejarah baru yang kemudian mengembangkan ajaran baru pula yang dijadikan iman sehari-hari. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana hubungan antar agama berlangsung, dibutuhkankan interaksi


(12)

4

hari agar dapat mengetahui sejauh mana mereka dapat melibatkan satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Kabupaten Gresik seperti wilayah pada umumnya yang ditempati oleh berbagai masyarakat yang memiliki keberagaman keyakinan dan merupakan salah satu tempat kaum Kristen Orthodox berdiam diri untuk hidup dan mengembangkan ajarannya. Beban sejarah menjadikan keberadaanya belum diketahui oleh masyarakat Gresik yang umumnya mereka mengetahui informasi atau pengetahuan bahwa hanya ada dua kelompok besar dari Agama Kristen yaitu Katolik dan Kristen, baik pemuka agama dan penganutnya. Hal ini akan menunjukkan reaksi dari interaksi yang berlangsung ketika keduanya saling mengetahui dan melakukan dialog. Interaksi akan menunjukkan pasang surut dari satu garis komunitas keagamaan tersebut. Ada beberapa di antaranya penganut Kristen Orthodox yang menyatakan bahwa mereka secara harmonis hidup bersanding dengan kelompok besar Kristen lainnya. Di antara dari penganut kelompok besar masih belum mengetahui dan belum pernah berinteraksi, bahkan belum mendengar keyakinan Kristen Orthodox sampai pada ajaran yang dibawa. Ada sisi tanggapan dari beberapa kalangan awam yang melihat kasat mata kelompok Kristen Ortodoks tersebut, mereka memberi tanggapan bahwa Kristen Orthodox hampir sama seperti Islam, karena Kristen Orthodox mengenal Bahasa Arab, solat, dan lainnya sebagaimana Islam. Hal ini karena Kristen Orthodox tumbuh di daerah Timur, sehingga mereka mengenal dan fasih terhadap bahasa Arab. Namun, tetap ada perbedaan signifikan apabila dibandingkan dengan Islam.


(13)

5

Dalam menghadapi keberagaman dalam satu kelompok keyakinan seperti perbedaan keyakinan dalam satu kelompok agama tidak pernah menjadi halangan dalam melakukan interaksi di dalam menjalin persaudaraan, persatuan, dan kesatuan nasional. Hal ini dapat di lihat dari seluruh perjalanan bangsa ini, dengan lahirya Pancasila.3 Pancasila mempunyai peran yang sangat penting mampu menjadi landasan dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yang beragam sebagaimana yang telah tergenggam erat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang didalamnya dimuat rumusan Pancasila telah mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama sebagaimana berikut pasal 29 ayat 2 yang berbunyi Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing.4

Tidak ada unsur keterpaksaan dari negara kepada setiap masyarakat untuk memeluk agama. Semua agama menyeruhkan umatnya untuk berbuat baik kepada sesama, lingkungannya, dan lebih-lebih kepada Tuhannya. Sebagai makhluk sosial, setiap orang tidak akan pernah hidup dengan dirinya sendiri, tanpa bergantung pada orang lain yang ada di sekitarnya. Seseorang akan selalu butuh dengan yang lain, tidak hanya untuk saling membantu dan tolong menolong, tapi juga untuk membangun komunitas sosial yang saling mendukung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.5 Sebagaimana sebagai warga

3 Departemen Agama RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama di

Indonesia, (Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama, 1997), 16.

4 UUD 45 dan Amandemennya (Solo: Aksara dua, 2000), 7.

5 Sri Suwartiningsih dkk., Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan

Indonesia – Malaysia, repository.uwks.edu (Senin, 19 Desember 2016, 08.27)


(14)

6

Negara bangsa Indonesia, hal ini berlaku pada masyarakat yang menjadi penganut Kristen Orthodox khususnya di Kabupaten Gresik tetap menjunjung tinggi rasa nasionalisme negara. Seperti halnya agama lainnya, mereka tetap menanamkan jiwa sebagaimana anak bangsa.

Dengan demikian, adanya fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dinamika Interaksi antara Kristen Orthodox dengan Katolik dan Kristen Kabupaten Gresik”.

B. Rumusan Masalah

Di dalam melakukan suatu penelitian, rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting. Berdasarkan gambaran umum pada latar belakang yang peneliti paparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kelahiran dan perkembangan Kristen Orthodox di Kabupaten Gresik?

2. Apa ajaran teologi Kristen Orthodox?

3. Bagaimana dinamika interaksi antara Kristen Orthodox dengan kristen mainstream (Katolik dan Kristen) di Kabupaten Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kelahiran dan perkembangan Kristen Orthodox di


(15)

7

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana ajaran teologi Kristen Orthodox.

3. Untuk mengetahui hubungan Kristen Orthodox dengan Kristen Mainstream (Katolik dan Kristen) di Kabupaten Gresik.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bisa menambah khasanah keilmuwan dalam pandangan keagamaan, di mana agama memiliki dua realitas atau hakikat eksoteris dan esoteris. Yang kemudian ada titik temu dari pandangan semua agama dan menambah pengetahuan bagaimana kaum yang tidak mendominasi menyuarakan pendapatnya kepada kaum yang mendominasi sebagai sarana untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini dapat kita temukan dalam Kristen Orthodox.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bisa menjadi panduan bagi aktivis edukasi tentang kebebasan beragama dengan mengetahui ajaran kaum Kristen Orthodox. Penelitian ini juga dapat menjadi panduan pemerintah dalam mengelola keberagaman agama di Indonesia, serta penelitian ini juga dapat menjadi panduan dalam membentuk hubungan bersama forum perdamaian yang diikuti oleh semua agama.


(16)

8

E. Telaah Pustaka

Sudah ada beberapa penelitian yang hampir sejenis tentang Agama Kristen Orthodox, salah satunya yang ditulis Zaenul Arifin dalam jurnalnya yang berjudul Perjumpaan Gereja Ortodox Syria dengan Islam. Di dalam buku ini berisikan tentang sejarah perkembangan Gereja Orthodox Syria, parelisasi Gereja Orthodox Syria dan Islam, dan hubungan Gereja Orthodox Syria dengan Kristen. Yang di dalamnya menjelaskan bagaimana relevansi ajaran-ajaran teologis dari Gereja Orthodox untuk dikemukakan dalam dialog antar agama, khususnya Islam-Kristen Orthodox. Selain itu penjelasan yang terkait relevansi ini menambah wacana dan tradisi antara Islam dan Kristen Orthodox.

Dalam artikel yang berjudul “Kristen Orthodox Timur” yang ditulis oleh Amidana Hikmah. Di dalam artikelnya berisikan tentang perkembangan Gereja Orthodox dan ajaran Kristen Orthodox. Kristen Orthodox yang hampir mirip dengan Islam, membuat Kristen Orthodox lebih diterima oleh kalangan muslim karena memiliki kesamaan yang nampak. Selain itu perkembangan budaya Timur yang juga membuat masyarakat muslim untuk menerima kehadiran umat Kristen Orthodox. Dilihat dari sisi sejarah yang membedakan bagaimana munculnya Kristen Orthodox tersebut.

Buku yang berjudul Apakah Gereja Orthodox Itu? Yang ditulis oleh Fr. Marc Dunaway berisikan gambaran singkat tentang iman Orthodox, keberadaan umat Orthodox, dan sejarah perkembangan Kristen Orthodox. Iman yang diyakini oleh umat Kristen Orthodox sama halnya dengan umat Katolik maupun Kristen. Kristen Orthodox memang relatif tidak banyak dikenal di dunia Barat. Hal ini


(17)

9

karena Kristen Orthodox mengikuti budaya Timur dan berkembang dalam wilayah yang berada di Timur. Sampai pada akhirnya Kristen Orthodox berkembang sama ke Indonesia.

Artikel yang berjudul “Kristen Ortodox” sekilas sama tapi bukan Islam yang ditulis oleh Rayhan, berisikan tentang pelaksanaan ibadah dan syari’at Kristen Orthodox. Kristen Orthodox merupakan salah satu ajaran yang ritualnya persis dengan Islam begitu pula dengan simbol-simbol keagamaan seperti peci dan jilbab sekilas terlihat sama. Ajarannya pun mengenal ritual solat. Namun, perbedaannya dengan ritual Islam pada bagian waktu dan gerakan.

Artikel yang ditulis oleh Himam Miladi berjudul “Mengenal Kristen Ortodox Syria” yang berisikan juga tentang ajaran Kristen Orthodox. Yang di dalamnya memberikan penjelasan mengenai bagaimana sejarah Kristen Orthodox berkembang dari zaman lahirnya Kristen Orthodox yang sampai ke Indonesia. Kristen Orthodox juga memiliki beberapa toifah, artinya komunitas berdasarkan kesamaan kultur, tradisi, bahasa, dan bangsa. Studi ini mengangkat tentang bagaimana sejarah munculnya Kristen Orthodox dan perkembangan ajaran-ajaranya ke wilayah-wilayah di sekitarnya serta hubungan yang terbentuk antara umat beragama yang mendominasi (kristen mainstream) baik secara internal maupun ekstenal. Yang penulis ketahui, belum ada studi yang mengangkat topik sebagaimana yang saat ini sedang diangkat oleh penulis.


(18)

10

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.6

Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.7 Di samping itu penelitian kualitatif dipandang sebagai satu-satunya cara yang paling handal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial (tindakan manusia).8

Adapun jenis dari penelitian ini adalah penelitian lapangan, di mana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara pada subyek penelitian (informan).9

Penganut Orthodox belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan bahwa keberadaannya merupakan datangnya yang bersamaan dengan Katolik dan Kristen dalam satu peristiwa penting dalam sejarah gereja.

Interaksi yang terjalin antarpenganut Orthodox dapat diselaraskan dengan melakukan interaksi intens kepada penganut Katolik dan Kristen. Selain untuk memberi tanda keberadaan, interaksi ini dilakukan karena untuk memenuhi satu tujuan dalam gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik.

6 Lexy J. Moleong. Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosda Karya, 2001), 4. 7 Ibid., Moleong. Penelitian Kualitatif, 6.

8 Burhan Bungin, Metodologi Kualitatif (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006), 30. 9 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 5.


(19)

11

Sejalan dengan teori Blumer, pertama prinsip dasar menurut Mead adalah manusia dibekali kemampuan berpikir, seperti penganut Orthodox yang ketika sedang mempelajari sejarah gereja mereka betul-betul memahami dari awal mula sampai pada penjelasan tentang teologi.

Kedua, makna berasal dari interaksi. Sama seperti individu lainnya yang melakukan interaksi, penganut Orthodox berkomunikasi melalui kegiatan organisasi antargereja untuk menyampaikan makna dari proses berpikir.

Ketiga, diri adalah sesuatu yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh binatang. Diri berkembang dalam aktivitas lingkungan dengan simbol bahasa. Begitu pula dengan penganut Orthodox yang dengan “diri” mengembangkan pikiran dan makna keyakinan dengan menunjukkan simbol ketuhanan yang disebut salib.

Keempat, bahwa manusia selalu terlibat dalam aktivitas sosial yang di dalamnya mengandung banyak konflik dan kontra yang mempengaruhi perilaku. Seperti halnya penganut Orthodox yang melibatkan dirinya dalam melakukan interaksi sesama penganut seiman.

2. Data dan Sumber Data

• Data yang diperlukan dalam penelitian ada data-data tentang kondisi kawan-kawan atau kelompok keagamaan Kristen Orthodox, sejarah dan perkembangan Kristen Orthodox, ajaran teologi Kristen Orthodox, interaksi antar iman antara kaum Kristen Orthodox dengan kaum kristen mainstream (Katolik dan Kristen). Data-data ini bisa didapat melalui data


(20)

12

yang berada di perpustakaan. Selain data dari perpustakaan, data dapat diperoleh dari para informan yang kompetensi.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mana peneliti melakukan pengamatan dilakukan secara sengaja dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki.10 Alasan peneliti menggunakan teknik ini, karena di duga terdapat sejumlah data yang hanya dapat diketahui melalui pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Dalam hal ini peneliti mengetahui dinamika interaksi Kristen Orthodox dengan Kristen Mainstream yang berlokasi di Kabupaten Gresik.

Metode ini digunakan untuk menggali data langsung, tentang bagaimanakah interaksi kelompok Kristen Orthodox dengan Katolik dan Kristen. Metode ini juga digunakan untuk mengamati secara langsung interaksi Kristen Orthodox dengan masyarakat seiman. Observasi dilakukan khususnya pada hari Sabtu dan Minggu karena pada hari tersebut banyak para penganut datang ke Gereja untuk melakukan ibadah dan kumpul bersama.

10 Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 63.


(21)

13

b. Wawancara

Wawancara sendiri adalah suatu proses percakapan dengan informan untuk mengkonstruksi informan mengenai orang, kejadian, kegiatan, dan sebagainya yang dilakukan kepada sumber primer.11 Tentang apa yang yang sudah didapat dalam wawancara ini sudah di rinci oleh peneliti dalam subbab sebelumnya.

Metode ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara mendalam pada informan yang mana informan tersebut sudah diseleksi atau dipilih terlebih dahulu.12

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara di gereja Orthodox, Katolik, dan Kristen dengan masing-masing tokoh agama dan umat dari Orthodox, Katolik, dan Kristen, di antaranya Romo Irenaios Wiwit Budi Priyono, Glen, Romo Stephanus Fanny Hure, Cicilia, Romo Gidion, Teguh, dan I Nyoman Sudiarsa.

4. Metode Analisa Data

Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang diteliti.13 Dalam metode analisa data, peneliti menggunakan analisa data deskriptif-kualitatif.

Dalam metode analisa data, peneliti menggunakan analisa data kualitatif dengan menggunakan model Miles dan Huberman. Langkah-langkah analisa

11 Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, 143.

12 James P. Spraddley, Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),79.

13 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996),

104.


(22)

14

data diantaranya sebagai berikut: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan serta verifikasi. Pertama, pengumpulan data, yaitu sesuai dengan cara memperoleh data dengan wawancara dan observasi. Kedua reduksi data, pada proses ini, data dicatat kembali dengan memilah dan memilih data yang paling penting kemudian memfokuskan pada data pokok. Ketiga penyajian data, setelah data di reduksi kemudian data disajikan. Dengan tujuan agar mudah dipahami biasanya penyajian data dalam penelitian kualitatif bersifat naratif. Terakhir setelah reduksi data, penyajian data selanjutnya adalah kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada proses pengumpulan data berikutnya, begitupun sebaliknya jika ditemukan bukti-bukti yang valid maka kesimpulan yang disampaikan merupakan kesimpulan yang reliable dan kredibel.14

G. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini dapat mengarah pada tujuan yang diharapkan, maka akan disusun sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab, yang masing-masing membicarakan masalah yang berbeda, namun saling memiliki keterkaitan. Secara rinci, pembahasan masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab pertama, bab ini berisi pendahuluan yang bertujuan untuk memberikan gambaran objek kajian secara general. Pada bab ini akan memuat

14 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta.Cet.12.2011), 251 -252.


(23)

15

pembahasan yang meliputi latar belakang yang berisi hal-hal yang aneh dan menarik untuk diteliti, sehingga hati penulis merasa tergerak untuk meneliti lebih dalam tentang hal-hal yang aneh dan menarik pada objek penelitian tersebut. Kemudian dilanjutkan rumusan masalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya pertanyaan tersebut akan menghantarkan terfokusnya kajian dalam skripsi ini dan terfokusnya kajian skripsi ini akan nampak pada tujuan penelitian. Selanjutnya, manfaat penelitian pada kajian ini berisi kebermanfaatan penelitian yang lebih mengedepankan tingkat kebutuhan pembaca terutama kalangan akademisi. Kemudian dilanjutkan dengan menyajikan telaah pustaka guna mengetahui sejauh mana topik pebahasan yang akan dikaji oleh penulis berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Setelah itu, metode penelitian yang berisi cara-cara penggalian data penelitian secara sistematis sehingga akan tercapai bentuk penelitian yang tidak diragukan lagi keasliannya. Yang terakhir adalah sistematika penulisan yang berisi informasi-informasi yang akan dibahas pada bab-bab yang telah ada.

Bab kedua, bab ini membahas landasan teori tentang dinamika interaksi agama Kristen, meliputi pengertian dinamika dan interaksi, pengertian Orthodox, Katolik, dan Kristen, lahir dan berkembangnya Kristen Orthodox, ajaran teologi Kristen Orthodox, dan interaksi Kristen Orthodox dengan Kristen mainstream.

Bab ketiga, bab ini tentang deskriptif data, profil yang berkaitan dengan penelitian yang dikaji, hal-hal yang berkaitan tersebut berupa letak geografis dan akses wilayah, interaksi yang terjalin serta hasil wawancara mengenai dinamika interaksi. Dalam bab ini akan diterangkan secara lebih mendetail tentang subyek


(24)

16

penelitian meliputi sejarah, organisasi, penganut, gereja, dan hubungan keagamaan dengan agama dalam satu keyakinan.

Bab keempat, berisi hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang meliputi gambaran umum penganut Kristen Orthodox, lahir dan berkembangnya Kristen Orthodox di Kabupaten Gresik, interaksi yang terjalin antara penganut Kristen Orthodox dengan Kristen mainstream di Kabupaten Gresik. Akan dipaparkan juga analisa tentang pendapat kelompok penganut Agama Kristen Orthodox di Kabupaten Gresik. Analisis ini merupakan hasil uraian yang dilakukan oleh penulis guna mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika interaksi keagamaan antara Kristen Orthodox dan Kristen mainstream.

Bab kelima, bab ini berisi penutup yang merupakan kesimpulan dari rumusan masalah yang ada di atas. Dalam penulisan kesimpulan, penulis tidak menyimpulkan dalam bentuk paragraf, tapi menyimpulkan dalam bentuk inti (poin-poin) saja, yang sifatnya fokus pada pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah tersebut.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ortodox, Katolik, dan Kristen

Kata “Orthodox”, berasal dari dua kata Yunani, yaitu “orthos” yang berarti lurus dan “doxa” yang berarti kemuliaan, ajaran.1 Sehingga jika dikaitkan dengan kata benda “gereja atau kekristenan” dan kata sifat Orthodox”, maka definisi itu berarti suatu jenis kekristenan yang memelihara atau menegakkan pengajaran yang asli atau lurus. Kata katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, yaitu “katholikos” yang berarti universal.2 Kata kristen berasal dari Kristus, gelar kehormatan keagamaan Yesus yang berasal dari Nazareth, Kristus adalah bahasa Yunani “kristhos” yang berarti diurapi.3 Kata ini sangat popular di dunia barat yaitu dengan sebutan Christianity yang juga berlaku di Indonesia dengan Kristen (bukan nasrani).

Perpecahan antarwilayah sekaligus para pembawa ajaran, menyebabkan ketiganya memiliki teologi serta liturgi yang berbeda. Dalam sejarah gereja, perpisahan ini di sebut skisma besar (kata skisma berasal dari bahasa Yunani “skizein” yang berarti memecah, yang adalah tindakan memtuskan diri dari kesatuan cinta dalam gereja yang katolik dan apostolik. Skisma ditandai dengan

1 Fr. Marc Dunaway, Apakah Gereja Orthodox itu? (Jakarta: Satya Widya Graha, 2001),

1.

2 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

60.

3 Ibid, 67.


(26)

18

ketiadaan perjamuan kudus bersama; pent) yang terjadi pada tahun 1054 M.4 Masa saat kritis dalam sejarah gereja. Mendekati 1000 tahun pertama keberadaannya, Gereja mulai ditarik ke dua arah, yaitu Timur dan Barat (pada waktu “Timur” berarti di Yunani, Asia, dan Timur Tengah, sedangkan “Barat” berarti di Eropa). Bahasa yang digunakan di Barat adalah Latin, sedangkan di Timur adalah Yunani. Bagian Barat dari Kekaisaran Romawi Kuno akhirnya hancur oleh berbagai serangan dan mulai perlahan-lahan membangun kembali, sedangkan bagian Timur yang selamat dari serangan-serangan itu akhirnya menjadi kekaisaran Romawi Bizantium. Gereja-gereja di Barat berkembang di sekitar Roma, sedangkan Gereja-gereja di Timur berpusat di ibu kota Konstantinopel.

Akibat dari skisma ini adalah berangsur-angsur mulai kehilangan kesatuan hasrat dan pemikiran serta kemampuan untuk hadir dalam konsili, yang merupakan suatu hal yang sangat penting bagi gereja selama masa tujuh Konsili Ekumenis sebelumnya. Hal mana secara khusus terjadi di Barat, di mana paus, selaku Uskup Roma mulai menganggap dirinya mempuntai kekuasaan yang lebih besar. Pada akhirnya ia menyatakan dirinya sebagai kepala gereja secara universal. Tetapi, di Timur semangat kebersamaan tetap dipertahankan, karena Patriark di ibu kota Konstatinopel tetap berbagi kedudukan yang sejajar dengan Patriark-patriark dari kota-kota kuno pusat gereja yaitu Yerusalem, Antiokhia, dan Alexandria.

4 Dunaway, Apakah Gereja Orthodox itu?, 31.


(27)

19

Sejak gereja di Roma memutuskan hubungan dengan saudara-saudara gerejanya, perubahan doktrin mulai memberi dampak masuk ke gereja Barat, yang membuat terjaga dalam perpecahan. Salah satu dari perubahan itu adalah penambahan ungkapan dalam Pengakuan Iman Nikea. Sementara Gereja Timur tetap mengakui bahwa Roh Kudus secara kekal hanya keluar dari Sang Bapa saja, maka Gereja Barat sekarang menyatakan bahwa Roh Kudus keluar dari Sang Bapa dan Sang Putra.

Perbedaan nama wilayah yang ada dalam Gereja Orthodox, seperti Rusia, Yunani, dan Antiokhia tidak berarti dari iman yang sama hanya saja wilayah hukum dan administrasinya yang berbeda. Semua nama wilayah Orthodox itu berpegang pada doktrin yang sama persis, penyembahan yang sama, saling mengenal antara anggota dan pemimpin dan saling bersekutu sepenuhnya dalam perjamuan.

B. Dinamika dan Interaksi Sosial

Dinamika berarti tingkah laku individu yang satu secara langsung mempengaruhi individu yang lain secara timbal balik. Dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.5 Sedangkan kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersamasama atau secara alamiah berkumpul. Dinamika sosial berarti bahwa manusia dan masyarakat selalu

5 Slamet Sentosa, Dinamika Kelompok (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 5.


(28)

20

berkembang serta mengalami perubahan. Perubahan akan selalu ada dalam setiap kelompok sosial. Ada yang mengalami perubahan secara lambat, maupun mengalami perubahan secara cepat.6

Pada umumnya kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat dari proses formasi atau reformasi dari pola-pola di dalam kelompok tersebut, karena adanya konflik antar bagian dalam kelompok tersebut. Ada sekelompok anggota dalam kelompok tersebut yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya. Ada kepentingan yang tidak seimbang sehingga memunculkan ketidakadilan dan adanya perbedaan mengenai cara-cara memenuhi tujunan kelompok tersebut. Semua itu akan mengakibatkan perpecahan di dalam kelompok tersebut, hingga menyebabkan sebuah perubahan.7

Jadi, dinamika bisa dikatakan gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang di dalam masyarakat yang menimbulkan perubahan di tata hidup masyarakat yang bersangkutan.

Di Kabupaten Gresik yang merupakan tempat para penganut Orthodox tinggal dengan imannya sekaligus menjadi masyarakat Gresik seperti halnya kelompok keagamaan yang terdiri dari bagian-bagian kecil masyarakat yang disebut individu yang tidak akan terlepas dari pola hubungan sosial yang saling mengikat. Tidak jarang pula, setiap individunya bertinteraksi dengan individu lainnya. Di saat berinteraksi, akan menunjukkan tingkah laku yang dapat mempengaruhi individu lainnya. Terkait dengan seiman, sudah menjadi hal yang

6Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),

146.

7 Ibid., 147.


(29)

21

lumrah bahwa individu yang memiliki keyakinan sama, akan merasakan nurani keimanan yang sama dan merasakan adanya kolaborasi rasa taat kepada Tuhan. Namun, tidak jarang pula ditemukannya relasi yang saling mengikat atau sebaliknya.

Terkait dengan dinamika kehidupan sosial keagamaan, nampak jelas dari pola ibadah dan dakwah yang dilakukan para penganut Orthodox secara perlahan berupaya untuk mengembalikan praktek pemahaman agama dan ibadah umat Katolik atau Kristen pada masa awal kerasulan, sehingga Orthodox sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Katolik dan Kristen. Penjelasan tentang iman yang menjadi pegangan Orthodox menunjukkan bahwa implementasi sikap keimanan kepada Allah sebagai seorang hamba adalah melalui praktek ibadah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasul mereka.

Dengan adanya dinamika sosial terkait seiman di Kabupaten Gresik pastinya akan memberikan perubahan-perubahan atau akan ada dampak di dalam kehidupan bermasyarakat, baik perubahan bessar maupun perubahan kecil atau dalam sesaat.

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara setiap invidu dengan kelompok yang lain. Proses sosial pada hakikatnya adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Mayarakat merupakan jaringan relasi-relasi hidup yang timbal balik. Yang sati berbicara, yang lain mendengarkannya, yang satu bertanya, yang lainnya menjawab, yang satu memberi perintah, yang lainnya mentaati, yang satu berbuat jahat, yang satu membalas dendam, dan yang satu


(30)

22

mengundang yang lainnya datang. Dan hasil interaksi inilah sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi.8

Tomatsu Shibutani menyatakan, bahwa sosiologi mempelajari dan memberi pemahaman tentang transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha bekerja sama antara para pihak karena semua kegiatan manusia didasarkan pada gotong royong.9

Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder.10 Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung atau face to face. Dan suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung. Pada yang pertama pihak ketiga bersifat pasif, sedangkan yang terakhir pihak ketiga sebagai perantara mempunyai peranan aktif dalam kontak tersebut. Kontak sekunder dapat dilakukan melalui media atau alat elektronik, misalnya telepon atau media sosial.

Hubungan sosial merupakan hubungan yang harus dilakukan karena pada hakikatnya manusia memiliki sifat yang digolongkan kedalam makhluk individual dan makhluk sosial. Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan pengaruh timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Adapun menurut para ahli, yaitu:

8 Dewi Wulansari, Sosiologi (Konsep dan Teori) (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 55. 9 Tomatsu Shibutani, Social Proceses, An Introduction to Sociology, (Berkeley University

of California Press, 1986), 5.

10 Ibid., 113.


(31)

23

Gillin dan Gillin dalam bukunya menyetalan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok dan orang-perorangan dengan kelompok.11

Blumer menyatakan interaksi sosial adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara individu dengan individu lainnya.12

Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa tindakan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain dan mempunyai tujuan, baik itu berupa tindakan yang mengarah pada hal positif maupun negatif.

a. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Dari pengertian di atas, kita bisa mengetahui ciri-ciri yang dapat menimbulkan terjadinya interaksi sosial. Menurut Charles P. Lommis, ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut :

1. Adanya pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol. 3. Adanya dimensi waktu (masa lampau, masa kini, masa mendatang)

yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung.

11 Elly M. Setiadi, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Bandung: Kencana

Prenada Media Group, 2007), 92.

12 Ibid.,


(32)

24

4. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan tersebut yang diperkirakan oleh pengamat.13

b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Syarat terjadinya interaksi telah disinggung sebelumnya. Suatu interaksi sosial tidak dapat terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:14

1. Adanya Kontak Sosial (Sosial Contact)

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui telepon, telegram, radio, surat dan seterusnya yang tidak memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.15 Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, akan tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut.

13 Ibid.,

14 Soekanto, Faktor-Faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan pada Hukum. Hukum

Nasional Nomor 25, 491.

15 Kingsley Davis, Human Society, (New York: The Macmillan Company, 1960), 149.


(33)

25

Dalam interaksi sosial, kontak sosial juga dapat bersifat positif atau negatif yang mana sikap positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder, dimana kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder terjadi dengan memerlukan suatu perantara.

2. Adanya Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata Communicare yang dalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan.16 Komunikasi memberikan tafsiran pada prilaku orang lain yang berwujud (pembicaraan, gerak-gerak tubuh, maupun sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut, sehingga individu yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh individu lain tersebut. Jadi komunikasi merupakan suatu proses di mana satu sama lainnya saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian

16 Phil Astrid, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, (Bandung: Bina Ilmu, 1974), 1.


(34)

26

merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya itu dapat ditafsirkan sebagai keramah tamahan, sikap bersahabat atau bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Selarik lirikan, misalnya itu dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan merasa kurang senang atau bahkan sedang marah. Dengan demikian komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang-perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi dapat menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkinakan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.17 Pada intinya komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama. Dalam komunikasi terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang menyampaikan pesan (komunikator) dan pihak penerima pesan (komunikasi).18

Jadi terjadinya interaksi sosial dapat disimpulkan bahwa harus adanya kontak sosial dan komunikasi, jika salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak dapat dikatakan interaksi sosial karena interaksi

17 Emory S. Bogardus: Sociology (New York: The Macmillan Company, 1961), 253. 18 Setiadi, Ridlwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, 95-97.


(35)

27

sosial merupakan kontak sosial yang terjadi dimana antara individu saling mengerti maksud atau perasaan masing-masing.19

c. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses sosial yang memberi pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan suatu hubungan, baik individu maupun secara kelompok. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua kelompok umum dari interaksi sosial, yaitu asosiatif dan disosiatif. Asosiatif merupakan suatu interaksi sosial yang merupakan proses menuju suatu kerjasama, sedangkan disosiatif diartikan sebagai suatu perjuangan melawan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.20

Adapun bentuk interaksi sosial dalam bentuk asosiatif dapat berupa kerjasama (cooperation), akomodasi (accomodation), dan asimilasi (assimilation). Lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Kerjasama (cooperation), kerja sama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama. Bentuk kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerjasama timbul karena adanya orientasi pada individu terhadap kelompoknya atau kelompok lainnya dengan mempunyai tujuan atau kepentingan-kepentingan yang sama, dan pada

19 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 79. 20 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 82.


(36)

28

saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.21 Dalam teori sosiologi dapat dijumpai bahwa sifat kerjasama atau sifat tolong menolong dianggap suatu aktivitas yang mempunyai nilai tinggi dalam masyarakat karena pada dasarnya belum tentu semua warga bisa menyelesaikan masalah pribadinya sendiri tanpa adanya kerjasama tersebut.

Menurut Charles H. Cooley menggambarkan bahwa betapa penting fungsi kerjasama yang timbul apabila seseorang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan aanya kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.22

Akomodasi (accomodation), akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjukkan pada suatu keadaan atau pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan, kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sebagai suatu

21 Ibid., 80. 22 Ibid., 65.


(37)

29

proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan.23

Menurut Gillin dan Gillin akomodasi untuk menggambarkan susatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjukkan pada suatu proses di mana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitar.24

Asimilasi (assimilation) merupakan proses sosial dalam taraf lanjutan. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok individu dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan dalam bertindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Apabila setiap orang melakukan asilmilasi ke dalam suatu kelompok individu atau masyarakat, dia tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan bahwa mereka dianggap orang baru. Dalam proses asilmilasi, setiap individu mengidentifikasi dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Proses asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang sama, walaupun sering bersifat emosional dengan target.

23 Santosa, Dinamika Kelompok, 25. 24 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 69.


(38)

30

Adapun bentuk interaksi sosial dalam bentuk diasosiatif persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict). Lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Persaingan (competition), persaingan ini diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Pertentangan atau pertikaian (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak pertama (pihak yang melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian diantara kepentingan-kepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi penghalang.

d. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya sebuah interaksi, diantaranya:

1. Imitasi

Faktor imitasi mempunyai peran penting dalam proses interaksi dimana tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan atau tingkah laku, dan penampilan fisik seseorang. Tindakan meniru bisa dilakukan dengan belajar dan mengikuti perbuatan orang lain yang


(39)

31

menarik perhatiannya. Contoh ketika melihat cara bertingkah laku seseorang, cara berpakaian, model rambut, cara bicara dari seseorang dan lain sebagainya itu bisa bersifat positif jika mendorong seseorang untuk mempertahankan, melestarikan, serta menaati norma dan nilai-nilai yang berlaku.

2. Sugesti

Pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain yang dapat mempengaruhi seseorang yang berdampak kepada orang yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan itu baik secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya diperoleh dari orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar dilingkungan sosialnya. Sugesti juga bisa berasal dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas, orang dewasa kepada anak-anak. Cepat atau lambat proses sugesti ini sangat tergantung pada usia, kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang. Contohnya seorang pemimpin partai yang melakukan kampanye dengan tujuan berusaha untuk meyakinkan serta mempengaruhi banyak orang supaya mengikutinya. 3. Simpati

Merasa tertarik dengan penampilan, kebijaksanaan orang lain. Simpati akan dapat berkembang jika keduanya dapat berkembang dan saling mengerti. Simpati dapat disampaikan kepada seseorang pada saat-saat tertentu, seperti saat-saat bahagia dan bisa pula saat-saat sedih. Contohnya saat-saat


(40)

32

teman kita terkena musibah, perasaan simpati bisa menimbulkan perasaan sayang.

4. Identifikasi

Kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain seperti sosok yang di puja (idola). Sifat indentifikasi lebih mendalam dari pada imitasi karena proses ini kepribadian seseorang turut terbentuk. Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja maupun tidak sengaja, karena melalui identifikasi seseorang seolah-olah menjadi pihak lain atau identik dengan tokoh idolanya dan proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.

5. Empati

Sikap ikut serta atas apa yang dirasakan orang lain dimana keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Contoh seperti ketika kita melihat seseorang mengalami kecelakaan dan luka berat, secara tidak langsung kita seolah-olah berempati dan juga ikut merasakan sakit seperti apa yang dirasakan oleh orang tersebut dengan kata lain kita memposisikan diri kita pada orang lain.

6. Motivasi

Dorongan yang diberikan kepada seorang individu kepada individu lain, individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, maupun


(41)

33

kelompok kepada individu yang bertujuan agar orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang telah dimotivasikan orang tersebut.

Pada dasarnya manusia, masyarakat dan keagamaan berhubungan secara dialektik. Ketiganya berdampingan dan saling menopang saling meniadakan. Keberadaan mereka tidak bisa mandiri tanpa berkaitan dengan yang lain. Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai interaksi antara kelompok seiman antara Kristen Orthodox dengan Katolik dan Kristen. Interaksi antara para tokoh agama, serta para penganut di Kabupaten Gresik. Dari interaksi ini akan memunculkan hubungan yang akan terjalin antara kelompok seiman di Kabupaten Gresik.

Interaksi yang antarpara tokoh agama dengan jemaat di masing-masing kelompok agama di Kabupaten Gresik satu sama lain menunjukkan komunikasi yang erat, demi tujuan untuk tetap saling melakukan kegiatan keagamaan bersama selain itu untuk menambah kerja sama dalam hal tertentu, misalnya pekerjaan.

e. Interaksi Simbolik

Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan nama interactionist perspective (Douglas, 1973).25 Di antara berbagai pendekatan yang digunakan aksionisme simbolik (symbolic interactionism). Pemikiran ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Teori interaksi simbolik adalah suatu teori yang

25 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, 2004), 35.


(42)

34

memfokuskan pada objek kajian individu masyarakat melalui unit analisis interaksinya dengan individu lain, baik menggunakan simbol yang di dalamnya terdapat tanda-tanda, isyarat-isyarat, dan kata-kata.26

Dalam karya bukunya yang berjudul Mind, Self, dan Society. Mead meringkas tiga konsep utama yang perlu dan mempengaruhi satu sama lain yang membangun teori interaksi simbolik.27 Interaksi simbolik menjelaskan secara khusus tentang bahasa, interaksi sosial, dan reflektifitas.

1. Kapasitas Berpikir

Pikiran menurut pengertian Mead, sebagai proses dialog seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial yang merupakan penyatuan dari proses sosial tersebut. Karakter dari pikiran adalah mampu merespon tidak hanya satu dalam diri individu tersebut, tetapi dapat merespon komunitas secara keseluruhan.

Sedangkan berpikir menurutnya, adalah suatu proses di mana individu berinteraksi dengan diri mereka menggunakan simbol bermakna. Kemampuan berpikir memungkinkan manusia bertindak dengan pemikiran ketimbang hanya berperilaku dengan tanpa pemikiran. Dengan begitu dapat memilih stimuli yang tertuju pada dirinya yang kemudian ditanggapi.

2. Makna dan Simbol

26 Muchammad Ismail dkk., Pengantar Sosiologi, (Surabaya: Mitra Media Nusantara,

2013), 17.

27 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu

Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), 136.


(43)

35

Menurut Mead, makna berasal dari interaksi. Setiap individu mempelajari simbol dan makna di dalam interaksi sosial. Setiap individu memberi tanggapan terhadap tanda-tanda tersebut tanpa proses berpikir. Simbol adalah objek sosial yang dipakai untuk menggantikan apapun yang disepakati orang yang akan mereka representasikan.28 Tak semua objek sosial dapat merepresentasikan sesuatu yang lain, tetapi objek sosial yang dapat menggantikan sesuatu yang lain adalah simbol. Kata-kata, benda-benda fisik (artefak), dan tindakan fisik (misal, kapal, palang salib atau kepalan tinju) semuanya dapat menjadi simbol. Seseorang sering menggunakan simbol untuk mengomunikasikan sesuatu mengenai ciri mereka sendiri, misalnya dengan make up gotik dan mengendarai motor herley untuk mengomunikasikan gaya hidup tertentu.

Simbol juga digunakan dalam berpikir subjektif, salah satunya simbol bahasa.29 Simbol bahasa digunakan dalam percakapan internal. Serupa tak terlihat, setiap individu menunjuk pada dirinya sendiri tentang diri atau identitas yang ada pada reaksi-reaksi orang lain terhadap perilakunya. Maka, situasi yang timbul kembali terfokus pada diri sebagai objeknya

3. Diri

Self menurut Mead adalah sesuatu yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh binatang. Diri merupakan bentuk dari penerimaan diri sendiri

28 Ritzer, Teori Sosiologi Modern, 276.

29Ida Bagus Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi

Sosial, & Perilaku Sosial), (Jakarta: Kencana, 2014), 124.


(44)

36

dan label dari penglihatan orang lain atau masyarakat. Diri berkembang dalam aktivitas lingkungan dengan simbol bahasa.

Mead menggunakan isyarat yang bermakna, yang kemudian ia jelaskan bagaimana isyarat itu memiliki keterkaitan makna tentang simbol yang kemudian direfleksikan. Melalui refleksi tersebut, setiap individu dapat menyesuaikan dengan situasi yang disinggahi. Secara tidak langsung, setiap individu akan berbaur dengan masyarakat dengan sudut pandang lain. Dengan hal ini, setiap individu akan merasakan menjadi bagian khusus dari komunitas sosial sebagai suatu kesatuan.

4. Aksi, Interaksi, dan Sosial.

Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia (yang melibatkan seseorang yang menjadi pelaku tunggal) dan pada interaksi sosial manusia (yang melibatkan pelaku lebih dari satu yang terlibat dalam tindakan sosial timbal balik). Tindakan sosial adalah tindakan di mana individu bertindak dengan orang lain dalam pikiran. Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terllibat. Seseorang menafsirkan simbol komunikasi dan merefleksikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Jadi, interaksi sosial akan menimbulkan proses saling mempengaruhi.

Menurut Mead, masyarakat berperan penting dalam membentuk pikiran dan diri. Masyarakat menunjukkan sekumpulan yang menjadi kesatuan dari mikro diri setiap individu. Dengan begitu mereka dapat


(45)

37

melakukan kemampuan dalam memberikan kritik untuk pengendalian diri mereka. Secara luas, Mead berpikir menuju pranata sosial yang di dalamnya berisikan kebiasaan hidup komunitas. Tindakan komunitas tersebut tertuju pada setiap individu berdasarkan situasi tertentu dan mendapat respon yang sama dalam komunitas, proses ini disebut pembentukan pranata.

Interaksi yang ditujukan penganut Orthodox di kabupaten Gresik, seperti pada umunya menunjukkan pola-pola interaksi keagamaan yang sesuai dengan bentuk-bentuk dari interaksi itu sendiri. Sama seperti individu lainnya yang melakukan interaksi yang berpikir bagaimana untuk melakukan komunikasi yang baik.


(46)

BAB III

DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Kondisi Geografis

Gambar 3.1 : Peta Kabupaten Gresik

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik)

Kota Gresik sendiri mempunyai semboyan “Gresik Berhias Iman”. Kalimat ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Gresik di setiap penggalan kata. Semboyan tersebut memiliki penggalan kata sebagai berikut: “ber” yang bermakna bersih, “hi” yang bermakna hijau, “a” yang bermakna aman, “s” yang bermakna sehat, yang mana penggalan kata tersebut diharapkan menuju “i” yang


(47)

39

bermakna iman, “m” yang bermakna maritim, “a” yang bermakna agama, dan “n” yang bermakna niaga.1

Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di pesisir pantai utara Jawa. Kabupaten Gresik berada di antara tujuh derajat dan delapan derajat Lintang Selatan

serta antara 112 derajat dan 113 derajat Bujur Timur. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 2-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian utara (Kecamatan Panceng), yang mempunyai

ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.

Bagian Utara Kabupaten Gresik dibatasi oleh Laut Jawa, bagian Timur dibatasi oleh Selat Madura, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto dan Kota Surabaya, sementara bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lamongan.

Kabupaten Gresik mempunyai wilayah kepulauan, yaitu Pulau Bawean dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Luas wilayah Gresik seluruhnya 1.191,25 Km2, terdiri dari 993,83 Km2 luas wilayah daratan ditambah sekitar 197,42 Km2 luas Pulau Bawean. Sedangkan luas wilayah perairan adalah 5.773,80 Km2 yang sangat potensial dari subsektor perikanan laut. Hampir sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu sepanjang 140 Km meliputi Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Ujung Pangkah,

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik tahun 2017.


(48)

40

Sidayu dan Panceng, serta Kecamatan Tambak dan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Gresik terdiri dari jenis Aluvial, Grumusol, Mediteran Merah dan Litosol. Curah hujan di Kabupaten Gresik adalah relatif rendah, yaitu rata-rata 2.245 mm per tahun.

Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Gresik dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:

a. Kabupaten Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah, Sidayu, Bungah, Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur Utara yang memiliki tanah relatif kurang subur (wilayah Kecamatan Panceng). Sebagian dari daerah ini adalah daerah hilir aliran Bengawan Solo yang bermuara di pantai Utara Kabupaten Gresik/Kecamatan Ujung Pangkah. Daerah hilir Bengawan Solo tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk industri, perikanan, perkebunan, dan permukiman. Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian mineral non logam. Sebagian dari bahan mineral non logam ini telah dieksplorasi, dan sebagian lainnya sudah dalam taraf eksploitasi.

b. Kabupaten Gresik bagian Tengah (meliputi wilayah Duduk Sampeyan, Balong Panggang, Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas ) merupakan kawasan dengan tanah relatif subur. Di wilayah ini terdapat sungai-sungai kecil, antara lain Kali Lamong, Kali Corong, Kali Manyar, sehingga di


(49)

41

bagian tengah wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian dan perikanan.

c. Kabupaten Gresik bagian Selatan (meliputi Menganti, Kedamean, Driyorejo dan Wringin Anom) adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan daerah berbukit sehingga di bagian selatan wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk industri, permukiman dan pertanian. Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian mineral non logam. Sebagian dari bahan mineral non logam ini telah dieksplorasi, dan sebagian lainnya sudah dalam taraf eksploitasi.

d. Wilayah kepulauan Kabupaten Gresik berada di Pulau Bawean dan pulau kecil sekitarnya yang meliputi wilayah Kecamatan Sangkapura dan Tambak adalah merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dengan jenis tanah mediteran coklat kemerahan dan sebagian merupakan daerah berbukit sehingga di bagian wilayah ini merupakan daerah yang cocok untuk pertanian, pariwisata, dan perikanan. Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini cukup potensial dengan adanya jenis bahan galian mineral non logam spesifik (batu onyx).

B. Kondisi Demografis

Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dari dokumen yang telah dicatat di kantor Dinas Kependudukan, dapat di klasifikasikan ke dalam berbagai kategori, di antaranya:


(50)

42

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk

No Kecamatan Luas

(Ha) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

1 Dukun 59,09 67.744 1146,45

2 Balongpanggang 63,88 58.243 911,76

3 Panceng 62,59 52.519 839,10

4 Benjeng 61,26 66.266 1081,72

5 Duduksampean 74,29 50.859 684,60

6 Wringinanom 62,62 72.844 1163,27

7 Ujung Pangkah 94,82 51.236 540,35

8 Kedamaian 65,95 63.030 955,72

9 Sidayu 47,13 43.847 930,34

10 Manyar 95,42 112.862 1182,79

11 Cerme 71,73 78.333 1092,05

12 Bungah 79,44 67.176 845,62

13 Menganti 68,72 122.248 1778,93

14 Kebomas 30,06 105.657 3514,87

15 Driyorejo 51,29 103.895 2025,64

16 Gresik 5,54 86.417 15598,74

17 Sangkapura 118,72 69.281 583,57

18 Tambak 78,7 37.982 482,62

Total 1191,25 1.310.439 1100,05

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik)

Berdasarkan tabel diatas, bisa diketahui bahwa jumlah keseluruhan penduduk atau masyarakat di Kabupaten Gresik mencapai jumlah 1.310.439 jiwa.

Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Penduduk

L P Total %

Belum Sekolah 133.552 136.007 269.559 20,57

Belum Tamat SD 47.504 44.768 92.272 7,04

SD 173.021 196.577 369.590 28,20

SMP 110.834 107.206 218.04 16,64

SMA 159.102 129.86 288.962 22,05

D1/D2 637 983 1.62 0,12


(51)

43

D4/S1 28.703 28.07 56.775 4,33

S2 2.031 1.027 3.058 0,23

S3 49 27 76 0,01

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik)

Jumlah keseluruhan penduduk atau masyarakat di Kabupaten Gresik ini mengenai tingkat pendidikan yang terbagi dalam tingkat pendidikannya masing-masing.

Tabel 3.3 Mata Pencaharian

No. Jenis Pekerjaan Jumlah No. Jenis Pekerjaan Jumlah 1. Belum/Tidak

Bekerja

299.000 36. Perancang Busana 1 2. Mengurus Rumah

Tangga

186.650 37. Pendeta 30

3. Pelajar/Mahasiswa 225.350 38. Pastur 1

4. Pensiunan 2.562 39. Wartawan 17

5. PNS 12.247 40. Ustadz 15

6. TNI 2.887 41. Juru Masak 5

7. POLRI 931 42. DPR-RI 1

8. Perdagangan 332 43. BPK 2

9. Petani 143.305 44. Bupati 1

10. Peternak 51 45. Wakil Bupati 1

11. Nelayan 7.994 46. DPRD Kab./Kota 7

12. Industri 98 47. Dosen 543

13. Kontruksi 73 48. Guru 13.243

14. Transportasi 42 49. Pengacara 15

15. Karyawan/Swasta 227.956 50. Notaris 7

16. Karyawan BUMN 1.636 51. Arsitek 6

17. Karyawan BUMD 112 52. Konsultan 6

18. Karyawan Honorer 249 53. Dokter 477

19. Buruh 11.456 54. Bidan 510

20. Buruh Tani 418 55. Perawat 701

21. Buruh Nelayan 74 56. Apoteker 47

22. Buruh Peternakan 12 57. Psikiater/Psikolog 3

23. Pembantu RT 268 58. Penyiar Radio 2

24. Tukang Cukur 7 59. Pelaut 357

25. Tukang Listrik 9 60. Peneliti 5


(52)

44

27. Tukang Kayu 35 62. Pialang 3

28. Tukang Sol Sepatu 1 63. Paranormal 2

29 Pandai Besi 20 64. Pedagang 10.852

30. Tukang Jahit 67 65. Perangkat Desa 266

31. Penata Rias 8 66. Kepala Desa 82

32. Penata Busana 2 67. Biarawati 6

33. Penata Rambut 8 68. Wiraswasta 144.319

34. Mekanik 78 69 Lainnya 14.485

35. Seniman 5 Jumlah Penduduk 1.310.439

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik)

Jumlah keseluruhan penduduk atau masyarakat di Kabupaten Gresik mengenai mata pencaharian dalam bidang kesehariannya.

C. Kehidupan Keberagamaan

Salah satu hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang hidup bersama dengan orang lain yang memiliki keyakinan berbeda adalah bagaimana caranya supaya perbedaan tersebut tidak menjadikan sebagai musuh, akan tetapi sebagai bentuk atau warna yang indah dalam kehidupannya dengan cara kita menghargai dan saling menghormati antar sesama manusia. Tidak hanya kaum minoritas saja yang harus menghormati, kaum mayoritas pun harus sama-sama menghormati satu sama lain demi keharmonisan dan kelancaran kehidupan sosial dalam masyarakatnnya. Kondisi keagamaan sampai sekarang bisa dianggap baik-baik saja antara masyarakat yang satu dengan lainnya, baik itu masyarakat muslim sendiri ataupun masyarakat Kristen. Mereka masih memegang teguh rasa untuk saling menghormati dan bertoleran antara satu dengan lainnya. Seperti pada umumnya dilakukan oleh masyarakat lainnya di mana mereka juga membutuhkan orang lain dalam keberlangsungan hidupnya dan juga saling membaur dalam


(53)

45

kesehariannya karena bagaimanapun juga mereka sudah saling mengenal sejak lama dan dalam lingkungan yang sama.

Sebagaimana di daerah-daerah lainnya di Jawa, berkembangnya agama Islam di Kabupaten Gresik lewat usaha yang sungguh-sungguh oleh para ulama dan para pedagang. Para ulama penyebar Islam pada masa awal itu oleh masyarakat diindentifikasi sebagai waliyullah atau secara mudah disebut Wali. Wali berarti orang yang sangat taat kepada Allah, terpelihara dari perbuatan maksiat dan memiliki karomah yakni kemuliaan, kelebihan dalam arti ilmu dan kesaktian. Penduduk di Kabupaten Gresik memiliki berbagai macam agama, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu lainnya. Sesuai dengan jumlah pemeluk agama terbanyak adalah muslim, sehingga tempat ibadah yang paling banyak dijumpai adalah masjid atau mushollah. Jumlah kedua adalah tempat ibadah Gereja. Tidak terlepas dari makna semboyan Kabupaten Gresik yang salah satu kata mengandung huruf “a” yang bermakna agama, kabupaten Gresik terkenal karena dua orang penyebar agama Islam yang termashsyur di Pulau Jawa, yaitu Sunan Giri dan Sunan Gresik (atau Maulana Malik Ibrahim yang juga disebut Syekh Maghribi)2 yang dilahirkan dan dimakamkan di kota tersebut. Mereka merupakan dua di antara sembilan wali atau Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak mengherankan kehadiran dua wali tersebut, menjadikan Gresik terdapat cukup banyak pondok pesantren, dari yang besar sampai yang terkecil. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik, kehadiran pondok pesantren dengan para santrinya telah menciptakan

2Mustakim, Mengenal Sejarah dan Budaya Masyarakat Gresik, 17.


(54)

46

lahan bisnis tersendiri bagi masyarakat Gresik, khususnya di bidang sandang yang menyediakan pakaian khusus santri laki-laki seperti kopyah dan sarung.

Namun, kondisi keberagamaan Islam di Kabupaten Gresik ini sudah banyak diketahui oleh masyarakat. Masih banyak kondisi keagamaan yang belum diketahui masyarakat terhadap agama lain, Kristen salah satunya yang sama halnya dengan Islam memiliki kelompok seiman di dalamnya.

Tabel 3.4 Kondisi Keagamaan

Agama Jumlah Penduduk

L P Total %

Islam 650.838 642.173 1.293.011 98,67

Kristen 5.562 5.618 11.180 0,85

Katolik 1.652 1.603 3.255 0,25

Hindu 1.031 1.005 2.036 0,16

Budha 372 373 745 0,06

Konghucu 4 4 8 0,001

Lainnya 119 85 204 0,02

(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik)

Jumlah keseluruhan penduduk atau masyarakat di Kabupaten Gresik menurut agama yang dianutnya.


(55)

BAB IV

INTERAKSI SOSIAL KEAGAMAAN JAMAAH KRISTEN

ORTHODOX DI KABUPATEN GRESIK

A. Masuk dan Berkembangnya Kristen Orthodox di Indonesia

Dalam Kristen sebetulnya ada kelompok Orthodox yang paling awal pada zamannya. Datangnya Kristen Orthodox ini akan menjadi sesuatu yang baru dalam mengetahui keagamaan lain. Gereja Orthodox merupakan gereja purba yang masih ada di dunia ini tanpa berubah baik dalam ajaran, ibadah, maupun ethos dan cara pemerintahan Gerejanya sejak zaman para Rasul. Disebutkan lahirnya Orthodox karena adanya perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantinopel. Perselisihan yang mengakibatkan perpisahan ini di sebut Skisma Besar dengan tindakan memutuskan diri dari kesatuan cinta dalam Gereja Katolik dan Apostolik.

Puncaknya pada tahun 451 M diadakannya Konsili Kalkedonia dalam hal ketuhanan. Dampak dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja yang sulit disatukan kembali. Kekristenan terbagi menjadi dua. Satu berpusat di Roma dan Byzantium yang mana kelompok ini mengakui al-Masih mempunyai dua sifat yaitu: Tuhan dan Manusia. Kemudian kelompok ini dikenal dengan Kristen dan Katolik. Sedangkan yang satu berpusat di Alexandria dan Antiokhia yang mana kelompok ini berpegang kuat pada sifat tunggal bagi al-Masih. Kemudian kelompok ini dikenal dengan kelompok Orthodox. Gereja Timur memiliki empat pusat yaitu: di Konstantinopel (Istambul, Turki sekarang),


(56)

48

Alexandria-Mesir, Antiokhia-Syria, dan Yerusalem. Masing-masing pusat Gereja ini dipimpin oleh seorang Patriakh atau Paus (untuk Gereja Roma dan Alexandria). Pada zaman itu ketika Gereja Timur sedang berjaya dalam teologi, seangkan Gereja Barat sedang berada dalam masa Zaman Kegelapan.

Di Indonesia, Gereja Orthodox sama halnya Gereja lainnya yang juga menyebar di nusantara seperti Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Timor, dan Papua. Gereja Orthodox dipimpin oleh Mitra-Arkimandrit Romo Daniel dengan nama asli Bambang Dwi Byantoro1 yang berada di bawah Keuskupan Agung Sydney, Australia, dan New Zealand. Beliau adalah seorang putra negeri yang lahir pada tahun 1956 di Pulau Jawa tepatnya di Mojokerto. Ia tumbuh dalam keluarga muslim, namun saat masih bersekolah ia adalah penganut Protestan. Pada tanggal 6 September 1983 di Seoul saat belajar di Asian Center for Theological Studies and Mission, ia beralih menjadi penganut Orthodoxi setelah ia mendapat anugerah membaca buku The Orthodox Church yang ditulis oleh Bishop Callitus saat meneliti Kekristenan Timur Kuno. Setelah itu ia menerjemahkan kitab-kitab liturgi ke dalam bahasa Indonesia. Pada tahun 1984, ia mulai belajar di Amerika Serikat pada sekolah-sekolah teologi Orthodox Yunani, dan setelah menyelesaikan latihannya pada tahun 1987, Bapak Daniel ditahbiskan menjadi seorang diaken dan pada tahun 1988 menjadi pastur oleh Bishop Maximus dari Pittsburgh (Arghiorgoussis). Pada saat itu pula ia pulang ke tanah air dan mengajarkan Orthodox di Mojokerto tempat ia lahir. Pada tahun 1990, ia pindah ke Solo dan mendirikan paroki Orthodox pertama dan pada tahun yang

1Wiwid (Pendeta Orthodox), wawancara, Kota Damai – Gresik, 1 Desember 2016.


(57)

49

sama New Zealand Metropolitan Dionysius mengangkat Romo Daniel sebagai vicar dari Korean Diocese (Ecumenical Patriarchate of Constantinople) dengan tingkat jabatan archimandrite. Tahun berikutnya, Romo Daniel mendirikan komunitas Ortodhox secara resmi diakui dan terdaftar dengan nama Gereja Orthodox Church oleh Menteri Urusan Agama, direktorat denominasi Kristen namun baru mendapat izin Departemen Agama pada tahun 2006 dalam Surat Keputusan Departemen Agama No.DJ.III/Kep.HK.00.5/190/3212/2006. Kemudian, Orthodox dibawakan dengan Nama Kanisah Orthodox Syria oleh Yayasan Study Orthodox Syria yang dipimpin oleh Bapak Bambang Noorsena yang sebelumnya adalah mantan anggota Gereja Orthodox Indonesia.

Awal mula adanya Orthodox di Kabupaten Gresik sudah ada pada tahun 1990 dari pertemuan keluarga Romo Daniel daerah Desa Cangkir yang terletak pada Gresik bagian Selatan. Setelah itu berkembang terus menerus setiap tahunnya dengan diadakannya pertemuan dan kegiatan untuk menjalin dan untuk saling berkumpul dalam silaturahmi sesama umat, dengan adanya pertemuan dan kegiatan bersama terbentuklah komunitas iman. Pada tahun 1999, komunitas Orthodox memulai saling bertemu dalam liturgi dan ibadah lainnya untuk melakukan bersama dan pada saat itu pula hadirnya dua orang Romo yang bernama Romo Yohanes dan Romo Daniel yang keduanya berasal dari Mojokerto. Adanya pembinaan sebagai proses perkembangannya dengan ditahbiskannya seorang putra wilayah Gresik dalam iman, yaitu Romo Irenaios Wiwit Budi Priyono pada tahun 2005 hingga sekarang. Setelah proses dan disahkannya Romo Iren sebagai putra wilayah Gresik dalam iman, didaftarkannya nama beliau dalam


(58)

50

Kementerian Agama (KEMENAG), yang masuk kategori Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Kristen pada tahun 2013. Kegiatan dan interaksi penganut Orthodox lebih menyebar pada wilayah sekitar Gresik bagian selatan dan Surabaya. Pertemuan yang sering dilakukan, baik pertemuan informal maupun pertemuan nonformal mayoritas terlaksana di Kabupaten Gresik bagian Selatan dan sebagai pusat kegiatan.

Gereja Orthodox di Kabupaten Gresik belum banyak diketahui masyarakat pada umumnya, karena jumlah Gereja Orthodox hanya berjumlah satu sampai tahun 2017 ini. Gereja Orthodox di Kabupaten Gresik berlokasi di Perumahan Kota Damai Bugenvile V/7 Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Gereja Orthodox dibina oleh seorang Romo, yang bernama Irenaios Wiwit Budi Priyono.

B. Teologi Kristen Orthodox

Iman Kristen Timur mempunyai latar belakang ajaran dan budaya Yahudi dengan landasan Alkitab yang kokoh, maka Iman Kristen Timur atau Kristen Orthodox ini menegaskan keyakinannya tentang keberadaan Allah yang sungguh Esa, tiada duanya, sebagaimana yang dirumuskan dalam Pengakuan Gereja Orthodox Purba, sebagai ringkasan dari ajaran Kitab Suci, di Nikea dan Konstatinopel pada tahun 325 Masehi dan 381 Masehi), yang berbunyi: “Aku percaya pada Satu Allah, Sang Bapa yang Maha Kuasa”, dengan demikian Iman Kristen Orthodox.


(59)

51

Ajaran Rasuliah memiliki dua bentuk, yaitu lisan dan tertulis yang harus saling dibuktikan satu sama lain. Ajaran yang tertulis harus diuji kebenarannya dari ajaran lisan, dan ajaran lisan harus diuji kebenarannya dari ajaran yang tertulis. Ajaran lisan dikategorikan menjadi beberapa bentuk. Yaitu:

1. Teks Ibadah-ibadah dan Sakramen yang berisi pernyataan teologi yang berasal dari jaman purba namun tetap dipraktekkan sampai sekarang. 2. Teks Kidung-Kidung Gereja yang juga berasal dari jaman purba dan tetap

dinyanyikan dalam Gereja Orthodox samai kini dan isinya juga mengungkapkan berbagai kebenaran Injil dan teologi.

3. Rumusan-rumusan Kristologi dari ketujuh Konsili Ekumenis Gereja Orthodox Purba, yaitu:

a. Konsili Ekumenis pertama pada tahun 325 Masehi di Nikea dalam melawan Arianisme yang menentang keilahian Kristus.

b. Konsili Ekumenis kedua pada tahun 381 Masehi di Konstantinopel dalam melawan Makedonianisme yang menentang keilahian Roh Kudus.

c. Konsili Ekumenis ketiga pada tahun 431 Masehi di Efasus dalam melawan “Nestorianisme” yang menentang Kristus hanya memiliki “satu pribadi” sehingga menolak menyebut Maria sebagai Theotokos.

d. Konsili Ekumenis keempat pada tahun 451 di Kalsedon dalam melawan ajaran “Monophysitisme” yang mengajarkan bahwa


(60)

52

Kristus hanya memiliki “satu kodrat” saja yaitu kodrat ilahi, sedangkan kodrat manusia-Nya ditelan oleh kodrat ilahi.

e. Konsili Ekumenis kelima pada tahun 553 Masehi yang menegaskan ulang makna Kristus itu “Satu Pribadi” dan “Dua Kodrat” yang tak campur membaur, tak kacau balau, tak terbagi-bagi, dan tak terpisah-pisakan. Dan “Kedua Kodrat” tersebut manunggal dalam “Satu Pribadi”.

f. Konsili Ekumenis keenam pada tahun 680-681 Masehi dalam melawan ajaran “Monothelitisme” yang menentang bahwa Kristus memiliki “Dua Kehendak” yaitu kehendak manusia dan kehendak ilahi, dengan kehendak manusia-Nya takhluk mutlak pada kehendak ilahi-Nya. Monothelitisme mengajarkan Kristus hanya memiliki kehendak ilahi saja.

g. Konsili Ekumenis ketujuh pada tahun 787 M dalam melawan ajaran “Ikonoklasme” yang menentang ke—sungguh—an dari kemanusiaan Kristus dalam inkarnasi-Nya yang memiliki daging dan darah, sehingga dapat dilukiskan dalam bentuk gambar atau ikon. Ikonoklasme menolak ikon-ikon dan dianggap sebagai bukti kesungguhan jasmani Kristus sehingga dapat digambar. Jadi, tak ada sangkut paut dengan berhala.

4. Pengertian Pengakuan Iman Gereja berinti dari apa yang diterima dari para Rasul, dalam bentuk perumusan Pengakuan Iman yang dirumuskan dalam Konsili pertama di Nikea pada tahun 325 M dan Konsili Ekumenis kedua


(1)

72

dirumuskan dalam Pengakuan Gereja Orthodox Purba, sebagai ringkasan dari ajaran Kitab Suci di Konsili Nikea dan Konstantinopel.

3. Bentuk interaksi yang terjadi antarmasyarakat kelompok seiman Kristen dan antara Kristen Orthodox dengan Katolik dan Kristen berjalan dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari terjadi komunikasi yang baik antarpara pemuka agama dan para penganut. Adanya perkumpulan dalam musyawarah antargereja menjadikan suatu bentuk rasa toleransi sesama dan bentuk keharmonisan yang saling terjaga satu sama lain. Sekalipun demikian, ada kondisi tertentu yang membuat jamaah Kristen Orthodox ini tidak bisa berinteraksi secara intensif dengan sesama penganut Kristen lain. Keberadaan mereka yang kecil dan terkonsentrasi di wilayah selatan Gresik membuat mereka kurang tersambung dengan jamaah Kristen lain. Sekalipun demikian, tidak menjadikan masing-masing saling menghujat atau saling meniadakan.

B. Saran

Adapun saran-saran yang perlu disampaikan untuk meningkatkan interaksi yang terjadi sehingga terciptanya relasi seiman serta terwujudnya suatu harapan dari tantangan-tantangan yang akan dihadapi dalam masyarakat yang berdampingan dengan agama lain.

Wilayah Kabupaten Gresik yang unik dengan sedikit budaya yang berbeda antara wilayah Utara dan wilayah Selatan, menjadikan intensitas komunikasi antara iman satu dengan iman lainnya (Orthodox dengan Katolik dan Kristen) tidak begitu terlihat, maka dari itu Organisasi Badan Musyawarah Antar-Gereja


(2)

73

(BAMAG) lebih berusaha menjadikan antargereja tersebut dapat saling bertemu dan berinteraksi serta diskusi bersama yang ditentukan dalam waktu tertentu. Hal ini akan memperlihatkan bentuk interaksi yang jelas dan dapat dilanjutkan oleh para generasi selanjutnya.

Tokoh Agama Orthodox yang hanya beberapa dalam Kabupaten Gresik tidak menjadikan komunikasi antarumat yang satu dengan umat lainnya dalam seiman tertunda dalam waktu lama walaupun dalam proses interaksi, hal ini akan mempengaruhi bagaimana hasil dari interaksi tersebut yang dapat berdampat pada keberadaan Orthodox di mata Kristen mainstream.

Tokoh agama serta penganut ikut serta berperan penting dalam penyampaian dakwah keagamaan kepada para penganut Kristen Mainstream yang secara sadar akan membawa pendengar untuk mengikuti alur sejarah gereja. Ada baiknya tokoh agama dan penganut menyampaikan teologi kesatuan Tritunggal, lebih diperjelas dengan details perspektif Orthodox yang percaya akan Sang Bapak sebagai esensi Ilahi dan Yesus sebagai energi Ilahi yang dijadikan firman Allah.

Perlunya pendekatan peneliti secara kekeluargaan kepada semua pihak untuk lebih mengedepankan kegiatan bersama, baik dalam kegiatan sosial ataupun kegiatan keagamaan yang terjadi dalam seiman masyarakat Orthodox dengan Katolik dan Kristen, karena dengan adanya kegiatan tersebut bisa mewujudkan seseorang untuk bisa saling mengetahui dan bersama-sama dalam melakukan kegiatan apapun. Dengan semakin pesatnya perkembangan yang terjadi setiap tahunnya, penganut Orthodox berusaha membuka diri dalam berinteraksi dapat


(3)

74

dijadikan suatu pandangan positif. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi serta kerjasama yang melahirkan toleransi baru ke depannya dapat dilihat dari interaksi antarwilayah di Kabupaten Gresik. Dengan melihat wilayah secara keseluruhan, maka akan dapat diketahui proses relasi yang nantinya akan mewujudkan kesadaran bagi umat seiman dalam interaksi sosial dan kehidupan sehari-harinya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa

Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007.

Astrid, Phil. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Bandung: Bina Ilmu, 1974.

Azwar, Saifuddin. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gresik tahun 2017.

Bogardus, S. Emory. Sociology. New York: The Macmillan Company, 1961.

Bungin, Burhan. Metodologi Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Byantoro, B.D. Daniel. Inti Keyakinan Rasuliah Gereja Orthodox Timur. Medan: Usaha Karya Manunggal, 2013.

Daniel Byantoro, http:/monachoscorner.weebly.com/kristologi-orthodox-timur.html “Kristologi Gereja Orthodox Timur” (Jum’at, 5 Mei 2017).

Davis, Kingsley. Human Society. New York: The Macmillan Company, 1960.

Departemen Agama RI. Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian Dan

Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama, 1997.

Dunaway, Fr. Marc. Apakah Gereja Orthodox itu?. Jakarta: Satya Widya Graha, 2001.

Garungan. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco 1980.

Graaf, H.J de. Disintegrasi Mataram di bawah Mangkurat I. Jakarta: Pustaka Gofiti Pers, 1987.


(5)

Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, & Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana, 2014.

Ismail, Muchammad dkk. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Mitra Media Nusantara, 2013.

Juan, Sajid. Kajian Sejarah Kyayi Tumenggung Poesponegoro Bupati Gresik. Gresik: Balitbang Kab. Gresik. 2008.

Kartodirjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium sampai Imperium. Jakarta: Gramedia, 1992.

Kasdi, Aminuddin. Perlawanan Penguasa Madura Atas Hegemoni Jawa. Yogyakarta: Jendela, 2001.

Manaf, Mudjahid Abdul. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Moleong, J. Lexy. Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.

Mustakim. Mengenal Sejarah dan Budaya Masyarakat Gresik. Gresik: Dinas P&K Kab. Gresik, 2005.

Poloma, M. Margaret. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Rahardjo. Peradaban Jawa: Dinamika Pranata Politik, Agama, dan

Ekonomi Jawa Kuno. Jakarta: Komunitas Bambu, 2002.

Sentosa, Slamet. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Setiadi, M. Elly, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Shibutani, Tomatsu. Social Proceses, An Introduction to Sociology. Berkeley University of California Press, 1986.

Soekanto, Soerjono. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press, 1992.


(6)

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Spraddley, P. James. Etnograf. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006. Subagyo, Joko. Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.Cet.12.2011.

Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Suwartiningsih, Sri dkk. Kekerabatan Dasar Harmonisasi Sosial Masyarakat Perbatasan Indonesia – Malaysia,

repository.uwks.edu (Senin, 19 Desember 2016).

UUD 45 dan Amandemennya. Solo: Aksara dua, 2000.

Wahid, Abdurrahman dkk. Dialog: Kritik & Identitas Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993.

Wulansari, Dewi. Sosiologi (Konsep dan Teori). Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Zaenul Arifin,

http://eprints.walisongo.ac.id/1932/1/Zaenul-Menuju_Dialog_Islam_Kristen.pdf “Perjumpaan Gereja Ortodoks Syrian dengan Islam” (Selasa, 6 Desember 2016).