Tinjauan hukum pidana Islam terhadap pemberitaan hoax yang ketentuannya diatur dalam pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia no. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERITAAN HOAX
YANG KETENTUANNYA DI ATUR DALAM PASAL 28 AYAT (1) UNDANG –
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG
INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

SKRIPSI
Oleh:
Lailatul Utiya Choirroh
NIM: C33213066

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Program Studi Hukum Pidana Islam
SURABAYA
2017

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan dengan judul Tinjauan
Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan Hoax yang ketentuannya di atur dalam
Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi, Bagaimana Rumusan Larangan Pemberitaan

Hoax yang ketentuannya di atur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang – Undang Republik
Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Bagaimana
tinjauan hukum pidana Islam terhadap pemberitaan Hoax yang ketentuannya di atur
dalam Pasal 28 ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Data penelitian yang dihimpun adalah bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, yang dihimpun melalui pengumpulan data literatur dan
dokumentasi yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan teknik deskriptif
analisis.
Hasil proses penelitian menemukan bahwa pelaku penyebaran berita Hoax
telah melanggar pasal 28 ayat 1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE, sanksi
pidana bagi pelaku penyebar Hoax terdapat dalam pasal 45 ayat (1) yaitu hukuman
pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Satu Miliar
Rupiah. Dalam perspektif Islam, tidak menghendaki umatnya melakukan
perkataan dusta dan kebohongan, Islam tidak menganjurkan fitnah atau berburuk
sangka kepada pihak lain. hendaklah pembicaraan yang diucapkan itu pembicaraan
yang baik, bukan perkataan yang kotor dan jorok, bukan pembicaraan yang
menghasut, memfitnah, menjelekkan pribadi seseorang, dan bukan pula
pembicaraan yang menjurus kepada timbulnya dampak curiga-mencurigai.
Hendaklah apa yang dibicarakan itu perkataan yang obyektif dan benar. Dalam

hukum pidana Islam pelaku penyebaran berita Hoax yang melanggar pasal 28 ayat
1 UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE merupakan tindakan dusta dan fitnah,
Hukuman yang tepat bagi pelaku penyebaran berita Hoax adalah hukuman takzir
yang berupa Hukuman kurungan tidak terbatas , hukuman kurungan tidak terbatas,
terhukum terus dikurung sampai ia menampakkan tobat dan baik pribadinya atau
sampai ia mati. bahwa masa hukuman kurungan tidak ditentukan terlebih dahulu
karena hukuman ini tidak terbatas, bahkan sampai terhukum mati.sebagaimana
hukuman yang lain, disyaratkan dapat memperbaiki (memberikan pengajaran) dan
mendidik pelaku secara umum.
Penelitian skrispi ini memiliki kesimpulan yaitu Pelaku tindak pidana
pemberitaan Hoax mendapat hukuman takzir pelaku tindak pidana pemberitaan
Hoax mendapat hukuman takzir yang berupa hukuman kawalan atau Hukuman
kurungan. selain kesimpulan skripsi ini juga memberikan saran kepada aparat dan
masyarakat untuk memberikan informasi yang benar kepada semua elemen
masyarakat agar terciptanya ketertiban dalam masyarakat sebaiknya di klarifikasi
terlebih dahulu karena Dalam era ini tidak jarang terjadi fitnah yang merugikan.

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................................

iv

MOTTO ...........................................................................................................


v

PERSEMBAHAN ...........................................................................................

vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................

ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xii

DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN

BAB II


A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Identifikasi Masalah ................................................................

7

C. Batasan Masalah ......................................................................

8

D. Rumusan Masalah ...................................................................

8

E. Kajian Pustaka ........................................................................

9


F. Tujuan Penelitian .....................................................................

11

G. Kegunaan Penelitian ...............................................................

11

H. Definisi Oprasional .................................................................

12

I. Metode Penelitian ...................................................................

13

J. Sistematika Pembahasan .........................................................

17


HOAX DALAM PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
A. Konsepsi Ghibah dalam Hukum Pidana Islam .......................

18

B. Dasar Pengharaman Hoax Dalam Hukum Pidana Islam .........

20

C. Hukuman Hoax Dalam Hukum Pidana Islam .........................

21

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III


PEMBERITAAN HOAX DALAM INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK
A.

Informasi Berita Hoax ...........................................................

49

B.

Tindak Pidana Pemberitaan Hoax .........................................

51

C.

Tindak Pidana Di Bidang Media Sosial ...............................

57


D. Macam-macam dan Tujuan Pemindanaan dalam Hukum
Pemberitaan Hoax ..................................................................
BAB IV

59

ANALISIS TINDAK PIDANA PEMBERITAAN HOAX
DALAM PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
A.

Analisis Hukum Pidana terhadap pemberitaan Hoax............

B.

Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan

67

Hoax Yang Ketentuannya Diatur Dalam Pasal 28 Ayat (1)
Undang – Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2008

Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik ........................
BAB V

73

PENUTUP
A.

Kesimpulan ............................................................................

83

B.

Saran ......................................................................................

84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kecanggihan

teknologi

komputer

disadari

telah

memberikan

kemudahan, terutama dalam membantu pekerjaan manusia. Selain itu,
perkembangan teknologi komputer menyebabkan munculnya kejahatankejahatan baru yaitu dengan memanfaatkan komputer sebagai modus
operandinya.

Penyalahguman

komputer

dalam

perkembangannya

menimbulkan persoalan yang sangat rumit, terutama kaitannya dengan proses
pembuktian pidana.
Penggunaan komputer sebagai media untuk melakukan kejahatan
memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam pembuktiannya. Hal ini
dikarenakan komputer sebagai media memiliki karakteristik tersendiri atau
berbeda dengan kejahatan konvensional yang dilakukan tanpa komputer.1
Kemajuan teknologi informasi (Internet) dan segala bentuk manfaat
didalamnya membawa konsekuensi negatif tersendiri di mana semakin
mudahnya para penjahat untuk melakukan aksinya yang semakin merisaukan
masyarakat.2 akan tetapi,kebutuhan teknologi jaringan komputer semakin
meningkat. Selain sebagai media penyedia informasi. Melalui internet pula

1
2

Maskum, Kejahatan Cyber Crime, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2017), 1.
Ibid, 47.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

kegiatan komunitas komersial menjadi bagian terbesar. dan terpesat
pertumbuhannya serta menembus berbagai batas negara.
Bahkan melalui jaringan ini kegiatan pasar di dunia bisa diketahui
selama 24 jam. Melalui dunia intenet atau disebut juga Cyber Space, apapun
dapat dilakukan. Segi positif dari dunia maya ini tentu saja menambah trend
perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia.
Namun dampak negatif pun tidak bisa dihindari. Tatkala pornografi marak di
media Internet, masyarakat pun tak bisa berbuat banyak. Seiring dengan
perkembangan teknologi Internet. Menyebabkan munculnya kejahatan yang
disebut dengan Cyber Crime atau kejahatan melalui jaringan Internet.
Munculnya beberapa kasus Cyber Crime di Indonesia, seperti pencurian
kartu kredit, hacking beberapa situs, menyadap transmisi data orang lain, dan
penyebaran berita yang belum tentu benar (Hoax). Sehingga dalam kejahatan
komputer dimangkinkan adanya delik formil dan delik materil. Delik formil
adalah perbuatan seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa ijin,
sedangkan delik materil adalah perbuatan yang menimbulkan akibat kerugian
bagi orang lain.
Menurut pendapat Muhammad Alwi Dahlan Ahli Komunikasi dari
Universitas Indonesia (UI), "Hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja
dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang
salah.3

3

Nasional Republika, “Hoax Merupakan Kabar Direncanakan”

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/01/11/ojm2pv361-ahli-hoax-merupakankabar-yang-direncanakan di akses pada 19 maret 2017

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Hal itu sebenarnya sudah terjadi sejak lama, namun kecanggihan
teknologi membuat penyebaran kabar tersebut menjadi lebih luas. Hal itu
menjadi prestasi tersendiri bagi sang pembuat Hoax jika ia berhasil
menyebarluaskannya.4
Globalisasi pada hakekatnya adalah proses penetrasi kultur dunia
industri maju (barat) ke belahan dunia non industri, termasuk dunia Islam.
Akibatnya hubungan antara barat dan Islam menjadi tidak seimbang, karena
barat merupakan produsen yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta melahirkan kultur, sedangkan di lain pihak Islam sebagai konsumen yang
menjadi sasaran penetrasi kultur tersebut.5
Ciri khas dari globalisasi adalah pada lancarnya komunikasi dan
transportasi, serta lancarnya arus informasi, sehingga sekat wilayah dan
budaya menjadi kabur disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, dalam era ini teknologi informasi memiliki peran yang sangat
signifikan.6
Salah satu fenomena yang marak terjadi saat ini adalah banyaknya
berita Hoax (palsu) yang beredar di medsos (media sosial). Hal tersebut
memiliki dampak besar karena hampir semua orang melihat dan membaca

4

Nasional
Republika,
“Hoax
Merupakan
Kabar
Direncanakan”
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/01/11/ojm2pv361-ahli-hoax-merupakankabar-yang-direncanakan di akses pada 19 maret 2017
5
A. Basir Solissa, “Kemajuan Barat dan Reaksi Dunia Islam Dalam Pandangan Bhasan Tibbi,”
Jurnal Refleksi, vol. 2, No. 2, (juli 2002), 160.
6
Amir syarifuddin, meretas kebekuan ijtihad, ed: Abdul Halim, cet, ke-1 (Jakarta: Ciputat Press,
2002), 7-8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

berbagai berita setiap hari, diantara contohnya adalah kasus jokowi
undercover.
Dimana Bambang Tri Mulyono, penulis buku Jokowi undercover
menyebarkan berita bohong yang di sampaikan dalam video dilaman
facebooknya.7 Di tambah dengan kasus penyebaran berita Hoax tentang
penculikan anak di sebarkan oleh Angga Permana di wilayah Bandung barat.8
Dalam pemberitaan di atas melanggar Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 45 ayat (2)
Undang–Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Traksaksi
Elektronik yang berbunyi :9
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik.”
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama
6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).”
Ajaran Islam juga melarang menyebarkan berita tentang keburukan
seseorang atau golongan tertentu (ghi>bah). Apalagi menyebarkan berita yang
tidak terbukti kebenarannya (fitnah).
Islam muncul sebagai agama yang menyeru umat manusia untuk
berbuat kebaikan, kebenaran, dan senantiasa meninggalkan kemungkaran.
Oleh sebab itu Islam sebagai agama monotoisme juga merupakan agama
yuridis, Islam senantiasa mengkostruksikan kerangka nilai dan norma tertentu
7

BBC, “Mengapa polisi harus mempidanakan penulis Jokowi Undercover?”
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38496945 di akses pada 9 maret 2017.
8
Jawapos http://www.jawapos.com/read/2017/04/06/121421/tersangka-penyebar-berita-hoax-dibandung-terancam-denda-rp-1-miliar diakses pada 06 april 2017.
9
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

pada umatnya, supaya selalu berperilaku berdasarkan pada tatanan hukum
yang disepakati. Tata aturan hukum dalam Islam tersebut adalah ketentuanketentuan hukum yang didapat dari al-Qur'an dan Hadis yang disebut dengan shar´i.
Secara umum, tujuan shar´i dalam mensyari'atkan hukum-hukumnya adalah
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuahan pokok

(d}aruri) bagi manusia, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan (haji>yyah) dan kebaikankebaikan manusia (tah}si>niyah).10
Pada tujuan akhirnya, target yang ingin di peroleh dari berbagai aturan
tersebut adalah terciptanya tatanan kehidupan yang berkeadilan, aman, dan
tenteram sesuai dengan konsep maqa>sid al-shari´ah. Oleh karena itu dalam Islam
terdapat berbagai aturan hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan berupa
sanksi tegas yang merupakan salah satu langkah represif dan preventif dalam
mewujudkan tujuan syariat tersebut.
Dengan adanya sanksi yang tegas bagi pelanggar syara' diharapkan seseorang
tidak mudah dan tidak seenaknya berbuat jarimah. Harapan diterapkannya
ancaman dan hukum bagi pelaku jarimah tersebut adalah demi terwujudnya
kemaslahatan umat. Dengan demikian, tujuan hukum Islam ditegakkan untuk
melindungi lima hal yang disebut dengan maslahah darurii, yaitu di>n (untuk
perlindungan terhadap agama), nafs (jiwa), nasl (Keturunan), ´aql (akal), dan ma>l
(Harta benda).11

10
11

Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang : Dina Utama, 1994), 310.
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta : Logung Pustaka, 2004), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Dalam hal ini Allah Swt berfirman :
4’n?tã (#θßsÎ6óÁçGsù 7's#≈yγpg¿2 $JΒöθs% (#θç7ŠÅÁè? βr& (#þθãΨ¨t6tGsù :*t6t⊥Î/ 7,Å™$sù óΟä.u!%y` βÎ) (#þθãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
∩∉∪ tÏΒω≈tΡ óΟçFù=yèsù $tΒ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
(QS Al Hujurat : 6).12
Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman
berjalan

mengikuti

desas-desus.

Allah

menyuruh

kaum

mukminin

memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua
berita yang dicuplikkan itu benar, dan juga tidak semua berita yang
terucapkan itu sesuai dengan fakta .
Allah Swt juga mengingatkan bahwa,
∩⊂∉∪ Zωθä↔ó¡tΒ çµ÷Ψtã tβ%x. y7Íׯ≈s9'ρé& ‘≅ä. yŠ#xσà ø9$#uρ uŽ|Çt7ø9$#uρ yìôϑ¡¡9$# ¨βÎ) 4 íΟù=Ïæ ϵÎ/ y7s9 }§øŠs9 $tΒ ß#ø)s? Ÿωuρ
“ Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertnggung jawabannya” (QS Al-Isra’ : 36).13
Janganlah kalian mengikuti ataupun meyakini sesuatu yang tidak kalian
ketahui kepastiannya. Jadilah orang yang teguh dalam urusanmu, janganlah
mengikuti prasangka dan kabar buruk, karena pendengaran, penglihatan, dan hati

12
13

Depag RI, Al – Qur’an dan terjemahannya (Semarang: CV Toha putra,1971) 846.
Depag RI, Al – Qur’an dan terjemahannya (Semarang: CV Toha putra,1971) 429.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

mausia akan di perhitungkan di hadapan Allah. Jika semua itu di pergunakan untuk
kebaikan maka allah akan membalasnya dengan pahala, dan jika di pergunakan
untuk kejelekan maka allah akan membalasnya dengan siksaan.14
Dari permasalahan yang komplek di atas penulis perlu melakukan penelitian
yang di tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul :
“Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan Hoax Yang
Ketentuannya Diatur Dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang Republik
Indonesia No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik”

B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari uraian pada latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentiikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :
1. Penyalahgunaan media sosial.
2. Pemberitaan Hoax yang melanggar Pasal 28 ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik.
3. Sanksi hukuman dalam Islam terhadap pelaku penyebar berita Hoax.
4. Pandangan hukum pidana Islam terhadap pemberitaan Hoax.

14

Aidah al-qarni, tafsir al-muyassar,( Jakarta : Qisthi press, 2008), 494.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan juga bertujuan agar
permasalahan ini dikaji dengan baik, maka penulis membatasi penulisan karya
ilmiah dengan batasan :
1. Rumusan Larangan Pemberitaan Hoax yang ketentuannya di atur dalam Pasal
28 ayat (1) Undang–Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap pemberitaan Hoax di Indonesia
berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang–Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

D. Rumusan Masalah
Dengan memahami serta mempertimbangkan dasar pemikiran yang
tertuang dalam latar belakang masalah tersebut maka diperlukan adanya
rumusan masalah sebagai berikut :
1

Bagaimana Rumusan Larangan Pemberitaan Hoax dalam Pasal 28 ayat (1)
Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
Dan Transaksi Elektronik ?

2

Bagaimana Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan Hoax
Yang Ketentuannya Diatur Dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pembahasan dan topik yang
akan diteliti dengan penelitian yang sejenis yang mungkin pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi
secara mutlak. Dalam penelusuran awal, sampai saat ini penulis menemukan
penelitian atau tulisan yang sedikit kemiripan dalam penelitian yang
dilakukan penulis, diantaranya yaitu penelitian :
Skripsi karya Desi Tri Astutik yang berjudul ”Tindak Pidana Kejahatan
Mayantara (Cyber Crime) Dalam Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Fiqih Jinayah”. Dalam
penelitian tersebut penulis menitik beratkan pembahasan mengenai kejahatan
Mayantara (Cyber Crime) Dalam Perspektif UU Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Fikih Jinayah. skripsi di atas
lebih membahas presepsi atau pendapat dari tokoh dalam UU ITE dalam
prespektif jinayah dimana dalam analisis yang di gunakan hanya membahas
tentang undang-undang dan kejahatan elektronik berdasarkan hukum fiqh
jinayah. Skrispsi ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, yaitu sama
sama membahas tentang kejahatan mayantara. Sedangkan perbedaannya
adalah dalam penelitian ini, penulis fokus membahas mengenai Hoax yang di
lakukan di dunia maya di tinjau dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
dan hukum pidana Islam.15
Kemudian penelitian ini juga hampir sama dengan Tesis yang ditulis
oleh Marissa Amalia Shari Harahap, yang berjudul “Analisis Penerapan UU
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Dalam
Tindak Pidana Siber”. Penelitian ini terfokus pada penyeleseian tindak pidana
siber di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan juga mengetahui dan menganalisis
tentang ketentuan pidana Undang-Undang tersebut.16 Dalam penelitian ini
memberikan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan tindak pidana
siber serta penjabarannya tentang bagaimana ketentuan undang-undang yang
berlaku di Indonesia. Sedangkan Dalam hal ini penulis fokus membahas
mengenai Hoax yang di lakukan di dunia maya di tinjau dalam Pasal 28 Ayat
(1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik dan hukum pidana Islam.
Kemudian penelitian ini juga hampir sama dengan Tesis yang ditulis
oleh Clara Novita, yang berjudul “Literasi Media Baru Dan Penyebaran
Informasi Hoax studi Fenomenologi Pada Pengguna Whatsapp Dalam
Penyebaran Informasi Hoax Periode Januari-maret 2015”.17 Penelitian ini

15

Desi Tri Astutik, ”Tindak Pidana Kejahatan Mayantara (Cyber Crime) Dalam Perspektif UU
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Fiqih Jinayah”, (Skripsi-UIN Sunan Ampel, 2012).
16
Marissa Amalia, “Analisis Penerapan UU Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Dalam Tindak Pidana Siber”, (Tesis--Universitas Inonesia, 2011).
17
Clara Novita, Literasi Media Baru Dan Penyebaran Informasi Hoax studi Fenomenologi Pada
Pengguna Whatsapp Dalam Penyebaran Informasi Hoax Periode Januari-maret 2015, (tesis
Universitas Gadjah Mada, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

terfokus pada penyebaran informasi Hoax pada whatsapp dalam prespektif
ilmu komunikasi. dalam hal ini penulis fokus membahas mengenai Hoax yang
di lakukan di dunia maya di tinjau dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
dan hukum pidana Islam.

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai penulis antara lain :
1. Untuk mengetahui Rumusan Larangan Pemberitaan Hoax dalam Pasal 28 ayat
(1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
Dan Transaksi Elektronik.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan

Hoax Yang Ketentuannya Diatur Dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik

G. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara Teorotis (Keilmuan)
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
pemikiran bagi mahasiswa fakultas Syariah khususnya prodi Hukum
Pidana Islam dan sebagai bahan informasi pendahuluan yang penting bagi
peneliti yang mungkin mirip di masa mendatang, atau sebagai bahan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

informasi pembanding bagi peneliti lama yang serupa namun berbeda
sudut pandang. Serta berfungsi juga sebagai tambahan literatur
perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Serta dapat juga dijadikan
bahan acuan dan landasan pemahaman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan pada penelitian berikutnya tentang hal-hal yang berkenaan
dengan Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pemberitaan Hoax Yang
Ketentuannya Diatur Dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inspirasi dan
alternatif pencegahan bagi masyarakat untuk berhati-hati dalam
melakukan tindakan yang

dapat melanggar Undang-Undang ITE,

memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai kabar

Hoax serta bagaimana bentuk pelanggararnnya yang diatur dalam Pasal
28 Ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik.

H. Definisi Operasional
Adapun untuk mempermudah pemahaman serta terhindar dari salah
pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan sebagai
berikut :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Hukum Pidana Islam : Menurut Hukum Pidana Islam perbuatan
menyebarkan berita Hoax termasuk dalam Jarimah Takzir.
2. Pemberitaan Hoax : Pemberitaan atau informasi hoax yang berupa berita
bohong atau fitnah yang di sebarkan melalui internet dan media sosial

I. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam
penelitian yang akan dilakukan.18 Dalam hal ini meliputi :
1.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library

research), yaitu penelitian yang menekankan sumber informasinya dari
buku-buku , jurnal dan literatur yang berkaitan atau relevan dengan objek
penelitian.
2.

Sumber Data
a.

Sumber Primer
Sumber primer merupakan Sumber yang bersifat autoritatif
artinya punya otoritas. Sumber hukum primer terdiri dari perundangundangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.19 Sumber primer
dalam penulisan ini diambil dari Undang-Undang Informasi Dan

18
19

Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2002), 17.
Peter Mahmud, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2010), 141.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Transaksi Elektronik yang diatur dalam Pasal 28 ayat (1) UU No. 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b.

Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh dari
bahan pustaka yang berhubungan dengan judul sebagai pendukung
kelengkapan peneilitan yang berasal Sumber rujukan seperti buku,
majalah, koran, jurnal, dan internet.20
Sumber data sekunder yang digunakan penulis antara lain :
1)

Abdul Wahab Khallaf. 1994. Ilmu Ushul Fiqih. Semarang : Dina
Utama

2)

Ahmad Mawardi Muslich. 2006. Pengantar dan Asas Hukum

Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika.
3)

Makhrus Munajat. 2004. Dekonstruksi Hukum Pidana Islam.
Yogyakarta : Logung Pustaka.

4)

Maskum. 2017. Kejahatan Cyber Crime. Jakarta : Kencana
Pranada Media Group.

3.

Teknik Pengelolahan Data
Data yang di dapat dari dokumen dan sudah terkumpulkan di
lakukan analisa, berikut tahapan-tahapannya :21

20
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), 13.
21
Andi prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. II, 2012), 185.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

a.

Editing, yaitu mengadakan pemeriksaan kembali terhadap datadata yang diperoleh secara cermat baik dari data primer atau
sekunder untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup baik
dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya,22
yakni tentang Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Pemberitaan

Hoax di Indonesia berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang – Undang
Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
b. Organizing, yaitu menyusun data secara sistematis mengenai
Pemberitaan Hoax di Indonesia berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang –
Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, ditinjau dari Hukum Pidana Islam.
c.

Analizing, yaitu tahapan analisis terhadap data, mengenai hukuman
Pemberitaan Hoax di Indonesia berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Undang –
Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, ditinjau dari hukum pidana Islam.

4.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah dengan pengumpulan data
literatur, yaitu penggalian bahan-bahan pustaka yang berhubungan
dengan bahasan sanksi pidana. Bahan-bahan pustaka yang digunakan di
sini adalah buku–buku yang ditulis oleh para pakar atau ahli hukum
terutama dalam bidang hukum pidana dan hukum hukum pidana Islam.

22

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2015), 126.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

Sesuai dengan bentuk penelitiannya yakni kajian pustaka

(library research), maka penelitian ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai buku yang terkait dengan permasalahan yang
diteliti, kemudian memilih secara mendalam sumber data kepustakaan
yang relevan dengan masalah yang dibahas.
5.

Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif,23 yang di maksud
untuk memperoleh data yang sedetail mungkin mengenai pemberitan

Hoax di Indonesia dalam prespektif hukum pidana Islam.
Data yang di peroleh kemudian di kumpulkan dan disusun secara
sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deduktif
yaitu dengan melakukan pembacaan, penafsiran, dan analisis terhadap
sumber-sumber data yang diperoleh yang berkaitan dengan Pasal 28 ayat
(1) UU ITE, kemudian Pasal-Pasal tersebut akan diterapkan dari segi
sanksi dan kriterianya pada objek yang akan diteliti oleh penulis. Serta
dianalisis juga dalam perspektif hukum pidana Islam dengan bantuan
sumber-sumber data sekunder yakni berupa buku, majalah, situs internet
serta data lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

23

Soeratno, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN, 1995), 99

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

J. Sistematika Pembahasan
Agar memudahkan dalam pembahasan dan mudah dipahami, maka
pembahasannya dibentuk dalam bab-bab yang masing-masing mengandung sub
bab. penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I : Menguraikan alasan dan ketertarikan penulis dalam meneliti
masalah ini, gambaran secara keseluruhan skripsi, seperti yang
terdapat di dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian,

kegunaan

hasil

penelitian,

definisi

operasional,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II : Bab kedua berisi bab ini membahas tentang Hoax dalam Prespektif
Hukum Pidana Islam.
Bab III : Bab ketiga berisi tentang pemberitaan Hoax dalam informasi dan
transaksi elektronik serta Bagaimana pemberitaan Hoax

yang

ketentuannya di atur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang – Undang Republik
Indonesia No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Bab IV : Bab ini membahas tentang analisis Tinjauan Hukum Pidana Islam
Terhadap Pemberitaan Hoax Yang Ketentuannya Diatur Dalam Pasal
28 Ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Bab V : Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari
penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

HOAX DALAM PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM

A. Konsepsi Ghibah Dalam Hukum Pidana Islam

Ghibah berasal dari bahasa arab ghaaba yaghibu ghaiban yang berarti
ghaib, tiada hadir.1 Kata

‫اﻟﻐﻴﺒﺔ‬

akar kata ‫ب‬-‫ي‬-‫ غ‬yang dalam kitab Maqayis

al-lughah diartikan sebagai “sesuatu yang tertutup dari pandangan.2 Asal kata
ini memberi pemahaman adanya unsur “ketidakhadiran seseorang” dalam

ghibah, yakni orang yang menjadi obyek pembicaraan. Kata ghibah dalam
bahasa indonesia mengandung arti umpatan, yang diartikan sebagai perkataan
yang memburuk-burukan orang.3
Dan ghibah secara syar’i yaitu menceritakan tentang seseorang yang tidak
berada di tempat dengan sesuatu yang tidak di sukainya. Baik menyebutkan aib
badannya, keturunannya, akhlaknya, perbuatanyya, urusan agamanya, dan
urusan dunianya.4 Sebagaimana dalam hadits di jelaskan tentang ghibah yaitu:

‫ ﷲ ورﺳﻮﻟﻪ‬: ‫ أن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﻞ " أﺗﺪرون ﻣﺎ اﻟﻐﻴﺒﺔ " ﻗﻠﻮ‬،‫ﻋﻦ أﰊ ﻫﺮﻳﺮة‬
‫ أﻓﺮأﻳﺖ إن ﻛﺎن ﰲ أﺧﻲ ﻣﺎ أﻗﻮل ؟ ﻗﻞ " إن ﻛﺎن‬: ‫ ﻗﺎل " ذﻛﺮك أﺧﺎك ﲟﺎ ﻳﻜﺮﻩ " ﻗﻴﻞ‬.‫أﻋﻠﻢ‬
." ‫ﺘﻪ‬7 ‫ ﻓﻘﺪ‬،‫ و إن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮل‬.‫ ﻓﻘﺪ اﻏﺘﺒﺘﻪ‬،‫ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﺗﻘﻮل‬
“ Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda : Tahukah
kalian apa Ghibah itu? Sahabat menjawab Allah dan Rasul-nya yang
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), 304.
Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, mu’jam maqayis al-lughah, (Bairut Lebanon : dar
al-fikr jilid 4) 340.
3
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) 1336.
4
Hassan sa’udi & Ahmad Hasan Irabi, Jerat-Jerat Lisan, (Solo: Pustaka Arofah, 2004), 14.
1
2

18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

lebih mengetahui. Beliau bersabda : “kamu menyebutkan saudaramu
dengan sesuatu yang ia benci, “ Beliau ditanya : Bagaimana kalau
memang saudaraku melakukan apa yang kukatakan? Beliau menjawab :
kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah menggibahnya,
tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah
berdusta atasnya.5
Berdasarkan Hadist di atas ghibah di artikan menyatakan tentang sesuatu
yang terdapat pada diri seorang muslim di saat ia tidak berada di tempat, dan
apa yang di sebutkan memang ada pada orang tersebut tetapi ia tidak suka hal
tersebut dinyatakan. Adapun jika yang disebutkan tidak ada padanya, berarti
telah memfitnahnya.
Fitnah sendiri dalam kamus besar bahasa indonesia di artikan sebagai
suatu perkataan bohong atau tanpa dasar kebenarannya yang disebarkan dengan
maksuk menjelekkan orang seprti pencemaran nama baik atau dalam bentuk
kehormatan lainnya.6 Hal senda juga dikemukakan oleh abdul mujid, ia
menyatakan bahwa fitnah adlah menyiarkan berita tanpa dasar kebenaran yang
hakikatnya hendak merugikan orang lain.7
Pengertian diatas tanpak berbeda dengan arti yang digunakan dalam
bahasa arab fitnah menurt bahasa arab lebih dimaknai kepada sifat tertentu

5

File mausuu’atul hadits, Shahih Muslim ‫ >ب ﲢﺮﱘ اﻟﻐﻴﺒﺔ‬no 2589, Sunan Abu Dawud ‫ >ب ﰲ اﻟﻐﻴﺒﺔ‬no

4874, ‫ >ب ﻣﺎﺟﺎء ﰲ اﻟﻐﻴﺒﺔ‬no 2741, Sunan At-Tirmidzi, ‫ >ب ﻣﺎﺟﺎء ﰲ اﻟﻐﻴﺒﺔ‬no 1999.
6

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), 318.
Tim Penyusun, Ensiklopedi Al Quran Dunia Islam Moderen, (Yogyakarta : Dana Sakti Prima
Yasa, 2005), 99.
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

untuk di bakar (berupa benda – benda logam: emas atau perak), dengan tujuan
di peroleh kemurniannya.8
Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat menjelaskan hukuman fitnah
adalah :9

ََ ۡ ُ ََۡ
ُ ُ َ َُ ُۡ
َ ُ َۡ َۡ
ُ ,ُ ‫و! ا ْ ِ ۡ َ َ ُ ۡ َ ٰ َ ا ٱ ِي‬
‫م‬
‫ن‬
‫ر‬
‫ٱ‬
. ‫ ن‬$%
&
'
(
‫ِۦ‬
*
+
‫ذ‬
ِ
ِ
ِ
(Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api
neraka
(Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang
dulu kamu minta untuk disegerakan"
B. Dasar Pengharaman Hoax Dalam Hukum Pidana Islam
Al-Qur’an dan Hadist telah memperingatkan tentang ghibah dan
melarang perbuatan tersebut. Berdasarkan firman Allah Swt di dalam surah alHujurat ayat 12:10

ََ
َ ْ ُ َۡ ْ َُ َ َ
ۡ َ ََ ْ ُ ََ َ َ ٞ ۡ ّ
َ َۡ
َ
ّ
ٗ
<
َ
ّ
َ
G H @‫ ۖ و @ ?'' ا و‬Cِ‫ إ‬0ِ 12‫ ٱ‬E&F ‫ إِن‬0ِ 12‫ ٱ‬0ِ3 46ِ7, ‫ ا‬8ِ 9‫ ا ٱ‬3‫ ءا‬0 ِ ‫>= ; ٱ‬
َ َ َ ُ َۡ َ ۡ ُ ُ َ َ < ُ َ ً َۡ ُ ُ ۡ
َ َ َٗۡ
َW‫ إن ٱ‬W‫ٱ‬
َ ْ ‫ ا‬Xُ Y‫]\ ۡ ُ ُ[ هُ َوٱ‬
ۡ MNO ‫ أن‬NPQ‫ أ‬GِRS ۚ V&F
I3 ِ*IِJ‫ َ أ‬L
V&F
ۚ
ِۚ
ِ
ٞ َ_
` ٞ IِQ‫اب ر‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. Dan sabda rasulullah Saw :11

8

M. Quraish Shihab, Tafsir Al Amanah, (Bandung Pustaka Kartini), 167.
Qs. Adz Dzariyat, 51, 13 – 14.
10
Depag RI, Al – Qur’an dan terjemahannya (Semarang: CV Toha putra,1971) 847.
11
File Mawsuu’atul Hadist, Sunah Ibnu Majah, No. 349.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

‫ ﻋﻦ‬,‫ ﺣﺪ ﺛﲏ ﲝﺮ ﺑﻦ ﻣﺮار‬.‫ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ اﻷ ﺳﻮد ﺑﻦ ﺷﻴﺒﺎن‬.‫ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ وﻛﻴﻊ‬.‫ﺣﺪ ﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ أﰉ ﺷﻴﺒﺔ‬
‫ وﻣﺎ ﻳﻌﺬ>ن ﰲ‬.‫ﻤﺎ أﻳﻌﺬ >ن‬N‫ ﻓﻘﺎ ل )) ا‬.‫ ﻣﺮ اﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﺔ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﻘﲑﻳﻦ‬: ‫ﺟﺪﻩ أﰊ ﺑﻜﺮة ﻗﺎل‬
((‫ وأﻣﺎ اﻻ ﺧﺮ ﻓﻴﻌﺬب ﰲ اﻟﻐﻴﺒﺔ‬.‫ أﻣﺎ أﺣﺪﳘﺎ ﻓﻴﻌﺬب ﰲ اﻟﺒﻮل‬.‫ﻛﺒﲑ‬
“Dari Abu Bakar ibn Abi syaibah dari waki’ dari al-aswad ibn syaiban
dari bahr ibn mirar dari kakeknya abi barkah bakrah berkata, rasulullah
saw. Lewat di depn kuburan seraya bekata : kedua penghuni kuburan akan
disiksa dan mereka di siksa bukan karena dosa besar. Di siksa karena
kencing sedangkan yang satu lagi di siksa karena masalah hibah.

Ghibah termasuk larangan haram yaitu berdosa bagi yangmelakukannya,
untuk itu ghibah harus di tinggalkan. Sebagaimana firman Allah QS al-an’am
ayat 120:12

َ ُ ََۡ ْ ُ َ َ َ َۡ ۡ ُ َ َۡ ۡ َ ُ ۡ َ َ
َُٓ ََ ۡ ۡ َ َ ْ َُ َ
`m ‫ ن‬h
ِ X ‫ ا‬ij [ِ+ ‫ون‬k%Il gbِ ‫ ن ٱ‬8ِ' 0 ِ ‫ * ۚۥ إِن ٱ‬cِ d‫ ِ و‬Cbِ ‫ٰ ِ;\ ٱ‬a ‫وذروا‬
“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi.
Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi
pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah
kerjakan”.
C. Hukuman Hoax Dalam Hukum Pidana Islam
1. Pengertian Tindak Pidana Dalam Hukum Pidana Islam
Hukum pidana Islam sering disebut dalam fikih dengan istilah Jinayah
atau Jarimah bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana. Hukum pidana atau
fikih Jinayah. Jinayah Merupakan suatu tindakan yang dilarang oleh syarak
karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal
(intelegensi). Sebagian fukaha menggunakan kata Jinayah untuk perbuatan
yang berkaitan dengan jiwa atau anggota badan, seperti membunuh, melukai,

12

Depag RI, Al – Qur’an dan terjemahannya (Semarang: CV Toha putra,1971) 207.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

menggugurkan kandungan dan lain sebagainnya. Dengan demikian istilah
fikih Jinayah sama dengan hukum pidana.13
Jarimah (tindak pidana) didefinisikan oleh Imam Mawardi sebagai
berikut “Segala larangan shara’ (melakukan hal-hal yang dilarang dan
meninggalkan hal-hal yang mewajibkan) dengan diancam hukuman had atau
takzir”.14
Dapat diambil pengertian bahwa kata Jarimah identik dengan
pengertian yang disebut dalam hukum positif sebgai tindak pidana atau
pelanggaran. Maksudnya adalah satuan atau sifat dari suatu pelanggaran
hukum. Dalam hukum positif, contoh-contoh Jarimah pencurian, Jarimah
pembunuhan dan sebagainya diistilahkan dengan tindak pidana pencurian,
tindak pidana pembunuhan, dan sebagainya.15
2. Unsur dan Syarat Tindak Pidana
Suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindak pidana apabila unsurunsurnya telah terpenuhi. Unsur-unsur ini ada yang umum dan ada yang
khusus. Unsur umum berlaku untuk semua jarimah, sedangkan unsur khusus
hanya berlaku untuk masing-masing jarimah dan berbeda antara Jarimah satu
dengan jarimah yang lain. Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur umum
jarimah adalah sebagai berikut :16
a. Unsur formil (adanya undang-undang atau nas)

13

Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, (Sleman: logung pustaka, 2004), 2.
Imam Al-Mawardi, Al - Ahkam As - Sulthaniyyah,(Penerbit As-Sa’adah Dan Al-Wathan,cet. I)
206.
15
Rahmad Hakim , Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 11.
16
Ibid.
14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b. Unsur materiil (sifat melawan hukum)
c. Unsur moril (pelakunya mukallaf)
Selain ketiga unsur tersebut diatas yang harus ada dalam suatu tindak
pidana yang merupakan unsur-unsur umum terdapat juga unsur-unsur khusus
yang ada pada masing-masing tindak pidana. Yang dimaksud dengan unsur
khusus ialah unsur yang hanya terdapat pada peristiwa pidana tertentu dan
berbeda antara unsur khusus pada jenis jarimah yang satu dengan jenis
jarimah yang lainnya.17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara unsur umum dan
unsur khusus pada jarimah itu ada perbedaan. Unsur umum jarimah
ancamannya hanya satu dan sama pada setiap jarimah, sedangkan unsur
khusus bermacam macam serta berbeda-beda pada setiap jenis tindak pidana
(jarimah).
Bahwa seorang yang melakukan tindak pidana harus memenuhi syaratsyarat yaitu berakal, cukup umur, mempunyai kemampuan bebas
(muchtar).18
Tentang syarat-syarat yang harus terdapat pada pelaku dalam
kedudukannya sebagai orang yang bertanggung jawab dan pada perbuatan
yang diperintahkan, adapun syarat-syarat untuk pelaku mukallaf itu ada dua
macam, yaitu : Pelaku sanggup memahami nas-nas syarak yang berisi hukum

17

Makhrus Munajat, Dekontruksi hukum pidana islam....., 11.
Haliman, Hukum Pidana Islam Menurut Ajaran Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1968), 67.

18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

taklifi dan Pelaku orang yang pantas dimintai pertanggung jawaban dan
dijatuhi hukuman.
Sedangkan syarat perbuatan yang dapat dipidanakan ada tiga macam,
yaitu:19
a. Perbuatan itu mungkin terjadi.
b. Perbuatan itu disanggupi oleh mukalaf, yakni ada dalam jangkauan
kemampuan

mukalaf,

baik

untuk

mengerjakannya

maupun

meninggalkannya.
c. Perbuatan tersebut diketahui oleh mukalaf dengan sempurna.
3. Jarimah Takzir
Takzir menurut bahasa berasal dari kata azza>ra yang mempunyai
persamaan kata dengan ma>na‘a wa radda yang artinya mencegah dan
menolak; adda>ba yang artinya mendidik; azza>ma wa al-waqqa>ra yang artinya
mengagunkan dan menghormati; dan a‘ana wa qawwa>wa nas ara yang
artinya membantunya, menguatkan dan menolong.20
Dari keempat pengertian di atas, yang lebih relevan adalah pengertian

adda>ba (mendidik) dan ma>na‘a wa al-radda> (mencegah dan menolak).21
karena takzir juga berarti hukuman yang berupa memberi pelajaran. Disebut
dengan takzir karena hukuman tersebut sebenarnya untuk mencegah dan

19

Ahmad Wardi Muslich, Dekontruksi Hukum Pidana Islam (Sleman: logung pustaka, 2004), 31.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 248.
21
Ibid, 248.
20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

menghalangi orang yang berbuat jarimah tersebut untuk tidak mengulangi
kejahatannya lagi dan memberikan efek jera. 22
Kata takzir lebih populer digunakan untuk menunjukkan arti memberi
pelajaran dan sanksi hukuman selain hukuman Hudud. Sedangkan menurut
syarak, takzir adalah hukuman yang diberlakukan terhadap suatu bentuk
kemaksiatan atau kejahatan yang tidak diancam dengan hukuman Hudud dan
tidak pula kafarat, baik itu kejahatan terhadap hak Allah seperti makan pada
siang hari pada bulan Ramadan tanpa ada uzur, meninggalkan salat menurut
jumhur ulama, riba. Maupun kejahatan adami, seperti mencuri dengan
jumlah curian yang belum mencapai nisab pencurian, pencurian tanpa
mengandung unsur al-hirzu (harta yang dicuri tidak pada tempat
penyimpanan yang semestinya), korupsi, pencemaran dan tuduhan selain
zina dan sebagainya.23
Dalam hal ini Imam al-Mawardi menjelaskan bahwa takzir (sanksi
disiplin) adalah menjatuhkan takzir terhadap dosa-dosa yang di dalamnya
tidak terdapat hudud (hukuman shar’i ).24 Adapun perbedaan antara jarimah
hudud dan jarimah takzir adalah sebagai berikut:25
a. Dalam jarimah hudud, tidak ada pemaafan, baik oleh perorangan maupun

ulil amri> (pemerintah). Bila seseorang telah melakukan jarimah hudud dan

Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 11.
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema Insani,
2007), 523.
24
Imam Al-Mawardi, Al - Ahkam As - Sulthaniyyah,(Penerbit As-Sa’adah Dan Al-Wathan,cet. I)
206. (Ibnu firjaun, tabsiratul hukkam fil usulil aqdiyyah wa manahijul ahkam, jld. II) (Fadli Bahri)
266.
25
Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah ..., 170.
22
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

terbukti di depan pengadilan, maka hakim hanya bisa menjatuhkan sanksi
yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam jarimah takzir, kemungkinan
pemaafan itu ada, baik oleh perorangan maupun oleh ulil amri>, bila hal itu
lebih maslahat.
b. Dalam jarimah takzir hakim dapat memilih hukuman yang lebih tepat
bagi si pelaku sesuai dengan kondisi pelaku, situasi dan tempat kejahatan.
Sedangkan dalam jarimah hudud yang diperhatikan oleh hakim hanyalah
kejahatan material.
c. Pembuktian jarimah hudud dan kisas harus dengan sanksi atau pengakuan,
sedangkan pembuktian jarimah takzir sangat luas kemungkinannya.
d. Hukuman hudud maupun kisas tidak dapat dikenakan kepada anak kecil,
karena syarat menjatuhkan hudud si pelaku harus sudah balig, sedangkan
takzir itu bersifat pendidikan dan mendidik anak kecil itu boleh.
1) Unsur–Unsur Jarimah Takzir
Suatu perbuatan dianggap jarimah apabila unsur-unsurnya telah
terpenuhi. Unsur-unsur ini dibagi menjadi dua, yaitu unsur umum dan
unsur khusus. Unsur umum adalah unsur yang dianggap sebagai tindak
pidana berlaku pada semua jarimah, sedangkan unsur khusus hanya
berlaku untuk masing-masing jarimah dan berbeda antara jarimah yang
satu dengan yang lain.26

26

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam:Fikih Jinayah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Abdul Qadir Audah mengemukakan bahwa unsur-unsur umum
untuk Jarimah itu ada tiga macam, yaitu:27
a) Unsur formal, yaitu adanya nas (ketentuan) yang melarang perbuatan
dan mengancamnya dengan hukuman. Contohnya dalam surah al
Maidah: 38

َ ‫ﺎﺭ َﻗﺔُ َﻓ ۡﭑﻗ‬
ٌ ‫ُ َﻋ ِﺰ‬c‫ٱ‬
ۗ ‫ﺴ َﺒﺎ َﻧ ٰ َﻜ ٗﻼ ِ ّﻣﻦَ ﱠ‬
‫ِ َﻭ ﱠ‬c‫ٱ‬
‫ﻴﻢ‬ٞ ‫ﻳﺰ َﺣ ِﻜ‬
‫ﺎﺭ ُﻕ َﻭٱﻟ ﱠ‬
‫َﻭٱﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻄﻌُ ٓﻮﺍْ ﺃ َ ۡﻳ ِﺪ َﻳ ُﻬ َﻤﺎ َﺟﺰَ ﺍٓ ۢ َء ِﺑ َﻤﺎ َﻛ‬
ِ ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺴ‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pemb

Dokumen yang terkait

Pembuktian Terhadap Tindak Pidana Cybercrime Yang Ditinjau Dari Hukum Pidana Indonesia Dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 107 81

IDENTIFIKASI TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008)

0 5 16

Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik - [PERATURAN]

0 2 38

TINJAUAN YURIDIS PENCEMARAN NAMA BAIK MENURUT KETENTUAN PASAL 310 DAN 311 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN PASAL 27 AYAT 3 UNDANG-UNDANG NO 11 TAHUN 2OO8 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE).

0 1 7

POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PENERAPAN PASAL 27 AYAT (3) UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DALAM KASUS PERNYATAAN YANG MEMILIKI MATERI MUATAN PENGHINAAN DAN/ATAU.

0 0 1

Tinjauan hukum terhadap tindak pidana hacking yang memiliki karakteristik transnasional berdasarkan undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

0 0 1

CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM.

0 1 104

undang undang no 11 tahun 2008 informasi dan transaksi elektronik

0 0 22

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32

0 0 32

Peretasan Sistem Elektronik dalam Perspektif Hukum Pidana (Kajian Terhadap Pasal 30 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik) - UWKS - Library

0 0 14