POLITIK HUKUM PIDANA DALAM PENERAPAN PASAL 27 AYAT (3) UNDANG-UNDANG NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DALAM KASUS PERNYATAAN YANG MEMILIKI MATERI MUATAN PENGHINAAN DAN/ATAU.
ABSTRAK
Politik Hukum Pidana Dalam Penerapan Pasal 27 Ayat (3) UndangUndang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik
Dalam Kasus Pernyataan Yang Memiliki Materi Muatan Penghinaan
Dan/Atau Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial
ANGGA CAKRA SANJAYA
110111100017
Keberlakuan ancaman sanksi pidana Pasal 27 ayat (3) Jo. Pasal 45
UU ITE yang lebih tinggi dibandingkan KUHP dimaksudkan untuk
mengakomodasi perkembangan kejahatan teknologi seperti pencemaran
nama baik dalam media sosial, namun pada penerapannya menimbulkan
permasalahan seperti pelaksanaan penahanan tersangka yang dinilai
terlalu berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
memahami dan mengkaji pelaksanaan penahanan tersangka dalam kasus
pernyataan yang memiliki materi muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik melalui media sosial berdasarkan ancaman sanksi
pidana dalam Pasal 27 ayat (3) Jo. Pasal 45 UU ITE dalam perspektif
politik hukum pidana.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yang menitikberatkan pada penggunaan data
sekunder, serta spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitis yaitu memaparkan fakta-fakta, situasi, dan kondisi objek penelitian
yang diteliti. Kemudian dilakukan analisis data yang menggunakan
metode analisis normatif kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan yang
dijelaskan secara kualitatif.
Pada penelitian ini diperoleh simpulan bahwa urgensi pelaksanaan
penahanan dalam kasus pencemaran nama baik melalui media sosial
hanya mendasarkan syarat objektif penahanan Pasal 21 ayat (4) KUHAP.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya ancaman sanksi pidana yang lebih dari 5
(lima) tahun yang terdapat dalam pasal pencemaran nama baik UU ITE
yang jauh lebih tinggi dibandingkan KUHP, sehingga pada penerapannya
terjadi penahanan yang kurang memperhatikan prosedur pelaksanaan
penahanan baik dalam KUHAP maupun UU ITE yang mengakibatkan
penegakan hukum kurang memberikan keadilan dalam masyarakat.
Selain itu, Perumusan ancaman sanksi pidana dalam UU ITE dirumuskan
secara kumulatif-alternatif dan bobot tindak pidana disamaratakan dengan
tindak pidana lain yang diatur dalam Pasal 27 UU ITE sehingga ancaman
sanksi pidana pasal pencemaran nama baik UU ITE lebih tinggi
dibandingkan dengan KUHP. Hal tersebut menunjukan pengaturan tindak
pidana pencemaran nama baik dalam UU ITE yang tidak proporsional dan
overpenalisasi.
Kata Kunci: Politik Hukum Pidana, Penahanan, Pencemaran Nama Baik
iv
Politik Hukum Pidana Dalam Penerapan Pasal 27 Ayat (3) UndangUndang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik
Dalam Kasus Pernyataan Yang Memiliki Materi Muatan Penghinaan
Dan/Atau Pencemaran Nama Baik Melalui Media Sosial
ANGGA CAKRA SANJAYA
110111100017
Keberlakuan ancaman sanksi pidana Pasal 27 ayat (3) Jo. Pasal 45
UU ITE yang lebih tinggi dibandingkan KUHP dimaksudkan untuk
mengakomodasi perkembangan kejahatan teknologi seperti pencemaran
nama baik dalam media sosial, namun pada penerapannya menimbulkan
permasalahan seperti pelaksanaan penahanan tersangka yang dinilai
terlalu berlebihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
memahami dan mengkaji pelaksanaan penahanan tersangka dalam kasus
pernyataan yang memiliki materi muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik melalui media sosial berdasarkan ancaman sanksi
pidana dalam Pasal 27 ayat (3) Jo. Pasal 45 UU ITE dalam perspektif
politik hukum pidana.
Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yang menitikberatkan pada penggunaan data
sekunder, serta spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriptif
analitis yaitu memaparkan fakta-fakta, situasi, dan kondisi objek penelitian
yang diteliti. Kemudian dilakukan analisis data yang menggunakan
metode analisis normatif kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan yang
dijelaskan secara kualitatif.
Pada penelitian ini diperoleh simpulan bahwa urgensi pelaksanaan
penahanan dalam kasus pencemaran nama baik melalui media sosial
hanya mendasarkan syarat objektif penahanan Pasal 21 ayat (4) KUHAP.
Hal ini dipengaruhi oleh adanya ancaman sanksi pidana yang lebih dari 5
(lima) tahun yang terdapat dalam pasal pencemaran nama baik UU ITE
yang jauh lebih tinggi dibandingkan KUHP, sehingga pada penerapannya
terjadi penahanan yang kurang memperhatikan prosedur pelaksanaan
penahanan baik dalam KUHAP maupun UU ITE yang mengakibatkan
penegakan hukum kurang memberikan keadilan dalam masyarakat.
Selain itu, Perumusan ancaman sanksi pidana dalam UU ITE dirumuskan
secara kumulatif-alternatif dan bobot tindak pidana disamaratakan dengan
tindak pidana lain yang diatur dalam Pasal 27 UU ITE sehingga ancaman
sanksi pidana pasal pencemaran nama baik UU ITE lebih tinggi
dibandingkan dengan KUHP. Hal tersebut menunjukan pengaturan tindak
pidana pencemaran nama baik dalam UU ITE yang tidak proporsional dan
overpenalisasi.
Kata Kunci: Politik Hukum Pidana, Penahanan, Pencemaran Nama Baik
iv