Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW T1 292009078 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pelaksanaan
pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan menjamin pertumbuhan
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan
kecakapan hidup, penguasaan prinsip -prinsip alam, kemampuaan bekerja dan
bersikap ilmiah sekaligus pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan
berakhlak mulia.
Untuk mencapai harapan-harapan tersebut, seorang guru kelas mata
pelajaran IPA diharapkan tidak hanya mampu menerapkan s uatu metode dan
model pembelajaran saja.
Proses belajar-mengajar akan berjalan dengan baik jika m odel yang
digunakan betul-betul tepat, karena antar pendidikan dengan m odel saling
berkaitan. Pemilihan dan penggunaan model yang sesuai dengan materi
pembelajaran akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Penggunaan model pembelajaran yang sesuai akan menghin dari siswa dalam
rasa mengantuk dan bosan pada saat proses belajar mengajar. Karena model
mengajar menurut Arends mengacu pada pendekatan yang akan digunakan ,
termasuk di dalamnya tujuan -tujuan pembelajaran, tahap -tahap dalam kegiatan
pembelajaran,


lingkungan

pembelajaran

dan

pengelolaan

kelas

(Suprijono:2010). Guru sebaiknya dapat menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan materi pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna
dan tujuan pembelajaran tercapai.
Ada beberapa model yang dikenal dalam pembelajaran, misalnya m odel
stad, model tutur sebaya, model generatif, model picture, model CTL, dan
sebagainya. Menerapkan m odel pembelajaran yang sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar sangatlah penting demi mencapai tujuan
dari bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Adapun tujuan dari bidang studi
Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI adalah:

1

2

1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam
yang bermanfaat dalam kehidupan sehari -hari.
2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap Ilmu Pengetahuan
Alam memanfatkan dan teknologi.
3. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
4. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam, Lingkungan, Teknologi
dan Masyarakat.
6. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan.
Tujuan tersebut, menuntut para guru agar mampu mengembangkan materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar . Tak dapat
dipungkiri bahwa mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian merupakan tugas yang
nantinya menjadi karya guru yang sangat berperan dalam mempengaruhi
proses belajar-mengajar dan hasil belajar siswa.
Pada dasarnya, penerapan model -model mengajar yang bervariasi akan
dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Berkaitan
dengan semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat
pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka pembelajaran strategi
pembelajaran kooperatif dalam pendidikan sangat penting. Pembelajaran
kooperatif mempunyai syarat -syarat untuk mencapai hasil yang maksimal
yaitu adanya perbedaan atnik/ras, bersifat heterogen , adanya rasa tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi
proses kelompok. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari salah satu
anggota, maka salah satu seorang anggota ter sebut harus membantu
kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok
itu berhasil (Slavin,1995). Maka perlu adanya pembelajaran yang berpusat

3

pada siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar . Hal
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: diskusi, presentasi,

debat pendapat dan sebagainya sehingga KBM yang berlangsung aktif dan
siswa tidak cepat mengalami kebosanan.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini lebih
mementingkan pada pengha falan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. G uru dalam menerapkan pembelajaran lebih
menekankan

pada metode yang mengakti fkan guru, kurang melibatkan

peserta didik, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak
menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang mengoptimalkan
media pembelajaran. Sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran, bahkan cenderung pasif sehingga terjadi kejenuhan belajar.
Siswa hanya diam saja, mendengarkan, mencatat, mudah bosan dalam
pembelajaran, merasa jenuh dan mengantuk. Inilah yang menyebabkan
tingkat pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
sekolah masih kurang.
Permasalahan tersebut juga terjadi pada pembelajaran IP A, khususnya
pada siswa kelas 5 SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang, dimana dalam pelaksanaan pembelajaran masih sering
dijumpai kendala yaitu siswa kesulitan memahami materi yang dipelajari.
Peran peserta didik tampak belum secara optimal diperlakukan sebagai
subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara man diri. Posisi
peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan
siswa dalam keadaan pasif. Akti fitas siswa dalam pembelajaran IP A masih
sangat kurang sehingga mengakibat kan hasil belajar siswa rendah. Hal
tersebut dikarenakan guru menga jar secara monoton, kurang menarik, belum
mengunakan model pembelajaran inovatif dan juga tidak menggunakan
media dalam pembelajarannya.
Hal tersebut didukung data dari hasil analisis terhadap nilai ulangan
harian siswa kelas 5 SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang

4

Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2012/2013 masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Data hasil belajar
ditunjukkan dengan nilai terendah 56 dan nilai tertinggi 86, dengan rerata
kelas yaitu 58. Dari 41 siswa, yang mencapai KKM hanya 11 siswa atau 27%
sedangkan sisanya 30 siswa atau 73% belum mencapai KKM. Dengan

melihat data hasil belajar dan pelaksanakan mata pelajaran IP A perlu sekali
ditingkatkan kualitas pembelajarannya.
Berdasarkan hasil diskusi tim peneliti dengan guru kelas 5, untuk
memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim k olaborasi menetapkan
alternatif tindakan untuk dapat menciptakan suasana belajar yang aktif pada
pembelajaran IPA dan meningkatkan hasil belaja r siswa, peneliti akan
memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Menurut Arend dalam
Sudono (2007:34) model pembelajaran

jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jika
materi yang dipelajari sulit, anggota-anggota kelompok yang mendapat tugas
yang sama dapat bergabung membentuk kelompok tim ahli. Kelompok tim
ahli dapat berdiskusi, bertukar pikiran atau sharing untuk mempelajari serta
memecahkan masalah yang sama secara bersama -sama.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian
tindakan

kelas

dengan

judul

“ UPAYA

PENINGKATAN

HASIL

BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE

JIGSAW


PADA

SISWA

KELAS

5

SD

NEGERI

KARANGTENGAH 01 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN
SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ”.

5

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan informasi dari berbagai pihak dan observasi yang dilakukan
peneliti, dalam kenyataannya menunjukkan bahwa di kelas 5 SD Negeri

Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih banyak
permasalahan yang dihadapi dikarenakan beberapa faktor berikut ini:
a. Faktor dari guru
Kurangnya pengembangan kre atifitas dari guru dalam memilih metode
pembelajaran

yang

menarik

sesuai

karakter

siswa.

Kegiatan

pembelajaran sepenuhnya masih bergantung pada guru yang
bersangkutan.


Selama

ini

guru

selalu

menggunakan

konvensional yaitu ceramah sehingga siswa akan

metode

selalu pasif

mengakibatkan hasil belajar rendah.
b. Faktor dari siswa
Siswa yang selalu pasif mengikuti pembelajaran, hanya mencatat dan

mendengarkan bahkan ada yang bermain sendiri tanpa memperhatikan
guru yang sedang menerangkan materi pelajaran serta mer asa jenuh
dan bosan. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka siswa tidak
memahami materi, siswa akan terus -menerus pasif dan hasil belajar
rendah.
Faktor-faktor di atas mempengaruhi ketuntasan hasil belajar selama ini.
Jika tidak diatasi jumlah siswa dengan hasil belajar rendah akan terus
bertambah. Untuk itu diperlukan solusi dalam mengemas dan menyajikan
materi pembelajaran. Solusinya ad alah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sehingga siswa tidak pasif lagi melainkan terlibat aktif dalam
pembelajaran. Sehingga hasil belajar meningkat.

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dibatasi pada
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar dalam mata pelajaran IPA siswa kelas 5. Yang akan menjadi
pokok bahasan yaitu tentang cahaya dengan Standar Kompetensi menerapkan

6

sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model. Penelitian ini
dilakukan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus II
terdiri dari 3 kali pertemuan. Penelitian ini a kan dilaksanakan pada semester II
pada bulan Januari-April di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA di
SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester II tahun pelajaran 2012/2013?
2. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada mata pelajaran
IPA di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang semester II tahun pelajaran 2012/2013?

1.5 Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran IPA di SD
Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar pada mata pelajaran IPA
di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

7

1.6 Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
1. Bagi Siswa
a) Sebagai sarana meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
b) Meningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IP A.
c) Dapat menuangkan ide-idenya dalam proses diskusi kelompok .
2. Bagi Guru
a) Membuat

guru

lebih

kreatif

dalam

pelaksanaan

proses

pembelajaran.
b) Meningkatkan strategi atau model pembelajaran yang lebih
menarik.
c) Membantu

guru

untuk

menyelesaikan

masalah -masalah

pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a) Memberikan pengetahuan baru bagi guru -guru di SD Negeri
Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b) Dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam
mengajar.
c) Dapat

meningkatkan

profesionalisme

guru

dalam

proses

pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
b. Manfaat Teoritis
Peneliti mendapatkan pengalaman langsung bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 5 SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.