Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP-UKSW T1 292009078 BAB II

(1)

8 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2007:5) adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat -perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, d an lain-lain. Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Menurut Joice dan Weil (Trianto, 2007:1) menyatakan bahwa model belajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagaima na mereka belajar.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosed ur, ciri-ciri tersebut (Trianto, 2007:6) adalah

1. Strategi teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.


(2)

Model pembelajaran yang ada banyak sekali macamnya, te tapi Joyce dan Well (Rahman, 2004:2) mengelompokan model -model pembelajaran ke dalam 4 rumpun yaitu:

1. Model Pemrosesan Informasi (The Information Processing Family), yaitu model pembelajaran yang menjelaskan cara individu memberi respons rangsangan dari lingkungan dengan cara mengorganisasikan data , memformulasikan masalah, membangun konsep dan merencanakan pemecahan masalah, serta menggunakan simbol -simbol verbal dan non verbal.

2. Model Pribadi (The Personal Family), yaitu model pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan diri individu.

3. Model Interaksi Sosial (The Social Family), yaitu model pembelajaran yang mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain, memuaskan perhatiannya pada proses realitas yang ada dan dipandang sebagai nogosiasi sosial.

4. Model Prilaku (The Behavioral Models), yaitu model pembelajaran yang dibangun atas dasar teori yang umum yakni teori perilaku.

Dalam penelitian ini, ya ng dimaksud model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dan mempunyai ciri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode, atau prosedur. Selain itu model pembelajaran dibedakan ke dalam 4 rumpun yaitu model pemrosesan informasi, model pribadi, model intera ksi sosial dan model prilaku.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif bertumpu pada teori belajar kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu


(3)

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007:41).

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) menurut Clibert Mac Millian (Achyar, 1999:7) adalah belajar secara bekerja sama dalam merumuskan masalah ke arah satu pendapat kelompok. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar dalam kelompok -kelompok kecil yang terdiri 4-6 orang siswa yang sederajat tapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling mem bantu. Tujuan dibentuk kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja sama dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang dis ajikan oleh guru, dan saling membantu teman atau kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar (Trianto, 2007:41).

Pembelajaran kooperatif menurut C libert Mac Milliant (Achyar, 1999:7) mempunyai ciri -ciri sebagai berikut:

1. Keberhasilan kelompok; 2. Peranan anggota; 3. Sumber dan bahan; 4. Interaksi;

5. Penghargaan;

6. Tanggung jawab individu; 7. Peluang untuk kemenangan; 8. Hubungan pribadi;

9. Kepemimpinan bersama; 10. Penilaian kelompok.


(4)

Jika dilihat dari karakteristiknya, model pembelajaran kooperatif termasuk rumpun model pembelajaran interaksi sosial (The Social Family), karena pembelajaran mengutamakan hubungan atau interaksi sosial dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi, walaupun prinsip dasar pembelajaran tidak berubah. Setidaknya ada pe ndekatan yang merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD (Student Team Achievement Devision), Jigsaw, Investigasi Kelompok (Team Games Tournament atau TGT). Dan pendekatan struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together(NHT), (Trianto, 2007:49).

Menurut Arend terdapat enam fase atau langkah utama d alam pembelajaran kooperatif pada tabel 2.1, yaitu:

Tabel 2.1

Tahapan Pembelajaran Kooperatif

FASE KEGIATAN GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok -kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efesien

Fase 4

Membantu kerja kelompok dalam belajar

Guru membimbing kelompok -kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas

Fase 5

Mengetes materi

Guru mengetes materi pel ajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka Fase 6

Memberikan Penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


(5)

Roger dan David Johnson (Lie, 2007:31) mengatakan bahwa ada lima unsur pembelajaran kooperat if (Cooperatif Learnig) yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif (Positive Interpendence) 2. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability) 3. Tatap muka (Face to face)

4. Komunikasi antar anggota (Interpersonal Communication) 5. Evaluasi proses kelompok (Group processing)

Jadi pada dasarnya, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model pembelajaran kooper atif memiliki beberapa variasi, walaupun prinsip dasar pembelajaran tidak berubah. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki bebera pa fase atau langkah agar tercapainya tujuan pembelajaran.

2.1.3 Model Pembelajaran Jigsaw

2.1.3.1 Pengertian model pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw termasuk salah satu variasi dari pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aroson dan teman -teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman -teman di Universitas John Hopkins. (Trianto, 2007:56 )

Dalam metode jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong -royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatka n keterampilan berkomunikasi.


(6)

Model pembelajaran Jigsaw menurut Arend (Sudono, 2007:34) adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggungjawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Jika materi yang dipelajari sulit, anggota -anggota kelompok yang mendapat tugas yang sama dapat bergab ung membentuk kelompok tim ahli. Kelompok tim ahli dapat berdiskusi, bertukar pikiran atau sharing untuk mempelajari serta memecahkan masalah yang sama secara bersama -sama.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dip elajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, R . 2008:13).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 2008:28).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa -siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang


(7)

keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berb eda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas -tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Berdasarkan kajian teori di atas, m odel pembelajaranJigsawadalah tipe pembelajaran yang menekankan kerja kelompok. Dalam jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli siswa dalam kelompok ahli bertugas menyampaikan materi kepada anggota lainnya.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan metode Jigsaw

Menurut Isjoni (2009:63), kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatifJigsawadalah sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsawantara lain:

1. Memacu siswa untuk lebi h aktif, kreatif, serta bertang gungjawab terhadap proses belajarnya.

2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis.

3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajarai kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.

4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.

Di samping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw juga ada kekurangannya yaitu:

1. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan metode yang lain .

2. Bagi guru metode ini me merlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penangan yang berbeda.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa masing -masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Begitu juga dengan


(8)

metode pembelajaran jigsaw juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu kelemahanjigsawadalah membutuhkan waktu yang lama selain itu guru dituntut mempunyai kemampuan yang lebih. Tetapi disisi lain Jigsawmemiliki kelebihan siswa menjadi lebih aktif dan kritis.

2.1.3.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipeJigsaw

Hubungan antar kelompok asa l atau kelompok ahli digambarkan pada gambar 2.1 (Arends, R. 2008:14).

Gambar 2.1

Hubungan antar kelompok asal atau kelompok ahli

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw(Arends, R. 2008:14) adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam ke lompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipeJigsawini, setiap siswa diberi tugas mempelajarai salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok


(9)

Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitas i diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing -masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyaji kan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2011:89), langkah -langkah pembelajaran dengan menggunakan metode jigsawadalah sebagai berikut: 1. Guru mengenalkan topik yang akan dibahas.

2. guru membagi kelas menjadi kelompok -kelompok kecil. Jumlah kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada top ik yang dipelajarai. Kelompok-kelompk ini disebut kelompok asal.

3. Setelah kelompok asal terbentuk, guru memba gikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelaj arai materi tekstual yang diterimanya dari guru.

4. Sesi berikutnya, guru membuat kelompok ahli.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan di antaranya kegiatan pembagian siswa dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selain itu juga jumlah siswa perlu diperhatikan. Kelompo k dibagi sesuai dengan jumlah materi yang akan didiskusikan. Pada akhir pembelajaran guru tetap memberikan kesimpulan dari keseluruhan topik


(10)

yang dibahas. Berdasarkan penge rtian-pengertian di atas tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam metode jigsaw jumlah angota terdiri dari 5 orang saja. Kelima anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Kelima anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya guru akan mengevaluasi mereka m engenai seluruh bagian pelajaran.

2.1.4 Sintaks Model Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipeJigsaw

Sintaks model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digun akan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelu m kegiatan dilaksanakan, langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakasa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalang RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No 41, 2007).


(11)

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Permendiknas No 41, 2007).

2. Kegiatan inti

Sesuai permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yan g cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3. Kegiatan akhir

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas N0 41, 2007).

Sebelum guru melaksanakan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawguru wajib membuat:

1) Rencana Pembelajaran (Persiapan), meliputi: a. Merumuskan indikator yang akan dicapai.

b. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.

c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

d. Membuat lembar observasi siswa dan guru untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan langsung.

e. Membuat lembar kerja evaluasi untuk meliha t hasil yang telah dilakukan.

2) Pelaksanaan, meliputi: 1) Kegiatan awal


(12)

(1) Melakukan appersepsi dan motivasi 2) Kegiatan inti

a. Eksplorasi:

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi IPA tentang sifat -sifat cahaya Pembagian Kelompok asal dan kelompok ahli

2. Menginformasikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang cahaya

3. Membagi siswa menjadi kelompok asal dan kelompok ahli Kelompok asal:

8 kelompok asal dengan memberi nama kelompok anggur, strawberry, semangka, jeruk, durian, jambu, manggis, apel yang terdiri dari 5 siswa memiliki materi yang berbeda

Kelompok ahli:

5 kelompok ahli yang terdiri dari 8 siswa anggota terdiri dari kelompok asal yang materiny a sama

Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar 2.2 Pembagian Kelompok


(13)

4. Meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli melakukan diskusi

5. Membagikan lembar kerja siswa b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Pembahasan materi di kelompok ahli 1. Membimbing diskusi kelompok ahli

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang sifat-sifat cahaya

Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

3. Meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal

4. Meminta siswa membuka buku dalam melakukan diskusi tentang sifat-sifat cahaya dengan bimbingan guru

Presentasi Kelompok

5. Meminta perwakilan kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas tentang sifat-sifat cahaya

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Kesimpulan

1. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti

2. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka kerjakan

3. Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran 3) Kegiatan akhir

(1) Melakukan evaluasi akhir pertemua n (2) Melakukan refleksi


(14)

2.1.5 Hasil Belajar

Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelaja ran yang dibuktikan melalui hasil tes.

Hasil belajar adalah kemampuan -kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudj ana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita -cita (Sudjana, 2004:22). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari s isi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 1) Ranah kognitif (pemahaman)

Ranah kognitif adalah ranah yang membahas dan berkenaan dengan proses mental, seperti pemahaman terhadap penget ahuan, menyebutkan, pengenalan, menduga dan lain sebagain ya. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi, yakni evaluasi. 2) Ranah afektif (sikap dan perilaku)

Ranah afektif adalah area yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan menjadi lima tingkat. Dengan demikian, berarti pengembangan nilai-nilai sikap, perasaan, dan perilaku dapat dilakukan melalui pendidikan afektif. Lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu


(15)

tingkat menerima (receiving), tingkat tanggapan (responding), tingkat menilai, tingkat organisasi (organization), tingkat karakterisasi (characterrization).

3) Ranah psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang membahas hal -hal yang berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau gerakan yang bersifat jasmaniah. Dengan demikian, ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot -otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Dalam ranah psikomotorik terdiri dari empat tingkatan yaitu gerakan reflek atau seluruh badan (groos body movements), gerakan terkoordinasi (condinated movement), komunikasi non verbal (nonverbal communication), keterampilan dalam berbicara (speech behavior). Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah tes diberikan sebaga i perwujudan dari upaya yang telah dilakukan s elama proses belajar mengajar.

2.1.6 Pembelajaran IPA

2.1.6.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Kata -kata Ilmu pengetahun Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Natular Science. Natural artinya ilmiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Scienceartinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau science harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa -peristiwa yang terjadi di alam (Iskandar, S. 1997:2).


(16)

Menurut Webster’s (Iskandar, S. 1997:2), menyatakan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala -gejalanya. Sedangkan Purnell’s (Iskandar, S. 1997:2), berpendapat bahwa ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi, dan eksp erimen sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.

Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang kejadian -kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi. Definisi lain menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam ialah susunan teratur pengetahuan yang diperoleh manusia, termasuk cara -cara mengembangkan pengetahuan itu secara kriteria (ukuran). Ada pula yang mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Alam ialah apa yang dilakukan oleh ahli-ahli IPA (Iskandar, S. 1997:14).

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (Iskandar, S. 1997:15) sebagai berikut:

1. Mengamati apa yang terjadi.

2. Mencoba memahami apa yang diamati.

3. Mempergunakan pengetahuan baru untu k meramalkan apa yang akan terjadi.

4. Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi -kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Dari beberapa teori pengertian di atas bahwa pengertian IPA merujuk pada ilmu tentang alam. IPA adalah suatu pengetahuan teori tis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.

2.1.6.2 Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA (Harsono, 1993) diterapkan dalam program -program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman -pengalaman nyata dan pemanipulasian


(17)

alat, bahan, atau media belajar y ang lain serta peranan guru sebag ai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena it u, selain mengajar secara klasikal, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik .

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan MI oleh Refandi (200 6) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep -konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari. 2) Mengembangkan rasa ingin tahu , sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar Sains tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksan akan secara inquiri ilmiah (Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja,


(18)

dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian penga laman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah .

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapain SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru). Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

karya/model.

6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2. Membuat suatu karya/model ,

misalnya periskop atau lensa dari bahan Sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya.

2.1.6.3 Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPA

Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu tipe pembelajaran yang menekankan kerja kelompok. Dalamjigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli siswa dalam kelompok ahli bertugas menyampaikan materi kepada anggota lainnya. Tindakan guru ya ng dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajarai kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.

Fase-fase dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawsebagai berikut:


(19)

Fase 1 : Pembukaan

Fase 2 : Guru memberitahukan materi yang akan diajarkan Fase 3 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Fase 4 : Membagi siswa menjadi kelompok asal dan kelompok ahli Fase 5 : Meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli melakukan

diskusi

Fase 6 : Meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal

Fase 7 : Meminta siswa menulis laporan tentang sifat -sifat cahaya yang telah mereka diskusikan

Fase 8 : Guru memberikan latihan soal/pertanyaan umpan balik kepada siswa sebagai bentuk belajar intelektual

Fase 9 : Penutup

2.2 Hasil Penelitian yang Releva n

Riyanto Agus, 2011 dalam penelitiannya dengan judul “Efektivitas Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pendowo 03 Kab Temanggung”. Menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Independent Sample Test, diketahui bahwa thitung 7.557 pada hasil belajar pada kelompok eksperimen, dan thitung p hasil belajar pada kelompok kontrol 7.277. Adapun signifikansi 2 tailed yang diperlihatkan pada tabel di atas adalah 0.000 dan lebih kecil dari 0.05. Mendasarkan pada hasil pengujian ini maka hipotesis yang menyatakan ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pendowo 03 dit erima, dan sebaliknya hipotesis yang menyatakan tidak ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pendowo 03 ditolak. Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini adalah model cooperative learning tipe Jigsaw efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pendowo pada mata pelajaran IPS. Saran yang dapat


(20)

disampaikan adalah bahwa pihak sekolah dan guru untuk dapat menerapkan model cooperative learning dalam pelaksanaan pembelajar an baik pada pokok bahasan yang lain, maupun pada mata pelajaran lain.

Mariana, 2012 dalam penelitiannya dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kepemimpinan Melalui Metode Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 1 Mungeng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012”.Menyimpulkan bahwa h asil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar dan peningkatan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) melalui metode jigsaw. Pembelajaran melalui metode jigsaw disajikan dalam bentuk diskusi kelompok, soal evaluasi dan angket. Saran dalam proses pembelajaran hendaknya siswa ikut terlibat aktif serta guru harus lebih kreatif dalam menyajikan metode pembelajaran yang menarik dan mampu mengembangkan karakter siswa seperti metode jigsaw.

Priyo, Dwi 2011 dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupate n Pati Tahun Ajaran 2011/2012” . menyimpulkan bahwa penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 64 naik menjadi 82.5 sehingga terjadi peningkatan sebesar 18.5%. Dan ketuntasan belajar siswa yang pada kondisi awalnya hanya 36% menjadi 86% pada siklus 2. Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat mengembangka n metode jigsaw dalam mengajar dan menambah pengetahuan, pemahaman materi yang akan diajarkan dan dapat memberikan manfaat pada Pendidikan Nasional pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


(21)

1. Ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS. Model cooperative learning tipe Jigsaw efektif meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

2. Penerapan metode jigsawpada mata pelajaran IPA, mampu meningkatkan hasil belajar dan kepemimpinan siswa. Pembelajaran melalui metode jigsaw disajikan dalam bentuk diskusi kelompok, soal evaluasi dan angket.

3. Penerapan metode jigsawpada mata pelajaran IPA, mampu meningkatkan hasil belajar.

Setelah mengkaji 3 hasil penelitian ini, ternyata berhasil maka penelitian yang akan saya lakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA akan lebih cocok di terapkan di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang untuk mengatasi hasil belajar yang rendah.

2.3 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok k ecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dip elajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kel ompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyel esaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Tujuan dibentuk kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam


(22)

proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja sama dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman atau kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Setelah melaksanakan diskusi di kelompok asal, sis wa melaporkan hasil diskusinya. Setelah itu guru memberikan kesimpulan agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari dalam proses belajar yang dilakukan.

Hasil belajar dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena siswa mudah mempelajari materi IPA dengan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja sama dalam kelompok . Hal ini dapat merangsang siswa untuk aktif, kreatif, bertanggungjawab terhadap proses belajarnya maka hasil belajarpun akan ikut meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dala m gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.3

Bagan Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Jigsaw

Pembagian kelompok asal dan kelompok ahli

Pembahasan materi di kelompok ahli

Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

Presentasi kelompok

Kesimpulan

Aktif

Kreatif

Menyenangkan

Menerapkan Ide

Hasil

Belajar

Berfikir kritis

Bertanggung jawab


(23)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Kemampuan guru dalam mengajar pada mata pel ajaran IPA di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.


(1)

dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian penga laman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah .

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapain SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru). Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

karya/model.

6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2. Membuat suatu karya/model ,

misalnya periskop atau lensa dari bahan Sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya.

2.1.6.3 Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPA

Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu tipe pembelajaran yang menekankan kerja kelompok. Dalamjigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli siswa dalam kelompok ahli bertugas menyampaikan materi kepada anggota lainnya. Tindakan guru ya ng dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajarai kepada siswa lain dalam kelompok tersebut.

Fase-fase dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawsebagai berikut:


(2)

Fase 1 : Pembukaan

Fase 2 : Guru memberitahukan materi yang akan diajarkan Fase 3 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Fase 4 : Membagi siswa menjadi kelompok asal dan kelompok ahli Fase 5 : Meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli melakukan

diskusi

Fase 6 : Meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal

Fase 7 : Meminta siswa menulis laporan tentang sifat -sifat cahaya yang telah mereka diskusikan

Fase 8 : Guru memberikan latihan soal/pertanyaan umpan balik kepada siswa sebagai bentuk belajar intelektual

Fase 9 : Penutup

2.2 Hasil Penelitian yang Releva n

Riyanto Agus, 2011 dalam penelitiannya dengan judul “Efektivitas Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pendowo 03 Kab Temanggung”. Menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Independent Sample Test, diketahui bahwa thitung 7.557 pada hasil belajar pada kelompok eksperimen, dan thitung p hasil belajar pada kelompok kontrol 7.277. Adapun signifikansi 2 tailed yang diperlihatkan pada tabel di atas adalah 0.000 dan lebih kecil dari 0.05. Mendasarkan pada hasil pengujian ini maka hipotesis yang menyatakan ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pendowo 03 dit erima, dan sebaliknya hipotesis yang menyatakan tidak ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pendowo 03 ditolak. Dengan demikian, kesimpulan penelitian ini adalah model cooperative learning tipe Jigsaw efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pendowo pada mata pelajaran IPS. Saran yang dapat


(3)

disampaikan adalah bahwa pihak sekolah dan guru untuk dapat menerapkan model cooperative learning dalam pelaksanaan pembelajar an baik pada pokok bahasan yang lain, maupun pada mata pelajaran lain.

Mariana, 2012 dalam penelitiannya dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kepemimpinan Melalui Metode Jigsaw Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas V SDN 1 Mungeng Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012”.Menyimpulkan bahwa h asil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan hasil belajar dan peningkatan kepemimpinan siswa kelas V SDN 1 Mungseng pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) melalui metode jigsaw. Pembelajaran melalui metode jigsaw disajikan dalam bentuk diskusi kelompok, soal evaluasi dan angket. Saran dalam proses pembelajaran hendaknya siswa ikut terlibat aktif serta guru harus lebih kreatif dalam menyajikan metode pembelajaran yang menarik dan mampu mengembangkan karakter siswa seperti metode jigsaw.

Priyo, Dwi 2011 dalam penelitiannya dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupate n Pati Tahun Ajaran 2011/2012” . menyimpulkan bahwa penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 64 naik menjadi 82.5 sehingga terjadi peningkatan sebesar 18.5%. Dan ketuntasan belajar siswa yang pada kondisi awalnya hanya 36% menjadi 86% pada siklus 2. Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat mengembangka n metode jigsaw dalam mengajar dan menambah pengetahuan, pemahaman materi yang akan diajarkan dan dapat memberikan manfaat pada Pendidikan Nasional pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


(4)

1. Ada efektivitas model cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS. Model cooperative learning tipe Jigsaw efektif meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

2. Penerapan metode jigsawpada mata pelajaran IPA, mampu meningkatkan hasil belajar dan kepemimpinan siswa. Pembelajaran melalui metode jigsaw disajikan dalam bentuk diskusi kelompok, soal evaluasi dan angket.

3. Penerapan metode jigsawpada mata pelajaran IPA, mampu meningkatkan hasil belajar.

Setelah mengkaji 3 hasil penelitian ini, ternyata berhasil maka penelitian yang akan saya lakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA akan lebih cocok di terapkan di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang untuk mengatasi hasil belajar yang rendah.

2.3 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok k ecil yang terdiri dari 4-6 siswa secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dip elajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kel ompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyel esaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Tujuan dibentuk kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam


(5)

proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja sama dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman atau kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Setelah melaksanakan diskusi di kelompok asal, sis wa melaporkan hasil diskusinya. Setelah itu guru memberikan kesimpulan agar siswa lebih memahami materi yang dipelajari dalam proses belajar yang dilakukan.

Hasil belajar dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena siswa mudah mempelajari materi IPA dengan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama bekerja sama dalam kelompok . Hal ini dapat merangsang siswa untuk aktif, kreatif, bertanggungjawab terhadap proses belajarnya maka hasil belajarpun akan ikut meningkat. Penjelasan lebih rinci disajikan dala m gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir sebagai berikut:

Gambar 2.3

Bagan Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Jigsaw

Pembagian kelompok asal dan kelompok ahli

Pembahasan materi di kelompok ahli

Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

Presentasi kelompok

Kesimpulan

Aktif

Kreatif

Menyenangkan

Menerapkan Ide

Hasil

Belajar

Berfikir kritis

Bertanggung jawab


(6)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Hasil belajar IPA bagi siswa kelas 5 di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Kemampuan guru dalam mengajar pada mata pel ajaran IPA di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2012/2013 dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.