prosiding pesat vol 6 2015 irawan firdaus

PROSIDING PESAT 2015
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil)
Volume 6 – Oktober 2015

PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA
MELALUI REVITALISASI PERADABAN

ISSN : 1858 – 2559

PENERBIT
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

Alamat Redaksi
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina
Depok, Jawa Barat 16424
Telp: +62-21-78881112 ext. 455
Fax: +62-21-7872829
Email: pesat@gunadarma.ac.id
Laman: http://penelitian.gunadarma.ac.id/pesat
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat


PESAT
Seminar Ilmiah Nasional Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil
Volume 6 – Oktober 2015
956 hal + xv
Editor:
Tri Wahyu Retno Ningsih, Vega Valentine, Indah Mulyani, Risnawati
Desain sampul: Tim Prosiding
Penerbit: Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma
©2015. Hak cipta Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma. Dilarang
memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi prosiding ini dalam
bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotocopy,
memindai atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari penerbit.
ISSN : 1858 – 2559

ii

DEWAN REDAKSI

Penanggung Jawab:

Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.
Prof. Dr. Didin Mukodim MM.
Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.
Ketua Dewan Redaksi:
Dr. Bertalya, SKom., DEA
Komite Ilmiah:
Prof. Dr. Didin Mukodim (Universitas Gunadarma)
Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras SE. Ak. MBA. (Universitas Gunadarma)
Prof. Sahat Sahala Pandjaitan (Universitas Lampung)
Prof. Dr. Waridin, MS. (Universitas Diponegoro)
Prof. Dr. Indah Susilowati, MSc. (Universitas Diponegoro)
Prof. Jamaluddin Ancok (Universitas Gunadarma)
Dr. M.M. Nilam Widyarini, MPsi., Psikolog (Universitas Gunadarma)
Dr. Raziq Hasan, Ir. MTArs. (Universitas Gunadarma)
Dr. Heri Suprapto (Universitas Gunadarma)
Dr. Totok Suhardiyanto, MHum. (Universitas Indonesia)
Dr. Ir. Budi Hermana, M.M. (Universitas Gunadarma)
Prof. Antariksa Sudikno, MEng., PhD. (Universitas Brawijaya)

Editor Pelaksana:

Tri Wahyu Retno Ningsih, SS, MM
Dr. Jacobus Belida Blikololong
Indah Mulyani, SPsi., MSi
Vega Valentine, ST, MMSI, MSc.
Nurlalila, SS, MHum.
Risnawati, SP, MSi.
Sandhi Prajaka, SKom., MMSI
Sampul:
Tim Prosiding
Penerbit:
Lembaga Penelitian Universitas Gunadarma

iii

PANITIA PELAKSANA SEMINAR
Penasehat:
Prof. Dr. E.S. Margianti, SE., MM.
Prof. Suryadi Harmanto, SSi., MMSI.
Agus Sumin, SSi., MM
Penanggung Jawab:

Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc.
Prof. Dr. Didin Mukodim MM.
Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc.
Ketua Panitia:
Dr. Sri Hermawati, SE., MM.
Sekretaris:
Dr. Bertalya, SKom., DEA
Bendahara:
M.S. Harlina, S.Kom., MMSI
Sekretariat:
Ida Ayu Ari Angreni, ST, MMT
Lilis Setyowati, ST
Riyanto Wibowo, ST
Sarana dan Prasarana:
Dr. Harjanto Sutedjo, MM
Remi Senjaya, SKom. MMSI
Edy Prihantoro, SS, MMSI

iv


Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN INFLASI TERHADAP
KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR
DAN SEDANG DI JABODETABEK TAHUN 2008-2013
Bambang Irawan1
Muhammad Firdaus2
1,2

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
1
birawan718@gmail.com, 2daus_mti@staff.gunadarma.ac.id
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan variabel upah minimum dan inflasi terhadap
kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar dan sedang di Jabodetabek pada tahun 20082013. Teknik analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda yang terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel upah minimum secara
parsial berpengaruh tidak signifikan. Sedangkan untuk variabel inflasi berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen yaitu kesempatan kerja sektor industri pengolahan besar
dan sedang di Jabodetabek pada tahun 2008- 2013. Terjadi pengaruh negatif pada variable upah
minimum, dimana ketika variabel bebas tersebut naik, maka variabel terikat akan mengalami
penurunan. Sedangkan untuk variabel inflasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga
kerja. Penelitian ini juga menemukan bahwa nilai adjust R square dari variable independen ini
sebesar 14,4% sedangkan sisanya 85,6% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan kedalam model regresi ini.
Kata Kunci: upah minimum, Inflasi, kesempatan kerja, industri besar dan sedang.

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses merupakan gambaran tentang
bagaimana
suatu
perekonomian
berkembang atau berubah dari waktu ke
waktu menuju kearah yang lebih baik.
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya

adalah serangkaian usaha kebijaksanaan
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup
masyarakat,
memperluas
kesempatan kerja dan mengarahkan
pembagian pendapatan secara merata. Dua
indikator pembangunan ekonomi yang
penting pada suatu negara terletak pada
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
peningkatan kesempatan kerja. laju
pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah
dapat dilihat dari jumlah output yang
dihasilkan oleh daerah tersebut. Boediono
(1992), menyatakan bahwa meningkatkan
output sebagai konsekuensi pertumbuhan
ekonomi
dapat
dilakukan
dengan

meningkatkan
keterampilan
pekerja,
penerapan sistem pembangian kerja yang
E-74

tepat berdasarkan keterampilan pekerja
dan penggunaan mesin-mesin yang dapat
memudahkan dan mempercepat serta
meningkatkan produktifitas tenaga kerja.
Peningkatan dalam penggunaan
tenaga
kerja
menandakan
adanya
kesempatan kerja sebagai akibat dari
peningkatan output tersebut. kesempatan
kerja dapat diartikan sebagai partisipasi
dalam pembangunan, baik dalam arti
memikul beban pembangunan maupun

dalam tanggung jawab atas pelaksanaan
pembangunan ataupun di dalam menerima
kembali hasil pembangunan tersebut.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang
amat mendasar dalam kehidupan manusia
karena mencakup dimensi sosial dan
ekonomi. Salah satu tujuan pendting
dalam pembangunan ekonomi adalah
penyediaan lapang kerja yang cukup
untuk mengejar pertumbuhan angkatan
kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat
dari pertumbuhan kesempatan kerja.
Masalah ketenagakerjaan bukan hanya
Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

sekedar keterbatasan lapangan atau
peluang

kerja
serta
rendahnya
produktivitas namun jauh lebih serius
dengan penyebab yang berbeda-beda.
Pada dasawarsa yang lalu, masalah pokok
tertumpu pada kegagalan penciptaan
lapanga kerja yang baru pada tingkat yang
sebanding dengan laju pertumbuhan
output
industri.
Seiring
dengan
berubahnya lingkungan makro ekonomi
mayoritas negara-negara berkembang,
angka pengangguran yang meningkat
pesat
terutama
disebabkan
oleh

terbatasnya permintaan tenaga kerja, yang
selanjutnya semakin diciutkan oleh faktorfaktor eksternal seperti memburuknya
kondisi neraca pembayaran, meningkatnya
masalah utang luar negeri dan kebijakan
lainnya, yang pada gilirannya telah
mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan
industri, tingkat upah, dan akhirnya,
penyediaan lapangan kerja (Todaro,
2000).
Kenaikan upah minimum regional
akan berdampak langsung terhadap tenaga
kerja di propinsi yang bersangkutan.
Karena upah minimum merupakan
pendapatan bagi buruh, maka dengan
naiknya upah berarti pendapatan mereka
bertambah,
tambahan
pendapatan
mendorong naiknya pengeluaran yang
selanjutnya meningkatkan permintaan
pasar. Kenaikan permintaan apabila tidak
diikuti oleh kenaikan penawaran di pasar
akan menimbulkan kenaikan harga-harga
barang dan jasa (demand pull inflation).
Di lain pihak, kenaikan upah oleh
pengusaha
dikalkulasikan
sebagai
kenaikan biaya produksi.
Pengusaha
berusaha menutup kenaikan biaya
produksi tersebut dengan cara menaikkan
harga output. Proses berikutnya terjadilah
kenaikan harga-harga barang di pasar
yang diakibatkan oleh kenaikan biaya
produksi tersebut (cost push inflation).
Dengan adanya demand pull inflation dan
cost push inflation maka terjadi saling
mendorong antara kedua jenis inflasi
tersebut, yang akhirnya menjadikan inflasi
dalam perekonomian lebih besar. Tahap
berikutnya dari efek inflasi tersebut adalah
Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

kenaikan
harga-harga
input
yang
digunakan oleh perusahaan.
Sektor industri sangat erat kaitannya
dengan upah minimum dan inflasi yang
akan mempengaruhi harga, sehingga pada
akhirnya berdampak pada kesempatan
kerja yang ada pada industri. Namun
apakah upah minimum yang diberikan
oleh industri mampu menyerap banyaknya
tenaga kerja, dan juga inflasi yang terus
terjadi, jika diperhatikan membuat
semakin banyak penduduk kehilangan
pekerjaan atau bahkan menganggur. Oleh
sebab itu timbul pertanyaan “apakah upah
minimum dan inflasi berpengaruh
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor
industri pengolahan besar dan sedang di
Jabodetabek tahun 2008-2013?”.
METODE PENELITIAN
Dalam penilitian ini objek penelitian
yang diambil adalah keseluruhan data
tenaga kerja pada industri besar dan
sedang, upah minimum dan inflasi kota
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi pada tahun 2008-2013. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder, yaitu data yang mempunyai
relevansi variabel penelitian. Adapun
teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah Web Searching pada website
milik badan resmi yang mempublikasikan
data yang diperlukan, yang pada
penelitian ini adalah lembaga BPS
(www.bps.go.id). Dalam penelitian ini
digunakan dua jenis variabel penelitian,
yaitu variabel terikat (kesempatan kerja
pada sektor industri pengolahan skala
besar dan sedang di Jabodetabek) dan
variabel bebas (Upah Minimum dan
Inflasi).
Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini data kesempatan
kerja sektor industri pengolahan besar dan
sedang (Y1) di wakili oleh tingkat jumlah
seluruh tenaga kerja yang bekerja pada
perusahaan industri pengolahan skala
besar dan sedang di Jabodetabek pada
tahun 2008-2013, baik tenaga kerja
produksi (pekerja yang pekerjaannya
E-75

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

langsung bekerja didalam proses produksi
dari mulai bahan baku masuk ke pabrik
sampai menjadi hasil produksi yang
keluar dari pabrik) maupun tenaga kerja
lainnya dan diukur dengan persentase.
Data diambil dari BPS.
Pada variabel upah minimum (X1)
diwakili oleh kenaikan tingkat upah
minimum kota yang diterima oleh buruh
dari tahun ke tahun yang dinyatakan
dalam rupiah dari tahun 2008-2013 dan
diolah menjadi persentase. Data diambil
dari BPS. Pada variabel inflasi (X2)
tingkat
inflasi
yang
digunakan
menunjukkan besarnya perubahan hargaharga secara umum pada periode waktu
tertentu. Tingkat inflasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah besarnya inflasi
yang terjadi di Jabodetabek tahun 20082013 yang diperoleh dari BPS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian
ini menggunakan analisis regresi berganda
dengan pendekatan OLS (Ordinary Least
Square) atau metode kuadrat terkecil
biasa. Teknik analisis tersebut digunakan
untuk mengetahui
pengaruh upah
minimum dan inflasi terhadap kesempatan
kerja sektor industri pengolahan besar dan
sedang. Adapun model penelitian adalah
sebagai berikut.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + ! ....................(1)
Dimana :
Y
= Kesempatan kerja sektor
pengolahan besar dan sedang
α
= Konstanta
β1-β2 = Koefisien regresi
X1
= Upah minimum
X2
= Inflasi
"
= Disturbance error

industri

Pada penelitian ini uji t dilakukan
untuk menguji signifikansi variabel
independen yaitu Upah minimum (X1),
Inflasi (X2), secara parsial terhadap
variabel dependen yaitu kesempatan kerja
sektor industri pengolahan besar dan
sedang di Jabodetabek pada tahun 20082013 (Y). Dasar pengambilan keputusan
dengan tingkat signifikansi α = 0,05
E-76

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

sebagai berikut. Sig. t > α 0,05 ; Ho
Diterima : berpengaruh tidak signifikan.
Sig. t < α 0,05 ; Ho Ditolak
:
berpengaruh signifikan.
Untuk menguji variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial,
maka dibuat hipotesis sebagai berikut.
a. Hipotesis 1
Ho: Sig.t > α 0,05; Tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara
parsial antara variabel upah minimum
terhadap variabel kesempatan kerja.
Ha: Sig. t < α 0,05; Terdapat
pengaruh yang negatif dan signifikan
antara variabel upah minimum
terhadap variabel kesempatan kerja.
b. Hipotesis 2
Ho: Sig.t > α 0,05; Tidak terdapat
pengaruh yang signifikan secara
parsial antara variabel inflasi terhadap
variabel kesempatan kerja.
Ha: Sig. t < α 0,05; Terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan
antara variabel upah minimum
terhadap variabel kesempatan kerja.
Uji-t digunakan untuk melihat
pengaruh secara sendiri-sendiri dari setiap
variabel bebas terhadap variabel tak
bebas, apakah koefisien regresi dari
masing-masing variabel dalam suatu
model bersifat signifikan atau tidak.
Uji F dilakukan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen yaitu
Upah minimum (X1), Inflasi (X2), secara
simultan terhadap variabel dependen yaitu
kesempatan
kerja
sektor
industri
pengolahan besar dan sedang di
Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y).
Dasar pengambilan keputusan dengan
tingkat signifikansi α = 0,05 sebagai
berikut. Sig. F > 0,05 ; Ho Diterima
sedangkan Sig. F < 0,05 ; Ho Ditolak.
Untuk menguji variabel independen
terhadap variabel dependen secara
simultan, maka dibuat hipotesis sebagai
berikut. Ho : Tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel independen
yaitu Upah minimum (X1), Inflasi (X2),
secara
simultan terhadap variabel
dependen yaitu kesempatan kerja sektor
Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

industri pengolahan besar dan sedang di
Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y).
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara
variabel independen yaitu Upah minimum
(X1), Inflasi (X2), secara simultan
terhadap
variabel
dependen
yaitu
kesempatan
kerja
sektor
industri
pengolahan besar dan sedang di
Jabodetabek pada tahun 2008- 2013 (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.
Hasil Analisis Variabel Kesempatan Kerja
VARIABEL
B
Sig.t
(Constant)
-6,088 ,249
Upah_minimum -,226 ,210
Inflasi
2,003 ,017
Sig.F
,050b
Adj.R2
0.144
Sumber: Hasil Olah Data

Berdasarkan tabel 1 diperoleh
persamaan seperti persamaan 2 berikut.
Berdasarkan
persamaan multiregresi
diatas dapat diketahui bahwa konstanta
mempunyai nilai -6,088 yang artinya
apabila variable independennya (variable
upah minimum dan inflasi) konstan maka
diperkiran variabel dependen yaitu
kesempatan
kerja
sektor
industri
pegolahan besar dan sedang turun sebesar
akan menurun sebesar 6,088%.
Variable upah minimum mempunyai
nilai -0,226 dan mempunyai nilai
signifikansi t nya sebesar 0,210 yang
mana lebih besar dari 0,05 maka Ho
diterima. Variabel upah minimum
berpengaruh tidak signifikan terhadap
kesempatan
kerja
sektor
industri
pengolahan sedang dan besar yang ada di
Jabodetabek. Kenaikan upah minimum
sebesar 1% akan berdampak pada
penurunan kesempatan kerja pada sektor
industri sebesar 0,226% .begitu pula
sebaliknya, apabila upah minimum turun
sebesar 1% maka kesempatan kerja naik
sebesar 0,266%.

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

Selanjutnya
variabel
inflasi
mempunyai nilai +2,003 dan mempunyai
nilai signifikasi t-nya sebesar 0,017 yang
mana lebih kecil dari 0,05, maka Ho
ditolak yang berarti bahwa inflasi
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kesempatan kerja sektor industri
pengolahan besar dan sedang di
Jabodetabek. Kenaikan variabel inflasi
sebsar 1% akan berdampak pada kenaikan
kesempatan kerja sebesar 2,003%. Begitu
pula sebaliknya, apabila variabel inflasi
turun sebesar 1% maka akan berdampak
pada penurunan kesempatan kerja pada
sektor industri pengolahan sebesar
2,003%
Berdasarkan tabel 1 diketahui dari
kolom Sig. bahwa nilai signifikansi F
sebesar 0,05 yang berarti sama dengan
0,05 dan tidak lebih besar dari 0,05
sekaligus menyatakan Ho ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
independen yaitu upah minimum dan
inflasi berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen-nya yaitu Kesempatan
kerja sektor industri pegolahan besar dan
sedang di Jabodetabek pada tahun 20082013. Temuan lain dari studi ini adalah
nilai koefisien determinasi sebesar 0,144
atau sebesar 14,4%. Nilai tersebut berarti
bahwa kemampuan variabel independen
yaitu upah minimum dan inflasi dalam
menjelaskan kesempatan kerja pada sektor
industri pengolahan besar dan sedang
pada tahun 2008-2013 hanya sebesar
14,4% dan sisanya sebsar 85,6%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan pada penelitian ini. Upah bagi
pengusaha dapat dipandang sebagai
beban, karena semakin besar upah yang
dibayarkan kepada karyawan, semakin
kecil
proporsi
keuntungan
bagi
pengusaha. Perubahan tingkat upah akan
mempengharuhi tinggi rendahnya biaya
produksi perusahaan. Ada dua hal yang
dapat terjadi dari dampak kenaikan upah
minimum terhadap kesempatan kerja pada
sektor industri besar dan sedang. Yang
pertama, naiknya tingkat upah akan

Kesempatan Kerja = -6,088 -0,226Upah Minimum1 + 2,003Inflasi.................(2)
Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

E-77

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

menaikkan biaya produksi perusahaan,
selanjutkan akan meningkatkan pula harga
per unit barang yang diproduksi. Biasanya
konsumen akan memberikan respon yang
cepat apabila terjadi kenaikan harga
barang, yaitu mengurangi konsumsi atau
bahkan tidak mau membeli barang
tersebut. Artinya banyak produksi yang
tidak terjual, dan terpaksa produsen
menurunkan
jumlah
produksinya.
Turunnya target produksi mengakibatkan
berkurangnya
tenaga
kerja
yang
dibutuhkan. Hal yang kedua apabila upah
minimum naik, pengusaha ada yang lebih
suka menggunakan teknologi padat modal
untuk
proses
produksinya
dan
menggantikan kebutuhan akan tenaga
kerja dengan kebutuhan akan barangbarang modal seperti mesin dan lain
sebagainya. Penggunaan mesin-mesin
akan oleh perusahaan akan menurunkan
tenaga kerja sehingga kesempatan kerja
menurun.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan studinya Jauhari dan Atmanti
(2009). Penelitian tersebut mengatakan
bahwa kenaikan upah pada sektor indutri
manufaktur tahun 2005 menyebabkan
bertambahnya output yang kemudian akan
berdampak pada kesempatan kerja, yaitu
bertambahnya kesempatan kerja di sektor
industri manufaktur. Pada penelitian
tersebut, Sektor industri pengolahan
(manufaktur)
yang
paling
besar
penciptaan kesempatan kerjanya akibat
kenaikan upah adalah industri perabot
rumah tangga dari kayu yaitu 6.358 jiwa.
Sektor lain yang mampu menciptakan
kesempatan kerja cukup tinggi adalah
industri kayu dan bahan bangunan dari
kayu dan industri tekstil, yang masingmasing mampu menciptakan kesempatan
kerja sebesar 4.538 jiwa dan 4.220 jiwa.
Sedangkan sektor yang paling kecil
penciptaan kesempatan kerjanya adalah
industri dasar baja dan besi yaitu sebesar
14 jiwa.
Hubungan
yang
positif
dan
signifikan antara tingkat inflasi dengan
tingkat kesempatan kerja didasarkan pada
asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan
E-78

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

dari adanya kenaikan permintaan agregat.
Dengan naiknya permintaan agregat,
berdasarkan teori permintaan, permintaan
akan naik, kemudian harga akan naik pula.
Dengan tingginya harga (inflasi) maka
untuk memenuhi permintaan tersebut
produsen
meningkatkan
kapasitas
produksinya dengan menambah tenaga
kerja (tenaga kerja merupakan satusatunya input yang dapat meningkatkan
output).
Akibat
dari
peningkatan
penyerapan tenaga kerja tersebut maka
dengan naiknya harga-harga (inflasi)
pengangguran menjadi berkurang atau
bisa dilihat pula dengan tingkat inflasi
yang stabil akan menurunkan tingkat suku
bunga yang secara langsung kemudian
akan memicu banyaknya permintaan atas
kredit usaha dan akan banyak industri atau
sektor usaha yang bermunculan, sehingga
jumlah
penyerapan
tenaga
kerja
meningkat seiring kesempatan kerja yang
tinggi. Hal tersebut berlaku pada tingkat
inflasi ringan dan dalam jangka pendek.
Hal ini disebabkan karena adanya
kenaikan harga yang membuat perusahaan
meningkatkan jumlah produksinya dengan
harapan memperoleh laba yang lebih
tinggi. Namun, jika inflasi yang terjadi
adalah hyper inflation, keadaan tersebut
tidak berlaku lagi. Pada saat inflasi tinggi
yang tidak dibarengi dengan kemampuan
masyarakat, perusahaan akan mengurangi
jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga
jumlah pengangguran akan bertambah.
Hal tersebut sejalan dengan pedapat
Sukirno
(2004)
berdasarkan
teori
permintaan, dengan meningkatnya harga
dan meningkatnya permintaan, maka
produsen akan meningkatkan kapasitas
produksinya dengan menambah jumlah
tenaga kerja. Oleh karena itu inflasi dan
tenaga kerja memiliki hubungan yang
positif, jika kenaikan inflasi juga
dibarengi oleh kenaikan permintaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tujuan dari penelitian adalah untuk
menganalisis dan menguji secara empiri
signifikansi parsial dan simultan pengaruh
Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

Prosiding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur &Teknik Sipil)
Universitas Gunadarma - Depok - 20-21 Oktober 2015

upah minimum dan inflasi terhadap
kesempatan kerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa upah minimum
berimplikasi
negatif
meski
tidak
signifikan terhadap kesempatan kerja
sektor industri pengolahan sedang dan
besar yang ada di Jabodetabek pada tahun
2008-2013. Selanjutnya tingkat inflasi
berimplikasi positif dan berpengaruh
signifikan terhadap kesempatan kerja
sektor industri pengolahan besar dan
sedang di Jabodetabek pada tahun 20082013. Kenaikan variabel inflasi sebsar 1%
akan
berdampak
pada
kenaikan
kesempatan kerja sebesar 2,003%. Begitu
pula sebaliknya, apabila variabel inflasi
turun sebesar 1% maka akan berdampak
pada penurunan kesempatan kerja pada
sektor industri pengolahan sebesar
2,003%.

Vol. 6, Oktober 2015
ISSN: 1858-2559

Kerja Industri Manufaktur Di Jawa
Tengah. JEJAK, 2(2).
Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori
Makroekonomi. Edisi Pertama,
Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Todaro, P. Michael. 2000. Pembangunan
Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
www.bps.go.id

Saran
Pemerintah seharusnya menetapkan
upah minimum sewajarnya dengan
mempertimbangkan standar biaya hidup.
Hal yang lebih realistis dilakukan adalah
dengan menetapkan upah minimum
sewajarnya
yang
diikuti
dengan
peningkatan
skill
pekerja
agar
produktivitasnya meningkat sebanding
dengan
kenaikan upah minimum.
Selanjutnya,
Inflasi
yang
dapat
dikendalikan
merupakan
sebuah
kesuksesan dalam perekonomian, tetapi
harus diimbangi juga dengan kebijakan
perekonomian yang lain seperti penurunan
suku bunga sehingga nantinya akan
meningkatkan investasi yang dapat
menambah
kesempatan
kerja
dan
pengangguran dapat berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan
Ekonomi.
Seri
Sinopsis.
Pengatar Ilmu Ekonomi. Edisi
1. Cetakan Ke 5. BPFE.
Jogyakarta
Juhari, Imam, Hastarini Dwi Atmanti.
2009. Dampak Prubahan Upah
Terhadap Output Dan Kesempatan

Irawan dan Firdaus, Pengaruh Upah Minimum...

E-79