Orang Tua Yang Suka Memukul

Orang Tua Yang Suka Memukul
Tanya :
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Pengasuh rubrik keluarga sakinak yth. Saya bapak dari 2
orang anak berumur 4 tahun dan 5 bulan. Dulu saya kurang dekat dengan anak saya, tapi
sejak anak kedua lahir saya harus berbagi tugas dengan istri dalam mengasuh anak.
Maklum, kami tidak mempunyai pembantu. Yang menjadi masalah , si sulung masih
sering buang air di celana alias ngompol. Hal ini membuat kami jengkel hingga kami lalu
memukulnya. Bagaimana tidak jengkel? Ia kembali buang air di celana setelah adiknya
lahir dan diharuskan ibunya tidur dengan saya.
Apa yang harus kamki lakukan? Teerus terang setiap habis memukulnya, rasanya kami
menyesal sekali meskipun yang menjadi sasaran bukan daerah rawan seperti kepala atau
dada. Kami sangat mengharapkan saran dari pengasuh. Atas sarannya kami ucapkan
terima kasih.

Bapak Zein, di W.
Jawab.
Bapak Zein yang jengkel saya jadi teringat peristiwa orang tua yang memukul anaknya
hingga meninggal. Kalau kita tanyakan pada mereka, apakah mereka hanya memukul
anknya sekali lalu meninggal? Jawabnya tentu saja tidak. Suatu perilaku akan tumbuh
menjadi kebiasaan secara bertahap, demikian juga dengan kebiasaan memukul. Pertama
mencubit, tidak mempan lalu ‘menjewer ‘ telinga, disusul dengan memukul tangan dan

selanjutnya makin terus meningkat.
Bila sudah begini, maka cara yang paling ‘aman’ adalah kita membiasakan diri untuk
menahan diri dari keinginan memukul anak.
Kalau dilihat masalah anda, anak anda tadinya sudah mampu menguasai ‘toilet training’,
yang artinyasudah bisa buang air secara benar, Ketika adiknya lahir, kebiasaan ini
kembali lagi. Hal itu memperlihatkan bahwa sesungguhnya anak anda melakukannya
secara tak sadar, untuk memperlihatkan bahwa ia merasa ‘tidak aman’. Karena proses
pemisahan anak anda dengan ibunya terlalu tiba-tiba sementara sebelumnya kurang dekat
dengan ayahnya. Selain itu ia juga takut kehilangan kasih sayang dari orang terdekatnya
(dalam hal ini ibunya) yang harus diberikan pula pada adiknya.
Oleh karena itu daripada memukulinya, lebih baik anda dan istri berusaha membantunya
mengatasi rasa cemas tadi ( tentunya tidak hanya dengan kata-kata saja, tapi dengan
perbuatan). Yaitu dengan bersama-sama, anda yakinkan bahwa meskipun ia tidak tidur
seranjang dengan ibunya, tetapi ibu (dan bapaknya) tetap menyayanginya. Libatkanlah ia
dengan ibunya dalam mengasuh adiknya, supaya ia mengerti bahwa adiknya tak berdaya
dan membutuhkan banyak pertolongan ibunya.
Perhatikan pula pada jam berapa ia buang air, karena biasanya ada pola tertentu. Nah,
mendekati jam itu ajaklah ia ke WC agar ia dapat melakukannya dengan benar. Bila
ketegangannya telah teratasi, Insya Allah ia akan mampu mengendalikan kembali
kebiasaan buang airnya.Do;a saya semoga Bapak/Ibu diberi kesabaran dalam mendidik


dan menemani tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang lebih baik daripada kita.
Amin
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 07-2002