Artikel Utama Edisi 47-TRI W (4)
AIR DAN PROBLEMATIKANYA
Tri Widiyanto
(Kepala Pusat penelitian Limnologi-LIPI)
[email protected]
Tidak ada kehidupan, tanpa air. Dari airlah awal kehidupan di
bumi yang tadinya kering dan gersang ini diaktifkan. Seperti
yang tercantum dalam beberapa surat dalam Kitab Suci Al
Qur’an, antara lain: Surat 35 Ayat 9,12 dan 27; Surat 41 Ayat
39; Surat 45 Ayat 5; Surat 2 Ayat 164; dan Surat 22 Ayat 5. Selain itu dalam kerajaankerajaan Hindu dan Budha, juga terlihat selalu ada konservasi sumberdaya air, yang
tercermin dari adanya kolam-kolam pemandian dan biasa disebut dengan istilah
sendang. Gambaran tersebut memperlihatkan betapa pentingnya air bagi umat manusia
dan mahluk Tuhan lainnya.
Kondisi ini juga tercermin dalam kandungan air di dalam sel tubuh dan ketersediaan
air di planet bumi ini. Rata rata dalam sel mahluk hidup mengandung air lebih dari 80%.
Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan sampai beberapa minggu, akan tetapi akan
mati tanpa air dalam hitungan hari. Planet bumi yang kita tempati ini, juga sebagian
besar terdiri dari air. Data terbaru menyebutkan bahwa jumlah volume air laut di planet
ini sebesar 1.332 miliar Km3 (Matthew Charette, 2010). Dari jumlah air yang terdapat di
planet bumi ini, hanya sekitar 3% merupakan air tawar yang sampai saat ini menjadi
andalan untuk aktivitas manusia. Dari jumlah air tawar tersebut, sekitar 78% merupakan
air permukaan, 11% air tanah dan 11% air tanah dalam. Bila dilihat lebih jauh lagi
menunjukkan bahwa dari 78% air tawar tersebut, sekitar 99% adalah merupakan air
dalam bentuk es dan gletser. Sedangkan sisanya sekitar 0,3% berupa air danau tawar,
0,03% air sungai dan 0,3% air danau asin. Komposisi ini menujukkan bahwa sebenarnya
ketersediaan air yang secara langsung dapat digunakan atau sangat dibutuhkan untuk
aktivitas kita sangat kecil. Di sisi lain kebutuhan akan air mencakup kebutuhan
domestik, pertanian, perkebunan, industri maupun sosial budaya.
Jumlah penduduk dunia saat ini berjumlah sekitar 5,3 milyar dan membutuhkan air
yang cukup banyak. Walaupun dalam hitungan secara global dan kuantitas ketersediaan
air untuk keperluan domestik masih di bawah dari jumlah kandungan air yang tersedia.
Akan tetapi secara kualitas dan distribusi sumberdaya air masih sangat tidak merata. Di
negara-negara berkembang yang justru jumlah penduduknya tinggi, namun mempunyai
ketersediaan air yang rendah, baik dari sisi sistribusi, kualitas maupun kuntitasnya.
Kondisi saat ini, lebih dari satu miliar orang di dunia ini tidak bisa mendapatkan pasokan
air yang aman. Dengan melihat pentingnya kebutuhan air, Perserikatan Bangsa Bangsa,
menetapkan bahwa air menjadi salah satu perameter untuk mengukur nilai indek
pembangunan manusia. Pidato sekjen PBB Bapak Kovi Anan, menyatakan bahwa kita
tidak dapat memberantas berbagai penyakit menular di bunia seperti HIV, sebelum kita
mampu menyediakan akses air bersih ke masyarakat dengan baik. Kondisi tersebut juga
menjadi salah satu komitmen negara Indonesia, yang telah menargetkan bahwa sampai
tahun 2015 diharapkan jumlah penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air bersih
meningkat menjadi 50% dari saat ini. Memang kalau dilihat jumlah air yang tersedia,
Indonesia termasuk dalam enam negara yang mempunyai persediaan air minum sekitar
50%, bersama Brazil, Kolombia, Rusia, Cina dan Kanada, akan tetapi distribusi dan
kualitasnya tidak merata dan masih rendah.
1
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
Pentingnya
peran
air,
juga
disebutkan dalam Undang Undang Dasar
1945, Pasal 33 Ayat 3 tertulis bahwa
”Bumi,
air
dan
kekayaan
yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran
Rakyat”.
Selanjutnya apa yang diamanatkan
dalam UUD 45 tersebut, diterjemahkan
lagi dalam Undang Undang Sumberdaya
Air yang lebih terperinci dalam mengatur
sumberdaya air di Indonesia, yaitu
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang sumberdaya air. Dalam UU ini dipertegas lagi bahwa pada Pasal 4
disebutkan bahwa sumberdaya air mempunyai tiga fungsi yaitu: sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Penegasan campur
tangan dan tanggung jawab negara juga dikemukakan pada Pasal 5 yang menyebutkan
bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan air yang sehat, bersih
dan produktif. Kemudian dalam Pasal 6 disebutkan bahwa sumberdaya air dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Disini sering
sekali terjadi perbedaan persepsi dalam melihat sumberdaya air di Indonesia. Seberapa
jauh peranan negara dalam melaksanakan tugasnya, masih sering diperdebatkan. Sering
sekali masyarakat menuntut bahwa dengan adanya fungsi ekonomi air menjadi salah
satu barang yang pengaturannya diserahkan kepada kebutuhan pasar. Hal ini secara
sepintas akan terjadi konflik kepentingan dengan yang tercantum dalam UUD 45.
Lebih lanjut pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah RI No. 33 Tahun
2011, tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air. Walaupun sampai saat
ini masih banyak masyarakat yang belum puas dengan keberadaan Undang Undang
tersebut. Terlepas dari itu semua, salah satu kebijakan umum yang tercantum dalam PP
RI No. 33 ini adalah pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya
terkait air. Disini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui Pusat Penelitian
Limnologi dan berbagai lembaga riset lainnya dituntut untuk dapat mengembangkan
IPTEK yang berguna bagi kelangsungan dan ketersediaan sumberdaya air di Indonesia.
Disamping kementerian-kementerian teknis yang langsung berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan serta pengaturan kebijakan tentang sumberdaya air di
Indonesia.
Beberapa kementerian dan lembaga yang
bertanggung
jawab
dalam
pengelolaan
Sumberdaya Air di Indonesia antara lain
adalah: Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian
Kehutanan,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan,
Kementerian
Kependudukan,
Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Perhubungan,
Dewan
Sumberdaya
Air
Nasional, Dewan Nasional Perubahan Iklim,
Dewan Nasional Pangan dan lainnya.
2
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
Secara jelas masing-masing kementerian
dan lembaga sebenarnya sudah ditetapkan
tugas dan fungsi yang harus dijalankan, akan
tetapi insitusi atau lembaga yang menangani
sumberdaya air mempunyai cara pandang yang
sangat spesifik, sehingga kadang-kadang timbul
masalah yang semakin komplek. Konflik
kepentingan antar intansi vertikal dan horisontal
sudah bukan menjadi hal baru lagi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air di
Indonesia. Mereka mempunyai ego sektoral
yang sangat kental, sehingga seringkali masyarakat atau warga negara yang seharusnya
menjadi sasaran akhir dalam menikmati hasil pembangunan menjadi terlupakan.
Sebenarnya secara teoritis, sudah disadari oleh seluruh pengambil kebijakan, seperti
yang tertera dalam PP RI No. 33 Tahun 2011 ini bahwa beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan sumberdaya air antara lain yaitu:
1. Perkembangan jumlah penduduk (peruntukan sebagai: sumber air bersih,
pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dll)
2. Peningkatan alih fungsi lahan
3. Konflik dalam penggunaan air
4. Keterbatasan peran masyarakat dan dunia usaha
5. Tumpang tindih peran lembaga pengelola sumberdaya air
6. Keterbatasan data dan informasi sumberdaya air yang benar dan akurat
Menurut Susilastuti (2011), terdapat tiga kesenjangan yang berkaitan dengan
sumberdaya air yaitu:
1. Ketersediaan air menurun sedangkan kebutuhan air meningkat.
2. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas
hidup, dimana salah satu faktor penentunya adalah ketersediaan air bersih.
3. Peningkatan konservasi lahan yang cenderung menurunkan daerah tangkapan
air.
Dalam PP No. 33 Tahun 2011 menyebutkan bahwa berbagai tantangan kedepan atau
target yang sudah dicanangkan dalam penyediaan sumberdaya air bagi warga negara
Indonesia adalah:
1. Millenium Development Goals.
Negara kita telah menandatangani kesepakatan bahwa diharapkan pada tahun
2015 jumlah penduduk yang belum mendapatkan layanan air bersih dan sanitasi
akan berkurang setengahnya, sehingga diharapkan sebanyak 60 juta penduduk
Indonesia akan mendapatkan layanan air bersih. Pada kenyataannya sampai saat
ini pelayanan masyarakat tentang air bersih masih relatif rendah. Dari sekitar 324
PDAM di Indonesia, yang kondisinya sehat tidak lebih dari 140. Hal ini masih
menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua.
2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya Terkait Air
Hal ini untuk menjaga ketersediaan dan kelangsungan sumberdaya air di
Indonesia. Pada masa yang akan datang peranan IPTEK sudah menjadi suatu
3
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
kewajiban, karena selain kuantitas ketersediaan sumberdaya air, juga dibutuhkan
kualitas yang memadai.
Mengingat penting dan kompleknya permasalahan air di Indonesia, maka dalam
kegiatan Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIPNAS) X tahun 2011, air menjadi
salah satu bidang bahasan tersendiri, dan menjadi sub bahasan pada bidang pangan dan
energi. Hal ini menunjukkan penting dan besarnya fungsi air bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pada acara tersebut bidang air membahas sebagian kecil peran air untuk
kebutuhan domestik.
Pada kesempatan tersebut khusus untuk bidang air, pembahasan dilihat dari:
ketersediaan air secara fisik, peran kelembagaan dan institusi yang telah berjalan dalam
penyediaan air bersih, serta peranan masyarakat dalam penyediaan sumber air bersih.
Pada acara tersebut diikuti oleh para akademisi, peneliti, pengambil kebijakan dan
lembaga swadaya masyarakat.
Permasalahan air merupakan permasalahan global yang menyangkut seluruh umat
manusia di dunia. Menyangkut permasalahan air diperingati khusus mengenai ”hari air
dunia”. Di samping itu juga telah banyak lembaga dunia di bawah UNESCO yang
mempunyai perhatian terhadap air ini, diantaranya International Hidrology Program
(IHP), ICHARM, ISIMOD, ISI dan K-Waters. Khusus di Indonesia dalam hal ini LIPI telah
menjadi salah satu organisasi dibawah UNESCO Pusat Kategori II yang mengorganisir
permasalahan air di kawasan Asia-Pasifik, yaitu Asia-Pasific Centre for Echohydrology
(APCE).
Bapak Prof. Bunasor Sanim dalam bukunya
yang
berjudul
Sumberdaya
Air
dan
Kesejahteraan Publik yang terbit pada tahun
2011, telah banyak membahas permasalahan
air di Indonesia, mulai dari krisis air di Jawa
dan Bali. Ketersediaan air yang tidak merata
antar pulau di Indonesia dan akses yang
rendah dari masyarakat ekonomi lemah, serta
masalah dalam pengelolaan sumberdaya air.
Buku ini melihat permasalahan air sangat
menyeluruh. Diharapkan buku ini menjadi salah
satu acuan bagi pengambil kebijakan di negara
ini dan menjadi salah satu referensi bagi para
peneliti yang berkecimpung di bidang air.
4
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
Tri Widiyanto
(Kepala Pusat penelitian Limnologi-LIPI)
[email protected]
Tidak ada kehidupan, tanpa air. Dari airlah awal kehidupan di
bumi yang tadinya kering dan gersang ini diaktifkan. Seperti
yang tercantum dalam beberapa surat dalam Kitab Suci Al
Qur’an, antara lain: Surat 35 Ayat 9,12 dan 27; Surat 41 Ayat
39; Surat 45 Ayat 5; Surat 2 Ayat 164; dan Surat 22 Ayat 5. Selain itu dalam kerajaankerajaan Hindu dan Budha, juga terlihat selalu ada konservasi sumberdaya air, yang
tercermin dari adanya kolam-kolam pemandian dan biasa disebut dengan istilah
sendang. Gambaran tersebut memperlihatkan betapa pentingnya air bagi umat manusia
dan mahluk Tuhan lainnya.
Kondisi ini juga tercermin dalam kandungan air di dalam sel tubuh dan ketersediaan
air di planet bumi ini. Rata rata dalam sel mahluk hidup mengandung air lebih dari 80%.
Manusia dapat bertahan hidup tanpa makan sampai beberapa minggu, akan tetapi akan
mati tanpa air dalam hitungan hari. Planet bumi yang kita tempati ini, juga sebagian
besar terdiri dari air. Data terbaru menyebutkan bahwa jumlah volume air laut di planet
ini sebesar 1.332 miliar Km3 (Matthew Charette, 2010). Dari jumlah air yang terdapat di
planet bumi ini, hanya sekitar 3% merupakan air tawar yang sampai saat ini menjadi
andalan untuk aktivitas manusia. Dari jumlah air tawar tersebut, sekitar 78% merupakan
air permukaan, 11% air tanah dan 11% air tanah dalam. Bila dilihat lebih jauh lagi
menunjukkan bahwa dari 78% air tawar tersebut, sekitar 99% adalah merupakan air
dalam bentuk es dan gletser. Sedangkan sisanya sekitar 0,3% berupa air danau tawar,
0,03% air sungai dan 0,3% air danau asin. Komposisi ini menujukkan bahwa sebenarnya
ketersediaan air yang secara langsung dapat digunakan atau sangat dibutuhkan untuk
aktivitas kita sangat kecil. Di sisi lain kebutuhan akan air mencakup kebutuhan
domestik, pertanian, perkebunan, industri maupun sosial budaya.
Jumlah penduduk dunia saat ini berjumlah sekitar 5,3 milyar dan membutuhkan air
yang cukup banyak. Walaupun dalam hitungan secara global dan kuantitas ketersediaan
air untuk keperluan domestik masih di bawah dari jumlah kandungan air yang tersedia.
Akan tetapi secara kualitas dan distribusi sumberdaya air masih sangat tidak merata. Di
negara-negara berkembang yang justru jumlah penduduknya tinggi, namun mempunyai
ketersediaan air yang rendah, baik dari sisi sistribusi, kualitas maupun kuntitasnya.
Kondisi saat ini, lebih dari satu miliar orang di dunia ini tidak bisa mendapatkan pasokan
air yang aman. Dengan melihat pentingnya kebutuhan air, Perserikatan Bangsa Bangsa,
menetapkan bahwa air menjadi salah satu perameter untuk mengukur nilai indek
pembangunan manusia. Pidato sekjen PBB Bapak Kovi Anan, menyatakan bahwa kita
tidak dapat memberantas berbagai penyakit menular di bunia seperti HIV, sebelum kita
mampu menyediakan akses air bersih ke masyarakat dengan baik. Kondisi tersebut juga
menjadi salah satu komitmen negara Indonesia, yang telah menargetkan bahwa sampai
tahun 2015 diharapkan jumlah penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air bersih
meningkat menjadi 50% dari saat ini. Memang kalau dilihat jumlah air yang tersedia,
Indonesia termasuk dalam enam negara yang mempunyai persediaan air minum sekitar
50%, bersama Brazil, Kolombia, Rusia, Cina dan Kanada, akan tetapi distribusi dan
kualitasnya tidak merata dan masih rendah.
1
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
Pentingnya
peran
air,
juga
disebutkan dalam Undang Undang Dasar
1945, Pasal 33 Ayat 3 tertulis bahwa
”Bumi,
air
dan
kekayaan
yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran
Rakyat”.
Selanjutnya apa yang diamanatkan
dalam UUD 45 tersebut, diterjemahkan
lagi dalam Undang Undang Sumberdaya
Air yang lebih terperinci dalam mengatur
sumberdaya air di Indonesia, yaitu
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang sumberdaya air. Dalam UU ini dipertegas lagi bahwa pada Pasal 4
disebutkan bahwa sumberdaya air mempunyai tiga fungsi yaitu: sosial, lingkungan hidup
dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Penegasan campur
tangan dan tanggung jawab negara juga dikemukakan pada Pasal 5 yang menyebutkan
bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan air bagi
kebutuhan pokok minimal sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhan air yang sehat, bersih
dan produktif. Kemudian dalam Pasal 6 disebutkan bahwa sumberdaya air dikuasai oleh
negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Disini sering
sekali terjadi perbedaan persepsi dalam melihat sumberdaya air di Indonesia. Seberapa
jauh peranan negara dalam melaksanakan tugasnya, masih sering diperdebatkan. Sering
sekali masyarakat menuntut bahwa dengan adanya fungsi ekonomi air menjadi salah
satu barang yang pengaturannya diserahkan kepada kebutuhan pasar. Hal ini secara
sepintas akan terjadi konflik kepentingan dengan yang tercantum dalam UUD 45.
Lebih lanjut pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah RI No. 33 Tahun
2011, tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air. Walaupun sampai saat
ini masih banyak masyarakat yang belum puas dengan keberadaan Undang Undang
tersebut. Terlepas dari itu semua, salah satu kebijakan umum yang tercantum dalam PP
RI No. 33 ini adalah pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya
terkait air. Disini Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui Pusat Penelitian
Limnologi dan berbagai lembaga riset lainnya dituntut untuk dapat mengembangkan
IPTEK yang berguna bagi kelangsungan dan ketersediaan sumberdaya air di Indonesia.
Disamping kementerian-kementerian teknis yang langsung berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan serta pengaturan kebijakan tentang sumberdaya air di
Indonesia.
Beberapa kementerian dan lembaga yang
bertanggung
jawab
dalam
pengelolaan
Sumberdaya Air di Indonesia antara lain
adalah: Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian
Kehutanan,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan,
Kementerian
Kependudukan,
Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian
Perhubungan,
Dewan
Sumberdaya
Air
Nasional, Dewan Nasional Perubahan Iklim,
Dewan Nasional Pangan dan lainnya.
2
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
Secara jelas masing-masing kementerian
dan lembaga sebenarnya sudah ditetapkan
tugas dan fungsi yang harus dijalankan, akan
tetapi insitusi atau lembaga yang menangani
sumberdaya air mempunyai cara pandang yang
sangat spesifik, sehingga kadang-kadang timbul
masalah yang semakin komplek. Konflik
kepentingan antar intansi vertikal dan horisontal
sudah bukan menjadi hal baru lagi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air di
Indonesia. Mereka mempunyai ego sektoral
yang sangat kental, sehingga seringkali masyarakat atau warga negara yang seharusnya
menjadi sasaran akhir dalam menikmati hasil pembangunan menjadi terlupakan.
Sebenarnya secara teoritis, sudah disadari oleh seluruh pengambil kebijakan, seperti
yang tertera dalam PP RI No. 33 Tahun 2011 ini bahwa beberapa permasalahan yang
berkaitan dengan sumberdaya air antara lain yaitu:
1. Perkembangan jumlah penduduk (peruntukan sebagai: sumber air bersih,
pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, dll)
2. Peningkatan alih fungsi lahan
3. Konflik dalam penggunaan air
4. Keterbatasan peran masyarakat dan dunia usaha
5. Tumpang tindih peran lembaga pengelola sumberdaya air
6. Keterbatasan data dan informasi sumberdaya air yang benar dan akurat
Menurut Susilastuti (2011), terdapat tiga kesenjangan yang berkaitan dengan
sumberdaya air yaitu:
1. Ketersediaan air menurun sedangkan kebutuhan air meningkat.
2. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas
hidup, dimana salah satu faktor penentunya adalah ketersediaan air bersih.
3. Peningkatan konservasi lahan yang cenderung menurunkan daerah tangkapan
air.
Dalam PP No. 33 Tahun 2011 menyebutkan bahwa berbagai tantangan kedepan atau
target yang sudah dicanangkan dalam penyediaan sumberdaya air bagi warga negara
Indonesia adalah:
1. Millenium Development Goals.
Negara kita telah menandatangani kesepakatan bahwa diharapkan pada tahun
2015 jumlah penduduk yang belum mendapatkan layanan air bersih dan sanitasi
akan berkurang setengahnya, sehingga diharapkan sebanyak 60 juta penduduk
Indonesia akan mendapatkan layanan air bersih. Pada kenyataannya sampai saat
ini pelayanan masyarakat tentang air bersih masih relatif rendah. Dari sekitar 324
PDAM di Indonesia, yang kondisinya sehat tidak lebih dari 140. Hal ini masih
menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua.
2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Budaya Terkait Air
Hal ini untuk menjaga ketersediaan dan kelangsungan sumberdaya air di
Indonesia. Pada masa yang akan datang peranan IPTEK sudah menjadi suatu
3
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011
kewajiban, karena selain kuantitas ketersediaan sumberdaya air, juga dibutuhkan
kualitas yang memadai.
Mengingat penting dan kompleknya permasalahan air di Indonesia, maka dalam
kegiatan Kongres Ilmu Pengetahuan Indonesia (KIPNAS) X tahun 2011, air menjadi
salah satu bidang bahasan tersendiri, dan menjadi sub bahasan pada bidang pangan dan
energi. Hal ini menunjukkan penting dan besarnya fungsi air bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pada acara tersebut bidang air membahas sebagian kecil peran air untuk
kebutuhan domestik.
Pada kesempatan tersebut khusus untuk bidang air, pembahasan dilihat dari:
ketersediaan air secara fisik, peran kelembagaan dan institusi yang telah berjalan dalam
penyediaan air bersih, serta peranan masyarakat dalam penyediaan sumber air bersih.
Pada acara tersebut diikuti oleh para akademisi, peneliti, pengambil kebijakan dan
lembaga swadaya masyarakat.
Permasalahan air merupakan permasalahan global yang menyangkut seluruh umat
manusia di dunia. Menyangkut permasalahan air diperingati khusus mengenai ”hari air
dunia”. Di samping itu juga telah banyak lembaga dunia di bawah UNESCO yang
mempunyai perhatian terhadap air ini, diantaranya International Hidrology Program
(IHP), ICHARM, ISIMOD, ISI dan K-Waters. Khusus di Indonesia dalam hal ini LIPI telah
menjadi salah satu organisasi dibawah UNESCO Pusat Kategori II yang mengorganisir
permasalahan air di kawasan Asia-Pasifik, yaitu Asia-Pasific Centre for Echohydrology
(APCE).
Bapak Prof. Bunasor Sanim dalam bukunya
yang
berjudul
Sumberdaya
Air
dan
Kesejahteraan Publik yang terbit pada tahun
2011, telah banyak membahas permasalahan
air di Indonesia, mulai dari krisis air di Jawa
dan Bali. Ketersediaan air yang tidak merata
antar pulau di Indonesia dan akses yang
rendah dari masyarakat ekonomi lemah, serta
masalah dalam pengelolaan sumberdaya air.
Buku ini melihat permasalahan air sangat
menyeluruh. Diharapkan buku ini menjadi salah
satu acuan bagi pengambil kebijakan di negara
ini dan menjadi salah satu referensi bagi para
peneliti yang berkecimpung di bidang air.
4
Warta Limnologi – No. 47/Tahun XXIV Desember 2011