RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
BAB
VII
[BAB VII]
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
Rencana pembangunan infrastruktur Cipta Karya merupakan perencanaan
program yang secara detail dijabarkan dari segi pendanaan, teknis yang sesuai hasil studi
kelayakan masing-masing sektor serta mengacu pada perundang-undangan selama 5
tahun ke depan dengan didukung hasil analisis kelembagaan daerah dan kapasitas
keuangan daerah. Rencana pembangunan ini mencakup kelayakan (FS) dari sektor
Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan
Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air Minum. Secara singkat proses untuk
pengembangan pencapaian rencana pembangunan perlu mengacu pada hasil-hasil
sebagai berikut: (i) Penyusunan strategi pembangunan didasarkan pada RDTR, potensi dan
kondisi fisik, ekonomi, politik dan kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan
nasional; (ii) Penilaian terhadap kemampuan pendanaan, kemampuan melakukan pinjaman
selama periode perencanaan dan perlu dilihat kemampuan swasta dan masyarakat di
Kabupaten/Kota untuk melakukan investasi; (iii) Penilaian terhadap kemampuan
kelembagaan; (iv) Penyusunan program investasi sementara tanpa memperhitungkan
kendala yang ada dengan mempertimbangkan pendanaan dan konsistensi dengan
kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan pusat; (v) Penyusunan rencana tindak
peningkatan pendapatan; (vi) Penyusunan rencana tindak pengembangan kelembagaan;
(vii) Penyusunan desain dan penilaian terhadap kelayakan proyek yang mendapat prioritas;
(viii) Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah yang meliputi suatu
program pembelanjaan, rencana pendanaan serta jadwal dan pengaturan pelaksanaan.
7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
peningkatan kehidupan dan penghidupan untuk memasyarakatkan dirinya dan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
menyampaikan jati diri. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam
pembangunan dan pemilikan , setiap pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di
atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sistem penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman harus ditangani
secara nasional karena tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
bertambah akan tetapi harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat. Proses penyediaannya harus dikelola dan dikendalikan
oleh Pemerintah agar supaya penggunaan dan pemanfaatannya dapat menjangkau
masyarakat secara adil dan merata tanpa menimbulkan kesenjangan ekonomi dan
sosial dalam proses bermukimnya masyarakat.
Untuk mewujudkan perumahan dan permukiman dalam rangka memenuhi
kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang dan sesuai dengan rencana tata
ruang, suatu wilayah permukiman ditetapkan sebagai kawasan siap bangun yang
dilengkapi jaringan prasarana primer dan sekunder lingkungan. Penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman mendorong dan memperkokoh
demokrasi ekonomi serta memberikan kesempatan yang sama dan saling menunjang
antara badan usaha negara, koperasi dan swasta berdasarkan asas kekeluargaan.
Pembangunan di bidang perumahan dan permukiman yang bertumpu pada
masyarakat memberikan hak dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk berperan serta. Disamping usaha peningkatan pembangunan perumahan dan
permukiman perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya.
Sejalan peran serta masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan
permukiman, Pemerintah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
melakukan pembinaan dalam wujud pengaturan dan pembibingan, pendidikan dan
pelatihan, pemberian bantuan dan kemudahan, penelitian dan pengembangan yang
meliputi berbagai aspek yang terkait antara laian, tata ruang, pertanahan, prasarana
lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,
pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia serta peraturan perundangundangan.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.1.1 Kondisi Eksisting
7.1.1.1 Kondisi Umum
Pembangunan permukiman merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi
arah kepada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta menggerakan
kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari upaya
mempercepat pembangunan wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana.
Pembangunan perumahan khususnya untuk masyarakat berpendapatan
menengah ke bawah, dipelopori oleh Perum Perumnas. Sumber pembiayaan untuk
pemilikan rumah masih berasal dari dana jangka pendek (deposito dan tabungan)
sementara kredit pemilikan rumah pada umumnya mempunyai jangka panjang.
Kredit pemilikan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah hingga saat ini
masih bergantung pada subsidi bunga yang diberikan oleh pemerintah.
Masyarakat berpendapatan rendah yang belum mempunyai kemampuan
untuk memiliki rumah memenuhi kebutuhannya dengan menyewa. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan perumahan juga dilakukan oleh sebagian masyarakat
secara swadaya. Mengingat sifatnya sebagai kebutuhan dasar manusia yang pada
umumnya tidak cost-recovery maka keterlibatan badan usaha milik swasta dan
masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar
permukiman masih sangat terbatas.
1) Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tulungagung
diarahkan pada Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.
a) Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D
Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)
merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan
baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya
manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat.
b) Pembangunan Kawasan Agropolitan
Kabupaten Tulungagung juga mengembangkan kawasan agropolitan, yaitu
Kawasan Agropolitan Sendang di Desa Geger Kecamatan Sendang, dimana
diperlukan penanganan khusus dalam hal bidang infrastruktur yaitu
pengembangan jaringan air minum, penyehatan lingkungan dan pengelolaan
sampah.
c) Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Pembangunan Bencana
Beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Tulungagung merupakan kawasan
rawan bencana alam khususnya bencana gelombang pasang, tsunami dan
tanah longsor di wilayah Selatan Kabupaten Tulungagung. Relokasi
penduduk telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan
telah mendapatkan bantuan dari Departemen Kelautan dan Perikanan,
namun terkendala dari pihak Perhutani karena lahan yang digunakan adalah
milik Perhutani sedangkan Pemerintah Kabupaten Tulungagung belum
mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan.
2) Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Pengembangan
kawasan
permukiman
perkotaan
di
Kabupaten
Tulungagung diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
bagi kawasan Rumah Sehat Sederhana (RSH), penataan dan peremajaan
kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Perbaikan lingkungan
perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas
permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat
terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan
swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat
dan layak huni.
Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di
perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh
demikian juga di wilayah Kabupaten Tulungagung. Hal ini mengindikasikan bahwa
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring
dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga
masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat
kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada
sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang
semakin kompleks. Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh,
Pemerintah Kabupaten Tulungagung akan menata lingkungan kumuh berbasis
komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan
lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Kawasan
rawan bencana juga menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti
kawasan rawan tanah longsor, genangan/ banjir, kebakaran dll.
Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Tulungagung ditetapkan di
dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Tulungagung Nomor 188.45/173/013/2015
Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Nomor 188.45/232/013/2015 tentang
Penunjukan Dan Penetapan Lokasi Penanganan Kawasan Prioritas Sektor
Infrastruktur Dasar Di Kabupaten Tulungagung.
Berdasarkan SK tersebut
kawasan permukiman kumuh Kabupaten Tulungagung meliputi empat kecamatan
dan 13 kawasan permukiman dengan luas total wilayah kawasan permukiman
kumuh adalah 150.05 Ha. Adapun sebaran kawasan permukiman kumuh di
Kabupaten Tulungagung berdasarkan SK Bupati Tulungagung dapat dilihat pada
tabel 7-1.
7.1.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman pada saat ini cukup baik,
terutama di kawasan permukiman berkelompok. Keberadaan drainase, jaringan air
bersih dan sistem persampahan telah dilaksanakan secara terpadu. Sedangkan
untuk kawasan permukiman yang menyebar hanya di wilayah perkotaan yang
memiliki prasarana dan sarana permukiman meskipun dengan kondisi yang belum
cukup memadai.
Keberadaan desa-desa di Kabupaten Tulungagung memiliki potensi lebih,
seperti: potensi ekonomi, sosial budaya, wisata, prasarana dan sarana. Sebagian
desa telah ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan sebagian
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Desa pusat pertumbuhan
didukung oleh desa-desa sekitar (hinterland-nya) yang diharapkan menjadi satu
kawasan yang saling mendukung dan saling melengkapi dari potensi-potensi yang
ada. Pola KTP2D ini sangat tepat untuk mempercepat pembangunan kawasan,
efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar serta
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
meningkatkan akses pada pasar. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman
masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan
masyarakat yang behun layak huni dan lingkungan permukiman yang masih
terbatas prasarana dan sarana dasarnya.
Warga masyarakat di Kabupaten Tulungagung sebagian besar bertempat
tinggal di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan), hal ini terkait dengan
kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi
lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering
dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan
tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh
ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan
hidup, sosial, kriminalitas dll. Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah
dilakukan selama ini.
Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD,
perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung, yang diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar
membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan
maupun lingkungannya. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih
banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang
belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan
sarana dasarnya.
7.1.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan
yang
sering
dihadapi
dalam pembangunan
dan
pengembangan permukiman antara lain sebagian masyarakat belum memahami
dengan baik sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi
pentingnya pembangunan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga
dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri. Permasalahan lain yaitu masyarakat
masih mengharapkan setiap pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh
Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan yang terbatas telah menjadikan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migran
untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya
sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang
terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang
terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan sebagai tempat
hunian. Permasalahan tersebut antara lain adalah :
a) Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan;
Penyediaan rumah oleh pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat kurang
mampu bertujuan untuk menurunkan harga rumah di kawasan tersebut. Namun
demikian kemampuan pemerintah untuk melaksanakan hal tersebut masih
terbatas. Hal ini menjadi penghambat dalam penyediaan rumah sehingga
menurunkan kualitas kawasan yang dihuni menjadi kawasan kumuh.
b) Meningkatnya luasan kawasan kumuh;
Hal ini terjadi karena tidak terkendalinya pertumbuhan kota utamanya yang
menjadi penarik arus migrasi masyarakat. Selain itu, pertumbuhan kawasan
kumuh dikarenakan ketidakpedulian masyarakat terhadap pembangunan rumah
yang baik dan sehat. Hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan sosial,
kemacetan, ketidakteraturan, yang pada akhirnya akan menimbulkan
ketidakefisienan serta pemborosan energi dan waktu.
c) Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan
dan permukiman.
Hal ini terjadi karena kapasitas kelembagaan penyelenggara pembangunan
perumahan dan permukiman yang ada pada semua tingkatan pemerintah kurang
kuat sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan akan hunian menjadi
terganggu. Pembentukan BP4D ternyata tidak efektif karena bukan badan
operasional, dan kebijakan yang ada sulit diterapkan dan dikoordinasikan serta
ditindaklanjuti.
d) Meningkatnya jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah;
Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang kurang terkendali sehingga
pemenuhan akan hunian semakin tinggi. Hal tersebut semakin buruk karena
pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan jumlah hunian yang memadai.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
e) Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan;
Hal tersebut terjadi karena belum adanya sumber pembiayaan perumahan
jangka panjang selalu menjadi kendala bagi pengembangan pasar perumahan
yang sehat. Kesenjangan tersebut menyebabkan pasar perumahan tidak sehat
dan merugikan konsumen.
f) Pembiayaan perumahan yang terbatas dan pola subsidi yang memungkinkan
terjadinya salah sasaran.
Tingginya bea administrasi perijinan yang dikeluarkan dalam pembangunan
perumahan merupakan suatu persoalan yang senantiasa dihadapi dalam
pembangunan perumahan. Biaya perijinan mencapai 20% dari nilai rumah. Hal
ini tidak efisien sehingga menjauhkan keterjangkauan konsumen pada harga
yang ditawarkan. Bantuan dari pemerintah seluruhnya tidak terkoordinasi dengan
baik. Hal ini menimbulkan kemungkinan besar salah sasaran dalam pemberian
bantuan.
7.1.2 Sasaran Program
Berdasarkan kondisi eksisting tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
sasaran program sektor pengembangan permukiman sebagaimana tabel 7-2.
Sasaran program tersebut merupakan arahan kebijakan yang menjadi acuan
penetapan target pembangunan sektor pengembangan kawasan permukiman
dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.
Tabel 7-2
Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
No.
(1)
I.
II.
Uraian Sasaran
Program
(2)
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
Kawasan
Permukiman
Pedesaan
Total
Luas
Kawasan
(3)
150,05 Ha
-
Sasaran Program
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
(4)
14,09 Ha
atau
9,36%
-
(5)
34,59 Ha
atau
13,66%
-
(6)
72,88 Ha
atau
48,57%
-
(7)
112,17 Ha
atau
74,76%
-
(8)
150,05
Ha atau
100%
-
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
No.
(1)
III.
Uraian Sasaran
Program
(2)
Kawasan
Permukiman
Khusus
(permukiman
Nelayan
Perbatasan,
Pulau Kecil,
Rawan
Bencana, dsb)
Total
Luas
Kawasan
(3)
-
[BAB VII]
Sasaran Program
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
(4)
-
(5)
-
(6)
-
(7)
-
(8)
-
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Dalam upaya pencapaian sasaran program yang telah dirumuskan, maka
diusulkan kegiatan-kegiatan setiap tahunnya sebagaimana dalam tabel 7-3 dan 7-4.
7.2 Sektor Penataan Bangunan Lingkungan
7.2.1 Kondisi Eksisting
7.2.1.1 Kondisi Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada UU No. 1
tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, PP No 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Permen PU No. 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Permen PU
No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 22
Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Bangunan Gedung mengatur ketentuan mengenai:
a. fungsi bangunan gedung
b. persyaratan bangunan gedung
c. penyelenggaraan bangunan gedung
d. peran serta masyarakat
e. pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Adapun fungsi bagunan gedung adalah:
a. fungsi hunian
b. fungsi keagamaan
c. fungsi usaha
d. fungsi sosial dan budaya
e. fungsi khusus
f. bangunan gedung lainnya yang memiliki lebih dari satu fungsi
Setiap bangunan gedung haus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang ditentukan sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
Adapun persyaratan admisitratif bangunan gedung adalah:
a. status hak atas tanah dan/ atau pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
b. status kepemilikan bangunan gedung
c. IMB
Sedangkan persyaratan teknis banguan gedung meliputi:
a. persyaratan tata bangunan
b. persyaratan keadaan bangunan gedung
7.2.1.2 Kondisi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau (RTH) berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Sedangkan berdasarkan Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, RTH adalah Bagian dari ruang terbuka suatu
kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung
manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Penyediaan RTH di Kabupaten Tulungagung didasari oleh Peraturan Bupati
Tulungagung No. 48 tahun 2009 tentang Pengelolaan RTH. Penyediaan RTH harus
disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang
(RTRW / RDTR Perkotaan), proposinya minimal 30% dari luas wilayah perkotaan
yang terdiri atas 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat / Non Publik. Apabila luas
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
RTH telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Berikut ini
adalah tabel data RTH bagian wilayah perkotaan Tulungagung:
Tabel 7-5
Data RTH BWP Tulungagung
No.
Uraian
Luas
(ha)
Keterangan
1.
Luas BWP T. Agung
4.043,00
Kebutuhan RTH Publik
808,60
20%
Kebutuhan RTH Privat
404,30
10%
Total Kebutuhan RTH
1.212,90
2.
Kondisi Eksisting
RTH Publik
812,44
20,09%
RTH Privat
372,26
9,20%
Sumber: Dinas PU Bina Marga Perumahan dan Cipta Karya Kabupaten Tulungagung
RTH di wilayah perkotaan Tulungagung antara lain adalah kawasan hijau
taman kota/aloon-aloon Tulungagung (Gambar 7.1), hutan kota (Gambar 7.2),
kawasan jalur hijau, kawasan hijau sekolah dan kawasan hijau perkantoran.
Kawasan hijau taman kota selain memiliki fungsi utama sebagai taman kota juga
berfungsi sebagai sarana olahraga dan rekresai warga. Hutan kota dimanfaatkan
sebagai sarana edukasi, konservasi, rekreasi dan olahraga. Selain RTH tersebut,
juga terdapat RTH yang sekarang dalam proses pembangunan yaitu RTH di
sempadan Sungai Ngrowo, taman kota di lapangan Pasar Kliwon Kauman dan
taman kota di kawasan Huko Park Ketanon. Dengan keberadaan RTH tersebut
diharapkan wilayah perkotaan Tulungagung menjadi tempat tinggal yang sehat,
layak, nyaman dan asri.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.1 Kawasan Hijau Taman Kota
Gambar 7.2 Hutan Kota
7.2.1.3 Potensi dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Potensi penataan bangunan dan lingkungan:
a. Pertumbuhan dan perkembangan ruang perkotaan yang akan terjadi
memerlukan adanya penataan kembali
b. Kebutuhan akan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan dengan proporsi
minimal 30% dari total wilayah perkotaan sesuai dengan Peraturan Bupati
Tulungagung No. 48 tahun 2009 tentang Pengelolaan RTH
c. Pesatnya perkembangan permukiman oleh pihak swasta/ developer
Tantangan penataan bangunan dan lingkungan:
a. Adanya permukiman padat penduduk di daerah perkotaan yang menyebabkan
sulitnya pengaturan ruang
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
b. Relokasi permukiman yang membutuhkan lahan dan pembiayaan yang tidak
sedikit
7.2.2 Sasaran Program
Berdasarkan kondisi eksisting tersebut diatas, maka dapat dirumuskan sasaran
program sektor penataan bangunan dan lingkungan sebagaimana tabel 7-6.
Sasaran program tersebut merupakan arahan kebijakan yang menjadi acuan
penetapan target pembangunan sektor penataan bangunan dan lingkungan dalam5
(lima) tahun yang akan datang.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
Dalam upaya pencapaian sasaran program sektor penataan bangungan dan
lingkungan, maka dirumuskan usulan yang merupakan hasil identifikasi program
yang dijabarkan setiap tahunnya. Usulan tersebut secara terinci dapat dilihat pada
tabel 7-7 dan tabel 7-8
Tabel 7-7
Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
(1)
I
II
III
IV
V
Kawasan
Permukiman
Satuan
Tahun I
Rencana Program
Tahun Tahun Tahun
II
III
IV
(5)
(6)
(7)
(2)
(3)
(4)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
1. Bangunan
m2
......
2. Bangunan
m2
.....
Penataan Bnangunan dan Lingkungan Strategis
1. Kawasan ......
m2
2. Kawasan
m2
Revitalisasi
Kawasan
Tematik
Perkotaan
1. Kawasan ...... kawasan
2. Kawasan
kawasan
Pengembangan
RTH
1. RTH .......
m2
2. RTH .......
m2
Fasilitasi Ruang Terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
1. Kecamatan
.....
2. Kecamatan
.....
Tahun
V
(8)
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.3.1 Kondisi Eksisting
7.3.1.1 Data Pelayanan Air Minum, Baik Perpipaan Maupun Non Perpipaan
Penyediaan air bersih secara tersistem di Kabupaten Tulungagung dikelola
oleh lembaga seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Himpunan Pengelola
dan Pemakai Air Minum (HIPPAM), ataupun sumur bor yang dikelola oleh
masyarakat secara bersama-sama. Sedangkan masyarakat yang belum terlayani
oleh jaringan perpipaan, memanfaatkan sumur gali, sumur pompa pribadi ataupun
mata air sebagai sumber air bersih.
Sarana air bersih Kabupaten Tulungagung yang dikelola oleh PDAM
Kabupaten Tulungagung melalui jaringan perpipaan beroperasi sejak tahun 1988
dengan wilayah pelayanan mencakup ibukota kecamatan dengan kategori
pelayanan 1 BNA Induk dan 9 cabang sebagai berikut :
1. BNA Induk Tulungagung
2. Cabang BNA Ngunut
3. Cabang PDAM Sendang
4. Cabang PDAM Karangrejo
5. Cabang PDAM Sumbergempol
6. Cabang PDAM Campurdarat
7. Cabang PDAM Rejotangan
8. Cabang PDAM Pagerwojo
9. Cabang PDAM Bandung
10.Cabang PDAM Kauman
Adapun wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Tulungagung dapat dilihat
pada tabel 7-9 berikut:
Tabel 7-9
Wilayah Pelayanan PDAMKabupaten Tulungagung Tahun 2014
No.
1
BNA/IKK
BNA Induk
Tulungagung
Daerah Pelayanan
Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, Kecamatan
Boyolangu
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
No.
2
BNA/IKK
[BAB VII]
Daerah Pelayanan
IKK Ngunut
Desa Gilang, Desa Ngunut, Desa Kaliwungu, Desa Pulosari,
Desa Sumberejo Wetan, Desa Sumberejo Kulon, Desa
Purworejo, Desa Kromasan
3 IKK Sendang
Kecamatan Sendang
4 IKK Karangrejo
Kecamatan Karangrejo
5 IKK Sumbergempol Kecamatan Sumbergempol
6 IKK Rejotangan
Kecamatan Rejotangan
7 IKK Campurdarat
Desa Campurdarat, Desa Gamping, Desa Gedangan, Desa
Sawo, Desa Ngentrong
8 IKK Bandung
Desa Gandong, Desa Suruhan Lor, Desa Suruhan Kidul, Desa
Mergayu, Desa Bandung, Desa Ngunggahan, Desa Wateskroyo
9 Pagerwojo
Desa Mulyosari, Desa Samar
10 Kauman
Desa Pucangan, Desa Krajan, Desa Batangsaren, Desa
Bolorejo, Desa Kauman, Desa Sidoarjo, Desa Kalangbret, Desa
Mojosari, Desa Karanganom, Desa Panggungrejo
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Tulungagung juga
memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat dengan kegiatan berupa
pembangunan sarana air minum perdesaan. Sumber air yang digunakan adalah
mata air atau sumur dalam yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pembangunan
sarana air minum ini yaitu dengan membangun daerah tangkapan mata air
(broncaptering) yang kemudian dialirkan ke bak pembagi terus disalurkan ke rumah
– rumah dan hidran umum (HU) dan selanjutnya warga masyarakat mengambil air
dari hidran umum tersebut.
Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak
lepas dari aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai
pemakai jasa yang berperan sekaligus, baik dalam melestarikan lingkungan dan
menjaga kelestarian dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang
berkesinambungan, juga terkait dengan aspek sosial budaya atau kebiasaan atau
budaya yang dianut masyarakat tersebut. Disiplin dalam membayar iuran, berhemat
dalam pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air
merupakan beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin
kesinambungan akses terhadap pelayanan air minum yang sehat.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3.1.2 Luas Cakupan Pelayanan Per Kecamatan
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Tulungagung juga
memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat dengan kegiatan berupa
pembangunan sarana air minum perdesaan. Sumber air yang digunakan adalah
mata air atau sumur dalam yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pembangunan
sarana air minum ini yaitu dengan membangun daerah tangkapan mata air
(broncaptering) yang kemudian dialirkan ke bak pembagi terus disalurkan ke rumah
– rumah dan hidran umum (HU) dan selanjutnya warga masyarakat mengambil air
dari hidran umum tersebut.
Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak
lepas dari aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai
pemakai jasa yang berperan sekaligus, baik dalam melestarikan lingkungan dan
menjaga kelestarian dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang
berkesinambungan, juga terkait dengan aspek sosial budaya atau kebiasaan atau
budaya yang dianut masyarakat tersebut. Disiplin dalam membayar iuran, berhemat
dalam pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air
merupakan beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin
kesinambungan akses terhadap pelayanan air minum yang sehat.
Tabel 7.10
Jumlah Pelayanan Jaringan Perpipaan Air Bersih Tersistem
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Besuki
Bandung
Pakel
Campurdarat
Tanggunggunung
Kalidawir
Pucanglaban
Rejotangan
Ngunut
Sumbergempol
Boyolangu
Jumlah KK
yang
Dilayani
6.165
3.130
686
7.909
3.812
6.306
931
-
Jumlah KK
yang
Dilayani
PDAM
77
512
973
571
1.281
188
1.221
Jumlah KK
Terlayani Air
Bersih
(Sistem)
6.242
3.642
686
973
7.909
3.812
6.306
1.502
1.281
188
1.221
Jumlah
KK
9.622
14.778
15.699
17.293
8.863
18.343
9.128
20.301
20.688
21.393
24.812
%
Pelayanan
64,87%
24,64%
4,37%
5,63%
89,24%
20,78%
69,08%
7,40%
6,19%
0,88%
4,92%
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Jumlah KK
Jumlah KK
yang
Terlayani Air
No.
Kecamatan
Dilayani
Bersih
PDAM
(Sistem)
12 Tulungagung
6.340
6.340
13 Kedungwaru
2.622
2.622
14 Ngantru
0
15 Karangrejo
5.571
268
5.839
16 Kauman
859
1.829
2.688
17 Gondang
474
319
793
18 Pagerwojo
8.131
1.610
9.741
19 Sendang
11.810
2.239
14.049
Jumlah
55.784
20.050
75.834
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Jumlah KK
yang
Dilayani
Jumlah
KK
17.244
23.539
14.676
13.260
13.994
17.566
9.841
14.360
305.400
%
Pelayanan
36,77%
11,14%
0,00%
44,03%
19,21%
4,51%
98,98%
97,83%
24,83%
Gambar 7.3 Grafik Jumlah Pelayanan Sistem Jaringan Perpipaan Air
Bersih Tersistem
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan PDAM terbesar berada
di Kecamatan Tulungagung mengingat Kecamatan Tulunggagung merupakan ibu
kota kabupaten. Pelayanan PDAM terbesar berikutnya berada di Kecamatan
Kedungwaru, Kauman dan Sendang. Sedangkan pelayanan HIPPAM terbesar
berada di Kecamatan Sendang meskipun di kecamatan ini PDAM juga memberikan
pelayanan. Pelayanan HIPPAM terbesar berikutnya yaitu di Kecamatan Pagerwojo,
Tanggungunung dan Pucanglaban. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa
Kecamatan Sendang merupakan kecamatan yang paling membutuhkan pelayanan
air bersih tersistem dibanding kecamatan lainnya.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.4 Grafik Prosentase Jumlah KK Terlayani Sistem Jaringan
Perpipaan Air Bersih Tersistem
Dari grafik di atas diketahui bahwa lebih dari 90% KK di Kecamatan
Sendang dan Pegerwojo bergantung pada penyediaan air bersih tersistem. Hal
tersebut dikarenakan kondisi wilayah berupa dataran tinggi yang tidak
memungkinkan masyarakat untuk membuat sumur sendiri. Di sisi lain, Kecamatan
Ngantru merupakan kecamatan yang belum terjangkau oleh pelayanan air bersih
secara tersistem.
Gambar 7.5 Kondisi Mata Air Yang Dimanfaatkan Masyarakat dan Kondisi
Masyarakat Saat Mengambil Air Bersih Dari Mata Air
Kabupaten Tulungagung memiliki potensi air tanah yang cukup baik yang
dapat dimanfaatkan oleh sebagian penduduk sebagai sumber air bersih terutama di
aderah pedesaan. Sarana untuk mendapatkan air tanah tersebut yaitu dengan
mengunakan sumur pompa tangan dan sumur gali. Selain itu, di beberapa
kecamatan sebagian penduduk juga memanfaatkan air hujan dan sumber mata air
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
sebagai sumber air bersih. Berikut ini hasil pendataan tentang jenis sarana air
bersih yang digunakan penduduk secara pribadi:
Tabel 7.11
Jenis Sarana Air Bersih Sistem Bukan Jaringan Perpipaan Yang Digunakan
Penduduk
Jumlah KK Pengguna
Sumur
Kecamatan
Sumur
Pompa
Air Hujan
Gali
Tangan
Besuki
9.622
6
8.392
0
Bandung
14.778
4 11.519
0
Pakel
15.699
0 13.626
0
Campurdarat
17.293
14 11.419
0
Tanggunggunung
8.863
0
856
45
Kalidawir
18.343
262 12.801
73
Pucanglaban
9.128
0
997
170
Rejotangan
20.301
321 14.754
0
Ngunut
20.688
717 16.311
0
Sumbergempol
21.393
882 15.388
0
Boyolangu
24.812
57 17.832
0
Tulungagung
17.244
447
8.163
0
Kedungwaru
23.539
737 16.940
0
Ngantru
14.676
845 10.043
0
Karangrejo
13.260
176
8.449
0
Kauman
13.994
256
9.435
0
Gondang
17.566
85 15.091
0
Pagerwojo
9.841
0
1.189
0
Sendang
14.360
0
1.494
0
Total
305.400
4.809 194.699
288
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Jumlah
Keluarga
%
Pengguna
87,3%
78,0%
86,8%
66,1%
10,2%
71,6%
12,8%
74,3%
82,3%
76,1%
72,1%
49,9%
75,1%
74,2%
65,0%
69,3%
86,4%
12,1%
10,4%
65,4%
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.6 Grafik Jumlah KK Terlayani Tidak Tersistem(Bukan Jaringan
Perpipaan)
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebesar 65,4% dari
seluruh KK di Kabupaten Tulungagung melakukan penyediaan air bersih secara
tidak tersistem baik berupa pemanfaatan sumur pompa tangan, sumur gali maupun
air hujan. Di empat kecamatan berdataran tinggi seperti Kecamatan
Tanggunggunung, Pucanglaban, Pagerwojo dan Sendang, masyarakat bergantung
pada penyediaan air secara tersistem mengingat. Pemanfaatan air hujan terjadi
Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir dan Pucanglaban.
Jumlah KK yang telah mengakses air bersih dari yang tersistem maupun
yang tidak tersistem sebesar 275.630 KK. Sedangkan jumlah KK yang diketahui
belum mengakses air bersih sebesar 29.770 KK. Maka sekitar 90% penduduk di
Kabupaten Tulungagung sudah mengakses air bersih dan 10% masih belum
mendapatkan akses air bersih.
Gambar 7.7 DiagramJumlah KK Terlayani Air Bersih
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
SPAM perdesaan yang ada di Kabupaten Tulungagung dikelola oleh HIPPAM
(Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) dan swadaya masyarakat. HIPPAM di
Kabupaten Tulungagung cukup besar pemakainya, mengingat luas wilayah dan
persebaran permukiman di Kabupaten Tulungagung yang menyebar. Sebagian
penduduk yang tidak terlayani PDAM memperoleh air bersih/minum yang dikelola
oleh HIPPAM. Sumber air yang digunakan oleh HIPPAM adalah mata air maupun
sungai yang ada di sekitar permukiman penduduk. Pada tabel berikut ini merupakan
capaian pelayanan air minum perdesaan pada awal tahun 2014 yang dikelola oleh
HIPPAM.
7.3.1.3 Lokasi dan Kapasitas Air Baku
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM berupa air permukaan dan air
tanah. Air permukaan diambil dari Sungai dan sumber mata air, sedangkan air tanah
diambil melalui sumur bor. Berikut ini adalah tabel-tabel air baku:
Tabel 7.13
Daftar Sumber Mata Air Yang Digunakan PDAM “Tirta Cahya Agung”
Kabupaten Tulungagung Tahun 2013
Mata Air
No.
Cabang
Nama
Lokasi
Tanen
1
Rejotangan
Kandung
2
Campurdarat
Gamping Gamping
JUMLAH
Kapasitas (l/dt)
Sumber
Terpasang Termanfaatkan
Jenis
Pengaliran
60
10
7
gravitasi
50
10
8
dipompa
110
20
15
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Dari tabel di atas diketahui bahwa PDAM Cabang Rejotangan dan
Campurdarat menggunakan air baku berupa sumber mata air. PDAM Cabang
Rejotangan mengambil air baku dari sumber mata air Kandung yang terletak di
Desa Tanen dengan kapasitas sumber sebesar 60 l/dt, kapasitas terpasang 10 l/dt
dan kapasitas termanfaatkan 7 l/dt yang dialirkan ke reservoar secara gravitasi.
Sedangkan PDAM Cabang Campurdarat mengambil air baku dari sumber Gamping
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
yang terletak di Desa Gamping dengan kapasitas sumber sebesar 50 l/dt, kapasitas
terpasang 10 l/dt dan kapasitas termanfaatkan 8 l/dt yang dialirkan ke reservoar
dengan pemompaan. Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa sumber-sumber
mata air yang digunakan oleh PDAM memilki total kapasitas sumber sebesar 110
l/dt, kapasitas terpasang 20 l/dt dan kapasitas termanfaatkan sebesar 15 l/dt.
Tabel 7.14
Daftar Sumur Bor Yang Digunakan Oleh PDAM “Tirta Cahya Agung” Kabupaten
Tulungagung Tahun 2013
Sumur Bor
No.
Cabang
Kapasitas (l/dt)
Nama
terpasang
termanfaatkan
1
Ngunut
Ngunut
15
13
2
Bandung
Bandung
10
6
25,0
19,0
JUMLAH
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Dari tabel di atas diketahui bahwa PDAM Cabang Ngunut dan Bandung
menggunakan air baku berupa sumur bor. PDAM Cabang Ngunut mengambil air
baku dari sumur bor Ngunut dengan kapasitas terpasang 15 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan 13 l/dt. Sedangkan PDAM Cabang Bandung mengambil air baku dari
sumur bor Bandung dengan kapasitas terpasang 10 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan 6 l/dt. Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa sumur-sumur bor
yang digunakan oleh PDAM memilki total kapasitas terpasang 25 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan sebesar 19 l/dt.
Tabel 7.15
Daftar Sungai Yang Digunakan Oleh PDAM “Tirta Cahya Agung” Kabupaten
Tulungagung Tahun 2013
Instalasi Pengolahan Air
No.
1
Cabang/Unit
Tulungagung
Nama
Jatiwekas
Sumber
Air Baku
Sungai
Song
Kapasitas (l/dt)
terpasang
Produksi
Jenis
Konstruksi
100
90
beton
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Instalasi Pengolahan Air
No.
Cabang/Unit
Nama
Sumber
Air Baku
Kapasitas (l/dt)
terpasang
Produksi
Jenis
Konstruksi
Jatiwekas
Sungai
Song
50
24
paket baja
Argowilis
Argowilis
20
9
baja
Nglorok
Nglurup
20
9
baja
20
10,0
baja
20
2,1
paket baja
230
144,1
Karangrejo
Sumbergempol
Gondang
Kauman
2
Sendang
3
Pagerwojo
4
Gambiran
Pokek
JUMLAH
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Debit sungai Song yang tercatat oleh PDAM adalah 750 l/dt. Air baku
dialirkan ke dua unit instalasi pengolahan air Jatiwekas dengan kapasitas berbeda.
Instalasi pertama berupa konstruksi beton dengan kapasitas terpasang 100 l/dt dan
kapasitas produksi 90 l/dt. Sedangkan instalasi kedua berupa konstruksi paket baja
dengan kapasitas terpasang sebesar 50 l/dt dan kapasitas produksi 24 l/dt.
Sehingga diperoleh total kapasitas terpasang sebesar 150 l/dt dan total kapasitas
produksi sebesar 114 l/dt. Air hasil olahan dari kedua instalasi di Jatiwekas ini
dialairkan ke pelanggan di Kecamatan Tulungagung, Karangrejo, Sumbergempol,
Gondang dan Kauman.
7.3.1.4 Kinerja PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum ”TIRTA CAHYA AGUNG” adalah
Perusahaan Daerah Air Minum milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 1 Tahun
1984 tentang Perusahaan Daerah Air Minum ”Tulungagung” Kabupaten
Tulungagung sebagaimana telah dicabut dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perusahaan Daerah Air Minum ”Tulungagung” Kabupaten
Tulungagung. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung
No. 19 Tahun 2012 tentang Perusahaan Daerah Air Minum “TIRTA CAHYA
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
AGUNG” maka pada Peraturan Daerah ini ditetapkan nama PDAM
“TULUNGAGUNG” menjadi PDAM ”TIRTA CAHYA AGUNG”. Perusahaan Daerah
Air Minum “TIRTA CAHYA AGUNG” Kabupaten Tulungagung merupakan Badan
Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan di bidang penyediaan air
minum dan bertanggung jawab atas ketersediaan air minum di Kabupaten
Tulungagung.
Tujuan pendirian PDAM adalah :
1) Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ruang lingkup
usahanya;
2) Memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah;
3) Turut serta meningkatkan perekonomian daerah.
Untuk mencapai tujuan tersebut PDAM melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Memproduksi air minum;
2) Mendistribusikan air minum kepada pelanggan;
3) Mendirikan, membangun dan/atau mengelola instalasi air minum;
4) Membentuk dan mengembangkan unit usaha.
Organisasi kelembagaan PDAM terdiri dari Bupati, Direksi dan Dewan
Pengawas. Direksi diangkat oleh Bupati atas usulan Dewan Pengawas. Direksi
mempunyai tugas:
1. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh
kegiatan operasional PDAM;
2. Membina pegawai;
3. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
4. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
5. Menyusun Rencana Strategis Bisnis 5 (lima) tahunan (business plan/
corporate plan) yang disahkan oleh Bupati melalui usul Dewan Pengawas;
6. Menyusun dan menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan
PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis Bisnis
(business plan/ corporate plan) kepada Bupati melalui Dewan Pengawas;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan PDAM;
8. Menyusun dan menetapkan pengelolaan usaha.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Dewan Pengawas berasal dari unsur Pejabat Pemerintah Daerah,
profesional dan masyarakat konsumen yang diangkat oleh Bupati.Dewan Pengawas
mempunyai tugas:
1) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap
Pengurus dan Pengelola PDAM;
2) Memberikan pertimbangan dan saran kepada Bupati baik diminta atau tidak
diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM;
3) Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis (business plan/
corporate plan), dan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang
dibuat Direksi kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan;
4) Mengadakan rapat dengan Direksi paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali;
5) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati setiap 3 (tiga)
bulan sekali dan sewaktu-waktu apabila diperlukan;
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7.3.1.5 Potensi dan Tantangan Pengembangan SPAM
Potensi pengembangan SPAM:
a. Air tanah di wilayah Kabupaten Tulungagung tergolong dangkal
b. Minimnya akses pelayanan jaringan air minum perpipaan yang dimiliki MBR.
c. Adanya pencemaran air tanah pada kawasan minapolitan
d. Peningkatan dan perluasan kapasitas terpasang
e. Jumlah penduduk yang meningkat
Tantangan pengembangan SPAM:
a. Masyarakat terutama di daerah pedesaan masih merasa belum membutuhkan
pelayanan PDAM karena kebutuhan air tercukupi dengan sumur
b. Adanya tuntutan PP No. 16 tahun 2005 untuk memenuhi kualitas air olahan
PDAM sebagai air yang layak diminum langsung (potable water) sesuai kriteria
yang disyaratkan
c. Adanya tuntutan untuk menyelenggarakan SPAM yang profesional merupakan
tantangan dalam pengembangan SPAM dimasayang akan datang
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
d. Adanya tuntutan untuk lebih meningkatkan pengarusutamaan gender dalam
pembangunan air minumyang kini relatif masih rendah
e. Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang
belum diberdayakan secara optimal
f. Pertambahan penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan air bersih
7.3.2 Sasaran Program
Arah Kebijakan SPAM Kabupaten Tulungagung adalah memprioritaskan
pembangunan dan pengembangan SPAM yang ditekankan pada kawasan
perdesaan, khususnya untuk masyarakat miskin yang berada pada desa rawan air
minum. Upaya untuk memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator
penyelenggaraan SPAM (PDAM, Dinas PU Kab/Kota, UPT, Kelompok Masyarakat)
di Kabupaten Tulungagung dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya
manusia yang ada melalui pelatihan, Peningkatan kualitas air minum, memperkuat
fungsi
dinas-dinas
terkait;
memperkuat
PDAM;
membentuk
UPT/BLU;
memberdayakan kelompok masyarakat dan HIPPAM. Sedangkan upaya untuk
memperkuat prinsip kepengusahaan dan kewirausahaan pada lembaga
penyelenggaraan (PDAM) di Kabupaten Tulungagung dilakukan melalui penyehatan
PDAM, pengoptimalan kapasitas produksi dan penyesuaian tarif.
Selama periode perencanaan 17 tahun, pengembangan SPAM Kabupaten
Tulungagung akan dibagi menjadi tiga tahap perencanaan.
• Tahap Pertama (jangka pendek)
: 2015 – 2020
• Tahap Kedua (jangka menengah)
: 2021 – 2025
• Tahap Ketiga (jangka panjang)
: 2026 – 2032
Penetapan ketiga tahap perencanaan dilakukan terkait dengan aspek
geografis dan teknis yang menyertai perencanaan sistem penyediaan air minum,
serta potensi air baku yang ada dimasing-masing zona. Dari kondisi tersebut, maka
pentahapan awal pelayanan air bersih ditekankan pada perluasan jaringan
perpipaan pada wilayah yang sudah terlayani SPAM, pusat-pusat ibukota
kecamatan, pusat-pusat permukiman yang memiliki potensi air baku sebagai air
bersih secara kuantitas, kontinuitas dan kualitas yang cukup dan layak disamping
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
pula penurunan tingkat kebocoran air dan perbaikan/memaksimalkan sarana dan
prasarana air bersih yang ada. Potensi air baku ini dapat berupa air sungai dan
mata air. Sedangkan pentahapan berikutnya lebih banyak ditekankan pada
perluasan jaringan, pembuatan sarana-prasarana air bersih baru, pemanfaatan air
baku potensial, serta penurunan tingkat kebocoran. Sedangkan pada tahap akhir
diharapkan pelayanan air bersih di Kabupaten Tulungagung mencapai 100% dari
penduduk yang ada di Kabupaten Tulungagung dapat terlayani air bersih.
Dalam rangka menjamin keberlanjutan Rencana Induk SPAM Kabupaten
Tulungagung dan dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan kota yang
terjadi, maka perlu direncanakan pula kegiatan peninjauan ulang (review) terhadap
dokumen Master Plan ini setiap 5 tahun sekali, sesuai yang diamanatkan oleh
Peraturan Menteri PU No.18/2007. Dengan demikian, kegiatan peninjauan ulang
dokumen Rencana Induk ini akan dilakukan pada tahun 2020, 2025, dan di akhir
periode perencanaan di tahun 2032.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3.3 Usulan Kebutuhan Program
Usulan program pengembangan air minum untuk Kabupaten Tulungagung
adalah mengoptimalkan pelayanan yang ada saat ini, pengembangan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki jaringan air minum, dan pengembangan
SPAM di desa rawan air, pesisir dan terpencil khususnya di PPI (Pelabuhan
Perikanan Ikan) Sine, pembangunan sarana air minum di Desa Jengglungharjo,
Kecamatan Tanggunggunung, serta Optimalisasi sarana air minum Desa Kalibatur
Kecamatan Kalidawir. Matriks usulan kebutuhan sektor pengembangan SPAM
dapat dilihat pada tabel 7-17, 7-18 dan 7-19
Kebutuhan biaya pengembangan SPAM Kabupaten Tulungagung akan
melingkupi keseluruhan aspek diatas, yaitu Program untuk sistem Jaringan
Perpipaan (JP) dan Jaringan Perpipaan (BJP) baik itu program Fisik, maupun
program Non-Fisik.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
7.4.1 Kondisi Eksisting
7.4.1.1 DATA PENGELOLAAN AIR LIMBAH EKSISTING (TERPUSAT MAUPUN
SETEMPAT)
Air limbah domestik adalah air buangan dari rumah penduduk yang berasal
dari pembuangan tinja manusia. Pengelolaan tinja manusia memerlukan
penanganan yang khusus karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat
menularkan penyakit seperti Thypus, Hepatitis, diare dan sebagainya.
Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten
Tulungagung ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas
air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur
dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah
tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
Permasalahan yang sering dihadapi di lapangan yaitu adanya persepsi dari
sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan
yang mendesak. Di Kabupaten Tulungagung saat ini sudah tersedia fasilitas
pengolahan lumpur tinja (IPLT) namun masih perlu penanganan yang lebih baik.
Selama ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di Kabupaten Tulungagung dilakukan
oleh pihak pemerintah dalam hal ini Dinas PU Bina Marga, Perumahan dan Cipta
Karya dan pihak swasta namun karena kapasitas IPLT yang terbatas maka
terkadang limbahnya dibuang ke luar Kabupaten Tulungagung atau di tempattempat tertentu (misal: sungai) yang akan sulit dalam pemantauannya. Apabila hal
tersebut tidak segera ditangani secara lebih baik dikuatirkan akan terjadi masalah/
konflik di kemudian hari.
Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi di Kabupaten Tulungagung
masih terbatas, seperti keberadaan instalasi pengolah air limbah (IPAL) hanya
terdapat pada bangunan-bangunan tertentu (RS, hotel, industri dll). Instalasi
pengolah lumpur tinja (IPLT) meskipun telah tersedia namun sistem pengelolaannya
belum memadai sehingga perlu adanya perbaikan sistem dan peningkatan sumber
daya manusia karena sarana sanitasi ini sangat dibutuhkan penduduk Kabupaten
Tulungagung yang jumlahnya cukup besar dan cukup padat di beberapa kawasan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
perkotaan. Sistem sanitasi komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi
yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh.
Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan
dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah
tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah
tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan
permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya berupa sumur
resapan sebelum masuk ke dalam saluran drainase lingkungan. Dengan demikian
air limbah yang masuk ke saluran/ drainase sudah relatif bersih. Cakupan layanan
air limbah domestik saat ini di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada tabel 720.
Dalam tabel tersebut, dapat diketahui berapa jumlah KK dengan akses
sanitasi layak dan sanitasi tidak layak. penduduk yang melakukan BABS sebanyak
19.782 KK atau 7,79%, yang menggunakan tangki septik individual belum aman
sebanyak 39.434 KK atau 15,53% dan yang menggunakan cubluk sebanyak
24.101 KK atau 9,49% (terjadi di wilayah dengan kepadatan penduduk
BAB
VII
[BAB VII]
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
Rencana pembangunan infrastruktur Cipta Karya merupakan perencanaan
program yang secara detail dijabarkan dari segi pendanaan, teknis yang sesuai hasil studi
kelayakan masing-masing sektor serta mengacu pada perundang-undangan selama 5
tahun ke depan dengan didukung hasil analisis kelembagaan daerah dan kapasitas
keuangan daerah. Rencana pembangunan ini mencakup kelayakan (FS) dari sektor
Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan
Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air Minum. Secara singkat proses untuk
pengembangan pencapaian rencana pembangunan perlu mengacu pada hasil-hasil
sebagai berikut: (i) Penyusunan strategi pembangunan didasarkan pada RDTR, potensi dan
kondisi fisik, ekonomi, politik dan kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan
nasional; (ii) Penilaian terhadap kemampuan pendanaan, kemampuan melakukan pinjaman
selama periode perencanaan dan perlu dilihat kemampuan swasta dan masyarakat di
Kabupaten/Kota untuk melakukan investasi; (iii) Penilaian terhadap kemampuan
kelembagaan; (iv) Penyusunan program investasi sementara tanpa memperhitungkan
kendala yang ada dengan mempertimbangkan pendanaan dan konsistensi dengan
kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan pusat; (v) Penyusunan rencana tindak
peningkatan pendapatan; (vi) Penyusunan rencana tindak pengembangan kelembagaan;
(vii) Penyusunan desain dan penilaian terhadap kelayakan proyek yang mendapat prioritas;
(viii) Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah yang meliputi suatu
program pembelanjaan, rencana pendanaan serta jadwal dan pengaturan pelaksanaan.
7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
peningkatan kehidupan dan penghidupan untuk memasyarakatkan dirinya dan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
menyampaikan jati diri. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam
pembangunan dan pemilikan , setiap pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di
atas tanah yang dimiliki berdasarkan hak-hak atas tanah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sistem penyediaan tanah untuk perumahan dan permukiman harus ditangani
secara nasional karena tanah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
bertambah akan tetapi harus digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
kesejahteraan masyarakat. Proses penyediaannya harus dikelola dan dikendalikan
oleh Pemerintah agar supaya penggunaan dan pemanfaatannya dapat menjangkau
masyarakat secara adil dan merata tanpa menimbulkan kesenjangan ekonomi dan
sosial dalam proses bermukimnya masyarakat.
Untuk mewujudkan perumahan dan permukiman dalam rangka memenuhi
kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang dan sesuai dengan rencana tata
ruang, suatu wilayah permukiman ditetapkan sebagai kawasan siap bangun yang
dilengkapi jaringan prasarana primer dan sekunder lingkungan. Penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman mendorong dan memperkokoh
demokrasi ekonomi serta memberikan kesempatan yang sama dan saling menunjang
antara badan usaha negara, koperasi dan swasta berdasarkan asas kekeluargaan.
Pembangunan di bidang perumahan dan permukiman yang bertumpu pada
masyarakat memberikan hak dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat
untuk berperan serta. Disamping usaha peningkatan pembangunan perumahan dan
permukiman perlu diwujudkan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya.
Sejalan peran serta masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan
permukiman, Pemerintah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
melakukan pembinaan dalam wujud pengaturan dan pembibingan, pendidikan dan
pelatihan, pemberian bantuan dan kemudahan, penelitian dan pengembangan yang
meliputi berbagai aspek yang terkait antara laian, tata ruang, pertanahan, prasarana
lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,
pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia serta peraturan perundangundangan.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.1.1 Kondisi Eksisting
7.1.1.1 Kondisi Umum
Pembangunan permukiman merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi
arah kepada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta menggerakan
kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Pembangunan perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari upaya
mempercepat pembangunan wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana.
Pembangunan perumahan khususnya untuk masyarakat berpendapatan
menengah ke bawah, dipelopori oleh Perum Perumnas. Sumber pembiayaan untuk
pemilikan rumah masih berasal dari dana jangka pendek (deposito dan tabungan)
sementara kredit pemilikan rumah pada umumnya mempunyai jangka panjang.
Kredit pemilikan rumah bagi masyarakat berpendapatan rendah hingga saat ini
masih bergantung pada subsidi bunga yang diberikan oleh pemerintah.
Masyarakat berpendapatan rendah yang belum mempunyai kemampuan
untuk memiliki rumah memenuhi kebutuhannya dengan menyewa. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan perumahan juga dilakukan oleh sebagian masyarakat
secara swadaya. Mengingat sifatnya sebagai kebutuhan dasar manusia yang pada
umumnya tidak cost-recovery maka keterlibatan badan usaha milik swasta dan
masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar
permukiman masih sangat terbatas.
1) Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tulungagung
diarahkan pada Pengembangan Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
(KTP2D) dan Pengembangan Kawasan Agropolitan.
a) Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D
Pembangunan Kawasan Terpilih Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D)
merupakan pendekatan pembangunan kawasan perdesaan dengan cara
mengembangkan potensi unggulannya, yaitu suatu sumber daya dominan
baik yang belum diolah (eksplor) maupun sumber daya yang tersembunyi
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
berupa sumber daya alam, sumber daya buatan ataupun sumber daya
manusia yang difokuskan pada kemandirian masyarakat.
b) Pembangunan Kawasan Agropolitan
Kabupaten Tulungagung juga mengembangkan kawasan agropolitan, yaitu
Kawasan Agropolitan Sendang di Desa Geger Kecamatan Sendang, dimana
diperlukan penanganan khusus dalam hal bidang infrastruktur yaitu
pengembangan jaringan air minum, penyehatan lingkungan dan pengelolaan
sampah.
c) Penyediaan Prasarana dan Sarana dalam rangka Pembangunan Bencana
Beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Tulungagung merupakan kawasan
rawan bencana alam khususnya bencana gelombang pasang, tsunami dan
tanah longsor di wilayah Selatan Kabupaten Tulungagung. Relokasi
penduduk telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan
telah mendapatkan bantuan dari Departemen Kelautan dan Perikanan,
namun terkendala dari pihak Perhutani karena lahan yang digunakan adalah
milik Perhutani sedangkan Pemerintah Kabupaten Tulungagung belum
mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan.
2) Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
Pengembangan
kawasan
permukiman
perkotaan
di
Kabupaten
Tulungagung diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
bagi kawasan Rumah Sehat Sederhana (RSH), penataan dan peremajaan
kawasan, serta peningkatan kualitas permukiman. Perbaikan lingkungan
perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas
permukiman selama ini telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung. Tetapi belum semua kawasan perumahan dan permukiman dapat
terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan ada peran serta masyarakat dan
swasta dalam mewujudkan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat
dan layak huni.
Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di
perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh
demikian juga di wilayah Kabupaten Tulungagung. Hal ini mengindikasikan bahwa
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring
dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga
masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat
kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada
sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang
semakin kompleks. Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh,
Pemerintah Kabupaten Tulungagung akan menata lingkungan kumuh berbasis
komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan
lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Kawasan
rawan bencana juga menjadi prioritas perbaikan lingkungan permukiman, seperti
kawasan rawan tanah longsor, genangan/ banjir, kebakaran dll.
Kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Tulungagung ditetapkan di
dalam Surat Keputusan (SK) Bupati Tulungagung Nomor 188.45/173/013/2015
Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Nomor 188.45/232/013/2015 tentang
Penunjukan Dan Penetapan Lokasi Penanganan Kawasan Prioritas Sektor
Infrastruktur Dasar Di Kabupaten Tulungagung.
Berdasarkan SK tersebut
kawasan permukiman kumuh Kabupaten Tulungagung meliputi empat kecamatan
dan 13 kawasan permukiman dengan luas total wilayah kawasan permukiman
kumuh adalah 150.05 Ha. Adapun sebaran kawasan permukiman kumuh di
Kabupaten Tulungagung berdasarkan SK Bupati Tulungagung dapat dilihat pada
tabel 7-1.
7.1.1.2 Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
Kondisi prasarana dan sarana dasar permukiman pada saat ini cukup baik,
terutama di kawasan permukiman berkelompok. Keberadaan drainase, jaringan air
bersih dan sistem persampahan telah dilaksanakan secara terpadu. Sedangkan
untuk kawasan permukiman yang menyebar hanya di wilayah perkotaan yang
memiliki prasarana dan sarana permukiman meskipun dengan kondisi yang belum
cukup memadai.
Keberadaan desa-desa di Kabupaten Tulungagung memiliki potensi lebih,
seperti: potensi ekonomi, sosial budaya, wisata, prasarana dan sarana. Sebagian
desa telah ditetapkan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dan sebagian
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan. Desa pusat pertumbuhan
didukung oleh desa-desa sekitar (hinterland-nya) yang diharapkan menjadi satu
kawasan yang saling mendukung dan saling melengkapi dari potensi-potensi yang
ada. Pola KTP2D ini sangat tepat untuk mempercepat pembangunan kawasan,
efektif dan efisien dalam penyediaan prasarana dan sarana dasar serta
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
meningkatkan akses pada pasar. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman
masih banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan
masyarakat yang behun layak huni dan lingkungan permukiman yang masih
terbatas prasarana dan sarana dasarnya.
Warga masyarakat di Kabupaten Tulungagung sebagian besar bertempat
tinggal di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan), hal ini terkait dengan
kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi
lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering
dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan
tersebut tidak tertata, teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh
ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan
hidup, sosial, kriminalitas dll. Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD)
perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah
dilakukan selama ini.
Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD,
perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Tulungagung, yang diberikan kepada warga/masyarakat yang benar-benar
membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan
maupun lingkungannya. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman masih
banyak yang perlu ditingkatkan, khususnya perbaikan perumahan masyarakat yang
belum layak huni dan lingkungan permukiman yang masih terbatas prasarana dan
sarana dasarnya.
7.1.1.3 Permasalahan Pembangunan Permukiman
Permasalahan
yang
sering
dihadapi
dalam pembangunan
dan
pengembangan permukiman antara lain sebagian masyarakat belum memahami
dengan baik sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi
pentingnya pembangunan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga
dan kawasan menjadi lebih maju dan mandiri. Permasalahan lain yaitu masyarakat
masih mengharapkan setiap pembangunan di lingkungannya dilakukan oleh
Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di perkotaan yang terbatas telah menjadikan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
kawasan perkotaan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan masyarakat migran
untuk datang dan tinggal karena kemudahan aksesibiltas ke pusat kota. Akibatnya
sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan ruang yang
terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar, saluran, ruang
terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan sebagai tempat
hunian. Permasalahan tersebut antara lain adalah :
a) Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan;
Penyediaan rumah oleh pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat kurang
mampu bertujuan untuk menurunkan harga rumah di kawasan tersebut. Namun
demikian kemampuan pemerintah untuk melaksanakan hal tersebut masih
terbatas. Hal ini menjadi penghambat dalam penyediaan rumah sehingga
menurunkan kualitas kawasan yang dihuni menjadi kawasan kumuh.
b) Meningkatnya luasan kawasan kumuh;
Hal ini terjadi karena tidak terkendalinya pertumbuhan kota utamanya yang
menjadi penarik arus migrasi masyarakat. Selain itu, pertumbuhan kawasan
kumuh dikarenakan ketidakpedulian masyarakat terhadap pembangunan rumah
yang baik dan sehat. Hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan sosial,
kemacetan, ketidakteraturan, yang pada akhirnya akan menimbulkan
ketidakefisienan serta pemborosan energi dan waktu.
c) Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan
dan permukiman.
Hal ini terjadi karena kapasitas kelembagaan penyelenggara pembangunan
perumahan dan permukiman yang ada pada semua tingkatan pemerintah kurang
kuat sehingga menyebabkan pemenuhan kebutuhan akan hunian menjadi
terganggu. Pembentukan BP4D ternyata tidak efektif karena bukan badan
operasional, dan kebijakan yang ada sulit diterapkan dan dikoordinasikan serta
ditindaklanjuti.
d) Meningkatnya jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah;
Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang kurang terkendali sehingga
pemenuhan akan hunian semakin tinggi. Hal tersebut semakin buruk karena
pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan jumlah hunian yang memadai.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
e) Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan;
Hal tersebut terjadi karena belum adanya sumber pembiayaan perumahan
jangka panjang selalu menjadi kendala bagi pengembangan pasar perumahan
yang sehat. Kesenjangan tersebut menyebabkan pasar perumahan tidak sehat
dan merugikan konsumen.
f) Pembiayaan perumahan yang terbatas dan pola subsidi yang memungkinkan
terjadinya salah sasaran.
Tingginya bea administrasi perijinan yang dikeluarkan dalam pembangunan
perumahan merupakan suatu persoalan yang senantiasa dihadapi dalam
pembangunan perumahan. Biaya perijinan mencapai 20% dari nilai rumah. Hal
ini tidak efisien sehingga menjauhkan keterjangkauan konsumen pada harga
yang ditawarkan. Bantuan dari pemerintah seluruhnya tidak terkoordinasi dengan
baik. Hal ini menimbulkan kemungkinan besar salah sasaran dalam pemberian
bantuan.
7.1.2 Sasaran Program
Berdasarkan kondisi eksisting tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
sasaran program sektor pengembangan permukiman sebagaimana tabel 7-2.
Sasaran program tersebut merupakan arahan kebijakan yang menjadi acuan
penetapan target pembangunan sektor pengembangan kawasan permukiman
dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.
Tabel 7-2
Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
No.
(1)
I.
II.
Uraian Sasaran
Program
(2)
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
Kawasan
Permukiman
Pedesaan
Total
Luas
Kawasan
(3)
150,05 Ha
-
Sasaran Program
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
(4)
14,09 Ha
atau
9,36%
-
(5)
34,59 Ha
atau
13,66%
-
(6)
72,88 Ha
atau
48,57%
-
(7)
112,17 Ha
atau
74,76%
-
(8)
150,05
Ha atau
100%
-
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
No.
(1)
III.
Uraian Sasaran
Program
(2)
Kawasan
Permukiman
Khusus
(permukiman
Nelayan
Perbatasan,
Pulau Kecil,
Rawan
Bencana, dsb)
Total
Luas
Kawasan
(3)
-
[BAB VII]
Sasaran Program
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
(4)
-
(5)
-
(6)
-
(7)
-
(8)
-
7.1.3 Usulan Kebutuhan Program
Dalam upaya pencapaian sasaran program yang telah dirumuskan, maka
diusulkan kegiatan-kegiatan setiap tahunnya sebagaimana dalam tabel 7-3 dan 7-4.
7.2 Sektor Penataan Bangunan Lingkungan
7.2.1 Kondisi Eksisting
7.2.1.1 Kondisi Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada UU No. 1
tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung, PP No 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Permen PU No. 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, Permen PU
No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang dan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 22
Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Bangunan Gedung mengatur ketentuan mengenai:
a. fungsi bangunan gedung
b. persyaratan bangunan gedung
c. penyelenggaraan bangunan gedung
d. peran serta masyarakat
e. pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Adapun fungsi bagunan gedung adalah:
a. fungsi hunian
b. fungsi keagamaan
c. fungsi usaha
d. fungsi sosial dan budaya
e. fungsi khusus
f. bangunan gedung lainnya yang memiliki lebih dari satu fungsi
Setiap bangunan gedung haus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang ditentukan sesuai dengan fungsi bangunan gedung.
Adapun persyaratan admisitratif bangunan gedung adalah:
a. status hak atas tanah dan/ atau pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
b. status kepemilikan bangunan gedung
c. IMB
Sedangkan persyaratan teknis banguan gedung meliputi:
a. persyaratan tata bangunan
b. persyaratan keadaan bangunan gedung
7.2.1.2 Kondisi Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau (RTH) berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang adalah area memanjang atau jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Sedangkan berdasarkan Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, RTH adalah Bagian dari ruang terbuka suatu
kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung
manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Penyediaan RTH di Kabupaten Tulungagung didasari oleh Peraturan Bupati
Tulungagung No. 48 tahun 2009 tentang Pengelolaan RTH. Penyediaan RTH harus
disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana tata ruang
(RTRW / RDTR Perkotaan), proposinya minimal 30% dari luas wilayah perkotaan
yang terdiri atas 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat / Non Publik. Apabila luas
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
RTH telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan/ perundangan yang berlaku,
maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya. Berikut ini
adalah tabel data RTH bagian wilayah perkotaan Tulungagung:
Tabel 7-5
Data RTH BWP Tulungagung
No.
Uraian
Luas
(ha)
Keterangan
1.
Luas BWP T. Agung
4.043,00
Kebutuhan RTH Publik
808,60
20%
Kebutuhan RTH Privat
404,30
10%
Total Kebutuhan RTH
1.212,90
2.
Kondisi Eksisting
RTH Publik
812,44
20,09%
RTH Privat
372,26
9,20%
Sumber: Dinas PU Bina Marga Perumahan dan Cipta Karya Kabupaten Tulungagung
RTH di wilayah perkotaan Tulungagung antara lain adalah kawasan hijau
taman kota/aloon-aloon Tulungagung (Gambar 7.1), hutan kota (Gambar 7.2),
kawasan jalur hijau, kawasan hijau sekolah dan kawasan hijau perkantoran.
Kawasan hijau taman kota selain memiliki fungsi utama sebagai taman kota juga
berfungsi sebagai sarana olahraga dan rekresai warga. Hutan kota dimanfaatkan
sebagai sarana edukasi, konservasi, rekreasi dan olahraga. Selain RTH tersebut,
juga terdapat RTH yang sekarang dalam proses pembangunan yaitu RTH di
sempadan Sungai Ngrowo, taman kota di lapangan Pasar Kliwon Kauman dan
taman kota di kawasan Huko Park Ketanon. Dengan keberadaan RTH tersebut
diharapkan wilayah perkotaan Tulungagung menjadi tempat tinggal yang sehat,
layak, nyaman dan asri.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.1 Kawasan Hijau Taman Kota
Gambar 7.2 Hutan Kota
7.2.1.3 Potensi dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Potensi penataan bangunan dan lingkungan:
a. Pertumbuhan dan perkembangan ruang perkotaan yang akan terjadi
memerlukan adanya penataan kembali
b. Kebutuhan akan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan dengan proporsi
minimal 30% dari total wilayah perkotaan sesuai dengan Peraturan Bupati
Tulungagung No. 48 tahun 2009 tentang Pengelolaan RTH
c. Pesatnya perkembangan permukiman oleh pihak swasta/ developer
Tantangan penataan bangunan dan lingkungan:
a. Adanya permukiman padat penduduk di daerah perkotaan yang menyebabkan
sulitnya pengaturan ruang
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
b. Relokasi permukiman yang membutuhkan lahan dan pembiayaan yang tidak
sedikit
7.2.2 Sasaran Program
Berdasarkan kondisi eksisting tersebut diatas, maka dapat dirumuskan sasaran
program sektor penataan bangunan dan lingkungan sebagaimana tabel 7-6.
Sasaran program tersebut merupakan arahan kebijakan yang menjadi acuan
penetapan target pembangunan sektor penataan bangunan dan lingkungan dalam5
(lima) tahun yang akan datang.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.2.3 Usulan Kebutuhan Program
Dalam upaya pencapaian sasaran program sektor penataan bangungan dan
lingkungan, maka dirumuskan usulan yang merupakan hasil identifikasi program
yang dijabarkan setiap tahunnya. Usulan tersebut secara terinci dapat dilihat pada
tabel 7-7 dan tabel 7-8
Tabel 7-7
Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
(1)
I
II
III
IV
V
Kawasan
Permukiman
Satuan
Tahun I
Rencana Program
Tahun Tahun Tahun
II
III
IV
(5)
(6)
(7)
(2)
(3)
(4)
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
1. Bangunan
m2
......
2. Bangunan
m2
.....
Penataan Bnangunan dan Lingkungan Strategis
1. Kawasan ......
m2
2. Kawasan
m2
Revitalisasi
Kawasan
Tematik
Perkotaan
1. Kawasan ...... kawasan
2. Kawasan
kawasan
Pengembangan
RTH
1. RTH .......
m2
2. RTH .......
m2
Fasilitasi Ruang Terbuka Publik/ Edukasi dan Partisipasi Masyarakat
1. Kecamatan
.....
2. Kecamatan
.....
Tahun
V
(8)
Ket
(9)
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.3.1 Kondisi Eksisting
7.3.1.1 Data Pelayanan Air Minum, Baik Perpipaan Maupun Non Perpipaan
Penyediaan air bersih secara tersistem di Kabupaten Tulungagung dikelola
oleh lembaga seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Himpunan Pengelola
dan Pemakai Air Minum (HIPPAM), ataupun sumur bor yang dikelola oleh
masyarakat secara bersama-sama. Sedangkan masyarakat yang belum terlayani
oleh jaringan perpipaan, memanfaatkan sumur gali, sumur pompa pribadi ataupun
mata air sebagai sumber air bersih.
Sarana air bersih Kabupaten Tulungagung yang dikelola oleh PDAM
Kabupaten Tulungagung melalui jaringan perpipaan beroperasi sejak tahun 1988
dengan wilayah pelayanan mencakup ibukota kecamatan dengan kategori
pelayanan 1 BNA Induk dan 9 cabang sebagai berikut :
1. BNA Induk Tulungagung
2. Cabang BNA Ngunut
3. Cabang PDAM Sendang
4. Cabang PDAM Karangrejo
5. Cabang PDAM Sumbergempol
6. Cabang PDAM Campurdarat
7. Cabang PDAM Rejotangan
8. Cabang PDAM Pagerwojo
9. Cabang PDAM Bandung
10.Cabang PDAM Kauman
Adapun wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Tulungagung dapat dilihat
pada tabel 7-9 berikut:
Tabel 7-9
Wilayah Pelayanan PDAMKabupaten Tulungagung Tahun 2014
No.
1
BNA/IKK
BNA Induk
Tulungagung
Daerah Pelayanan
Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, Kecamatan
Boyolangu
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
No.
2
BNA/IKK
[BAB VII]
Daerah Pelayanan
IKK Ngunut
Desa Gilang, Desa Ngunut, Desa Kaliwungu, Desa Pulosari,
Desa Sumberejo Wetan, Desa Sumberejo Kulon, Desa
Purworejo, Desa Kromasan
3 IKK Sendang
Kecamatan Sendang
4 IKK Karangrejo
Kecamatan Karangrejo
5 IKK Sumbergempol Kecamatan Sumbergempol
6 IKK Rejotangan
Kecamatan Rejotangan
7 IKK Campurdarat
Desa Campurdarat, Desa Gamping, Desa Gedangan, Desa
Sawo, Desa Ngentrong
8 IKK Bandung
Desa Gandong, Desa Suruhan Lor, Desa Suruhan Kidul, Desa
Mergayu, Desa Bandung, Desa Ngunggahan, Desa Wateskroyo
9 Pagerwojo
Desa Mulyosari, Desa Samar
10 Kauman
Desa Pucangan, Desa Krajan, Desa Batangsaren, Desa
Bolorejo, Desa Kauman, Desa Sidoarjo, Desa Kalangbret, Desa
Mojosari, Desa Karanganom, Desa Panggungrejo
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Tulungagung juga
memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat dengan kegiatan berupa
pembangunan sarana air minum perdesaan. Sumber air yang digunakan adalah
mata air atau sumur dalam yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pembangunan
sarana air minum ini yaitu dengan membangun daerah tangkapan mata air
(broncaptering) yang kemudian dialirkan ke bak pembagi terus disalurkan ke rumah
– rumah dan hidran umum (HU) dan selanjutnya warga masyarakat mengambil air
dari hidran umum tersebut.
Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak
lepas dari aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai
pemakai jasa yang berperan sekaligus, baik dalam melestarikan lingkungan dan
menjaga kelestarian dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang
berkesinambungan, juga terkait dengan aspek sosial budaya atau kebiasaan atau
budaya yang dianut masyarakat tersebut. Disiplin dalam membayar iuran, berhemat
dalam pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air
merupakan beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin
kesinambungan akses terhadap pelayanan air minum yang sehat.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3.1.2 Luas Cakupan Pelayanan Per Kecamatan
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Tulungagung juga
memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat dengan kegiatan berupa
pembangunan sarana air minum perdesaan. Sumber air yang digunakan adalah
mata air atau sumur dalam yang disesuaikan dengan kondisi daerah. Pembangunan
sarana air minum ini yaitu dengan membangun daerah tangkapan mata air
(broncaptering) yang kemudian dialirkan ke bak pembagi terus disalurkan ke rumah
– rumah dan hidran umum (HU) dan selanjutnya warga masyarakat mengambil air
dari hidran umum tersebut.
Kelestarian lingkungan dan kesinambungan pelayanan air minum tidak
lepas dari aspek peran serta masyarakat dan swasta. Peran masyarakat sebagai
pemakai jasa yang berperan sekaligus, baik dalam melestarikan lingkungan dan
menjaga kelestarian dan aksesibilitas kepada pelayanan air minum yang
berkesinambungan, juga terkait dengan aspek sosial budaya atau kebiasaan atau
budaya yang dianut masyarakat tersebut. Disiplin dalam membayar iuran, berhemat
dalam pemakaian air minum serta proaktif dalam mencegah kebocoran air
merupakan beberapa kontribusi yang dapat dilakukan masyarakat guna menjamin
kesinambungan akses terhadap pelayanan air minum yang sehat.
Tabel 7.10
Jumlah Pelayanan Jaringan Perpipaan Air Bersih Tersistem
No.
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Besuki
Bandung
Pakel
Campurdarat
Tanggunggunung
Kalidawir
Pucanglaban
Rejotangan
Ngunut
Sumbergempol
Boyolangu
Jumlah KK
yang
Dilayani
6.165
3.130
686
7.909
3.812
6.306
931
-
Jumlah KK
yang
Dilayani
PDAM
77
512
973
571
1.281
188
1.221
Jumlah KK
Terlayani Air
Bersih
(Sistem)
6.242
3.642
686
973
7.909
3.812
6.306
1.502
1.281
188
1.221
Jumlah
KK
9.622
14.778
15.699
17.293
8.863
18.343
9.128
20.301
20.688
21.393
24.812
%
Pelayanan
64,87%
24,64%
4,37%
5,63%
89,24%
20,78%
69,08%
7,40%
6,19%
0,88%
4,92%
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Jumlah KK
Jumlah KK
yang
Terlayani Air
No.
Kecamatan
Dilayani
Bersih
PDAM
(Sistem)
12 Tulungagung
6.340
6.340
13 Kedungwaru
2.622
2.622
14 Ngantru
0
15 Karangrejo
5.571
268
5.839
16 Kauman
859
1.829
2.688
17 Gondang
474
319
793
18 Pagerwojo
8.131
1.610
9.741
19 Sendang
11.810
2.239
14.049
Jumlah
55.784
20.050
75.834
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Jumlah KK
yang
Dilayani
Jumlah
KK
17.244
23.539
14.676
13.260
13.994
17.566
9.841
14.360
305.400
%
Pelayanan
36,77%
11,14%
0,00%
44,03%
19,21%
4,51%
98,98%
97,83%
24,83%
Gambar 7.3 Grafik Jumlah Pelayanan Sistem Jaringan Perpipaan Air
Bersih Tersistem
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan PDAM terbesar berada
di Kecamatan Tulungagung mengingat Kecamatan Tulunggagung merupakan ibu
kota kabupaten. Pelayanan PDAM terbesar berikutnya berada di Kecamatan
Kedungwaru, Kauman dan Sendang. Sedangkan pelayanan HIPPAM terbesar
berada di Kecamatan Sendang meskipun di kecamatan ini PDAM juga memberikan
pelayanan. Pelayanan HIPPAM terbesar berikutnya yaitu di Kecamatan Pagerwojo,
Tanggungunung dan Pucanglaban. Selain itu, dapat diketahui juga bahwa
Kecamatan Sendang merupakan kecamatan yang paling membutuhkan pelayanan
air bersih tersistem dibanding kecamatan lainnya.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.4 Grafik Prosentase Jumlah KK Terlayani Sistem Jaringan
Perpipaan Air Bersih Tersistem
Dari grafik di atas diketahui bahwa lebih dari 90% KK di Kecamatan
Sendang dan Pegerwojo bergantung pada penyediaan air bersih tersistem. Hal
tersebut dikarenakan kondisi wilayah berupa dataran tinggi yang tidak
memungkinkan masyarakat untuk membuat sumur sendiri. Di sisi lain, Kecamatan
Ngantru merupakan kecamatan yang belum terjangkau oleh pelayanan air bersih
secara tersistem.
Gambar 7.5 Kondisi Mata Air Yang Dimanfaatkan Masyarakat dan Kondisi
Masyarakat Saat Mengambil Air Bersih Dari Mata Air
Kabupaten Tulungagung memiliki potensi air tanah yang cukup baik yang
dapat dimanfaatkan oleh sebagian penduduk sebagai sumber air bersih terutama di
aderah pedesaan. Sarana untuk mendapatkan air tanah tersebut yaitu dengan
mengunakan sumur pompa tangan dan sumur gali. Selain itu, di beberapa
kecamatan sebagian penduduk juga memanfaatkan air hujan dan sumber mata air
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
sebagai sumber air bersih. Berikut ini hasil pendataan tentang jenis sarana air
bersih yang digunakan penduduk secara pribadi:
Tabel 7.11
Jenis Sarana Air Bersih Sistem Bukan Jaringan Perpipaan Yang Digunakan
Penduduk
Jumlah KK Pengguna
Sumur
Kecamatan
Sumur
Pompa
Air Hujan
Gali
Tangan
Besuki
9.622
6
8.392
0
Bandung
14.778
4 11.519
0
Pakel
15.699
0 13.626
0
Campurdarat
17.293
14 11.419
0
Tanggunggunung
8.863
0
856
45
Kalidawir
18.343
262 12.801
73
Pucanglaban
9.128
0
997
170
Rejotangan
20.301
321 14.754
0
Ngunut
20.688
717 16.311
0
Sumbergempol
21.393
882 15.388
0
Boyolangu
24.812
57 17.832
0
Tulungagung
17.244
447
8.163
0
Kedungwaru
23.539
737 16.940
0
Ngantru
14.676
845 10.043
0
Karangrejo
13.260
176
8.449
0
Kauman
13.994
256
9.435
0
Gondang
17.566
85 15.091
0
Pagerwojo
9.841
0
1.189
0
Sendang
14.360
0
1.494
0
Total
305.400
4.809 194.699
288
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Jumlah
Keluarga
%
Pengguna
87,3%
78,0%
86,8%
66,1%
10,2%
71,6%
12,8%
74,3%
82,3%
76,1%
72,1%
49,9%
75,1%
74,2%
65,0%
69,3%
86,4%
12,1%
10,4%
65,4%
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Gambar 7.6 Grafik Jumlah KK Terlayani Tidak Tersistem(Bukan Jaringan
Perpipaan)
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebesar 65,4% dari
seluruh KK di Kabupaten Tulungagung melakukan penyediaan air bersih secara
tidak tersistem baik berupa pemanfaatan sumur pompa tangan, sumur gali maupun
air hujan. Di empat kecamatan berdataran tinggi seperti Kecamatan
Tanggunggunung, Pucanglaban, Pagerwojo dan Sendang, masyarakat bergantung
pada penyediaan air secara tersistem mengingat. Pemanfaatan air hujan terjadi
Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir dan Pucanglaban.
Jumlah KK yang telah mengakses air bersih dari yang tersistem maupun
yang tidak tersistem sebesar 275.630 KK. Sedangkan jumlah KK yang diketahui
belum mengakses air bersih sebesar 29.770 KK. Maka sekitar 90% penduduk di
Kabupaten Tulungagung sudah mengakses air bersih dan 10% masih belum
mendapatkan akses air bersih.
Gambar 7.7 DiagramJumlah KK Terlayani Air Bersih
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
SPAM perdesaan yang ada di Kabupaten Tulungagung dikelola oleh HIPPAM
(Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum) dan swadaya masyarakat. HIPPAM di
Kabupaten Tulungagung cukup besar pemakainya, mengingat luas wilayah dan
persebaran permukiman di Kabupaten Tulungagung yang menyebar. Sebagian
penduduk yang tidak terlayani PDAM memperoleh air bersih/minum yang dikelola
oleh HIPPAM. Sumber air yang digunakan oleh HIPPAM adalah mata air maupun
sungai yang ada di sekitar permukiman penduduk. Pada tabel berikut ini merupakan
capaian pelayanan air minum perdesaan pada awal tahun 2014 yang dikelola oleh
HIPPAM.
7.3.1.3 Lokasi dan Kapasitas Air Baku
Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM berupa air permukaan dan air
tanah. Air permukaan diambil dari Sungai dan sumber mata air, sedangkan air tanah
diambil melalui sumur bor. Berikut ini adalah tabel-tabel air baku:
Tabel 7.13
Daftar Sumber Mata Air Yang Digunakan PDAM “Tirta Cahya Agung”
Kabupaten Tulungagung Tahun 2013
Mata Air
No.
Cabang
Nama
Lokasi
Tanen
1
Rejotangan
Kandung
2
Campurdarat
Gamping Gamping
JUMLAH
Kapasitas (l/dt)
Sumber
Terpasang Termanfaatkan
Jenis
Pengaliran
60
10
7
gravitasi
50
10
8
dipompa
110
20
15
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Dari tabel di atas diketahui bahwa PDAM Cabang Rejotangan dan
Campurdarat menggunakan air baku berupa sumber mata air. PDAM Cabang
Rejotangan mengambil air baku dari sumber mata air Kandung yang terletak di
Desa Tanen dengan kapasitas sumber sebesar 60 l/dt, kapasitas terpasang 10 l/dt
dan kapasitas termanfaatkan 7 l/dt yang dialirkan ke reservoar secara gravitasi.
Sedangkan PDAM Cabang Campurdarat mengambil air baku dari sumber Gamping
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
yang terletak di Desa Gamping dengan kapasitas sumber sebesar 50 l/dt, kapasitas
terpasang 10 l/dt dan kapasitas termanfaatkan 8 l/dt yang dialirkan ke reservoar
dengan pemompaan. Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa sumber-sumber
mata air yang digunakan oleh PDAM memilki total kapasitas sumber sebesar 110
l/dt, kapasitas terpasang 20 l/dt dan kapasitas termanfaatkan sebesar 15 l/dt.
Tabel 7.14
Daftar Sumur Bor Yang Digunakan Oleh PDAM “Tirta Cahya Agung” Kabupaten
Tulungagung Tahun 2013
Sumur Bor
No.
Cabang
Kapasitas (l/dt)
Nama
terpasang
termanfaatkan
1
Ngunut
Ngunut
15
13
2
Bandung
Bandung
10
6
25,0
19,0
JUMLAH
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Dari tabel di atas diketahui bahwa PDAM Cabang Ngunut dan Bandung
menggunakan air baku berupa sumur bor. PDAM Cabang Ngunut mengambil air
baku dari sumur bor Ngunut dengan kapasitas terpasang 15 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan 13 l/dt. Sedangkan PDAM Cabang Bandung mengambil air baku dari
sumur bor Bandung dengan kapasitas terpasang 10 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan 6 l/dt. Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa sumur-sumur bor
yang digunakan oleh PDAM memilki total kapasitas terpasang 25 l/dt dan kapasitas
termanfaatkan sebesar 19 l/dt.
Tabel 7.15
Daftar Sungai Yang Digunakan Oleh PDAM “Tirta Cahya Agung” Kabupaten
Tulungagung Tahun 2013
Instalasi Pengolahan Air
No.
1
Cabang/Unit
Tulungagung
Nama
Jatiwekas
Sumber
Air Baku
Sungai
Song
Kapasitas (l/dt)
terpasang
Produksi
Jenis
Konstruksi
100
90
beton
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Instalasi Pengolahan Air
No.
Cabang/Unit
Nama
Sumber
Air Baku
Kapasitas (l/dt)
terpasang
Produksi
Jenis
Konstruksi
Jatiwekas
Sungai
Song
50
24
paket baja
Argowilis
Argowilis
20
9
baja
Nglorok
Nglurup
20
9
baja
20
10,0
baja
20
2,1
paket baja
230
144,1
Karangrejo
Sumbergempol
Gondang
Kauman
2
Sendang
3
Pagerwojo
4
Gambiran
Pokek
JUMLAH
Sumber: Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum, 2014
Debit sungai Song yang tercatat oleh PDAM adalah 750 l/dt. Air baku
dialirkan ke dua unit instalasi pengolahan air Jatiwekas dengan kapasitas berbeda.
Instalasi pertama berupa konstruksi beton dengan kapasitas terpasang 100 l/dt dan
kapasitas produksi 90 l/dt. Sedangkan instalasi kedua berupa konstruksi paket baja
dengan kapasitas terpasang sebesar 50 l/dt dan kapasitas produksi 24 l/dt.
Sehingga diperoleh total kapasitas terpasang sebesar 150 l/dt dan total kapasitas
produksi sebesar 114 l/dt. Air hasil olahan dari kedua instalasi di Jatiwekas ini
dialairkan ke pelanggan di Kecamatan Tulungagung, Karangrejo, Sumbergempol,
Gondang dan Kauman.
7.3.1.4 Kinerja PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum ”TIRTA CAHYA AGUNG” adalah
Perusahaan Daerah Air Minum milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang
didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung Nomor 1 Tahun
1984 tentang Perusahaan Daerah Air Minum ”Tulungagung” Kabupaten
Tulungagung sebagaimana telah dicabut dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perusahaan Daerah Air Minum ”Tulungagung” Kabupaten
Tulungagung. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung
No. 19 Tahun 2012 tentang Perusahaan Daerah Air Minum “TIRTA CAHYA
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
AGUNG” maka pada Peraturan Daerah ini ditetapkan nama PDAM
“TULUNGAGUNG” menjadi PDAM ”TIRTA CAHYA AGUNG”. Perusahaan Daerah
Air Minum “TIRTA CAHYA AGUNG” Kabupaten Tulungagung merupakan Badan
Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan di bidang penyediaan air
minum dan bertanggung jawab atas ketersediaan air minum di Kabupaten
Tulungagung.
Tujuan pendirian PDAM adalah :
1) Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ruang lingkup
usahanya;
2) Memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah;
3) Turut serta meningkatkan perekonomian daerah.
Untuk mencapai tujuan tersebut PDAM melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Memproduksi air minum;
2) Mendistribusikan air minum kepada pelanggan;
3) Mendirikan, membangun dan/atau mengelola instalasi air minum;
4) Membentuk dan mengembangkan unit usaha.
Organisasi kelembagaan PDAM terdiri dari Bupati, Direksi dan Dewan
Pengawas. Direksi diangkat oleh Bupati atas usulan Dewan Pengawas. Direksi
mempunyai tugas:
1. Menyusun perencanaan, melakukan koordinasi dan pengawasan seluruh
kegiatan operasional PDAM;
2. Membina pegawai;
3. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM;
4. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan;
5. Menyusun Rencana Strategis Bisnis 5 (lima) tahunan (business plan/
corporate plan) yang disahkan oleh Bupati melalui usul Dewan Pengawas;
6. Menyusun dan menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan
PDAM yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Strategis Bisnis
(business plan/ corporate plan) kepada Bupati melalui Dewan Pengawas;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan PDAM;
8. Menyusun dan menetapkan pengelolaan usaha.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
Dewan Pengawas berasal dari unsur Pejabat Pemerintah Daerah,
profesional dan masyarakat konsumen yang diangkat oleh Bupati.Dewan Pengawas
mempunyai tugas:
1) Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap
Pengurus dan Pengelola PDAM;
2) Memberikan pertimbangan dan saran kepada Bupati baik diminta atau tidak
diminta guna perbaikan dan pengembangan PDAM;
3) Memeriksa dan menyampaikan Rencana Strategis Bisnis (business plan/
corporate plan), dan Rencana Bisnis dan Anggaran Tahunan PDAM yang
dibuat Direksi kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan;
4) Mengadakan rapat dengan Direksi paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali;
5) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati setiap 3 (tiga)
bulan sekali dan sewaktu-waktu apabila diperlukan;
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7.3.1.5 Potensi dan Tantangan Pengembangan SPAM
Potensi pengembangan SPAM:
a. Air tanah di wilayah Kabupaten Tulungagung tergolong dangkal
b. Minimnya akses pelayanan jaringan air minum perpipaan yang dimiliki MBR.
c. Adanya pencemaran air tanah pada kawasan minapolitan
d. Peningkatan dan perluasan kapasitas terpasang
e. Jumlah penduduk yang meningkat
Tantangan pengembangan SPAM:
a. Masyarakat terutama di daerah pedesaan masih merasa belum membutuhkan
pelayanan PDAM karena kebutuhan air tercukupi dengan sumur
b. Adanya tuntutan PP No. 16 tahun 2005 untuk memenuhi kualitas air olahan
PDAM sebagai air yang layak diminum langsung (potable water) sesuai kriteria
yang disyaratkan
c. Adanya tuntutan untuk menyelenggarakan SPAM yang profesional merupakan
tantangan dalam pengembangan SPAM dimasayang akan datang
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
d. Adanya tuntutan untuk lebih meningkatkan pengarusutamaan gender dalam
pembangunan air minumyang kini relatif masih rendah
e. Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang
belum diberdayakan secara optimal
f. Pertambahan penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan air bersih
7.3.2 Sasaran Program
Arah Kebijakan SPAM Kabupaten Tulungagung adalah memprioritaskan
pembangunan dan pengembangan SPAM yang ditekankan pada kawasan
perdesaan, khususnya untuk masyarakat miskin yang berada pada desa rawan air
minum. Upaya untuk memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator
penyelenggaraan SPAM (PDAM, Dinas PU Kab/Kota, UPT, Kelompok Masyarakat)
di Kabupaten Tulungagung dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya
manusia yang ada melalui pelatihan, Peningkatan kualitas air minum, memperkuat
fungsi
dinas-dinas
terkait;
memperkuat
PDAM;
membentuk
UPT/BLU;
memberdayakan kelompok masyarakat dan HIPPAM. Sedangkan upaya untuk
memperkuat prinsip kepengusahaan dan kewirausahaan pada lembaga
penyelenggaraan (PDAM) di Kabupaten Tulungagung dilakukan melalui penyehatan
PDAM, pengoptimalan kapasitas produksi dan penyesuaian tarif.
Selama periode perencanaan 17 tahun, pengembangan SPAM Kabupaten
Tulungagung akan dibagi menjadi tiga tahap perencanaan.
• Tahap Pertama (jangka pendek)
: 2015 – 2020
• Tahap Kedua (jangka menengah)
: 2021 – 2025
• Tahap Ketiga (jangka panjang)
: 2026 – 2032
Penetapan ketiga tahap perencanaan dilakukan terkait dengan aspek
geografis dan teknis yang menyertai perencanaan sistem penyediaan air minum,
serta potensi air baku yang ada dimasing-masing zona. Dari kondisi tersebut, maka
pentahapan awal pelayanan air bersih ditekankan pada perluasan jaringan
perpipaan pada wilayah yang sudah terlayani SPAM, pusat-pusat ibukota
kecamatan, pusat-pusat permukiman yang memiliki potensi air baku sebagai air
bersih secara kuantitas, kontinuitas dan kualitas yang cukup dan layak disamping
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
pula penurunan tingkat kebocoran air dan perbaikan/memaksimalkan sarana dan
prasarana air bersih yang ada. Potensi air baku ini dapat berupa air sungai dan
mata air. Sedangkan pentahapan berikutnya lebih banyak ditekankan pada
perluasan jaringan, pembuatan sarana-prasarana air bersih baru, pemanfaatan air
baku potensial, serta penurunan tingkat kebocoran. Sedangkan pada tahap akhir
diharapkan pelayanan air bersih di Kabupaten Tulungagung mencapai 100% dari
penduduk yang ada di Kabupaten Tulungagung dapat terlayani air bersih.
Dalam rangka menjamin keberlanjutan Rencana Induk SPAM Kabupaten
Tulungagung dan dengan mempertimbangkan dinamika perkembangan kota yang
terjadi, maka perlu direncanakan pula kegiatan peninjauan ulang (review) terhadap
dokumen Master Plan ini setiap 5 tahun sekali, sesuai yang diamanatkan oleh
Peraturan Menteri PU No.18/2007. Dengan demikian, kegiatan peninjauan ulang
dokumen Rencana Induk ini akan dilakukan pada tahun 2020, 2025, dan di akhir
periode perencanaan di tahun 2032.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.3.3 Usulan Kebutuhan Program
Usulan program pengembangan air minum untuk Kabupaten Tulungagung
adalah mengoptimalkan pelayanan yang ada saat ini, pengembangan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki jaringan air minum, dan pengembangan
SPAM di desa rawan air, pesisir dan terpencil khususnya di PPI (Pelabuhan
Perikanan Ikan) Sine, pembangunan sarana air minum di Desa Jengglungharjo,
Kecamatan Tanggunggunung, serta Optimalisasi sarana air minum Desa Kalibatur
Kecamatan Kalidawir. Matriks usulan kebutuhan sektor pengembangan SPAM
dapat dilihat pada tabel 7-17, 7-18 dan 7-19
Kebutuhan biaya pengembangan SPAM Kabupaten Tulungagung akan
melingkupi keseluruhan aspek diatas, yaitu Program untuk sistem Jaringan
Perpipaan (JP) dan Jaringan Perpipaan (BJP) baik itu program Fisik, maupun
program Non-Fisik.
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
7.4.1 Kondisi Eksisting
7.4.1.1 DATA PENGELOLAAN AIR LIMBAH EKSISTING (TERPUSAT MAUPUN
SETEMPAT)
Air limbah domestik adalah air buangan dari rumah penduduk yang berasal
dari pembuangan tinja manusia. Pengelolaan tinja manusia memerlukan
penanganan yang khusus karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat
menularkan penyakit seperti Thypus, Hepatitis, diare dan sebagainya.
Sasaran pengelolaan prasarana dan sarana air limbah di Kabupaten
Tulungagung ditekankan pada pengelolaan air limbah permukiman yang terdiri atas
air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur
dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah
tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
Permasalahan yang sering dihadapi di lapangan yaitu adanya persepsi dari
sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan
yang mendesak. Di Kabupaten Tulungagung saat ini sudah tersedia fasilitas
pengolahan lumpur tinja (IPLT) namun masih perlu penanganan yang lebih baik.
Selama ini pelayanan penyedotan lumpur tinja di Kabupaten Tulungagung dilakukan
oleh pihak pemerintah dalam hal ini Dinas PU Bina Marga, Perumahan dan Cipta
Karya dan pihak swasta namun karena kapasitas IPLT yang terbatas maka
terkadang limbahnya dibuang ke luar Kabupaten Tulungagung atau di tempattempat tertentu (misal: sungai) yang akan sulit dalam pemantauannya. Apabila hal
tersebut tidak segera ditangani secara lebih baik dikuatirkan akan terjadi masalah/
konflik di kemudian hari.
Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi di Kabupaten Tulungagung
masih terbatas, seperti keberadaan instalasi pengolah air limbah (IPAL) hanya
terdapat pada bangunan-bangunan tertentu (RS, hotel, industri dll). Instalasi
pengolah lumpur tinja (IPLT) meskipun telah tersedia namun sistem pengelolaannya
belum memadai sehingga perlu adanya perbaikan sistem dan peningkatan sumber
daya manusia karena sarana sanitasi ini sangat dibutuhkan penduduk Kabupaten
Tulungagung yang jumlahnya cukup besar dan cukup padat di beberapa kawasan
BAPPEDA KABUPATEN TULUNGAGUNG
[BAB VII]
perkotaan. Sistem sanitasi komunal menjadi salah satu alternatif pada lokasi-lokasi
yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi atau pada kawasan kumuh.
Sistem pembuangan air limbah rumah tangga sebaiknya dipisahkan
dengan sistem pembuangan air hujan, namun sering dijumpai limbah dari rumah
tangga dibuang ke dalam sistem pembuangan air hujan, untuk mengatasi masalah
tersebut di atas, maka idealnya pada setiap hunian rumah tangga atau kawasan
permukiman harus memiliki sistem penanganan air limbahnya berupa sumur
resapan sebelum masuk ke dalam saluran drainase lingkungan. Dengan demikian
air limbah yang masuk ke saluran/ drainase sudah relatif bersih. Cakupan layanan
air limbah domestik saat ini di Kabupaten Tulungagung dapat dilihat pada tabel 720.
Dalam tabel tersebut, dapat diketahui berapa jumlah KK dengan akses
sanitasi layak dan sanitasi tidak layak. penduduk yang melakukan BABS sebanyak
19.782 KK atau 7,79%, yang menggunakan tangki septik individual belum aman
sebanyak 39.434 KK atau 15,53% dan yang menggunakan cubluk sebanyak
24.101 KK atau 9,49% (terjadi di wilayah dengan kepadatan penduduk