UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT

UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  Oleh: Yuniarti Ninu NIM: 061124006 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yang Maha Esa

  Ayahku Yunus Agustinus Ninu, S. Pd. Sd Ibuku Yustina Sarika, S. Pd. sd

  Abangku Junarto Ninu, S.IP Adikku Marietha Widuri

  Kekasihku Heronimus Timbang, S. Kom Dan umat di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

  MOTTO

  Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,… (Pengkotbah 3:11)

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah UPAYA MEMBANGUN KELUARGA

  

KRISTIANI MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI

KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU,

KALIMANTAN BARAT. Judul ini dipilih berdasarkan pandangan penulis

  tentang pentingnya upaya membangun keluarga kristiani. Upaya ini dapat dilakukan bukan hanya oleh keluarga itu sendiri tapi perlu didukung oleh tim pendamping keluarga. Berdasarkan fakta di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, keluarga kristiani belum mendapat pendampingan keluarga dengan baik.

  Persoalan mendasar dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan pendampingan keluarga di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Untuk menanggapi persoalan ini, maka penulis mengadakan penelitian lapangan tentang pendampingan keluarga pada pasangan suami istri di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Selain penelitian lapangan penulis juga melakukan studi pustaka tentang pendampingan keluarga dan usaha membangun keluarga kristiani, sehingga membantu penulis dalam mengola dan menganalisis data.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga kristiani di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat sudah melakukan upaya membangun keluarga kristiani melalui pendampingan keluarga.

  Namun di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat pendampingan keluarga belum terlaksana dengan baik dan ada kebutuhan tim pendamping keluarga. Oleh karena itu, untuk menanggapi kebutuhan tersebut, maka penulis mengusulkan program kaderisasi untuk calon pendamping keluarga dan pendamping keluarga yang sudah ada. Melalui kaderisasi penulis berharap akan tersedianya pendamping keluarga yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan spritualitas yang memadai, sehingga mampu mendampingi keluarga kristiani di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat dengan baik.

  

ABSTRACT

  Title Thesis THE EFFORT TO DEVELOP CHRISTIAN FAMILY THROUGH FAMILY COUSELLING TEAM IN KUNJUNGAN SANTA MARIA PARISH OF PENIUNG, KAPUAS HULU, WEST BORNEO. This title was chosen based on the writer’s perception of the imfortance of developing Christian Family. This effort can be done not only by the family itself, but it needs to be supported by family couselling team. Based on the fact that in Kunjungan Santa Maria Parish of Peniung, Kapuas Hulu, West Borneo, Christian families in that city do not get enough guidance for themselves from.

  The main issue in this thesis is how to increase the guidance family in Kunjungan Santa Maria Parish Peniung, Kapuas Hulu, West Borneo. To response this problem, the writer conducted a research on the guidance to husbands and wives in Kunjungan Santa Maria Parish, Peniung, Kapuas Hulu, West Borneo. Beside the field research, the writer also conducted a library study to gain information and data about guidance family and the effort to develop a Christian family, so it could help the writers to process and analyze the data.

  The result of this thesis shows that Christian families in Kunjungan Santa Maria parish, Peniung, Kapuas Hulu, West Borneo already followed the guidance family through the teams of guidance family. However, the fact was that the activities were not going well. The guidance had not been done yet and there were also some needs of having more teams. To respond to those needs, the writer has proposed the training for young cadres for regeneration for prospective family companion and escort existing family. Through the regeneration, the writer hopes the availability of the new guidance family teams who have a good knowledge, skills, and spirituality will help to assist Christian families in Kunjungan Santa Maria parish, Peniung, Kapuas Hulu, West Borneo to deepen to deepen their faith and understanding.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI

MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT.

  Penulisan skripsi ini merupakan ujud cinta penulis akan kemajuan Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung dalam memberikan pendampingan keluarga, sehingga dapat membantu pasangan suami istri dalam upaya membangun keluarga kristiani.

  Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat membantu para pendamping keluarga dalam mendampingi pasangan suami istri sehingga mereka dapat membangun keluarganya menjadi keluarga kristiani. Meskipun tidak sedikit tantangan yang penulis hadapi dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis merasakan sungguh segala sesuatu indah pada waktunya.

  Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan penyusunan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Rohandi Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  2. Drs. FX. Heryatno, W.W, SJ, M. Ed, selaku kaprodi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

  3. Y.H Bintang Nusantara, SFK, M. Hum, selaku dosen pembimbing utama penulis yang dengan sabar mendampingi, membimbing, mengarahkan dan membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

  4. Drs. Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum, selaku dosen pembimbing akademik dan penguji II yang membimbing dan membantu selama penulis studi dan menyusun skripsi.

  5. P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si, selaku dosen penguji III yang telah rela meluangkan waktunya sebagai penguji.

  6. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ, yang dengan tulus membimbing, memberi perhatian, mendengarkan curhat penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi serta memberi semangat dan selalu meluangkan waktu.

  7. Pastor Paulus Pati Lein, Pr, selaku Pastor Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung Kalimantan Barat, yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian skripsi ini.

  8. Pak Yohanes, Pak Tri Koko, Ibu Lusia Ayang, Pak Aji yang telah membantu penulis dalam menyebarkan kuesioner.

  9. Ayahku Yunus Agustinus Ninu, S. Pd. sd, IbukuYustina Sarika, S. Pd. sd, Abangku Junarto Ninu, S.IP, Adikku Marietha Widuri dan Kekasihku Heronimus Timbang, S. Kom serta seluruh keluarga penulis yang memberi

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv MOTTO ................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi LEMBARAN PERSETUJUAN .............................................................. vii ABSTRAK .............................................................................................. viii

  ABSTRACT .............................................................................................. ix

  KATA PENGANTAR ............................................................................ x DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................

  1 A. Latar Belakang .......................................................................

  1 B. Identifikasi Masalah ...............................................................

  4 C. Pembatasan Masalah ...............................................................

  5 D. Rumusan Masalah ..................................................................

  5 E. Tujuan Penulisan .....................................................................

  5 F. Manfaat Penulisan ...................................................................

  6 G. Metode Penulisan ...................................................................

  7 H. Sistimatika Penulisan .............................................................

  7 BAB II. UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA .........................

  10 A.

  10 Keluarga Kristiani ..................................................................

  a.

  24 b. Persiapan Perkawinan Jangka Dekat ..........................

  33 a. Doa Pribadi dan Doa Bersama ....................................

  32 4. Kebiasaan Hidup Beriman .................................................

  31 f. Komunikasi Dengan Tuhan ........................................

  31 e. Komunikasi Sakramen ................................................

  30 d. Komunikasi Hubungan Seks .......................................

  29 c. Komunikasi Hati .........................................................

  29 b. Komunikasi Pikiran ....................................................

  28 a. Komunikasi Badan ......................................................

  27 3. Pengembangan Komunikasi ..............................................

  25 b. Kesetiaan Suami-Istri Diperkuat Oleh Rahmat Sakramen .......................................................

  25 a. Kesetiaan Suami-Istri Berpangkal Pada Kesetiaan Allah Pada Umat-Nya .................................................

  25 2. Kesetiaan Suami-Istri .........................................................

  25 c. Persiapan Akhir Menjelang Perayaan Sakramen Perkawinan ................................................

  22 a. Persiapan Perkawinan Jangka Jauh ............................

  Pengertian Keluarga ....................................................

  21 1. Kursus Persiapan Perkawinan ............................................

  20 B. Upaya-upaya Membangun Keluarga Kristiani .......................

  19 d. Dipanggil Menjadi Gereja Mini ..................................

  16 c. Keluarga Adalah Tempat Kudus ................................

  15 b. Menjunjung Kesetiaan Dalam Perkawinan ................

  15 a. Keluarga Kristiani Diresapi Oleh Cinta Kasih ...........

  14 3. Ciri-ciri Keluarga Kristiani ................................................

  14 d. Nilai Sakramen ...........................................................

  12 c. Iman Akan Yesus Kristus ...........................................

  11 b. Panggilan Allah ..........................................................

  11 a. Kehendak Bebas .........................................................

  11 2. Dasar-dasar Keluarga Kristiani ..........................................

  10 b. Pengertian Keluarga Kristiani .....................................

  33

  c.

  34 Membaca Dan Merenungkan Kitab Suci ....................

  d.

  35 Ikut Aktif Dalam Kelompok Pembinaan Iman ...........

  e.

  Ikut Ambil Bagian Dalam Retret, Rekoleksi dan Ziarah ..................................................

  35 5.

  35 Relasi Yang Mendalam ......................................................

  a.

  36 Relasi Antar Suami-Istri .............................................

  b.

  37 Relasi Antar Orang Tua Dan Anak .............................

  c.

  38 Relasi Antar Keluarga Dan Masyarakat .....................

  d.

  38 Relasi Antar Keluarga Dan Tuhan ..............................

  C.

  Upaya Membangun Keluarga Kristiani Melalui Pendampingan Keluarga Kristiani ............................

  39 1.

  39 Pengertian Pendampingan Keluarga Kristiani ...................

  2.

  41 Tujuan Pendampingan Keluarga Kristiani .........................

  a.

  41 Tercapainya Kebahagiaan ...........................................

  b.

  Berkembangnya Iman Dalam Keluarga Yang Didampingi ........................................................

  42 c.

  42 Mendidik Anak-anak Mereka Secara Kristiani ..........

  d.

  Membantu Keluarga Yang Mengalami Masalah Khusus ..........................................................

  43 3.

  43 Bentuk Pendampingan Keluarga Kristiani ........................

  a.

  44 Retret Keluarga ...........................................................

  b.

  44 Rekoleksi Keluarga .....................................................

  c.

  46 Kunjungan Keluarga ...................................................

  d.

  46 Katekese Keluarga ......................................................

  BAB III: PENELITIAN TENTANG UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI DAN PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT ....................................................

  48 A. Gambaran Umum Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ..............................

  48 1.

  48 Sejarah Singkat Paroki .......................................................

  2.

  49 Letak Geografis Paroki ......................................................

  3.

  50 Situasi Umat Katolik Paroki ..............................................

  B.

  Penelitian Tentang Pendampingan Keluarga Dan Upaya Membangun Keluarga Kristiani ..........................

  54 1.

  54 Rumusan Permasalahan Penelitian ....................................

  2.

  54 Tujuan Penelitian ...............................................................

  3.

  55 Metode Penelitian ..............................................................

  4.

  55 Instrumen Penelitian ..........................................................

  5.

  56 Tempat dan waktu Penelitian .............................................

  6.

  56 Responden Penelitian .........................................................

  7.

  57 Analisis Data ......................................................................

  8.

  57 Variabel Penelitian .............................................................

  C.

  58 Laporan Hasil Penelitian ........................................................

  D.

  72 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................

  E.

  81 Rangkuman Penelitian ............................................................

  BAB IV. USULAN PROGRAM KADERISASI PENDAMPING PENDAMPINGAN KELUARGA DI PAROKI KUNJUNGAN SANTA MARIA PENIUNG, KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT. ....

  84 A.

  84 Pengertian Pendamping Pendampingan Keluarga ..................

  1. Pentingnya Kaderisasi Pendamping pendampingan Keluarga ..........................................................................

  84 2. Keterampilan Pendamping pendampingan Keluarga ..........................................................................

  85 3. Peserta Kaderisasi Pendamping pendampingan Keluarga ..........................................................................

  87 B. Usulan Programan Kaderisasi Pendamping Pendampingan Keluarga ...............................................................................

  87 1. Latar Belakang Kaderisasi Pendamping pendampingan Keluarga ..........................................................................

  87 2. Pengertian dan Tujuan Kaderisasi Pendamping Pendampingan Keluarga .................................................

  88 3. Usulan Program Kaderisasi Pendamping Pendampingan Keluarga ..........................................................................

  90 C.

  96 Contoh Satuan Pendampingan .............................................

  1.

  96 Satuan Persiapan Pendampingan I ...................................

  2.

  104 Satuan Persiapan Pendampingan II .................................

  BAB V. PENUTUP ................................................................................ 108 A.

  108 Kesimpulan ..........................................................................

  B.

  109 Saran ....................................................................................

  1. Bagi Pengurus Pastoral Gereja Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ............................................................. 109 2. Bagi Tim Paroki Kunjungan Santa Maria

  Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ....................... 110 3. Bagi umat Paroki Kunjungan Santa Maria

  Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ....................... 110 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 111 LAMPIRAN ............................................................................................ (1) Lampiran I: Kuesioner ............................................................................ (1) Lampiran II:Surat Permohonan Ijin Penelitian .......................................

  Lampiran III:Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian ...........

  

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

  KS : Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2007) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. Kej : Kejadian Kel : Keluaran Hak : Hakim-hakim

  2 Raj : 2 Raja-raja Mzm : Mazmur Yes : Yesaya Hos : Hosea Ef : Efesus B.

SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

  GS : Gaudium et Spes FC : Familiaris Consortio KHK: Kitab Hukum Kanonik C.

SINGKATAN LAIN

  ASG : Ajaran Sosial Gereja

  KWI : Konferensi Wali Gereja PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia KK : Kartu Keluarga Kan : Kanon Art : Artikel SP : Satuan Persiapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah sel terkecil di dalam masyarakat. Sebagai sel terkecil di

  dalam masyarakat, setiap keluarga diharapkan mampu menciptakan keharmonisan, kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga serta dapat membantu terciptanya suatu tatanan hidup yang baik dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada. Menurut T. Gilarso, SJ dalam bukunya yang berjudul

  

Membangun Keluarga Kristiani 1995 setiap calon pasangan suami istri

  mendambakan hidup perkawinan yang dibangunnya harmonis, sejahtera dan bahagia. Mereka pasti menginginkan untuk membangun persekutuan hidup berkeluarga yang kokoh, dimana cinta mewarnai kehidupannya.

  Apa yang menjadi dambaan pasangan suami istri terkadang tidaklah sesuai dengan harapan, karena membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera seperti yang mereka dambakan tidaklah mudah. Dokumen Konsili Vatikan II dalam Gaudium et Spes art. 47 menyatakan:

  Akan tetapi tidak dimana-mana martabat lembaga itu sama-sama berseri- semarak, sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka perceraian, apa yang disebut percintaan bebas, dan cacat cidera lainya. Selain itu cinta perkawinan sering dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah cara yang tidak halal melawan timbulnya keturunan. Kecuali itu situasi ekonomis, sosial-pisikologis dan kemasyarakatan dewasa ini menimbulkan gangguan-gangguan yang tidak ringan terhadap keluarga. Para Bapa Konsili melihat banyak keluarga tidak dapat membangun keluarganya keluarga yang tidak sampai mengalami perceraian, tetapi keluarga itu diambang perpecahan. Keluarga yang seperti ini jika dilihat dari luar tampak tenang dan harmonis, namun di dalamnya sering terjadi pertengkaran. Situasi seperti ini dapat membahayakan keutuhan keluarga sebab dapat memicu terjadinya perpisahan.

  Situasi seperti ini, seandainya dibiarkan berlangsung terlalu lama dan tidak ditindaklanjuti akan merugikan Gereja. Apabila situasi seperti ini banyak melanda keluarga katolik, maka tidaklah mungkin keluarga katolik dapat membangun keluarganya secara kristiani. Oleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II melalui anjuran apostoliknya yang berjudul Familiaris Consortio, 1981, art. 69 menegaskan: “Supaya keluarga semakin menjadi rukun hidup cinta kasih yang sejati, semua anggotanya membutuhkan bantuan dan pembinaan dalam tanggung jawab mereka sementara menghadapi soal-soal baru yang muncul dalam saling melayani, dan ikut menghayati kehidupan keluarga secara aktif”. Melalui penegasan ini keluarga kristiani diharapkan dapat mengupayakan membangun keluarganya menjadi keluarga kristiani supaya tidak merugikan mereka dan Gereja.

  Untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami kesulitan dalam kehidupan berkeluarga Gereja memberikan pendampingan keluarga sesuai dengan penegasan Paus Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio, 1981, art. 69 yang menyatakan, bahwa:

  Gereja hendaklah secara khusus pula menaruh perhatian, untuk mendampingi mereka menghayati cinta kasih suami istri secara bertanggung jawab, berkenaan dengan tuntutan-tuntutannya perihal persekutuan dan pelayanan kepada kehidupan. Begitu pula hendaknya rumah dengan kegiatan yang sukarela dalam membangun Gereja maupun masyarakat.

  Penegasan Paus Yohanes Paulus II sejalan dengan cita-cita Gereja. melalui pendampingan keluarga pasangan suami istri dapat dibantu dalam membangun keluarga kristiani. Perhatian yang secara khusus ini diberikan Gereja hendaknya dapat menjadi suatu upaya dalam mendampingi pasangan suami istri sehingga mereka dapat menghayati kehidupan berkeluarga yang penuh dengan cinta kasih.

  Pelaksanaan pendampingan keluarga menuntut adanya tim pendamping yang sungguh dipersiapkan. Pendamping keluarga hendaknya memiliki pemahaman, keterampilan dan spritualitas sebagai seorang pendamping keluarga, sehingga pelaksanaan pendampingan keluarga dapat berjalan dengan baik.

  Di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, belum ada tim khusus untuk pendampingan keluarga, sehingga pendampingan keluarga belum dilaksanakan dengan baik. Situasi ini mengakibatkan minimnya pelayanan pendampingan bagi pasangan suami istri yang ada di lingkungan paroki. Pasangan suami istri yang belum mendapatkan pemahaman mengenai upaya membangun keluarga yang kristiani secara baik dan dalam kehidupan keluarganya mengalami kesulitan, akhirnya banyak yang mengalami kehidupan keluarga yang tidak harmonis, sejahtera dan bahagia.

  Dari hasil pengamatan penulis sebagai umat di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, pasangan suami istri khususnya keluarga-keluarga muda mengharapkan adanya kegiatan pendampingan keluarga oleh tim khusus sehingga tim tersebut dapat membekali pasangan suami istri yang ada di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung dengan pengetahuan, pemahaman mengenai upaya membangun keluarga kristiani serta berbagai solusi atas kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kehidupan berkeluarga yang mereka jalani dalam hidup sehari-hari.

  Menyikapi permasalahan ini, penulis mencoba mengangkat judul skripsi sebagai berikut: “Upaya Membangun Keluarga Kristiani Melalui

  

Pendampingan Keluarga Di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung,

Kapuas Hulu, Kalimantan Barat”. Penulis berharap penulisan skripsi ini dapat

  menjadi kajian peningkatan pendampingan keluarga sebagai upaya membangun keluarga kristiani.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan skripsi ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga kristiani? 2.

  Apakah yang dimaksud dengan pendampingan keluarga? 3. Apakah tujuan dari dilaksanakannya pendampingan keluarga? 4. Bagaimana cara membangun keluarga kristiani? 5. Bagaimana cara meningkatkan pendampingan keluarga kristiani?

  C. Pembatasan Masalah

  Menimbang pentingnya pendampingan bagi keluarga untuk membangun keluarga kristiani, maka penulis membatasi pembahasan skripsi ini maupun penelitian pendukung pada pendampingan keluarga dan upaya membangun keluarga kristiani yang berlangsung di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

  D. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pembatasan permasalahan di atas, masalah skripsi ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendampingan keluarga kristiani? 2.

  Bagaimana pendampingan keluarga sudah dilaksanakan di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat? 3. Hal-hal apa saja yang mendukung dan menghambat pendampingan keluarga terlaksana di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu,

  Kalimantan Barat? 4. Usaha seperti apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendampingan keluarga dalam membangun keluarga kristiani di Paroki Kunjungan Santa

  Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat? E.

   Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan ini adalah:

  2. dilakukan untuk membangun keluarga Menjelaskan upaya yang dapat kristiani.

3. Mengetahui sejauhmana pendampingan keluarga sudah dilaksanakan di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

  4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendampingan keluarga di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

  5. Memberi contoh usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendampingan keluarga dalam membangun keluarga kristiani di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

F. Manfaat Penulisan

  Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

  Paroki terbantu untuk memberikan pemahaman kepada pasangan suami istri mengenai pendampingan keluarga dan upaya membangun keluarga kristiani.

  2. Bagi Pasangan Suami Istri Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai upaya membangun keluarga kristiani dan pentingnya pendampingan keluarga diberikan.

  3. Bagi Penulis Menambah wawasan dan pemahaman baru mengenai upaya membangun keluarga kristiani melalui pendampingan keluarga.

4. Bagi Kampus

  Memberikan ide-ide serta pengetahuan bagi mahasiswa IPPAK dalam mencari bahan mengenai upaya membangun keluarga kristiani melalui pendampingan keluarga.

  G. Metode Penulisan

  Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisi. Menurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik, 1998 metode deskriptif analisi yaitu memaparkan, menguraikan serta menganalisa permasalahan yang ada, sehingga ditemukan jalan keluarnya yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner untuk.

  H. Sistimatika Penulisan

  Skripsi ini mengambil judul “Upaya Membangun Keluarga Kristiani Melalui Pendampingan Keluarga di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat”. Adapun sistimatika penulisan ini terdiri dari:

  Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

  pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan serta sistimatika penulisan.

  

Bab II Upaya Membangun Keluarga Kristiani Melalui Pendampingan Keluarga Bab ini memaparkan mengenai: Pertama keluarga kristiani yang meliputi pengertian keluarga kristiani, dasar-dasar keluarga kristiani serta ciri-ciri keluarga kristiani. Kedua, upaya-upaya membangun keluarga kristiani yang meliputi kursus persiapan perkawinan, kesetiaan suami istri, pengembangan komunikasi, kebiasaan hidup beriman serta relasi yang mendalam. Ketiga, upaya membangun keluarga kristiani melalui pendampingan keluarga yang meliputi pengertian, tujuan serta bentuk-bentuk pendampingan keluarga kristiani.

  

Bab III Penelitian Mengenai Upaya Membangun Keluarga Kristiani Dan

Pendampingan Keluarga Di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat Bab ini terdiri dari Bagian pertama memaparkan gambaran umum Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang

  meliputi: sejarah, letak geografis, situasi umat katolik Paroki dan kegiatan- kegiatan yang ada di Paroki. Bagian kedua: penelitian mengenai upaya membangun keluarga kristiani dan pendampingan keluarga yang meliputi: rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, analisis data serta variabel penelitian. Bagian ketiga: laporan hasil penelitian. Bagian keempat: pembahasan hasil penelitian. Bagian kelima: Rangkuman Penelitian.

  

Bab IV Usulan Progaram Kaderisasi Pendamping Pendampingan Keluarga Di Paroki Kunjungan Santa Maria Peniung, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai: Bagian pertama: pengertian peserta kaderisasi pendamping pendampingan keluarga. Bagian kedua: usulan program kaderisasi pendamping pendampingan keluarga dalam rangka membangun keluarga kristiani yang meliputi: latar belakang, pengertian, tujuan dan usulan program kaderisasi pendamping pendampingan keluarga. Bagian ketiga: contoh satuan pendampingan.

Bab V Penutup Penulis menutup penulisan dengan membuat kesimpulan dan saran.

BAB II UPAYA MEMBANGUN KELUARGA KRISTIANI MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA Dalam Bab II ini akan diuraikan mengenai keluarga kristiani, upaya-upaya

  membangun keluarga kristiani dan upaya membangun keluarga kristiani melalui pendampingan keluarga.

A. KELUARGA KRISTIANI 1. Pengertian Keluarga Kristiani a. Pengertian Keluarga

  C. Groenen, dalam Majalah Ekawarta 1983 tentang: “Firman Tuhan

  

Dalam Keluarga” , membagi pengertian keluarga kristiani menjadi dua bagian

  yaitu: “keluarga inti dan keluarga besar”. Dalam keluarga inti mencakup ayah, ibu dan anak-anak mereka (termasuk anak angkat). Sedangkan dalam keluarga besar meliputi semua sanak saudara: kakek, nenek, suami istri/ayah ibu, anak-anak, cucu, cicit, keponakan, bibi dan sebagainya. Jadi yang termasuk dalam keluarga besar meliputi semua orang yang bersangkutan pada kelompok sanak saudara di dalam satu keturunan.

  Suatu keluarga pada mulanya terbentuk karena adanya rasa cinta kasih yang mendalam hingga mampu menjadi pasangan suami istri. Dalam kehidupan keluarga, dasar kesatuan hidup perlu dimiliki dan dikembangkan baik dalam masyarakat umum maupun masyarakat gerejani karena keluarga merupakan mempunyai suatu kewajiban untuk menjalin kerjasama yang baik dengan keluarga yang lain agar terciptalah keluarga yang kristiani dalam suatu masyarakat.

b. Pengertian Keluarga Kristiani

  Menurut Gaudium et Spes, art. 48 menyatakan: keluarga kristiani merupakan “Gambaran dan partisipasi perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja”. Gambaran dan partisipasi yang dimaksudkan dalam rumusan ini adalah gambaran dan partisipasi sebuah keluarga yang dibangun berdasarkan perjanjian cinta kasih kepada Kristus dan kepada Gereja, karena perjanjian cinta kasih dalam sebuah keluarga harus selalu berlandaskan pada cinta kasih akan Kristus yang telah mempersatukan dan Gereja yang telah menjadikan sebuah keluarga menjadi keluarga yang kristiani. Jika gambaran dan partisipasi akan perjanjian cinta kasih antara Kristus dan Gereja sudah terwujudkan maka keluarga kristiani dapat dibangun dengan baik.

  Gambaran dan partisipasi akan perjanjian cinta kasih antar Kristus dan Gereja dapat menjadi contoh bagi pasangan suami istri dalam upaya membangun keluarganya sebagai keluarga yang kristiani, dimana kristus dan gereja dapat sama-sama dijadikan sebagai sebuah patokan dalam keluarga kristiani.

2. Dasar-dasar Keluarga Kristiani a. Kehendak Bebas

  Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 menyatakan bahwa: ”Dasar keluarga adalah kehendak bebas dari suami-istri untuk masuk kedalam kehidupan perkawinan yang bukan didirikan oleh manusia melainkan oleh Tuhan sendiri”. Di dalam sebuah keluarga kehendak bebas tidaklah lepas dari sebuah ikatan kudus dimana Allah sendiri adalah pembentuk sebuah ikatan perkawinan yang dilengkapi dengan berbagai kebaikan dan tujuan untuk membentuk keluarga yang kristiani.

  Ikatan perkawinan sebagai kebersamaan hidup dan cinta kasih yang mendalam dibentuk oleh Sang Pencipta dan dilindungi. Ikatan perkawinan tersebut diharapkan mampu melestarikan aturan Ilahi karena perkawinan adalah sesuatu yang sakral. Melalui ikatan perkawinan pasangan suami istri bersatu dan membuka diri untuk menerima keturunan dengan demikian ikatan perkawinan tidak dapat lagi dibatalkan oleh siapapun. Dalam Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 dinyatakan bahwa: ”Tidak ada kekuasaan yang dapat membatalkan hak untuk menjalin ikatan perkawinan ataupun mengubah kekhasan dan penetapan tujuan dari perkawinan”. Perkawinan yang sudah terjalin oleh suatu ikatan sudah tidak dapat lagi dibatalkan oleh siapapun kecuali oleh maut ke karena maut tidak direncanakan dan tidak dapat dihindari. Manusia sendiri tidak memiliki hak untuk menguasai ikatan perkawinan karena pasangan suami istri yang ada dalam ikatan perkawinan tersebut sudah saling menjanjikan kesetiaan timbal balik serta membantu dan menerima keturunan.

b. Panggilan Allah

  Perkawinan sebagai tanggapan pangggilan Allah. Injil Matius 19:9 “Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu karena itu apa yang sudah perkawinan yang menjadi satu kesatuan tak dapat diceraikan oleh manusia. Allah mempersatukan pasangan suami istri dalam sebuah ikatan perkawinan yang suci yang tidak boleh dipisahkan oleh manusia dan hanya boleh dipisahkan oleh maut. Allah memanggil pasangan suami istri untuk menjadi pasangan yang dapat menyatukan segala perbedaan yang ada. Melalui perbedaan yang ada tersebut pasangan suami istri ini diharapkan menjadi satu jalan, satu pikiran dan satu tujuan dalam menangapi panggilan Allah melalui perkawinan mereka sehingga perkawinan mereka dapat berlangsung sampai maut memisahkan.

  Dalam kejadiaan 2:24 Allah bersabda “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Allah menghendaki agar pengantin laki-laki meningggalkan ayah dan ibunya, kemudian menyatu dengan istrinya untuk membangun keluarga kecil mereka. Setelah menikah mereka diharapkan menjadi satu, satu dalam suka dan duka dan nantinya dapat menghasilkan sebuah keturunan. Dalam Kejadian 2:28 ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka; beranak cuculah dan bertambah banyak”. Dalam ayat ini jelas dinyatakan bahwa Allah itu menghendaki setiap pasangan suami istri untuk beranak cucu sebanyak- banyaknya. Allah mengharapkan agar pasangan suami istri yang dipanggil Allah dapat membangun keluarganya dengan baik dan memperoleh keturunan yang banyak.

c. Iman Akan Yesus Kristus

  Menurut Telaumbanua 1999 orang yang beriman akan Yesus kristus

  Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh kesadaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh kebutuhan dan kebenaran Allah. Pasangan suami istri dapat dikatakan beriman akan Yesus Kristus apabila mau menerima dan mempercayakan seluruh hidup rumah tangganya kepada Allah.

  Maka pasangan suami istri perlu membiasakan diri terus menerus menghadirkan Roh Kudus dalam seluruh peristiwa kehidupan keluarganya dan membiarkan keluarganya dipimpin oleh-Nya, karena melalui dan di dalam-Nya kehidupan pasangan suami istri semakin terarah dan akhirnya memampukan pasangan suami istri untuk semakin percaya dan berharap pada Tuhan adalah kebenaran.

  Dapat dikatakan pasangan suami istri yang beriman kepada Yesus Kristus berarti menyerahkan seluruh kehidupan keluarganya hanya untuk Tuhan dan tanpa ada suatu paksaan melainkan suatu keyakinan penuh dan suka rela. Oleh karena itu beriman kepada Yesus Kristus sesungguhnya adalah penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa melainkan dengan sukarela.

d. Nilai Sakramen

  Kitab Hukum Kanonik (Kan. 1055) menyatakan: Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri

  (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak antara orang-orang yang baptis oleh kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.

  Dalam sebuah perkawinan sakramen perkawinan menjadi suatu patokan yang terarah pada suatu kesejahteraan keluarga serta keterbukaan suatu keluarga dalam menerima kelahiran seorang anak.

  Masih dari Kitab Hukum Kanonik (Kan. 1057) mengenai perjanjian nikah: “Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tidak dapat ditarik atau dibatalkan oleh pihak manapun karena perjanjian tersebut sudah sah dimata gereja dan sungguh-sungguh diucapkan dari hati oleh kedua belah pihak. Perjanjian tersebut bukti penyerahan diri secara utuh dari kedua belah pihak untuk membangun sebuah keluarga.

  Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 menyatakan lagi mengenai Sakramen perkawinan:

  Sakramen perkawinan mencakup seluruh kenyataan manusia dari cinta kasih suami istri dengan segala konsekuensinya, memampukan dan mewajibkan para suami istri dan orang tua Kristen untuk menghidupi panggilannya sebagai awam dan dengan demikian mencari Kerajaan Allah dalam usaha dan penataan hal-hal duniawi. Sakramen perkawinan merupakan suatu kenyataan dimana cinta kasih setiap pasangan suami istri terikat dengan segala resiko yang akan dihadapi agar mampu melaksanakan segala kewajibannya sebagai pasangan suami istri untuk menagapi panggilannya sebagai keluarga awam yang mencari Kerajaan Allah.

3. Ciri-ciri Keluarga Kristiani a. Keluarga Kristiani Diresapi Oleh Cinta Kasih

  Keluarga kristiani yang diresapi oleh cinta kasih menurut Gaudium et untuk memelihara dan memupuk janji setia mereka dengan cinta yang murni dan perkawinan mereka dengan kasih yang tak terbagi. Undangan sabda ilahi bagi pasangan suami istri amat sangat berarti”. Melalui undangan tersebut pasangan suami istri diharapkan mampu memelihara dan memupuk janji setia dalam kehidupan perkawinan agar kelak bisa membangun keluarganya menjadi sebuah keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Melalui cinta kasih pasangan suami istri menjadi semakin saling menghargai dan mencintai satu sama lain. Mereka diharapkan untuk tidak membagi kasih setia dan cintanya kepada orang yang bukan pasangan hidupnya. Mereka diharapkan mampu menjunjung kesetiaan dalam hidup perkawinannya.

  Menurut Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 “ Cinta kasih suami istri hakekatnya terbuka bagi penerimaan kehidupan”. Cinta kasih dalam kehidupan pasangan suami istri kiranya dapat terbuka bagi keturunan, dimana sebuah keturunan menjadi suatu hal yang penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Keterbukaan akan kehadiran keturunan kiranya atas dasar kesamaan tersebut dibentuk keluarga sebagai satu persekutuan hidup manusia yang dipersatukan didalam cinta kasih.

b. Menjunjung Kesetiaan Dalam Perkawinan

  Dalam perkawinan katolik terdapat dua sifat hakiki perkawinan yang tak dapat dipisahkan atau diceraikan oleh manusia yaitu monogam dan tak terceraikan, seperti yang tercantum dalam Kitab Hukum Kanonik (Kan. 1056) “sifat-sifat hakiki perkawinan ialah monogam dan tak terceraikan, yang dalam

  1). Monogam

  Monogam menurut Kitab Hukum Kanonik (kan. 1056) artinya satu suami dan satu istri. Perkawinan kodrati selalu membangun kesatuan yaitu melibatkan dua pribadi yang ingin mempersatukan diri dan hidup dengan pasangannya. Maka perkawinan katolik harus monogam. Pendidikan anak-anakpun hanya dapat lengkap dalam persekutuan hidup monogam, karena hal itu tidak hanya berarti kesejahteraan material. Persekutuan hidup berdasarkan kesetiaan manusiawi membutuhkan demi terwujudnya kesejahteraan hidup perkawinan. Namun kesetiaan tidak hanya berarti bahwa menyeleweng kepada orang lain melainkan setia pada pasangannya.

  Dalam surat Ef 5:22-29 Paulus menyatakan harapan agar suami istri kristiani saling mencintai sepenuh-penuhnya, seperti Kristus dalam Gereja saling mencintai. Kesetiaan Gereja pada Kristus dan cinta Kristus pada Gereja harus menjadi contoh bagi suami istri. Suami harus mencintai istrinya seperti badannya sendiri begitu pula sebaliknya, sebab Allah sendirilah yang telah menyatukan suami istri itu sehingga keduanya menjadi satu daging. Dengan kata lain perkawinan katolik harus bercirikan kesetiaan sepenuh-sepenuhnya.

  Kesetiaan dalam hidup perkawinan ditegaskan kembali dalam Konsili Vatikan II yang menyatakan bahwa poligami mengaburkan nilai perkawinan dan bahwa monogami dituntut oleh kesetiaan cinta suami istri yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Lebih lanjut dikatakan, perceraian mengaburkan seluruh perkawinan karena telah menentang ajaran gereja. Maka ditegaskan bahwa kesatuan suami istri dan kepentingan anak-anak menuntut tak terceraikan perkawinan.

  Yohanes Paulus II dalam Familiaris Consortio, 1981 art. 33 menegaskan tentang perkawinan dan hidup berkeluarga: Cinta merupakan dasar dan tujuan keluarga. Keluarga harus memperkembangkan cinta, agar ia bertumbuh menjadi komunitas antar pribadi yang saling mencinta. Kesatuan pertama ialah cinta eksklusif suami istri. Roh kudus mencurahkan lewat sakramen perkawinan cinta sejati antar mereka, seperti cinta yang menghubungkan Yesus Kristus dan Gereja. Kesatuan semacam itu dilawan oleh poligami yang menentang kehendak Allah.

  2). Tak-Terceraikan Perkawinan yang tak-terceraikan berarti bahwa ikatan yang timbul dari perjanjian perkawinan itu berlaku seumur hidup. Pandangan itu berdasarkan pada

  Mrk 10:9 yang mengatakan “karena itu apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia”. Perkawinan yang tak-terceraikan merupakan sifat yang berdasarkan cinta kasih antar pasangan suami istri. Semangat dan nilai-nilai cinta kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci mendorong suami istri kearah cinta kasih personal. Cinta kasih personal mereka merupakan dasar hidup perkawinan yang sungguh-sungguh membahagiakan. Mereka memperkembangkan sifat-sifat manusia yang terluhur (cinta kasih) dan dirindukan oleh setiap manusia. Cinta kasih yang digambarkan itu diekspresikan secara khusus dalam persetubuan.

  Dalam persetubuan cinta kasih antar suami istri secara personal dan total yang dikukuhkan oleh Allah sedemikian erat sehingga keduanya bukan lagi dua melainkan satu, tidak dapat diceraikan oleh manusia. Gereja mengajarkan bahwa persetubuan adalah mutlak tak-terceraikan kecuali oleh kematian. Seperti dalam Kan.1141 ”Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputuskan oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun, selain oleh kematian”. Tak- terceraikan perkawinan itu berhubungan erat dengan ciri perkawinan sebagai sakramen, karena sakramen melambangkan hubungan cinta tak-terceraikan antara Kristus dengan Gereja. Perkawinan yang tak-terceraikan memberi manfaat bagi suami istri, anak dan bagi seluruh masyarakat.

c. Keluarga Adalah Tempat Kudus

  Kompendium Ajaran Sosial Gereja, 2009 menyatakan bahwa: “keluarga yang didasarkan pada perkawinan sungguh-sungguh merupakan tempat kudus untuk kehidupan”. Keluarga merupakan tempat Kudus dimana kehidupan keluarga dimulai dan sebagai hadiah dari Allah, diterima secara senang hati dan selalu diberi perlindungan dari berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kehidupan keluarga dalam mengembangkan kehidupan keluarga.