KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Bab

5.

KERANGKA STRATEGI
PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
BIDANG CIPTA KARYA
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan
bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong
untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan
permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah
daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan
dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.
Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai

pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan

pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan
Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal.
Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan
untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkahlangkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan
untuk:
Page | V - 1

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan
sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan

dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,
Pemerintah

Daerah

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan
melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatankhusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan
besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
Page | V - 2


LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank
dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman
langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam
melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD
tahun sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan
DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres
56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam
penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan
dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah
permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
Page | V - 3

LAPORAN AKHIR

BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan
air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.
Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan
pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development
Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
-

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

-


Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses
pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan
kriteria teknis:
-

kerawanan sanitasi;

-

cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Page | V - 4

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana
kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidan Cipta Karya
meliputi:
1.

Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja
di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air

Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.
Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga
optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang
Cipta Karya.

5.2. PROFIL APBD KABUPATEN KARO

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan
sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang
dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a.

Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b.

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.

c.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Page | V - 5

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019


Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
PENDAPATAN DAERAH
(1)
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang dipisahkan
Lain-Lain PAD
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Pendapatan Hibah
Dana Darurat
DBH Pajak dari
Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian &
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
Provinsi/ Pemda Lain
Pendapatan Lainnya
Total Pendapatan

Tahun 1
Rp
%
(2)
(3)

Tahun 2
Rp
%
(4)
(5)

Tahun 3
Rp
%
(6)
(7)

Tahun 4
Rp
%
(8)
(9)

Tahun 5
Rp
%
(10) (11)

Tabel 5.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH
(1)
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bansos
Bantuan Pemda lain
Belanja Tidak
Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
Total Belanja

Tahun 1
Rp
%
(2)
(3)

Tahun 2
Rp
%
(4)
(5)

Tahun 3
Rp
%
(6)
(7)

Tahun 4
Rp
%
(8)
(9)

Tahun 5
Rp
%
(10) (11)

Page | V - 6

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Tabel 5.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
BELANJA DAERAH
(1)
Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana
Cadangan
Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah
Penerimaan
Pinjaman dan
Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali
Pinjaman
Piutang Daerah
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan
Dana Cadangan
Penyertaan Modal
Pembayaran Pokok
Pinjaman
Pemberian
Pinjaman Daerah

5.3.

Tahun 1
Rp
%
(2)
(3)

Tahun 2
Rp
%
(4)
(5)

Tahun 3
Rp
%
(6)
(7)

Tahun 4
Rp
%
(8)
(9)

Tahun 5
Rp
%
(10) (11)

PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan
khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari
APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

5.3.1.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN dalam
5 Tahun

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen
Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah
agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya
menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan
peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011).
Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend
alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Page | V - 7

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Tabel 5.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
SEKTOR
(1)
AM
PBL
Bangkim
PLP
Total

Tahun 1
(2)

Tahun 2

Tahun 3

(3)

(4)

Tahun 4
(5)

Tahun 5
(6)

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung
pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran
Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu
dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas
nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan
sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan
drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan
yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria
Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga
bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 5.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun
Terakhir

5.3.2.

SEKTOR

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

(1)
DAK Air Minum
DAK Sanitasi

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5
Tahun

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total
Page | V - 8

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan
infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

Tabel 5.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5
Tahun Terakhir
SEKTOR

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Tahun 4

Tahun 5

(1)
AM
PBL
Bangkim
PLP
Total Belanja APBD Bidang
Cipta Karya
Total Belanja APBD

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini
menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang
Cipta Karya.
Tabel 5.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
BELANJA
DAERAH
(1)
AM
PBL
Bangkim
PLP
TOTAL

5.3.3.

Tahun 1
Alokasi DDUB
APBN
(2)
(3)

Tahun 2
Alokasi DDUB
APBN
(4)
(5)

Tahun 3
Alokasi DDUB
APBN
(6)
(7)

Tahun 4
Alokasi DDUB
APBN
(8)
(9)

Tahun 5
Alokasi DDUB
APBN
(10)
(11)

Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 tahun

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah
(profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan
dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan
daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan.
Pembiayaan dari perusahaan

daerah

dapat menjadi salah satu alternatif dalam

mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Page | V - 9

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya
berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya
manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui
apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

5.3.4.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka
dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui
skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi costrecovery
atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum
pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3
Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR
tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal.

Tabel 5.8 Perkembangan KPS Bidang CK dalam 5 Tahun Terakhir
Kegiatan

Tahun

(1)
AM

(2)

Komponen
KPS
(3)

Satuan
Volume
(4)

Nilai
(Rp)
(5)

Skema
KPS
(6)

Ket
(7)

PBL

Bangkim

PLP

5.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta
Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis

Page | V - 10

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama
pemerintah dan swasta.

5.4.1.

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi
terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar
trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD
terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama
dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Page | V - 11

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Tabel 5.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan
Komponen APBD
(1)
PAD
Dana Perimbangan
DAU
DBH
DAK
DAK Air Minum
DAK Sanitasi
Lain-lain Pendapatan
yang sah
Total APBD

Realisasi
Y-2
(2)

Y-1
(3)

Y-0
(4)

Persentase
Pertumbuhan
(5)

Proyeksi
Y1
(6)

Y2
(7)

Y3
(8)

Y4
(9)

5.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan
bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini,
perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam
bentuk business plan.

5.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK
Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun
daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan
swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta.

Tabel 5.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan
Nama Kegiatan
(1)

Deskripsi
kegiatan
(2)

Biaya
kegiatan
(3)

Kelayakan
finansial
(4)

keterangan
(5)

5.5. ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA
Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan
dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat.
Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya
dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Page | V - 12

Y5
(10)

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

5.5.1.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang
ada dalam RPIJM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan.

5.5.2.

Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi
kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka
Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.

Page | V - 13

LAPORAN AKHIR
BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Contents
5.1.

ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA ....................... 2

5.2.

PROFIL APBD KABUPATEN KARO ......................................................................... 5

5.3.

PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA ...................... 7

5.3.1.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBN dalam 7
5 Tahun.......................................................................................................................................... 7
5.3.2.
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBD dalam 5 Tahun ....................................................................................................................... 8
5.3.3.
Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
dalam 5 tahun .................................................................................................................................... 9
5.3.4.
Swasta
5.4.

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
10
PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA .................. 10

5.4.1.

Proyeksi APBD 5 tahun ke depan .................................................................... 11

5.4.2.

Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah .................................................. 12

5.4.3.

Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang CK ........................ 12

5.5. ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI
PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA ............................................................................... 12
5.5.1.

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ....................................................... 13

5.5.2.

Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya .................................. 13

Page | V - 14