Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Kerangka Strategi Pembiayaan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Pemerintah Kabupaten Asahan terus didorong untuk meningkatkan belanja
pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman didaerah
meningkat. Disamping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga
perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian,
rehabilitasi

prasarana

yang

pemeliharaan

dan

telah terbangun. Dengan adanya pemahaman


mengenai keuangan daerah, diharapkan

dapat

disusun

langkah-langkah

peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya didaerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya
bertujuan untuk :
a) Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya;
b) Mengidentifikasi alternative sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat
dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya;
c) Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

5.1


Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain adalah:
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah: Pelayanan
dasar adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh semua
V-1

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Daerah dan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayananan
dasar ini, mencakup bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum,
penataan ruang, perumahan rakyat, kawasan pemukiman, ketertiban umum
dan masalah sosial. Daerah diwajibkan memprioritaskan urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, dan urusan diatas berpedoman
pada standar pelayananan minimal yang ditetapkan pemerintah pusat dalam
bentuk peraturan pemerintah
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi
daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta
Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk
mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan mealui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana
Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang
ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk
mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas
nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria
umum, kriteria khusus dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah , Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk
Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten/Kota meliputi
26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan
minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan

V-2

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan
prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak
dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi
diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah
Pemda wajib memenuhi persyaratan :
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75%
penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi

ketentuan

rasio

kemampuan

keuangan

daerah

untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak

mempunyai


tunggakan

atas

pengembalian

pinjaman

yang

bersumber dari pemerintah; dan
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan
persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan
Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010) : Menteri atau Kepala Daerah dapat
bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis
infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha
adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan
prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari :
a. Pendapatan daerah yang meliputi : Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi : Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
c. Pembiayaan Daerah meliputi : Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
V-3

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

8. Peraturan Pemerintah no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan
pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggungjawab Pemerintah
Kabupaten/Kota;
9. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur. Kementerian PU
menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya,
adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah
sebagai berikut :
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di
kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk
program

percepatan

sasaran/target

pengentasan

Millenium

kemiskinan


Development

Goals

dan

memenuhi

(MDGs)

yang

mempertimbangkan :
 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah
 Tingkat kerawanan air minum
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasin(air
limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan

melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk
program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi
sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis :
 Kerawanan sanitasi
 Cakupan pelayanan sanitasi
10. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenangan
Pemerintah dan dilaksanakan sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang
V-4

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker
Tetap Pusat, Satker Unit pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan
Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah
disepakati.


Gubernur

sebagai

wakil

Pemerintah

mengkoordinasikan

penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam
rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas
dalam RPIJM meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada
Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana
Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)
dan

dana

lainnya

yang

dibelanjakan

pemerintah

provinsi

untuk

pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala Kabupaten/Kota
4. Dana Swasta, meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah
dengan swasta (KPS), maupun skema Coorporate Social Responsibility
(CSR)
5. Dana Masyarakat, melalui program pemberdayaan masyarakat
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan

prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan

prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan

secara

terpadu

sehingga

optimal

dan memberi manfaat yang

sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

V-5

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.2

2018 - 2022

Profile APBD Kabupaten Asahan

Profil APBD Kabupaten Asahan menggambarkan struktur APBD Kabupaten selama 5
tahun terakhir (2011-2015) dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi
APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format
Permendagri No.13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a.

Pendapatan

daerah

yang

meliputi:

Pendapatan

Asli

Daerah,

Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
c.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.

Pendapatan

Daerah

dibagi

menurut

kelompok

pendapatan

yang

meliputi

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang
sah. PAD terdiri dari Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Sedangkan Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah mencakup Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya, Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya,
Sumbangan Pihak Ketiga (PT. ASKES), Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD,
Dana Tunjangan Kependidikan (Tunjangan Profesi) dan Penerimaan dari Annual Fee
PT. Inalum.
Pengelolaan Pendapatan Daerah dilakukan dengan menggali potensi sumber
pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Artinya perlu dilakukan peningkatan dan perluasan basis PAD dan
mengupayakan secara optimal dana perimbangan, agar bagian daerah dapat
diperoleh secara proporsional. Untuk itu, ditempuh berbagai upaya seperti
peningkatan pengawasan, koordinasi dan penyederhanaan proses administrasi
pemungutan pajak dan retribusi daerah.

V-6

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

5.2.1 Pendapatan Daerah
Perkembangan pendapatan daerah dilihat dalam 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2011
sampai tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel V-1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Asahan
Tahun 2011 - 2015
Tahun

Rencana Pendapatan

Realisasi Pendapatan

Pencapaian
%

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
2011

31.407.485.016,60

31.844.327.602,21

101,39

2012

38.874.592.549,23

37.894.587.647,36

97,48

2013

60.298.446.296,41

53.691.705.753,00

89,04

2014

87.058.405.439,00

91.468.218.558,86

105,07

2015

95.287.879.761,00

98.094.316.824,18

102,95

DANA PERIMBANGAN
2011

618.155.193.973,18

629.142.075.235,00

101,78

2012

750.686.236.310,82

751.912.958.062,00

100,16

2013

873.663.955.189,68

878.627.984.468,00

100,57

2014

923.645.512.691,00

918.597.777.626,00

99,45

2015

1.026.154.971.088,00

1.014.808.382.584,00

98,89

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH
2011

187.564.682.909,00

182.691.172.118,00

97,4

2012

278.911.128.526,16

249.926.589.853,00

89,61

2013

520.601.033.632,00

269.693.486.492,00

51,8

2014

489.649.940.383,47

476.931.914.877,00

97,4

2015

286.006.600.000,00

294.058.203.598,00

102,82

TOTAL PENDAPATAN DAERAH
2011

837.127.361.898,78

843.677.574.955,21

100,78

2012

1.068.471.957.386,21

1.039.734.135.562,36

97,31

2013

1.454.563.435.118,09

1.202.013.176.713,00

82,64

2014

1.500.353.858.513,47

1.486.997.911.061,86

99,11

2015

1.407.449.450.849,00

1.406.960.903.006,18

99,97

Sumber: Diolah dari Laporan Realisasi APBD Kabupaten Asahan TA 2011–2015

V-7

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

5.2.2 Pengeluaran Belanja Daerah
Belanja daerah digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi masingmasing satuan kerja perangkat daerah serta untuk memenuhi kebutuhan anggaran
sesuai dengan prioritas yang ditetapkan. Perkembangan pengeluaran belanja daerah
pada tahun 2011 - 2015 sebagai berikut:
Tabel V-2
Pengeluaran Belanja Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2011-2015
TAHUN

URAIAN

%

537.934.205.552,28

559.125.153.495,63

103,94

Belanja Pegawai

445.480.402.552,28

471.929.451.781,28

105,94

0

0

0

19.387.163.000,00

17.803.675.288,00

91,83

27.335.840.000,00

24.749.086.397,00

90,54

3.000.000.000,00

3.000.000.000,00

100

40.312.800.000,00

39.631.280.569,35

98,31

Belanja Tidak Terduga

2.418.000.000,00

2.011.659.460,00

83,2

BELANJA LANGSUNG

370.921.208.872,09

333.449.316.962,62

89,9

52.499.806.342,00

44.514.595.242,78

84,79

Belanja Barang dan Jasa

123.441.261.464,09

109.696.307.906,43

88,87

Belanja Modal

194.980.141.066,00

179.238.413.813,41

91,93

Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa

Belanja Pegawai

BELANJA

908.855.414.424,37

892.574.470.458,25

98,21

BELANJA TIDAK LANGSUNG

648.129.270.414,84

629.992.103.213,16

97,2

Belanja Pegawai

549.397.585.115,02

533.212.336.472,16

97,05

Belanja Subsidi

1.000.000.000,00

999.955.000,00

100

Belanja Hibah

52.137.939.600,00

51.589.439.600,00

98,95

3.691.840.000,00

3.585.840.000,00

97,13

0

0

0

41.045.100.000,00

40.527.532.141,00

98,74

Belanja Tidak Terduga

856.805.699,82

77.000.000,00

8,99

BELANJA LANGSUNG

437.918.891.993,92

407.641.443.237,45

93,09

Belanja Pegawai

48.763.236.275,00

44.180.586.974,00

90,6

Belanja Bantuan Sosial

2012

REALISASI

BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Subsidi

2011

ANGGARAN

Belanja Bagi Hasil Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa

V-8

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
BELANJA

89,54
95,04

1.037.633.546.450,61

95,54

713.793.440.862,65

684.167.081.833,91

95,85

Belanja Pegawai

619.877.090.862,65

592.584.100.461,51

95,6

1.500.000.000,00

1.499.960.000,00

100

Belanja Hibah

29.795.550.000,00

28.949.864.985,40

97,16

Belanja Bantuan Sosial

11.253.000.000,00

10.990.750.000,00

97,67

0

0

0

50.367.800.000,00

50.042.406.387,00

99,35

Belanja Tidak Terduga

1.000.000.000,00

100.000.000,00

10

BELANJA LANGSUNG

745.933.340.415,74

459.447.409.281,32

61,59

56.456.658.514,00

50.088.577.952,00

88,72

152.892.981.007,35

137.605.696.936,25

90

Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa

Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal

536.583.700.894,39

271.753.134.393,07

50,65

1.459.726.781.278,39

1.143.614.491.115,23

78,34

BELANJA TIDAK LANGSUNG

812.119.853.482,62

742.141.823.718,88

91,38

Belanja Pegawai

BELANJA

695.511.468.482,62

636.139.588.483,88

91,46

Belanja Subsidi

2.000.000.000,00

1.999.976.000,00

100

Belanja Hibah

34.574.835.000,00

29.972.250.000,00

86,69

Belanja Bantuan Sosial

15.657.750.000,00

12.246.500.000,00

78,21

0

0

0

62.375.800.000,00

61.723.021.635,00

98,95

Belanja Tidak Terduga

2.000.000.000,00

60.487.600,00

3,02

BELANJA LANGSUNG

Belanja Bagi Hasil Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa

749.327.520.040,49

645.994.125.700,80

86,21

Belanja Pegawai

62.564.085.728,20

47.852.359.191,80

76,49

Belanja Barang dan Jasa

204.971.492.147,38

173.953.515.405,00

84,87

481.791.942.164,91

424.188.251.104,00

88,04

BELANJA

1.561.447.373.523,11

1.388.135.949.419,68

88,9

BELANJA TIDAK LANGSUNG

1.016.192.161.941,40

896.756.681.954,97

88,25

Belanja Pegawai

Belanja Modal

2015

104.233.500.637,45
259.227.355.626,00

1.086.048.162.408,76

Belanja Bagi Hasil Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa

2014

116.411.650.650,79
272.744.005.068,13

BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Subsidi

2013

2018 - 2022

792.369.831.061,40

687.266.988.047,81

86,74

Belanja Subsidi

2.700.000.000,00

2.699.928.000,00

100

Belanja Hibah

83.456.069.540,00

81.578.774.196,00

97,75

18.209.441.933,00

13.750.712.000,00

75,51

0

0

0

Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Pemerintahan Desa

V-9

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Belanja Bantuan Keuangan
Kepada
Propinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintahan Desa

111.804.727.618,00

2018 - 2022

111.344.826.511,16

99,59

Belanja Tidak Terduga

7.652.091.789,00

115.453.200,00

1,51

BELANJA LANGSUNG

548.776.287.663,49

498.949.097.793,79

90,92

61.090.322.947,23

53.521.252.342,50

87,61

Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa

240.001.702.848,31

217.989.575.821,29

90,83

Belanja Modal

247.684.261.867,95

227.438.269.630,00

91,83

1.564.968.449.604,89

1.395.705.779.748,76

89,18

BELANJA

Sumber: BPKAD Kabupaten Asahan Tahun 2015

V - 10

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-3
Pembiayaan Pemerintah Kabupaten Asahan Tahun 2011 - 2015
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
Tahun

Uraian

Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran
Sebelumnya

Pendapatan dari
Pengembalian
Dana Bergulir

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

JUMLAH

Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah

Pemberian
Pinjaman
Daerah

JUMLAH

PEMBIAYAAN
DAERAH
NETTO

Target

86.878.052.525,59

-

86.878.052.525,59

5.150.000.000

10.000.000.000

15.150.000.000

71.728.052.525,59

Realisasi

86.623.100.525,59

-

86.623.100.525,59

5.150.000.000

10.000.000.000

15.150.000.000

71.473.100.525,59

Target

22.576.205.022,55

-

22.576.205.022,55

-

5.000.000.000

5.000.000.000

17.576.205.022,55

Realisasi

22.281.757.048,55

-

22.281.757.048,55

-

5.000.000.000

5.000.000.000

17.281.757.048,55

Target

19.382.346.160,30

3.281.000.000,00

22.663.346.160,30

-

17.500.000.000

17.500.000.000

5.163.346.160,30

Realisasi

19.382.346.160,30

3.312.483.251,57

22.694.829.411,87

-

17.500.000.000

17.500.000.000

5.194.829.411,87

Target

63.593.515.009,64

-

63.593.515.009,64

2.500.000.000

-

2.500.000.000

61.093.515.009,64

Realisasi

63.593.515.009,64

63.522.104,07

63.657.037.113,71

2.500.000.000

-

2.500.000.000

61.157.037.113,71

Target

160.018.998.755,89

-

160.018.998.755,89

2.500.000.000

-

2.500.000.000

157.518.998.755,89

Realisasi

160.018.998.755,89

15.243.116,39

160.034.241.872,28

-

-

-

160.034.241.872,28

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber: BPKAD Kabupaten Asahan Tahun 2015

V - 11

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.3

2018 - 2022

Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

5.3.1 Investasi Pembangunan Cipta Karya dari dana APBD
Penganggaran dana APBD Pemerintah Kabupaten Asahan selama kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir (Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015) untuk pembangunan
bidang Cipta karya tetap dianggarkan dan terus meningkat seperti pada sektor
Penyehatan Lingkungan, Pengembangan Air Minum dan sektor Pengembangan
Pemukiman. Selain dana APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya, Pemerintah
Kabupaten Asahan juga mengalokasikan Dana daerah untuk Urusan Bersama
(DDUB) selama 5 tahun terakhir (Tahun 2011 sampai dengan 2015),
Perkembangan APBD untuk pembangunan Bidang Cipta Karya dan Dana APBN
Tahun 2011 - 2015 seperti dijelaskan pada tabel berikut :

V - 12

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-4
Perkembangan Alokasi APBD Untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2011-2015
2011
Uraian

Alokasi (Rp)

2012
%
APBD

Alokasi (Rp)

2013
%
APBD

Alokasi (Rp)

Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja
APBD, Bid. CK
Sumber : Satker Randal PIP Prov. Sumut, 2017

V - 13

2014
%
APBD

Alokasi (Rp)

2015
%
APBD

Alokasi (Rp)

%
APBD

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-5
Perkembangan Dana APBN dan DDUB Kabupaten Asahan Tahun 2011 – 2015
2011
Uraian

Alokasi (Rp)

2012
%
APBD

Alokasi (Rp)

2013
%
APBD

Alokasi (Rp)

Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja
APBD, Bid. CK
Sumber : Satker Randal PIP Prov. Sumut, 2017

V - 14

2014
%
APBD

Alokasi (Rp)

2015
%
APBD

Alokasi (Rp)

%
APBD

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

5.3.2 Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu
untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (SocialOriented)
sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber
pendapatan pemerintah daerah (Profit Oriented).Ada beberapa perusahaan daerah
yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air
minum, air limbah dan persampahan dan pasar.
Kabupaten Asahan Belum mempunyai badan pengelola air minum seperti PDAM,
UPTD. Sebelumnya hingga tahun 2013 pengelolaan SPAM perpipaan kabupaten
Asahan dikelola oleh Kabupaten Nias Induk, pembentukan UPTD air Minum
Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan baru direncanakan pada tahun 2017. Namun
melalui dokumen RISPAM telah diperkirakan kebutuhan investasi mendatang
terhadap pengembangan SPAM higga tahun 2035 yaitu sebesar 118.471.600
(Sumber: Dokumen RISPAMKabupaten Asahan, Tahun 2015)
5.3.3 Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur
Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan
yang berpotensi Cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk
kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah
Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam penyediaan infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2014 tentang
Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR
tercantum dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU
No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Beberapa kegiatan yang menunjang pembangunan Cipta karya di Kabupaten Asahan
dengan investasi dari dana swasta seperti dijelaskan pada tabel berikut:
V - 15

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-6
Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya Kabupaten Asahan Tahun 2012 -2016

5.3.4 Investasi Pembangunan Cipta Karya dari Dana APBN
Dana APBN Cipta Karya yang dialokasikan ke Pemerintah Kabupaten Asahan dalam
5 tahun terakhir (tahun 2011-2015) melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNTV) sesuai
Permen PU No. 14 tahun 2011. Perkembangan alokasi Dana APBN Bidang Cipta
Karya terhadap Kabupaten Asahan selama 5 tahun terakhir seperti dijelaskan pada
tabel berikut:
Tabel V-7
Perkembangan Alokasi APBN Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten
Asahan (2011-2015)
No
1
2
3
4

Sektor
Pengembangan
Permukiman
Bangunan dan
Lingkungan
Pengembangan
PLP
Pengembangan Air
Minum
Total

Alokasi (dalam Juta Rupiah)
2011

2012

2013

2014

2015

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

V - 16

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Disamping dana APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah,
untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga
dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN
yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan
airminum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah
di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses
pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan
kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan
melalui proses pemberdayaan masyarakat.
Perkembangan DAK untuk air minum dan sanitasi terhadap Kabupaten Asahan
selama 5 tahun terakhir seperti dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel V-8 Perkembangan Alokasi DAK Infrastruktur Cipta Karya
Kabupaten Asahan (2011-2015)

No

Jenis DAK

1

DAK Air Minum

2

DAK Sanitasi

Alokasi (dalam Juta Rupiah)
2011

2012

2013

2014

2015

Total

5.4

Potensi Pendanaan APBD

5.4.1 Proyeksi APBD 5 Tahun Kedepan
Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan
asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka
V - 17

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun
kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun
sebelumnya.
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Y₀ = Nilai tahun ini
Y-₁ = Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-₂ = Nilai 2 tahun sebelumnya

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung
nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus
proyeksi goematris sebagai berikut :

Keterangan:

Yn = Nilai pada tahun n
r = % pertumbuhan
Y₀ = Nilai pada tahun ini
n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas
daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total
pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total
belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya
terhadap APBD sama dengan eksisting maka diketahui proyeksi kapasitas
daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima
(5) tahun kedepan.

V - 18

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

A. Proyeksi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana
perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu
pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung
jawab

dalam

rangka

pendanaan

penyelenggaraan

desentralisasi,

dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta

besaran

penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 23 Tahun 2014).
Pengeritan pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan
yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Proyeksi pendapatan daerah Kabupaten Asahan tahun 2016-2021 dilakukan dengan
menggunakan metode expert judgement dengan mempertimbangkan rata-rata
pertumbuhan realisasi masing-masing objek pendapatan daerah dalam kurun
waktu 2011-2015 serta perkiraan pertumbuhan

ekonomi

regional

dalam

5

tahun yang akan datang. Pendapatan daerah dalam kurun waktu 2016-2021, adalah;
a.

Pajak

Daerah

diperkirakan

mengalami

pertumbuhan

sebesar

4

persen

pertahun;
b. Retribusi Daerah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen
pertahun
c.

Hasil

Pengelolaan

Kekayaan

Daerah

yang

dipisahkan

diperkirakan

mengalami pertumbuhan sebesar 7 persen pertahun;
d. Lain-lain PAD yang sah diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 5
persen pertahun;
e.

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak diperkirakan mengalami pertumbuhan
V - 19

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

sebesar 10 persen pertahun;
f.

Dana Alokasi Umum diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 8 persen
pertahun;

g.

Dana Alokasi Khusus diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7 persen
pertahun;

h. Lain-lain pendapatan daerah yang sah diperkirakan mengalami pertumbuhan
sebesar 4 persen pertahun.
Selanjutnya dengan menggunakan tahun dasar Realisasi APBD Kabupaten Asahan
tahun 2015 maka dapat dikalkulasikan proyeksi pendapatan daerah sebagaimana
ditunjukkan pada tabel berikut ini:

V - 20

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-9 Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Asahan 2016-2021
No

URAIAN

I

PENDAPATAN ASLI
DAERAH

1

Pajak Daerah

2

KONDISI AWAL 2015

TARGET PENDAPATAN DAERAH (Rp)
2016

2017

2018

2019

2020

2021

98.094.316.824,18

104.816.667.737,44

105.619.402.606,03

111.143.852.446,42

117.014.775.462,01

123.255.581.880,72

129.892.911.529,31

26.286.364.648,44

42.930.449.467,44

43.283.961.855,85

45.589.263.596,19

48.034.223.233,56

50.627.965.424,02

53.380.234.007,63

Retribusi Daerah

5.783.940.142,00

9.586.406.711,00

8.097.642.382,05

8.540.744.596,33

9.045.268.876,78

9.617.769.770,41

10.266.993.392,35

3

Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah

7.300.764.760,00

4.399.811.559,00

4.707.798.368,13

5.037.344.253,90

5.389.958.351,67

5.767.255.436,29

6.170.963.316,83

4

Penerimaan Lain-Lain
PAD Yang Sah

58.723.247.273,74

47.900.000.000,00

49.530.000.000,00

51.976.500.000,00

54.545.325.000,00

57.242.591.250,00

60.074.720.812,50

II

TRANSFER
PEMERINTAH PUSAT

1.014.808.382.584,00

1.444.121.612.088,00

1.538.320.566.393,00

1.675.725.617.496,51

1.780.636.410.721,27

1.892.890.959.471,76

2.013.003.326.634,78

47.589.377.170,00

54.706.807.000,00

67.550.560.400,00

72.279.099.628,00

77.338.636.601,96

82.752.341.164,10

88.545.005.045,58

2.013.530.414,00

1.161.149.088,00

3.680.200.800,00

3.937.814.856,00

4.213.461.895,92

4.508.404.228,63

4.823.992.524,64

Dana Perimbangan
1

Dana Bagi Hasil Pajak

2

Dana Bagi Hasil
Non Pajak d an
Sumber Daya Alam

3

Dana Alokasi Umum

817.746.952.000,00

891.149.644.000,00

915.402.815.393,00

979.481.012.470,51

1.048.044.683.343,45

1.121.407.811.177,49

1.199/906.357.959,91

4

Dana Alokasi Khusus

77.480.770.000,00

134.559.200.000,00

145.323.936.000,00

155.496.611.520,00

166.381.374.326,40

178.028.070.529,25

190.490.035.466,30

5

Dana Alokasi Khusus
Non Fisik

20.326.160.000,00

251.140.780.000,00

268.720.634.600,00

287.531.079.022,00

307.658.254.553,54

329.194.332.372.,29

352.237.935.638,35

6

Dana Desa (APBN)

49.651.593.000,00

111.404.032.000,00

137.642.419.200,00

177.000.000.000,00

177.000.000.000,00

177.000.000.000,00

177.000.000.000,00

III

TRANSFER ANTAR
DAERAH

116.511.057.598,00

81.000.000.000.00

61.188.408.194,70

65.471.596.768,33

70.054.608.542,11

74.958.431.140.06

80.205.521.319,86

1

Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah
Daerah Lainnya

107.810.925.598,00

81.000.000.000,00

46.970.297.414,70

50.258.218.233,73

53.776.293.510.,09

57.540.634.055,80

61.568.478.439,70

2

Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah

8.700.132.000,00

0.00

14.216.110.780,00

15.213.378.534,60

16.278.315.032,02

17.417.797.064,26

18.637.042.880,16

V - 21

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Lainnya
IV

LAIN-LAIN
PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH

0,00

40.503.674.000,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1

Dana Intensif Daerah
(DID)

0,00

40.503.674.000,00

0,00

0,00

0,00

0,00

0,00

1.229.423.757.006,18

1.670.441.953.825,44

1.705.128.377.193,73

1.852.341.066.711,26

1.967.705.794.725,39

2.091.104.972.492,54

2.223.101.759.483,95

TOTAL
PENDAPATAN
DAERAH

Sumber: Diolah dari Laporan Proyeksi APBD Kabupaten Asahan TA2016– 2021

V - 22

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Usaha untuk menggali sumber-sum ber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai
salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan kewenangan
potensi

ekonomi

yang

dimiliki

daerah sebagai basis PAD. Hal ini disebabkan

karena kemampuan masyarakat untuk membayar
kepada

daerah

sangat

harus didukung oleh

tergantung

pajak

dan

kepada aktifitas ekonomi yang mereka

lakukan. Dari hasil proyeksi pendapatan daerah diatas mengalami
yang

baik

dimana

pada

tahun

retribusi

2016

peningkatan

total pendapatan daerah Kabupaten

Asahan sebesar Rp. 1.670.441.953.825,44, pada tahun

2021

total

pendapatan

daerah Kabupaten Asahan naik sebesar Rp. 2.223.101.759.483,95.
B. Proyeksi Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar, atau deplasi aset, atau terjadinya hutang yang
mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi
kepada para peserta ekuitas dana. Proyeksi belanja daerah Kabupaten Asahan tahun
2016-2021 dalam 5 (lima) tahun yang akan datang dapat dikalkulasikan proyeksi
belanja daerah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini.

V - 23

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-10 Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Asahan Tahun 2016-2021
No.

URAIAN

2016

2017

2018

2019

2020

1.965,205.794.725,39 2.088.604.972.492,54

2021

2

BELANJA

1.667.941.953.825,44

1.702.628.377.193,73

1.849.841.066.711,26

2.1

BELANJA TIDAK LANGSUNG

1.124.584.937.097,17

1.138.926.914.091,61

1.201.784.763.471,27

1.226,283.211.024,35

1.251.830.690.532,74

2.220.601.759.483,95
1.278.479.196.660,22

2.1.1

Belanja Pegawai

861.674.664.490,92

846.760.692.071,06

886.077.685.218,56

885.891.298.891,96

906.214.976.618,46

927.062.653.629,95

2.1.1.1

Gaji dan Tunjangan

777.966.721.572,44

760.892.070.659,26

779.914.372.425,75

799.412.231.736,40

819.397.537.529,81

839.882.475.968,06

2.1.1.2

Belanja Penerimaan Lainnya
Pimpinan dan Anggota DPRD serta
KDH /WKDH

4.195.120.000,00

4.195.120.000,00

4.195.120.000,00

4.195.120.000,00

4.195.120.000,00

4.195.120.000,00

2.1.1.3

Tambahan Penghasilan PNS

75.003.940.000,00

76.857.690.000,00

76.857.690.000,00

76.857.690.000,00

76.857.690.000,00

76.857.690.000,00

2.1.1.4

Insentif Pemungutan Pajak Daerah

4.032.160.263,48

4.410.929.292,80

4.683.465.563,81

4.973.993.712,56

5.283.740.600,65

5.614.017.992,89

2.1.1.5

Insentif Pemungutan RetribusiDaerah

476.722.655,00

404.882.119,00

427.037.229,00

452.263.443,00

480.888.488,00

2.1.2

Belanja Subsidi

2.000.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

513.349.669,00
2.500.000.000,00

2.1.2.1

Belanja Subsidi Kepada Perusahaan/
Lembaga

2.000.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.1.3

Belanja Hibah

27.079.025.370,25

25.079.025.370,25

23.079.025.370,25

21.079.025.370,25

19.079.025.370,25

17.079.025.370,25

2.1.4

Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota/Desa dan
Pemerintah Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa
lainnya dan Partai Politik

14.516.750.000,00

13.516.750.000,00

12.516.750.000,00

11.516.750.000,00

10.516.750.000,00

9.516.750.000,00

5.251.685.618,00

5.138.160.423,00

5.413.000.819,00

5.707.949.210,00

6.024.573.519,00

6.364.722.739,00

212.062.811.618,00

243.934.286.227,30

290.198.302.063,46

297.588.187.552,14

305.495.365.025,03

313.956.044.921,02

210.881.477.000,00

242.752.951.609,30

289.016.967.445,46

296.406.852.934,14

304.314.030.407,03

312.774.710.303,02

1.181.334.618,00

1.181.334.618,00

1.181.334.618,00

1.181.334.618,00

1.181.334.618,00

1.181.334.618,0

2.1.5

2.1.6

2.1.6.1

Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Pemerintah Daerah/Pemerintahan Desa
lainnya

2.1.6.2

Belanja Bantuan kepada Partai Politik

2.1.7

Belanja Tidak Terduga

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.2

BELANJA LANGSUNG

543.357.016.728,27

563.699.463.102,12

648.056.303.239,99

738.922.583,701,04

836.774.281.959,80

942.122.562.823,73

Sumber: Diolah dari Laporan Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Asahan TA 2016– 2021

V - 24

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

C. Proyeksi Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.Pembiayaan daerah pada
tahun 2016 di proyeksikan berasal dari penerimaan pembiayaan dari sisa lebih
(riil) perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA) tahun 2015 sebesar
Rp. 171.343.968.344,70 dan untuk tahun 2017 berasal dari SILPA 2016 dan
seterusnya sampai tahun 2021, sedangkan pengeluaran pembiayaan digunakan untuk
penyertaan modal (investasi) daerah sebesar Rp. 2.500.000.000 yang diproyeksikan
sama nilainya setiap tahun mulai dari tahun 2016-2021 sebagaimana disajikan pada
tabel dibawah ini.

V - 25

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

Tabel V-11 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Asahan Tahun Anggaran 2016-2021

No.

URAIAN

2016

2017

2018

2019

2020

2021

1

PENDAPATAN

1.670.441.953.825,44

1.705.128.377.193,73

1.852.341.066.711,26

1.967.705.794.725,39

2.091.104.972.492,54

2.223.101.759.483,95

2

BELANJA

1.667.941.953.825,44

1.702.628.377.193,73

1.849.841.066.711,26

1.965.205.794.725,39

2.088.604.972.492,54

2.220.601.759.483,95

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
DAERAH

171.343.968.344,70

68.205.135.087,75

54.564.108.070,20

43.651.286.456,16

34.921.029.164,93

27.936.823.331,95

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Anggaran Sebelumnya

171.343.968.344,70

66.205.135.087,75

54.564.108.070,20

43.651.286.456,16

34.921.029.164,93

27.936.623.331,95

3.2

PENGELUARAN
PEMBIAYAAN DAERAH

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah, Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD)

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

2.500.000.000,00

SURPLUS / ( DEFISIT )
3

3.1

3.2.1

PEMBIAYAAN DAERAH

3.3

PEMBIAYAAN NETTO

168.843.968.344,70

65.705.135.087,75

52.064.108.070,20

41.151.286.456,16

32.421.029.164,93

25.436.823.331,95

3.4

SILPA TAHUN BERKENAAN

171.343.968.344,70

68.205.135.087,75

54.564.108.070,20

43.651.286.456,16

34.921.029.164,93

27.936.823.331,95

Sumber: Diolah dari Laporan Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Asahan TA 2016– 2021

V - 26

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

5.4.2 Kerangka Pendanaan
Untuk menentukan kapasitas riil keuangan daerah yaitu jumlah total pendapatan
daerah ditambah dengan sisa lebih rill perhitungan anggaran dikurangkan dengan
belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
sampai dengan tahun 2021 mencapai Rp. 399,853,050,066.75, untuk lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

V - 27

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Secara

teoritis,

pendapatan daerah akan sangat

dipengaruhi

2018 - 2022

oleh kondisi

perekonomian daerah yang akan terjadi sampai dengan tahun 2021 atau dengan
kata lain, bahwa suatu pendapatan daerah termasuk pendapatan asli daerah harus
benar-benar mampu merespon perkembangan ekonomi yang diperkirakan akan
terjadi.

5.5

Potensi Pendanaan APBN

Untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi,
dilaksanakan melalui Dana Perimbangan yang merupakan jenis dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah. Selain dimaksudkan untuk
membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, Dana Perimbangan juga
bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara
Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan
antar-Daerah. Dana Perimbangan yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana
Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
A. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan
potensi daerah penghasil. Pada dasarnya, selain dimaksudkan untuk menciptakan
pemerataan pendapatan daerah, DBH juga bertujuan untuk memberikan keadilan
bagi daerah atas potensi yang dimilikinya. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari
pajak negara, meliputi:
a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan
c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Sedangkan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam, meliputi:
a) Sektor Kehutanan;
b) Sektor Pertambangan umum;
c) Sektor Perikanan;
d) Sektor Pertambangan minyak bumi;
V - 28

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

e) Sektor Pertambangan gas bumi; dan
f) Sektor Pertambangan panas bumi.
B. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah atau mengurangi
ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula
tertentu. DAU suatu daerah ditentukan atas alokasi dasar dan besar kecilnya celah
fiskal (fiscal gap) suatu daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji
pegawai negeri sipil daerah (belanja pegawai daerah) pada daerah yang
bersangkutan. Sedangkan celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah
(fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).
Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam
persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.
C. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah
tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,
khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar
masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong
percepatan pembangunan daerah.Pemerintah pusat menetapkan kriteria DAK yang
meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan
dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria
khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
karakteristik Daerah. Sedangkan kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian teknis
pelaksana program/kegiatan.
Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya
10% (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana pendamping tersebut harus
dianggarkan dalam APBD pada periode bersamaan dengan dianggarkannya DAK
dalam APBN. Namun untuk daerah dengan kemampuan fiskal tertentu atau daerah
V - 29

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0
(nol) atau negatif, tidak diwajibkan menyediakan dana pendamping tersebut.

5.6

Alternatif Sumber Pendanaan

Potensi alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, di luar
APBN dan APBD, antara lain melalui KPS, CSR, dan sebagainya. Untuk kegiatan yang
layak secara finansial dapat dibangun dengan skema KPS, sedangkan kegiatan yang
tidak layak secara finansial dapat diusulkan kepada swasta sebagai CSR.
Identifikasi pendanaan KPS/CSR bidang pembangunan infrastruktur permukiman di
Kabupaten Asahan serta trend sumber pendanaan kedepannya seperti dijelaskan
pada tabel berikut:
Tabel V-12

Potensi Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur
Bidang Cipta Karya Melalui KPS

No

Nama Kegiatan

Deskripsi
Kegiatan

Biaya
Kegiatan (Rp)

Kelayakan
Finansial

Keterangan

1
2
3

5.7
5.7.1

Strategi Peningkatan PAD dan Investasi
Kebijakan Umum Pendapatan Daerah

Sejalan dengan kebutuhan pendanaan pembangunan daerah yang terus meningkat,
kebijakan

umum

pendapatan

daerah

Kabupaten

Asahan

diarahkan

untuk

mendorong peningkatan pendapatan daerah melalui mobilisasi pendapatan asli
daerah dan penerimaan daerah lainnya. Sebagai mana telah tertuang dalam RPJMD
Kabupaten Asahan tahun 2016-2021, Kebijakan umum pendapatan daerah adalah
sebagai berikut:
a. Menyesuaikan struktur pendapatan dan mengoptimalkan sumber-sumber
pendapatan daerah sehingga target penerimaan minimal dapat terpenuhi
sesuaidengan target yang ditetapkan dan tepat waktu;

V - 30

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki sehingga diharapkan mampu
memberikan dukungan yang optimal dalam menunjang kebutuhan dana yang
diperlukan

dengan

mengupayakan

penggalian

potensi

sumber-sumber

pendapatan daerah secara optimal berdasarkan kewenangan dan potensi
yang dimiliki dengan memperhatikan pentingnya pelayanan dan kemampuan
masyarakat;
c. Peningkatan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan sesuai
kewenangan dan potensi yang ada dengan memperhatikan aspek keadilan,
kepentingan umum dan kemampuan masyarakat serta efisiensi dan efektivitas
pengelolaan keuangan daerah dalam bidang pendapatan daerah yang
ditujukankepada:
1) Pemanfaatan pendapatan asli daerah secara proporsional pada program
prioritas dan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah;
2) Peningkatan upaya optimalisasi penerimaan daerah melalui pendekatan
pelayanan kepada wajib pajak dan peningkatan kerjasama dengan
melibatkan organisasi masyarakat atau organisasi non pemerintah;
Selanjutnya optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah sesuai potensi
dan kewenangan yang didukung sumber daya aparat pengelolan
pendapatan daerah serta kemampuan masyarakat dengan pendekatan
kemitraan, koordinasi, pengawasan dan penegakan hukum;
3) Pengelolaan dan pemanfaatan aset daerah yang potensial.
5.7.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Asahan,
dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program
yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Kabupaten Asahan telah menyusun strategi
untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman di
Kabupaten

Asahan.

Strategi

peningkatan

investasi

terhadap

pembangunan

infrastruktur bidang Cipta Karya secara umum meliputi beberapa aspek antara lain :
1.

Strategi penganggaran Belanja Langsung pelaksanaan program dan kegiatan:
V - 31

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2018 - 2022

2. Pengeluaran belanja modal pada lima tahun mendatang diprioritaskan untuk
membangun sarana dan prasarana yang mendukung tercapainya visi dan misi
Kabupaten Asahan.
3. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:
a) Kerjasama dan Sinkronisasi antara Pemerimtah Daerah dengan Pemerintah
Propinsi dalam hal ini Bappeda Provinsi, Satker Randal dan Satker Sektoral
terkait perencanaan dan pengendalian program secara menyeluruh, untuk
menfasilitasi dan memberikan penilaian terhadap dokumen RPIJM maupun
dokumen perencanaan terkait lainnya.
b) Komitmen Pemerintah Kabupaten Asahan terhadap sharing pendanaan
kegiatan yang dibiayai melalui APBN
4. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran,
meliputi:
a) Mengoptimalkan penggalian sumber-sumber pendapatan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi.
b) Meningkatkan kualitas SDM petugas Dinas Pendapatan Daerah.
c) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait serta rapat evaluasi
penerimaan setiap tiga bulan.
d) Melengkapi sarana dan prasarana penunjang operasional.
e) Meningkatkan pengawasan internal khususnya para petugas di lapangan dan
eksternal, yaitu para wajib pajak dan retribusi yang tidak mematuhi PERDA.
f) Memperbaharui Perda-perda yang tidak sesuai dengan perkembangan.
g) Meningkatkan kegiatan investasi.
5. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah (BUMD), meliputi:
a) Reformasi visi BUMD, restrukturisasi BUMD, dan profitisasi BUMD
b) Meningkatkan kinerja pengelolaan perusahaan daerah untuk meningkatkan
pelayanan
c) Meningkatkan cakupan pelayanan kepada masyarakat yang masih rendah
d) Meningkatkan pengelolaan keuangan perusahaan daerah secara efektif dan
efisien sehingga memperoleh keuntungan
6. Strategi peningkatan peran masyarakat dan d