BAB II TINJAUN TEORI A. Menstruasi - Lismanto BAB II

Menstruasi

  1. Pengertian Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim endometriu disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan membentuk siklus menstruasi. Bila siklus haid teratur 28 hari. Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.

  Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).

  Menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus disertai pelepasan deskuamasi dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari (Prawirohardjo, 2005). Menstruasi merupakan suatu siklus

  discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus

  yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif pubertas sampai menopouse pada wanita (Dorland, 2005).

  Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi di hitung berdasarkan jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu; polimenorea apabila panjang siklus <21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21-35 hari, oligomenorea apabila panjang siklus antara 36-90 hari dan amenorea apabila panjang siklus >90 hari atau 3 bulan (Setyaningrum, 2008).

  Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di

  

endometrium , kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus

  menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak, 2004).

  Ovarium menghasilkan hormone steroid, terutama estrogen dan

progesteron . Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel

ovarium , yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-

  sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa (Bobak, 2004). payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mem-

  endrogen pengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).

  Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon reproduksi adalah hipotalamus. Hormon pada hipotalamus gonadotropik realizing

  (GnRH) yaitu follicle stimulating hormoneerealising hormone

  hormone

  (FSHRH) dan luteinizing hormone-stimulating hormone (LHRH). Kedua hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle

  

stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua

  hormon ini akan menyebabkan produksi estrogen dan progesterone dari (Price, 2005).

  ovarium

  3 tahun setelah menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan sistem akan terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).

  Gambar 2. 1 Siklus Menstruasi Menurut Bobak (2004) gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan : a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan

  1) Hipermenorea atau menoragia 2) Hipomenorea

  b. Kelainan siklus 1) Polimenorea 2) Oligomenorea 3) Amenorea

  c. Perdarahan di luar haid 1) Metroragia

  d. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid 1) Premenstrual syndrome (PMS) 2) Mastodinia 3) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) 4) Dismenorea

Premenstrual syndrome

  1. Pengertian

  a. Menurut Sylivia (2010)

  Premenstrual syndrome (PMS) adalah suatu kondisi yang terdiri

  atas beberapa gejala fisik, emosi dan perilaku yang dialami oleh seorang perempuan sebelum datangnya siklus menstruasi, yang menyebabkan ia mengalami gangguan dalam fungsi dan aktifitas sehari-hari, gejala-gejala tersebut akan menghilang saat menstruasi tiba.

  b. Menurut Saryono (2009)

  Premenstrual syndrome (PMS) merupakan gangguan siklus yang

  umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama faseluteal dalam siklus menstruasi

  c. Menurut Brunner & Suddart (2001)

  Premenstrual syndrome (PMS) adalah kombinasi gejala yang

  terjadi sebelum haid dan manghilang dengan awitan aliran menstrual (bagan 44-1) serta dialami oleh banyak awitan sebelum awitan setiap siklus menstruasi. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukan adanya kelebihan esterogen atau defisit

  

progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi.

  Menurut Nurchasanah (2009) Penyebab premenstrual syndrome (PMS) sampai saat ini belum dapat dipaparkan dengan jelas, tetapi pendapat sementara penyebab premenstrual syndrome (PMS) ini adalah sebagai berikut: a. Perubahan hormonal dan neurotransmitter.

  b. Pola makan yang buruk dan konsumsi obat-obatan tertentu.

  c. Gaya hidup yang kurang baik, misalnya kurang melakukan aktivitas fisik.

  d. Kadar hormon estrogen dalam darah meningkat sehingga menimbulkan gejala depresi.

  e. Kadar hormon serotonin menurun karena adanya perubahan jumlah hormon estrogen.

  f. Keluhan premenstrual syndrome (PMS) belum ditemukan pe- nyebabnya secara pasti namun ada yang mengaitkan dengan zat gizi tertentu seperti gangguan metabolisme asam lemak esensial ataupun kekurangan vitamin B6 dan mineral kalsium (Bardosono, 2006). dapat dikatakan tidak diketahui, diantara hipotesis penyebab yang paling sering dipertimbangkan adalah: 1) Defisiensi progesterone 2) Kelebihan prolaktin 3) Kelebihan prostaglandin 4) Defisiensi diet. (Bobak, 2004)

  3. Gejala Premenstrual syndrome (PMS) Gejala utama termasuk sakit kepala, keletihan, sakit pinggang, pembesaran dan nyeri pada payudara, dan perasaan begah pada abdomen.

  Iritabilitas umum, perubahan suasana hati, ketakutan akan kehilangan kontrol, makan sangat berlebihan, dan menangis tiba-tiba dapat juga terjadi. Gejala-gejala sangat beragam dari satu wanita ke wanita lainnya dan dari satu siklus ke siklus berikutnya pada wanita lainnya dan dari satu siklus ke siklus berikutnya pada wanita yang sama. Keragaman yang besar ditemukan pada tingkat gejala. Banyak wanita tidak terpengaruh sama sekali, sementara yang lainnya mengalami gejala yang hebat dan sangat melemahkan (Brunner & Suddarth, 2001).

  Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamae, dan sebagainya, sedang pada konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas (Wiknjosastro, 2005).

Tabel 2.1. Tanda tanda gejala fisik dan psikologis.

  Gejala fisik Gejala psikologis

  1. Kembung perut

  1. Depresi

  2. Edema pada ekstremitas

  2. Tiba-tiba menangis bawah

  3. Iritabilitas

  3. Nyeri tekan payudara

  4. Sering panik

  4. Kenaikan berat badan

  5. Tidak mampu berkonsentrasi

  5. Nyeri kepala 6. Keletihan.

  6. Nyeri punggung

  Sumber: Bobak, 2004

  Berdasarkan keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah, susah kosentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut dan sakit pada payudara. Sindrom prahaid biasanya ditemukan 7-10 hari menjelang haid. Perempuan yang peka terhadap faktor pesikologis, perubahan hormon sering mengalami gangguan pra-haid.

  ( Speroff & Fritz, 2005). sebagai berikut:

  a. Keluhan berhubungan dengan siklus haid, mulai dari minggu terakhir fase luteum dan berakhir setelah mulainya haid.

  b. Paling sedikit di dapatkan 5 keluhan di bawah ini : 1) Gangguan mood 2) Cemas 3) Labil, tiba-tiba susah, takut, dan marah 4) Konflik interpersonal 5) Penurunan minat terhadap aktivitas rutin 6) Lelah 7) Sukar berkosentrasi 8) Perubahan nafsu makan 9) Insomnia 10) Kehilangan kontrol diri 11) Keluhan keluhan fisik: nyeri pada payudara, sendi, kepala c. Keluhan akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari atau pekerjan.

  d. Keluhan bukan merupakan eksaserbasi gangguan psikiatri yang lain (Speroff. L & Fritz. MA, 2005).

  Pentingnya mengusahakan hubungan teraputik yang berat dengan wanita tersebut tidak dapat diremehkan. Sekali hubungan ini dapat terbentuk, penjelasan dan konseling dapat dengan mudah diterima. Harus dilakukan penyelidikan terhadap gaya hidup wanita ini dan kemudian diberikan saran untuk mengurangi stres. Gejala yang menonjol dapat ditemukan dari catatan harian yang lengkap dan pengobatan ditujikan pada masalah sepesifik.

  Konsep bahwa premenstrual syndrome berhubungan dengan diurnal estrodiol juga sedang diselidiki. Telah diusulkan tiga

  fluktuasi

  pendekatan terhadap wanita penderita premenstrual syndrome berat yang yang tidak mudah ditanggulangi. Yang pertama adalah memberikan pil kontrasepsi hormonal. Pil ini telah diresepkan selama beberapa tahun dengan angka keberhasilan yang berbeda beda dalam mengurangi

  . Akhir-akhir ini digunakan transdermal estrogen

  premenstrual syndrome

patches, atau estrogen implant. Dalam kasus-kasus ini, pasien harus

  dilindungi dari perkembangan karsinoma endometrium akibat estrogen tidak terlawan dengan memberikan progesterone secara siklik. Selama periode pemberian progesteron, gejala premenstrual syndrome dapat timbul kembali. Pendekatan ketiga adalah pendekatan radikal, yaitu melakukan supresi aktivitas ovarium dengan agonis GnRH atau melakukan ooforektomi bilateral dan histerektomi total (Saryono, 2009). a. Menurut (Sylvia, 2010), terapi premenstrual syndrome dibagi menjadi lima kategori, yaitu : 1) Terapi Obat Menggunakan analgesik (yang dapat dibeli bebas).

  Pengobatan premenstrual syndrome dapat menggunakan anagesik (obat penghilang rasa sakit) dan bersifat

  simptomatis , hanya membantu mengatasi rasa nyeri dan gejala

  sedang lainnya serta bersifat sementara. Analgesik yang dijual bebas seperti paracetamol, asetaminofen dapat digunakan untuk mengatasi nyeri. Namun analgesik yang dijual bebas tidak efektif terhadap beberapa gejala fisik atau emosional yang lebih parah. 2) Menggunakan Anti depresi

  Obat anti depresi seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dapat digunakan setiap hari atau selama 14 ahri sebelum menstruasi. SSRI membantu mengurangi dampak perubahan hormon pada zat kimiawi otak neurotransmitter, misalnya serotonin. Selain itu, anti depresi non SSRI juga dapat digunakan untuk pengobatan PMS. Penggunaan kedua obat jenis ini harus dengan pengawasan dan resep dokter.

  Vitamin B6 berperan sebagai kofaktor dalam proses akhir pembentukan neurotransmitter, yang akan mempengaruhi sistem endokrin otak agar menjadi lebih baik. 4) Menggunakn kontrasepsi Oral

  Pil kontrasepsi oral yang mengandung kombinasi progestin- drospirenon dapat membantu mengatasi berbagai gejala

  premenstrual syndrome yang parah atau berat.

  5) Psikoterapi Psikoterapi, merupakan suatu pengobatan yang diberikan dengan cara-cara psikologik. Untuk premenstrual syndrome PMS dapat diberikan berupa:

  a) Terapi relaksasi

  b) Terapi kognitif perilaku

  c) Psikoterapi dinamik

Aromaterapi

  1. Pengertian Aromaterapi Buckle (2002) mendefinisikan aromaterapi klinis sebagai pemakaian minyak esensial untuk hasil tertentu yang dapat diukur. Orang

  Mesir kuno menggunakan aromaterapi untuk meredakan nyeri, dan pada abad ke-19, daun rosemary dibakar di rumah sakit untuk pengasapan.

  Sekarang, ahli aromaterapi menggunakan minyak esensial untuk meningkatkan hasil kesehatan positif termasuk perbaikan alam perasan, edema, jerawat, alergi, memar, dan stress (Kozier, 2010).

  Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan, serta membangkitkan jiwa raga.

  Essential oil yang digunakan disini merupakan cairan hasil sulingan dari

  berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah, daun dan rempah-rempah yang memiliki khasiat untuk pengobatan (Hutasoit, 2002).

  Aromaterapi merupakan tindakan teraputik dengan menggunakan minyak essensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih baik. Sebelum menggunakan aromaterapi perlu dikaji adanya riwayat alergi yang dimiliki klien (Mackinnon, 2004). uterus, mendorong kontraksi rahim, mengurangi rasa sakit, meredakan ketegangan dan kejang, mengurangi rasa takut, dan cemas, dan meningkatkan perasan kesejahteraan (Gilbert & Harmon, 2003).

  Aromaterapi adalah penggunan minyak essensial kosentrasi tinggi yang diekstraksi dari tumbuh-tumbihan dan diberikan melalui masase, inhalasi, dicampur kedalam air mandi, untuk kompres, melalui membrane mukosa dalam bentuk pesarium atau supositoria dan terkadang dalam bentuk murni. Meskipun aromaterapi memegang peran penting dalam mempengaruhi alam perasan klien, sebenarnya zat kimia yang terkandung dalam berbagai jenis minyaklah yang bekerja secara farmakologis, dan kerjanya dapat ditingkatkan dengan jenis metode pemberiannya terutama

  masase (Andrews, 2009).

  Minyak yang digunakan dalam terapi komplementer meliputi minyak atsiri, bunga lavender, chamomile, jeruk yang dapat menimbulkan aromaterapi sedatif, minyak ylang-ylang yang memberikan efek menenangkan, serta minyak melati yang memberikan efek relaksasi.

  Aromaterapi sering diartikan sebagai penggunaan minyak atsiri untuk meningkatkan kesehatan dan vitalitas tubuh, pikiran, serta jiwa dengan cara inhalasi, mandi rendam, kompres, pemakaian topikal dan pijat (Jaelani, 2009).

  Aromaterapi adalah pengobatan komplementer tercepat. Saat ini, ada berbagai pendekatan untuk mengevaluasi efek fisiologis dan psikologis wewangian seperti mengukur perubahan parameter otonom, misalnya denyut jantung, laju pernapasan, tekanan darah, suhu kulit, perubahan kegiatan gelombang otak, misalnya electroencep hologram, perubahan suasana hati, kinerja kognitif dan emosi (Hongratanaworakit, 2004).

  Efek dari minyak ini bisa diperoleh melalui penggunaan inhalasi menggunakan pembakar minyak atau penyerapan kulit menggunakan pijat. Aromaterapi mendorong pelepasan neuro transmiter, seperti

  encephalines dan endorfin yang memiliki efek analgesic dan meng-

  hasilkan perasaan tenang. Neuro transmitter lain yang dikeluarkan dapat memperbaiki suasana hati. Efek analgesik minyak esensial dalam konteks pendekatan holistik untuk manajemen nyeri kronis, dapat digunakan sebagai tambahan atau alternatif untuk pendekatan medis konvensional.

  Aplikasi langsung dari minyak essensial pada kulit dapat mengurangi peradangan, memberikan anestesi dan analgesia, mengurangi kejang, dan menciptakan kehangatan atau pendinginan. Minyak essensial dapat secara positif mempengaruhi suasana hati seseorang, pola tidur, tingkat energi, rasa percaya diri dan kontrol dalam manajemen nyeri (Potts, 2009). beda pada siswa yang sehat. Setelah pemberian aromaterapi, didapatkan hasil perubahan mood dan kecemasan dalam mengerjakan tugas (Burnett, Solterbeck, dan Strapp, 2004). Molekul-molekul dari minyak aromaterapi mudah menguap, sehingga dapat bereaksi langsung dengan indra penciuman kemudian diteruskan ke otak. Bau yang dihirup mengaktifkan pelepasan neuro transmitter seperti serotonin, endorfin, dan norepin-

  ephrine dan memodulasi neuro receptors dalam sistem kekebalan tubuh,

  mengubah suasana hati, mengurangi kecemasan, dan mengganggu respon stres. Norepinephrine juga berperan penting dalam memori. Reseptor di- hidung juga berkomunikasi dengan bagian otak (amigdala dan hipo-

  kampus ) yang berfungsi sebagai gudang untuk emosi dan kenangan (Butje, 2008).

  3. Mekanisme Aromaterapi Efek fisiologis aroma dapat dibagi menjadi dua jenis: mereka yang bertindak melalui situmulus melalui sistem saraf dan organ-organ yang bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor mekanisme (Hongratanaworakit, 2004).

  Fisiologi aromaterapi pada sistim limbic dimulai dari organ hidung sebagai organ penghidu. Proses penghidu dimulai dengan proses peneriman molekul bau oleh alfactory epithelium, yang merupakan resptor yang berisi dua puluh juta saraf pembau. Pada saat minyak akan mencapai nostrial pada dasar hidung. Sebelum molekul aromaterapi menempel dengan silia sel okfaktorus, dodoran tersebut harus dapat larut dalam mucus yang melapisi silia tersebut. Untuk dapat larut dalam mucus maka minyak aromaterapi tersebut harus bersifat hidrofilik. Stuktur kimia dari minyak essensial ini memiliki sifat bagian yang hidrofilik (polar) sehingga larut pada mucus. Di bawah mukus epitel olfaktorium, reseptor khusus yang disebut sebagai neuron reseptor olfaktorius mendeteksi adanya bau. Neuron ini bisa mendeteksi jutaan bau-bauan yang berbeda.

  Setiap sel olfaktori hanya memiliki satu jenis resptor bau (odorant

  

receptor=OD ), dan satu reseptor hanya mampu mendektesi jumlah

  terbatas bahan-bahan berbau, berarti sel-sel pembau kita sangat tersepesialisasi sejumlah kecil bau. Untuk melanjutkanya molekul bau akan berikatan OD. Pengikatan antara OD dengan molekul bau menyebabkan aktivitas dari protein G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenilsiklase dan mengaktifkan cAMP. Pengaktifan cAMP

  • membuka kanal Na sehingga terjadi influx natrium dan menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini kemudian menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditrasmisikan ke glomerulus (Ganong, 2003 & Guyton, 2006).
mitral. Sinyal pada sel mitral pada bulbus olfaktorius, dan dari trakturs

  olfaktorius sinyal diteruskan ke korteks serebri menuju 2 area, yaitu area

olfaktorius medial dan area olfaktorius lateral. Area olfaktorius lateralis

  membawa akson-akson ke area olfaktorius pada korteks serebri, yang disebut sebgai area priamygdaloidea dan area peripiriformis dan area ini dikenal sebagai area olfaktorius primer (pusat penghidu pada kortek serebri), pada lobus temporalis bagian inferior medialis. Aktivasi daerah ini menyebabkan adanya kesadaran terhadap bau tertentu yang dihirup. Selain itu area olfaktorius lateralis ini akan membawa informasi ke sistem limbik dan hipokampus. Sedangkam area olfaktorius medial terdiri atas sekumpulan nucleus yang yangterletak pada anterior dari

  

hipotalamus . Nucleus pada area ini merupakan nulkeus septal yang

kemudian berproyeksi ke hipotalamus dan system limbic (Gayton, 2006).

  Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak essensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Halini dapat, pada gilirannya, merangsang respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernapasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon diseluruh tubuh. serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon. Mengirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak diencerkan dapat membantu untuk kondisi lokal tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak essensial memberikan relaksaksi, serta membantu dari rasa nyeri dan kekakuan otot dan kejang. Bebrapa minyak essensial diterapkan pada kulit dapat memiliki anti mikroba, antiseptik, anti jamur, atau anti inflamasi (Hongratanaworakit, 2004).

  4. Cara penggunaan

  a. Inhalasi Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel dan cepat.

  Inhalasi juga merupakan metode yang paling tua dalam penggunan aromaterapi. Aromaterapi masuk dari luar tubuh kedalam tubuh dengan satu tahap dengan mudah, melewati paru-paru dialirkan ke pembuluh darah melalui alveoli (buckle, 2003).

  Hidung mempunyai fungsi yang jelas yaitu sebagai penghangat dan sebagai penyaring udara yang masuk, dimana merupakan salah satu bagaian dari system olfactory. Inhalasi sama dengan penciuman, dimana dapat dengan mudah merangsang

  olfactory setiap kali bernafas dan tidak akan mengganggu esensial (Alexander, 2001).

  Bagaimanapun aroma dapat memberikan efek yang cepat dan kadang hanya dengan memikirkan baunya dapat memberikan bau yang nyata. Bau cepat memberikan efek terhadap fisik dan psikologis (buckle, 2003).

  Cara inhalasi biasanya diperuntukan untuk seseorang klien, yaitu dengan menggunakn cara inhalasi langsung, tetapi cara inhalasi juga digunakan secara bersamaan misalnya dalam suatu ruangan. Metode tersebut disebut inhalasi tidak langsung.

  Menurut Kim et. al (2006) Metode kerja inhalasi dengan kapas basah berisi cairan aroma terapi lavender dengan kosentrat 2% yang dilakukan disamping lubang masker oksigen. Pasien menghirup aroma terapi yang masuk bersama oksigen dengan kecepatan 3-8 liter/menit. Intervensi ini dilakukan kurang lebih 15 menit. Ada dua cara dalam penggunan aromaterapi baik secara langsung ataupun tidak langsung (Buckle, 2003).

  Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle (2003) adalah sebagai berikut: a) Tissue atau Gulungan Gabus

  Ambil 1-5 tetes minyak essensial teteskan pada tissue atau kapas, kemudian hirup 5-10 menit. Dapat juga

  tissue atau kapas tersebut diletakan dibawah bantal.

  b) Steam Tambahkan 1-5 tetes minyak essensial dalam larutan atau penguapan yang telah diisi air. Letakan alat

  steam tesebut disamping atau sejajar dengan kepala pasien.

  Anjurkan pasien untuk menghirup selama 5-10 menit. Anjurkan pasien untuk menutup mata dan melepas kontak lensa atau kacamata selama inhalasi karena dapat menyebabkan pedih. 2) Penggunan aromaterapi tidak secara langsung

  Adapun cara penggunaan aromaterapi tidak langsung menurut Buckle (2003). Pengharum atau penyegar ruangan tambahkan 1-5 tetes minyak esensial ke dalam alat pemanas yang telah berisi air, kemudian letakan di tempat yang aman atau sudut ruangan. Sangat bagus apabila ditambahkn air conditioner (AC) dalam ruangan tersebut. adalah minyak aromaterapi ditempatkan di atas peralatan listrik, dimana peralatan listrik ini sebagai alat penguap. Peralatan listrik harus dicek oleh petugas sebelum digunakan demi keamanan pasien. Kemudian dilakukan penambahan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vaporizer dengan 20 ml air untuk dapat menghasilkan uap air. Minyak yang umum digunakan adalah

  peppermint untuk mual, lavender untuk relaksaksi, rose baik

  digunakan dalam suasana sedih, floral citrus dapat dapat memberikan kesegaran (Buckle, 2003).

  b. Penguapan Alat yang digunakan untuk menyebarkan aromaterapi dengan cara penguapan biasanya terbuat dari keramik atau tanah liat. Alat ini mempunyai rongga seperti gua untuk meletakkan lilin kecil atau lampu minyak dan bagian atas terdapat cekungan seperti cangkir biasanya terbuat dari kuningan untuk meletakkan sedikit air dan beberapa tetes minyak essensial (Sharma, 2009). Sekarang ini terdapat alat baru untuk menguapkan aromaterapi yaitu dengan menggunakan brunner electric aromatherapy, proses pemanasan- nya menggunakan energi listrik. Mangkuk pada alat ini terbuat dari kuningan dan memuat sekitar 100 ml air. Minyak esensial sebanyak 10 ml (1 ml sama dengan 20 tetes) dapat digunakan untuk ml air maka dapat digunakan 1 ml atau 20 tetes minyak essensial (Astuti, 2009). Cara penggunaannya adalah mengisi cekungan cangkir pada tungku dengan air dan tambahkan beberapa tetes minyak esensial, kemudian nyalakan lilin, lampu minyak atau listrik. Setelah air dan minyak menjadi panas, penguapanpun terjadi dan seluruh ruangan akan terpenuhi dengan bau aromatik. Proses penguapan dapat berlangsung sekitar lima sampai enam jam (Sharma, 2009).

  c. Pijatan Pijat merupakan salah satu bentuk pengobatan yang sangat sering dikolaborasikan dengan aromaterapi. Beberapa tetes minyak esensial dicampurkan dalam minyak untuk pijat sehingga dapat memberikan efek simultan antara terapi sentuhan dan terapi wangi- wangian. Pijatan dapat memperbaiki peredaran darah, mengembalikan kekenyalan otot, membuang racun dan melepaskan energi yang terperangkap di dalam otot. Wangi-wangian memicu rasa senang dan sehat (Sharma, 2009).

  Menurut penelitian Ballard (2002), penggunaan essensial oil dengan cara dioles terbukti mampu menurunkan agitasi pada pasien demensia. Minyak melisa dicampur dengan lotion standart yang sudah diuji formulasi dan keamanannya sesuai dengan dosis.

  Kemudian lotion tersebut dioleskan ke wajah dan lengan pasien dengan kurun waktu 2 kali sehari dalam 4 minggu.

  e. Semprotan untuk Ruangan Minyak essensial bersifat lebih alami daripada aerosol yang dapat merusak ozon dalam penggunaannya sebagai pewangi ruangan. Penggunaannya adalah dengan menambahkan sekitar 10- 12 tetes minyak essensial ke dalam setengah liter air dan menyemprotkan campuran tersebut ke seluruh ruangan dengan bantuan botol penyemprot (Hapsari, 2011).

  f. Mandi dengan Berendam Mandi dengan berendam merupakan cara yang paling mudah untuk menikmati aromaterapi. Tambahkan beberapa tetes minyak aroma ke dalam air berendam, kemudian berendamlah selama 20 menit. Minyak essensial akan berefek pada tubuh dengan cara memasuki badan lewat kulit. Campurkan minyak essensial dengan cara yang tepat, karena beberapa minyak aroma tidak mudah larut dalam air (Sharma, 2009). a. Lavender Bunga lavender memiliki nama latin Lavandula angustifolia, berwarna lembayung muda. Sari minyaknya diambil dari bagian pucuk bunga, selain mampu mengusir nyamuk ternyata juga memberikan efek meningkatkan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaan, dan keyakinan. Selain itu juga meng- urangi rasa tertekan, stres, rasa sakit saat menstruasi, emosi yang tidak seimbang, histeria, rasa frustrasi, dan kepanikan. Lavender tumbuh dan dibudidayakan di seluruh penjuru dunia (Hutasoit, 2002 dalam Astuti, 2009).

  Manfaat bunga lavender telah dibuktikan dari berbagai hasil penelitian. Aromaterapi lavender dapat menurunkan 30% tingkat kecemasan pada pasien dimensia yang mengalami agitasi (Ballard, et al., 2002 dalam Watt, 2008). Belum pernah ditemukan kasus ke- racunan karena penggunaan lavender sebagai aromaterapi (Nguyen, 2008).

  Hasil penelitian McLain (2009) minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (1-3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), betamyrcene (5,33%), p-cymene (0,3%),

  (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O).

  Diteliti efek dari tiap kandungan bunga lavender untuk mencari tahu zat mana yang memiliki efek anti-anxiety (efek anti cemas/relaksasi) menggunakan Geller conflict test dan Vogel

  

conflict test . Cineol, terpinen-4-ol, alpha-pinene, dan betamyrcene

tidak menghasilkan efek anti cemas yang signifikan pada tes Geller.

  Linalyl asetat sebagai salah satu kandungan utama pada lavender tidak menghasilkan efek anti cemas yang signifikan pada kedua tes.

  

Borneol dan camphene memberikan efek anti cemas yang

signifikan pada tes Geller, tapi tidak signifikan pada tes Vogel.

  , yang juga merupakan kandungan utama pada lavender,

  Linalool

  memberikan hasil yang signifikan pada kedua tes. Dapat dikatakan, linalool adalah kandungan aktif utama yang berperan pada efek anti cemas (relaksasi) pada lavender (McLain, 2009)

  Minyak essensialnya diambil dari kulit buah. Mempunyai efek menjernihkan, meremajakan, membangkitkan rasa senang dan semangat, juga baik untuk penanganan pertama digigit ular dan serangga. Aromaterapi lemon dapat mengurangi masalah gangguan pernafasan, tekanan darah tinggi, pelupa, stress, pikiran negatif dan rasa takut (Setiyanti, 2008).

  c. Rosemary Menurut penelitian Hongratanaworakit (2004), rosemary dapat menghilangkan depresi, stres, ketegangan mental dan lesu atau kelelahan. Selain itu, minyak rosemary dilaporkan membantu untuk memperkuat otak dan meningkatkan memori. Hal ini diperkuat dengan penelitian Moss M, Cook J, Wesnes K, Duckett P (2003), bahwa terdapat peningkatan yang signifikan dari kualitas memori. Minyak rosemary dapat meningkatkan aktivitas radikal bebas dan menurunkan hormon stres, kortisol yang melindungi tubuh dari stres oksidatif (Atsumi & Tonosaki, 2007).

  Peppermint memiliki aroma segar dan kuat yang berasal dari rerumputan mint yang ditemukan di Amerika. Minyak murni daun mint ini dapat meningkatkan konsentrasi, vitalitas, rasa percaya diri, pikiran positif, sensualitas, keyakinan arah dan tujuan hidup. Juga mengurangi rasa lelah, rasa putus asa, histeria, sakit kepala, dan rasa takut (Setiyanti, 2008).

  e. Eucaliptus (minyak kayu putih) Eucaliptus, sarinya diambil dari bagian daun dan ranting.

  Mempunyai efek keseimbangan dan menstimulus peningkat-an proses penyembuhan, protectiveness, konsentrasi, vitalitas, ke- seimbangan emosi, dan juga spontanitas. Selain itu dapat mengurangi panas badan saat flu, sakit kepala, perilaku yang tidak rasional, kemarahan, mengusir serangga serta menghilangkan bau yang tidak sedap (Setiyanti, 2008).

  Berdasarkan jenis dan menfaat aromaterapi di atas, penelitian ini menggunakan jenis aromaterapi lavender untuk menurunkan gejala

  premenstrual syndrome .

Kerangka teori

  PMS Terapi PMS Gejala PMS:

  • Terapi Obat - Gangguan mood
  • Menggunakan Anti Depresi - Gangguan rasa cemas
  • Vitami
  • Gangguan konflik intrapersonal
  • Menggunakan Kontrasepsi - Gangguan kelelahan aktivitas

  Oral Psikoterapi -

  • Gangguan penurunan kosentrasi
  • Gangguan nafsu makan
  • Gangguan imsomnia
  • Gangguan kontrol diri
  • Nyeri pada payudara, nyeri sendi dan nyeri kepala

  Psikoterapi Terapi relaksasi

  • Terapi kognitif perilaku
  • Psikoterapi dinamik Metode pemberian aromaterapi

  Inhalasi (metode pemberian aromaterapi secara langsung dan tidak langsung)

  Aroma Terapi Lavender

  • Pijat - Berendam

  Yang akan diteliti : Tidak diteliti :

  Sumber : (Sylvia, 2010) dan (Speroff L, Fritz MA 2005)

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Gambar 2.4. Kerangka Konsep F.

  Ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala premenstrual syndrome (PMS).

  Gejala premenstrual syndrome Pengukuran II post stest

  Pemberian aromaterapi inhalasi Kelompok perlakuan

  Pengukuran I pretes