BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Senowati Dwi Komalasari BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat

  kesakitan dan kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina, 2010).

  Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia terutama pada anak-anak. Kurang lebih 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian pada diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit (Sodikin, 2011). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (10,4%), laki-laki (7,0%), tinggal di daerah perkotaan (6,7%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah (7,8%) (Santoso dkk, 2013).

  Menurut Riskesdes (2013), insiden diare (< 2 minggu terkahir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 3,5% (kisaran provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Prevalence diare (>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan geja Pada tahun 2013 terjadi delapan KLB yang

  1 terbesar di enam propinsi, delapan kabupaten dengan jumlah penderita 646 orang dengan kematian tujuh orang (CFR 1,08%). Tahun 2014 terjadi enam KLB Diare terbesar di lima propinsi, enam kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 2.549 orang dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%).

  Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB pada tahun 2014 sebesar 1,14%.Target CFR pada KLB Diare diharapkan 1%. Secara nasional, CFR KLB diare tidak mencapai target program.

  Proposi kasus diare di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 67,7%, menurun bila dibandingkan pada porposi tahun 2014 yaitu 79,8%. Hal ini menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus yang ditemukan maupun yang diobati dilayanan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Kasus berdasarkan gender antara laki- laki dan perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui oral,terutama berhubungan dengan sarana air bersih, cara penyajian makanan dan PHBS. Angka penemuan kasus diare tertinggi adalah Kebumen 202,5% sedangka angka penemuan terendah pada kota Brebes sebanyak 11,9%, Boyolali 13,6% dan Wonogiri 18,5%. Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu dari 35 Kabupaten kota di Provinsi Jawa Tengah. Kejadian diare di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2016 terdapat kejadian kasus diare sebesar 21.013 kasus (108,72%) yang ditangani, apabila dibandingkan dengan pada tahun 2015 sebesar 118,35% berarti mengalami penurunan (DKK Purbalingga, 2016).

  Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 21 Desember 2017 di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, menunjukkan data dalam enam bulan terkahir ini kejadian diare pada anak pada bulan Juni-November 2017 di Ruang Cempaka sebanyak 149 anak dari pasien tersebut yang mengalami diare sebanyak 83 balita, 25 anak mengalami dehidrasi sedang/ringan dan 58 anak mengalami dehidrasi berat.

  Dari wawancara yang dilakukan pada 15 orang ibu yang mempunyai anak yang berkunjung ke RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, diperoleh data para ibu yang mempunyai anak rata-rata belum mengetahui penanganan awal yang benar jika terjadi diare. Hal ini terlihat dari pernyataan oleh ibu bila anaknya mengalami diare maka akan diberi daun jambu dan diberikan air teh yang pekat, sehingga keadaan anak tidak membaik tetapi justru menjadi lemah. Dari 15 orang ibu yang diwawancarai tujuh orang ibu dalam penangananan awal diare pada anak dengan diberikan oralit, enam orang ibu menjawab diberikan daun jambu dan dua orang ibu tidak mengetahui penanganan awal terjadinya diare dan langsung dibawa kerumah sakit atau tenaga kesehatan terdekat, apabila balita sudah dilakukan penanganan awal dengan baik maka secara otomatis balita tersebut tidak akan mengalami diare yang parah, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana penanganan awal diare dirumah maka akan berakibat fatal bahkan akan berujung kematian. Penyakit diare dapat menyebabkan kematian jika dehidrasinya tidak diatasi dengan cepat. Dehidrasi dapat terjadi pada pasien diare karena usus bekerja tidak optimal sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya keluar bersama feses sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi (Mardayani, 2014). Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses.

  Penyebab lainnya adalah disentri, kurang gizi dan infeksi. Pada balita yang mengalami diare berkepanjangan akan menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akibat diare tergantung pada persentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi diare yang terjadi dikategorikan menjadi diare tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dan berat (Widoyo, 2011).

  Tindakan penanganan awal pada penderita diare dirumah merupakan tindakan yang tepat dalam pengelolaan diare. Penanganan awal diare dirumah merupakan penanganan yang paling baik pada saat dirumah, apabila ibu dalam penanganan awal diare dirumah sudah baik maka otomatis balita tersebut tidak akan mengalami diare yang parah, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana penanganan awal diare dirumah maka akan berakibat fatal bahkan akan berujung kematian. Tindakan ibu dalam memberikan pengobatan di rumah secepat mungkin ketika terjadi diare merupakan faktor penting dalam penanganan diare secara baik, apabila ibu mengetahui prinsip-prinsip pengolahan diare. Prinsip-prinsip dehidrasi seawal mungkin belum dilaksanakan oleh masyarakat seperti memberikan air tajin, teh manis, oralit dan minum yang banyak pada anak mengalami dehidrasi, sehingga terjadi keterlambatan tindakan dehidrasi yang dapat memperparah kesakitan, bahkan dapat mengakibatkan kematian(Daman, 2007). Ibu harus lebih memperhatikan penanganan diare dirumah pada anak untuk mencegah dehidrasi karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak dan memungkinkan untuk merawat anaknya dan ibu memiliki peran utama dalam keluarga. Orang tua suatu saat mungkin akan dihadapkan pada kegawatan anaknya yang terjadi secara tiba-tiba tanpa tanda-tanda khusus sebelumnya. Apabila penyebabnya diketahui dan sarana medis tersedia lengkap maka dapat mengancam jiwa anak tersebut,untuk mencagah diare sebaiknya orang tua dan masyarakat mengetahui pertolongan pertama yang harusnya dilakukan sebelum dibawa kerumah sakit atau tenaga keseahatan terdekat (Friedman, 2010). Upaya pertolongan pertama dirumah dalam menangani anak yang terkena diare supaya tidak terjadi dehidrasi adalah dengan memberikan minum dan asi yang banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajin, kuah sayur dan air putih. Pada anak yang sudah makan maka tetap memberi makanan selama diare untuk mencegah berkurangnya berat badan, serta mengatasi masalah lain dengan tetap mengutamakan rehidrasi (DepKes, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian tertarik dengan judul “ Hubungan antara Status Dehidrasi dengan Penanganan Awal Diare pada Anak di RS Goeteng Tarunadibarata Purbalingga?”, sangat perlu

dilakukan untuk mengetahui adanya Hubungan Antara Status Dehidrasi dengan Penanganan Awal Diare Pada Anak.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu ” Bagaimana hubungan antara status dehidrasi dengan penanganan awal terjadinya diare p ada anak ?”

C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status dehidrasi dengan penanganan awal terjadinya diare pada anak.

  2. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :

  a. Mengetahui karakteristik responden ibu dan anak diare berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan.

  b. Mengetahui penanganan awal diare dan status dehidrasi pada anak yang mengalami diare.

  c. Menganalisis hubungan antara status dehidrasi dengan penanganan awal diare pada anak.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Akademik Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori tentang penanganan awal diare pada anak.

  2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi dan pengetahuan tentang pentingnya status dehidrasi dan penanganan awal diare pada anak.

  3. Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khusunya ibu dalam menghadapi diare pada anak berdasarkan status dehidrasi.

  4. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi tentang pentingnya penanganan awal diare pada anak.

  5. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai acuan atau referensi bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut tentang diare khususnya dalam hal status dehidrasi dan penanganan awal diare pada anak.

E. Penelitian Terkait 1.

  Donna Pertiwi (2015) yang berjudul “ Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran Puri (Periksa Urin Sendiri) Menggunakan Grafik Warna Urin Pada Remaja Kelas 1 dan di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015).

  Mertodologi penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional. Untuk jumlah sampel menggunakan uji hipotesis pada porposi. Teknik sampling dengan menggunakan metode simple random sampling.

  Uji statistik yang digunakan dalam penelitian adalah uji statistik chi square.

  Persamaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variabel penelitian dan analisa data yang hanya menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.

2. Kurniawati (2016) yang berjudul “ Upaya Penanganan Dehidrasi Pada Pasien Diare Anak di RSUD Pandan Abang Boyolali”.

  Metodelogi penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode defkriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu dengan metode ilmiah yang bersifat mngumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan data. Sumber data yang didapatkan dari ibu pasien, catatat keperawatan dan tim kesehatan lain, alat yang digunakan timbangan, termometer, alat untuk mengukur balance, lembar penyuluhan tentang nutrisi dan cairan pada anak. Persamaan dengan penelitiaan yang akan dilakukan adalahvariabel penelitian menggunakan penanganan diare pada anak.

  Perbedaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian dengan deskritif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah.

  3. Pauzin, Setia, Dasril yang berjudul “ Evaluasi Skor Dehidrasi WHO Modifikasi Universitas Hasanuddin Pada Penderita Diare Akut”.

  Teknik sampling dengan menggunakan metode simple random sampling.

  Uji statistik yang digunakan dalam penelitian adalah uji statistik chi

  

square untuk menganalisis jenis kelamin dan status gizi yang

  hubungannya dengan penilaian skor dehidrasi WHO modifikasi “UNHAS” dan penilaian dehidrasi WHO.

  

Uji McNemar untuk melihat kesesuaian penilaian skor dehidrasi WHO

modifikasi “UNHAS” dan penilaian dehidrasi WHO.

  Persamaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah teknik sampling dengan menggunakan metode simple random sampling.

  Perbedaan dengan penelitian yang digunakan adalah uji statistik chi square dan uji McNemar.

  4. Meivi Yusinta Christy (2014) yang berjudul “Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Dehidrasi Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijunda”.

  Metodelogi penelitian yang digunakan adalah observasional analitik yaitu studi epidemiologi yang dilakukan dengan hanya mengamati perjalanan alamiah peristiwa, membuat catatan siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor penelitian, dan siapa mengalami dan tidak mengalami penyakit yang diteliti serta bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit (Murti, 1997).

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner.

  Pengumpulan data primer didapatkan dengan cara ibu balita mengisi sendiri kuesioner yang telah disediakan selama 20-30 menit sedangkan untuk data sekunder didapatkan melalui laporan yang telah diolah oleh regisiter umum dan laporan bulanan diare.

  Uji yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner.

  Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metodelogi penelitian yang digunakan adalah observasional analitik.

  5. Stephany, Nurhayati, Jeannete (2013) yang berjudul “Tingkat

  Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Anak di Puskesmas Bahu Manado”.

  Metodologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross sectional. Instrumen yang digunakan berupa kuisioner untuk menilai tingkat pengetahuan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  6. Emanuella Silva Joventino, el al. (2013) yang berjudul “ Self-

  

Effectiveness in preventing diarrhea and child care : a transversal

  study “. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Hasil penelitian ini membuktikan hubungan yang signifikan anatara tingkat efektivitas ibu dalam mencegah diare anak dan beberapa faktor yang berhubungan dengan perawatan yang diberikan kepada anak. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variabel penelitian dan teknik samplingnnya menggunakan consecutive

  sampling.

  7. Yuliayana Pertiwi (2015) yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Balita Dengan Diare Tanpa Dehidrasi Di Puskesmas Kraton Yo gyakarta”. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif eksplanatori. Teknik pengumpulan data antara lain (wawancara, observasi) dan data sekunder (rekam medik). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah teknik pengumpulan data dengan wawancara.

  Perbedaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian deskriptif eksplanatori.

  8. Siti Ma‟rifah (2015) yang berjudul “ Praktik Rehidrasi Oral Ibu Yang Tidak Baik Berhubungan Dengan Kejadian Dehidrasi Pada Balita Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan 1 Bantul.

  Metodologi penelitian yang diguanakan adalah Survey analitik yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat, atau kemungkinan hubungan sebagai akibat dengan cara mengamati akibat yang ada dan bersifat ex-post yaitu data yang dikumpulkan setelah permasalahan yang telah terjadi. Sampel pada penelitian ini sebanyak 34 responden dengan perbandingan 1:1. Teknik sampling pada kelompok kasus menggunakan teknik total sampling dan kelompok kontrol menggunakan teknik quota sampling. Pada uji analisi menggunakan uji chi square.