PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS V (LIMA) SDN INPRES PENDULAN BARU TAHUN AJARAN 20062007 TERHADAP LIMA CERITA RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

  

PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS V (LIMA)

SDN INPRES PENDULAN BARU TAHUN AJARAN 2006/2007 TERHADAP

LIMA CERITA RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh:

Lusia Ari Witbiyanti

  

011224045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  • Tuhan Yesus Kristus yang selalu melimpahkan rahmat dan kasihnya_Nya.
  • Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Celsus Parmo dan Ibu

  Kristiana Tuminem yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan cinta.

  • Kakakku Agustina Suparwanti dan Desiderius Pudiastana.
  • Keponakanku Dionisius Vembri Pudyawan dan Kristina Veni Pudyawan.

  MOTOKegagalan bukan berarti Tuhan sudah meninggalkan Anda.

  Tetapi Dia mempunyai rencana yang lebih baik buat Anda. (Robert Schuller)

   Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha

  dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Mahatma Gandhi)

   Rahasia sukses adalah belajar menggunakan kepedihan dan

  kenikmatan bukannya dikendalikan oleh kepedihan dan kenikmatan. Kalau Anda lakukan itu, Anda memegang kendali atas hidup Anda. Kalau tidak, kehidupanlah yang mengendalikan Anda. (Anthony Robbins)

  

ABSTRAK

Witbiyanti, Lusia Ari. 2009. Pemahaman Unsur Intrinsik Siswa Kelas V SDN

Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran 2006/2007 Terhadap Lima Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Skripsi.

  Yogyakarta: PBSID, FKIP,USD.

  Penelitian ini membahas pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V terhadap lima cerita rakyat dari DIY. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana pemahaman unsur intrinsik siswa Kelas V SDN Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap lima cerita rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru. Jumlah siswa ada 34 orang yang terdiri atas 16 orang perempuan dan 18 orang laki-laki. Penelitan ini berlangsung selama tiga hari. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menggunakan alat bantu berupa perintah kepada siswa untuk mengemukakan tanggapannya terhadap unsur intrinsik lima cerita rakyat.

  Analisis data yang dilakukan yaitu: (1) mengelompokkan data berdasarkan jawaban siswa (2) memberikan kode sesuai dengan daftar presensi siswa (3) memeriksa jawaban siswa, dan (4) mengelompokkan berdasarkan data yang tepat, kurang tepat, dan tidak tepat.

  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik kelima cerita rakyat bahwa: siswa dapat memahami isi cerita rakyat Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung, Jambean si Keong Emas dengan baik dan siswa kurang dapat memahami isi cerita rakyat Jaka Tarub dengan baik.

  Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah, guru, dan peneliti lain. Sekolah hendaknya menyediakan buku cerita rakyat lebih lengkap sehingga siswa lebih berminat terhadap cerita rakyat dan penguasaan isi cerita lebih bagus. Guru akan lebih baik menumbuhkan minat baca siswa dengan memberikan buku cerita rakyat yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan topik yang hampir sama pada tingkat sekolah yang lebih tinggi.

  ABSTRACT

Witbiyanti, Lusia Ari. 2009. The Understanding of Intrinsict Elements of Fifth

Grade Students of SDN Inpres Pendulan Baru Academic Year

  2006/2007 towards Five Folktales from Yogyakarta. A Thesis. Yogyakarta. Indonesian and Local Language and Letters Education

Study Program, Faculty of Teachers Training and Education,USD.

  This thesis is about the fifth grade students’ the understanding of intrinsict elements towards five folktales from Yogyakarta. The objective of this research is to describe the the understanding of intrinsict elements of fifth grade students of

  

SDN Inpres Pendulan Baru Academic Year 2006/2007 towards five folktales from

Yogyakarta.

  This research used qualitative method. The subject of this research was fifth grade students of SDN Inpres Pendulun Baru. There were 34 students consisted of 16 female students and 28 male students. This research lasted for three days. The instrument of this research was the researcher herself. The researcher utilized command to the students as a tool to make them express their opinion towards the intrinsic aspects in the five folktales.

  The data analysis were: (1) collected the data based on the students’ answer, (2) gave codes based on the students’ presence list, (3) checked the students’ answer one by one, and (4) collected the answers based on the correct, less correct, and incorrect data.

  The researcher concluded from the result that: the students were able to gather the story-points in Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung and

  

Jambean si Keong Emas; but, the students were not able to gather the story-points

from Jaka Tarub.

  Based on the result of this research, the researcher suggests several things to the schools, teachers and other researchers. It is suggested for the schools to provide more complete folktale books to make the students interested more in folktales and to make the students comprehend the stories better. Teachers are expected to help students develop their reading-interest by giving interesting and appropriate folktale books. Other researchers are also expected to conduct the researches with the similar topic in the higher level of education.

  

Kata Pengantar

  Puji syukur kepada Bapa di surga yang telah melimpahkan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemahaman

  

unsur intrinsik Siswa Kelas V SDN Inpres Pendulan Baru Tahun Ajaran

2006/2007 Terhadap Lima Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY).

  Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Dr. Y. Karmin M. Pd. selaku pembimbing yang telah berkenan mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan penuh kesabaran, dan ketelitian memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.

  2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd. selaku kepala program studi PBSID yang selalu memberikan semangat dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Drs. T. Sarkim, M. Ed, Ph. D selaku dekan FKIP.

  4. A. Hardi Prasetyo, S. Pd. MA. selaku ketua jurusan PBS yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

  5. F.X. Sudadi yang dengan sabar dan setia melayani dalam urusan admistrasi perkuliahan.

  6. Sumidjo, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Inpres Pendulan Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

  7. Bapak dan ibu guru SDN Inpres Pendulan Baru khususnya guru kelas V yang telah memberikan dorongan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

  8. Siswa siswi kelas V SDN Inpres Pendulan Baru atas kerja samanya.

  9. Bapak ibu tercinta, yang dengan penuh kesabaran membiayai dan menanti kelulusanku dengan selalu memberikan doa, cinta, dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  10. Kakakku Agustina Suparwanti dan Desiderius Pudiastana yang telah menantikan kelulusanku dan selalu memberikan doa, semangat, nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  11. Keponakanku tersayang Dionisius Vembri Pudyawan dan Kristina Veni Pudyawan yang memberikan keceriaan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  12. Keluarga Mas Andy Sihono yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan serta meminjamkan komputernya selama penyusunan skripsi.

  13. Keluarga Mas Purwo Winarto yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan nasihat kepada penulis.

  14. Keluarga Mas Totok yang telah memberikan semangat, dukungan, dan nasihat kepada penulis.

  15. Sahabat-sahabatku Lucia Advena Triastuti, Veronika Riyani Utami, Veronika Erna Krismiatun S. Pd, Vincentia Sri Widiyantari S. Pd, Chatarina Nanik Hariyati S. Pd yang selalu memberikan doa, motivasi dan semangat

  16. Teman-teman seperjuangan Bayu Krisna Mukti, Bondet Wijaya, Widi, dan Esmawati Sinaga yang selalu memberikan motivasi.

  17. Mohammad Syahri Ramadhan ”Arie Jakarta” atas perhatian dan dukungannya selama ini.

  18. Ita yang membantu dalam revisi abstrak.

  19. Margareta Tri Pamurdaningsih, Christina Rani Widiastuti, Chatarina Nina Widiyaningsih, Inggit, dan Kristi atas persahabatannya selama ini.

  20. Keluarga besar Trah Wongso Dikromo dan Trah Atemo Dimejo yang membantu dalam doa dan semangat sehingga penulis akhirnya lulus.

  21. Segenap karyawan perpustakaan USD dan workstation yang telah dengan sabar serta ramah melayani dalam peminjaman buku.

  22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

  Penulis menyadari skripsi ini masih ada kekurangannya. Walaupun demikian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv MOTO............................................................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi ABSTRAK..................................................................................................... vii

  

ABSTRACT..................................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR.................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................ .. 4 D. Manfaat Penelitian........................................................................ 4 E. Batasan Istilah.............................................................................. 5 F. Sistematika Penyajian.................................................................... 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan............................................................... 7 B. Teori Struktural ........................................................................... 8 C. Cerita Rakyat................................................................................ 12 D. Unsur Intrinsik............................................................................. 16 E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .......................... 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian............................................................................ 23 B. Sumber Data................................................................................ 24 C. Instrumen Penelitian.................................................................... 24

  E. Teknik Analisis Data....................................................................... 25

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data................................................................................. 26

  1. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe.... 26

  2. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel......... . 29

  3. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung.. 33

  4. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jambean Si Keong Emas........................................................................................ 36

  5. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub........... 39

  B. Analisis Data

  1. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe... 43

  2. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel......... 46

  3. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung.. 49

  4. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jambean Si Keong Emas.................................................................................... 52

  5. Pemahaman siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub........... 55

  C. Pembahasan Hasil Penelitian

  1. Cerita rakyat Blunyah Gedhe................................................ 58

  2. Cerita rakyat Yekyek Itel...................................................... 59

  3. Cerita rakyat Rara Lembayung............................................. 59

  4. Cerita rakyat Jambean Si Keong Emas.. .............................. 60

  5. Cerita rakyat Jaka Tarub..................................................... 60

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................... 62 B. Implikasi........................................................................................ 63 C. Saran.............................................................................................. 64 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 66 LAMPIRAN.................................................................................................... 69 BIOGRAFI PENULIS.................................................................................... 109

  Daftar Lampiran Lampiran 1

  Halaman Daftar absensi siswa kelas V SDN Inpres Pendulan Baru.............................. 69

  Lampiran 2

  Teks Cerita rakyat Blunyah Gedhe, soal tes, dan kunci jawaban................... 70

  Lampiran 3

  Teks Cerita rakyat Yekyek Itel, soal tes dan kunci jawaban........................... 76

  Lampiran 4

  Teks Cerita rakyat Rara Lembayung, soal tes, dan kunci jawaban................ 81

  Lampiran 5

  Teks Cerita rakyat Jambean si Keong Emas, soal tes, dan kunci jawaban.... 86

  Lampiran 6

  Teks Cerita rakyat Jaka Tarub, soal tes, dan kunci jawaban........................... 91

  Lampiran 7

  Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Blunyah Gedhe................................... 97

  Lampiran 8

  Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Yekyek Itel........................................ 99

  Lampiran 9

  Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Rara Lembayung............................... 101

  Lampiran 10

  Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Jambean si Keong Emas................... 103

  Lampiran 11

  Jawaban siswa terhadap cerita rakyat Jaka Tarub........................................ 105

  Lampiran 12

  Surat bukti penelitian ................................................................................... 107

  1 BAB I

  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Karya sastra sebagai salah satu hasil seni tidak dapat berdiri sendiri. Oleh sebab itu, dalam dunia sastra dikenal empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami karya sastra, yaitu: pengarang, karya sastra, pembaca, dan lingkungan alam universe (yaitu apa) yang digambarkan dalam karya sastra. Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo, 1986:3).

  Cerita rakyat sebagai bacaan anak mempunyai nilai lebih dari sekedar bacaan penghibur. Dalam cerita rakyat terdapat berbagai hal yang dapat berguna bagi perkembangan anak. Nilai cerita rakyat pada perkembangan anak meliputi perkembangan holistik, emosional, kognitif, moral, bahasa, dan sosial (Burke dalam Bunanta, 1998: 52). Manfaat yang berkaitan dengan perkembangan holistik berasal dari cerita rakyat yang terkandung rasa cinta, benci, marah, sedih, dan gembira.

  Pemahaman dan pengenalan terhadap nilai-nilai yang ada dalam sastra, termasuk bentuk-bentuk cerita akan dapat memperkaya anak didik sebagai pribadi yang selalu mau berinteraksi dengan dunia sesamanya, yaitu dunia manusia dan kemanusiaan. Dalam arti inilah sastra dianggap sebagai pemancar berbagai nilai dan bisa menjadi sumber pengilhaman tentang kebajikan (virtue) dan kebijakan (wisdom) (Hasan, 1993: 83 via Efendi, 2002: 522). Menurut Meeker (via Imron, 2003: 29), sastra dapat memperkaya pengalaman batin pembacanya. Sebagai karya imajinatif,

  2 sastra merupakan konstruksi unsur-unsur pengalaman hidup, di dalamnya terdapat model hubungan dengan alam dan sesama manusia sehingga sastra dapat mempengaruhi tanggapan manusia terhadapnya.

  Ada banyak ragam karya sastra, salah satu diantaranya adalah cerita rakyat. Cerita rakyat itu sendiri merupakan karya sastra lisan yang biasanya diceritakan secara turun-temurun oleh nenek moyang ke generasi selanjutnya untuk diketahui, dipahami, dan dilaksanakan dalam perilaku kehidupan. Cerita rakyat ditulis oleh penulis berdasarkan cerita lisan yang pernah atau masih hidup di tengah masyarakat di berbagai daerah. Pada umumnya cerita rakyat diceritakan dalam bentuk dongeng, legenda, maupun sebagai mitos, walaupun ada juga cerita rakyat yang diceritakan mempunyai kegunaan sebagai alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

  Mengenal cerita rakyat berarti mencintai seni budaya bangsa sendiri. Mencintai seni budaya bangsa dapat menumbuhkan rasa saling menghargai antara suku bangsa di seluruh wilayah Indonesia. Rasa saling menghargai nilai-nilai luhur inilah yang akan mempererat tali persatuan diantara suku bangsa di Indonesia.

  Salah satu jenis pembelajaran sastra di sekolah dasar adalah pembelajaran cerita rakyat. Cerita rakyat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah dasar karena dalam cerita rakyat ada banyak hikmah dan manfaat yang dapat diambil. Cerita rakyat banyak mengandung unsur pendidikan yang luhur nilainya yang sesuai dengan tujuan pengajaran sastra, sehingga nantinya diharapkan dapat membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian siswa yang baik.

  3 Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SD adalah, (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada akhir pendidikan di SD, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra (Puskur Depdiknas, 2006: 317―318).

  Peneliti memilih lima cerita rakyat dari daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjudul “Blunyah Gedhe, Yekyek Itel, Rara Lembayung, Jambeyan Si Keong, dan Jaka Tarub” dikarenakan cerita rakyat tersebut menggunakan bahasa yang sederhana dalam penyampaiannya sehingga mempermudah siswa dalam memahami isi cerita rakyat tersebut. Peneliti ingin mengetahui bagaimana pemahaman siswa mengenai unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, dan alur) yang ada dalam lima cerita rakyat yang berasal dari DIY. Selain itu siswa dapat mengenal cerita rakyat dari daerah lain sehingga wawasan siswa menjadi lebih luas.

  4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

  Bagaimanakah pemahaman siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Inpres Pendulan Baru terhadap unsur intrinsik (tema, alur, tokoh, latar) mengenai lima cerita rakyat yaitu: Blunyah Gedhe, Yek-yek Itel, Rara Lembayung, Jambeyan Si Keong dan Jaka Tarub dari DIY?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan bagaimana cerita rakyat yaitu: Blunyah Gedhe, Yek-yek Itel, Rara Lembayung, Jambeyan Si Keong Emas, dan Jaka Tarub dari DIY.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, guru, dan peneliti lain.

  1. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mendorong pihak sekolah untuk melengkapi perpustakaan sekolah dengan buku-buku cerita rakyat yang berasal dari DIY ataupun luar DIY.

  2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan bermanfaat bagi pengembangan sastra di sekolah dasar.

  5

  3. Bagi penulis dan penerbit, dengan adanya penelitian ini diharapkan mendorong penulis maupun penerbit buku untuk semakin banyak menulis, menyusun maupun menerbitkan buku-buku cerita rakyat nusantara.

  4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan akan menumbuhkan minat peneliti lain dengan mengkaji cerita-cerita rakyat di masyarakat Indonesia.

  E. Batasan Istilah Di bawah ini disajikan batasan istilah yang akan digunakan dalam penelitian agar terjadi kesatuan pemahaman yang mempermudah memahami penelitian ini.

  1. Pemahaman Besar bahasa Indonesia, 2007:811).

  2. Teori Strukturalisme Teori Strukturalisme merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks (Taum,

  1997:39).

  2. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1980: 16).

  3. Latar Latar adalah tempat, waktu atau keadaan alam/cuaca terjadinya suatu peristiwa (Tjahjono, 1988:143).

  6

  4. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa dalam karya sastra yang mempunyai penekanan pada hubungan sebab akibat (Hariyanto, 2000:38).

  5. Tema Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1988:50).

  6. Cerita rakyat (Folkltale) Cerita rakyat (Folkltale) adalah kisahan anonim yang tidak terikat pada ruang dan waktu, yang beredar secara lisan di tengah masyarakat. Termasuk di dalam cerita binatang, dongeng, legenda, mitos, dan sage (Sudjiman, 1990:16).

F. Sistematika Penyajian

  Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori, berisi penelitian yang relevan, landasan teori, teori struktural, cerita rakyat, unsur intrinsik, dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Bab III metodologi penelitian, yang terdiri atas jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, waktu penelitian, teknik penelitian teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi deskripsi data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian. Bab V penutup, terdiri atas kesimpulan, implikasi dan saran.

  7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

  Maryanti (2003) melakukan penelitian tentang unsur intrinsik cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih serta strategi pembelajarannya untuk SMU kelas I semester II. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yang menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik sastra yang berupa tokoh, latar, alur, dan tema. Keempat unsur tersebut dianalisis karena dapat digunakan untuk memaknai cerita secara keseluruhan, meskipun yang paling penting penokohan. Untuk menganalisis teknik pelukisan fisik menggunakan pendekatan psikologis. Kemudian untuk pengajaran menggunakan pendekatan taksonomis. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

  Setyaningrum (2004) melakukan penelitian tentang tema dan amanat cerita rakyat dari Cina dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di sekolah dasar.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan metode deskriptif. Penelitian ini dapat diimplementasikan sebagai materi pembelajaran kelas IV, V, dan VI.

  Metode-metode dan teknik-teknik dalam SAL (Student Active Learning) dapat dijadikan sarana untuk mengajarkannya.

  Purwitasari (2005) meneliti tokoh, tema, nilai moral cerita rakyat Si Pahit Lidah serta strategi pembelajarannya di sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran kelas VI semester I. Ada 6 strategi pembelajaran yaitu, (1) persiapan,

  8 (2) mendongeng cerita rakyat Si Pahit Lidah, (3) pemberian tugas kepada siswa, (4) umpan balik dari siswa, (5) evaluasi akhir, dan (6) portofolio.

  Ketiga penelitian di atas dianggap sebagai dasar atau acuan bagi peneliti karena penelitian yang dilakukan oleh Maryanti menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita rakyat dan strategi pembelajarannya untuk SMU. Sedangkan Setyaningrum, dan Purwitasari meneliti tentang tema, amanat, tokoh, dan nilai moral cerita rakyat serta strategi pembelajarannya di sekolah dasar. Kurikulum yang digunakan oleh ketiga peneliti masih berupa kurikulum lama yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

  Peneliti belum menemukan penelitian mengenai pemahaman unsur intrinsik siswa kelas V(lima) SDN Inpres Pendulan Baru terhadap kelima cerita rakyat dari DIY.

B. Landasan Teori

1. Teori Struktural

  Kata ”strukturalisme” berasal dari kata ”struktur”, artinya kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling memberi makna satu sama lain (Waluyo,1992:93). Pendekatan struktural merupakan cara mendekati atau meneliti karya sastra dengan memfokuskan pada karya sastra sebagai bentuk atau benda yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi unsur-usur dari luar. Jadi dalam pendekatan ini sebuah karya sastra dibebaskan dari pengarangnya maupun hal yang melatar belakangi penciptaannya.

  9 Strukturalisme adalah pandangan yang membagi sebuah karya sastra berdasarkan strukturnya. Struktur adalah kaitan-kaitan tetap antara kelompok- kelompok gejala dalam karya sastra, misalnya membagi tokoh sebuah novel menjadi tokoh utama, tokoh antagonis, tokoh protagonis, dan sebaiknya (Jassin via Suyitno, 2009: 4).

  Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks- teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur- unsur teks secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya, memperoleh arti di dalam relasi, baik relasi asosiasi ataupunpun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat berkaitan dengan mikroteks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih Relasi tersebut dapat berwujud ulangan, gradasi ataupun kontras dan parodi (Taum via Hartoko, 1997: 38).

  Strukturalisme sastra mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori sastra, sebagaimana dituntut oleh disiplin-disiplin ilmiah lainnya. Untuk itu objek penelitiannya, yakni karya sastra diidentifikasi sebagai suatu benda seni (artefak) yang indah karena penggunaan bahasanya yang khusus. Objek studi teori strukturalisme itu ditempatkan dalam suatu sistem atau susunan relasi-relasi yang memudahkan pengaturannya. Dengan sistem ini kita menghimpun dan menemukan hubungan-hubungan yang ada dalam realitas yang diamati. Sistematika semacam ini berfungsi meletakkan aksentuasi dalam cara penanganan objek kajiannya. Dengan demikian teori strukturalisme memperkenalkan metode pemahaman karya sastra dengan langkah-langkah sistematis.

  10 Oleh karena teori strukturalisme sastra mengangap karya sastra sebagai artefak maka relasi-relasi struktural sebuah karya sastra hanya dapat dipahami dalam keseluruhan relasi unsur-unsur artefak itu sendiri. Strukturalisme sastra memberi keluasan kepada peneliti sastra untuk menetapkan komponen-komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikasi. Keleluasan ini tetap harus dibatasi, yakni sejauh komponen-komponen itu tersurat dalam teks itu sendiri. Jadi teks sastra berfungsi mengontrol objektifitas dan validitas hasil penelitian sastra. Prosedur ilmiah ini menempatkan teori strukturalisme sastra berkembang dengan baik, pesat, dan diterima dalam kalangan yang luas.

  Teori strukturalisme sastra mempunyai tiga ciri ilmiah yaitu: mengarah pada tujuan yang jelas yakni eksplikasi tekstual.

  2. sebagai metode ilmiah (scientific method), teori ini memiliki cara kerja teknis dan rangkaian langkah-langkah yang tertib untuk mencapai simpulan yang valid, yakni melalui pengkajian ergosentrik. 3. sebagai pengetahuan, teori strukturalisme sastra dapat dipelajari dan dipahami secara luas dan dapat dibuktikan kebenaran cara kerjanya secara cermat. Meskipun teori strukturalisme sastra menekankan otonomi dan prinsip objektifitas pada struktur karya sastra , teori ini memiliki beberapa kelemahan yaitu:

  1. Karya sastra diasingkan dari konteks dan fungsinya sehingga sastra kehilangan relevansi sosialnya, tercerabut dari sejarah, dan terpisah dari masalah manusia.

  11

  2. Karya sastra tidak dapat diteliti dalam rangka konvensi-konvensi kesusastraan sehingga pemahaman kita mengenai genre dan sistem sastra sangat terbatas. Kedudukan istimewa teori strukturalisme dalam arus utama kebudayaan ilmiah ilmu sastra terutama dilandasi oleh suatau pandangan empirik yang melihat kekhasan satra terletak pada aspek penggunaan bahasanya yang istimewa. Dengan demikian data-data kebahasaan dianggap sebagai unsur yang paling hakiki dalam setiap kerja penafsiran (Taum, 1997: 37-45).

  Hubungan teori struktural dengan unsur intrinsik sangat berhubungan, bahwa analisis struktur karya sastra yang ingin diteliti (dari sudut manapun) merupakan kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat kita pahami secara optimal dengan menggali struktur karya itu sendiri (Taum:1997: 45).

  Hubungan alur dengan unsur cerita yang lain bahwa di dalam sebuah cerita unsur-unsur itu tidak berdiri terlepas-lepas. Dalam perkembangan cerita selalu ada interaksi antara unsur-unsur cerita. Dalam hal tokoh dan alur ini, misalnya, sulitlah mengatakan dengan pasti mana yang lebih dahulu ada: tokoh atau alur. Sarana pengikat peristiwa telah disinggung bahwa hubungan alur dengan tokoh dan alur dengan tema (Sudjiman1988: 40).

  Hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain bahwa untuk membuat tokoh- tokoh yang menyakinkan, pengarang harus melengkapi diri dengan pengetahuan yang luas dan dalam tentang sifat tabiat manusia, serta tentang kebiasaaan bertindak dan berujar dalam lingkungan masyarakat yang hendak digunakannya sebagai latar.

  12 tunjang-menunjang (Sudjiman1988: 27). Penokohan dapat mengungkapkan makna niatan si pengarang sebagai pencipta tokoh. Watak tokoh-tokoh dalam Layar

  

Terkembang (Alisyahbana, 1963), misalnya sedikit banyak tertakluk kepada

  pandangan dan cita-cita Takdir Ali Syahbana tentang manusia dan masyarat Indonesia. Tokoh Tuti melambangkan gagasan emansipasi wanita yang dianjurkan Takdir melalui karyanya. Dengan demikian jelaslah adanya hubungan yang erat dan bersifat tunjang-menunjang antar unsur cerita (Sudjiman1988: 27-28).

  Hubungan latar dengan unsur cerita yang lain bahwa, latar sebagai unsur cerita yang dinamis membantu pengembangan unsur-unsur lainnya. Hubungannya dengan unsur-unsur lain itu boleh jadi selaras, boleh jadi pula berkontras. Dalam situ mendukung penokohan. Latar dapat menentukan tipe tokoh cerita: sebaliknya juga tipe tokoh tertentu menghendaki latar yang tertentu pula Latar dapt pula mengungkapkan watak tokoh. Penggambaran keadaan kamar tokoh yang selalu acak- acakaan, misalmya, mengesankan bahwa penghuninya bukan pencita kerapian (Sudjiman1988: 49).

  Hubungan tema dengan unsur cerita yang lain bahwa tema sebagai penyatu terakhir untuk keseluruhan cerita. Artinya, pengarang menciptakan dan membentuk plot, baik secara sadar, eksplisit dan implisit pada dasarnya merupakan perilaku responsifnya terhadap tema yang dipilih dan menggerakkannya (Sayuti, 1988: 101).

C. Cerita Rakyat

  Cerita rakyat adalah cerita yang dituturkan secara lisan dan diwariskan secara

  13 rakyat, (yang) di dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah folktale. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa setiap jenis cerita yang hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut, adalah cerita rakyat (Soewondo, 1980/1981: 1).

  Cerita rakyat meliputi mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap sakral oleh pendukungnya. Mite mengandung tokoh-tokoh dewa atau mahluk setengah dewa. Tempat terjadinya di dunia lain dan masa terjadinya sudah jauh di zaman purba (Danandjaja, 1991: 50).

  Legenda ialah cerita yang mengandung ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap sakral. Tokoh legenda adalah manusia biasa yang memiliki sifat luar biasa, sering dibantu oleh mahluk-mahkluk gaib. Tempat

  Dongeng adalah cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dongeng tidak terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tempat artinya: tokohnya boleh siapa saja, dewa, hantu, manusia dsb, waktu terjadinya dapat kapan saja, dan tempat terjadinya dapat dimana saja (Soewondo, 1980/1981: 1).

  Cerita rakyat ditularkan dari seseorang kepada orang lain secara berturut-turut tanpa penekanan tuntutan akan sumber aslinya. Cerita rakyat benar-benar oral, artinya disebar-luaskan dari mulut ke mulut. Dalam proses penyebarannya, cerita rakyat dituturkan oleh seseorang dan didengar oleh orang lain. Orang lain mengulang dan menuturkannya kepada orang lain lagi sejauh dia dapat mengingat urutan isinya, dengan atau tanpa tambahan yang dibuat oleh penuturnya yang baru itu (Danandjaja, 1991: 48).

  14 Cerita rakyat pada dasarnya tersimpan di dalam memori tradisional, yaitu dalam ingatan manusia, atau dalam tradisi lisan, cerita rakyat tidak pernah memi-liki bentuk tetap, melainkan hanya mengarah ke pola yang bersifat rata-rata. Cerita rakyat mengalami perubahan dari masa ke masa, bahkan dari penuturan yang satu ke penuturan yang lain dalam saat yang berbeda, meski dari kelompok atau individu yang sama (Danandjaja, 1991: 49).

  Ada kemungkinan perubahan-perubahan yang dialami oleh cerita rakyat terjadi didalam proses penyebarannya. Hal itu disebabkan penuturnya tidak mampu mengingat seluruh isi cerita itu secara lengkap, atau tidak mampu menuturkannya secara tepat seperti yang didengarnya dari penutur yang memberi cerita kepadanya. pendengarnya. Mungkin pula, dipengaruhi oleh cetusan dari si penutur, yang tidak mustahil dibumbui dengan daya khayal dan daya kreasinya (Soewondo, 1980/1981: 120).

  Ciri cerita rakyat menurut Danandjaja (1980: 1-2) sebagai berikut.

  1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan atau diwariskan melalui kata-kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

  2. Cerita rakyat adalh tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk standart.

  Disebarkan di antara kolektif tertentu, dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).

  3. Cerita rakyat ada dalam versi-versi yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), dan bukan melalui tulisan

  15 dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaanya pada umumnya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

  4. Cerita rakyat bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lain.

  5. Cerita rakyat biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola, yakni selalu menggunakn kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan mempunyai kalimat-kalimat atau kata pembukaan dan penutup yang baku.

  6. Cerita rakyat mempunyai kegunaan (fungsi) dalam kehidupan kolektifnya. pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi.

  7. Cerita rakyat bersifat pra-logis, yaitu mempunyai logika tersendiri.

  8. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi oleh orang, sehingga setiap anggota kolektif merasa memilikinya.

  9. Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu. Sebagai folklore lisan, cerita rakyat mempunyai empat fungsi, yang oleh William R. Bascom ( via Soewondo, 1980/1981:4) dirumuskan sebagai berikut.

  1. Sebagai sistem proyeksi (projective system) yakni mencerminkan angan- angan kelompok.

  2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan (validating culture).

  16

  4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat dipenuhi.

  Koentjaraningrat (1967: 19) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan dapat digunakan sebagai sarana untuk mempertebal keyakinan kepada warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya. Selanjutnya, cara yang lain untuk mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya itu, ialah dengan apa yang disebut sugesti social/social suggestion. Dalam hal ini kebaikan adat istiadat ditunjukkan kepada warga masyarakatnya melalui cerita-cerita rakyat, dongeng-dongeng, cerita tentang karya orang-orang besar, cerita tentang pahlawan-pahlawan yang dikisahkan dapat berhasil meraih

  Dikatakan oleh Koentjaraningrat (1967: 197 bahwa cara semacam ini memang lazim dalam hampir semua masyarakat di dunia dan menyebabkan bahwa suatu kompleks dongeng tentang tokoh-tokoh besar dan pahlawan-pahlawan terkenal merupakan satu kebutuhan universal didalam kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Berdasarkan teori resepsi, pembacalah yang memberi arti semuanya.

D. Unsur Intrinsik

  Di dalam sebuah karya sastra terdapat unsur yang membangun karya sastra tersebut. Unsur tersebut terbagi atas 2 macam, yaitu: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau berada dalam karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik meliputi tema, tokoh, latar,alur, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur-

  17 pengarang, psikologi pengarang, keadaan lingkungan pengarang, pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai seni yang lain (Nurgiantoro, 1995: 111). Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh, latar, dan alur.

1. Tema

  Tema adalah gagasan, ide, pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman, 1988: 50). Tema merupakan pandangan hidup pengarang mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang melandaskan dasar atau gagasan dari suatu karya sastra (Tarigan berdasarkan pendapat Brooks dan Warren, 1991, 125). sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari oleh ide pengarang tersebut.

  Tema tidak perlu selalu berwujud moral, ataupun ajaran moral. Tema bisa hanya berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan. Pengarang bisa saja hanya mengemukakan suatu masalah kehidupan, dan problem tersebut takperlu dia pecahkan. Pemecahannya terserah pada masing-masing perbaca (Sumardjo, 1986: 56).

  Fungsi utama tema adalah sebagai penyatu terakhir untuk keseluruhan cerita. Artinya, pengarang menciptakan dan membentuk plot, baik secara sadar, eksplisit dan implisit pada dasarnya merupakan perilaku responsifnya terhadap tema yang dipilih

  18 dan menggerakkannya (Sayuti, 1988: 101). Tema cerita harus dirasakan dan disimpulkan oleh pembaca setelah selesai membaca (Tarigan, 1985: 128).

  2. Alur

  Alur atau plot merupakan unsur intrinsik yang penting. Di dalam sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur. Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu dihu-bungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain (Stanton via Nurgiyantoro, 1995: 113). alur mundur. Alur maju, kronologis, lurus atau progesif yaitu menampilkan peristiwa secara kronologis maju, sorot balik, regresif atau flash black menampilkan peristiwa dari tahap akhir/tengah kemudian awal (Hariyanto, 2000: 39).

  3. Tokoh

  Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Individu rekaan dapat berupa manusia atau binatang yang diinsankan. Tokoh-tokoh dalam cerita mempunyai sifat dan tingkah laku yang berbeda-beda tergantung peran dan fungsinya di dalam cerita. Berdasarkan fungsinya di dalam cerita, tokoh dapat digolongkan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.

  Tokoh utama atau protagonis selalu mendapat tokoh sentral dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriteria yang digunakan untuk

  19 peristiwa yang membangun cerita. Tokoh protagonis juga dapat ditentukan dengan memperhatikan hubungan dengan tokoh lain. Judul cerita seringkali juga mengungkapkan siapa yang dimaksudkan tokoh protagonis.