PERBEDAAN SIKAP ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PERILAKU ‘TEMAN TAPI MESRA’

  

PERBEDAAN SIKAP

ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

TERHADAP

PERILAKU ‘TEMAN TAPI MESRA’

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

OLEH :

AJENG WIDHA PARAMITHA

NIM : 029114077

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERBEDAAN SIKAP

ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

TERHADAP

PERILAKU ‘TEMAN TAPI MESRA’

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

OLEH :

AJENG WIDHA PARAMITHA

NIM : 029114077

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

Love is patient, love is kind.

It does not envy, it does not boast, it is not proud.

  

(1 Corinthians 13:4)

And now these three remain

Faith, hope and love.

But the greatest of these is

Love.

  

(Corinthians 13:13)

There can be miracle, when you believe…

Kupersembahkan karya ini untuk :

Yesus Kristus dan Bunda Mariaku

atas berkat, rahmat serta penyertaan-Nya

Mama dan Papa terkasih, yang oleh mereka aku

dibimbing

Mbah Yut, Mbah Kung dan Mbah Ti,

karena selalu mendukungku

Adikku tercinta, yang selalu buat hariku

cerah ceria

My Lovely, yang selalu setia menemaniku

dalam suka dan dukaku

  

ABSTRAK

Perbedaan Sikap Antara Laki-laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku ‘Teman Tapi Mesra’

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan sikap

antara laki-laki dan perempuan terhadap perilaku ‘Teman Tapi Mesra’. Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, ada perbedaan sikap antara laki-laki dan

perempuan terhadap perilaku ‘Teman Tapi Mesra’, laki-laki lebih mendukung

perilaku ‘Teman Tapi Mesra’ daripada perempuan.

  Jenis penelitian ini termasuk penelitian komparatif. Subjek penelitian ini

berjumlah 82 orang, yang terdiri dari 45 orang laki-laki dan 37 orang perempuan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memberikan sejumlah Skala Sikap

Terhadap Perilaku ‘Teman Tapi Mesra’ kepada subjek untuk diisi. Skala sikap

yang diberikan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data penelitian dianalisis

dengan Independent Sample t-test dari program SPSS for Windows versi 13.00.

  Hasil analisis uji-t menunjukkan nilai t = 14,912 dengan probabilitas 0,000

(ρ < 0,05). Mean subjek laki-laki adalah 105,02 dan mean subjek perempuan

adalah 68,51. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan terhadap perilaku ‘Teman Tapi

Mesra’, dimana laki-laki lebih mendukung perilaku ‘Teman Tapi Mesra’ daripada

perempuan.

  Kata kunci : sikap, laki-laki, perempuan

  

ABSTRACT

The Difference of Attitude between Men and Women

Toward The ‘Teman Tapi Mesra’ Behavior

  This research aimed to find the difference of attitude between men and

women toward the ‘Teman Tapi Mesra’ behavior. The hypothesis of this research

was there are difference of attitude between men and women toward the ‘Teman

Tapi Mesra’ behavior, men have more permissive attitude than women do.

  This type is a comparative study. The subjects of research was 82 people,

consist of 45 men and 37 women. The method of collecting data was done by

giving a scale to the subject, called the attitude scale of toward the ‘Teman Tapi

Mesra’ behavior. The validity and reliability of the scale had been tested before.

The research data was analyzed by Independent Sample t-test of SPSS program

for Windows 13.00 version.

  The result from t-test showed the value of t-test equal to 14,912 with the prob ability of 0,000 (ρ < 0,05). Mean of the men was 105,02 ; while mean of

women was 68,51. Based on this result of data analysis, it can be concluded that

there was differences of attitude between men and women toward the ‘Teman

Tapi Mesra’ behavior, that men have more permissive attitude than women do.

  Key words : attitude, men, women

KATA PENGANTAR

  Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan

penyertaanNya yang telah mengatur setiap langkah penulisan skripsi ini sehingga

akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi yang berjudul Perbedaan Sikap Antara Laki-laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku ‘Teman Tapi Mesra’ ini diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

  Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberikan dukungan,

semangat dan bantuan hingga selesainya skripsi ini :

  

1. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi atas

ijin yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian

  

2. Ibu Aquilina Tanti Arini, S. Psi, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan segala kesabaran dan perhatiannya. Terima kasih ya Bu atas masukan dan koreksiannya..

  

3. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi.,M.Si, selaku Ketua Program Studi yang

telah memberikan kelancaran penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Psikologi.

  

4. Ibu Nimas Eki, S. Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas

motivasinya…

  

5. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M. Si. dan ibu Agnes Indar E., S. Psi., Psi., M.

  Si. selaku dosen penguji skripsi, terimakasih banyak ya Bu atas kesabarannya merevisi skripsi ini.

  

6. Dosen-dosen Psikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama

menempuh bangku perkuliahan.

  

7. Seluruh Staff Fakultas Psikologi : Mas Gandung, Mbak Naniek, Mas Muji,

Pak Giek, Mas Doni…. atas keramahan dan bantuan selama mengikuti studi di Fakultas Psikologi….Matur thank you ya……

  

8. Mama, papa yang tercinta, buat perhatian, kasih sayang dan support yang

diberikan selama ini. Besar rasa hormat, terima kasih dan sayang penulis untuk mereka...

  

9. Mbah Yut, Mbah Kung kaliyan Mbah Ti atas segala doa dan dukungannya

selama ini. Matur nuwun sanget……

  

10. Gendutku dek Tia… yang selalu memberikan semangat dan selalu membuat

hari-hariku ceria.....Makaci ya dek...Mbak sayang adek...

  

11. 4 my husband wannabe Stevanus Roland Wadirenanto (thanks God I found U)

Thank U so much 4 love, 4 live, 4 everything that U gave & done for me...

  

12. Ibu, bapak, tante Santi sama om Dili yang terkasih, atas motivasi yang luar

biasa dan doa yang tiada henti…

  

13. Temen-temen baikku Picka, Ohaq, Mey, Cahya, Eu, Anggie, Tina, Laora,

Nining….Seneng banget punya temen-temen baik kaya’ kalian, makasih buat support kalian dan kebersamaan kita selama ini…Kapan ya kita bisa kumpul lagi ?? Miss u so much gals…

  

14. Kakak-kakakku mbak Elga, kak Yolla & kak Pancar…aku bersyukur punya

  

15. Keluarga mama papa, ibu bapak atas kesabarannya menunggu

kelulusanku…makasih untuk tidak lelah menanyakan “Kapan lulus Mith?”.....

  

16. Temen-temen paduan suara from St. Matthew Choir, St. Ignaz Choir and

Unisono Choir …makasih ya atas dukungan dan doa-doanya…

  

17. Anak-anak kos Canna like Nana, Fanny, Nur ….kapan kita Tour de Canna

lagee..

  

18. Teman-teman angkatan 02 yang belum lulus…ayo cepet dikerjain skripsinya,

gak usah saling menunggu….semua punya jatahnya sendiri2 kok....ayo kalian pasti bisa…semangat ya temen-temen…

  

19. Anak-anak Wisma Sukses : Okky, gank Nero (mbak Ami, dik Tyas, Nia,

mbak IJ, mbak Butet, mbak Nita, teh Monic, teh Poppy), Linda, mbak Citra, Zippo…thanks 4 the music

  

20. My cutie doggie…Jhony, Chiky, Gembul, Kiky, Moni, Lolo, Loli, Temi,

Bedu, Bona, Bimbi, Viro…jangan nakal ya…makasih buat keceriaan dan kelucuan kalian…

  

21. Ketua Umum PP BPOC dan semua stafnya, terimakasih atas kepercayaan dan

kesempatan yang diberikan kepada saya untuk bisa bekerjasama di PP BPOC.

  

22. Semua subjek try out dan penelitian….terimakasih atas kesediaan teman-

teman mengisi skala dan membantu kelancaran penelitian ini…..

  

23. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan, baik secara moril maupun materiil kepada penulis.

  Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segala

pihak, apabila dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah membebani dan

  

membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi

ini. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kemudian hari. Penulis berharap

karya penulisan ini dapat digunakan bagi kebaikan dan kepentingan bersama.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman

  HALAMAN JUDUL …………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..……………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………. v ABSTRAK ……………………………………………………………... vi ABSTRACT …………………………………………………………… vii PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ……………………………... vii KATA PENGANTAR ………………………………………………… ix DAFTAR ISI …………………………………………………………... xiii DAFTAR TABEL ……………………………………………………... xvii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xviii BAB

  I PENDAHULUAN ………………………………………………............. 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH ………………………….

  1 B. RUMUSAN MASALAH …………………………………….

  8 C. TUJUAN PENELITIAN ……………………………………..

  8 D. MANFAAT PENELITIAN ………………………………......

  8

  

1. Manfaat Teoritis …………………………………………

  8

  

2. Manfaat Praktis …………………………………………

  8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….

  9 A. PERILAKU TTM ……………………………………………

  9 1. Pengertian ………………………………………………..

  9 2. Faktor Penyebab Perilaku TTM ………………………...

  12 B. SIKAP ………………………………………………………..

  13

  1. Pengertian Sikap …………………………………………

  13

  2. Struktur Sikap ……………………………………………

  15 3. Analisis Fungsi Sikap …………………………………….

  17 4. Ciri-ciri Sikap …………………………………………….

  18 C. SIKAP TERHADAP PERILAKU TTM …………………….

  19 D. DEWASA DINI ……………………………………………...

  21 1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Dini …………….

  21

  2. Ciri Dewasa Dini …………………………………………

  23

  3. Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini ………………

  25 4. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan …………………...

  26 E. PERBEDAAN SIKAP LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN TERHADAP PERILAKU TTM ………………........................ 28

Skema Perbedaan Sikap Antara Laki-laki dan Perempuan

Terhadap Perilaku TTM ……………………………….……

  32 F. HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………

  33

  BAB

  III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………

  34 A. JENIS PENELITIAN ………………………………………..

  34 B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ……………….

  34 C. DEFINISI OPERASIONAL …………………………………

  34 D. SUBJEK PENELITIAN ……………………………………..

  36 E. PROSEDUR PENELITIAN …………………………………

  36 F. PRELIMINARY STUDY ……………………………………

  37 G. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ………...

  42 H. PERTANGGUNGJAWABAN ALAT UKUR ………………

  44 1. Validitas Isi ………………………………………..……..

  44

2. Analisis Item ………………………………..……………

  44 3. Reliabilitas ……………………………..………………...

  46 I. METODE ANALISIS DATA ……………………………….

  46 BAB

  IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………………

  48 A. PROSES PENELITIAN ……………………………………..

  48 B. DESKRIPSI DATA PENELITIAN …………………………

  49 C. UJI ASUMSI ANALISIS DATA ……………………………

  52 1. Uji Normalitas …………………………………………...

  53 2. Uji Homogenitas ………………………………………..

  53 D. UJI HIPOTESIS …………………………………………….

  54

  BAB

  V PENUTUP ……………………………………………………………..

  59 A. KESIMPULAN ……………………………………………..

  59 B. SARAN ……………………………………………………...

  59 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

  60

  DAFTAR TABEL Tabel 1 Hasil Prelimanry ………………………………………………..

  38 Tabel 2 Blue Print Skala Sikap Sebelum Uji Coba ………….................

  43 Tabel 3 Blue Print Skala Sikap Setelah Uji Coba ……………………….. 45

Tabel 4 Blue Print Skala Sikap Penelitian ………………………………. 45

Tabel 5 Gambaran Umum Subjek Penelitian ……………………………. 49

Tabel 6 Hasil Deskriptif Penelitian ……………………………………… 50

Tabel 7 Norma Kategori Skor …………………………………………… 51

Tabel 8 Kategorisasi Sikap Laki-laki Terhadap Perilaku TTM …………

  51 Tabel 9 Kategorisasi Sikap Perempuan Terhadap Perilaku TTM ……….

  52 Tabel 10 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ……

  53 Table 11 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas …………………… ……

  54 Table 12 Hasil Uji t dengan subjek laki-laki dan perempuan …….. ……

  54

  DAFTAR LAMPIRAN 1. Skala Sikap Terhadap Perilaku TTM Try Out …………………….

  64

  2. Data Try Out ………………………………………………………

  67 3. Uji Reliabilitas dan Validitas Item Setelah Try Out …………….

  76

  4. Uji Reliabilitas dan Validitas Item Penelitian ……………………

  77 5. Alat Penelitian ……………………………………………………..

  78 6. Data Penelitian …………………………………………………….

  81

  7. Uji Asumsi Penelitian

  a. Uji Normalitas Laki-laki ………………………………………

  96

  b. Uji Normalitas Perempuan ……………………………………

  97

  c. Uji Homogenitas ………………………………………………

  98

  d. Uji t (Independent Sample t-Test) ……………………………

  99

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

  “Cukuplah saja berteman denganku, janganlah kau meminta lebih, kutak mungkin mencintaimu, kita berteman saja, teman tapi mesra. Aku memang suka pada dirimu, namun aku ada yang punya, lebih baik kita berteman, kita berteman saja, teman tapi mesra.” (Lirik lagu Teman Tapi Mesra, voc. Ratu)

  Itulah sepenggal lirik lagu yang popular pada tahun 2006 yang menggambarkan bagaimana sebuah hubungan terbentuk menurut pencipta lagunya. Lirik tersebut meggambarkan bagaimana sebuah hubungan secara sengaja atau tidak sengaja terbentuk, dengan atau tanpa sebuah status yang jelas. Status berarti bentuk peranan dari tiap pelakunya misalnya status sebagai teman, pacar, suami atau istri.

  Salah satu bentuk gaya hidup yang sedang hangat dibicarakan saat ini adalah bentuk gaya hidup yang berkaitan dengan status seseorang dalam hubungan interpersonalnya. Suatu bentuk hubungan yang dapat terjadi pada seseorang yang telah mempunyai kekasih atau sedang menjalani hubungan dekatnya dengan orang lain, namun bisa juga terjadi atau dilakukan oleh seseorang yang masih single. Hubungan tersebut disebut teman tapi mesra yang dapat juga disingkat dengan TTM.

  Sirait (Gaya Hidup, 2007) mengatakan bahwa TTM diawali dengan saling ketertarikan satu sama lain dan setuju untuk menjalani hubungan tapi

  

TTM mereka untuk mempunyai pasangan lain. Kalau salah satunya ingin

berkencan dengan orang lain maka pasangannya tidak boleh merasa cemburu

atau protes. TTM menurut penulis adalah salah satu bentuk hubungan yang

membingungkan, bisa dikatakan demikian karena apabila disebut sebagai

kekasih, mereka tidak mengakui bahwa mereka berpacaran. Disebut berteman

juga tidak karena mereka menunjukkan kemesraan seolah-olah mereka sedang

berpacaran.

  TTM tersebut memang sedang menjamur akhir-akhir ini, dan dianggap

lumrah (Maryati, 2007). Kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi yang

bersangkutan, memilih TTM sebagai trend atau sekedar mengikuti gaya hidup

selebritis (Gaya Hidup, 2007). Tayangan infotainment di televisi banyak

mengungkap tentang gaya hidup selebritis yang demikian, sehingga fenomena

tersebut tidak lagi tabu dan asing untuk dibicarakan di tengah-tengah

masyarakat, bahkan di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta

perilaku TTM sudah menjadi trend.

  Data yang diperoleh tim Muda harian Kompas dengan mahasiswa

sebagai respondennya menyatakan bahwa 57 % responden pernah melakukan

TTM dan sisanya belum pernah. 22% responden mengatakan ingin mencoba

TTM sementara 44% mengatakan tidak ingin. Polling dari Harian Kompas

tersebut juga mengungkap reaksi responden terhadap TTM tersebut bahwa

yang mengatakan TTM itu menyenangkan ada 27%, 57% responden memilih

pacaran, 2% memilih menikah, 14% tidak menjawab (TTM atau Selingkuh,

2007). Data tersebut menunjukkan bahwa perilaku TTM bukan lagi

  

merupakan hal asing bagi para pemuda Indonesia. Melihat berbagai macam

reaksi tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa perilaku TTM ini juga masih

menimbulkan pro dan kontra. Terutama di kalangan mahasiswa yang sudah

memasuki usia dewasa dini.

  Masa dewasa dini adalah periode seseorang menjadi kritis dalam

menanggapi berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai

dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Dewasa dini dalam hal ini adalah

seseorang yang sudah memasuki perguruan tinggi sebagai mahasiswa dan

mahasiswi (Monks, 2002). Menurut Setiono, para individu usia dewasa dini

tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang

diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Mereka mulai

mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih

banyak alternatif lainnya (Setiono, 2002).

  Individu pada usia dewasa dini akan lebih banyak melakukan

pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini

diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para individu usia

dewasa dini mulai melihat adanya kenyataan atau hal lain di luar dari yang

selama ini diketahui dan dipercayainya (Keating dalam Santrock, 2002).

Mereka akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan

beragam jenis pemikiran yang lain. Para individu dewasa dini juga sering

menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat

tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering

  

dilakukan karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan

akibat jangka pendek atau jangka panjang (Setiono, 2002).

  Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada

usia dewasa dini berkembang karena mereka mulai melihat adanya

kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu

dengan kenyataan yang ada di sekitarnya (Perry dalam Widiarto, 2005).

  

Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir

dengan kenyataan atau hal yang baru. Perubahan inilah yang seringkali

mendasari sikap pemberontakan mereka terhadap peraturan atau otoritas yang

selama ini diterima (Setiono, 2002). Hal ini membuat para individu usia

dewasa dini mulai mencoba dan membentuk hal-hal baru sebagai gaya hidup

yang sesuai dengan pandangan dan penilaiannya.

  Hurlock (2003) mengatakan tugas perkembangan usia dewasa dini

adalah memilih teman hidup kemudian menyiapkan diri untuk membentuk

sebuah rumah tangga. Memilih teman hidup dan menyiapkan kehidupan

berumah tangga hendaknya membutuhkan suatu pembelajaran dan

tanggungjawab. Belajar mengenai kemampuan bersosialisasi (social skill),

belajar mengenai apa arti sebuah komitmen dan belajar bagaimana caranya

berempati (Setiono, 2002).

  Pelaku TTM dapat kehilangan kesempatan belajar, dalam hal ini

belajar untuk memilih dan memahami teman hidup karena pelaku TTM dapat

dengan mudah berganti pasangan, sehingga kesempatan mengenal pasangan

agar lebih dekat menjadi semakin kecil. Tidak ada tanggung jawab atau

  

kewajiban untuk saling menjaga perasaan atau hubungan berakibat pelaku

TTM tidak bisa berharap pasangan TTM mereka tidak berselingkuh, karena

mereka tidak memiliki komitmen. Hal ini menyebabkan pelaku TTM terbiasa

untuk tidak berkomitmen, sehingga pelaku TTM akan mengalami kesulitan

saat memasuki dunia rumah tangga.

  Perilaku TTM merupakan perwujudan dan hasil dari sistem

kapitalisme barat yang menyajikan ide permisivisme (serba boleh) dan

hedonisme (memuja kesenangan jasmani dan rohani), yang dengan jelas

memberikan kesempatan kepada kita untuk bebas melakukan apa yang kita

suka (Rachmatika, 2007). Bebas dalam artian boleh memiliki pasangan lebih

dari satu, bahkan bebas untuk melakukan aktivitas seksual layaknya pasangan

suami istri yang sering disebut seks pranikah (Rachmatika, 2007).

  Perwujudan permisivisme untuk melakukan seks pranikah membuat

kaum dewasa dini yang semestinya menyiapkan rumah tangga mengalami

kerugian. Kaum dewasa dini bisa saja terjebak dalam seks pranikah. Menurut

PKBI DIY (dalam Listyawati & Suprayogo, 2007) dampak dari seks pranikah

pada perempuan menurut data konseling tentang kehamilan yang tidak

dikehendaki adalah depresi berat, stres dan yang paling fatal bisa membuka

kemungkinan untuk bunuh diri. Keinginan untuk aborsi juga bisa timbul,

sehingga kesehatan reproduksi juga terancam (Yen dalam Pampo, 2004). Di

samping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini

disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan

  

adanya murid yang hamil di luar nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat

permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks (Mu’tadin, 2002).

  Masalah dan dampak yang timbul dari perilaku TTM tentunya

mengarahkan kaum dewasa dini pada suatu sikap tertentu. Sikap merupakan

suatu organisasi yang relatif menetap antara keyakinan, perasaan dan

kecenderungan terhadap sesuatu atau seseorang atau terhadap objek sikap

(Morris & Maisto, 2002). Sikap kaum dewasa dini dalam memandang perilaku

TTM berpengaruh pada kesiapan kaum dewasa dini dalam menghadapi salah

satu tugas perkembangannya yaitu mempersiapkan diri untuk memasuki

lembaga perkawinan (Hurlock, 2003). Sikap kaum dewasa dini terhadap

perilaku TTM dapat bersifat negatif dan positif, hal tersebut terdukung karena

perilaku sosial yang ada di sekitar mereka.

  Perilaku sosial adalah tingkah laku yang diharapkan oleh kelompok

masyarakat, tingkah laku tersebut sesuai dengan norma atau aturan yang ada

dalam masyarakat (Chaplin, 1993). Masyarakat mempunyai norma dan aturan

sendiri mengenai perilaku seksual pada laki-laki dan perempuan. Laki-laki

lebih bebas melakukan segala sesuatu termasuk hal-hal yang berhubungan

dengan pacaran dibandingkan dengan perempuan. Masyarakat cenderung

memberikan sangsi yang lebih longgar kepada laki-laki daripada kepada

perempuan saat mereka melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma

dalam masyarakat (Sarwono dalam Meidiana, 2005).

  Secara fisik maupun psikologis laki-laki dan perempuan berbeda.

Perbedaan itu ditambah dengan adanya orientasi dan proses belajar yang

  

berbeda pula. Sejak awal perempuan diajarkan untuk lebih mementingkan

hubungan dan lebih toleran terhadap aturan daripada laki-laki (Lips, 1988 ;

Giligan, 1997). Pada umumnya laki-laki mempunyai waktu yang lebih lama di

luar rumah dan bergabung dengan anggota sebayanya yang sering membuat

norma sendiri. Sesuatu yang dianggap baik adalah yang sesuai dengan norma

yang mereka buat, sedangkan perempuan lebih banyak berada di masyarakat

dan keluarga, sehingga norma sosial dan norma agama serta norma adat lebih

mempengaruhi sikap mereka (Lips, 1988 ; Giligan, 1997).

  Perilaku TTM sudah umum di kalangan muda, namun belum diterima

dalam masyarakat. Sangsi masyarakat yang lebih longgar untuk laki-laki dan

didukung oleh norma dari kaum laki-laki yang cenderung tidak sesuai dengan

norma masyarakat dapat membuat laki-laki lebih terbuka terhadap fenomena

TTM sehingga laki-laki mempunyai kemungkinan lebih besar untuk

melakukan TTM. Sangsi masyarakat yang lebih ketat pada perempuan dan

kecenderungan perempuan untuk patuh pada norma masyarakat yang ada

membuat perempuan lebih tertutup terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan

norma masyarakat, sehingga perempuan mempunyai kemungkinan yang lebih

kecil dibandingkan laki-laki untuk melakukan TTM.

  Penjelasan di atas membentuk asumsi bagi penelitian ini. Asumsinya

adalah sikap laki-laki cenderung lebih setuju dan menerima fenomena perilaku

TTM dibandingkan perempuan. Asumsi tersebut belum mempunyai bukti

empirik, maka peneliti ingin melihat perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan terhadap perilaku TTM dengan melihat bukti empirik melalui penelitian ini.

  B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada perbedaan sikap laki-laki dan perempuan terhadap perilaku ‘teman tapi mesra’ ? ”

  C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik ada atau tidaknya perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan terhadap perilaku

  ‘teman tapi mesra’.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat menambah kajian teoritis di bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial, khususnya tentang sikap laki-laki dan perempuan terhadap perilaku ‘teman tapi mesra’.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai adanya perbedaan sikap antara laki-laki dan perempuan terhadap perilaku ‘teman tapi mesra’.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU TTM

1. Pengertian Perilaku TTM

  Teman tapi mesra (TTM) merupakan hubungan yang tidak diawali dengan kata jadian dan biasanya dilakukan tanpa rasa memiliki. Intinya bisa mesra dan romantis tanpa harus menyandang status sebagai kekasih atau pacar (Teman tapi Mesra, 2007). Bisa dikatakan TTM adalah suatu hubungan yang kedua pelakunya tidak mau terikat dengan satu komitmen.

  Komitmen adalah salah satu bagian dari cinta, dimana komitmen adalah suatu elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara terus- menerus dan tetap ingin menjalankan suatu kehidupan bersama (Sternberg dalam Santrock, 1995). Maka, dalam hal ini pelaku TTM tidak memilikinya, walaupun mereka menginginkan sebuah kebersamaan, namun mereka tidak mempunyai kepastian akan dibawa kemana hubungan mereka.

  Sahabat, pendekatan dan TTM itu berbeda. Sahabat mempunyai tujuan yang jelas ke depan, karena mereka tahu batasan dan tujuan dari sebuah hubungan persahabatan, pendekatan juga mempunyai tujuan yang jelas, karena pada akhirnya seseorang yang melakukan pendekatan pasti akan menerima suatu keputusan dari orang yang sedang mereka dekati, ditolak atau diterima cintanya (Sisi Lain, 2007). Sedangkan TTM hanya

  

ingin menikmati kebersamaan dan perasaan pada saat ini, tidak ada

rencana ke depan yang jelas. Sering terjadi seseorang terlalu cepat

melanggar batasan itu, maksudnya adalah berbuat seolah-olah sudah

menjalani hubungan dalam komitmen, padahal belum ada komitmen

apapun (Sisi Lain, 2007).

  Perbedaan antara cinta dan persahabatan dapat dilihat dari skala

menyukai dan mencintai (Santrock, 1995). Menyukai adalah menyadari

bahwa orang lain sama dengan kita. Mencintai adalah percaya dan

melibatkan kedekatan serta ketergantungan. Suatu ketergantungan yang

terkadang tidak mempunyai tujuan dan orientasi yang tetap (Rubin dalam

Santrock, 2005).

  Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan

mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih (KBBI, 2002). Pelaku TTM

tidak memiliki komitmen untuk menjalin hubungan sebagai pacar, karena

mereka bisa memiliki pasangan lebih dari satu. Sternberg (dalam

Tambunan, 2001) mengurai cinta dalam tiga komponen, yaitu intimacy

(kedekatan), passion (gairah), dan commitment (komitmen).

  Bagian cinta dalam perilaku TTM yang pertama adalah keintiman

dimana keintiman adalah keinginan untuk membina hubungan. Ciri-

cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang

bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila

lama tidak bertemu, dan ada keinginan untuk bergandengan tangan atau

saling merangkul bahu. Dapat dikatakan dalam perilaku TTM juga

  

terdapat keintiman karena pelakunya merasa nyaman satu sama lain

(Tambunan, 2001).

  Kedua adalah gairah, dimana gairah adalah elemen motivasional

yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Pelaku

TTM mempunyai gairah, dimana mereka melakukan kontak fisik seperti

mencium bahkan berhubungan intim (Tambunan, 2001).

  Perilaku TTM tidak mengandung komitmen seperti yang sudah

dijelaskan di atas. Karena tidak ada komitmen maka tidak ada tanggung

jawab atau kewajiban untuk saling menjaga perasaan atau hubungan, maka

hubungan TTM juga bisa berakhir kapan saja. Menurut Dimas (Teman

tapi Mesra, 2007) dalam perilaku TTM tidak ada rasa cemburu dan tidak

ada rasa marah, apabila kita menjadi pelaku TTM kita bebas melakukan

apa saja, karena tidak ada komitmen apapun diantara keduanya. Seperti

yang telah dikatakan oleh Nurdin (2003) bahwa cemburu adalah perasaan

benci kepada orang yang menyaingi atau mengganggu haknya. Pelaku

TTM tidak mempunyai hak untuk saling memiliki, sehingga mereka juga

tidak memiliki rasa cemburu pada pasangan TTM mereka, seperti

pasangan pada umumnya.

  Salah satu artikel menuliskan bahwa dalam TTM, pihak laki-laki

pura-pura mencintai untuk mendapatkan tubuh pasangannya. Perempuan

memakai tubuhnya untuk mendapatkan cinta pasangan TTM mereka (Tips

n Trik, 2008). Hal ini membuktikan bahwa dalam TTM terdapat

kemungkinan pada pelakunya untuk benar-benar jatuh cinta, bahkan akhirnya memutuskan untuk berkomitmen. Seperti yang dikatakan oleh Lexius (Lofiversion, 2008) bahwa banyak pasangan yang awalnya menjalin TTM dan akhirnya saling mencintai dan tidak menutup kemungkinan hingga akhirnya menikah.

  Pengertian TTM dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa TTM adalah sebuah bentuk hubungan intim yang mengandung unsur gairah seksual antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak mengandung suatu komitmen apapun sehingga pelakunya dapat mempunyai pasangan lebih dari satu dan tidak terikat satu sama lain.