PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN SMA NEGERI I SEWON – BANTUL YOGYAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN
ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN SISWA PEREMPUAN
SMA NEGERI I SEWON – BANTUL YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh
Dewie Retno Eko Saputro
Nim: 989114148
Nirm: 980051121705120148
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ambillah Waktu Ambillah Waktu Untuk Berfikir, Karena itulah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk membaca, Karena itulah sumber hikmat. Ambillah waktu untuk bermain, Karena itulah rahasia untuk tetap muda. Ambillah waktu untuk berdiam, Karena itulah kesempatan untuk mencari Allah. Ambillah waktu untuk mengasihi dan dikasihi, Karena itulah anugerah Allah yang terbesar. Ambillah waktu untuk tertawa, Karena itulah musik bagi jiwamu. Ambillah waktu untuk bersahabat, Karena itulah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk berdoa, Karena itulah kekuatan terbesar di permukaan bumi ini.
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Tuhanku Yesus Kristus, Bapak Ibuku, dan Adik-adik tercinta
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, Februari 2007
Penulis
Dewie Retno Eko Saputro
ABSTRAK
Dewie Retno Eko Saputro (2007) Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa
Laki-laki dan Siswa Perempuan SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta.
Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan yang signifikan pada tingkat
kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, dengan asumsi siswa
perempuan lebih tinggi tingkat kecemasannya dari siswa laki-laki.Timbulnya kecemasan termanifestasi dalam tiga aspek, yaitu aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek fisiologis. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas
2 di SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta yang berjumlah 100 orang, dengan
rincian 42 orang siswa laki-laki dan 58 siswa perempuan. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala tingkat kecemasan yang diadaptasi dari TMAS
(Taylor Manifest Anxiety Scale) dari Janet Taylor (Byrne, 1961).Berdasarkan data statistik item dan reliabilitas skala tingkat kecemasan, 50
item dinyatakan lolos seleksi dengan koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,889.
Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan digunakan metode analisis data uji-t.Analisis data penelitian menghasilkan t-hitung = 2,450 dan nilai p = 0,016.
Hasil ini menunjukkan p < 0,05 = signifikan, (0,016 < 2,250) yang berarti ada
perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hal
tersebut menyatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian
menghasilkan mean empiris siswa laki-laki 24,67, sedangkan mean empiris siswa
perempuan 29,36. Karena mean empiris siswa perempuan lebih tinggi dari mean
teoritis, yang berarti kelompok siswa perempuan memiliki tingkat kecemasan yang
lebih tinggi dari siswa laki-laki.
ABSTRACK
Dewie Retno Eko Saputro (2007) the Difference of the Level of the Anxiety
between the Male Students and the Female Students in SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta: The Faculty Of Psychology, PsychologyDepartment, Psychology Study Program, Sanata Dharma University.
This research aimed at knowing the difference of the level of the anxiety
between the male students and the female students in SMA N I Sewon – Bantul
Yogyakarta. The hypothesis that was put forward was to have the difference that was
significant in the level of the anxiety between the male students and the female
students, and the assumption of the female students was taller the level of his anxiety
from the male students.The anxiety emergence manifested in three aspects, those are afektive aspect, the cognitive aspect, and the physiological aspect. nd
The subject in this research were male students and the female students of 2
grade of SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta that were numbering 100 people,
consist of 42 male students and 58 female students. Measurement used in this research
was the Scale of the Anxiety level that was adapted from TMAS (Taylor Manifest
Anxiety Scale) from Janet Taylor (Byrne, 1961).Based of the statistical item data and reliability of the Scale of the Level of the
Anxiety, 50 items were used with the coefficient alpha of 0.889. To know was not the
difference of the level of the anxiety between the male students and the female
students was used by the analysis method of the data t-test.The analysis of the research data was received t-counted = 2.450 and the value p =
0.016. These results showed p < 0.05 = significant, (0.016 < 2.250) that means to have
the difference in the level of the anxiety between the male students and the female
students. This matter stated that the hypothesis was in this research accepted. Results
of the research was received mean empirical the male students 24.67 whereas mean
empirical the female students 29.36. Mean empirical the female students was taller
than mean theoretical, it was significant the group of the female students had the level
of the anxiety that was higher than the male students.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukurku hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, Allahku yang hidup.
Berkat campur tangan Tuhan atas segala perkara dalam kehidupanku, proses
pembuatan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi dengan judul ”Perbedaan
Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMA N I Sewon –
Bantul Yogyakarta” ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana psikologi pada program studi psikologi Universitas Sanata Dharma –
Yogyakarta.Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang mendukung hingga
selesainya skripsi ini, kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas kekuatan hidup baru, sukacita, berkat, kasih, cinta,
kesetiaan, perlindungan, dan campur tanganNya dalam kehidupanku aku percaya
apa yang telah aku kerjakan tidak akan sia-sia, Amin.2. Bapak P. Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma-Yogyakarta.
3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., selaku Pembantu Dekan I dan Dosen Pembimbing Akademik, atas dorongannya. Terlebih untuk kesediaannya
meluangkan waktu, mendengarkan segala kesulitan yang dialami penulis selama
menyelesaikan skripsi.4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi atas
koreksi, masukkan, semangat dan kesabarannya sampai terselesainya skripsi ini.
5. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma – Yogyakarta, tempat aku
berproses menjadi sarjana. Seluruh dosen Akademik Fakultas Psikologi atas ilmu
yang sangat bermanfaat, seluruh pengajar dan staf, perpustakaan USD dan karyawannya, mas Gandung, pak Gik atas kemudahan dan keramahannya, sungguh luar biasa.6. Bapak Drs. Suharja selaku kepala sekolah SMA Negeri I Sewon Bantul – Yogyakarta atas ijin penelitiannya, Ibu guru Karmiyati, Ibu Sujarwi dan Ibu
Yumroni selaku guru BP untuk kesediaan dan waktu yang diberikan. Serta adik- adik kelas 2 SMA Negeri I Sewon Bantul – Yogyakarta yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Y. Tri Joko J.P dan Ibu Timbul Sri Rahayu atas kesabaran yang tiada batas, untuk doa yang tak berujung, yang tiada lelah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Adik-adikku terkasih, Andhi Sapto Prabowo S.E, Dhimas Kristianto dan Ajeng
Kristianti yang selalu membuatku lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan.
9. Om Wahyu & Bulek Mary sekeluarga atas petuah bijak, semangat dan potret
keluarga sempurna and all of Atmo Surono family.
10. Bapak Suharto alias ”babe” atas dukungan yang sangat berarti bagi penulis,
ucapan terimakasih belumlah cukup untuk mewakili semua yang babe sediakan.
11.
“Among” yang membuat hidupku lebih berarti.
12. Tiara ”Ulit” Putri, Indah ”Susan” Susanti, Rosna ”Icha” Lisa, Evelyn Romora ”Mora” Hutapea, sahabat-sahabat terbaik yang selalu punya tempat dihatiku, karena kalian hidupku jadi lebih berwarna.
13. Semua teman-teman angkatan 98, Rully & Ari-nya, Yona, Ika, Hera, Shita, Etta
”Donat”, Lephi, Lina, Yona, Hengky, Sunu, Martin, Bram, Ardhi, Kowuk, Amek,
untuk kebersamaannya. Teman-teman seperjuangan skripsi, Yuni, Biyik, Darmono, Anton, Charles Meyer, yang sudah pendadaran, doakan aku segera menyusul!14. Opik, Shela & Dede Sadam atas keceriaan dan motivasinya, rukun terus ya….! 15.
Indah, Endah, Wiwit, Inta, Dery, Ayuk, Sisca, Atik Cecek, Duwik, Yeyen, Fenny,
Dhe Chi2k, teman-teman kost Anne, Bonding, Day-day, Yoya, dunia sepi kalo ga
ada kalian.
16. Abi, sahabat setia yang selalu mengajarkanku akan kebijaksanaan menghadapi
hidup, untuk keceriaan yang tiada akhir. Terimakasih telah memberi warna tersendiri dalam hidupku, sahabat yang luar biasa! 17. Keluarga Sagan GK V/ 877 my second family, terimakasih untuk dukungannya.Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dan ketuluasan mereka, serta
kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu
sampai dengan selesainya skripsi ini.Penulis banyak menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Sehingga, untuk dapat berevolusi
menuju kebaikkan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Tuhan Yesus Memberkati.Yogyakarta, Februari 2007 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. vABSTRAK………………………………………………………………... vi
ABSTRACK…………………………………………………………….... vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………. vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
1 A.
Latar Belakang…………………………………………………
1 B.
Rumusan Masalah……………………………………………..
10 C.
Tujuan Penelitian………………………………………………
10 D. Manfaat Penelitian……………………………………………..
10 1. Manfaat Teoritis……………………………………….
10 2. Manfaat Praktis………………………………………..
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 11
A. Kecemasan…….……………………………………………… 11
1. Pengertian Kecemasan………………………………... 11
2.
13 Dimensi Kecemasan…………………………………… 3. Reaksi Kecemasan…………………………………….. 16 4.
18 Aspek Kecemasan……………………………………..
B.
19 Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan……… ………….........
1.
19 Remaja………………………………………………… 2.
24 Perbedaan Remaja Laki-laki dan Remaja Perempuan… C.
31 Dinamika Antar Variabel…..………………………………….
D.
35 Hipotesis………………………………………………………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………
36 A. Jenis Penelitian…………………………………………………
36 B. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………...
36 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………
36 D. Subyek Penelitian……………………………………………...
38 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………..
39 F Metode Analisis Data....………………………………………...
42
1. Uji Validitas Isi .....................…………………………..
42
2. Korelasi Item Total……………………………………..
42
3. Uji Reliabilitas………………………………………....
43
4. Uji Asumsi....................................................................... 45
a. Uji Normalitas...................................................... 45
b. Uji Homogenitas................................................... 45
5. Uji Hipotesis.....................................................................
45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………
47 A. Persiapan Penelitian……………………………………………
47
1. Validitas Isi………………………………………………
47
2. Korelasi Item Total …………………………………
48
3. Reliabilitas……………………………………...... 48
B. Pelaksanaan Penelitian………………………………………….49 C. Deskripsi Data Penelitian……………………………………….
49 D. Analisis Data…………………………………………………….
53
1. Uji Asumsi……………………………………………….
53
2. Uji Hipotesis……………………………………………..
54 E. Pembahasan……………………………………………………...
55 BAB V PENUTUP………………………………………………………….
60 A. Kesimpulan……………………………………………………… 60 B. Saran……………………………………………………………..
60 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
63 LAMPIRAN………………………………………………………………..
66
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman Tabel 1 Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Kecemasan
(Sebelum Uji Coba)………………………………………….
40 Tabel 2 Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Kecemasan (Setelah Uji Coba)…………………………………………… 48 Tabel 3 Tabel Norma Kategorisasi……………………………………
50 Tabel 4 Tabel Kategorisasi Tingkat Kecemasan Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan………………………………………… 50 Tabel 5 Tabel Gambaran Kategori Tingkat Kecemasan Pada Tiap Aspek………............................................................ 50 Tabel 6 Tabel Gambaran Kecemasan Antar Aspek Pada Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan……………………………… 52 Tabel 7 Tabel Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan............................................... 54
LAMPIRAN A.
Hasil Validitas dan Reliabilitas Penelitian.
B.
Hasil Perhitungan Uji-t (Independent Sample T-test).
C.
Skala Kecemasan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale).
D.
Surat Keterangan Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas utama bagi seorang siswa adalah belajar, sekolah sebagai tempat
belajar para siswa memiliki fungsi ganda. Selain tempat belajar sekolah memiliki
fungsi sosial, yaitu menekankan kepada pengaruh-pengaruh sosial dari pada
pengalaman murid-murid di dalam kelas. Siswa laki-laki dan siswa perempuan
tidak saja mengalami perkembangan fisik dan intelektual, tetapi juga mengalami
proses sosialisas. Mereka sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam
mempersiapkan diri menjadi orang dewasa yang baru (Sulastri, 1983).Sekolah dapat dikatakan sebagai masyarakat para siswa. Pada umumnya
para siswa menghabiskan waktu di sekolah selama tujuh jam dalam sehari, belum
termasuk waktu yang digunakan untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Hal
ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari waktu yang dimiliki para siswa
dalam sehari dihabiskan di sekolah, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa
sekolah berperan penting dalam mempengaruhi perkembangan mental para siswa
dalam melewati masa remajanya.Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan ketika memasuki usia remaja,
selain mempunyai tugas belajar sebagai seorang siswa. Menurut Havighurst
(Hurlock, 1990), tugas-tugas itu disebut sebagai tugas perkembangan remaja, baik
bagi remaja laki-laki maupun remaja perempuan.Tugas perkembangan diartikan sebagai tugas yang harus diselesaikan pada
suatu periode tertentu dalam kehidupan, karena merupakan petunjuk bagi
seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang diharapkan dan menjadi
tuntutan masyarakat serta lingkungan terhadap keberadaan remaja. Tugas
perkembangan remaja ini berlaku juga bagi para siswa laki-laki dan siswa
perempuan kelas 2 SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta yang sedang
memasuki masa remaja. Dikarenakan usia kronologis mereka berkisar antara 15- 18 tahun yang dikategorikan sebagai remaja pertengahan (Monks, 1996).Masa remaja sering dikatakan sebagai masa yang paling sulit dalam
seluruh rentang kehidupan manusia (Hurlock, 1990). Remaja tidak hanya
mengalami suatu perubahan fisik tetapi juga perubahan kognitif, sikap dan
tuntutan sosial, sehingga dalam menghadapi segala tuntutan kehidupan remaja
membutuhkan dukungan dalam segala segi kehidupan, terlebih dukungan dari
keluarga. Interaksi remaja dengan anggota keluarganya sangatlah penting, karena
dapat membentuk kepribadian dan menciptakan kondisi mengenai cara
berkembang dengan orang lain.Proses perkembangan hubungan sosial remaja dimulai dari hubungan
dengan teman-teman sebaya mereka. Ketika remaja diterima dalam suatu
kelompok tertentu maka akan menimbulkan rasa percaya diri untuk
mengembangkan kemampuan sosial dalam lingkup yang lebih luas. Sebaliknya
ketika remaja ditolak oleh teman sebayanya maka hal ini dapat menciptakan
kecemasan untuk memulai proses interaksi dengan orang lain.Kecemasan yang dialami remaja timbul ketika menemui permasalahan
dalam kehidupan, mereka merasa tidak mampu mengatasi kesulitan dalam
kehidupannya. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Davidson dan Neale (2000),
bahwa individu yang mengalami gangguan kecemasan umum (generalized anxiety
disorder ), merasa tidak mampu mengatasi situasi dalam kehidupan sehari-hari
sehingga merasa takut dengan sebagian besar waktu yang dijalani. Ketika individu
berhadapan dengan stimulus yang menyakitkan dan tidak memiliki kontrol yang
seimbang dalam merespon stimulus tersebut maka akan timbul kecemasan.Kecemasan didefinisikan oleh Kretch and Qrutch (Hartanti dan
Dwijayanti, 1997), sebagai suatu keadaan tidak menyenangkan yang dialami oleh
seseorang yang muncul karena ketidakmampuan menyelesaikan suatu
permasalahan atau kurang siap dalam menghadapi situasi baru. Darajat (1996),
menambahkan pengertian kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika individu sedang mengalami
tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin.Beberapa ahli mendefinisikan kecemasan sebagai bagian dari emosional
umum yang meliputi ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan, dan adanya
rangsangan fisiologis terhadap sesuatu yang tidak jelas serta membaur dan
mempunyai ciri menghukum diri, terutama dalam menghadapi situasi kehidupan
sehari-hari (Kartono, 1981; Furhmann, 1990).Remaja yang cemas cenderung merasa tidak memiliki kemampuan dalam
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga tidak jarang kecemasan
yang timbul menyebabkan rendahnya rasa kepercayaan diri pada remaja. Ketika
remaja merasa rendah diri dan merasa tidak yakin akan kemampuan yang
dimilikinya maka akan menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, seperti: berhubungan dengan orang
lain, bebas mengekspresikan dirinya, mengetahui dan menerima kemampuan diri
sendiri, dapat menguasai diri berdasarkan dengan norma dan nilai yang berlaku
serta meninggalkan cara penyesuaian diri yang kekanak-kanakan (Gunarsa, 1986).
Pada dasarnya kecemasan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan,
dapat bernilai positif jika seseorang mampu melakukan penyesuaian positif untuk
mengurangi kecemasan serta dapat bernilai negatif jika kecemasan tersebut
menjadi kecemasan yang neurotik (Byrne, 1991).Kecemasan yang dialami remaja akan mempengaruhi kondisi fisik, psikis,
maupun kognitifnya. Secara kognitif mempengaruhi proses berfikir dan
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dalam pelajaran sehingga akan
berpengaruh pada prestasi akademiknya (Maher dalam Calhoun & Acocella,
1990). Ditambahkan lagi bahwa kecemasan yang dialami seseorang umumnya
dapat menurunkan kualitas hidupnya, pendidikannya gagal serta karirnya
berantakan (Surabaya Post, 2 Juli 1997). Secara fisiologis kecemasan akan
termanifestasi dalam tidak lancarnya perilaku, seperti gerakan yang terpotong-potong, bergetar, merapikan pakaian atau tampilan rambut, bahkan perubahan
tinggi suara, (Maher dalam Calhoun & Acocella, 1990).Sedangkan gejala psikis (afektif) akibat kecemasan akan menimbulkan
perasaan takut dan khawatir atas suatu kejadian yang akan menimpa mereka,
perasaan gelisah, rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, dan perasaan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1979). Terlebih lagi perasaan takut akan
ketidakmampuan dalam melaksanakan tugas perkembangan sebagai remaja,
maupun dalam menjalankan fungsinya dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat.Remaja yang mengalami kesulitan dalam mencapai tugas perkembangannya akan tampak ketika mengalami kesulitan dalam berhubungan
sosial dengan teman sebaya atau ketika berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya. Bagaimanapun juga sosialisasi yang baik akan membantu remaja
untuk mandiri, membuat rencana-rencana, menentukan pilihan dan
mengembangkan tanggung jawab atas perilakunya sendiri.Berdasarkan beberapa teori dan penjelasan diatas, penulis menyadari
bahwa kecemasan yang dialami remaja akan sangat berpengaruh bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang. Sehingga penulis tertarik untuk
memfokuskan penelitian pada remaja usia 15-18 tahun, dengan asumsi bahwa
remaja pada kisaran usia tersebut mengalami peralihan dari usia remaja awal
menuju usia remaja akhir, sehingga memiliki tugas perkembangan yang harus
diselesaikan untuk memasuki usia dewasa.Dikhawatirkan apabila remaja tersebut mengalami kecemasan yang
berkepanjangan akan mengganggu fungsi dan perannya dalam kehidupan
bersosialisai di masyarakat, keluarga serta dunia kerja di masa yang akan datang.Peneliti mencantumkan beberapa teori dan penelitian yang berhubungan dengan kecemasan serta berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin. Ditemukan
hasil bahwa perempuan lebih dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan
dibandingkan dengan laki-laki (James dalam Smith, 1968).Hal ini disebabkan perempuan menganggap bahwa kualitas hubungan interpersonal dengan orang-orang disekeliling mereka merupakan hal yang sangat
penting dan merupakan prioritas hidup dibandingkan dengan laki-laki. Karena
kaum perempuan lebih dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, sehingga
menyebabkan perempuan lebih cemas dibandingkan laki-laki yang cenderung
menganggap kurang penting lingkungannya. Pernyataan tersebut dikuatkan
dengan hasil sebuah studi kecemasan, yang menyatakan bahwa perempuan lebih cemas dibanding dengan laki-laki (Maccoby and Jacklin, 1974).Selain secara fisik perempuan dan laki-laki dipandang memiliki perbedaan dalam hal psikis. Perempuan dinilai lebih feminin sementara laki-laki maskulin.
Dalam studi tentang kecemasan yang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin
Myers (1983), mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan
ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki. Dikatakan juga bahwa laki-laki lebih aktif, eksploratif, dan lebih rileks sedangkan perempuan lebih sensitif.Berawal dari hal-hal tersebut maka dinamika tingkat kecemasan antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan menjadi berbeda. Kecemasan yang dialami
siswa perempuan ternyata cenderung lebih kompleks, selain lebih dipengaruhi
oleh tekanan lingkungan, perempuan ternyata juga cenderung cemas akan
ketidakmampuannya. Sementara laki-laki lebih rileks dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan lingkungannya, serta tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan
lingkungan, sehingga menjadikan laki-laki tidak lebih cemas dari perempuan.Hal tersebut membuat perempuan cenderung lebih mengembangkan
aspek-aspek yang mendukung kualitas hubungan, seperti: memiliki empati yang
tinggi, mempunyai sifat memelihara, cenderung mengungkapkan perasaan ketika
memiliki kedekatan hubungan dengan orang lain serta cenderung peka terhadap
orang lain dibanding dengan laki-laki. Sedangkan laki-laki lebih mengarah dan
mengembangkan potensinya pada kemandirian, rasa percaya diri, tegas, lebih
berorientasi pada pencapaian tujuan, serta lebih menekankan pada petualangan
(Lips, 1988).Menurut teori Byrne (1961), kecemasan ditunjukkan oleh aspek-aspek
yang mencolok (overt) dari perilaku kecemasan, seperti: berkeringat, muka
kemerahan, gemetar. Sebagian lagi mengandung keluhan-keluhan somatik,
misalnya: perut terasa mual, pusing, diare, gangguan lambung. Sedangkan aspek
lain yang menyertai kecemasan ditunjukkan melalui: kesulitan berkonsentrasi,
perasaan eksitasi atau tidak dapat istirahat, menurunnya kepercayaan diri,
sensitivitas yang berlebihan terhadap orang lain, perasaan tidak bahagia dan tidak
berguna.Johnston (1971), mendefinisikan kecemasan sebagai reaksi terhadap
adanya ancaman, hambatan, terhadap keinginan pribadi atau perasaan tertekan
yang dapat disebabkan oleh perasaan kecewa, rasa tidak puas, tidak aman, atau
sikap bermusuhan dengan orang lain.Tanda-tanda kecemasan adalah dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah
dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-
perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah
diri, dan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1979).Gejala fisiologis yang sering menyertai kecemasan antara lain: timbulnya
gerakan-gerakan yang tidak terkontrol, salah tingkah dan gejala-gejala psikologis
seperti perasaan ragu-ragu, emosional dan tertekan (Bucklew, 1980).Pada dasarnya kecemasan merupakan suatu keadaan yang umum dialami
oleh setiap prang, karena tidak ada kehidupan tanpa tantangan. Tantangan tersebut
dapat berarti positif jika seseorang menjadi semangat dan bergairah, dapat pula
mempunyai arti negatif jika seseorang menjadi putus asa karena adanya tantangan
(Steiner dan Gebser, 1962).Kecemasan merupakan suatu gejala jiwa yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan menusia. Dengan demikian kecemasan yang dialami remaja
tentunya memerlukan perhatian khusus dari orang-orang terdekat terutama
keluarga, yang dapat memberikan serta menumbuhkan rasa aman dan
kepercayaan diri, sehingga kecemasan yang mereka alami dapat berkurang dari
frekuensi tinggi menjadi frekuensi rendah atau hilang.Dikhawatirkan jika tidak segera diatasi hal ini dapat mengganggu fungsi
dan peran remaja dalam bersosialisasi di masyarakat, keluarga, serta untuk dunia
kerja di masa yang akan datang. Kecemasan merupakan suatu gejala jiwa yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, dikhawatirkan bila seseorang
yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi cenderung akan memiliki tingkat
gangguan jiwa yang tinggi pula.Hal ini sejalan dengan pendapat Second (1976), kecemasan yang dialami
seseorang akan menghambat proses penyesuaian sosialnya, mengakibatkan
seseorang menghindari hubungan sosialnya dengan orang lain yang bersifat intim
atau mengurangi kegiatan-kegiatan menyenangkan yang biasa dilakukan. Jika hal
ini terus berlanjut, maka individu akan memiliki pikiran-pikiran negatif dan
merasa seolah-olah terancam dalam situasi sosial yang sebenarnya tidak
mengancamnya (Leary, 1983).Penulis menyadari bahwa kecemasan memberikan kontribusi yang kurang
baik bagi kelangsungan hidup di masa yang akan datang, terlebih bagi remaja
yang sedang memasuki masa paling sulit dalam seluruh rentang kehidupan
manusia. Sehubungan dengan hal tersebut penulis memfokuskan penelitian pada
remaja pertengahan usia 15-18 tahun, lebih spesifik lagi siswa laki-laki dan siswa
perempuan SMA kelas 2.Dengan asumsi bahwa remaja pada kisaran usia tersebut mengalami
peralihan dari usia remaja awal menuju usia remaja akhir, maka memiliki tugas
perkembangan yang harus diselesaikan untuk memasuki usia dewasa. Sehingga
diharapkan nantinya kecemasan tidak mengganggu fungsi dan perannya dalam
kehidupan bersosialisasi di masyarakat, keluarga serta untuk dunia kerja di masa
yang akan datang.Dari berbagai fakta yang berkaitan dengan kecemasan yang dialami oleh
siswa laki-laki dan siswa perempuan yang sedang memasuki usia remaja, maka
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang: ”Perbedaan Tingkat
Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan SMA Negeri I
Sewon – Bantul Yogyakarta”.B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah dapat disimpulkan yang menjadi fokus
permasalahan adalah apakah ada perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-
laki dan siswa perempuan kelas 2 SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta.C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kecemasan antara siswa
laki-laki dan siswa perempuan kelas 2 SMA Negeri I Sewon – Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat teoritis a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi bidang psikologi mengenai masalah kecemasan, khususnya tentang perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, lebih spesifik lagi siswa kelas 2 SMA.
b. Menjadi literatur untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis Bagi pembaca dan peneliti lain, penelitian ini bermanfaat memberi gambaran tentang perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, khususnya siswa SMA kelas 2. Diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi informasi dan pertimbangan bagi remaja, pendidik dan keluarga agar dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam rangka mengantisipasi terjadinya kecemasan yang berkepanjangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau dalam bahasa inggrisnya ”anxiety”, berasal dari bahasa
latin ”angustus” yang berarti kaku dan ”ango, anci” yang berarti mencekik. Byrne
(1991), menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami oleh
individu pada saat mengalami ketakutan. Ciri utama kecemasan adalah obyeknya
yang tidak jelas.Menurut Wignyo Soebroto (1981), ada perbedaan yang mendasar antara
kecemasan dan ketakutan. Pada ketakutan, apa yang menjadi sumber penyebabnya
selalu dapat ditunjuk secara nyata, sedangkan kecemasan sumber penyebabnya
tidak dapat ditunjuk dengan jelas dan tepat. Sedangkan Prasadio (1975),
mendefinisikan kecemasan sebagai suatu pengalaman emosional yang dirasakan
sebagai suatu respon yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa yang dirasakan
dan tidak diketahui penyebabnya.Hall dan Lindzey (1978), mendefinisikan kecemasan sebagai kondisi
psikologis ketika individu merasa terganggu akibat adanya kondisi yang
mengancam meskipun masih bersifat kabur dan tidak jelas apa yang menjadi
penyebabnya. Menurut Wilson, Nathan, dan Clark (1996), kecemasan diartikan
sebagai paduan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang dicirikan dengan
perasaan ketidakmampuan untuk mengontrol dan untuk memprediksikan terhadap
peristiwa-peristiwa dalam hidup yang tidak diinginkan.Pada dasarnya kecemasan yang normal dapat merupakan fungsi yang
bermanfaat sehingga dapat membuat seseorang melakukan sesuatu hal atau
gerakan yang luar biasa, akan tetapi kecemasan yang berlebihan dapat berakibat
merugikan, misalnya menjadikan seseorang depresi, merasa tidak ada harapan dan
putus asa, Cammeron (1963). Munculnya kecemasan dalam diri seseorang akan
memotivasi pribadi tersebut untuk melakukan sesuatu, bisa lari dari daerah yang
mengancam untuk menghalangi impuls yang membahayakan atau menuruti suara
hati (Corey, 1997; Hall, 1993).Ketika seseorang berada dalam keadaan cemas, ia berada dalam
pengalaman ketakutan tertentu, tetapi tidak diketahui penyebabnya dengan pasti
bahkan kesulitan untuk mengatakan apa yang membuatnya takut (O’kelly &