Pembelajaran fisika menggunakan model inteligensi ganda yang konstruktivis dalam pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya pada siswa kelas X6 SMA N 2 Yogyakarta - USD Repository

  

PEMBELAJARAN FISIKA

MENGGUNAKAN MODEL INTELIGENSI GANDA

YANG KONSTRUKTIVIS DALAM POKOK BAHASAN

PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA

PADA SISWA KELAS X

6 SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Fisika Oleh:

  Scholastica Sri Endah Dewi Pujiastuti NIM: 031424030

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  ….

  Kesengsaraan Itu Menimbulkan Ketekunan, Dan Ketekunan Menimbulkan Tahan Uji Dan Tahan Uji Menimbulkan Pengharapan Dan Pengharapan

  ….

  Selalu Tidak Mengecewakan ( Ro m a 5 : 3 - 5 ) Kupersembahkan dengan hati untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, Bapak dan Ibu, Segenap cinta Serta Almamaterku

  

ABSTRAK

  Scholastica Sri Endah Dewi Pujiastuti, Pembelajaran Fisika Menggunakan

  

Model Inteligensi Ganda yang Konstruktivis dalam Pokok Bahasan Pemantulan dan

Pembiasan Cahaya pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Yogyakarta . Program Studi

  6 Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, kreativitas dan menunjukkan adanya keterlibatan siswa dengan respon sikap positif selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan model inteligensi ganda yang konstruktivis dalam pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya.

  Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pre test, modul kegiatan siswa, simulasi komputer, kuesioner, lembar pengamatan kegiatan siswa dan

  post test .

  Penelitian ini diawali dengan mengerjakan pre test. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran terbagi menjadi tiga tahap yaitu kegiatan praktikum, presentasi-diskusi dan simulasi komputer. Setelah pembelajaran berakhir siswa mengerjakan post test dan diakhiri dengan pengisian kuesioner oleh siswa. Secara keseluruhan penelitian dengan menggunakan model inteligensi ganda yang konstruktivis ini membutuhkan waktu tiga bulan dari bulan Maret sampai Mei 2007.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika menggunakan model inteligensi ganda yang konstruktivis meningkatkan: (1) pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya, (2) keterlibatan siswa selama proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan respon sikap positif siswa, (3) kreativitas siswa dalam pembelajaran.

  ABSTRACT

  Scholastica Sri Endah Dewi Pujiastuti, Physics teaching Using Constructivist

  Model of Multiple Intelligences in Reflection and Refraction of Light to student X

  6 Class in SMA 2 Yogyakarta . Physics Education Study Program, Department of

  Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

  The aim of this research was to increase the student understanding concept, creativity and shown student involvement with positive respond during the teaching process using constructivist model of multiple intelligences in reflection and refraction of light.

  Instruments in this research are pre test, practicum modul, computer simulation, questionare, student observation sheet and post test. The research was started by doing the pre test. The teaching activity was divided into three phases that were practicum activity, presentation-discussion and computer simulation. After teaching activity students did the post test and filled questionare. This research had been done during three months, from March until May 2007.

  This research shows that the teaching process used constructivist model of multiple intelligences in reflection and refraction of light can increase: (1) students concept understanding, (2) students involvement with positive respond during the teaching process, (3) students creativity.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan berkat limpahan karunia-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Fisika Menggunakan Model

  

Inteligensi Ganda yang Konstruktivis Dalam Pokok Bahasan Pemantulan dan

Pembiasan Cahaya Pada Siswa Kelas X

  6 SMA Negeri 2 Yogyakarta

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu program studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Banyak kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Romo Dr. Paulus Suparno, S.J, MST, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan senyum, waktu, kesabaran dan bimbingan selama proses diskusi dan revisi.

  2. Bapak Drs. Domi Saverius, M.Si selaku kaprodi.

  3. Bapak Drs. Timbul Mulyono, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 2 Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

  4. Bapak Hadi Siswoyo, S.Pd, selaku guru Fisika SMA Negeri 2 Yogyakarta

  5. Keluarga besar SMA Negeri 2 Yogyakarta, terimakasih untuk kerjasamanya.

  6. Bapak Drs. R. Rohandi M.Ed., Terimakasih untuk segala kepedulian dan bantuannya dalam pemahaman materi pemantulan dan pembiasan cahaya serta dosen-dosen Pendidikan Fisika, terimakasih untuk ilmu yang diberikan kepada penulis.

  7. Bapak dan Ibu di rumah, Stev. Marsono dan Maria Kristina Srimulyani untuk segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan, kesabaran, kepercayaan dan pengorbanannya sehingga penulis bisa menyelesaikan kuliah ini. Kupersembahkan semua ini untuk bapak dan ibu tercinta.

  8. Mas Andy, terimakasih atas pinjaman handicamnya.

  9. Sahabatku, Nana (karenamu aku belajar untuk menjadi kuat dalam menjalani semuanya), Lilis & Ica (makasih tawa manisnya, semangat, dukungan, dan kebersamaannya), Jose (banyak pengalaman yang kudapat darimu), Dias (makasih ditemani mengurus ijin penelitian), Eko & Boni

  (banyak keceriaan yang kalian berikan), Jujur banyak kata yang ingin kuungkapkan tapi selalu berujung pada ucapan terimakasih yang tulus.

  10. Teman-temanku, P.Fis 2003 (Rosa terimakasih ya mau jadi guru private ku, Lusy, Ely, Siwi terima kasih pinjaman Laptopnya), Mas Grace (P.Fis 00), mas Aka (P.Fis 02), dan Jajax (P.Mat 03) terimakasih bantuan

  11. Tina (Far.03), terimakasih atas kebersamaannya, keceriaannya, dan kasih sayangnya. Terimakasih mau menjadi teman berbagi selama ini dan atas hari-hari indah yang pernah kita lewati bersama.

  12. Teman-teman “Wisma Rosari”, Suci, Agnes, Ade’ku Esti (kutunggu hadiahnya), Jean, Dela, Vivi, Dewi, Nice, Mba Nine, Mba Esti, Mba Dinta, Eya. Terimakasih untuk diskusinya, semangat dan keceriaannya.

  13. Paulus Hernadi, Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih atas doa dan Firman yang kau beri setiap jam 12 malam. Terimakasih atas bahu disaat aku ingin menangis, telinga disaat aku ingin bercerita dan teriakan di saat aku sudah menyerah. Terimakasih atas alunan lagu yang diciptakan untuk menghiburku, bantuan selama penelitian di sekolah, dukungan, kesabaran, cinta, kasih sayang dan kepercayaannya. Aku bersyukur mendapatkan semuanya, dan akhirnya senyum ini untuk mu.

  14. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu disini.

  Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna maka saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

  Yogyakarta,

  9 Juli 2007

  

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR.................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xix

  

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...............................................................................

  1 B. Perumusan Masalah .......................................................................

  4 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................

  4 D. Manfaat Penelitian .........................................................................

  5

  BAB II. DASAR TEORI................................................................................ 6 A. Model Pembelajaran......................................................................

  6 1. Pembelajaran Inteligensi Ganda..............................................

  6 2. Pembelajaran Konstruktivis ....................................................

  15 3. Pembelajaran Inteligensi Ganda yang Konstruktivis ..............

  17 B. Pemahaman Konsep ......................................................................

  19 C. Sikap .............................................................................................

  20 D. Kreativitas .................................................................................... 21 E. Konsep Pemantulan dan Pembiasan Cahaya.................................

  24 1. Pemantulan Cahaya .................................................................

  24 a. Hukum Pemantulan Cahaya..............................................

  24 b. Pemantulan Cermin Datar.................................................

  24 c. Pemantulan Cermin Cekung .............................................

  25 d. Pemantulan Cermin Cembung ..........................................

  28 2. Pembiasan Cahaya ..................................................................

  31 a. Hukum Pembiasan Cahaya ...............................................

  31 b. Indeks Bias Relatif............................................................

  32 c. Pembiasan Lensa Cembung ..............................................

  33 d. Pembiasan Lensa Cekung .................................................

  34

  

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 35

A. Jenis Penelitian...............................................................................

  35 B. Populasi dan Sample Penelitian .....................................................

  35 C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................

  35 D. Treatment Penelitian ......................................................................

  36 E. Instrumen Penelitian ......................................................................

  37 F. Metode Analisis Data.....................................................................

  40 G. Keterbatasan Peneliti......................................................................

  45 BAB IV. DATA DAN ANALISIS DATA..................................................... 46 A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................

  46 B. Data dan Analisis Data...................................................................

  50 1. Ada tidaknya peningkatan pemahaman konsep siswa .............

  50 2. Ada tidaknya ketertarikan sikap siswa.....................................

  53 3. Ada tidaknya kreatifitasan siswa..............................................

  56 a. Saat praktikum ..................................................................

  56 b. Saat presentasi-diskusi ......................................................

  59 c. Saat simulasi komputer .....................................................

  61 C. Pembahasan.................................................................................... 62 1. Peningkatan pemahaman konsep siswa ...................................

  62

  D. Kesimpulan Umum ........................................................................

  77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 79

  A. Kesimpulan .................................................................................... 79

  B. Saran............................................................................................... 80

  

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

LAMPIRAN.................................................................................................... 84

  DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Pengelompokkan Inteligensi menurut Gardner ...................

  13 Tabel 2. Pembelajaran konstruktivis .................................................

  19 Tabel 3. Contoh lembar pengamatan kegiatan siswa ........................

  45 Tabel 4. Hasil perhitungan pre test dan post test............................... 50 Tabel 5. Klasifikasi sikap siswa selama proses pembelajaran...........

  54 Tabel 6. Jumlah presentase siswa dalam klasifikasi sikap ................

  55 Tabel 7. Teknik presentasi yang digunakan dalam kelompok...........

  60 Tabel 8. Analisis jumlah presentase siswa .......................................

  64 Tabel 9. Inteligensi yang tampak saat menggunakan metode Praktikum ............................................................................

  74 Tabel 10. Inteligensi yang tampak saat menggunakan metode Presentasi.............................................................................

  74 Tabel 11. Inteligensi yang tampak saat menggunakan metode Simulasi komputer...............................................................

  75 Tabel 12. Kesimpulan umum hasil penelitian .....................................

  77

  DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Pemantulan cahaya .....................................................

  24 Gambar 2. Pembentukan bayangan pada cermin datar.................

  25 Gambar 3. Pemantulan pada cermin cekung ................................

  26 Gambar 4. Sinar istimewa pada cermin cekung ...........................

  26 Gambar 5. Pembentukan bayangan pada cermin cekung .............

  27 Gambar 6. Pemantulan pada cermin cembung .............................

  29 Gambar 7. Sinar istimewa pada cermin cembung ........................

  29 Gambar 8. Pembentukan bayangan pada cermin cembung ..........

  30 Gambar 9. Pembiasan cahaya .......................................................

  32 Gambar 10. Pembiasan pada lensa cembung..................................

  33 Gambar 11. Sinar istimewa pada lensa cembung ...........................

  33 Gambar 12. Pembiasan lensa cekung .............................................

  34 Gambar 13. Sinar istimewa pada lensa cekung ..............................

  34 Gambar 14. Siswa mengerjakan pre test ........................................ 63 Gambar 15. Siswa mengerjakan post test ....................................... 64 Gambar 16. Diskusi pada saat praktikum .......................................

  69 Gambar 17. Siswa sedang mencari pembentukan bayangan pada saat praktikum.............................................................

  69

  Gambar 19. Siswa sedang mempresentasikan materi pemantulan Cahaya ........................................................................

  71 Gambar 20. Peneliti sedang mempresentasikan materi dengan Menggunakan simulasi komputer...............................

  73

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  Lampiran 1. Soal pre test ................................................................ 84 Lampiran 2. Soal post test ............................................................... 86 Lampiran 3. Lembar jawaban soal ..................................................

  88 Lampiran 4. Modul kegiatan siswa .................................................

  90 Lampiran 5. Modul panduan peneliti .............................................. 107 Lampiran 6. Kuesioner .................................................................... 128 Lampiran 7. Lembar pengamatan praktikum .................................. 131 Lampiran 8. Lembar pengamatan presentasi................................... 136 Lampiran 9. Lembar partisipan presentasi kelompok ..................... 140 Lampiran 10. Fisika ceria.................................................................. 142 Lampiran 11. Simulasi komputer pemantulan cahaya ...................... 143 Lampiran 12. Simulasi komputer pembiasan cahaya........................ 157 Lampiran 13. Data skor pre test dan post test ................................... 166 Lampiran 14. Nilai pre test dan post test .......................................... 168 Lampiran 15. Data hasil kuesioner sikap siswa ................................ 170 Lampiran 16. Rancangan pembelajaran penelitian ........................... 172 Lampiran 17. Puisi Bila Hidup Itu Cermin ....................................... 177 Lampiran 18. Foto kegiatan penelitian.............................................. 179

  

DAFTAR BAGAN

Halaman

  Bagan 1. Penerapan model pembelajaran Inteligensi Ganda.....

  14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini telah banyak menunjukkan perkembangan pesat

  dan identik dengan unsur kebhinekaan yang ada yakni “walaupun berbeda pemikiran tetapi tetap pada satu tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Beragamnya pemikiran dapat dilihat dari keadaan siswa saat ini yang memiliki daya tangkap, daya serap, daya pikir, dan daya kecerdasan yang berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Dengan perbedaan itulah diharapkan dapat menumbuhkan motivasi tersendiri bagi pada pendidik dan peserta didik untuk dapat saling beradaptasi mencapai suatu proses dan hasil belajar yang optimal.

  Tidak jarang keberagaman pola pikir banyak ditemukan dalam pembelajaran sains terutama pada mata pelajaran fisika. Fisika merupakan suatu proses untuk menguraikan dan menganalisis peristiwa yang terjadi berdasarkan hukum-hukum fisika terkait sehingga dapat diterangkan secara logis dan rasional. Sebagai mana diketahui dalam pembelajaran fisika kemampuan pemahaman konsep merupakan modal utama dalam pencapaian keberhasilan belajar fisika. Dengan penguasaan konsep itulah persoalan-persoalan fisika seperti permasalahan yang ada dalam fisika bukan hanya pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan pada aplikasi konsep tersebut.

  Umumnya para pendidik untuk mencapai taraf pemahaman konsep siswa cenderung hanya menggunakan satu model pembelajaran saja tanpa memperhatikan adanya keberagaman dalam kecerdasan siswa. Akibatnya mata pelajaran fisika sering ditakuti dan tidak digemari oleh siswa. Kecenderungan untuk tidak menyukai fisika dimungkinkan karena pengalaman awal belajar siswa, yang menemukan bahwa mata pelajaran fisika adalah pelajaran yang berat dan serius yang tidak jauh dari penyelesaian soal-soal yang rumit dengan pendekatan matematis. Mata pelajaran fisika terkadang juga menjadi momok bagi para siswa karena berhubungan erat dengan matematika. Kemampuan matematis siswa yang lemah terkadang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan persoalan. Artinya siswa yang memiliki kecerdasan dalam bidang angka atau logika saja yang dapat menikmati fisika, padahal tidak semua siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang matematis.

  Tuntutan keberagaman pembelajaran yang sebenarnya tampak pada teori inteligensi ganda dari Gardner. Teori tersebut menyatakan bahwa kecerdasan individu terdiri dari sembilan komponen semiotonom yang harus mendapatkan pembelajaran yang berbeda pula. Model pembelajaran tersebut diambil dari kerangka acuan konstruktivis yang mengatakan bahwa pengetahuan itu ada dalam sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka (Lorsbach & Tobin,1992 dalam Suparno,1997:19). Konstruktivis disini merupakan suatu proses untuk menjadi tahu berdasarkan pengalaman sendiri sedangkan inteligensi ganda merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa mencari tahu pengalaman belajarnya dengan memperhatikan keberagaman kecerdasan yang dimilikinya.

  Dari uraian tersebut tampak jelas bahwa pengetahuan tidak datang begitu saja tetapi harus melalui suatu proses belajar berdasarkan suatu pengalaman- pengalaman tersendiri. Sehingga diharapkan siswa dapat menciptakan suatu pemahaman yang menuntut adanya aktifitas kreatif yang produktif dalam sebuah konteks nyata sehingga mampu mendorong mereka untuk berpikir dan terus berpikir ulang. Kreativitas siswa untuk mencari tahu sendiri dan membangun konsep pemahaman secara konstruktivis tidak akan bisa dikembangkan bila pendidik hanya menggunakan satu model pembelajaran saja, tetapi dengan menyediakan beberapa model pembelajaran yang mengarah kepada keanekaragaman pemikiran.

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka penulis memilih topik “Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Inteligensi Ganda

  

yang Konstruktivis dalam Pokok Bahasan Pemantulan dan Pembiasan Cahaya

  B. Perumusan Masalah

  Penulis membatasi diri pada tiga masalah utama khususnya pada pokok bahasan pemantulan dan pembiasan cahaya yaitu:

  1. Apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model inteligensi ganda yang konstruktivis dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa?

  2. Apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model inteligensi ganda yang konstruktivis dapat membantu menunjukkan keterlibatan sikap siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa?

  3. Apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model inteligensi ganda yang konstruktivis dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model inteligensi ganda yang konstruktivis dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa

  2. Mengetahui apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model keterlibatan sikap siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa

  3. Mengetahui apakah pembelajaran yang dikembangkan dengan model inteligensi ganda yang konstruktivis dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mempelajari pemantulan dan pembiasan cahaya pada cermin dan lensa

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :

  1. Bagi siswa

  a. Dapat menambah pengalaman belajar dengan pembelajaran yang bervariasi b. Dapat membantu meningkatkan kreativitas belajar fisika

  c. Dapat meningkatkan gairah belajar agar lebih termotivasi dalam mempelajari suatu materi fisika

  2. Bagi guru dan calon guru

  a. Dapat meningkatkan variasi dalam pengajaran di kelas

  b. Dapat termotivasi agar lebih kreatif dalam proses pengajarannya

  3. Bagi peneliti Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut

BAB II DASAR TEORI A. Model Pembelajaran

1. Pembelajaran Inteligensi Ganda

  Teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligence) ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Gardner (dalam Nancy Faris) mengemukakan bahwa “Intelligences as the ability to solve problems or to fashion products that are

  valued in one or more cultural settings ”. Definisi tersebut menunjukkan

  inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata (1983;1993 dalam Suparno, 2004 : 17).

  Menurut Gardner ada 9 inteligensi pada diri setiap orang yaitu inteligensi linguistik, inteligensi matematis logis, inteligensi ruang visual, inteligensi kinestetik badani, inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi lingkungan dan inteligensi eksistensial. Masing-masing inteligensi diuraikan sebagai berikut:

  a. Inteligensi Lingusitik

  Menurut Thomas Armstrong (dalam Piping Sugiharti, 2005 : 32) anak dengan kecerdasan linguistik biasanya senang membaca, pandai bercerita, senang menulis, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, senang membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta, menikmati permainan kata. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk meyimpan berbagai informasi berarti yang berkaitan dengan proses pemikirannya.

  Model belajar dengan cara linguistik menutut Thomas Armstrong (2003 : 77) dengan cara menyediakan banyak buku, rekaman dan kaset kata-kata yang diucapkan serta peluang untuk menulis. Lengkapi anak dengan peralatan untuk membuat kata, tape recorder, mesin tulis, komputer dan pembuat tabel. Membawa mereka ke tempat dimana kata sangat dibutuhkan seperti perpustakaan, toko buku, biro surat kabar dan penerbitan dirasa membantu dalam proses pembelajaran.

  b. Inteligensi Matematis-Logis

  Menurut Thomas Armstrong (dalam Piping Sugiharti, 2005 : 32) seseorang dengan logical-mathematical Intellegence yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, angka atau skor, menikmati permainan yang memiliki strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya.

  Anak-anak yang memiliki kecerdasan seperti ini menurut Thomas Armstrong (2003 : 77) belajar dengan membentuk konsep. Beri mereka permainan catur, teka-teki logika, perangkat ilmu pengetahuan yang disertai hitungan dan permainan komputer yang melibatkan daya penalaran logis.

c. Inteligensi Ruang Visual

  Thomas Armstrong (dalam Piping Sugiharti, 2005 : 33) menjelaskan seorang anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya suka menggambarkan ide- idenya atau membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang membongkar pasang, senang bekerja dengan bahan-bahan seni, senang menonton film/video, mengingat hal-hal yang pernah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka membangun model-model atau segala hal dalam 3 dimensi. Anak dengan kecerdasan ini biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imaginatif.

  Thomas Armstrong (2003 : 78) cara terbaik untuk memotivasi mereka Kunjungilah arsitektur, planetarium, museum tari, dan tempat lain yang menekankan kemampuan ruang visual.

d. Inteligensi Kinestetik Badani

  Anak yang memiliki kecerdasan ini suka bergerak dan aktif. Tipe anaknya mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik serta suka bergerak sambil berpikir, suka berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal, dan mempunyai koordinasi serta kesadaran yang baik terhadap suatu tempo. Anak- anak dengan kecerdasan tubuh biasanya lebih mengandalkan kekuatan otot- ototnya (Thomas Armstrong dalam Piping Sugiharti, 2005 : 33).

  Anak yang berbakat seperti ini belajar dengan menyentuh, memanipulasi, dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik, dinamik dan viseral. Cara terbaik memotivasi melalui seni peran, improvisasi drama, gerakan kreatif, dan semua kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik. Beri mereka akses lapangan bermain, lapangan rintangan, dan ruang olah raga (Thomas Armstrong 2003 : 78).

  e. Inteligensi Musikal

  Gardner (dalam Suparno, 2004 : 36) menjelaskan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, kemampuan menciptakan lagu, kemampuan untuk menikmati lagu, musik dan nyanyian. Orang yang menonjol dalam inteligensi musikalnya sangat peka terhadap suara dan musik.

  Thomas Armstrong (2000 : 31) mengungkapkan anak-anak yang mempunyai kecerdasan musik sering bernyanyi, bersenandung, atau bersiul seorang diri. Memainkan sebuah lagu sambil menggerak-gerakkan anggota tubuh mengikuti irama dan ikut bernyanyi. Mereka mempunyai opini yang kuat mengenai musik dan peka terhadap suara-suara nonverbal di lingkungan mereka.

  Gunakan metronom, instrumen perkusi, atau software musik sebagai cara membantu mempelajari materi baru. Beri akses CD dan kaset, instrumen musik dan pelajaran musik jika mereka memintanya (Thomas Armstrong 2003 : 78).

  f. Inteligensi Interpersonal

  Inteligensi Interpersonal merupakan kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain (Gardner dalam Suparno, 2004 : 39).

  Cara belajar untuk anak yang seperti ini dengan cara berhubungan dan kerja sama. Mereka perlu belajar interaksi dinamis dengan orang lain. Biarkan mereka terlibat dalam diskusi kelompok, kegiatan kelompok, ekstrakulikuler, kepanitiaan, dan organisasi-organisasi lainnya (Thomas Armstrong 2003 : 79).

g. Inteligensi Intrapersonal

  Gardner (dalam Suparno, 2004 : 41) mengungkapkan Inteligensi Intrapersonal sebagai kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri.

  Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri. Mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan pribadi. Sadar akan tujuan hidupnya, dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang menonjol dalam inteligensi ini biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik. Mempunyai kesadaran diri dan dapat mengekspresikan perasaan-perasaan mereka yang berbeda dengan tenang. Pengenalan akan dirinya sendiri sungguh mendalam dan seimbang.

  Anak dengan kecenderungan seperti ini efektif belajar ketika diberi belajar sendiri dengan kecepatan yang mereka tentukan sendiri. Sangat penting bagi mereka mempunyai ruang pribadi dimana mereka bisa mengerjakan hobi dan minat tanpa gangguan dan bisa berintropeksi dengan tenang (Thomas Armstrong 2003 : 80).

h. Inteligensi Lingkungan

  Gardner (dalam Suparno, 2004 : 42) menjelaskan inteligensi lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik.

  Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif mengembangkan pengetahuan akan alam.

  Seseorang yang memiliki kecerdasan ini senang memperhatikan alam dimanapun berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbeda- beda. Sangat memperhatikan lingkungan di sekitarnya (Thomas Armstrong dalam Piping Sugiharti, 2005 : 35).

i. Inteligensi Eksistensial

  Gardner (dalam Suparno, 2004 : 44) menambahkan satu inteligensi lagi, yaitu inteligensi eksistensial. Inteligensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Anak yang menonjol dalam inteligensi ini akan sekolah, di tengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol dalam hal ini sering kali mengajukan pertanyaan yang jarang dipikirkan orang, termasuk gurunya.

  Bruce Campbell ( , 27 september 2006) dalam artikelnya yang berjudul “Multiplying Intellegence in

  

the Classroom ” membuat rangkuman daftar dari pusat-pusat inteligensi sebagai

  mana telah diatur pada waktu artikel tersebut dibuat yakni

  Tabel 1. Pengelompokkan inteligensi menurut Gardner Gardner’s Identified Intelligence Center Name

  Kinesthetic Intelligence Building Center Visual-Spatial Intelligence Art Center Mathematical-Logical Intelligence Math Center Musical Intelligence Music Center Linguistic Intelligence Reading Center Interpersonal Intelligence Working Together Center Intrapersonal Intelligence Personal Work Center Naturalist Intelligence Naturalist center Existential Intelligence Existential Center

  Maksud dari daftar tersebut, Gardner mengidentifikasi (mengelompokkan)

  9 Inteligensi dengan berpusat pada suatu kegiatan dominan dari setiap inteligensi yang ada. Inteligensi kinestetik dominan pada gerakan tubuh, inteligensi ruang dominan pada ruang seni, inteligensi matematis-logis dominan pada perhitungan dominan pada aktivitas membaca, inteligensi interpersonal dominan pada kegiatan kerja sama, inteligensi intrapersonal dominan pada kerja sendiri, inteligensi naturalis dominan pada aktivitas alam, dan inteligensi eksistensial yang dominan pada keberadaan dirinya.

  Secara garis besar model pembelajaran inteligensi ganda digambarkan sebagai bertikut

2. Pembelajaran Konstruktivis

  Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt,1989 dan Matthews,1994, dalam Suparno, 1997 : 18).

  Pembelajaran yang menekankan proses pembentukan pengetahuan oleh siswa sendiri dinamakan pembelajaran yang konstruktivis. Dalam konteks belajar seperti ini, aktivitas siswa menjadi syarat mutlak agar siswa mampu, bukan untuk mengumpulkan banyak fakta melainkan dapat menemukan sesuatu (pengetahuan) dan mengalami perkembangan pemikiran (Suparno, Rohandi dkk, 2000 : 44).

  Model pembelajaran konstruktivis yang dikembangkan berpijak pada teori konstruktivis. Adapun tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran konstruktivis menurut Harlen & Sadia, 1996 dalam Anonim

  

ber 2006 adalah:

1. Identifikasi awal terhadap prior knowledge dan konsep.

  2. Penyusunan program pembelajaran dan strategi pengubahan miskonsepsi.

  3. Orientasi dan Elicitasi. Situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan dibahas.

  4. Refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elcitasi direfleksikan. a. Tantangan. Siswa diberi pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki dalam percobaan.

  b. Konflik kognitif dan diskusi kelas. Mereka didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan berbagai percobaan. Usaha untuk mencari penjelasan dilakukan dengan proses konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru pada kapasitasnya sebagai fasilitator dan mediator.

  c. Membangun ulang kerangka konseptual. Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep yang baru itu memiliki konsestensi internal.

  6. Aplikasi. Meyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah.

  7. Review. Review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal pembelajaran.

  Pendekatan pembelajaran secara konstruktivisme juga dapat dikelompokkan menjadi: a.Penglibatan : Simulasi perasaan ingin tahu pelajar melalui pemberian suatu tugasan, topik atau konsep, memupuk minat dan membangkitkan persoalan. b.Penjelajahan : Adalah bertujuan untuk memuaskan perasaan ingin tahu c.Penerangan: Pendekatan yang melibatkan definisi konsep dan penyataan. atau topik dalam sudut kandungan yang lain dan membuat perkiraan dengan konsep/ topik ke dalam situasi dunianya. e.Penilaian: Menilai pemahaman pelajar melalui demontrasi pemahaman dan kemahiran atau konsep pengetahuan. (Pusat Perkembangan Kurikulum,

  1997 : 45) Yang terpenting dalam teori konsruktivisme adalah bahwa dalam proses belajar siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru ataupun orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa (Suparno, 2000 : 81).

  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran konstruktivis, yaitu (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Honebein, 1996 : 5 dalam Anonim ber 2006).

3. Pembelajaran Model Inteligensi Ganda yang Konstruktivis

  paradigma berpikir untuk pencapaian siswa aktif dan kreatif dalam proses mengkonstruksi pengetahuan. Perubahan paradigma tersebut dapat berupa pola pembelajaran yang bervariasi.

  Salah satu pola pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan model Inteligensi ganda. Penekanan di sini bukan hanya pada variasi inteligensi gandanya, melainkan sampai sejauh mana pembelajaran inteligensi ganda tersusun secara konstruktivis untuk membantu proses pemahaman konsep siswa.

  Model inteligensi ganda digunakan untuk membantu siswa dalam proses belajar. Diharapkan dengan menggunakan model ini, siswa merasa senang dan tidak jenuh selama proses belajar. Dengan perasaan senang itulah diharapkan pula siswa lebih banyak mencari pengetahuan bersama dengan teman-temannya ataupun sendiri, yang kemudian bersama-sama membentuk pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan baru di dalam dirinya. Kemampuan untuk mencari pengetahuan baru itu merupakan pembelajaran yang konstruktivis, yang pada akhirnya akan terlihat melalui hasil belajar siswa.

  Dengan model pembelajaran ini diharapkan pula dapat meningkatkan kreativitas siswa. Selama proses pembelajaran siswa diberi kebebasan untuk mencari dan membentuk pengetahuan baru sesuai dengan inteligensi masing- masing yang ada dalam diri siswa, sehingga siswa bebas berekspresi dalam kegiatan belajar. pembentukan pengetahuan, pandangan yang beragam, pembelajaran yang relevan, pengalaman sosial, penggunaan media pengajaran, dan refleksi akan pengajaran.

  Tabel 2. Pembelajaran konstruktivis

  Constructivist Learning

  Knowledge construction: Provide experience with knowledge

  construction process

  Multiple perspectives: Provide experience in and appreciation for

  multiple perspectives

  Authentic: Embed learning in realistic and relevant context Voice: Encourage ownership and voice in learning process Social: Embed learning in social experience Multimedia: Encourage use of multiple modes of representation Reflection: Encourage self-awareness of knowledge construction process

B. Pemahaman Konsep

  Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir (bahasa dan alat berpikir) (Ed Van Den Berg Dkk, 1991 : 16).

  Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan berhubungan dengan konsep lain maka setiap konsep dapat dihubungkan dengan banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti dalam hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama membentuk jaringan pengetahuan makin lengkap, terpadu, dan kuat hubungan antara konsep-konsep dalam kepala seseorang makin pandai orang konsep yang dimilikinya. Makin dalam memasuki bidang studi makin kompleks dan terpadu (integrated) jaringan konsep (Ed Van Den Berg Dkk, 1991:17).

  Kartika Budi (1992 : 113) menyebutkan beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman konsep siswa, yaitu (1) dapat menyatakan definisi konsep dengan kalimat sendiri, (2) dapat menjelaskan makna konsep pada orang lain, (3) dapat menganalisis hubungan konsep dalam suatu hukum, (4) dapat menerapkan konsep untuk (a) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (b) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, (c) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada suatu sistem pada kondisi tertentu (5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan lebih cepat, (6) dapat membedakan konsep satu dengan konsep lain yang berkaitan, (7) dapat membedakan konsepsi yang benar dan yang salah.

C. Sikap Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran adalah sikap.

  Definisi sikap adalah derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu objek psikologis. Sikap adalah keadaan mental dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (David Sears 1992 : 137). Dari sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan

  Walgito (2001 : 114-115) mengemukakan tentang sikap dan ciri-ciri sikap sebagai berikut: Sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan objek sikap, dapat tertuju pada satu objek saja maupun tertuju pada sekumpulan objek-objek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

  Berkaitan dengan komponen sikap, walgito (2001 : 111) mengemukakan bahwa sikap mengandung komponen kognitif (pengetahuan), komponen afektif (emosional) dan komponen konatif (perilaku). Perilaku yang nampak terhadap suatu objek tertentu setidaknya bisa diramalkan melalui sikap yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti bahwa sikap seseorang bisa menentukan tindakan dan perilakunya. Sikap kadang-kadang bisa diungkapkan secara terbuka melalui berbagai wacana atau percakapan, namun sering sikap ditunjukkan secara tidak langsung. Sikap bisa saja muncul sebelum perilaku namun bisa juga merupakan akibat dari perilaku sebelumnya.

  Ada banyak definisi sikap yang ditemukan oleh banyak ahli, dari banyak definisi tersebut pada umumnya sikap mempunyai persamaan unsur yaitu bersedia berespon terhadap suatu situasi.

D. Kreativitas

  inovatif, penuh ide, pemecah masalah, ketelitian dan keingintahuan. Setiap orang memiliki potensi kreatif yang berbeda-beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas dan yang diperlukan adalah bagaimana mengembangkan potensi kreatif tersebut.

  Supriadi (2001 : 7) menyimpulkan bahwa pada intinya kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa sebuah gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

  Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Pada aspek kognitif, ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif yaitu: (1) keterampilan berpikir lancar (fluency), (2) keterampilan berpikir luwes atau fleksibel (flexibility), (3) keterampilan berpikir orisinil (originality), (4) keterampilan memperinci (elaboration), dan (5) keterampilan menilai (evaluation).

Dokumen yang terkait

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal fisika pokok bahasan alat optik berdasarkan taksonomi Solo :|bpada siswa kelas II Cawu 3 SLTP 9 Jember tahun pelajaran 2001/2002

0 37 67

Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal fisika pokok bahasan alat optik berdasarkan taksonomi Solo: Pada siswa kelas II Cawu 3 SLTP 9 Jember tahun pelajaran 2001/2002

0 5 67

Efektifitas model simulasi bertingkat pada pembelajaran matematika sub pokok bahasan menghitung nilai fungsi siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 10 Jember tahun ajran 2006/2007 (Studi pada mahasiswa ppl Program studi pendidikan fisika FKIP Unej ta

1 6 107

Efektifitas penggunaan metode resitasi dan kartu kerja terhadap hasil belajar fisika siswa kelas II cawu III pokok bahasan struktur inti dan radioaktifitas di MAN 2 Jember tahun pelajaran 2000/2001

0 4 105

Efektivitas remediasi dengan metode tugas yang direpresentasikan dalam meningkatkan hasil belajar fisika: Studi Eksperimen pada siswa kelas II cawu II pokok bahasan cahaya di SLTP Negeri 1 tahun pelajaran 2000/2001

0 2 87

Hubungan antara persepsi dan motivasi belajar fisika dengan hasil belajar fisika pokok bahasan energi siswa kelas 1 cawu III SLTP Negeri 3 Jember tahun ajaran 2001/2002

0 4 69

Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

1 10 200

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak: penelitian kuasi eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatanso

0 71 166

Perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran project based learning (pjbl) dan konvensional pada pokok bahasan lingkaran kelas viii smp n 3 Tanjung Morawa tahun ajaran 2017-2018 - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 162

2 rpp pemantulan cahaya pada cermin

0 9 8