Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan malalui pendekatan palkam pada siswa SD

(1)

PADA SISWA SD

Disusun Oleh:

FATKHUL ARIFIN

106017000518

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan PAIKEM pada Siswa SD”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan PAIKEM. Penelitian dilakukan di MI Al-Mursyidiyah Pamulang kelas V pada tahun akademik 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes dan tes. Instrumen non tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan instrumen tes berupa tes essay yang digunakan untuk mengukur hasil dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan suatu peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus satu ke siklus dua, baik dari segi aktivitas maupun hasil belajar matematika siswa. Data tentang keaktifan siswa pada siklus I sebesar 62,14%, pada siklus II meningkat menjadi 76,62%. Data tentang hasil belajar matematika siswa pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 68,41 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 68,97%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa meningkat menjadi 76,03 dengan ketuntasan belajar mencapai 79,31%. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa penerapan pendekatan PAIKEM dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan pecahan.


(6)

ii

Elementary students. A “skripsi” of Mathematics Education Department, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this study was to assess the activity of students in learning mathematics through PAIKEM approach. The study was conducted in MI Al-Mursyidiyah Pamulang fifth grade in the academic year 2010/2011. The instrument used is a non-test and test instruments. Non-testing instruments used in the form of observation sheet to see the activities of students in the learning process. While the test instruments used in the form of an essay test to measure student learning outcomes and exhaustiveness.

The results showed that activities of learning out come in mathematics has increase from cycle I to cycle II. The data student activity on the first cycle of 62.14%, on the second cycle increased to 76.62%. The data on students' mathematics learning outcomes in the first cycle, average value obtained at 68.41 with student learning completeness of 68.97%. In cycle II, the average value of students' mathematics learning outcomes increased to 76.03 with 79.31% achieving mastery learning. Conclusion of the study is that implementation PAIKEM approach in the learning process can enhance the students’ activity and mathematics learning outcomes on the subject of fractions.


(7)

iii

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sampai selesai.

Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke peradaban yang lebih baik dan juga telah membukakan mata kita semua untuk mengikuti jalan yang lurus sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

Tersusunya skripsi ini bukan hal mudah bagi penulis, banyak sekali cobaan dan rintangan yang penulis hadapi. Di awal penyusunan skripsi penulis dipertemukan dengan cobaan yang begitu berat, seorang ibu yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis pergi untuk selamanya meninggalkan kenangan dan harapan buat penulis. Sehingga penyusunan skripsi sempat tertunda selama beberapa bulan. Berkat nasihat, dorogan dan motivasi dari keluarga, orang terdekat dan kawan-kawan untuk penulis supaya tidak larut dalam kesedihan, akhirnya penulis bisa melanjutkan penyusunan skripsi. Oleh karena itu sudah merupakan satu keharusan dan kewajiban bagi penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Gelar Dwi Rahayu, M.Pd, Dosen pembimbing akademik Jurusan

Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Dosen pembimbing I yang telah banyak memotivasi serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

7. Bapak Jaenudin, M.Si, Dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar dan meluangkan waktunya membantu penulis menyelesaikan skripsi. 8. Seluruh civitas akademik Jurusan Pendidikan Matematika serta Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepala Sekolah MI Al-Mursyidyiah Pamulang Ibu Hj. Murdiah Hayati, M.A, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Ibu Hj. Umi Kalsum, S.Pd dan siswa-siswi MI Al-Mursyidyiah yang senantiasa bersikap kooperatif selama penulis melakukan penelitian. Seluruh staff dan guru MI Al-Mursyidyiah yang telah menerima penulis dengan baik selama melakukan penelitian.

10.Ayahanda tercinta H. Syakuri yang selalu berharap penulis untuk segera lulus dan Ibunda Hj. Khodijah (Alm) yang selalu memotivasi dan menanyakan kapan penulis lulus, penulis hanya bisa berucap maaf kepada ibunda, penulis belum bisa memberikan apapun kepada ibunda tersayang. Kakak-kakaku tersayang Waqi’ah & Muhidin, Qurrotul’aini & Jaharih, Fauzan & Umi Kulsum, Anisah & Qastolani, Mahfudah & Saiful Bahri

serta Nyai (Hj. Yanah) yang selalu memberikan bimbingan, motivasi baik moril maupun materiil, serta keponakan-keponakanku tercinta Faiz, Upep, Riva, Aghni, Helma, Bilqis dan Nazla, dengan adanya kalian penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Neng Ika Eryanti yang tidak pernah bosan untuk mendampingi, mengiringi, memotivasi, sekaligus memberikan support kepada penulis sehingga penulis senantiasa terus bersemangat dan mendapat inspirasi serta kekuatan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12.Sahabat serta kawan-kawanku terutama Diding Mahpudin dan Indra Bagea sebagai mitra aktivis setia di intra maupun ekstra kampus. Kawan-kawan HMI Komisariat Tarbiyah dan BEMJ-Pendidikan Matematika karena dari


(9)

v

14.Semua sahabat, rekan-rekan serta semua pihak yang ikut berkontribusi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu penulis hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Bersykur dan ikhlas merupakan ungkapan penulis atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, meskipun penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang sepadan dengan jasa dan bantuan yang telah mereka berikan. Yakinkan diri dengan doa, maksimalkan karya dengan usaha, pastikan sampai pada cita-cita, Yakin Usaha Sampai. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan.

Jakarta, 30 Mei 2011 Penulis


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 8

A. Landasan Teoritis ... 8

1. Hakikat Matematika ... 8

2. Pembelajaran Matematika ... 9

3. Aktivitas Belajar Matematika ... 10

a. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika ... 10

b. Prinsip Aktivitas ... 13

c. Klasifikasi Aktivitas Belajar ... 15

4. Bilangan Pecahan ... 16

a. Pengertian Pecahan ... 16

b. Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan ... 17

5. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan .. 24

a. Pengertian PAIKEM ... 24


(11)

vii

Menyenangkan ... 34

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan ... 37

D. Hipotesis Tindakan ... 39

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ... 40

C. Subjek Penelitian ... 42

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 42

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 43

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 45

G. Data dan Cara Pengumpulan Data ... 45

H. Instrumen Penelitian ... 46

I. Teknik Analisis Data ... 46

J. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I... 51

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 63

B. Pembahasan ... 73

1. Deskripsi Data ... 73

2. Pembahasan Hasil Temuan ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 82

A. Kesimpulan... 82

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

Desain PAIKEM ... 35

Tabel 2. Scedule Penelitian... 40

Tabel 3. Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran Butir Soal ... 49

Tabel 4. Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 50

Tabel 5. Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus I ... 59

Tabel 6. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I ... 62

Tabel 7. Rekapitulasi dan Rata-rata Persentase Keaktifan Siswa Pada Siklus II ... 69

Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II ... 72

Tabel 9. Persentase Rata-rata Keaktifan Siswa... 73


(13)

ix

Gambar 2. Salah satu hasil kerja siswa ... 52

Gambar 3 Aktivitas Siswa Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan LKS ... 53

Gambar 4. Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis ... 55

Gambar 5. Aktivitas Siswa Mendengarkan/Memperhatikan Pendapat Orang Lain ... 56

Gambar 6. Aktivitas Diskusi Dengan Teman Dalam Menyelesaikan Permasalahan Real ... 57

Gambar 7. Aktivitas Membuat Catatan/Ringkasan Materi ... 65

Gambar 8. Aktivitas Siswa Mengerjakan Soal di Papan Tulis ... 66

Gambar 9. Aktivitas Siswa Mengerjakan Latihan Soal ... 67

Gambar 10.Aktivitas Siswa Membuat Ringkasan Materi ... 68

Gambar 11.Grafik Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 74


(14)

x

Lampiran 2. Kisi-kisi instrumen tes siklus I... 111

Lampiran 3. Kisi-kisi instrumen tes siklus II ... 112

Lampiran 4. Instrumen tes uji coba siklus I ... 113

Lampiran 5. Instrumen tes uji coba siklus II ... 114

Lampiran 6. Instrumen tes siklus I... 115

Lampiran 7. Instrumen tes siklus II ... 118

Lampiran 8. Lembar tugas siswa ... 121

Lampiran 9. Lembar kerja siswa ... 129

Lampiran 10. Validitas instrumen tes siklus I ... 141

Lampiran 11. Reliabilitas instrumen tes siklus I ... 144

Lampiran 12. Taraf kesukaran butir soal instrumen tes siklus I... 146

Lampiran 13. Daya pembeda butir soal instrumen tes siklus I ... 148

Lampiran 14. Hasil perhitungan uji soal siklus I ... 150

Lampiran 15. Validitas instrumen tes siklus II ... 151

Lampiran 16. Reliabilitas instrumen tes siklus II ... 154

Lampiran 17. Taraf kesukaran butir soal instrumen tes siklus II ... 156

Lampiran 18. Daya pembeda butir soal instrumen tes siklus I ... 158

Lampiran 19. Hasil perhitungan uji soal siklus I ... 160

Lampiran 20. Kisi-kisi observasi aktivitas belajar matematika siswa ... 161

Lampiran 21. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa ... 162

Lampiran 22. Lembar wawancara tanggapan guru terhadap pendekatan PAIKEM ... 163

Lampiran 23. Lembar catatan lapangan ... 166

Lampiran 24. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I ... 167

Lampiran 25. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II ... 168

Lampiran 26. Hasil belajar matematika siswa pada siklus I ... 169


(15)

1

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini akan dapat membawa dampak yang positif pada masyarakat Indonesia berupa usaha untuk selalu meningkatkan diri agar tidak ketinggalan pada bidang pendidikan. Masalah-masalah pendidikan yang sangat mendesak dan menuntut prioritas untuk segera ditanggulangi antara lain: pemerataan pendidikan, relevansi pendidikan, dan mutu pendidikan.

Dalam sistem pendidikan nasional, fungsi dan tujuan pendidikan telah ditentukan dalam UU RI Bab II pasal 3 dan 4 tahun 2003 sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”1

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan, sehingga diperlukan perhatian khusus untuk pengembangannya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai usaha diupayakan agar tercipta pendidikan yang benar-benar berkualitas tinggi dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Pendidikan merupakan proses bertahap dan berkesinambungan sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Tahapan demi tahapan dalam menguasai materi yang ada menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dasar, pengetahuan menengah dan pengetahuan tingkat tinggi sehingga peserta didik dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterimanya.

1


(16)

Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi manusia, maka pendidikan itu berkembang semakin maju hingga sekarang, yang kemudian pendidikan tersebut dibuat lembaga pendidikan secara formal sebagai sarana untuk belajar mengajar. Terdapat pengetahuan-pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan, mata pelajaran adalah salah satu media dalam pencapaian pengetahuan kepada peserta didik. Diantaranya mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, dan IPA.

Guru merupakan unsur penting dalam sebuah sistem pendidikan. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka. Guru yang memberi perhatian, hangat dan supportif (memberi semangat) diyakini bisa memberi motivasi belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi siswa.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya bahan pembelajaran yang sulit akan terasa mudah oleh siswa dengan bantuan guru. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar mengajar sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut akan mengoptimalkan tujuan yang telah dirumuskan.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu pokok permasalahan yang sesegera mungkin dicari solusinya. Permasalahan tersebut di antaranya adalah: rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Salah satu pemecahan masalah tersebut adalah pemanfaatan penelitian pendidikan. Penelitian pendidikan yang dimaksud adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.

Suatu proses belajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa secara komprehensif baik fisik, mental, maupun emosional. Pembelajaran matematika memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Pengelolaan ini dapat dilakukan dengan melakukan variasi pendekatan dalam mengajar yang disesuaikan dengan sub pokok bahasan yang sedang diberikan.


(17)

Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peranan penting dalam memajukan daya pikir manusia. Karena itulah matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan pada perguruan tinggi. Akan tetapi pada kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar sekolah dasar, matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Banyak siswa beranggapan matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan sulit untuk dipahami secara baik, apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika, karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran siswa sekolah dasar yang terbiasa berpikir tentang objek-objek yang konkrit. Bahasa matematika adalaha bahasa pelambang, karena sifatnya yang abstrak inilah sebagian besar siswa menganggap matematika tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

Pada umumnya siswa SD memiliki kemampuan berhitung yang masih tergolong rendah, termasuk dalam hal itu kemampuan berhitung dalam pecahan. Hal tersebut disebabkan oleh proses belajar mengajar pelajaran matematika yang cenderung siswa mendengarkan informasi dari guru, bahkan banyak di antara siswa melakukan aktifitas di luar pelajaran matematika seperti mencoret-coret buku, mengganggu temannya dan sebagainya. Matematika seringkali dimulai dari hal-hal yang abstrak sehingga sulit diterima dan dipahami oleh siswa, termasuk di dalamnya pada sub pokok bahasan pengerjaan operasi hitung pecahan. Faktor lain, karena banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru enggan menciptakan alat peraga sendiri sebagai penunjang keberhasilan di dalam menyampaikan materi pelajaran.

Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi pecahan, maka upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu segera dilakukan. Salah satu alternatif solusi yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pendekatan PAIKEM.


(18)

Pendekatan PAIKEM adalah pembelajaran yang menggunakan berbagai metode secara bervariasi, menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran. Pendekatan PAIKEM berisi berbagai kegiatan seperti merangkum bacaan, merancang sesuatu, membuat laporan dan sebagainya. Di dalam pendekatan PAIKEM, individu harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa dan dalam setiap pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di papan informasi ataupun papan tulis sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk berprestasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan peningkatan aktivitas belajar pecahan melalui pendekaan pembelajaran PAIKEM. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Pecahan Melalui Pendekatan PAIKEM Pada Siswa SD “.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Area dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas V MI Al-Mursyidiah Pamulang pada tahun ajaran 2010/2011. Fokus penelitian ini berkenaan dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran matematika. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode yang umum digunakan dalam pembelajaran matematika adalah metode konvensional.

2. Siswa hanya cenderung mendengarkan informasi dari guru dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

3. Faktor lain, banyak guru yang enggan menggunakan alat peraga dalam menyampaikan materi pelajaran matematika serta variasi pengajaran.


(19)

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan permasalahan yang akan dibahas tidak menyimpang terlalu jauh, maka penelitian ini dibatasi pada penerapan pendekatan PAIKEM untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Untuk lebih jelasnya mengenai pembatasan masalah berikut uraiannya:

1. Pendekatan PAIKEM

Pendekatan PAIKEM adalah pembelajaran menggunakan berbagai metode secara bervariasi, menggunakan berbagai media dan alat bantu pembelajaran. Pendekatan PAIKEM berisi berbagai kegiatan seperti merangkum bacaan, merancang sesuatu, membuat laporan dan sebagainya. Dalam pendekatan PAIKEM, individu harus selalu diperhatikan oleh guru, dan guru harus bersikap ramah sehingga siswa tidak merasa takut. Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai dengan kemampuan siswa dan setiap selesai pembelajaran siswa diberi tugas serta hasilnya dipajang di papan informasi sehingga dapat membangkitkan motivasi untuk berprestasi.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud adalah semua kegiatan siswa yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani selama proses belajar mengajar berlangsung. Keaktifan siswa yang diamati adalah aktivitas siswa yang dapat terlihat jelas atau aktivitas fisik. Indikator keaktifan siswa yang diamati adalah bertanya, menanggapi jawaban, mengajukan pendapat, tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menghargai pendapat orang lain.

3. Materi yang disajikan

Materi yang disajikan dalam penelitian ini adalah pecahan (penjumlahan dan pengurangan pecahan, pembagian dan perkalian pecahan, membandingkan dua pecahan, perbandingan dan skala, mengubah pecahan menjadi bentuk persen serta desimal, dan menentukan persentase dari jumlah benda).


(20)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Secara operasional, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM?

2. Apakah pendekatan PAIKEM dapat meningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan pecahan?

3. Apakah pendekatan PAIKEM dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan pecahan melalui pendekatan PAIKEM. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PAIKEM

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahsan pecahan setelah penerapan pendekatan PAIKEM.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan setelah penerapan pendekatan PAIKEM.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini di antaranya adalah:

1. Manfaat bagi siswa dari hasil penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dapat memacu potensi siswa agar lebih meningkatkan aktivitas belajar matematika. 2. Manfaat bagi guru adalah dapat mereformasi proses pembelajaran yang

selama ini masih menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang masih konvensional menjadi proses yang menyenangkan dan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif.


(21)

3. Manfaat bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, dengan adanya informasi yang diperoleh dari penelitian ini, dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya dalam pembelajaran matematika.

4. Manfaat bagi penulis dari hasil penelitian ini adalah penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah ilmu pengetahuan.


(22)

8

A.Landasan Teoritis

1. Hakikat Matematika

Dalam dunia pendidikan banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar maupun siswa yang berkesulitan belajar.1

Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Prancis), matemticeski (Rusia), atau mathematik (Belanda), berasal dari bahasa latin “mathematica yang diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berhubungan erat dengan sebuah kata yang mengandung arti belajar (berpikir)”2. Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia, “matematika berarti ilmu bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”3. Sehingga matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem matematika yang setiap sistemnya memiliki struktur tersendiri dan bersifat deduktif. Penalaran deduktif bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga keterkaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

James & James seperti dikutip Suherman mengungkapkan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang

1

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.251-252.

2

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Bandung: IMSTEP UPI, 2003),h.15

3

Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: balai Pustaka, 2002), h.723


(23)

banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri”4. Konsep-konsep matematika tersusun secara sederhana sampai konsep yang paling kompleks. Selanjutnya beberapa ahli juga berpendapat tentang definisi matematika, diantaranya yaitu:

1) Menurut Jhonson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya mengekspresikan hubungan-hubungan kualitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

2) Menurut Kline, matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.

3) Menurut Reys, matematika merupakan telaah tentang pola hubungan, sesuatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. 4) Menurut Lerner matematika selain sebagai bahasa simbolis juga sebagai

bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mangenai elemen dan kuantitas.5

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika.6 Dengan demikian, matematika selalu berkembang seiring dengan kemampuan logika manusia.

2. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu soasial dan linguistik. Didasarkan pada pandangan konstruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tententu berdasarkan konstruksi pengetahuan yang diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering

4

Erman Suherman, Strategi…, h.15

5

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.252-253

6


(24)

di awali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar. Pendapat lain dalam buku “konsep dan makna pembelajaran” dikemukakan bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan proses komunikasi utama keberhasilan pendidikan.7 Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.

3. Aktivitas Belajar Matematika

a. Pengertian Aktivitas Belajar Matematika

Aktivitas secara bahasa berarti kegiatan, kesibukan, keaktivan, kerja, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam perusahaan.8 Artinya seluruh kegiatan yang dilaksanakan seseorang dengan maksud untuk mengerjakan sesuatu dapat berarti “aktifitas”.

Aktivitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini. Aktivitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan ketat.

7


(25)

Sementara “belajar” diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk menambah pengetahuan, serta terjadinya satu proses perubahan, baik dalam sisi kognitif (intelektualitas), afektif (sikap), maupun sisi psikomotorik (ketrampilan). Hal ini senada dengan pendapat James. O. Whittaker, bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.9 Hakikat belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.10

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan aktivitas belajar, yakni istilah belajar aktif (active learning), interactive learning, dan belajar bersama (collaborative learning). Menurut Dede Rosyada dalam bukunya “Paradigma Pendidikan demokratis” berpendapat bahwa active learning (belajar aktif) adalah:

“Belajar aktif diartikan sebagai belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, buku teks, perpustakaan, internet atau sumber-sumber belajar lain, untuk mereka bahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah kompetensi pengetahuan mereka, tapi juga kemampuan analitis, sintesis dan menilai informasi yang relevan untuk dijadikan nilai baru dalam hidupnya, sehingga mereka terima, diimitasi, dibiasakan sampai mereka adaptasikan dalam kehidupannya.11

Dengan demikian, aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan

8

Tri Kurnia Nurhayati, ”Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Eska Media, 2003), h. 29.

9

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.126.

10

Tim LPP-SDM, “Ensiklopedia Pendidikan Islam; Proses dan istilah Umum dalam Pendidkan Islam”, (Jakarta: Binamuda, 2010), h. 7.


(26)

psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Senada dengan hal di atas, dapat juga dikatakan bahwa, yang disebutkan kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar yang hendak dicapai, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar siswa, stimulus dari lingkungan dimana peserta didik berada, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik terhadap proses pembelajaran.

Horng dkk, mengemukakan berbagai strategi pengajaran kreatif terbukti berhasil meningkatkan aktivitas para siswa. Strategi-strategi tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi. Strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut.12

1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). 2. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran (multi-teaching

aids assisstance).

3. Strategi manajemen kelas (class management strategies).

4. Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata.

11

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis; Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 165-166

12

“Aktivitas Belajar Matematika” dalam http://matematikamobile.uni.cc/aktivitas-belajar-matematika , 28 Desember 2010, 10:50.


(27)

5. Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berpikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking).

Jika dikaitkan dengan kegiatan matematika (doing math) atau aktivitas belajar matematika, aktifitas tersebut ditandai oleh kegiatan seperti:

“Mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matematik, menggunakan sumber tersedia secara efektif dalam merumuskan dan menyelesaikan masalah, memahami idea matematika, berfikir dan bernalar matematika melalui: generaisasi, menggunakan aturan inferensi, membuat konjektur, memberi alasan, mengkomunikasikan ide matematika, menetapkan apakah hasil atau jawaban yang diperoleh masuk akal, dimana kemampuan ini kelak sangat berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan dunia nyata yang serba cepat dan tidak menentu”.13

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar matematika adalah rangkaian kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya siswa dapat mencari dan menemukan pola untuk memahami struktur dan hubungan matemtika, berfikir dan bernalar matematika. Sehingga pembelajaran yang terjadi bukan teacher centre melainkan student centre, siswa jadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika.

b. Prinsip Aktivitas

Pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi pada saat proses pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Kecenderungan saat ini, banyak yang menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai keinginan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar

13

Kadir,” Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Soal-soal Terbuka” Algoritma Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1 No. 1 (Juni 2006): hal. 13.


(28)

hanya mungkin terjadi apabila anak aktif dengan sendirinya. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah barang tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase anara yang satu sama lain yang saling berkaitan secara berurutan dan fungsional.

Dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase14, yaitu: a. Fase informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam fase ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.

b. Fase transformasi (tahap perubahan materi)

Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisia, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dinyatakan bagi hal-hal yang lebih luas.

c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Dalam fase ini siswa akan menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif. Tanpa adanya aktivitas maka proses belajar akan menjadi satu arah dan terpusat pada guru (Teacher Centre).

Trinandita dalam pernyataannya mengatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.15 Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan siswa. Dengan demikian belajar harus dialihkan, dari pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena

14

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h. 111-112

15

“Aktivitas dan Prestasi Belajar” dalam http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-belajar/, 28 Maret 2011, 15:16 WIB.


(29)

sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai.

c. Klasifikasi Aktivitas Belajar

Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri–ciri perilaku seperti: 1). sering bertanya kepada guru atau siswa lain, 2). mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, 3) mampu menjawab pertanyaan, 4) senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.16 Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta memilih set yang tepat untuk merealisasi tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar:17

1. Visual activities. Di antara visual activities (kegiatan visual) adalah membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities. Beberapa kegiatan yang tergolong oral activities adalah: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, melakukan wawancara, diskusi, interupsi dan sebagainya.

16

“Aktivitas dan Prestasi Belajar” dalam http//ipotes.wordpress.com, 13 Desember 2010, 08:49.

17

“Aktivitas Belajar” dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/, 13 Desember , 08:58.


(30)

3. Listening activities seperti mendengakan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya.

4. Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya.

5. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

7. Mental activities seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

8. Emotional activities seperti menaruh minat dalam pembelajaran matematika, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

4. Bilangan Pecahan a. Pengertian Pecahan

Mempelajari Matematika tidak terlepas dengan bilangan. Salah satu klasifikasi bilangan adalah bilangan pecahan. Bilangan pecahan ini sudah diajarkan dijenjang SD kelas 3. Namun siswa SD masih sangat sulit membayangkan hal-hal yang abstrak sehingga kita sering menemukan siswa lanjutan tidak menguasai materi bilangan pecahan dengan baik.

Bilangan pecahan adalah bilangan yang jumlahnya kurang atau lebih dari bilangan utuh.18 Masih dalam ruang lingkup pecahan, Sugiarto juga menyebutkan bahwa bilangan pecahan adalah bilangan yang digunakan untuk menyatakan bagian-bagian benda, jika benda itu dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Bilangan pecahan sangat erat hubungannya dengan satuan,

18

“Bilangan Pecahan” dalam http://amalia07.files.wordpress.com/2008/07/bilangan-1.pdf, 13 Desember 2010, 09:09.


(31)

maka metode mengajarkan bilangan pecahan ini perlu sekali bantuan visualisasi dengan satuan.

b. Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan

Dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan guru mengangkat permasalahan-permasalahan keseharian untuk menghilangkan kesan abstrak dari konsep. Guru dapat menyediakan benda-benda kongkrit sederhana seperti pita, kain perca, kertas, kue tar, kertas folio berwarna, untuk dijadikan media pembelajaran sebelum masuk pada tahap semi kongkrit berupa gambar. Secara umum operasi bilangan pecahan terdiri dari: penjumlahan bilangan pecahan, pengurangan bilangan pecahan, perkalian bilangan pecahan, dan pembagian bilangan pecahan.

1) Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut yang sama Dengan menggunakan luas daerah

Rumus:

Contoh:

Bagian yang

Diarsir digabung Menjadi

+ =

Peragaan dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan-pecahan yang lain. Dari peragaan di atas, dapat dilihat bahwa ada pola hubungan yaitu pembilangnya dijumlah sedangkan penyebutnya tatap.

Kesimpulan: Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.


(32)

Dengan memanfaatkan garis bilangan

Contoh:

0

mulai dari nol(0) kekanan menuju 6 2 dan dilanjutkan 6 3 lagi, sehingga menjadi 6 5 atau 6 5 6 3 6 2 

 . Garis tebal menggambarkan hasil akhir. Peragaan dapat dilanjutkan untuk pecahan-pecahan yang lain.

2) Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang tidak sama

Rumus:

Saat anak harus mempelajari materi ini, maka mereka hasrus diberikan pengalaman-pengalaman dalam ilustrasi kehidupan sehari-hari.

Contoh:

Adik mempunyai 4 1

bagian dari kuenya di atas meja. Kemudian ibu memberinya sepotong lagi yang besarnya

2 1

bagian. Berapa kue adik sekarang? 4 1 + 2 1 = 4 3


(33)

Dari peragaan ini tampak bahwa hasil akhir adalah 4 3 , berarti 4 3 2 1 4 1   .

Tempak pula bahwa 4 2 2 1

 . Sehingga

4 3 4 2 4 1 2 1 4 1   

 . Bila peragaan

ini diulang untuk pecahan-pecahan yang lain di mana penyebut dari pecahan yang dijumlah merupakan kelipatan dari penyebut-penyebut lain, maka anak akan mempunyai pengalaman bahwa bila menjumlah pecahan dengan penyebut tidak sama, supaya dapat memperoleh hasil maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu, yaitu dengan cara mencari pecahan senilainya.

Peragaan dan soal di atas masih mudah, karena penyebut yang satu meupakan kelipatan dari yang lain. Bila permasalahan berkembang menjadi

6 1 8 3

 maka anak harus mencari penyebut persekutuan. Kendala timbul bila anak belum belajar tentang KPK. Satu cara untuk membantu menentukan penyebut persekutuan adalah dengan mendaftar pecahan-pecahan yang senilai untuk setiap pecahan-pecahan. Sehinngga anak mempunyai pengalaman untuk memperoleh penyebut yang nilainya paling kecil yang tepat untuk diambil.

Ketika siswa memeriksa kedua daftar tersebut, mereka menemukan bahwa beberapa pecahan mempunyai penyebut yang sama (dilingkari). Halini akan membantu anak menyadari bahwa terdapat lebih dari satu pasang penyebut persekutuan untuk kedua pecahan. Salah satu pasangan yang penyebutnya nilainya kecil (ternyata penyebutnya merupakan KPK dari kedua penyebut) dapat digunakan untuk menjumlahkan atau mengurangi pasangan pecahan yang tidak sama penyebutnya


(34)

1. Dengan mengalikan kedua penyebut  rumus 1

2. Dengan menentukan KPK nya  rumus 2 (contoh di atas KPK dari 6 dan 8 adalah 24)

3) Pengurangan pecahan dengan penyebut yang sama

Rumus:

Pengurangan pecahan dapat juga diragakan dengan model kongkrit. Dengan menggunakan luas daerah

Luas daerah yang diarsir semula adalah 3/5

Dihapus arsirannya 1/5 menjadi

2/5

Jadi

5 2 5 1 5 3

 

Contoh peragaan diperluas sehingga anak mempunyai pengalaman-pengalaman yang banyak.

Dari peragaan-peragaan dapatlah disimpulkan bahwa pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Dengan menggunakan garis bilangan

0

Catatan: garis tebal menggambarkan hasilakhir

Untuk pecahan yang penyebutnya tidak sama, dengan cara disamakan penyebutnya lebih dahulu, seperti pada operasi penjumlahan.


(35)

4) Perkalian Bilangan Pecahan

Dalam perkalian bilangan pecahan pembilang dikalikan dengan pembilang; penyebut dikalikan dengan penyebut.

Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan bulat

Rumus:

Contoh:

Perkalian bilangan dengan bilangan pecahan

Perkalian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan campuran

Contoh:

5) Pembagian Bilangan Pecahan

Pembagian bilangan pecahan dengan bilangan pecahan

Rumus:

Menjadi perkalian dengan bilangan keduanya (pembilang dan penyebutnya ditukar)

Contoh:

Pembagian bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan campuran


(36)

Bilangan pecahan campuran dibuat dulu menjadi bilangan pecahan biasa

Pembagian bilangan cacah dengan bilangan pecahan

Contoh:

Bilangan cacah diubah menjadi bilangan pecahan dengan penyebutnya mengikuti penyebut bilangan kedua

6) Megubah Bentuk Pecahan Satu ke Bentuk Pecahan yang Lain Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Persen

Persen artinya perseratus, sehinnga nama pecahan biasa yang penyebutnya seratus dapat diartikan dengan lambangnya untuk persen adalah %. Dengan demikian untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan persen, dicari lebih dahulu pecahan senilainya yang penyebutnya 100.

Mengubah Bilangan Pecahan Menjadi Desimal

Untuk mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal, dicari terlebih dahulu pecahan senilainya yang penyebutnya berbasis sepuluh (persepuluhan, perseratusan, perseribuan dan sebagainya)

Contoh:

(dibaca nol koma lima)

(dibaca nol koma dua lima)


(37)

Pecahan mempunyai arti perbandingan. Pecahan sebagai perbandingan dengan keseluruhan jumlah benda dalam suatu kumpulan. Mari kita perhatikan gambar berikut.

Lingkaran hitam “ada 2 dari 5” ditulis 5 2

. Dapat juga dikatakan “lingkaran hitam” berbanding “semua” adalah “2 berbanding 5”, ditulis 2 : 5. Jadi,

5 2

mempunyai nilai yang sama dengan 2 : 5. Semua ada 5, terdiri atas “yang hitam” 2, “yang putih” 3. Dapat dikatakan “yang hitam” berbanding “yang putih” sebagai 2 : 3. Ditulis” hitam : putih = 2:3”.

Contoh:

Jumlah kelereng A ada 36 butir dan kelereng B ada 20 butir. Bagaimana perbandingan kelereng A dan kelereng B?

Jawab

Kelereng A : B = 36 : 20 = 9 : 5

Perbandingan harus dinyatakan dengan bilangan yang sederhana. Oleh karena itu, 36 : 20 menjadi 9 : 5, 42 : 36 = 7 : 6, dan 51 : 34 = 3 : 2. Sedangkan skala merupakan perbandingan antara ukuran gambar dengan ukuran sebenarnya atau sesungguhnya.

Contoh:

Skala sebuah peta 1 : 1.500.000. Jarak kota A dan B pada peta 4 cm Berapa kilometer jarak sebenarnya antara kota A dan B?

Jawab

Jarak sebenarnya antara kota A dan B = 1.500.000 x 4 cm = 6.000.000 cm = 60 km.


(38)

5. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan a. Pengertian PAIKEM

Istilah PAIKEM lahir dan berkembang di Indonesia. Awal perkembangannya PAIKEM dikenal dengan PAKEM yang kemudian mengalami penambahan Inovatif. PAKEM atau PAIKEM sebenarnya lahir dari berbagai pendekatan yang berkembang selama ini, seperti SAL (student active learning) atau yang biasa kita kenal dengan CBSA (cara belajar siswa aktif), dengan latar belakang teori pengajaran dan pengajarannya (teaching and learning theory) yang mendukung.19 Pengertian PAIKEM sendiri merupakan kepanjangan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai: pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.20 Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang amat mungkin digunakan untuk mengimplementasikan PAIKEM, ialah: 1) metode sort card, 2) metode the power of two; 3) metode mind mapping; 4) metode role play; dan 5) metode simulasi.

Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari pelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka

19

Dasim Budimansyah,dkk. PAIKEM (Pendekatan Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan). (Bandung: PT. Genesindo, 2009), cet. ke-3, hal.7

20

Muhibbin Syah & Rahayu Kariadinata. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). (Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2009), h.1.


(39)

pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran21. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAIKEM adalah sebagai berikut:

1) Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui perbuatan.

2) Guru atau siswa dapat memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru dalam suatu pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini siswa dan

21

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. 2, h. 317.


(40)

guru harus bisa lebih berinovasi dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar.

3) Guru menggunakan berbagai alat bantu tidak hanya dalam ruang lingkup kelas, tetapi juga bisa membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Karena siswa akan bisa menikmati belajar jika diterapkan hal-hal yang berbau alamiah.

4) Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’. Anak kebanyakan jika tidak ada tuntutan tidak akan muncul keinginan untuk membaca, maka dengan cara ini siswa diharapkan bisa meluangkan waktu yang tersedia untuk sedikit membaca.

5) Guru dapat menerapkan berbagai cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, salah satunya dengan cara belajar kelompok.

6) Guru mendorong dan memotivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

b. Unsur-unsur PAIKEM

Dalam PAIKEM terdapat 5 unsur utama, yaitu:22 1) Aktif, 2) Inovatif, 3) Kretif, 4) Efektif, dan 5) Menyenangkan. Sedangkan huruf “P” merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAIKEM berikut harus dirancang:

22

Indrawati dan Wawan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan untuk guru SD,(Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), hal. 12.


(41)

1) Pembelajaran Aktif, dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah.23 Keaktifan siswa ini pun dapat dilihat dari jenis komunikasinya, jenis komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk mengembangkan gagasan, kreatifitas, dan utamanya untuk mencapai efektivitas komunikasi pembelajaran baik secara mandiri maupun kelompok.

2) Pembelajaran Inovatif, McLeod dalam Indrawati dan Wawan Setiawan mengartikan inovasi sebagai: “something newly introduced such as method or device”. Berdasarkan pengertian ini, segala aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya) dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang baru bagi guru lain. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara mengintegrasikan media atau alat bantu terutama yang berbasis teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

3) Pembelajaran Kreatif, yaitu Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan atau kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan

23

Dasim Budimansyah,dkk. PAIKEM (Pendekatan Aktif, Kreatif, efektif, dan Menyenangkan). (Bandung: PT. Genesindo, 2009), cet. ke-3, hal.70


(42)

pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa. Stretegi mengajar untuk mengembangkan kreatifitas siswa adalah:

a) Memberi kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru.

b) Bersikap respek dan menghargai ide-ide siswa. c) Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa.

d) Penekanan pada proses bukan pada penilaian hasil akhir karya siswa. e) Memberikan waktu yang cukup untuk siswa berpikir dan

menghasilkan karya.

f) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreatifitas, seperti: “mengapa”, “bagaimana”, “apa yang terjadi jika ...” dan bukan pertanyaan “apa”, “kapan”.

4) Pembelajaran efektif. Secara harfiah efektif memiliki makna manjur, mujarab, berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat dan membawa hasil. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung (seperti yang dicantumkan dalam tujuan pembelajaran).

5) Pembelajaran yang menyenangkan. Menurut hasil penelitian, konsentrasi yang tinggi terbukti meningkatkan hasil belajar. Dalam penelitian mengenai otak dan pembelajaran mengungkapkan fakta yang mengejutkan, yaitu apabila sesuatu dipelajari secara sungguh-sungguh (dimana perhatian yang tinggi dari seorang tercurah) maka struktur internal sistem syaraf kimiawi seseorang berubah. Di dalam diri seseorang tercipta hal-hal baru seperti jaringan syaraf baru, jalur elektris baru, asosiasi baru, dan koneksi baru.


(43)

Dave Meier dalam Muhibbin syah dan Rahayu Kariadinata memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira di sini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan adalah sebagai berikut:

a) Siswa mengikuti pembelajaran dengan rileks dan santai tetapi tetap fokus pada materi yang diajarkan.

b) Siswa bebas dari tekanan, artinya dalam mengikuti pelajaran siswa tidak ada paksaan dari guru maupun orang tua.

c) Terciptanya suasana aman dalam kelas. Kesan guru galak dan diktator harus dihilangkan dalam kegiatan belajar mengajar,tetapi guru yang karismatik dan mampu memahami siswa yang mesti ada dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa merasa aman dan nyaman.

d) Dalam kegiatan belajar mengajar siswa akan merasa senang apabila pembelajaran yang disuguhkan oleh pengajar menarik.

e) Siswa harus membangkitkan minat belajar, suasana ini akan tercipta jika seorang pengajar mempu memotivasi siswa dengan sugesti-sugesti yang positif.

f) Adanya keterlibatan teman atau kerjasama tim dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman dan kesenangan siswa dalam pembelajaran.

g) Perhatian peserta didik tercurah, artinya perhatian siswa tertuju pada pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.

h) Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas terang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak) i) Semangat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

merupakan model utama, sehingga siswa akan merasa senang sepanjang mengikuti pembelajaran tersebut.


(44)

j) Perasaan gembira dapat menghilangkan kejenuhan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga akan tercipta suasana yang menyenangkan.

k) Konsentrasi tinggi akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan oleh guru, hal ini akan menumbuhkan kepercayaan diri dan kesenangan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

c. Karakteristik PAIKEM

Ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAIKEM,24 ciri-ciri tersebut adalah:

1) Adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik.

2) Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan.

3) Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan hiasan yang menarik.pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya siswa menjadi salah satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran.

4) Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil

24

Dasim Budimansyah, dkk, “ PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan”, (Bandung: Genesindo, 2009), hal. 73.


(45)

kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang.

5) Dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreatifitasnya.

6) Dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa.

7) Pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Dari ketujuh ciri tersebut, pada pembelajaran menggunakan pendekatan PAIKEM siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan peran seorang pengajar hanya sebagai fasilitator dan pengarah siswa.

d. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melaksanakan PAIKEM

PAIKEM bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya serta mengembangkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal berikut:25

Pertama, memahami sifat yang dimiliki anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia –selama mereka normal– terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembang kedua sifat yang diberikan Allah tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji

25

Dasim Budimansyah, dkk, “ PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan”, (Bandung: Genesindo, 2009), hal. 74-76.


(46)

anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

Kedua, mengenal anak secara perorangan. Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

Ketiga, memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

Keempat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas


(47)

atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

Kelima, mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

Keenam, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

Ketujuh, memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara


(48)

memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

Kedelapan, membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan “PAIKEM”.

e. Desain Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan

Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.26

26

Sofan Amri dan Iif Khoiru, Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.


(49)

Tabel 1

Contoh Kegiatan Pembelajaran dan Kemampuan Guru Dalam Desain PAIKEM

Kemampuan Guru Pembelajaran

Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:

 Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri

 Gambar

 Studi kasus  Nara sumber  Lingkungan Guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan keterampilan.

Siswa:

 Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara

 Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri

 Menarik kesimpulan

 Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri

 Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.

Melalui:  Diskusi

 Lebih banyak pertanyaan terbuka  Hasil karya yang merupakan

pemikiran anak sendiri Guru menyesuaikan bahan dan

kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.

 Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

 Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.  Tugas perbaikan atau pengayaan

diberikan

Guru mengaitkan

PEMBELAJARAN dengan

pengalaman siswa sehari-hari.

 Siswa menceritakan atau

memanfaatkan pengalamannya sendiri.

 Siswa menerapkan hal yang

dipelajari dalam kegiatan sehari-hari Menilai PEMBELAJARAN dan

kemajuan belajar siswa secara terus menerus.

 Guru memantau kerja siswa  Guru memberikan umpan balik


(50)

B.Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Indarti Relik yang berjudul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Turunan Andong Boyolali Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui Penggunaan Alat Peraga Matematika Buatan Siswa”,27 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan model PAKEM melalui penggunaan alat peraga matematika buatan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh bahwa pada siklus 1 rata-rata kelas 71,64, aktivitas siswa dalam pembelajaran mencapai 61,09%. Pada siklus 2 rata-rata kelas 73,40 dan aktivitas siswa 67,17%. Sedangkan pada siklus 3 diperoleh rata-rata kelas meningkat menjadi 77,75 dan prosentase aktivitas siswa 68,91%.

Dari penelitian Anggun Eko Ferianto yang berjudul “Penerapan PAKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang”28, dapat disimpulkan bahwa penerapan PAKEM pada pembelajaran matematika meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran PAKEM di kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang, dilihat dari kualifikasi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran PAKEM setelah dilaksanakan tindakan pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Kualifikasi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran PAKEM mengalami peningkatan, dari 58% dengan kriteria kurang pada siklus 1, menjadi 76,3% pada siklus 2 dengan kriteria baik dan memenuhi kategori sangat baik pada siklus 3 (88,75%).

Sedangkan berdasarkan penelitian Ima Nurmilah Syam, yang berjudul Pengaruh Pendekatan PAIKEM Melalui Eksperimen Sederhana terhadap Hasil

27

Indiarti Relik,” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Turunan Andong Boyolali Pokok Bahasan Bangun Ruang dengan Model PAKEM Melalui Penggunaan Alat Peraga Matematika Buatan Siswa”, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang, 2005.

28

Anggun Eko Ferianto, “Penerapan PAKEM untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Sindurejo 01 Kabupaten Malang”, Skripsi Jurusan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Universitas Negeri Malang, 2009.


(51)

Belajar Fisika”.29 Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dapat diketahui bahwa pendekatan PAIKEM berpengaruh terhadap hasil belajar fisika, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji-t pada taraf signifikansi (α) = 0,05 didapatkan thitung > ttabel yaitu 2,844 > 1,668, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan PAIKEM melalui eksperimen sederhana terhadap hasil belajar fisika. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan instrumen non tes menggunakan analisis statistik deskriptif diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada setiap aspek PAIKEM mencapai rata-rata 71,08% termasuk kategori baik.

C.Kerangka Konseptual Intervensi Tindakan

Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan dan lingkungan tersebut mengalami perubahan. Lingkungan yang mendukung proses belajar adalah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya.

Selain itu proses belajar juga memerlukan partisipasi aktif dan kreatif dari siswa. Jadi siswa tidak hanya menerima dan menghafal begitu saja materi yang diperolehnya dari guru, namun saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran konvensional, dimana guru sebagai pemegang peran utama pemberi informasi. Hal ini berdampak pada rendahnya aktivitas siwa terhadap pembelajaran matematika dan kurangnya inovasi pembelajaran di kelas oleh guru. Di mana definisi, rumus dan contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru. Siswa sekedar menirukan penyelesaian yang dikerjakan guru. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Keterampilan dasar

29

Ima Nurmilah Syam, “Pengaruh Pendekatan PAIKEM Melalui Eksperimen Sederhana terhadap Hasil Belajar Fisika”, Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu


(52)

yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Inovasi dapat diartikan sebagai suatu yang baru dalam situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. Dilihat dari bentuk atau wujudnya “sesuatu yang baru” itu dapat berupa ide, gagasan, benda atau mungkin tindakan. Sedangkan dilihat dari maknanya, sesuatau yang baru itu bisa benar-benar baru yang belum tercipta sebelumnya yang kemudian disebut dengan invention. Proses invention, misalkan penerapan metode atau pendekatan pembelajaran yang benar-benar baru dan belum dilaksanakan dimanapun untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran30. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.. Pada pembelajaran PAIKEM tugas seorang guru adalah harus aktif dalam memantau kegiatan belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, mempertanyakan gagasan siswa. Guru harus kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam, membuat alat bantu atau media pembelajaran. Guru harus bisa mengemas materi agar lebih mudah dipahami siswa, menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi untuk menarik

Pengetahuan alam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

30

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), cet. 2, h. 317.


(53)

perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Perbedaan pendapat dalam kelas adalah hal yang biasa dan patut dihargai. Justru dengan adanya perbedaan pendapat tersebut dapat merangsang siswa untuk menemukan ide-ide baru yang menambah pengetahuan siswa. Siswa pun diharapkan terampil dalam berproses. Sehingga apabila keterampilan prosesnya baik maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan pendekatan PAIKEM. Pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM ini diharapkan lebih baik dari pembelajaran yang konvensional dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika.

D.Hipotesis Tindakan

Penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa pada pokok bahasan pecahan.


(54)

40

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Al-Mursyidiah, yang beralamat di Jalan Raya Siliwangi Gg. Anggrek Rt. 003/ Rw. 18 No. 46, Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang - Tangerang Selatan Banten

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011, pada tanggal 26 Januari 2011 sampai tanggal 16 Maret 2011.

Tabel 2 Scedule Penelitian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul Skripsi 2 Pengesahan Judul Skripsi 3 Permohonan Izin Penelitian 4 Observasi

5 Penelitian Siklus 1 6 Tes Akhir Siklus 1 7 Penelitian Siklus 2 8 Tes Akhir Siklus 2

Februari Mare t Pelaksanaan Kegiatan

No Rangkaian Ke giatan Pe ne litian Agustus Januari

Keterangan:

1. Pengajuan Judul Skripsi 13 Agustus 2010 2. Pengesahan Judul Skripsi 31 Agustus 2010 3. Permohonan Izin Penelitian 11 Januari 2011

4. Observasi 11 Januari 2011

5. Penelitian Siklus 1 9 s.d 17 Februari 2010 6. Tes Akhir Siklus 1 23 Februari 2011 7. Penelitian Siklus 2 2 s.d 10 Maret 2011 8. Tes Akhir Siklus 2 16 Maret 2011

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK),atau istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research


(55)

(CAR). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas.

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan.1 Sementara itu, dilaksanakannya penelitian tindakan kelas (PTK) diantaranya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru atau dosen/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, di mana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya:

1. Perencanaan (planning)

Secara lebih rinci tahapan perancanaan terdiri dari kegiatan sebagai kerikut: a. Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa.

b. Melakukan wawancara pendahuluan dengan guru bidang studi matematika.

c. Data penelitian yang telah terkumpul, dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan disimpulkan.

d. Merencanakan tindakan yang tepat berdasarkan akar penyebab masalah-masalah itu dengan menerapkan skenario pembelajaran dan instrument penelitian yang akan diterapkan.

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Dalam tahap ini dilaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan peneliti. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kerja sama dengan

1


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik pada pokok bahasan pecahan

2 17 79

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 2 2

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD DALAM MEMODELKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.

0 1 32

PENERAPAN PENDEKATAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD DALAM MEMODELKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.

1 3 5

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Darussalam Surakarta).

0 0 6

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 01 Langensari).

0 0 9

PENDAHULUAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIS (PTK di SD Karangtalun 02 Tanon).

0 1 9

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN HUMANISTIS (PTK di SD Karangtalun 02 Tanon).

0 1 12