Proyeksi efisiensi biaya peresapan obat bermerek dagang terhadap padanan generiknya di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta bagian rawat jalan periode November 2006 - USD Repository

  PROYEKSI EFISIENSI BIAYA PERESEPAN OBAT BERMEREK DAGANG TERHADAP PADANAN GENERIKNYA DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA BAGIAN RAWAT JALAN PERIODE NOVEMBER 2006 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Hermanto NIM : 038114117

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  PROYEKSI EFISIENSI BIAYA PERESEPAN OBAT BERMEREK DAGANG TERHADAP PADANAN GENERIKNYA DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA BAGIAN RAWAT JALAN PERIODE NOVEMBER 2006 SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Hermanto NIM : 038114117

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

  

PRAKATA

  Penulis mengucapkan puji syukur atas segala berkat dan rahmat yang diberikan oleh Yesus Kristus selama proses penulisan skripsi yang berjudul “PROYEKSI EFISIENSI BIAYA PERESEPAN OBAT BERMEREK DAGANG TERHADAP PADANAN GENERIKNYA DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA BAGIAN RAWAT JALAN PERIODE NOVEMBER 2006”.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Program Studi Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

  Selama proses penyusunan skripsi, penulis telah dibantu berbagai pihak yang mendukung dari segi moral dan materiil. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Keluarga penulis yaitu kedua orang tua, kakak-kakak dan adik. Mereka yang menjadi sumber inspirasi dan semangat hidup penulis.

  2. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kesediaan menguji dan telah memberikan banyak saran dan arahan.

  4. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kesediaan menguji dan telah memberikan banyak saran dan arahan.

  5. Ir. Ign. Aris Dwiatmoko, M.Sc. atas bantuannya dalam memberikan saran- saran tentang metodologi penelitian.

  6. Sohib-sohib angkatan 2003, khususnya kelas che_mistry yang narsis habis, kalianlah yang mengajarkan arti persahabatan kepada penulis.

  7. Teman-teman di Kontrakan yakni Hengky, Aan, Taufan, Bakri, Suvendi, Bodhonk, Vian, Irwan, Madya, Ndaru, yang memberikan banyak hal yang tidak ternilai harganya dalam hidup penulis selama masa kuliah.

  8. Teman-teman di Pos Kesehatan Kota Baru dan Bakti Sosial yaitu Rizky, Ratna, Anton, Hendry Halim, Simon, Widi, Tejo, Vita, Mita, Christie, Rinta, Wondo dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Merekalah yang mengajarkan tentang dunia kefarmasian kepada penulis.

  9. Dan untuk pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah disusun ini tidaklah sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat praktis bagi masyarakat.

  Penulis

  

PROYEKSI EFISIENSI BIAYA PERESEPAN OBAT BERMEREK

DAGANG TERHADAP PADANAN GENERIKNYA DI RUMAH SAKIT

PANTI RAPIH YOGYAKARTA BAGIAN RAWAT JALAN

PERIODE NOVEMBER 2006

  

INTISARI

  Penggunaan obat generik yang dikatakan lebih murah harganya dibandingkan obat bermerek dagang sebagai pilihan pengobatan masih cukup rendah di Indonesia. Ini terlihat dari data Intercontinental Marketing Services (IMS) mengenai pasar obat generik di Indonesia pada tahun 2004 yang hanya menguasai 14% pangsa pasar farmasi. Hal ini cukup ironis bila dilihat dari pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang mencapai US$ 1.308 di tahun 2005 (Anonim, 2006a) dan termasuk kategori negara berpendapatan menengah ke bawah. Oleh karena itu beranjak dari salah satu terapi pengobatan dalam konsep pengobatan pharmaceutical care yakni farmasis bertanggung jawab untuk memilihkan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien (Anonim, 1993), maka penelitian ini dilakukan untuk mengamati efisiensi biaya yang terjadi bila obat bermerek dagang dalam resep digantikan dengan obat generiknya.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional). Variabel bebas dalam penelitian adalah jenis obat yaitu obat bermerek dagang dan obat generik sedangkan variabel tergantung adalah harga obat bermerek dagang dan harga obat generik.

  Data kuantitatif yang didapat melalui teknik cluster sampling dari populasi sasaran diolah dan dianalisis dengan metode statistik yang berjenis uji Mann- . Analisis akan diperkuat dengan data kualitatif berupa wawancara

  Whitney

  seputar obat generik kepada konsumen obat, apoteker, dan dokter di rumah sakit umum tersebut.

  Dari data kuantitatif, didapatkan rata-rata biaya tiap lembar resep obat bermerek dagang sebesar Rp 46.608,40 dan rata-rata biaya tiap lembar resep padanan generik sebesar Rp 9.985,86 sedangkan untuk efisiensi biaya yang diperoleh sebesar 78,58%. Data kualitatif yang diperoleh menunjukkan bahwa penggantian obat bermerek dagang dalam resep dengan padanan generiknya disetujui oleh dokter, sedangkan pihak pasien menyerahkan sepenuhnya keputusan penulisan resep kepada dokter. Apoteker sendiri setuju bahwa dengan menekan biaya yang dikeluarkan oleh pasien lewat penggantian resep obat bermerek dagang dengan.padanan generiknya merupakan cara untuk lebih mengenalkan peran apoteker di masyarakat.

  Kata Kunci: obat generik, obat bermerek dagang, cluster sampling, uji Mann- , proyeksi, efisiensi biaya peresepan, RS Panti Rapih

  Whitney

COST EFFICIENCY PROJECTION OF BRANDED NAME PRESCRIBING TO ITS GENERIC DRUG IN RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA AT DAILY CARE DEPARTMENT, NOVEMBER 2006 PERIOD

  

ABTRACT

  The using of generic drug that the cost is inexpensive rather than branded drug as the treatment choices in Indonesia still low. This appear from the

  

Intercontinental Marketing Services (IMS) data above Indonesia’s generic drug

market in year 2004 which is just dominate 14% pharmaceutical market segment.

  This thing is ironic if looked from per capita income of Indonesia society that achieve US$ 1.308 in year 2005 (Anonim, 2006a) and is the nation with low income category. Therefore move from pharmaceucetical care theraphy concept that is pharmacist responsible to determine drug which appropriate to the patient need (Anonim,1993), so this research did for observe cost eficiency that happened if branded name in prescription is subtituted by its generic drug.

  The research include analytic research type with cross sectional research design. Independent variable from the research is branded name and generic drug whereas dependent variable is cost of branded name and cost of generic drug.

  Quantitative data that obtained with cluster sampling technique from target population processed and analyzed with statistic method that kinds of Mann- Whitney test. The analyze supported with qualitative data by generic drug related interview to the consumer, pharmacist, and physician in that public hospital.

  From quantitative data, obtained cost average each sheet of branded name prescription is Rp 46,608.40 and cost average each sheet of its generic drug prescription is Rp 9,985.86 whereas for cost efficiency that obtained is 78.58%. Obtained qualitative data show that subtitution of branded name in prescription to its generic drug is agreed by the physician, whereas the patient hand over to the physician about the prescribing decision. Pharmacist agree that with suppress the expenditure of patient through subtitution of branded name prescription to its generic drug is the way for introduce more pharmacist job in society. Keyword: Generic drug, branded name, cluster sampling, Mann-Whitney test, projection, cost efficiency of prescribing, RS Panti Rapih.

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. v PRAKATA.................................................................................................. vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... viii

  INTISARI.................................................................................................... ix

  ABSTRACT .................................................................................................. x

  DAFTAR ISI............................................................................................... xi DAFTAR TABEL....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii

  BAB I. PENGANTAR .............................................................................. 1 A. Latar Belakang......................................................................................

  1 1. Rumusan masalah......................................................................

  3 2. Keaslian penelitian....................................................................

  4 3. Manfaat penelitian.....................................................................

  5 a. Manfaat teoritis............................................................

  5 b. Manfaat praktis............................................................

  5 B. Tujuan penelitian..................................................................................

  5

  1. Tujuan umum...........................................................................

  22 K. Landasan Teori.....................................................................................

  32 2. Pengumpulan data......................................................................

  32 1. Perijinan.....................................................................................

  31 E. Tata Cara Penelitian..............................................................................

  30 D. Populasi dan Sampel.............................................................................

  30 C. Definisi Operasional.............................................................................

  30 B. Variabel-variabel Penelitian.................................................................

  29 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 30 A. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................................

  28 L. Hipotesis...............................................................................................

  21 J. Bioavaibilitas dan Bioekivalensi..........................................................

  5 2. Tujuan khusus..........................................................................

  20 H. Pharmaceutical Care........................................................................... 21 I. Penggunaan Obat secara Rasional.......................................................

  12 G. Rumah Sakit........................................................................................

  12 F. Apoteker...............................................................................................

  11 E. Dokter...................................................................................................

  9 D. Hak Konsumen....................................................................................

  8 C. Resep...................................................................................................

  7 B. Obat Bermerek dagang........................................................................

  6 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 7 A. Obat Generik.......................................................................................

  32

  a. Data kuantitatif..............................................................

  2. Masing-masing poliklinik................................................................... 41 C. Efisiensi Biaya.........................................................................................

  49 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

  48 B. Saran.........................................................................................................

  ...................................................... 48 A. Kesimpulan...............................................................................................

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

  42 D. Pendapat Responden tentang Penggantian Obat Bermerek Dagang ke Obat Generik............................................................................................. 44

  42 2. Efisiensi biaya masing-masing poliklinik..........................................

  42 1. Efisiensi biaya seluruh poliklinik.......................................................

  1. Seluruh poliklinik................................................................................ 39

  32 b. Data kualitatif................................................................

  39

  39 B. Signifikansi Perbedaan Rata-rata Biaya Obat Bermerek Dagang Terhadap Padanan Generiknya................................................................

  38 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 39 A. Rata-rata Biaya Obat Bermerek Dagang dan Padanan Generiknya.........

  37 G. Analisis Hasil..........................................................................................

  37 F. Kelemahan Penelitian.............................................................................

  36 b. Data kualitatif................................................................

  36 a. Data kuantitatif..............................................................

  35 3. Pengolahan data..........................................................................

  50 LAMPIRAN................................................................................................. 52

  BIOGRAFI PENULIS.................................................................................. 114

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Tabel contoh nama paten yang habis masa patennya................ 8 Tabel II. Obat generik yang ekivalen terapetik dengan obat bermerek dagang........................................................................ 25

  Tabel III. Gambaran pemilahan sampel dari populasi resep RS Panti Rapih bagian rawat jalan periode November 2006.................... 34

  Tabel IV. Gambaran Biaya Total dan Rata-Rata Biaya Tiap Lembar Resep Obat Bermerek Dagang dan Padanan Generik.............. 39

  Tabel V. Jenis distribusi dari rata-rata biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik tiap lembar...................................... 40 Tabel VI. Jenis distribusi dari rata-rata biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik tiap lembar yang diubah menjadi nilai logaritmik............................................

  40 Tabel VII. Uji statistik non parametrik Mann-Whitney biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik............................... 41 Tabel VIII. Gambaran biaya total resep obat bermerek dagang dan padanan generik pada resep tiap poliklinik................... 43 Tabel IX. Perbandingan rata-rata biaya per lembar resep obat bermerek dagang dan padanan generik serta rata-rata efisiensi biaya pada resep tiap poliklinik............................

  44

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 1. Diagram konsumsi obat per kapita pada negara-negara ASEAN tahun 2004.....................................

  2

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Jumlah sampel tiap departemen yang memenuhi kriteria dan yang tidak memenuhi kriteria.........................................

  52 Lampiran 2. Jumlah sampel tiap departemen yang memenuhi kriteria.....

  52 Lampiran 3. Data peresepan obat bermerek dagang dan padanan generiknya secara umum di RSU Panti Rapih Yogyakarta periode November 2006......................................................... 53

  Lampiran 4. Data biaya peresepan obat bermerek dagang dan padanan generik di RSU Panti Rapih Yogyakarta bagian rawat jalan periode November 2006 berdasarkan pengelompokan departemen ............................................................................

  64 Lampiran 5. Perbandingan biaya total resep obat bermerek dagang dan padanan generik pada resep tiap departemen..................................... 79 Lampiran 6. Perbandingan rata-rata biaya per lembar resep obat bermerek dagang dan padanan generik serta rata-rata efisiensi pada resep tiap departemen ...........................…………............................... 80

  Lampiran 7. Jenis distribusi dari rata-rata biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik tiap lembar................................................

  80 Lampiran 8. Uji statistik non parametrik dua sampel independen

  Mann-Whitney biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik ...................................................................... 82

  Lampiran 9. Jenis distribusi dari rata-rata biaya peresepan obat

  bermerek dagang dan obat generik tiap lembar yang diubah ke nilai logaritmik....................................................

  82 Lampiran 10. Uji statistik non parametrik dua sampel independen Mann-Whitney biaya peresepan obat bermerek dagang dan obat generik yang diubah ke nilai logaritmik.............

  82 Lampiran 11. Uji jenis distribusi data dan uji statistik untuk tiap poliklinik............................................................................

  82 Lampiran 12. Wawancara apoteker............................................................

  97 Lampiran 13. Wawancara pasien................................................................ 101 Lampiran 14. Wawancara dokter................................................................ 105 Lampiran 15. Surat ijin BAPEDA Propinsi DI Yogyakarta....................... 108 Lampiran 16. Surat ijin Dinas Perizinan Pemkot Yogyakarta................... 109 Lampiran 17. Surat ijin penelitian RS Panti Rapih Yogyakarta................ 110 Lampiran 18. Data rekapitulasi resep-resep di RS Panti Rapih bagian rawat jalan pada bulan November 2006.............................. 111 Lampiran 19. Lampiran obat generik padanan obat bermerek dagang dalam resep.......................................................................... 112

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dalam perkembangan pelayanan kefarmasian telah dikenal suatu konsep

  yang disebut pharmaceutical care. Pharmaceutical care merupakan kegiatan kefarmasian secara langsung, bertanggung jawab pada tindakan yang berhubungan dengan pengobatan untuk tujuan mencapai hasil nyata yang meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan ini tidak hanya menyangkut terapi pengobatan, tetapi juga keputusan untuk tidak menggunakan pengobatan terhadap pasien (Anonim, 1993).

  Terapi pengobatan sendiri menyangkut pemilihan obat, dosis, rute dan cara pemakaian, pengawasan hasil terapi, dan pemberian informasi dan konseling bagi pasien (Anonim, 1993). Pemilihan obat yang sesuai dengan penyakit pasien merupakan salah satu persyaratan dari penggunaan obat secara rasional. Dalam memilih obat yang tepat, farmasis juga harus mempertimbangkan khasiat, keamanan, kenyamanan bagi pasien dan biaya (Anonim, 1997).

  Pada tahun 2004 tingkat konsumsi obat di Indonesia menurut

  

Intercontinental Marketing Services (IMS) hanya sebesar $7,2 per kapita dan urutan

  ke-5 di antara negara-negara ASEAN (Anonim 2005a). Bila dilihat berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2005, sudah tersedia 1.001 dari 1.031 jenis obat yang dibutuhkan atau sekitar

  1

  98,06% (Dinkes Propinsi DIY, 2006). Hal ini menunjukkan tingkat konsumsi obat di Indonesia tidak dipengaruhi oleh ketersediaan obat. Dari indikator ini, menunjukkan bahwa harga obat di Indonesia masih belum dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

  

Gambar 1. Diagram perbandingan konsumsi obat per kapita di Negara ASEAN

  Jika dilihat dari pendapatan per kapita penduduk Indonesia yang baru mencapai US$ 1.308 di tahun 2005 (Anonim, 2006a). Maka dengan didasari kategori negara-negara yang mempunyai pendapatan per kapita dari US$ 800-3200, Indonesia merupakan golongan negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Maka dari itu proporsi penggunaan obat generik yang dianggap terjangkau harusnya lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan obat bermerek dagang. Tetapi hal ini bertolak belakang bila dilihat dari data IMS yang di mana pasar obat generik di Indonesia pada tahun 2004 bernilai Rp 2,9 triliun. Padahal untuk penjualan obat secara keseluruhan nilainya mencapai Rp 20,22 triliun (Anonim, 2005a). Bila dihitung, obat generik baru menguasai 14% pangsa pasar farmasi nasional.

  Penulisan resep obat generik sebenarnya dapat ditingkatkan. Berdasarkan PP No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan pasal 61 ayat 3, obat berdasarkan resep dokter dapat diganti dengan padanannya berupa obat generik (Hartini dan Sulasmono, 2006). Tentunya cara ini dapat digunakan untuk mengurangi biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh pasien.

  Dari semua informasi yang telah disebutkan, penelitian ini akan mencoba mencari informasi efisiensi biaya obat yang diperoleh konsumen dalam hal ini pasien, bila obat bermerek dagang di dalam resep digantikan dengan obat generiknya. Selain itu, untuk mendukung informasi yang didapat, dilakukan pula pencarian informasi tentang pandangan pasien, apoteker, dan dokter. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan data yang diambil berupa biaya resep bulan November 2006 di bagian rawat jalan serta data wawancara dengan pasien, apoteker, dan dokter.

B. Rumusan Masalah

  1. Berapa rata-rata biaya obat bermerek dagang rata-rata biaya tiap lembar resep dan padanan generiknya dalam tiap lembar resep di Rumah Sakit Panti Rapih pada bagian rawat jalan selama periode November 2006?

  2. Apakah rata-rata biaya obat bermerek dagang dalam tiap lembar resep berbeda signifikan dari rata-rata biaya obat generiknya?

  3. Berapakah persentase efisiensi biaya tiap lembar resep yang diperoleh?

  4. Bagaimana pendapat pasien, apoteker, dan dokter mengenai penggantian obat bermerek dagang dalam resep dengan padanan generiknya?

  

C. Keaslian Penelitian

  Penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah penelitian tentang Dampak

  Krisis Ekonomi terhadap Penggunaan Obat Antibiotik Generik pada Beberapa Apotek di Wilayah Kota Yogyakarta (Hastuti, 2000). Perbedaannya terletak pada data dan lokasi yang diambil. Pada penelitian tersebut, data yang diambil berupa sejumlah item obat dan didukung dengan data kuesioner sedangkan data yang dikumpulkan penulis berupa biaya resep yang dihitung secara deskriptif dan didukung oleh data hasil wawancara. Selain itu penulis mengambil data yang berada di Rumah Sakit.

  Selain itu penelitian yang hampir serupa yaitu Kajian Peresepan Obat Bermerek Dagang Terhadap Obat Generik Ditinjau dari Sisi Harga, Pendapat Dokter, Apoteker dan Pasien Studi Kasus: 4 Apotek Di Kota Yogyakarta Periode November dan Desember 2006 (Sungkit, 2007). Perbedaan penelitian terletak pada lokasi pengambilan sampel dan pengolahan data. Untuk pengolahan data, penulis tidak menyertakan biaya obat generik yang tercantum pada resep sebagai biaya total resep sedangkan pada penelitian tersebut menyertakan biaya obat generik dalam resepnya.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Memberikan nilai tambah pengetahuan mengenai analisis penggunaan obat dari aspek ekonomi.

  2. Manfaat praktis Melalui informasi yang didapatkan dari penelitian ini, konsumen obat dapat memilih produk obat yang memiliki harga yang lebih rendah dengan kualitas yang sama dengan obat bermerek dagang sehingga efisiensi dalam pembiayaan obat dapat tercapai serta efektifitas pengobatan yang terjamin. Selain itu pihak rumah sakit mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai informasi proyeksi efisiensi pembiayaan obat sehingga dapat mengambil langkah kebijakan dalam pengadaan obat. Demikian juga pemerintah dapat diberi gambaran tentang seberapa besar dampak penghematan pada penggantian obat bermerek dagang ke padanan generiknya sehingga kebijakan promosi penggunaan obat generik dan pengawasan ketersediaan obat generik dapat ditinjau kembali.

D. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum Memberi gambaran penghematan yang dapat dicapai dan pandangan dokter, apoteker dan pasien tentang penggantian obat bermerek dagang dalam resep dengan obat generik khususnya di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

  2. Tujuan khusus:

  a. Mengetahui rata-rata biaya obat bermerek dagang dalam resep selama periode November 2006 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta .

  b. Mengetahui rata-rata biaya obat generiknya

  c. Mengetahui selisih dari keduanya

  d. Mengetahui perbedaan yang signifikan dari rata-rata biaya bermerek dagang dalam resep terhadap rata-rata biaya obat generiknya.

  e. Mengetahui pendapat apoteker, pasien, dan dokter mengenai penggantian obat bermerek dagang dalam resep dengan padanan generiknya

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Generik Obat generik merupakan produk farmasi yang biasanya diharapkan menjadi

  pengganti dari produk inovatornya, dan obat ini diproduksi tanpa suatu lisensi dari perusahaan inovatornya dan dipasarkan setelah masa hak paten obat bermerek dagang kadaluwarsa (WHO, 2006b).

  Obat generik seringkali lebih murah dibanding obat bermerek dagang tetapi sama dalam keefektifannya. Karena murah, obat generik sering menjadi satu-satunya obat bagi masyarakat miskin (WHO, 2006b).

  Obat generik dibuat dengan zat aktif yang sama dalam bentuk sediaan yang sama seperti obat bermerek dagang. Obat generik ekivalen terapetik terhadap obat bermerek dagang tetapi dijual dengan nama kimia atau “generik”nya (Anonim, 2006b).

  Menurut SK. Menkes no. 05417 tahun 1989 pasal 1 ayat a tentang tata cara pendaftaran obat generik berlogo, yang dimaksud dengan obat generik berlogo adalah obat jadi dengan nama generik yang diedarkan dengan mencantumkan logo khusus pada penandaannya. Pada Permenkes no. 917 tahun 1993 pasal 4, obat jadi yang terdaftar harus memenuhi beberapa kriteria yang salah satunya menyatakan obat jadi harus mempunyai khasiat yang menyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui uji klinis (Dirjen POM, 1996).

  Adapun contoh nama paten yang telah habis masa patennya yaitu:

  7

  Tabel I. Tabel contoh nama paten yang habis masa patennya

  Nama Paten Nama Generik Habis Masa Paten Procardia Nifedipine 1991 Tenormin Atenolol 1991 Ceclor Cetaclor 1992 Cardizem Diltiazem 1992 Feldene Piroxicam 1992 Naprosyn Naproxen 1993 Xanax Alprazolam 1993 Tagamet Cimetidine 1994 Seldane Terfenadine 1994 Micronase Glyburide 1994 Capoten Captopril 1995 Zantac Ranitidine 1995 Trental Pentoxifylline 1997 Noroxin Norfloxacin 1998

  (Makoid, 1996)

B. Obat Bermerek Dagang

  Obat bermerek dagang adalah obat yang dipasarkan dibawah nama yang berwenang (merek dagang terproteksi) (FDA, 2006). Obat bermerek dagang dijual dengan nama dagang yang spesifik oleh perusahaan farmasi. Pada kebanyakan kasus, obat bermerek dagang masih dalam perlindungan paten, yang berarti perusahaan tersebut merupakan satu-satunya produsen (Anonim, 2006b).

  Komponen dari harga obat bermerek dagang berasal dari biaya produksi yang meliputi penelitian, pengembangan, dan pemasaran dari obat, juga termasuk kegiatan promosi dari obat itu (Anonim, 2006b).

C. Resep

  Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan, kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kepmenkes No. 1332 tahun 2002) (Hartini dan Sulasmono, 2006).

  Dalam rangka pelayanan kesehatan, penggantian penyerahan sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter dengan padanannya berupa obat generik, dapat dilakukan dengan persetujuan dokter yang mengeluarkan resep dan dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan ekonomi penerima pelayanan kesehatan (Hartini dan Sulasmono, 2006).

  Pada Permenkes RI no. 085 tahun 1989 pasal 5 ayat (1) tentang kewajiban menuliskan dan/atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, tertulis bahwa dokter yang bertugas di puskesmas dan unit pelaksanaan teknis lainnya diwajibkan menulis resep obat esensial dengan nama generik bagi semua pasien. Pada ayat (2), tercantum bahwa dokter dibenarkan membuat resep untuk dibeli di apotik luar dalam hal obat yang diperlukan tidak tersedia di Puskesmas atau unit pelaksana teknis tempat ia bekerja (Dirjen POM, 1996).

  Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Apoteker melakukan skrining resep meliputi :

  1.1.1. Persyaratan administratif : - Nama,SIP dan alamat dokter.

  • Tanggal penulisan resep.
  • Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
  • Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

  • Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
  • Cara pemakaian yang jelas.
  • Informasi lainnya.

  1.1.2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

  1.1.3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

  1.2. Penyiapan obat.

  1.2.1. Peracikan.

  Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

  1.2.2. Etiket.

  Etiket harus jelas dan dapat dibaca.

  1.2.3. Kemasan obat yang diserahkan.

  Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.

  1.2.4. Penyerahan obat.

  Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

  1.2.5. Informasi obat.

  Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

  1.2.6. Konseling.

  Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

  1.2.7. Monitoring penggunaan obat.

  Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti cardiovascular, diabetes ,TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.

  (Anonim, 2004)

D. Hak Konsumen

  Pengertian konsumen dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999 yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan (Anonim,1999).

  Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1999, hak-hak konsumen antara lain:

  1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa

  2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan

  3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

  4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan

  5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut

  6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

  7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

  8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

  9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya (Anonim,1999)

E. Dokter

  Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dan dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan Perundang-undangan (Hartini dan Sulasmono, 2006).

  Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktek kedokteran mempunyai kewajiban yang salah satunya berbunyi memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Pada UU Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004 pasal 35 tertulis bahwa dokter mempunyai beberapa wewenang yang salah satunya berbunyi menulis resep obat dan alat kesehatan (Hartini dan Sulasmono, 2006).

F. Apoteker

  Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Anonim, 2004).

  Pada kode etik apoteker Indonesia pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1960, apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan semata. Lebih lanjut lagi, pasal 7 menyatakan bahwa apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya. Apoteker juga mempunyai kewajiban terhadap pasien yaitu mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak azasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani seperti yang tercantum pada pasal 9 (Hartini dan Sulasmono, 2006).

  WHO menyatakan peran apoteker ke dalam istilah “Seven Star of Pharmacist” yang meliputi :

  1. Care Giver. Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinik, analitik, dan teknis, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu ataupun kelompok, apoteker harus menggabungkan pelayanannya ke dalam sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan yang dihasilkan harus bermutu tinggi.

  2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, keefektifan dan biaya yang efisien terhadap seluruh penggunaan sumber daya alnya sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan dan lain-lain. Untuk mencapai hal tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.

  3. Comunicator. Apoteker mempunyai kedudukan yang penting dalam berinteraksi dengan pasien maupun dengan tenaga kesehatan yang lain. Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan.

  4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

  Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan empatik dan efektif, serta kemampuan mennyampaikan dan mengelola hasil keputusan.

  5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan. Ke depannya lagi apoteker harus tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

  6. Life-long learner. Apoteker harus tertarik untuk belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan keterampilannya selalu baru dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terkini (up to date) dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.

  7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam berbagi ilmu pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh pengalaman dan peningkatan keterampilan.

  (WHO, 1997) Di dalam standar kompetensi farmasis yang disusun oleh ISFI (Ikatan Sarjana

  Farmasi Indonesia) tahun 2004, farmasis atau apoteker di rumah sakit memiliki standard

  

operating procedure yang terkait dengan manajemen praktis farmasi. Manajemen

  praktis farmasi ini meliputi:

  1. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di farmasi rumah sakit berdasarkan berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.

  f. Menyusun anggaran.

  b. Menilai dokumen perencanaan stratejik yang dihasilkan.

  a. Menilai perencanaan dan kesesuaian falsafah, visi, dan misi dengan semangat asuhan kefarmasian.

  2.5. Cara evaluasi

  c. Pemerintah (akreditasi, registrasi, perancang regulasi).

  b. Pimpinan rumah sakit.

  2.4. Tanggung jawab a. Farmasis.

  h. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program-program yang telah dilakukan. i. Menjaga dan meningkatkan mutu sesuai dengan tuntutan konsumen berdasar pada pertimbangan klinis.

  g. Melaksanakan program yang telah ditetapkan.

  e. Menyusun kebijakan, program dan sasaran.

  2. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan efisiensi. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkannya ke dalam rencana kerja (plan of Acdon).

  d. Menetapkan strategi pengembangan, tujuan, dan prioritas berdasarkan isu-isu yang dipilih.

  c. Memilih isu-isu pengembangan.

  b. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman baik untuk lingkungan internal maupun ekternal.

  2.3. Kegiatan a. Merumuskan falsafah, visi, dan misi dari praktek kefarmasian.

  2.2. Ruang lingkup Ruang lingkup kompetensi ini meliputi tahap-tahap dalam manajemen stratejik sejak dari perancangan sampai evaluasi kegiatan.

  c. Terselenggaranya praktek kefarmasian yang berbasis stratejik.

  b. Terbentuknya pola pikir farmasis yang stratejik dan mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

  a. Tercapainya tujuan praktek kefarmasian berdasarkan falsafah asuhan kefarmasian yaitu meningkatkan dan menjaga kualitas hidup pasien melalui hasil pelayanan klinis yang positif.

  2.1. Tujuan:

  c. Melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan.

  3. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif, dan efisien.

  Penjabaran dari kompetensi di atas adalah dengan seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan persediaan, perancangan, dan pelaksanaan sistem distribusi, melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelaksanaan kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan mutu pelayanan.

  3.1. Tujuan:

  a. Tersusunnya standar obat berdasarkan analisis farmakologi, farmakoepidemiologi dan farmakoekonomi sehingga menjamin kualitas, ketersediaan, keamanan, dan efektivitas penggunaan obat.

  b. Terciptanya sistem pengadaan yang efisien sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang tepat, dalam jumlah cukup, dengan harga murah, dan dengan standar kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggungjawabkan.

  c. Terciptanya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan proses yang murah dan terpercaya, terhidar dari pemborosan, kerusakan, dan kehilangan , serta menjamin stabilitas/kualitas obat.

  d. Terciptanya sistem distribusi yang menjamin sampainya obat ke pengguna dengan cara efektif.

  e. Terciptanya sistem dispensing yang menjamin efektifitas penggunaan obat yang menjamin efektifitas penggunaan obat dalam dosis dan jumlah yang sesuai dengan yang diresepkan, dengan instruksi yang jelas dan dalam bentuk kemasan yang menjaga potensi obat.

  f. Tersedianya data yang dapt menggambarkan pola penggunaan obat, memecahkan masalah-masalah penggunaan obat yang spesifik, dan memonitor penggunaan obat dari waktu ke waktu.

  g. Terbentuknya sistem informasi yang menjamin bahwa setiap aktivitas kegiatan pengelolaan obat dilakukan secara bertanggung jawab dan menghasilkan keluaran sesuai dengan spesifikasiyang dipersyaratkan.

  3.2 Ruang lingkup Ruang lingkup kompetensi ini meliputi semua tahap-tahap proses pengelolaan obat sejak dari seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, distribusi, dispensing, penggunaan, dan evaluasi.

  3.3 Kegiatan 1) Seleksi: a. Melakukan tinjauan terhadap masalah-masalah kesehatan yang terjadi.

  b. Mengidentifikasi pemilihan terapi, bentuk, dan dosis obat.

  c. Menentukan kriteria seleksi obat.

  d. Melakukan standarisasi obat sesuai kriteria seleksi obat dalam rangka memutuskan macam-macam obat yang akan digunakan di rumah sakit.

  e. Menentukan standar obat atau formularium rumah sakit. f. Menjaga dan memperbaharui standar obat atau formularium yang berlaku pada periode tertentu. 2) Perencanaan, pengadaan, dan produksi a. Meninjau ulang obat-obat yang telah diseleksi.

  b. Memilih cara perencanaan yang paling sesuai.

  c. Menghitung jumlah kebutuhan obat.

  d. Menyesuaikan antara kebutuhan dengan dana yang tersedia.

  e. Memonitor dan evaluasi pemasok dan memilihyang terpercaya.

  f. Memilih metode pengadaan yang paling menguntungkan.

  g. Melakukan negosiasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan, pelayanan purna jual, dan harga yang wajar.

  h. Membuat kontrak yang spesifik sesuai hasil negosiasi. i. Memonitor surat pesanan yang dibuat. j. Memastikan kesesuaian antara surat pesanan, spesifikasi barang dan dokumen pendukung yang menyertai. k. Melakukan pembayaran sesuai waktu yang disepakati. l. Melakukan pembayaran sesuai waktu yang telah disepakati. m. Menjaga mutu produksi sediaan farmasi. 3) Penyimpanan dan pengamanan persediaan:

  a. Merancang fisik dan peralatan yang diperlukan sesuai dengan undang dan peraturan yang berlaku untuk menjamin stabilitas obat.

  b. Merancang dan melaksanakan prosedur tetap pengamanan persediaan.

  c. Menjamin prosedur tetap agar selalu sesuai dengan kebutuhan.

  d. Menerima obat yang sudah sesuai dengan dokumen penyerta.

  e. Menyimpan obat sesuai dengan sistem penyimpanan yang dipilih.

  f. Mengadministrasikan semua penerimaan obat ke dalam kartu stok, kartu stelling atau ke dalam komputer.

  g. Melayani permintaan obat dari unit pelayanan, lengkap dengan sistem administrasinya.

  h. Menggunakan siatem pengawasan yang menjamin kualitas obat dan kondisi stok shingga terhindar dari kerusakan, kehilangan, kekosongan dan kelebihan stok. i. Merancang, menggunakan, menjaga, meningkatkan sistem informasi agar selalu sesuai dengan kebutuhan. j. Mendokumentasikan seluruh dokumen-dokumen pendukung seperti certificate of analysis , material safety, data sheet dan lain-lain. 4) Perancangan dan pelaksanaan sistem distribusi: a. Mempelajari macam-macam sistem distribusi yang ada.

Dokumen yang terkait

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

2 111 87

Evaluasi interaksi obat pada pasien pediatrik demam tifoid di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan periode Januari 2014 - Desember 2014

3 67 100

Analisis potensi interaksi obat diabetes melitus pada resep obat pasien rawat jalan di RSAL Dr. Mintohardjo

3 34 84

Prevalensi diare pada pasien balita rawat jalan di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada, Tangerang Selatan bulan April-Juni tahun 2010

1 17 47

Peranan akuntansi pendapatan rawat inap umum dalam meningkatkan efisiensi penerimaan fungsional di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

0 5 56

Sistem distribusi obat di Rumah Sakit Umum Santa Maria Pemalang

5 19 28

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Obat - Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 16

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan hukum bagi pasien terhadap obat kadaluarsa di Rumah Sakit Umum Daerah Bangka Selatan - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 19