Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan da

Kasus Etika dan Pengambilan Keputusan dalam Perusahaan Nike
Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis yang dibimbing oleh :
Ibu Nina Nuraini, DR., S.E., M.Si.

Kelompok 6
Disusun Oleh :
Fitri Andriani AdiSaputra 0216101045
Muhammad Riyan Prayoga 0216101307
Raisa Siti Mardiani 0216101533

Kelas A
Universitas Widyatama
2017 - 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Para manajer puncak,sebagai
contoh menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang akan di produksi,

bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan unit kegiatan dan sebagainya,
termasuk manajer tingkat menengah atau bawah tergantung pada kewenangannya masingmasing.
Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses
pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai
individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu pentingnya adalah
pengambilan keputusan.
Tidak ada pembahasan pengambilan keputusan akan lengkap tanpa dimasukkanya
etika, mengapa, karena pertimbangan etis seharusnya merupakan suatu kriteria yang penting
dalam pengambilan keputusan organisasional. Pada ksempatan kali ini kami penyusun akan
membahas etika dalam pengambilan keputusan.

1.2 Identifikasi Masalah
Di awal-awal tahun, perusahaan Niketidak memiliki sumber dana untuk membeli
sebuah pabrik atau mempekerjakan banyak karyawan. Modal yang dimiliki oleh Knight sangat
kecil dan ia tidak bisa membeli sepatu dari Asia. Sebenarnya Nike termasuk hollow corporation

karena tidak memiliki pabrik manufacture sendiri, Nike hanya perantara antara supplier dengan
retailer.

Nike fokus pada menemukan inovasi sepatu terbaru. Kombinasi dari pekerja yang murah

dan perkembangan pasar yang baik memungkinkan perusahaan untuk bersaing dalam research
and development. Di awal 80-an, Nike menjadi produsen sepatu atletik nomor 1 di dunia. Untuk
memastikan bahwa supplier Nike memiliki kualitas yang tinggi, Knight menuntut mereka untuk
mempunyai hubungan dengan perusahaan lainnya. Jika supplier percaya dan bekerja sama
dengan Nike, Knight memastikan bahwa mereka akan puas dengan dirinya sendiri. Kemudian
jika salah satusupplier menjadi sangat mahal, Nike bisa mengganti supplier dengan tetap
menjaga kualitas yang ditetapkan.

Ditahun 1983, orang kepercayaan Knight melakukan kesalahan dalam pengelolaan Nike.
Si pelaksana ini melihat celah untuk ekspansi ke pasar sepatu biasa. Data statistic mereka
menunjukkan hampir 90 % pembeli sepatu Nike tidak menggunakan sepatu tersebut untuk
atletik. Mereka percaya bahwa sepatu casual akan diterima lebih baik oleh konsumen.
Sayangnya, hal tersebut salah. Pendatang baru, Reebok, berkembang karena sepatu aerobic dan
mengambil posisi Nike sebagai produsen sepatu atletik nomor satu, berdampak pada Nike untuk
memberhentikan 350 karyawannya. Melihat perusahaannya mengalami kekacauan, Knight
kembali ke posisinya. Knight memutuskan untuk mendapatkan kembali posisi produsen sepatu
nomor satu melalui kecepatan penjualannya. Seperti biasanya, Nike memiliki anggaran iklan
yang sangat kecil, kebanyakan dari promosinya dilakukan oleh para pengecernya. Knight
sekarang mengubah pendekatannya dengan kampanye “Just Do It” lewat televisi nasional dan


majalah. Di bawah image baru Knight, superstar seperti Michael Jordan dan Bo Jackson
memberi merek sepatunya sendiri, kampanye “Air Jordan” dan “Bo Knows” menunjukkan pada
konsumen bahwa atlet terbaik di dunia memakai Nike.

Bagaimanapun suksesnya Nike, mereka akan selalu menghadapi kompetisi. Reebok
adalah industri nomor dua yang selalu menunggu kesempatan untuk menjadi nomor satu lagi.
Jaringan supply di Asia sekarang digunakan oleh pesaing Nike, tidak lama setelah perusahaan
mendapat keuntungan produksi. Jika Nike melanjutkan perkembangannya, Phil Knight dan
staffnya harus melanjutkan untuk mengembangkan inovasi sepatu terbaru yang sesuai dengan
image atletik.
http://tam-sky.blogspot.co.id/2015/12/tou-2-strategi-pengambilan-keputusan.html
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut , maka ada beberapa
masalah yang bisa dirumuskan antaralain :
1. Apakah perusahaan Nike mengambil keputusan secara klasifikasi?
2. Apakah perusahaan Nike mengambil keputusan secara etis?
3. Apakah perusahaan Nike termasuk perusahaan yang professional?

BAB II
PEMBAHASAN


A.

Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama
yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf
Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan dan menjelaskan fakta moral tentang
nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan dan suara hati. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang
paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau
apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan
system nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Etika juga diartikan pula sebagai yang berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan
baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam
etika adalah tindakan manusia, yaitu tentang kualitas baik atau buruk atau nilai-nilai tindakan
manusia untuk mencapai kebahagiaan serta tentang kearifannya dalam bertindak.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat
spontan kita Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk

mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia.
Menurut Mathis dan Jackson, etika memiliki dimensi-dimensi konsekuensi luas, alternatif
ganda, akibat berbeda, konsekuensi tak pasti, dan efek personal.

a. Konsekuensi Luas : keputusan etika membawa konsekuensi yang luas. Misalnya, karena
menyangkut masalah etika bisnis tentang pencemaran lingkungan maka diputuskan penutupan
perusahaan dan pindah ke tempat lain yang jauh dari karyawan. Hal itu akan berpengaruh
terhadap kehidupan karyawan, keluarganya, masyarakat dan bisnis lainnya.
b. Alternatif Ganda : beragam alternatif sering terjadi pada situasi pengambilan keputusan dengan
jalur di luar aturan. Sebagai contoh, memutuskan seberapa jauh keluwesan dalam melayani
karyawan tertentu dalam hal persoalan keluarga sementara terhadap karyawan yang lain
menggunakan aturan yang ada.
c. Akibat Berbeda : keputusan-keputusan dengan dimensi-dimensi etika bisa menghasilkan akibat
yang berbeda yaitu positif dan negatif. Misalnya mempertahankan pekerjaan beberapa karyawan
di suatu pabrik dalam waktu relatif lama mungkin akan mengurangi peluang para karyawan
lainnya untuk bekerja di pabrik itu. Di satu sisi keputusan itu menguntungkan perusahaan tetapi
pihak karyawan dirugikan.
d. Ketidakpastian Konsekuensi : konsekuensi keputusan-keputusan bernuansa etika sering tidak
diketahui secara tepat. Misalnya pertimbangan penundaan promosi pada karyawan tertentu yang

hanya berdasarkan pada gaya hidup dan kondisi keluarganya padahal karyawan tersebut benarbenar kualifaid.
e. Efek Personal : keputusan-keputusan etika sering mempengaruhi kehidupan karyawan dan
keluarganya, misalnya pemecatan terhadap karyawan disamping membuat sedih si karyawan
juga akan membuat susah keluarganya. Misal lainnya, kalau para pelanggan asing tidak
menginginkan dilayani oleh “sales” wanita maka akan berpengaruh negatif pada masa depan
karir para “sales” tersebut.
http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-pengambilan-keputusan_27.html

B. Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada umumnya adalah memilih suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia melalui suatu proses mental dan berfikir yang logis. Ketika
mencoba untuk membuat keputusan yang terbaik, seseorang harus menimbang sisi positif dan
negatif dari setiap pilihan, dan mempertimbangkan semua alternatif. Untuk pengambilan
keputusan yang efektif, seseorang harus mampu memprediksikan hasil dari setiap pilihan, dan
berdasarkan pada semua item tersebut, menentukan pilihan mana yang terbaik untuk situasi
tertentu. Pengambilan keputusan harus berdasarkan beberapa tahapan yang mungkin akan dilalui
oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,
menyusun alternatif yang akan dipilih dan seterusnya.
Keputusan (decision) adalah hasil membuat pilihan di antara beberapa alternatif, sedangkan

istilah pengambilan keputusan (decision making) menunjuk pada proses yang terjadi sampai
keputusan itu tercapai.

Keputusan pada dasarnya merupakan proses memilih satu penyelesaian dari beberapa alternatif
yang ada. Keputusan yang kita ambil tentunya perlu di dukung berbagi faktor yang akan
memberikan keyakinan kepada kita sebagai pengambil keputusan bahwa keputusan tersebut
adalah tepat.

2.2 Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif, sehingga
mudah terkena pengaruh.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
4. Wewenang
Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
5. Rasional
Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan
mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

2.3 Proses Pengambilan Keputusan

Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu,
sehingga didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari:
1. Intelligence (Penyelidikan), yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan.
2. Design (Rancangan), yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai
kemungkinan tindakan.
3. Choice (Pemilihan), yaitu yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.


C. Etika Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri,
melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum
kita mengambil keputusa, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
I. Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugikan terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah
tersebut tidak layak untuk hidup.
II. Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.


III. Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
IV. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurnam
namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana
memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
D. Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si
pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan keputusan yang etis
diantaranya adalah:
a. Pendekatan bermanfaat
adalah konsep tentang etika bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah
terbesar.
b.
Pendekatan individualisme
adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas ketika tindakan tersebut
c.


mengusung kepentingan terbaik jangka panjang seorang indivudu.
Konsep etika
adalah menyangkut keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak yang harus

dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan :
 hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut secara sadar dan
tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan.
 hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan di luar
pekerjaanya.
 hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan perintah yang
melanggar moral dan norma agamanya.
 hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau legalitas tindakan
yang dilakukan orang lain.
 hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan berhak atas
perlakuan yang adil.

 hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan ancaman terhadap
kesehatan dan keamananya.
E. Pilihan-pilihan Etis Seorang Manajer
 Tingkat prekonvesional mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman. Bertindak dalam
kepentingannya sendiri.
 Tingkat konvensional menghidupkan pengharapan orang lain. Memenuhi kewajiban
 Tingkat poskonvensional mengikuti prinsip keadilan dan hak yang dipilih sendiri. Mengetahui
bahwa orang-orang menganut nilai-nilai yang berbeda dan mencari solusi kreatif untuk
mengatasi dilema etika. Menyeimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang banyak.
a.

F. Teori Pengambilan Keputusan Dalam Hadapi Etik/Moral
Teori Utilitariansme adalah tindakan dimaksudkan untuk memberikan kebahagiaan atau

kepuasan yang maksimal
b.
Teori Deontologi adalah tindakan berlaku umum & wajib dilakukan dalam situasi normal
karena menghargai: Norma yang berlaku, Misal kewajiban melakukan pelayanan prima kepada
semua orang secara obyektif.
c.
Teori Hedonisme merupakan dasar yang menjadi alasan kepuasan Yang ditimbulkannya
d.

mencari kesenangan, menghindari ketidaksenangan.
Teori Eudemonisme adalah tujuan akhir untuk kebahagiaan.

G. Factor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Beberapa tahap yang menjadi factor keberhasilan sebuah keputusan, diantaranya:
I. Tahap perkembangan moral :
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas seseorang untuk
menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seorang
berarti makin kurang ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin
cenderung berperilaku etis. Sebagai contoh, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat
menengah dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan sekerja dan
akan mengikuti aturan dan prosedur suatu organisasi. Individu-individu yang telah maju

ketahap-tahap yang lebih tinggi menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak
peduli akan pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik organisasi
yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang keliru.
II. Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan mengenai
pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu mendorong dan mendukung
perilaku etis dengan meberi ganjaran atau menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan
hukuman/sangsi. Kode etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya,
pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar promosi bagi individuindividu, dan hukuman bagi individu-individu yang bertindak tak-etis merupakan suatu contoh
nyata dari kondisi lingkungan organisasional sehingga kemungkinan besar dapat menumbuh
kembangkan pengambilan keputusan yang sangat etis
III. Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi, pada umumnya
individu-individu yang memiliki moral kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya
mengambil keputusan

yang

tak-etis,

namun

jika

untuk

mereka dikendalai oleh lingkungan

organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak menyukai pengambilan
keputusan etis, ada kemungkinan individu- individu yang telah mempunyai moral yang
kuatpun dapat tercemari oleh suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang
mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-etis.

H. DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
I. Berdasarkan intuisi atau perasaan

Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah
terkena

sugesti, pengaruh luar, dan factor kejiwaan lagi. Meskipun memiliki beberapa

kekurangan keputusan yang didasari intuisi atau perasaan juga memiliki keuntungan diantaranya
pengambilan keputusan dilakukan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
II. Berdasarkan rasional atau masuk akal
Keputusan yang bersifat rasIonal berkaitan dengan daya
g u n a m a s a l a h - masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional.

Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat

objektif.

Dalam masyarakat.
III. Berdasarkan fakta
B a n y a k yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh
sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkandengan istilah data dan
informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan
data.Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan
demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan
dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi
yang c u k u p I t u m e m a n g m e r u p a k a n k e p u t u s a n y a n g b a I k d a n s o
lid.
IV. Berdasarkan pengalaman
Pengambilan keputusan

berdasarkan pengalaman sering kali diterapkan pimpinan

dengan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat
apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih
sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang
timbul.dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedomandalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.

Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah
dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
V. Berdasarkan wewenang
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk
mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya
tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki
beberapa keuntungan,diantarana banyak diterimanya oleh bawahan,

juga karenad idasa r i

wewena ng yang resmi maka akan lebih bersif at permanen.
https://putrinovany.wordpress.com/2014/11/06/tugas-issue-etika-pengambilan-keputusan/

BAB III
TINJAUAN KASUS

Kasus yang menyangkut tentang etika dan pengambilan keputusan adalah kasus yang
menyangkut pada perusahaan Nike :
Nike adalah produsen sepatu nomor satu di dunia. Dengan permodalan yang sedikit, Nike
tidak mampu untuk membuat iklan untuk produknya. Nike kemudian hanya menggunakan image
dari atlet terkenal untuk menarik minat konsumen. Selain itu untuk menekan biaya yang besar,
Nike membeli sepatu dari supplier Asia. Para pekerja Asia yang terkenal murah bisa menekan
harga yang ditawarkan supplier sehingga Nike bisa membeli dengan harga yang lebih murah.

Sebagai contoh adalah supplier Nike yang berasal dari Indonesia yaitu PT.Pratama Abadi
Industri. PT. Pratama Abadi Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur
sepatu lari (running shoes). Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe running shoes dalam
berbagai jenis ukuran baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Spesifikasi dari tiap tipe
sepatu telah diberikan oleh pihak Nike untuk kemudian diproduksi oleh PT. Pratama abadi
Industri sesuai dengan syarat spesifikasi yang telah ada. Hasil produksi yang telah dihasilkan
oleh PT. Pratama abadi Industri, tidak boleh dipasarkan di dalam negeri. Semua hasil produksi
yang telah ada merupakan hak dari pihak Nike yang ada di Beverton (USA) untuk kemudian
akan diekspor lagi ke negara lain, seperti Perancis, swedia, India, Belgia, Kanada, USA, Afrika
Selatan, Argentina, Uruguay, Chillie.

Nike sangat memegang kendali karena mempunyai hak untuk memutuskan kerjasama
bila harga dari supplier terlalu mahal, hal ini bisa berdampak buruk bagi pekerja karena mereka
tidak bisa menuntut kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan tunjangan pekerja otomatis
akan menambah biaya produksi yang mengakibatkan harga yang lebih mahal.Seperti yang terjadi
di China, Vietnam, Indonesia dan Meksiko. Nike dikritik karena berusaha menutupi kondisi kerja
yang buruk serta eksploitasi buruh. Nike juga adalah perusahaan besar yang tidak memiliki
pabrik. Karena mereka lebih senang untuk outsourcing kebutuhan-kebutuhan mereka terutama
kepada sektor informal, ataupun perusahaan lainnya, sehingga mengefisienkan dan
meminimalisir ongkos produksi.

Knight tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik, sehingga di tahun 1983 Nike
mengalami kemunduran karena tidak tepatnya perencanaan dari pelaksana yang dipercaya oleh
Knight waktu itu. Waktu itu pengelola yang dipercaya Knight mengubah image Nike dari sepatu
atletik menjadi sepatu kasual. Padahal saingannya Reebok lebih dahulu mengembangkan sepatu
untuk aerobik, sehingga konsumen lebih percaya pada Reebok. Nike membutuhkan perencanaan
baru untuk mengembalikan posisi Nike sebagai produsen sepatu nomor satu dengan penjualan
yang secepatnya.

BAB IV
MENGANALISA KASUS

Strategi Nike dalam membuat image yaitu dengan mensponsori seorang atlet atau suatu
klub olahraga sehingga akan timbul image bahwa Nike dipakai oleh para atlet terkenal, hal ini
tidak dilakukan oleh saingannya seperti Reebok yang justru hanya mensponsori suatu event
olahraga saja. Disinilah pembuktian kekuatan merek dagang. Banyaknya masalah ataupun
konflik yang terpublikasi, tidak akan membuat kosumen beralih ke merek lain. Hal ini karena
ikatan psikologis antara Nike dengan konsumen fanatiknya telah terjadi, selebihnya, biarlah
konsumen yang menilai.
Krisis yang dialami Nike pada tahun 1983 tak lepas dari proses pertumbuhan organisasi.
Menurut Lary Greiner ada 5 tahap pertumbuhan organisasi, 1) kreativitas, 2) pengarahan, 3)
pendelegasian, 4) koordinasi, dan 5) kerja sama. Nike mengalami krisis disaat tahap
pendelegasian dimana Knight tidak melakukan kontrol yang ketat sehingga keputusan
bawahannya membawa dampak bagi Nike. Knight kemudian melakukan terobosan kilat untuk
membentuk kembali brand image dari Nike. Menurut Agyris “intervensi merupakan suatu
aktivitas masuk ke dalam sistem relationship yang berjalan, baik diantara individu, kelompok,
maupun organisasi, dengan tujuan membantu menuju suatu perubahan yang sukses” Dalam
intervensi, terkadang perlu mendatangkan konsultan dari luar organisasi, tetapi intervensi
terbanyak dapat dilakukan oleh managemen internal. Apa yang dilakukan oleh Knight
merupakan intervensi dari manajemen internal. Marketing differentiation strategy mencoba
menciptakan kesetiaan para pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan tertentu secara khusus.
Organisasi tersebut mencoba menciptakan kesan yang menguntungkan bagi produk-produknya

melalui iklan, segmentasi pasar, dan harga yang bersaing. Hal tersebut salah satu strategi yang
dilakukan oleh Knight dengan menciptakan produk baru sesuai kebutuhan konsumen yang tidak
lepas dari image olah raga.
Nike sebenarnya memiliki posisi yang sedikit lemah bila dihadapkan dengan retailer.
Keuntungan Nike didapat dari penjualan ke retailer. Retailer tentunya akan bersaing dengan
retailer lain dengan harga termurah, hal ini dapat mengancam Nike karena dengan hal tersebut
maka retailer akan menekan Nike untuk menjual sepatunya dengan lebih murah.
Etis dan tidak etisnya Nike menggunakan supplier Asia sehingga mereka saling bersaing
tidaklah dapat dipandang dari hanya salah satu sudut pandang saja. Pada intinya dengan sistem
semacam tender ini maka akan tercipta persaingan, kompetisi untuk menjadi lebih baik sehingga
akan meningkatkan motivasi pekerja. Dengan kualitas yang sama tetapi berbeda harga. Dari
sudut pandang pekerja hal ini bisa menjadi sebuah ancaman tersendiri. Pekerja akan dituntut
untuk bekerja lebih giat demi untuk meningkatkan jumlah produksi sehingga bisa terjadi para
pekerja bekerja di luar jam kerja yang semestinya. Dengan adanya kebijakan dari Nike yang
berhak memutuskan kerja sama bila supplier menaikkan harga terlalu tinggi dapat
mengakibatkan supplier menggunakan tenaga kerja anak-anak agar biayanya lebih murah. Isu ini
muncul di Pakistan, bahwa Nike mengambil sepatu dari Pakistan yang dibuat oleh anak-anak
pekerja di bawah umur.
Apabila supplier dari Amerika atau Australia. Hal ini bisa berdampak bagi Nike maupun
bagi konsumen. Bagi Nike ini merupakan mimpi buruk karena tentunya tidak akan ada pekerja
yang murah, harga jual dari supplier akan lebih tinggi karena biaya produksi yang lebih tinggi
bila diproduksi di Amerika atau Australia. Bagi konsumen ada dua kemungkinan yang akan
terjadi. Yang pertama, akan timbul kepercayaan lebih karena produk dibuat di Amerika atau

Australia yang sangat memperhatikan kualitas. Yang kedua, tidak akan terlalu berdampak karena
konsumen percaya pada Nike melakukan kontrol pada supplier Asia sehingga mutunya akan
dianggap sama saja dengan buatan Amerika. Peran Phill Knight tentunya sangat besar dalam
mengembangkan Nike hingga saat ini. Dengan gaya kepemimpinannya, dengan solusinya yang
cepat dan tepat saat menghadapi krisis Nike di tahun 1983 membuat Nike dapat bertahan dan
mampu menempati posisi nomor satu lagi sebagai produsen sepatu di dunia. Membicarakan
keberhasilan Nike tidak lepas dari Bill Bowerman, co-founder Nike. Bowerman sangat berjasa
dalam mendirikan Nike, ide untuk memberi semacam karet di sepatu olahraga datang darinya
yang disebut waffle sole. Bowerman jugalah yang memiliki ide untuk memberi karet pada
lintasan lari. Pada awalnya Bowerman beserta Knight menjual sepatu yang dibuat oleh
Bowerman menggunakan latex, leather, glue dan waffle iron istrinya. Saat itu mereka
memproduksi 330 pasang sepatu.

BAB V
SIMPULAN

Masalah pengambilan keputusan sangat penting dipelajari karena hal tersebut menjelaskan
dengan cara bagaimana para manajer berhasil membuat keputusan strategis dan operasional.
Manajer harus menghadapi beberapa tipe keputusan dan keputusan ini berbeda sesuai dengan
jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas dalam suatu lingkungan. Manajer harus memilih
salah satu tiga macam pendekatan pengambilan keputusan.

Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa
pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak
boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana
pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang
bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang
lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari
keputusan yang diambil.

Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik.
Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi
positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah
tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24