Cara Mudah Membuat Puisi Jadi Indah

Cara Mudah Membuat Puisi Jadi Indah
OPINI | 27 February 2014 | 00:21 Dibaca: 3021
Komentar: 3
5
Banyak yang merasa tidak bisa menulis puisi, mungkin termasuk anda. Bahkan ada pula yang
piawai menulis cerpen atau novel, menyerah begitu saja bila diajak menulis puisi. Menulis puisi
sesungguhnya hal yang mudah dilakukan, tapi untuk menghasilkan puisi yang indah tentu saja
tidak gampang.
Namun demikian janganlah mengklaim diri kita sendiri sebagai seorang yang tak pandai menulis
puisi, sebab tentu masih ada beberapa trik yang mungkin bisa anda coba terapkan agar karya
puisi anda bisa tampil lebih indah.
Puisi yang selalu tertib rimanya, tidak serta merta sebagai ukuran bahwa puisi tersebut indah.
Masih banyak faktor lainnya yang menunjang kualitas dari sebuah puisi. Bahkan puisi ciptaan
WS Rendra sekalipun, juga tidak pernah secara konsisten mempertahankan rima.
Jika memang demikian, hal apa yang menyebabkan sebuah puisi itu bisa begitu indah bila dibaca
?
Apakah dengan memilih kata atau diksi yang tepat ? Ya, itu juga sebagian yang perlu
dipertimbangkan, tetapi itu tidak mutlak. Maksudnya adalah penggunaan kata yang biasa kita
pakai sehari hari pun juga sah sah saja untuk kita rangkai didalam sebuah puisi.
Saya tidak akan mengajak anda untuk berpikir terlalu berat dalam mamahami apa yang sedang
saya maksudkan disini. Menurut pengamatan saya, puisi yang indah itu adalah yang memenuhi

beberapa kriteria dibawah ini :
1. Pemilihan tema
Ini adalah hal yang paling penting dalam membuat puisi. Bila anda sedang ingin menulis puisi,
janganlah terlalu sering mengambil tema yang sama dalam kurun waktu tertentu.
Mengapa demikian ? Sebab manusia memiliki keterbatasan didalam berimajinasi dan berkreasi.
Artinya, bila misalnya dalam seminggu kita mencoba menulis puisi dengan tema yang sama,
ambil contoh tema cinta, maka pada saat kita menulis puisi yang ketiga dan seterusnya, pastilah
kita makin berpikir keras untuk menuangkan inspirasi.
Coba saja setelah anda selesai menulis 7 puisi berturut turut selama seminggu, lalu anda baca
baik baik puisi anda, tentulah anda akan menemukan banyak kata atau alur yang sama, dan
rasanya itu sangat membosankan bukan ?
Oleh sebab itu, pemilihan tema puisi yang bervariasi akan merangsang kreatifitas kita dan
membuat kita semakin bersemangat untuk menulis banyak puisi. Tema yang menarik untuk

diangkat didalam puisi antara lain kemanusiaan, politik, ekonomi, bahkan yang sedikit berbau
horor atau mistik dapat menimbulkan keasyikan tersendiri dalam mencipta sebuah puisi.
2. Pengulangan kata
Dalam sebuah puisi, usahakan agar tidak berulang-ulang menggunakan kata yang sama.
Pengulangan kata yang sama, akan terasa membosankan bila dibaca dan tentu akan mengurangi
kualitas puisi anda secara keseluruhan. Bila kita merasa sangat ingin mengulang kata yang sama

untuk menuangkan maksud tertentu, jangan mudah menyerah. Tentu masih ada padan kata
lainnya yang bisa kita gunakan tanpa mengurangi maksud yang kita inginkan. Justru seringkali
padanan kata malah lebih bagus dan indah bila kita selipkan.
Memang disini dibutuhkan kreatifitas kita untuk memilih padanan kata. Bila anda tak sanggup
juga menemukan kata lain yang tepat, anda tak perlu putus asa, sebab masih ada Google yang
selalu setia membantu anda dalam mencari padanan kata.
3. Terlalu puitis
Puisi yang terlalu banyak menggunakan gaya bahasa disetiap baitnya seperti misalnya
personifikasi, metafora, hiperbola dll justru bisa menjadi bumerang. Memang gaya seperti itu
perlu kita gunakan agar mampu menyentuh emosi para pembaca, namun bila terlalu padat
penggunaannya, malah terasa membosankan bukan ? Oleh sebab itu, sesekali saja kita selipkan
gaya bahasa tersebut agar puisi kita lebih elegan, tapi tak kehilangan makna.
4. Penggunaan kata/diksi yang unik.
Kata/diksi yang unik maksudnya adalah kata yang sangat jarang ditemukan didalam percakapan
sehari hari maupun didalam teks berita atau literatur lainnya. Seringkali kata tersebut terasa asing
dan bahkan ada yang tidak mengetahui artinya. Perlu dicatat bahwa pembaca puisi terutama di
kompasiana, terdiri dari berbagai kalangan dan bukan semata mata dikonsumsi para sastrawan.
Oleh sebab itu penggunaan diksi yang unik, tentu bisa saja dipakai, namun sebaiknya jangan
terlalu dipaksakan terlalu banyak mengisi bait bait puisi anda. Alih alih biar dibilang puisi yang
berkualitas, malah membuat pembaca tidak memahami artinya.

5. Terlalu dalam maknanya
Puisi yang menyirat makna terlalu dalam yaitu dengan menggunakan banyak teknik pengandaian
kata, membuat para pembaca menjadi bertanya-tanya, apa yang sesungguhnya dimaksud oleh
sang penulis puisi. Hal ini justru membuat puisi kita tidak efektip dalam menyampaikan apa
yang kita inginkan. Sampaikan saja secara sederhana, baik melalui pemilihan kata dan susunan
kalimat yang mudah dicerna siapa saja. Dengan demikian para pembaca dapat memahami
sepenuhnya semua makna yang terkandung dalam puisi.
6. Pemilihan Judul

Judul puisi adalah yang hal pertama kali dibaca. Disinilah kesempatan pertama kita untuk
menarik minat para pembaca. Menulis judul puisi, juga perlu dipikirkan baik baik dan tentu
harus sejalan dengan tema dan makna puisi secara keseluruhan. Pilihan kata didalam judul puisi
sangatlah penting artinya, bahkan dengan membaca judulnya saja, para pembaca bisa langsung
jatuh hati ingin segara membaca puisi anda.
7. Terlalu pendek atau terlalu panjang
Yang jelas, bila puisi terlalu pendek, tentu tidak akan diijinkan tayang oleh admin kompasiana.
Lalu bagaimana dengan puisi yang terlalu panjang ? Bisa saja sebuah puisi memuat kalimat yang
sangat panjang, sapanjang diperlukan untuk menyampaikan alur cerita atau masalah yang
kompleks. Yang terpenting adalah jangan mengulang-ngulang kesatuan pemikiran yang sama
diantara setiap baitnya. Yang sedang sedang saja, itu yang lebih utama.


Teknik-Teknik Menulis Puisi oleh Hasta Indriyana (6 – 10)
Teknik Menulis Puisi (6)

Paradoks: gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta. Teknik
ini banyak dipakai oleh penyair yang “berpihak”, yaitu pada kemanusiaan (menunjukkan sikap
terhadap kehidupan). Sifatnya yang mempertentangkan ini bermaksud sebagai penegasan atas
keadaan. Cuplikan dua bait terakhir puisi berjudul “Puisi” karya Dodong Djiwapradja berikut
adalah contohnya.
puisi adalah manisan
yang terbuat dari butir-butir kepahitan
puisi adalah gedung yang megah
yang terbuat dari butir hati yang gelisah
Pilihan kata “manisan” dan “kepahitan” dijadikan satu dalam adonan “puisi”, begitu pula
“megah” dan “gelisah”. Hal-hal yang kontradiktif disejajarkan untuk mencapai efek
memperjelas; mengejutkan. Simak pula cuplikan “Nyanyian Angsa” karya WS. Rendra berikut.
Watak manusia (suci) digambarkan penyair secara paradoksal untuk menekankan keadaan yang
tak manusiawi sebagaimana seharusnya.
Jam satu siang.
Matahari masih di puncak.

Maria Zaitun berjalan tanpa sepatu.
Dan aspal yang jelek mutunya
lumer di bawah kakinya.
Ia berjalan menuju gereja.
Pintu gereja telah dikunci.
Karena kawatir akan pencuri.
Ia menuju pastori dan menekan bel pintu.
Koster keluar dan berkata:
“Kamu mau apa?
Pastor sedang makan siang.
Dan ini bukan jam bicara.”
“Maaf. Saya sakit. Ini perlu.”
Koster meneliti tubuhnya yang kotor dan berbau.
Lalu berkata:
“Asal tinggal di luar, kamu boleh tunggu.
Aku lihat apa pastor mau terima kamu.”
Lalu koster pergi menutup pintu.
Ia menunggu sambil blingsatan kepanasan.
Ada satu jam baru pastor datang kepadanya.
Setelah mengorek sisa makanan dari giginya

Ia nyalakan cerutu, lalu berkata:
“Kamu perlu apa?”

Bau anggur dari mulutnya.
Selopnya dari kulit buaya.

Teknik Menulis Puisi (7)

Analogi (filosofi): teknik ini menganalogikan hal-hal atau peristiwa puitik dengan hal-hal atau
peristiwa yang lebih mudah dipamahi. Tujuannya untuk memudahkan pemahaman. Disebut juga
filosofi karena biasanya mengandung nilai-nilai filsafat. Dua cara teknik ini adalah dengan
pengandaian dan mempertanyakan hakikat.
Kita diam. Siapa pun yang bersemayam
Di petilasan ini, mengingatkan betapa
Nama cukup dikenang dalam sebuah nisan
Betapa hidup membentangkan berjuta
Cara pandang tentang hidup dan kematian
Kata kunci cuplikan puisi tersebut adalah: betapa/ Nama cukup dikenang dalam sebuah nisan/.
Contoh puisi lain adalah cuplikan “Sajak Seorang Tua untuk Istrinya”, karya W.S. Rendra di
bawah ini.

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup,
bekerja membalik tanah,
memasuki rahasia langit dan samodra

Apabila ingin menyimak lebih lanjut sajak-sajak dengan teknik ini, Anda bisa membaca karyakarya Iman Budhi Santosa. Di dalam sajak-sajaknya sarat akan teknik ini. Berikut adalah salah
satu contoh sajak utuhnya, “Di Depan Jam Mati Jalan Malioboro Pagi Hari”.
Sekali lagi ia berhenti. Lelah berputar
memakan angka-angka tanpa merasa lapar.
Sekali lagi ia mengunci, detik tak berbalik
waktu tak beranjak maju
“Masihkah perlu?” ia bertanya pada tugu
ketika burung gereja menebar kotorannya
pada kaca, seperti kecewa (ingin memaki,
tapi tak bisa). “Masihkah harus aku menjaga
waktu yang terus dilanggar siapa saja?”
Sekali lagi tak ada jawaban. Kota tak mendengar
telinga penuh suara pasar
kaki lima bicara sendiri
jalanan tak ambil peduli


Dengan tatapan kosong, padaku
ia mengangguk santun, seperti mengajak
berpantun: -kota mati, jam mati
kota tua, kota kaki lima
kita bernyanyi sampai pagi
biar kiri-kanan menutup mata
jangan puisi dibuang
jika tak ada yang membaca
2002
Teknik Menulis Puisi (8)

Membandingkan secara langsung sebuah peristiwa (aktual) dengan peristiwa masa lalu (yang
dikenal publik). Peristiwa pokok adalah peristiwa aktual, diletakkan di depan peristiwa
acuan(seperti foregrounding). Secara sekilas, teknik ini hampir mirip dengan alusi, tapi berbeda.
Saya tidak tahu nama teknik ini. Barangkali ada di antara kawan-kawan ada yang
mengetahuinya? Mohon share. Sebagai contoh, berikut ini cuplikan puisi F. Rahardi berjudul
“Bulan Oktober di Sebuah Desa di Timor Timur” untuk memahaminya.

di sebuah kuburan

gundukan tanah yang masih baru
sebuah salib kayu sederhana
taburan mawar dan pacar cina
ibu itu berdoa
kepalanya menunduk
tangannya mendekap dada
dibawah gundukan tanah ini
anak laki-lakinya
yang masih sangat muda
telah berdarah dan terbujur kaku
luka-luka
tapi ibu itu tak lagi menangis
tak ada yang perlu disesalkan
tak ada yang mesti diratapi
ibu itu menyeka keringat
dengan ujung selendangnya
dulu, 2000 tahun yang lalu
Maria, ibu Jesus
pasti jauh lebih berduka
pasti jauh lebih terhina

dari pada dirinya
ketika menyaksikan
anak laki satu-satunya

luka-luka
berdarah
lalu terbujur kaku
di pangkuannya
Teknik Menulis Puisi (9)

Aliterasi: termasuk gaya bahasa, yaitu perulangan konsonan yang sama. Salah satu cara teknik
ini adalah dengan menggabungkan bunyi suku kata yang sama dari dua kata atau lebih dalam
satu baris atau bait. Misalnya: 1) gudang-gudang gedung berwarna gading; 2) rumah merah yang
murah. Di contoh pertama bunyi gd diulang empat kali dalam satu larik, sedangkan contoh
kedua, bunyi rmh diulang tiga kali. Cuplikan puisi “Petir”, karya Aan M. Mansyur berikut,
marilah kita simak.
Apakah kau dengar petir
Dari balik bilik
Dadaku bergetar getir?


Atau cuplikan puisi TS Pinang berjudul “Rindang” berikut.
kami mengeramas rambut kami biar subur dan rindang.
memang, kadang-kadang kepala kami gundul dan gersang,
tapi kami tetap memupuknya dengan sampo rempah dan
rimpang, agar akar rambut kami tetap kuat dan tunjang. kami
ingin rambut kami subur dan rindang, agar kepala kami teduh
dan tenang. dan seperti Sidharta yang mencapai Buddha,
begitulah kami ingin kepala kami menjadi seterang siang.

Teknik Menulis Puisi (10)

Asonansi: gaya bahasa dengan mengulang bunyi vokal yang sama. Di dalam pelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, dikenal sebagai rima (guru lagu). Letaknya tidak mesti di akhir baris sajak.
Salah satu daya nikmat membaca puisi adalah dengan adanya asonansi ini (simak lirik lagu-lagu
rap, mantra, puisi-puisi lama). Contohnya adalah puisi “Magetan” di bawah berikut.
Pagi berkabut
Hatiku terpaut
Pedagang sayur turun dari Lawu
Matanya masih sayu
Jalan menanjak, telaga Sarangan kutuju
Di sini aku keluar dari sarang rindu

Dari timur, cahaya matahari membentur
Dinding gunung. Aku melaju ke barat
Ke ujung
Di sana, kita ketemu di telaga puisi
Kita berenang dan menyelam
Dalam kalimat sunyi
2009
Seperti kami cantumkan dalam artikel sebelumnya Teknik-Teknik Menulis Puisi oleh Hasta
Indriyana (1 – 5) , HASTA INDRIYANA adalah seorang penyair dan penulis buku yang sudah
banyak menulurkan karya. Pria yang lahir di Gunung Kidul, 31 Januari 1977 menulis buku,
antara lain Tuhan, Aku Lupa Menulis Sajak Cinta (2003), Perempuan Tanpa Lubang (2004),
Teater, Tiada Hari Tanpa Pembebasan (2005), Di Sebuah Pertemuan (2007), Rumah Cahaya
(2009), Penulis Tangguh (2010), Pintar Teater (2010), dan menyusul, Piknik yang
Menyenangkan.