Culling babi Autosaved docx 1
PAPER PRODUKSI BABI
Culling pada Ternak Babi yang akan dipotonng
Oleh
Kelas
:
:E
Muhammad Yunus
200110120244
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
Babi merupakan ternak monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam
mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas
ransum yang dikonsumsi. Babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan bersifat
prolifik yang ditunjukkan dengan banyaknya anak dalam setiap kelahiran yang
berkisar antara 8 -14 ekor dengan rata-rata dua kali kelahiran pertahunnya
(Sihombing, 1997). Menurut Sihombing (1997), pertumbuhan babi yang
digemukkan untuk tujuan daging dibagi menjadi beberapa periode yaitu periode
pra sapih (pre starter), lepas sapih (starter), pertumbuhan (grower), dan finisher.
Babi periode finisher adalah babi setelah melewati periode pertumbuhan, dicirikan
dengan berat hidup 60-90 kg, sedangkan pertambahan bobot badan babi periode
finisher adalah 701-815 gram/hari (Annison, 1987).
Soeparno (1992),
mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan komponen tubuh secara
kumulatif mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mencapai
kedewasaan, jadi pertumbuhan mempengaruhi pula distribusi berat dan
komponen-komponen tubuh ternak termasuk tulang, otot, dan lemak. Menurut
Sutardi (1980), kecepatan pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi berbagai faktor
antara lain bangsa, jenis kelamin, umur, makanan, dan kondisi lingkungan.
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan
secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang
tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging.
Berdasarkan permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak
populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging,
oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging (meat
type).
Dewasa ini bangsa–bangsa babi telah dikelompokkan menjadi beberapa tipe. Tipe
yang umum dikenal ada 3 yaitu babi tipe lemak (lard type), tipe daging (meat type
atau pork type) dan tipe sedang (bacon type). Bangsa babi yang ada di Indonesia
umumnya cenderung kearah tipe lemak. Ciri–ciri babi tipe lemak adalah ukuran
tubuh berlebihan cepat atau mudah menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan
kemampuan dalam membentuk lemak cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe
daging antara lain Hampshire, Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe
sedang adalah Yorkshire, Tamworth dan Landrace.
Bangsa babi di Indonesia, belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu
tipe yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi tipe babi Indonesia memiliki sifat
yang masih campuran, tetapi ada tendensi mengarah kepada babi tipe lemak. Babi
memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak
yang dilahirkan berkisar antara 8- 14 ekor dalam satu kelahiran dengan rata–rata 2
kali kelahiran per tahun.
Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai
performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga
baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa
pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan,
perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu, manajamen pemeliharaan
sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan.
Babi mempunyai peranan penting bagi masyarakat baik sebagai sumber
penghasil protein hewani, maupun sebagai sumber pendapatan, lapangan kerja,
sumber pupuk. Babi akan dapat berproduksi tinggi apabila dipelihara dengan baik.
Di samping itu ternak babi tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat Bali
khususnya yang beragama Hindu karena babi merupakan salah satu sarana yang
tidak bisa terlepas dalam kegiatan upacara baik keagamaan maupun adat. Oleh
karena itu pengembangan ternak babi sudah biasa dipelihara oleh masyarakat di
Bali sejak dulu, namun sistem pemeliharaannya yang perlu dibenahi ke sistem
yang intensif dan lebih produktif.
Babi afkiran merupakan jenis indukan yang sudah tidak aktif lagi
berproduksi, sehingga itu membuat peternak harus melempar ke pasaran dan
memulai dengan indukan baru. Umumnya babi afkiran ini rata-rata memiliki umur
antara 3-5 tahun dengan bobot 200 - 250 kg per ekor. Pada pemeriksaan hewan
sebagai penjaminan hewan yang sehat, memerlukan langkah-lamngkah yang
runtut dan harus dilakukan. Antara lain diperlukan kemampuan atau kompetensi
yang memadai agar dapat melakukan langkah-langkah dengan memahami alasan
dengan baik. Penjaminan hewan sehat sangat penting karena secara tidak langsung
atau secara langsung akan menghambat transmisi penyakit. Terlebih sekarang
banyak penyakit hewan yang terdeteksi dapat menular pada manusia atau
sebaliknya.Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan pemeriksaan ante
mortum dan post mortum.
Pemilihan Bibit
a) Syarat-syarat babi bibit :
- sehat, lincah, aktif bergerak
- tidak cacat, moncong cukup panjang, dan bulu halus
- tubuh harmonis, badan cukup panjang
- betina pilih yang memiliki putting susu 12-14 buah dengan jarak yang sama
- keturunan dari induk banyak anak - bila jantan pilih yang memiliki buah pelir
sama besar
b) Syarat-syarat babi yang baik untuk dipotong :
- tampak sehat, lincah dan aktif
- tidak cacat dengan bulu halus dan mengkilat - badannya cukup panjang
- nafsu makan baik
Pengafkiran pada babi yang layak untuk di potong biasanya bervariasi di
pasaran tergantung permintaan pasar. Babi yang dipotong biasanya dalam fase
finisher atau akhir. Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg.
Babi yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC
(1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80
kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum
2575 g/e/h. Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang,
pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur
6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan
bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah.
Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar
2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli
datang langsung ke peternakan babi. Babi-babi yang digemukkan sebagai babi
potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka
sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa
dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg (Blakely dan Bade, 1994).
Hasil pemotongan ternak babi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian karkas dan bagian bukan karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi
yang lebih tinggi, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak yaitu untuk
mendapatkan daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil
pemotongan yang baik (Swatland, 1984), yaitu:
(1) ternak harus tidak diperlakukan secara kasar,
(2) ternak harus tidak mengalami stress,
(3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna
mungkin,
(4) kerusakan karkas harus minimal, dan cara pemotongan harus
(5) higienis,
(6) ekonomis,
(7) aman bagi pekerja abatoar (rumah tempat pemotongan hewan)
Ternak yang afkir atau sudah layak potong biasanya memiliki berbagai kualitas
karkas yang berbeda tergantung dari pemberian pakan sewaktu babi masih dalam
pemeliharaan.
Adapaun babi yang tidak layak di afkir adalah babi yang memiliki
penyakit yang dapat ditularkan kepada orang yang mengkonsumsi nya ,berikut
ada beberapa ciri-ciri ternak babi yang tidak layak di potong dan beberapa
penyakit yang menyebabkan babi tidak layak untuk dipotong
Ciri ternak babi yang tidak layak untuk di potong :
a. Ternak babi afkir yang sudah terlalu tua.
b. Ternak babi yang memiliki penyakit yang berisko
c. Ternak babi yang belum cukup umur untuk di potong
d. Ternak babi jantan untuk bibit
Adapun penyakit pada ternak babi yang berisko di antara nya :
1. Cholera
Penyebab : virus
Gejala
- Temperatur tubuh naik 104 – 108º F.
- Nafsu makan hilang dan lemah, sehingga tidak mau makan, tetapi minumnya
banyak.
- Terhuyung-huyung.
- Tubuh bagian bawah (sekitar perut) berwarna merah keunguan seperti
Erysipelas.
- Kandang-kadang seperti kedinginan, yang menyebabkan babi berjejal-jejal atau
saling berhimpitan.
Pencegahan dan pengobatan
- Vaksinasi dengan serum anti cholera babi atau rovac hog cholera. Sesudah babi
umur 6 minggu, diulangi setahun sekali. Babi-babi dara atau induk sebaiknya 3
minggu sebelum dikawinkan, sedang pejantan bisa sewaktu-waktu.
2. Agalactia
Agalactia ialah kegagalan dalam memproduksi air susu. Jenis penyakit ini khusus
diderita oleh babi-babi induk yang habis beranak. Penyakit ini Nampak jelas 24
jam sehabis induk itu melahirkan. Babi-babi yang menderita agalactia ini akhirnya
tidak mampu mensuplai air susu kepada anak-anaknya, karena produksi air susu
tak bisa keluar lagi, sebab sekresi oxytocin tidak mencukupi. Kekurangan
oxytocin ini bisa diatasi dengan memberikan injeksi oxytocin dengan dosis 5 – 10
I.U. secara intramuskular.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah tidak selalu sama, atau dengan kata lain ada
berbagai macam sebab :
Karena toxic (racun) yang terdapat di dalam usus akibat konstipasi yang diderita
induk yang bersangkutan, yang kemudia diikuti hilangnya nafsu makan dan
kandang-kadang panas yang terlampau tinggi. Untuk mengatasi konstipasi ini,
babi bisa diberikan obat peluncuran atau urus-urus dengan garam inggris.
Akibat peradangan pada usus.
Peristiwa ini mengakibatkan babi induk merasa sakit, sehingga nafsu makan
berkurang, temperatur tubuh tinggi 106º F, dan dari vulva keluar cairan berwarna
kuning atau kemerahan. Ambing menjadi bengkak, keras, berwarna merah, panas
dan sakit. Penderita ini bisa diobati dengan penstrep. Karena adanya peradangan
uterus (metritis) dan ambing (mastitis), dan mengakibatkan kegagalan kegagalan
keluarnya air susu (agalactia). Maka penyakit ini juga disebut MMA kompleks.
Gejala umum :
- Gejala pertama biasanya Nampak 3 hari sesudah melakukan, walaupun sering
dapat terlihat sebelum anak-anaknya disapih.
- Temperatur 103 – 106º F.
- Babi tidak mau makan, air susu sedikit atau gagal sama sekali.
- Dari vagina keluar nanah berwarna keputihan atau kekuning-kuningan.
- Anak babi mencret.
- Kadang-kadang tidak diketahui sampai anak babi mati kelaparan.
3. Brucellosis (Keguguran menular)
Pada babi, penyakit ini bisa kronis atau subkronis. Yang diserang alat reproduksi
(uterus, ambing, testes).
Penyebab Gejala
Gejala penyakit ini sulit dilihat, di mana tidak semua penderita itu selalu
mengalami abortus dan sebaliknya yang bukan brucellosis pun bisa abortus. Akan
tetapi secara umum bisa dilihat tanda-tanda.
- Keguguran, anak mati di dalam kandungan atau sangat lemah.
- Pada jantan atau induk bisa steril yang sifatnya bisa sementara atau permanen,
kadang-kadang lumpuh pada kaki belakang, pada babi jantan ada gejala radang
testes.
Pencegahan dan pengobatan
- Sanitasi (pejagaan kesehatan), dan belilah bibit yang bebas dari penyakit
brucellosis.
- Vaksinasi.
- Obat belum ditemukan.
4. Pneumonia (Penyakit radang paru-paru)
Pneumonia suatu penyakit yang bisa menyerang segala binatang termasuk ternak
babi. Bila tanpa pengobatan, 50 – 75% akan mati.
Penyebab
- Microorganism
- Virus
- Cacing paru-paru (lungworms)
Yang mempercepat berjangkitnya penyakit ini ialah akibat ternak stress, sehingga
mudah infeksi yang menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut :
- Batuk-batuk, pernapasan berbunyi dan terengah-engah, pernapasah cepat dan
dangkal.
- Pada penderita kaki Nampak terbuka lebar.
- Konstipasi
- Nafsu makan hilang
- Temperatur tubuh tinggi, moncong dan hidung panas serta kering.
- Kulit dan bulu kasar, kering.
Pencegahan dan pengobatan
- Pemeliharaan yang baik terutama kebersihan di dalam kandang dan
sekelilingnya.
- Yang sakit ditempatkan di tempat yang bersih, dan tidak berangin.
- Makanan yang mudah dicerna, dan diberi aureomycin atau TM 10, guna
mencegah infeksi pada saat stress.
- Pengobatan dengan terramycin atau sulmet injeksi. Agribon (mengandung
sulfadimenthoxine, vitamin A dan K)
Daftar pustaka
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu beternak babi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
http://yuvantalf.blogspot.com/2013/08/pemotongan-babi_1785.html
http://www.bisnisbali.com/2009/12/04/news/agrohobi/khh.html
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Usmiati, S dan Setiyanto H. 2008. Penampilan karkas dan komponen karkas ternak
ruminansia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Bogor
Culling pada Ternak Babi yang akan dipotonng
Oleh
Kelas
:
:E
Muhammad Yunus
200110120244
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
Babi merupakan ternak monogastrik yang memiliki kesanggupan dalam
mengubah bahan makanan secara efisien apabila ditunjang dengan kualitas
ransum yang dikonsumsi. Babi lebih cepat tumbuh, cepat dewasa dan bersifat
prolifik yang ditunjukkan dengan banyaknya anak dalam setiap kelahiran yang
berkisar antara 8 -14 ekor dengan rata-rata dua kali kelahiran pertahunnya
(Sihombing, 1997). Menurut Sihombing (1997), pertumbuhan babi yang
digemukkan untuk tujuan daging dibagi menjadi beberapa periode yaitu periode
pra sapih (pre starter), lepas sapih (starter), pertumbuhan (grower), dan finisher.
Babi periode finisher adalah babi setelah melewati periode pertumbuhan, dicirikan
dengan berat hidup 60-90 kg, sedangkan pertambahan bobot badan babi periode
finisher adalah 701-815 gram/hari (Annison, 1987).
Soeparno (1992),
mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan komponen tubuh secara
kumulatif mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mencapai
kedewasaan, jadi pertumbuhan mempengaruhi pula distribusi berat dan
komponen-komponen tubuh ternak termasuk tulang, otot, dan lemak. Menurut
Sutardi (1980), kecepatan pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi berbagai faktor
antara lain bangsa, jenis kelamin, umur, makanan, dan kondisi lingkungan.
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan
secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang
tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging.
Berdasarkan permintaan konsumen, sampai saat ini babi tipe lemak menjadi tidak
populer lagi. Masyarakat mulai mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging,
oleh sebab itu peternak mengalihkan perhatian kepada babi tipe daging (meat
type).
Dewasa ini bangsa–bangsa babi telah dikelompokkan menjadi beberapa tipe. Tipe
yang umum dikenal ada 3 yaitu babi tipe lemak (lard type), tipe daging (meat type
atau pork type) dan tipe sedang (bacon type). Bangsa babi yang ada di Indonesia
umumnya cenderung kearah tipe lemak. Ciri–ciri babi tipe lemak adalah ukuran
tubuh berlebihan cepat atau mudah menjadi gemuk, ukuran babi pendek dan
kemampuan dalam membentuk lemak cukup tinggi. Babi yang tergolong tipe
daging antara lain Hampshire, Polland China, Duroc, dan yang tergolong tipe
sedang adalah Yorkshire, Tamworth dan Landrace.
Bangsa babi di Indonesia, belum dapat dikelompokkan ke dalam salah satu
tipe yang dikehendaki oleh konsumen. Jadi tipe babi Indonesia memiliki sifat
yang masih campuran, tetapi ada tendensi mengarah kepada babi tipe lemak. Babi
memiliki sifat prolifik, yakni banyak anak dalam satu kali kelahiran. Jumlah anak
yang dilahirkan berkisar antara 8- 14 ekor dalam satu kelahiran dengan rata–rata 2
kali kelahiran per tahun.
Babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai
performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga
baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa
pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan,
perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu, manajamen pemeliharaan
sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan.
Babi mempunyai peranan penting bagi masyarakat baik sebagai sumber
penghasil protein hewani, maupun sebagai sumber pendapatan, lapangan kerja,
sumber pupuk. Babi akan dapat berproduksi tinggi apabila dipelihara dengan baik.
Di samping itu ternak babi tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat Bali
khususnya yang beragama Hindu karena babi merupakan salah satu sarana yang
tidak bisa terlepas dalam kegiatan upacara baik keagamaan maupun adat. Oleh
karena itu pengembangan ternak babi sudah biasa dipelihara oleh masyarakat di
Bali sejak dulu, namun sistem pemeliharaannya yang perlu dibenahi ke sistem
yang intensif dan lebih produktif.
Babi afkiran merupakan jenis indukan yang sudah tidak aktif lagi
berproduksi, sehingga itu membuat peternak harus melempar ke pasaran dan
memulai dengan indukan baru. Umumnya babi afkiran ini rata-rata memiliki umur
antara 3-5 tahun dengan bobot 200 - 250 kg per ekor. Pada pemeriksaan hewan
sebagai penjaminan hewan yang sehat, memerlukan langkah-lamngkah yang
runtut dan harus dilakukan. Antara lain diperlukan kemampuan atau kompetensi
yang memadai agar dapat melakukan langkah-langkah dengan memahami alasan
dengan baik. Penjaminan hewan sehat sangat penting karena secara tidak langsung
atau secara langsung akan menghambat transmisi penyakit. Terlebih sekarang
banyak penyakit hewan yang terdeteksi dapat menular pada manusia atau
sebaliknya.Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan pemeriksaan ante
mortum dan post mortum.
Pemilihan Bibit
a) Syarat-syarat babi bibit :
- sehat, lincah, aktif bergerak
- tidak cacat, moncong cukup panjang, dan bulu halus
- tubuh harmonis, badan cukup panjang
- betina pilih yang memiliki putting susu 12-14 buah dengan jarak yang sama
- keturunan dari induk banyak anak - bila jantan pilih yang memiliki buah pelir
sama besar
b) Syarat-syarat babi yang baik untuk dipotong :
- tampak sehat, lincah dan aktif
- tidak cacat dengan bulu halus dan mengkilat - badannya cukup panjang
- nafsu makan baik
Pengafkiran pada babi yang layak untuk di potong biasanya bervariasi di
pasaran tergantung permintaan pasar. Babi yang dipotong biasanya dalam fase
finisher atau akhir. Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg.
Babi yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC
(1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80
kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum
2575 g/e/h. Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang,
pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur
6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan
bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah.
Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar
2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli
datang langsung ke peternakan babi. Babi-babi yang digemukkan sebagai babi
potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka
sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa
dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg (Blakely dan Bade, 1994).
Hasil pemotongan ternak babi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian karkas dan bagian bukan karkas. Bagian karkas mempunyai nilai ekonomi
yang lebih tinggi, sesuai dengan tujuan pemotongan ternak yaitu untuk
mendapatkan daging. Ada beberapa persyaratan untuk memperoleh hasil
pemotongan yang baik (Swatland, 1984), yaitu:
(1) ternak harus tidak diperlakukan secara kasar,
(2) ternak harus tidak mengalami stress,
(3) penyembelihan dan pengeluaran darah harus secepat dan sesempurna
mungkin,
(4) kerusakan karkas harus minimal, dan cara pemotongan harus
(5) higienis,
(6) ekonomis,
(7) aman bagi pekerja abatoar (rumah tempat pemotongan hewan)
Ternak yang afkir atau sudah layak potong biasanya memiliki berbagai kualitas
karkas yang berbeda tergantung dari pemberian pakan sewaktu babi masih dalam
pemeliharaan.
Adapaun babi yang tidak layak di afkir adalah babi yang memiliki
penyakit yang dapat ditularkan kepada orang yang mengkonsumsi nya ,berikut
ada beberapa ciri-ciri ternak babi yang tidak layak di potong dan beberapa
penyakit yang menyebabkan babi tidak layak untuk dipotong
Ciri ternak babi yang tidak layak untuk di potong :
a. Ternak babi afkir yang sudah terlalu tua.
b. Ternak babi yang memiliki penyakit yang berisko
c. Ternak babi yang belum cukup umur untuk di potong
d. Ternak babi jantan untuk bibit
Adapun penyakit pada ternak babi yang berisko di antara nya :
1. Cholera
Penyebab : virus
Gejala
- Temperatur tubuh naik 104 – 108º F.
- Nafsu makan hilang dan lemah, sehingga tidak mau makan, tetapi minumnya
banyak.
- Terhuyung-huyung.
- Tubuh bagian bawah (sekitar perut) berwarna merah keunguan seperti
Erysipelas.
- Kandang-kadang seperti kedinginan, yang menyebabkan babi berjejal-jejal atau
saling berhimpitan.
Pencegahan dan pengobatan
- Vaksinasi dengan serum anti cholera babi atau rovac hog cholera. Sesudah babi
umur 6 minggu, diulangi setahun sekali. Babi-babi dara atau induk sebaiknya 3
minggu sebelum dikawinkan, sedang pejantan bisa sewaktu-waktu.
2. Agalactia
Agalactia ialah kegagalan dalam memproduksi air susu. Jenis penyakit ini khusus
diderita oleh babi-babi induk yang habis beranak. Penyakit ini Nampak jelas 24
jam sehabis induk itu melahirkan. Babi-babi yang menderita agalactia ini akhirnya
tidak mampu mensuplai air susu kepada anak-anaknya, karena produksi air susu
tak bisa keluar lagi, sebab sekresi oxytocin tidak mencukupi. Kekurangan
oxytocin ini bisa diatasi dengan memberikan injeksi oxytocin dengan dosis 5 – 10
I.U. secara intramuskular.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah tidak selalu sama, atau dengan kata lain ada
berbagai macam sebab :
Karena toxic (racun) yang terdapat di dalam usus akibat konstipasi yang diderita
induk yang bersangkutan, yang kemudia diikuti hilangnya nafsu makan dan
kandang-kadang panas yang terlampau tinggi. Untuk mengatasi konstipasi ini,
babi bisa diberikan obat peluncuran atau urus-urus dengan garam inggris.
Akibat peradangan pada usus.
Peristiwa ini mengakibatkan babi induk merasa sakit, sehingga nafsu makan
berkurang, temperatur tubuh tinggi 106º F, dan dari vulva keluar cairan berwarna
kuning atau kemerahan. Ambing menjadi bengkak, keras, berwarna merah, panas
dan sakit. Penderita ini bisa diobati dengan penstrep. Karena adanya peradangan
uterus (metritis) dan ambing (mastitis), dan mengakibatkan kegagalan kegagalan
keluarnya air susu (agalactia). Maka penyakit ini juga disebut MMA kompleks.
Gejala umum :
- Gejala pertama biasanya Nampak 3 hari sesudah melakukan, walaupun sering
dapat terlihat sebelum anak-anaknya disapih.
- Temperatur 103 – 106º F.
- Babi tidak mau makan, air susu sedikit atau gagal sama sekali.
- Dari vagina keluar nanah berwarna keputihan atau kekuning-kuningan.
- Anak babi mencret.
- Kadang-kadang tidak diketahui sampai anak babi mati kelaparan.
3. Brucellosis (Keguguran menular)
Pada babi, penyakit ini bisa kronis atau subkronis. Yang diserang alat reproduksi
(uterus, ambing, testes).
Penyebab Gejala
Gejala penyakit ini sulit dilihat, di mana tidak semua penderita itu selalu
mengalami abortus dan sebaliknya yang bukan brucellosis pun bisa abortus. Akan
tetapi secara umum bisa dilihat tanda-tanda.
- Keguguran, anak mati di dalam kandungan atau sangat lemah.
- Pada jantan atau induk bisa steril yang sifatnya bisa sementara atau permanen,
kadang-kadang lumpuh pada kaki belakang, pada babi jantan ada gejala radang
testes.
Pencegahan dan pengobatan
- Sanitasi (pejagaan kesehatan), dan belilah bibit yang bebas dari penyakit
brucellosis.
- Vaksinasi.
- Obat belum ditemukan.
4. Pneumonia (Penyakit radang paru-paru)
Pneumonia suatu penyakit yang bisa menyerang segala binatang termasuk ternak
babi. Bila tanpa pengobatan, 50 – 75% akan mati.
Penyebab
- Microorganism
- Virus
- Cacing paru-paru (lungworms)
Yang mempercepat berjangkitnya penyakit ini ialah akibat ternak stress, sehingga
mudah infeksi yang menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut :
- Batuk-batuk, pernapasan berbunyi dan terengah-engah, pernapasah cepat dan
dangkal.
- Pada penderita kaki Nampak terbuka lebar.
- Konstipasi
- Nafsu makan hilang
- Temperatur tubuh tinggi, moncong dan hidung panas serta kering.
- Kulit dan bulu kasar, kering.
Pencegahan dan pengobatan
- Pemeliharaan yang baik terutama kebersihan di dalam kandang dan
sekelilingnya.
- Yang sakit ditempatkan di tempat yang bersih, dan tidak berangin.
- Makanan yang mudah dicerna, dan diberi aureomycin atau TM 10, guna
mencegah infeksi pada saat stress.
- Pengobatan dengan terramycin atau sulmet injeksi. Agribon (mengandung
sulfadimenthoxine, vitamin A dan K)
Daftar pustaka
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu beternak babi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
http://yuvantalf.blogspot.com/2013/08/pemotongan-babi_1785.html
http://www.bisnisbali.com/2009/12/04/news/agrohobi/khh.html
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Usmiati, S dan Setiyanto H. 2008. Penampilan karkas dan komponen karkas ternak
ruminansia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Bogor