Fraksi Air Dan Kloroform Ekstrak Daun Be

Fraksi Air Dan Kloroform Ekstrak Daun Belimbing Manis
(Averhoa Carambola L.) Sebagai Diuretik Terhadap
Tikus Putih Jantan
Rafiqa Hapsari
Program study Farmasi Universita Tulang Bawang Lampung, Indonesia
E-mail : [email protected]

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuretik
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan kedua menunjukan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air
(sulistia gan gunawan, 2009). Belimbing manis (Averrhoa carambola L) secara empiris sudah
digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Daun belimbing manis (Averrhoa
carambola L) dapat digunakan untuk mengatasi influenza, diare, anti radang, serta air kemih
sedikit (oliguria) (bahermansyah, 2009). Hasil uji skrining fitokimia pada ekstrak kental
methanol daun belimbing manis diketahui positif mengandung senyawa golongan flavonoid,
alkaloid, saponin , protein, lemak, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin A, B1 dan vitamin C
yang semua memiliki efek farmakologis, dengan kandungan utamanya adalah flavonoid (Bayu
saputro, 2014). Sehingga diduga dapat memiliki efek sebagai diuretik pada tikus putih jantan.
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 kali
pengulangan, menggunakan tikus putih jantan dengan berat badan 200-270 g sebanyak 24
ekor, dikelompokkan menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor.

Sebelum penelitian dilaksanakan hewan diadaptasikan selama 1 minggu dan diamati
kesehatannya. Uji efek diuretik dilakukan dengan pemberian fraksi air dan kloroform ekstrak
daun belimbing manis secara oral pada tikus putih jantan. Kelompok I diberi aquadest sebagai
kontrol negatif. kelompok II sebagai kontol positif diberi suspensi furosemid dosis 3,6
kg/mbBB. Kelompok III, IV, V diberi fraksi air ekstrak daun belimbing manis dengan dosis 85
mg/kgBB, 170 mg/kgBB, 340 kg/mgBB. kelompok VI, VII, VIII diberi fraksi kloroform
ekstrak daun belimbing manis dengan dosis 72,5 mg/kgBB, 145 mg/kgBB, 290 kg/mgBB.
Setelah diberi perlakuan, urin diambil dari setiap tikus mulai dari jam ke-1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Setelah perlakuan selama 6 jam dilakukan pengukuran volume urin, pengamatan warna, dan
pengukuran derajat keasaman (pH) urin. Data yang diperoleh kemudian akan dianalisis
menggunakan metode ANOVA.