PEMBUATAN INSTRUMEN NON TES BAGI GURU SD UNTUK MENILAI RANAH AFEKTIF SISWA
PEMBUATAN INSTRUMEN NON TES BAGI GURU SD
UNTUK MENILAI RANAH AFEKTIF SISWA
MAKING OF NON TEST INSTRUMENT FOR ELEMENTARY SCHOOL TEACHER
TO ASSESS THE AFFECTIVE DOMAIN STUDENTS
Ema Butsi Prihastari 1), Jumanto 2)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
[email protected] 1), [email protected] 2)
Universitas Slamet Riyadi
ABSTRAK
Segala aktivitas yang dilakukan di dalam pembelajaran hendaknya dapat dievaluasi
melalui instrumen yang tepat. Berdasarkan survei di lapangan terdapat fenomena anak
pintar dengan karakter yang tidak peduli dengan sekitarnya, kemudian ada anak yang
berani berbuat apa saja demi mendapatkan nilai terbaik menjadi tren modern di sekolah
saat ini. Permasalahan tersebut berkaitan tentang watak perilaku yang menjadi bagian
dari ranah afektif. Maka, diperlukan instrumen non tes untuk membantu guru dalam
mempertimbangkan dan memutuskan penilaian pada ranah tersebut. Tujuan pengabdian
ini melatih dan memahamkan pentingnya instrumen non tes kepada guru-guru Sekolah
Dasar di SD N Prawit I No.69 sehingga guru-guru dapat menggunakan instrumen
tersebut sebagai evaluasi pada ranah afektif. Metode pelaksanaan program ini dilakukan
dengan metode pendekatan: a) partisipatif, b) penyadaran, c) pembelajaran (teori dan
praktek), dan d) pendampingan. Sedangkan, mekanisme pelaksanaan pengabdian yaitu
persiapan dan pelaksanaan pelatihan yang meliputi: a) penyajian materi, b) penugasan
membuat instrumen non tes, c) evaluasi kegiatan (pre test dan post test), refleksi serta
penutupan kegiatan. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat peningkatan sebesar 6,7 % yang
didapatkan dari nilai rata-rata pre-test 55,6 dan post test 62,2. Peningkatan ini disertai
tanggapan yang positif dan permintaan untuk keberlanjutan program pengabdian kepada
masyarakat.
Kata kunci: pelatihan, instrumen non tes, afektif
Abstact. All activity are conducted in the learning should be evaluated to correct
instrument. Based on survey in the field, there is phenomenon of smart childs that not
concern with theirs surroundings. Now, there is child which dared to do anything for
getting the best value become trend at school. These problems related about behavioral
that become part of the affective domain. So, we need a non-test instrument to help
teacher in considering and deciding on the assessment domain. Target of this comunity
service that train and important understanding of non-test instrument to elementary
school Prawit I No.69, so that, teachers can use the instrument as an evaluation at affective
Riset Fair 2017
domain. The method of implementation is conducted with approch method: a)
participatory, b) awareness, c) learning (practice and theory), and d) mentoring. Whereas,
the mechanism of implementation are preparation and implementation of training
includes a) the presentation of material, b) making of non test instrument, c) evaluation
activities (pre-post test), as well as reflection closure activities. Result of the evaluation,
there is increase of 6.7% of the average value of pre-test by 55.6 and post test by 62.2. The
increase is positive feedback and requests for this community service.
Keywords: training, non instrument tests, affective
Pendahuluan
evaluator yang baik bagi siswa. Kegiatan
Tujuan
menurut
tahun
potensi
pendidikan
Undang-Undang
2003
ialah
nasional
RI
mengembangkan
peserta didik agar
manusia bertakwa
No.20
kepada
menjadi
Tuhan
Yang
ini
kreatif,
warganegara
mandiri,
yang
dan
mnegetahui
tercapai
atau
belum.
Kesemua
hal
tersebut dapat terjawab dengan kegiatan
evaluasi atau penilaian
Evaluasi
yang
memiliki
penting
dalam
kedudukan
proses
belajar
serta
mengajar. Guru sebagai pengendali kelas
tersebut
dapat mengetahui kemampuan siswanya
demokratis,
jawab. Hal
bertanggung
menjadi
untuk
apakah tujuan yang sudah dirumuskan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap,
dimaksudkan
mencakup tiga kelompok kemampuan,
melalui
yaitu kemampuan berpikir, kemampuan
mengevaluasi ranah afektif siswa yang
berbuat, dan perilaku atau perbuatan.
cenderung dapat muncul dari sering
Tujuan ini menjadi landasan untuk
melihat
merancang proses pembelajaran pada
instrumen evaluasi yang tepat tentunya
siswa serta evaluasi.
akan didapatkan hasil yang akurat yang
Segala aktivitas yang dilakukan di
evaluasi.
membantu
dan
guru
Guru
juga
kebiasaan.
untuk
dapat
Melalui
mengambil
dalam pembelajaran hendaknya dapat
keputusan dalam pertemuan selanjutnya
dilakukan
perlu
dengan siswa. Hal ini dapat membantu
dilakukan untuk mengadakan penilaian
guru dalam mengikuti perkembangan
terhadap hasil yang telah dicapai, baik
hasil belajar yang telah dicapai oleh
oleh
siswanya.
evaluasi.
terdidik
Hal
maupun
ini
pendidik.
Dikarenakan
informasi
Demikian pula dalam sekali proses
tersebut, dijadikan sebagai umpan balik
pembelajaran, guru menjadi seorang
terhadap proses belajar mengajar yang
Riset Fair 2017
dilakukan oleh guru dan menjadi tolak
menyatakan
ukur bagi guru untuk memperbaiki dan
menentukan
meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
seseorang. Dimana orang yang tidak
Sehingga, akan didapatkan hasil yang
memiliki minat pada pelajaran tertentu
optimal. Jadi, tujuan pendidikan saat ini
sulit untuk mencapai keberhasilan studi
tidaklah hanya sekedar mengevaluasi
secara optimal. Oleh karena itu, semua
pengetahuan
tapi,
pengoptimalnya
yaitu
multidimensional,
afektif
minat semua siswa terhadap pelajaran
yang diajarkan. Demikian pula aspek
manusia
termasuk
yang
perilaku
sikap memegang peranan penting, siswa
yang
memiliki
terhadap
optimal.
dengan
lingkungan
berhubungan
tempat
mereka
sikap
suatu
1981). Hal ini akan berkenaan dengan
yang
belajar
aspek
diharapkan
siswa
keberhasilan
guru harus mampu membangkitkan
(attitude), nilai, dan minat (Andersen,
perasaan
afektif
aspek
Sikap atau perbuatan merupakan
karakteristik
ranah
ada
berupa sikap atau perbuatan.
suatu
bahwa
hasil
yang
positif
pelajaran
dapat
belajarnya
akan
Ada dua alasan bagi mengapa
afektif siswa sangat diperhatikan atau
belajar yaitu sekolah. Siswa memiliki
perlu
perasaan
bermacam-macam
afektif mewakili outcome penting dan
terhadap apa yang mereka tangkap atau
proses bersekolah dalam pandangan
dapatkan baik bersifat positif maupun
siswa sendiri. Kedua, perasaan siswa
negatif dan memiliki beragam intensitas.
secara
Hal ini menjadi tantangan bagi guru
pencapaian akademik, dan oleh karena
pada proses belajar mengajar untuk
itulah memberikan pengaruh yang hebat
dapat melihat dan merasakan kondisi-
pada
kondisi yang mampu meningkatkan
menjadi hasil yang penting dikarenakan
sikap atau perbuatan dari siswa dapat
sikap
berkembang
pengetahuan, berfikir, keterampilan, dan
yang
menjadi
lebih
baik
khususnyadi sekolahan.
dipedulikan. Pertama,
kuat
berhubungan
pencapaian
sama
outcome
akademik.
pentingnya
dengan
Sikap
dengan
produk misalnya menjadikan siswa yang
Watak perilaku seperti perasaan,
benar-benar bertanggungjawab terhadap
minat, sikap, emosi, dan nilai menjadi
hasil yang dicapai, bukan hanya karena
bagian dari ranah afektif. Popham (1995)
ingin mendapatkan nilai tinggi saja.
Riset Fair 2017
Kemudian, sikap menjadi penghubung
Instrumen non tes merupakan cara
keberhasilan misalnya dengan siswa
penilaian
berperasaan
terhadap
dilakukan tanpa menguji siswa tetapi
matapelajaran tertentu membuat siswa
dengan melakukan pengamatan secara
tersebut
mencoba
sistematis. Menurut Widiyoko (2009)
meraih nilai tertinggi tentunya dengan
teknik evaluasi non tes biasa digunakan
belajar yang tekun. Jadi bisa dikatakan
untuk mengukur soft skill meliputi sikap,
bahwa sikap menjadi bagian terpenting
tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain-
yang
lain (apa yang dibuat atau dikerjakan)
positif
termotivasi
tak
dapat
untuk
dipisahkan
untuk
hasil
belajar
siswa
yang
oleh siswa secara menyeluruh. Tentunya
mencapai tujuan belajar optimal.
di
yang berkaitan dengan kegiatan belajar
lapangan dan dari artikel-artikel di
mengajar baik secara individu maupun
koran. Terdapat fenomena anak pintar
kelompok. Instrumen yang akan dibuat
dengan karakter yang tidak peduli
oleh para peserta pelatihan nantinya
dengan sekitarnya, kemudian ada anak
dikhususkan pada ranah afektif saja.
yang berani berbuat apa saja demi
Agar kajian lebih mendalam dan dapat
mendapatkan nilai terbaik atau lebih
dipraktekan oleh guru.
Berdasarkan
kenyataan
parahnya jika mereka terus-menerus
Salah satu sekolah dasar yang ada
dibiarkan dan menjadi dewasa tanpa
tidak jauh dari Universitas Slamet Riyadi
sikap tegas dari guru. Mereka bisa
dan kampus program studi PGSD, yaitu
menjadi salah calon-calon koruptor. Hal
SD Negeri Prawit I No.69. Berdasarkan
ini tidak dapat dipungkiri karena, ranah
observasi dan wawancara dengan salah
kognitif
satu
saja
yang
diunggulkan
guru
di
sekolah
tersebut
sedangkan, ranah afektif yang menjadi
kebanyakan guru belum melaksanakan
penyimbang ranah kognitif terabaikan.
evaluasi secara maksimal pada ranah
Oleh karena itu, penting bagi guru untuk
afektif siswa, ada guru yang bingung
selalu melalukan evaluasi berkala pada
ketika ditanya dengan pernah tidak nya
aspek afektif siswa.
melakukan
penilaian
tersebut,
dan
Salah satu diantara teknik evaluasi
kebanyakan masih melakukan penilaian
yang digunakan untuk menilai ranah
secara global atau bersifat subjektif.
afektif adalah dengan instrumen non tes.
Memperhatikan kondisi sekolah yang
Riset Fair 2017
dekat dengan kampus dengan hasil
sistem
penskoran,
observasi tersebut dan belum banyaknya
penilaian ranah afektif.
Pelatihan
dilakukan pelatihan yang membantu
dan
mentelaah
pembuatan
instrumen
guru dalam penilaian di ranah afektif
non tes diharapkan dapat
siswa maka Kepala Sekolah dan tim
wawasan guru tentang evaluasi belajar
pelaksana
untuk
khususnya aspek afektif bagi siswa yang
kepada
bervariasi dalam rangka mengetahui
masyarakat dengan melibat guru-guru
perkembangan dan peningkatan hasil
yang ada di sekolah tersebut. Pemilihan
belajar siswa. Siswa pun akan merasa
objek dan lokasi dikarena beberapa
termotivasi
permasalahan yang telah dikemukakan
pembelajaran
khususnya dalam pembuatan instrumen
menunjukkan sikap atau atttitude yang
non tes yang masih belum banyak
baik.
memandang
mengadakan
perlu
pengabdian
membuka
untuk
secara
mengikuti
aktif
dengan
diaplikasikan dalam teknik penilaian
Tujuan kegiatan pengadian ini,
guru. Sehingga, pelatihan yang akan
yaitu a) meningkatkan dan membekali
diadakan benar-benar sesuai dengan
wawasan serta keterampilan guru-guru
kebutuhan sekolah yang akan menjadi
Sekolah Dasar terhadap penilaian pada
sasaran pengabdian.
ranah afektif siswa dilakukan dengan
Penjelasan di atas didukung oleh
penelitian
yang
dilakukan
oleh
pemberian soal pre test dan post test, b)
tersedianya instrumen non tes untuk
Nurmasyitah dan Hudiyatman (2016)
menilai
yang dilakukan di Gugus I SD N Uteun
dihasilkan dari pelatihan, dan c) guru
Pulo Seunagan
Raya
dapat mengaplikasikan hasil pelatihan,
tentang perumusan penilaian pada ranah
yaitu berupa instrumen non tes di
afektif pada mata pelajaran IPS bahwa
kelasnya masing-masing.
Timur Nagan
ranah
afektif
siswa
yang
terdapat kendala-kendala yang dialami
guru
dalam
merumuskan
penilaian
ranah
afektif
diantaranya spesifikasi
Metode Pelaksanaan
Pengadian
diawali
dengan
penilaian, menuliskan penilaian ranah
observasi terlebih dahulu. Metode yang
afektif, menentukan skala, menentukan
diterapkan dalam kegiatan ini adalah
ceramah dan pemberian tugas. Dalam
Riset Fair 2017
pelatihan pembuatan instrumen non tes
untuk menunjang ranah
akan diberikan beberapa kegiatan yang
siswa.
meliputi penyajian materi, tanya jawab
kognitif
3. Pendekatan teori dan praktek
dan
Diawali dengan pemberian pre test,
permasalahan guru di kelasnya, dan
kemudian pemberian materi dengan
demonstrasi dari instrumen non tes yang
tatap muka dan diberikan penugasan
dibuat dalam kelompok kerja masing-
praktek secara berkelompok untuk
masing.
membuat instrumen non tes yang
interaktif
terkait
materi
ini
menilai ranah afektif, dan diakhiri
dilakukan dengan metode pendekatan:
dengan post test serta pengisian
a)
kuisioner tanggapan.
Pelaksanaan
partisipatif,
program
b)
penyadaran,
c)
pembelajaran (teori dan praktek), dan d)
4. Pendekatan reflektif
pendampingan dengan uraian sebagai
Dilakukan dengan evaluasi kegiatan
berikut:
selanjutnya
1. Pendekatan partisipatif
keberlajutan
melalui
refleksi
dalam
dan
bentuk
dengan
pendampingan dan monitoring guna
melibatkan tim pelaksana (dosen dan
menjaga kualitas hasil pelatihan dan
mahasiswa) dengan mitra (SD Negeri
meningkatkan kemitraan.
Dilakukan
koordinasi
Prawit I No.69) untuk menemukan
solusi
bagi
pihak-pihak
yang
dilibatkan
2. Pendekatan penyadaran
Dilakukan pada guru di SD N Prawit
I No.69 Surakarta akan pentingnya
bentuk penilaian pada ranah afektif
Riset Fair 2017
Adapun
langkah
yang
akan
ditempuh dalam kegiatan ini mencakup
beberapa tahap sebagai berikut.
Analisis Awal/ analisis
kebutuhan
- Belum digunakannnya instrumen non
untuk menilai ranah afektif siswa
- Guru masih kebingungan untuk
membuat instrumen
- Melakukan koordinasi dengan mitra
- Penentuan peserta pelatihan
- Makalah pembuatan instrumen non
tes
Tahap Persiapan
-
Tahap Pelaksanaan
Penyajian materi
Tanya jawab interaktif
Penugasan (praktek)
Evaluasi
Refleksi
Pendampingan Tim
Gambar 2. Skema Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
Dari gambar 2. dapat dijelaskan
2. Pelaksanaan Pelatihan
mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan
terdiri
instrumen non tes ini terdiri dari
dari
persiapan,
pelaksanaan
(tindakan), observasi, dan evaluasi dan
empat tahapan, yaitu:
refleksi, sebagai berikut:
a. Penyajian Materi
1. Persiapan
Materi
yang
disajikan
terkait
Tahap awal yang dilakukan adalah a)
dengan pengetahuan dan beberapa
melakukan koordinasi dengan LPPM
instrumen non tes yang digunakan
UNISRI dan SD N Prawit I No.69
untuk menilai ranah afektif siswa
Surakarta
Sekolah
pelaksanaan
dan
merencanakan
operasional,
b)
Dasar.
Penyajian
ini
diploting dalam 1 kali tatap muka.
penentuan dan rekruitmen peserta
Sebelum
pelatihan, c) pembuatan instrumen
diberikan soal pre test tentang
pelatihan, dan d) persiapan konsumsi,
evaluasi
publikasi, dokumentasi.
Riset Fair 2017
dilakukan
b. Tanya jawab interaktif
pelatihan
Tanya
dilakukan
untuk
sebagai refleksi dari pelaksanaan
sejauhmana
materi
kegiatan
jawab
mengetahui
yang disampaikan dipahami oleh
Di akhir kegiatan peserta dan tim
peserta pelatihan.
pengabdian
c. Penugasan Praktik
Pada
akhir
membuat
3
c. Refleksi dan Penutupan Kegiatan
refleksi
peserta
hasil pelatihan dan para peserta
kelompok
(sekolah mitra) juga memberikan
masing-masing
evaluasi akan pelatihan ini dan
materi
(tiga)
kemudian
melakukan
kelompok diberikan undian untuk
keberlanjutan
membuat instrumen non tes sesuai
semua kegiatan yang direncanakan
dengan
diambil.
terlaksana, kemudian ditutup dan
Setiap kelompok diminta untuk
pemberian pesan kepada peserta
mempresentasikan
untuk
undian
yang
penggunaan
program.
Setelah
mengimplementasikan
dari instrumen yang dibuatnya.
instrumen non tes di kelas masing-
Tim
mendampingi,
masing.
memandu, dan mengarahkan serta
Analisis
pengabdian
data
yang
digunakan
memberikan solusi apabila timbul
adalah
deskriptif
permasalahan selama penugasan
mendeskripsikan
praktik.
dalam bentuk grafik, tabel, dan angka.
data
untuk
dan
temuan
b. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi
kegiatan
dilakukan
dengan beberapa cara. Evaluasi
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian
hasil dilihat dari hasil tugas praktik
kepada
kelompok. Peserta menampilkan
pemberian materi pembuatan instrumen
hasil
dievaluasi
non tes menurut panduan Dirjen Dikdas
bersama-sama. Dilanjutkan dengan
(2016) berupa lembar observasi, jurnal,
mengerjakan soal post test untuk
penilaian diri, dan penilaian antar teman.
mengukur keberhasilan pelatihan
Menurut Ekawati dan Surmayanta
diskusi
dan
masyarakat
diisi
dengan
dilaksanakan.
dalam Hartono, Jamilah, dan Fitriawan
Pemberian angket juga digunakan
(2017) memberikan gambaran tentang
yang
sudah
pengembangan instrumen non tes bahwa
Riset Fair 2017
dalam
menentukan
teknik
disampaikan
oleh
tim
pembuatannya menyesuaikan dengan
untuk
karakteristik kompetensi dan tingkat
diantaranya observasi, wawancara,
perkembangan
akan
penilaian diri, dan penilaian antar
teknik
teman. Aspek afektif yang dibahas
kelemahan
berkaitan dengan penilaian aspek
dievaluasi.
memiliki
siswa
yang
Masing-masing
kelebihan
dan
menilai
pelaksana
aspek
afektif
dalam menilai ranah afektif. Hal ini
sikap spritual dan sosial.
perlu
Sikap spiritual adalah sikap yang
diperhatikan
dan
oleh
guru
menyangkut moral yang mampu
sebagai evaluator.
Kegiatan
pengabdian
ini
memberikan
pemahaman
untuk
melibatkan mahasiswa program studi
membedakan sesuatu yang benar
PGSD
dan
sebanyak
2
(dua)
orang
yang
salah
berdasarkan
mahasiswa. Jumlah peserta yang hadir
keimanan dan ketakwaan kepada
sebanyak
Tuhan
9
orang,
dimana
hampir
YME.
Berdasarkan
hasil
sebagian besar sebagai wali kelas dan
penelitian Gusviani (2016) ditemukan
pengampu mata pelajaran. Para peserta
data
sangat
spiritual
kegiatan
antusias
ini
untuk
meskipun
mengikuti
dilaksanakan
tentang
kemunculan
dimana
menggunakan
sikap
sekolah
yang
Kurikulum
2013
selesai.
mendapatkan rata-rata sebesar 0,87%
Dibuktikan dengan kedatangan peserta
dan KTSP sebesar 0,55%. Hal ini
tepat waktu. Berikut penjelasan metode
membuktikan bahwa kurikulum juga
pendekatan dari pelaksanaan kegiatan
menjadi
pengabdian kepada masyarakat, sebagai
pengembangan
berikut:
kepribadian siswa.
a. Pendekatan partisipatif
Sikap sosial terkait dengan siswa
setelah
jam
sekolah
telah
bagian
dari
karakter
dan
Tim melakukan koordinasi waktu
yang
dan tempat dengan Kepala SD N 1
lingkungan baik keluarga, sekolah,
Prawit I N. 69
maupun
materi
tentang
penyusunan instrumen non tes yang
Riset Fair 2017
berinteraksi
masyarakat.
dengan
Lingkungan
menjadi salah satu fasilitas bagi
b. Pendekatan penyadaran
Disampaikan
selalu
besar
perkembangan
kematangan
anak
baik positif atau negatif. Sikap sosial
perlu ditanamkan apalagi siswa lebih
Diawali dengan pemberian pre test
banyak menghabiskan waktunya di
dengan
sekolah. Guru juga berperan untuk
Kemudian
mengembangkan sikap sosial selain
tentang
dari diri siswa itu sendiri. Sikap yang
menyusun ranah afektif, yaitu (1)
diarahkan
menentukan
pada
program
ini
rata-rata
sebesar
diberikan
penjelasan
langkah-langkah
sikap
55,6.
dalam
yang
akan
mengacu pada sistem penilaian dari
dikembangkan mengacu pada KI-1
Dirjen
dan KI-2, (2) menentukan indikator
Dikdas
(2016)
tentang
Kompetensi Inti ke-2 meliputi: jujur,
dari
disiplin,
(disesuaikan
dengan
pelajarannya),
(3)
tanggungjawab,
santun,
percaya
beberapa
diri,
sikap
peduli,
dan
yang
dikembangkan
ada
dapat
sikap
yang
menyesuaikan
memuncuklan
dikembangkan,
mitra ini sedang mengembangkan
format
sikap
prosedur
lingkungan.
Materi
pelatihan ini sudah pernah dijadikan
(4)
penilaian,
yang
menyiapkan
(5)
merancang
pelaksanaan,
dan
(6)
Dilanjutkan
praktek
untuk
membuat indikator penilaian pada sikap
didapatkan nilai terendah pada sikap
spritual dan sosial bagi siswa SD.
disiplin sebesar 32% yaitu siswa
Kemudian,
datang terlambat, kemudian 12%
dirumuskan bersama guna kepentingan
masih berkata kasar, dan 10% siswa
penilaian yang dapat dilaksanakan di
belum memakai seragam.
sekolah. Setelahnya dilaksanakan post-
tim
Suarjana
sikap
(2016),
Jadi,
dan
merancang
pengelolaan penilaian.
bahan penelitian oleh Ida Ayu, Nanci
Riastini,
mata
kegiatan pembelajaran yang dapat
dengan karakter sekolah. Sekolah
cinta
dikembangkan
menekankan
akan
test
dipresentasikan
guna
mengetahui
dan
keberhasilan
pentingnya penilaian aspek afektif
pemahaman
pada siswa guna menimbang dan
pelatihan
memutuskan
keberhasilan
Didapat rata-rata nilai post test sebesar
belajar siswa pada saat pembelajaran.
62,2. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 6,7
atas
c. Pendekatan teori dan praktek
guru
yang
atas
telah
materi
atau
disampaikan.
% dari nilai pre-test. Peningkatan ini
disertai tanggapan yang positif dan
Riset Fair 2017
permintaan untuk keberlanjutan dari
pengabdian
kepada
masyarakat
berikut tabel hasil pre dan post test.
ini,
Tabel 1. Hasil Pre-Post Pembuatan Instrumen Non Tes
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RESPONDEN
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
RATA-RATA
SELISIH
PRE
50
80
60
60
70
40
30
70
40
55,6
6,7
POST
50
70
80
70
60
60
50
60
60
62,2
Sumber: Data Tes Pengabdian Guru
seperti
d. Pendekatan reflektif
yang
disampaikan
Dilakukan evaluasi dengan tanya
(2013:1963)
jawab interaktif, mengisi angket
ranah afektif ialah (1) mendapatkan
sebagai refleksi dan keberlanjutan
umpan
dalam bentuk pendampingan dan
memperbaiki pembelajaran dan program
monitoring guna menjaga kualitas
remidi bagi siswanya, (2) mengetahui
hasil pelatihan dan meningkatkan
tingkat perubahan tingkah laku siswa,
kemitraan.
(3) menempatkan siswa pada kondisi
Berdasarkan hasil dari kegiatan
belajar
bahwa
balik,
yang
tujuan
Arikunto
sebagai
tepat,
penilaian
dasar
sesuai
untuk
dengan
ini
karakteristik dan kemampuannya, serta
menjawab dari dilema para guru untuk
(4) mengenal latar belakang kegiatan
membuat
belajar dan kelainan tingkah laku siswa.
pengabdian
kepada
instrumen
mendapatkan
masyarakat
evaluasi
guna
Pelaksanaan
program
ini
juga
data
yang
akurat.
sebagai
guru
dapat
sejalan dengan pelaksanaan program
tepat
yang dilakukan oleh Sukanti (2011),
terhadap hasil belajar siswanya. Hal ini
tentang sepuluh langkah yang diikuti
Sehingga,
memberikan
Riset Fair 2017
keputusan
yang
dalam pengemabngan instrumen afektif,
peningkatan sebesar 6,7 % dari nilai
yaitu:
pre-post test
1)
menentukan
spesifikasi
instrumen, 2) menulis instrumen, 3)
menentukan
skala
menentukan
sistem
3.
Upaya
peningkatan
keterampilan
pengukuran,
4)
pembuatan instrumen non tes afektif
penskoran,
5)
disampaikan
dengan
menelaah instrumen, 6) melakukan uji
pendekatan
coba, 7) menganalisis instrumen, 8)
penyadaran, c) pembelajaran (teori
merakit instrumen, 9) melaksanakan
dan praktek), dan d) pendampingan.
pengukuran, dan 10) menafsir hasil
Dilaksanakan selama dua hari dengan
pengukuran.
melibatkan mahasiswa dalam setiap
Guru
juga
dapat
bermasalah
serta
memberikan
memotivasi. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pencapaian belajarnya.
a)
partisipatif,
b)
kegiatannya.
memberikan
konseling untuk menangani siswa yang
:
metode
4.
Guru menghasilkan instrumen non
tes untuk menilai ranah afektif pada
sikap spritual dan sosial di kelas.
Berdasarkan kesimpulan di atas
dapat dikemukakan beberapa saran,
Simpulan dan Saran
sebagai berikut:
Berdasarkan
uraian
yang
1. Program
pengabdian
dijelaskan tentang kegiatan pengabdian
masyarakat
kepada
telah
dilakukan secara rutin dan terjadwal.
kesimpulan
Sebaiknya pada saat minggu-minggu
masyarakat
dilaksanakan
yang
didapat
Pelatihan pembuatan instrumen non
2. Perlu adanya monitoring dari Kepala
tes untuk mengukur aspek afektif
Sekolah
yang
pelaksana
telah
meningkatkan
dapat
setelah ujian siswa.
sebagai berikut:
1.
selanjutnya
kepada
dilaksanakan
dapat
kemampuan
dan
kepada
guru
pembelajaran
sebagai
terhadap
kegiatan evaluasi penilaian siswa
keterampilan guru dalam membuat
evaluasi penilaian siswa di kelas.
2.
Adanya peningkatan kemampuan
guru
dibuktikan
dengan
adanya
Ucapan Terima Kasih
12
Ucapan terima kasih kepada pihak
SD Negeri Prawit I No. 69 yang berkenan
Universitas Slamet Riyadi yang telah
menyediakan waktu dan tempat untuk
mensponsori
mensukseskan program ini.
pengabdian
kepada
masyarakat dan kepada Bapak Kepala
Daftar Pustaka
Andersen. 1981. Assesing Affective Characteristic in the Schools. Boston: Allyn and Bacon
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV. Alfabeta
Dirjen Dikdas. 2016. Panduan Penilaian Untuk SD. Kemendikbud: Dirjend Dikdas
Gusviani, Evi. 2016. Analisis Kemunculan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dalam
Kegiatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD yang Menggunakan KTSP dan
Kurikulum 2013. EduHumaniora:Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.8 No.1, Januari.
Hal. 96-100. P-ISSN 2085-1243
Hardiani dan Wardani. 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sosial
Pembelajaran IPS Kelas IV SD. e-jurnalmitrapendidikan. Vol.1 no.6, Agustus 2017
Hartono, Jamilah, dan Fitriawan. 2017. Pengembangan Instrumen Non Tes Untuk
Mengukur Kemampuan Afektif Mahasiswa dalam Kurikulum KKNI. Jurnal
Buana Matematika. Vol.7 No.1
Ida Ayu, Nanci Riastini, dan Suarjana. 2016. Deskripsi Sikap Soisla Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. e-journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.4 No.1
Nurmasyitah dan Hudiyatman. 2016. Kendala Guru Dalam Merumuskan Instrumen
Penilaian Pada Pembelajaran IPS Sesuai dengan Ranah Afektif di Gugus I SD
Negeri Uteun Pulo Seunagan Timur Raya. Jurnal Pesona Dasar. Vol.2 No.4. April,
ISSN:2337-9227
Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akutansi. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia. Vol.IX.No.1 Hal.74-82
Popham, James. W. 1995. Classroom assessment: What teachers need to know. Nedham Hights,
Mass. 02194: Allyn and Bacon.
13
Widiyoko,S. Eko Putra. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar
14
UNTUK MENILAI RANAH AFEKTIF SISWA
MAKING OF NON TEST INSTRUMENT FOR ELEMENTARY SCHOOL TEACHER
TO ASSESS THE AFFECTIVE DOMAIN STUDENTS
Ema Butsi Prihastari 1), Jumanto 2)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
[email protected] 1), [email protected] 2)
Universitas Slamet Riyadi
ABSTRAK
Segala aktivitas yang dilakukan di dalam pembelajaran hendaknya dapat dievaluasi
melalui instrumen yang tepat. Berdasarkan survei di lapangan terdapat fenomena anak
pintar dengan karakter yang tidak peduli dengan sekitarnya, kemudian ada anak yang
berani berbuat apa saja demi mendapatkan nilai terbaik menjadi tren modern di sekolah
saat ini. Permasalahan tersebut berkaitan tentang watak perilaku yang menjadi bagian
dari ranah afektif. Maka, diperlukan instrumen non tes untuk membantu guru dalam
mempertimbangkan dan memutuskan penilaian pada ranah tersebut. Tujuan pengabdian
ini melatih dan memahamkan pentingnya instrumen non tes kepada guru-guru Sekolah
Dasar di SD N Prawit I No.69 sehingga guru-guru dapat menggunakan instrumen
tersebut sebagai evaluasi pada ranah afektif. Metode pelaksanaan program ini dilakukan
dengan metode pendekatan: a) partisipatif, b) penyadaran, c) pembelajaran (teori dan
praktek), dan d) pendampingan. Sedangkan, mekanisme pelaksanaan pengabdian yaitu
persiapan dan pelaksanaan pelatihan yang meliputi: a) penyajian materi, b) penugasan
membuat instrumen non tes, c) evaluasi kegiatan (pre test dan post test), refleksi serta
penutupan kegiatan. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat peningkatan sebesar 6,7 % yang
didapatkan dari nilai rata-rata pre-test 55,6 dan post test 62,2. Peningkatan ini disertai
tanggapan yang positif dan permintaan untuk keberlanjutan program pengabdian kepada
masyarakat.
Kata kunci: pelatihan, instrumen non tes, afektif
Abstact. All activity are conducted in the learning should be evaluated to correct
instrument. Based on survey in the field, there is phenomenon of smart childs that not
concern with theirs surroundings. Now, there is child which dared to do anything for
getting the best value become trend at school. These problems related about behavioral
that become part of the affective domain. So, we need a non-test instrument to help
teacher in considering and deciding on the assessment domain. Target of this comunity
service that train and important understanding of non-test instrument to elementary
school Prawit I No.69, so that, teachers can use the instrument as an evaluation at affective
Riset Fair 2017
domain. The method of implementation is conducted with approch method: a)
participatory, b) awareness, c) learning (practice and theory), and d) mentoring. Whereas,
the mechanism of implementation are preparation and implementation of training
includes a) the presentation of material, b) making of non test instrument, c) evaluation
activities (pre-post test), as well as reflection closure activities. Result of the evaluation,
there is increase of 6.7% of the average value of pre-test by 55.6 and post test by 62.2. The
increase is positive feedback and requests for this community service.
Keywords: training, non instrument tests, affective
Pendahuluan
evaluator yang baik bagi siswa. Kegiatan
Tujuan
menurut
tahun
potensi
pendidikan
Undang-Undang
2003
ialah
nasional
RI
mengembangkan
peserta didik agar
manusia bertakwa
No.20
kepada
menjadi
Tuhan
Yang
ini
kreatif,
warganegara
mandiri,
yang
dan
mnegetahui
tercapai
atau
belum.
Kesemua
hal
tersebut dapat terjawab dengan kegiatan
evaluasi atau penilaian
Evaluasi
yang
memiliki
penting
dalam
kedudukan
proses
belajar
serta
mengajar. Guru sebagai pengendali kelas
tersebut
dapat mengetahui kemampuan siswanya
demokratis,
jawab. Hal
bertanggung
menjadi
untuk
apakah tujuan yang sudah dirumuskan
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
cakap,
dimaksudkan
mencakup tiga kelompok kemampuan,
melalui
yaitu kemampuan berpikir, kemampuan
mengevaluasi ranah afektif siswa yang
berbuat, dan perilaku atau perbuatan.
cenderung dapat muncul dari sering
Tujuan ini menjadi landasan untuk
melihat
merancang proses pembelajaran pada
instrumen evaluasi yang tepat tentunya
siswa serta evaluasi.
akan didapatkan hasil yang akurat yang
Segala aktivitas yang dilakukan di
evaluasi.
membantu
dan
guru
Guru
juga
kebiasaan.
untuk
dapat
Melalui
mengambil
dalam pembelajaran hendaknya dapat
keputusan dalam pertemuan selanjutnya
dilakukan
perlu
dengan siswa. Hal ini dapat membantu
dilakukan untuk mengadakan penilaian
guru dalam mengikuti perkembangan
terhadap hasil yang telah dicapai, baik
hasil belajar yang telah dicapai oleh
oleh
siswanya.
evaluasi.
terdidik
Hal
maupun
ini
pendidik.
Dikarenakan
informasi
Demikian pula dalam sekali proses
tersebut, dijadikan sebagai umpan balik
pembelajaran, guru menjadi seorang
terhadap proses belajar mengajar yang
Riset Fair 2017
dilakukan oleh guru dan menjadi tolak
menyatakan
ukur bagi guru untuk memperbaiki dan
menentukan
meningkatkan pembelajaran selanjutnya.
seseorang. Dimana orang yang tidak
Sehingga, akan didapatkan hasil yang
memiliki minat pada pelajaran tertentu
optimal. Jadi, tujuan pendidikan saat ini
sulit untuk mencapai keberhasilan studi
tidaklah hanya sekedar mengevaluasi
secara optimal. Oleh karena itu, semua
pengetahuan
tapi,
pengoptimalnya
yaitu
multidimensional,
afektif
minat semua siswa terhadap pelajaran
yang diajarkan. Demikian pula aspek
manusia
termasuk
yang
perilaku
sikap memegang peranan penting, siswa
yang
memiliki
terhadap
optimal.
dengan
lingkungan
berhubungan
tempat
mereka
sikap
suatu
1981). Hal ini akan berkenaan dengan
yang
belajar
aspek
diharapkan
siswa
keberhasilan
guru harus mampu membangkitkan
(attitude), nilai, dan minat (Andersen,
perasaan
afektif
aspek
Sikap atau perbuatan merupakan
karakteristik
ranah
ada
berupa sikap atau perbuatan.
suatu
bahwa
hasil
yang
positif
pelajaran
dapat
belajarnya
akan
Ada dua alasan bagi mengapa
afektif siswa sangat diperhatikan atau
belajar yaitu sekolah. Siswa memiliki
perlu
perasaan
bermacam-macam
afektif mewakili outcome penting dan
terhadap apa yang mereka tangkap atau
proses bersekolah dalam pandangan
dapatkan baik bersifat positif maupun
siswa sendiri. Kedua, perasaan siswa
negatif dan memiliki beragam intensitas.
secara
Hal ini menjadi tantangan bagi guru
pencapaian akademik, dan oleh karena
pada proses belajar mengajar untuk
itulah memberikan pengaruh yang hebat
dapat melihat dan merasakan kondisi-
pada
kondisi yang mampu meningkatkan
menjadi hasil yang penting dikarenakan
sikap atau perbuatan dari siswa dapat
sikap
berkembang
pengetahuan, berfikir, keterampilan, dan
yang
menjadi
lebih
baik
khususnyadi sekolahan.
dipedulikan. Pertama,
kuat
berhubungan
pencapaian
sama
outcome
akademik.
pentingnya
dengan
Sikap
dengan
produk misalnya menjadikan siswa yang
Watak perilaku seperti perasaan,
benar-benar bertanggungjawab terhadap
minat, sikap, emosi, dan nilai menjadi
hasil yang dicapai, bukan hanya karena
bagian dari ranah afektif. Popham (1995)
ingin mendapatkan nilai tinggi saja.
Riset Fair 2017
Kemudian, sikap menjadi penghubung
Instrumen non tes merupakan cara
keberhasilan misalnya dengan siswa
penilaian
berperasaan
terhadap
dilakukan tanpa menguji siswa tetapi
matapelajaran tertentu membuat siswa
dengan melakukan pengamatan secara
tersebut
mencoba
sistematis. Menurut Widiyoko (2009)
meraih nilai tertinggi tentunya dengan
teknik evaluasi non tes biasa digunakan
belajar yang tekun. Jadi bisa dikatakan
untuk mengukur soft skill meliputi sikap,
bahwa sikap menjadi bagian terpenting
tingkah laku, sifat, sikap sosial, dan lain-
yang
lain (apa yang dibuat atau dikerjakan)
positif
termotivasi
tak
dapat
untuk
dipisahkan
untuk
hasil
belajar
siswa
yang
oleh siswa secara menyeluruh. Tentunya
mencapai tujuan belajar optimal.
di
yang berkaitan dengan kegiatan belajar
lapangan dan dari artikel-artikel di
mengajar baik secara individu maupun
koran. Terdapat fenomena anak pintar
kelompok. Instrumen yang akan dibuat
dengan karakter yang tidak peduli
oleh para peserta pelatihan nantinya
dengan sekitarnya, kemudian ada anak
dikhususkan pada ranah afektif saja.
yang berani berbuat apa saja demi
Agar kajian lebih mendalam dan dapat
mendapatkan nilai terbaik atau lebih
dipraktekan oleh guru.
Berdasarkan
kenyataan
parahnya jika mereka terus-menerus
Salah satu sekolah dasar yang ada
dibiarkan dan menjadi dewasa tanpa
tidak jauh dari Universitas Slamet Riyadi
sikap tegas dari guru. Mereka bisa
dan kampus program studi PGSD, yaitu
menjadi salah calon-calon koruptor. Hal
SD Negeri Prawit I No.69. Berdasarkan
ini tidak dapat dipungkiri karena, ranah
observasi dan wawancara dengan salah
kognitif
satu
saja
yang
diunggulkan
guru
di
sekolah
tersebut
sedangkan, ranah afektif yang menjadi
kebanyakan guru belum melaksanakan
penyimbang ranah kognitif terabaikan.
evaluasi secara maksimal pada ranah
Oleh karena itu, penting bagi guru untuk
afektif siswa, ada guru yang bingung
selalu melalukan evaluasi berkala pada
ketika ditanya dengan pernah tidak nya
aspek afektif siswa.
melakukan
penilaian
tersebut,
dan
Salah satu diantara teknik evaluasi
kebanyakan masih melakukan penilaian
yang digunakan untuk menilai ranah
secara global atau bersifat subjektif.
afektif adalah dengan instrumen non tes.
Memperhatikan kondisi sekolah yang
Riset Fair 2017
dekat dengan kampus dengan hasil
sistem
penskoran,
observasi tersebut dan belum banyaknya
penilaian ranah afektif.
Pelatihan
dilakukan pelatihan yang membantu
dan
mentelaah
pembuatan
instrumen
guru dalam penilaian di ranah afektif
non tes diharapkan dapat
siswa maka Kepala Sekolah dan tim
wawasan guru tentang evaluasi belajar
pelaksana
untuk
khususnya aspek afektif bagi siswa yang
kepada
bervariasi dalam rangka mengetahui
masyarakat dengan melibat guru-guru
perkembangan dan peningkatan hasil
yang ada di sekolah tersebut. Pemilihan
belajar siswa. Siswa pun akan merasa
objek dan lokasi dikarena beberapa
termotivasi
permasalahan yang telah dikemukakan
pembelajaran
khususnya dalam pembuatan instrumen
menunjukkan sikap atau atttitude yang
non tes yang masih belum banyak
baik.
memandang
mengadakan
perlu
pengabdian
membuka
untuk
secara
mengikuti
aktif
dengan
diaplikasikan dalam teknik penilaian
Tujuan kegiatan pengadian ini,
guru. Sehingga, pelatihan yang akan
yaitu a) meningkatkan dan membekali
diadakan benar-benar sesuai dengan
wawasan serta keterampilan guru-guru
kebutuhan sekolah yang akan menjadi
Sekolah Dasar terhadap penilaian pada
sasaran pengabdian.
ranah afektif siswa dilakukan dengan
Penjelasan di atas didukung oleh
penelitian
yang
dilakukan
oleh
pemberian soal pre test dan post test, b)
tersedianya instrumen non tes untuk
Nurmasyitah dan Hudiyatman (2016)
menilai
yang dilakukan di Gugus I SD N Uteun
dihasilkan dari pelatihan, dan c) guru
Pulo Seunagan
Raya
dapat mengaplikasikan hasil pelatihan,
tentang perumusan penilaian pada ranah
yaitu berupa instrumen non tes di
afektif pada mata pelajaran IPS bahwa
kelasnya masing-masing.
Timur Nagan
ranah
afektif
siswa
yang
terdapat kendala-kendala yang dialami
guru
dalam
merumuskan
penilaian
ranah
afektif
diantaranya spesifikasi
Metode Pelaksanaan
Pengadian
diawali
dengan
penilaian, menuliskan penilaian ranah
observasi terlebih dahulu. Metode yang
afektif, menentukan skala, menentukan
diterapkan dalam kegiatan ini adalah
ceramah dan pemberian tugas. Dalam
Riset Fair 2017
pelatihan pembuatan instrumen non tes
untuk menunjang ranah
akan diberikan beberapa kegiatan yang
siswa.
meliputi penyajian materi, tanya jawab
kognitif
3. Pendekatan teori dan praktek
dan
Diawali dengan pemberian pre test,
permasalahan guru di kelasnya, dan
kemudian pemberian materi dengan
demonstrasi dari instrumen non tes yang
tatap muka dan diberikan penugasan
dibuat dalam kelompok kerja masing-
praktek secara berkelompok untuk
masing.
membuat instrumen non tes yang
interaktif
terkait
materi
ini
menilai ranah afektif, dan diakhiri
dilakukan dengan metode pendekatan:
dengan post test serta pengisian
a)
kuisioner tanggapan.
Pelaksanaan
partisipatif,
program
b)
penyadaran,
c)
pembelajaran (teori dan praktek), dan d)
4. Pendekatan reflektif
pendampingan dengan uraian sebagai
Dilakukan dengan evaluasi kegiatan
berikut:
selanjutnya
1. Pendekatan partisipatif
keberlajutan
melalui
refleksi
dalam
dan
bentuk
dengan
pendampingan dan monitoring guna
melibatkan tim pelaksana (dosen dan
menjaga kualitas hasil pelatihan dan
mahasiswa) dengan mitra (SD Negeri
meningkatkan kemitraan.
Dilakukan
koordinasi
Prawit I No.69) untuk menemukan
solusi
bagi
pihak-pihak
yang
dilibatkan
2. Pendekatan penyadaran
Dilakukan pada guru di SD N Prawit
I No.69 Surakarta akan pentingnya
bentuk penilaian pada ranah afektif
Riset Fair 2017
Adapun
langkah
yang
akan
ditempuh dalam kegiatan ini mencakup
beberapa tahap sebagai berikut.
Analisis Awal/ analisis
kebutuhan
- Belum digunakannnya instrumen non
untuk menilai ranah afektif siswa
- Guru masih kebingungan untuk
membuat instrumen
- Melakukan koordinasi dengan mitra
- Penentuan peserta pelatihan
- Makalah pembuatan instrumen non
tes
Tahap Persiapan
-
Tahap Pelaksanaan
Penyajian materi
Tanya jawab interaktif
Penugasan (praktek)
Evaluasi
Refleksi
Pendampingan Tim
Gambar 2. Skema Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
Dari gambar 2. dapat dijelaskan
2. Pelaksanaan Pelatihan
mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan
terdiri
instrumen non tes ini terdiri dari
dari
persiapan,
pelaksanaan
(tindakan), observasi, dan evaluasi dan
empat tahapan, yaitu:
refleksi, sebagai berikut:
a. Penyajian Materi
1. Persiapan
Materi
yang
disajikan
terkait
Tahap awal yang dilakukan adalah a)
dengan pengetahuan dan beberapa
melakukan koordinasi dengan LPPM
instrumen non tes yang digunakan
UNISRI dan SD N Prawit I No.69
untuk menilai ranah afektif siswa
Surakarta
Sekolah
pelaksanaan
dan
merencanakan
operasional,
b)
Dasar.
Penyajian
ini
diploting dalam 1 kali tatap muka.
penentuan dan rekruitmen peserta
Sebelum
pelatihan, c) pembuatan instrumen
diberikan soal pre test tentang
pelatihan, dan d) persiapan konsumsi,
evaluasi
publikasi, dokumentasi.
Riset Fair 2017
dilakukan
b. Tanya jawab interaktif
pelatihan
Tanya
dilakukan
untuk
sebagai refleksi dari pelaksanaan
sejauhmana
materi
kegiatan
jawab
mengetahui
yang disampaikan dipahami oleh
Di akhir kegiatan peserta dan tim
peserta pelatihan.
pengabdian
c. Penugasan Praktik
Pada
akhir
membuat
3
c. Refleksi dan Penutupan Kegiatan
refleksi
peserta
hasil pelatihan dan para peserta
kelompok
(sekolah mitra) juga memberikan
masing-masing
evaluasi akan pelatihan ini dan
materi
(tiga)
kemudian
melakukan
kelompok diberikan undian untuk
keberlanjutan
membuat instrumen non tes sesuai
semua kegiatan yang direncanakan
dengan
diambil.
terlaksana, kemudian ditutup dan
Setiap kelompok diminta untuk
pemberian pesan kepada peserta
mempresentasikan
untuk
undian
yang
penggunaan
program.
Setelah
mengimplementasikan
dari instrumen yang dibuatnya.
instrumen non tes di kelas masing-
Tim
mendampingi,
masing.
memandu, dan mengarahkan serta
Analisis
pengabdian
data
yang
digunakan
memberikan solusi apabila timbul
adalah
deskriptif
permasalahan selama penugasan
mendeskripsikan
praktik.
dalam bentuk grafik, tabel, dan angka.
data
untuk
dan
temuan
b. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi
kegiatan
dilakukan
dengan beberapa cara. Evaluasi
Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian
hasil dilihat dari hasil tugas praktik
kepada
kelompok. Peserta menampilkan
pemberian materi pembuatan instrumen
hasil
dievaluasi
non tes menurut panduan Dirjen Dikdas
bersama-sama. Dilanjutkan dengan
(2016) berupa lembar observasi, jurnal,
mengerjakan soal post test untuk
penilaian diri, dan penilaian antar teman.
mengukur keberhasilan pelatihan
Menurut Ekawati dan Surmayanta
diskusi
dan
masyarakat
diisi
dengan
dilaksanakan.
dalam Hartono, Jamilah, dan Fitriawan
Pemberian angket juga digunakan
(2017) memberikan gambaran tentang
yang
sudah
pengembangan instrumen non tes bahwa
Riset Fair 2017
dalam
menentukan
teknik
disampaikan
oleh
tim
pembuatannya menyesuaikan dengan
untuk
karakteristik kompetensi dan tingkat
diantaranya observasi, wawancara,
perkembangan
akan
penilaian diri, dan penilaian antar
teknik
teman. Aspek afektif yang dibahas
kelemahan
berkaitan dengan penilaian aspek
dievaluasi.
memiliki
siswa
yang
Masing-masing
kelebihan
dan
menilai
pelaksana
aspek
afektif
dalam menilai ranah afektif. Hal ini
sikap spritual dan sosial.
perlu
Sikap spiritual adalah sikap yang
diperhatikan
dan
oleh
guru
menyangkut moral yang mampu
sebagai evaluator.
Kegiatan
pengabdian
ini
memberikan
pemahaman
untuk
melibatkan mahasiswa program studi
membedakan sesuatu yang benar
PGSD
dan
sebanyak
2
(dua)
orang
yang
salah
berdasarkan
mahasiswa. Jumlah peserta yang hadir
keimanan dan ketakwaan kepada
sebanyak
Tuhan
9
orang,
dimana
hampir
YME.
Berdasarkan
hasil
sebagian besar sebagai wali kelas dan
penelitian Gusviani (2016) ditemukan
pengampu mata pelajaran. Para peserta
data
sangat
spiritual
kegiatan
antusias
ini
untuk
meskipun
mengikuti
dilaksanakan
tentang
kemunculan
dimana
menggunakan
sikap
sekolah
yang
Kurikulum
2013
selesai.
mendapatkan rata-rata sebesar 0,87%
Dibuktikan dengan kedatangan peserta
dan KTSP sebesar 0,55%. Hal ini
tepat waktu. Berikut penjelasan metode
membuktikan bahwa kurikulum juga
pendekatan dari pelaksanaan kegiatan
menjadi
pengabdian kepada masyarakat, sebagai
pengembangan
berikut:
kepribadian siswa.
a. Pendekatan partisipatif
Sikap sosial terkait dengan siswa
setelah
jam
sekolah
telah
bagian
dari
karakter
dan
Tim melakukan koordinasi waktu
yang
dan tempat dengan Kepala SD N 1
lingkungan baik keluarga, sekolah,
Prawit I N. 69
maupun
materi
tentang
penyusunan instrumen non tes yang
Riset Fair 2017
berinteraksi
masyarakat.
dengan
Lingkungan
menjadi salah satu fasilitas bagi
b. Pendekatan penyadaran
Disampaikan
selalu
besar
perkembangan
kematangan
anak
baik positif atau negatif. Sikap sosial
perlu ditanamkan apalagi siswa lebih
Diawali dengan pemberian pre test
banyak menghabiskan waktunya di
dengan
sekolah. Guru juga berperan untuk
Kemudian
mengembangkan sikap sosial selain
tentang
dari diri siswa itu sendiri. Sikap yang
menyusun ranah afektif, yaitu (1)
diarahkan
menentukan
pada
program
ini
rata-rata
sebesar
diberikan
penjelasan
langkah-langkah
sikap
55,6.
dalam
yang
akan
mengacu pada sistem penilaian dari
dikembangkan mengacu pada KI-1
Dirjen
dan KI-2, (2) menentukan indikator
Dikdas
(2016)
tentang
Kompetensi Inti ke-2 meliputi: jujur,
dari
disiplin,
(disesuaikan
dengan
pelajarannya),
(3)
tanggungjawab,
santun,
percaya
beberapa
diri,
sikap
peduli,
dan
yang
dikembangkan
ada
dapat
sikap
yang
menyesuaikan
memuncuklan
dikembangkan,
mitra ini sedang mengembangkan
format
sikap
prosedur
lingkungan.
Materi
pelatihan ini sudah pernah dijadikan
(4)
penilaian,
yang
menyiapkan
(5)
merancang
pelaksanaan,
dan
(6)
Dilanjutkan
praktek
untuk
membuat indikator penilaian pada sikap
didapatkan nilai terendah pada sikap
spritual dan sosial bagi siswa SD.
disiplin sebesar 32% yaitu siswa
Kemudian,
datang terlambat, kemudian 12%
dirumuskan bersama guna kepentingan
masih berkata kasar, dan 10% siswa
penilaian yang dapat dilaksanakan di
belum memakai seragam.
sekolah. Setelahnya dilaksanakan post-
tim
Suarjana
sikap
(2016),
Jadi,
dan
merancang
pengelolaan penilaian.
bahan penelitian oleh Ida Ayu, Nanci
Riastini,
mata
kegiatan pembelajaran yang dapat
dengan karakter sekolah. Sekolah
cinta
dikembangkan
menekankan
akan
test
dipresentasikan
guna
mengetahui
dan
keberhasilan
pentingnya penilaian aspek afektif
pemahaman
pada siswa guna menimbang dan
pelatihan
memutuskan
keberhasilan
Didapat rata-rata nilai post test sebesar
belajar siswa pada saat pembelajaran.
62,2. Jadi, terjadi peningkatan sebesar 6,7
atas
c. Pendekatan teori dan praktek
guru
yang
atas
telah
materi
atau
disampaikan.
% dari nilai pre-test. Peningkatan ini
disertai tanggapan yang positif dan
Riset Fair 2017
permintaan untuk keberlanjutan dari
pengabdian
kepada
masyarakat
berikut tabel hasil pre dan post test.
ini,
Tabel 1. Hasil Pre-Post Pembuatan Instrumen Non Tes
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RESPONDEN
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
RATA-RATA
SELISIH
PRE
50
80
60
60
70
40
30
70
40
55,6
6,7
POST
50
70
80
70
60
60
50
60
60
62,2
Sumber: Data Tes Pengabdian Guru
seperti
d. Pendekatan reflektif
yang
disampaikan
Dilakukan evaluasi dengan tanya
(2013:1963)
jawab interaktif, mengisi angket
ranah afektif ialah (1) mendapatkan
sebagai refleksi dan keberlanjutan
umpan
dalam bentuk pendampingan dan
memperbaiki pembelajaran dan program
monitoring guna menjaga kualitas
remidi bagi siswanya, (2) mengetahui
hasil pelatihan dan meningkatkan
tingkat perubahan tingkah laku siswa,
kemitraan.
(3) menempatkan siswa pada kondisi
Berdasarkan hasil dari kegiatan
belajar
bahwa
balik,
yang
tujuan
Arikunto
sebagai
tepat,
penilaian
dasar
sesuai
untuk
dengan
ini
karakteristik dan kemampuannya, serta
menjawab dari dilema para guru untuk
(4) mengenal latar belakang kegiatan
membuat
belajar dan kelainan tingkah laku siswa.
pengabdian
kepada
instrumen
mendapatkan
masyarakat
evaluasi
guna
Pelaksanaan
program
ini
juga
data
yang
akurat.
sebagai
guru
dapat
sejalan dengan pelaksanaan program
tepat
yang dilakukan oleh Sukanti (2011),
terhadap hasil belajar siswanya. Hal ini
tentang sepuluh langkah yang diikuti
Sehingga,
memberikan
Riset Fair 2017
keputusan
yang
dalam pengemabngan instrumen afektif,
peningkatan sebesar 6,7 % dari nilai
yaitu:
pre-post test
1)
menentukan
spesifikasi
instrumen, 2) menulis instrumen, 3)
menentukan
skala
menentukan
sistem
3.
Upaya
peningkatan
keterampilan
pengukuran,
4)
pembuatan instrumen non tes afektif
penskoran,
5)
disampaikan
dengan
menelaah instrumen, 6) melakukan uji
pendekatan
coba, 7) menganalisis instrumen, 8)
penyadaran, c) pembelajaran (teori
merakit instrumen, 9) melaksanakan
dan praktek), dan d) pendampingan.
pengukuran, dan 10) menafsir hasil
Dilaksanakan selama dua hari dengan
pengukuran.
melibatkan mahasiswa dalam setiap
Guru
juga
dapat
bermasalah
serta
memberikan
memotivasi. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pencapaian belajarnya.
a)
partisipatif,
b)
kegiatannya.
memberikan
konseling untuk menangani siswa yang
:
metode
4.
Guru menghasilkan instrumen non
tes untuk menilai ranah afektif pada
sikap spritual dan sosial di kelas.
Berdasarkan kesimpulan di atas
dapat dikemukakan beberapa saran,
Simpulan dan Saran
sebagai berikut:
Berdasarkan
uraian
yang
1. Program
pengabdian
dijelaskan tentang kegiatan pengabdian
masyarakat
kepada
telah
dilakukan secara rutin dan terjadwal.
kesimpulan
Sebaiknya pada saat minggu-minggu
masyarakat
dilaksanakan
yang
didapat
Pelatihan pembuatan instrumen non
2. Perlu adanya monitoring dari Kepala
tes untuk mengukur aspek afektif
Sekolah
yang
pelaksana
telah
meningkatkan
dapat
setelah ujian siswa.
sebagai berikut:
1.
selanjutnya
kepada
dilaksanakan
dapat
kemampuan
dan
kepada
guru
pembelajaran
sebagai
terhadap
kegiatan evaluasi penilaian siswa
keterampilan guru dalam membuat
evaluasi penilaian siswa di kelas.
2.
Adanya peningkatan kemampuan
guru
dibuktikan
dengan
adanya
Ucapan Terima Kasih
12
Ucapan terima kasih kepada pihak
SD Negeri Prawit I No. 69 yang berkenan
Universitas Slamet Riyadi yang telah
menyediakan waktu dan tempat untuk
mensponsori
mensukseskan program ini.
pengabdian
kepada
masyarakat dan kepada Bapak Kepala
Daftar Pustaka
Andersen. 1981. Assesing Affective Characteristic in the Schools. Boston: Allyn and Bacon
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: CV. Alfabeta
Dirjen Dikdas. 2016. Panduan Penilaian Untuk SD. Kemendikbud: Dirjend Dikdas
Gusviani, Evi. 2016. Analisis Kemunculan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dalam
Kegiatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD yang Menggunakan KTSP dan
Kurikulum 2013. EduHumaniora:Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.8 No.1, Januari.
Hal. 96-100. P-ISSN 2085-1243
Hardiani dan Wardani. 2017. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Sosial
Pembelajaran IPS Kelas IV SD. e-jurnalmitrapendidikan. Vol.1 no.6, Agustus 2017
Hartono, Jamilah, dan Fitriawan. 2017. Pengembangan Instrumen Non Tes Untuk
Mengukur Kemampuan Afektif Mahasiswa dalam Kurikulum KKNI. Jurnal
Buana Matematika. Vol.7 No.1
Ida Ayu, Nanci Riastini, dan Suarjana. 2016. Deskripsi Sikap Soisla Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 4 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. e-journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.4 No.1
Nurmasyitah dan Hudiyatman. 2016. Kendala Guru Dalam Merumuskan Instrumen
Penilaian Pada Pembelajaran IPS Sesuai dengan Ranah Afektif di Gugus I SD
Negeri Uteun Pulo Seunagan Timur Raya. Jurnal Pesona Dasar. Vol.2 No.4. April,
ISSN:2337-9227
Sukanti. 2011. Penilaian Afektif dalam Pembelajaran Akutansi. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia. Vol.IX.No.1 Hal.74-82
Popham, James. W. 1995. Classroom assessment: What teachers need to know. Nedham Hights,
Mass. 02194: Allyn and Bacon.
13
Widiyoko,S. Eko Putra. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar
14