PENGANTAR EKONOMI MAKRO Kasus Lembaga Ke

PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Kasus Lembaga Keuangan Bank BRI

Disusun Oleh:
NAMA

: IIN MARLENA

NIM

: 14310008

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2018

1

Kasus bank BRI merupakan contoh konkrit yang amat penting untuk

diketahui agar kemudian dapat menjadi suatu acuan bagi kita untuk bisa
memahami dan mendalami pengetahuan mengenai kondisi kesehatan suatu bank.
Pada hakikatnya bank dikatakan sehat apablila mampu melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi segala
kewajibannya dengan baik dengan cara – cara yang sesuai peraturan perbankan
yang berlaku.
Bank dikatakan sehat apabila bisa bisa melakukan dengan baik kegiatan
operasional perbankannya meliputi :
1. Kemampuan menghimpun dana baik dari masyarakat, lembaga lain, maupun
dari modal sendiri
2. Kemampuan mengolah dana
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik
modal, dan pihak lain
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
6. Apabila ada dari kegiatan operasional di atas tidak dapat dilaksanakan oleh
bank, maka dengan demikian suatu bank bisa dikatakan “ sakit (tidak sehat)
“.Menurut Kasmir Sendiri kesehatan suatu bank dapat dianalisis dengan
menilai aspek CAMELS ( capital,assets, management, earning, liquidity, dan
sensitivity.



Aspek permodalan ( Capital ) Dalam hal ini yang dinilai adalah
permodalan yang di dasarkan kepada kewajiban penyediaan modal
minimum bank.



Aspek kualitas Aset (assets )Yaitu menilai jenis-jenis asset yang dimiliki
oleh bank.



Aspek kualitas menejemen (Management ) Kualitas manajemen dapat di
lihat dari kualitas manusianya dalam bekerja



Aspek earning Adalah Suatu bank dapat dikatakan likuid apabila bank
yang bersangkutan dapat membayar semua hutangnya.

2



Aspek likuiditas (liquidity) Merupakan ukuran kemampuan bank dalam
meningkatkan labanya.



Aspek Sensitivitas ( sensitivity ) Perbankan harus sensitive terhadap
resiko, ini penting untuk tujuan memperoleh laba dan pada akhirnya
kesehatan bank dapat terjamin.

Kasus Emas Palsu, BRI Ajukan Banding
Kamis, 3 Oktober 2013 | 17:10 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI)
dihukum membayar ganti rugi kepada salah satu nasabahnya, Ratna Dewi sebesar
Rp 37 miliar.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memutuskan BRI terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum atas sengketa jaminan kredit berupa logam mulia 59

Kilogram. Putusan yang dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Suprapto, Rabu
(2/10) itu memerintahkan membayar ganti rugi materiil sebesar Rp31.860.000 dan
imateriil sebesar Rp5 miliar. Selain itu, pengadilan memerintahkan BRI harus
menunda pelaksanaan proses kredit termasuk pembayaran angsuran, bunga dan
segala yang berkaitan pelaksanaan dari Akta Perjanjian Suplesi dan Perjanjian
Jangka Waktu Kredit Modal Kerja, Akta Nomor 42 tertanggal 27 Juli 2012 dan
Akta Jaminan gadai Nomor 43 tanggal 27 Juli 2012.Atas putusan ini, BRI
langsung menyatakan banding ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta. "Kami bersama
tim kuasa hukum akan memanfaatkan upaya hukum yang tersedia dalam hal ini
mengajukan banding," kata corporate secretary BRI, Muhammad Ali, Kamis
(3/10/2013).
Ali menegaskan pihaknya akan memanfaatkan waktu semaksimal
mungkin untuk menyusun memori banding. "Kami punya waktu pengajuan
selama 14 hari. Ini kita manfaatkan untuk menyusun pertimbangan," ujarnya.
Sementara itu, Partahi Sihombing selaku kuasa hukum Ratna Dewi mengaku
menghormati langkah hukum BRI. Pihaknya pun sudah siap meladeni upaya

3

banding BRI. "Kami akan sampaikan kontra memori banding," katanya.Meski

demikian, Partahi menilai upaya banding ini tidak lain langkah BRI untuk
menunda-nunda putusan. Padahal, BRI sudah terbukti melakukan perbuatan
melawan hukum. "Sudah jangan lama-lama, walaupun putusan ini di tingkat
pertama," jelasnya. Selain itu, putusan perdata ini memperkuat proses pidana yang
menyeret beberapa pimpinan BRI sehubungan perubahan fisik emas milik Ratna
Dewi. "Ini berhubungan nama baik BRI. Emasnya berubah menjadi emas palsu,"
katanya. Sebelumnya, nasabah Ratna Dewi mengajukan gugatan perdata terhadap
BRI ke PN Jakarta Selatan dengan Nomor Perkara : 187/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel.
Pihaknya menyeret kantor pusat BRI selaku tergugat I dan BRI Wilayah II Jakarta
selaku tergugat 2.
Awalnya Ratna Dewi yang menginvestasikan logam mulia seberat 59
kilogram senilai Rp32 miliar dalam bentuk "safety box" sebagai jaminan gadai
pinjaman pada BRI. Ratna Dewi berencana memindahkan kreditnya ke bank lain,
namun pimpinan BRI Wilayah 2 Jakarta mempertahankan dan menyuruh
mengajukan permohonan kredit tambahan. BRI menyetujui permohonan kredit
tambahan yang diajukan Ratna Dewi dengan syarat menambah jaminan logam
mulia.Awalnya, pemeriksaan penambahan jaminan logam mulia tidak bermasalah.
Selanjutnya, BRI memeriksa kembali emas milik Ratna Dewi saat status
jaminannya menjadi gadai atau logam mulia itu dalam penguasaan BRI.


Ratna Dewi menolak akad kredit tambahan yang telah disetujui karena
jaminan logam mulianya berubah fisik dan tidak sesuai sertifikat. Akibat
perubahan fisik logam mulia itu, Ratna Dewi mengajukan gugatan perdata dan
melaporkan beberapa pimpinan Kantor BRI Wilayah II Jakarta, karena dugaan
tindak pidana penggelapan emas seberat 59 Kg ke Polda Metro Jaya. Penyidik
Polda Metro Jaya telah menetapkan tersangka terhadap mantan Wakil Pimpinan
Wilayah BRI Jakarta Selatan, RA, mantan Staf Keuangan Kanwil BRI Jakarta
Selatan, AM dan mantan Kepala Bagian Administrasi Kredit, RTA.Kemudian,
polisi menetapkan kembali tiga tersangka lainnya, yakni mantan Pimpinan

4

Wilayah BRI Jakarta Selatan berinisial ALR, Wakil Pimpinan Wilayah BRI
Jakarta Selatan, ADU dan mantan pejabat lainnya, BRO. (Yudho Winarto)
Para tersangka dikenakan Pasal 374 KUHP tentang penggelapan dan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentag Perbankan dengan ancaman
hukuman penjara maksimal 10 tahun.
Sumber : Kontan
PENYELESAIAN
Safety box merupakan suatu wadah atau kotak penyimpanan harta atau surat

berharga, yang biasanya ditempatkan pada suatu ruang yang dirancang secara
khusus dari bahan baja yang kokoh, tahan bongkar dan tahan api untuk menjaga
keamanan barang yang disimpan dan kenyamanan penggunanya. Kotak simpanan
ini biasanya berada di bank kantor pos, atau institusi lainnya. Kotak simpanan ini
umumnya digunakan untuk menyimpan perhiasan atau logam mulia mata uang
asing, dokumen

penting

sepertisertipikat akta

komersial, atau penyimpanan

data

kelahiran surat

komputer yang

perlu


berharga
dilindungi

dari pencurian kebakaran banjir, dan lain-lain. Umumnya penyewa atau nasabah
membayar sejumlah biaya kepada bank sebagai biaya sewa kotak tersebut, yang
hanya dapat dibuka dengan kombinasi kunci khusus, tanda tangan yang valid dari
penyewa, dan mungkin kode-kode tertentu yang ditetapkan oleh bank. Beberapa
bank bahkan menggunakan fasilitas keamanan dual-kontrol biometrik untuk
melengkapi prosedur keamanan konvensional yang sudah ada.

5

PRODUK-PRODUK PERBANKAN
Produk bank secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.

Funding (penghimpunan dana) yang terdiri dari:
a) Giro atau Rekening Koran (demand deposit) Yaitu simpanan yang setiap
saat dapat diminta kembali atau dipergunakan untuk melakukan

pembayaran dengan mempergunakan cek/giro (perintah membayar).
b) Deposit Yaitu simpanan yang dititipkan ke bank untuk jangka waktu
tertentu, dan yang masih dibedakan antara deposito Berjangka (dari 1,3,6,
dan 12 bulan),
c) Tabungan Yaitu simpanan yang setiap saat bias diambil dan juga
mendapatkan bunga dari tabungan itu.
Dana dari pihak ketiga lainnya, seperti:
a) Obligasi: surat pengakuan utang atas pinjaman ung dari masyarakat yang
dapat diperjualbelikan di pasar uang.
b) Pasar Uang antar bank: berupa pinajman dana dari bank lain, yang
dilakuakn oleh bagian Treasury
c) Penerimaan Dana dari Luar Negeri Reksadana

2.

Lending (pinjaman) yang terdiri dari :
a) Commerial credit: kredit untuk keperluan usaha, seperti kredit ekspor – impor,
kredit investasi, bank garansi, dan lain-lain.
b) Consumer credit: kredit untuk keperluan konsumsi, seperti KPR, Kredit
kendaraan bermotor, dan lain-lain.

c) Services, terdiri dari kliring, inkaso, transfer, auto debet, pembayaran pajak,
automatic fund transfer, safe deposit box, dan lain-lain.
d) RTGS (Real time Gross Settlement = pengiriman uang dalam negeri secara on
line)
e) ATM (Anjunagn Tunai Mandiri)
f) E-Banking: Pelayanan perbankan dengan menggunakan internet
g) Bank Garansi untuk menjamin nasabah yang mau ke luar negeri (study, dll)
h) Ekspor Impor

6

Menyewa Safety Deposit Box
Cara terbaik untuk menyimpan sejumlah barang berharga yaitu dengan
cara menyewa SDB (safety deposit box). Hampir setiap bank memiliki fasilitas ini
bagi nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga, termasuk emas dan surat
wasiat.
Bank umumnya memiliki fasilitas keamanan superketat untuk jasa
penyewaan SDB. Untuk membuka brankas, bank memberlakukan syarat berlapis.
Berikut ini prosedur-prosedur pengamanan standar yang diberikan bank terhadap
safety deposit box:

Ketika akan membuka safety deposit box, pemilik brankas harus mampu
menunjukkan identitas lengkap sebagai bukti pemilik.
a) Ruang tempat menyimpan kotak-kotak itu dilengkapi kamera closed-circuit
(CCTV) yang selalu mengintai gerak-gerik pengunjung maupun petugas jaga.
b) Bank hanya menyediakan dua kunci. Kunci master dipegang bank, dan satu
kunci dipegang nasabah. Kotak hanya bisa dibuka kalau kedua kunci itu
dimasukkan bersama-sama ke lubang kunci. Kotak tidak akan terbuka jika
hanya menggunakan satu kunci.
c) Setelah brankas dibuka, petugas bank akan langsung meninggalkan nasabah
sendirian.
d) Brankas yang disediakan bank tersebut tahan congkelan dan tahan api,
sehingga aman dari mating dan kebakaran.
SDB adalah cara penyimpanan yang paling aman. Terkadang ada beberapa
kasus di mana nasabah mengaku kebobolan benda-benda berharga yang telah
disimpan di SDB. Kemungkinan itu selalu saja terjadi. Sistem keamanan seketat
apa pun pasti akan jebol kalau si maling bekerjasama dengan orang dalam.
Untuk lebih meminimalisasi resiko pembobolan SDB atau hal-hal yang
mungkin tidak diinginkan, ada baiknya kita:

7

Ø Membaca dengan seksama syarat dan ketentuan yang berlaku terhadap SDB yang
kita sewa. Hal ini untuk mempersiapkan mental jikalau hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi.
Ø Mengamati kunci yang diberikan, jika memungkinkan mintalah kunci SDB yang
(nampak) baru untuk lebih meminimalisasi resiko kemungkinan kunci telah
mengalami penggandaan.
Ø Jika memungkinkan lagi, pilihlah SDB pada posisi tengah, sejajar dengan badan
kita. Hal ini selain memudahkan kita menggapainya, tidak perlu jongkok ataupun
jinjit/menggunakan tangga, juga untuk meminimalisasi resiko semisal terjadi
bencana kebakaran.

SOLUSI
Pilihlah bank yang reputasinya bagus. Pilihlah bank yang tidak memiliki track
record kebobolan. Untuk pengamanan berlapis, gunakanlah jasa asuransi.
Sehingga kalau terjadi apa-apa, kita tidak kehilangan seluruh aset yang ada di
dalam kotak penyimpanan.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa menyimpan
barang – barang berharga di bank melalui safe deposit box tidak selamanya aman
dan terhindar dari pembobolan. Pembobolan dapat dilakukan melalui interen
maupun eksteren. Dalam kasuk diatas pembobolan atau penggelapan dilakukan
oleh orang dalam yakni pegawai bank BRI. Sebagai nasabah perlu mewaspadai
dan memilih bank yang reputasinya bagus dan Bank yang dapat dipercaya.

8

DAFTAR PUSTAKA
1. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/03/1710370/Kasus.Emas.

Palsu.BRI.Ajukan.Banding
2. http://www.harianterbit.com/2013/01/09/6-tersangka-pembobol-bank-bri-

cab-jkt-ke-penuntutan/
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan
4. http://emasbatangan99.wordpress.com/tag/safety-deposit-box/
5. http://moon-sayur.blogspot.com/2013/12/makalah-kasus-

perbankan_6.html

9

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAN PENDAPATAN USAHATANI ANGGUR (Studi Kasus di Kecamatan Wonoasih Kotamadya Probolinggo)

52 472 17

ANALISIS KONSENTRASI GEOGRAFIS SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SITUBONDO

8 229 19

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI EKS KARESIDENAN BESUKI TAHUN 2004-2012

13 284 6

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP DINAMIKA PENGANGGURAN DI INDONESIA DI INDONESIA

22 256 20

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

ANALISIS HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN GANGGUAN SALURAN PERNAFASAN PADA PEKERJA TAMBANG BELERANG DI KAWAH IJEN, BANYUWANGI

9 160 23

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15