ANALISIS TATA CARA PERUBAHAN DATA NPWP B

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS TATA CARA PERUBAHAN DATA NPWP BENDAHARA PADA SEKSI
PELAYANAN DI KPP PRATAMA PRAYA

FAHRIZA YUSRO HADIYAKSA
300530357320309/830351393

PROGRAM ON THE JOB TRAINING PEGAWAI BARU/CPNS
KPP PRATAMA PRAYA
KANTOR WILAYAH DJP NUSA TENGGARA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2015

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….

i

LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN LAPORAN AKHIR OJT .........


ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................

iii

BAB I

BAB II

BAB III

Pendahuluan ........................................................................................

1

A

Latar Belakang .............................................................................


1

B

Sasaran .........................................................................................

2

Pembahasan ........................................................................................

3

A

Permasalahan ...............................................................................

3

B


Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama ..................

3

Penutup ...............................................................................................

5

A

Kesimpulan ..................................................................................

5

B

Saran ............................................................................................

5


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Administrasi di bidang perpajakan yang baik dapat dilihat dan diukur dari semakin
digitalisasi sistem pengadministrasian yang ada yang berdampak pada pelayanan yang
optimal dan strategis. Keberadaan administrasi yang baik dapat meningkatkan efektifitas
kerja. Salah satu bentuk administrasi awal perpajakan adalah mengenai pendaftaran
NPWP, perubahan data NPWP, penghapusan NPWP, serta pengukuhan PKP. Pelayanan
yang baik saat di awal memberikan kesan bahwa wajib pajak merasa dimanusiakan
sehingga berdampak pada tingginya kepatuhan wajib pajak.
Proses administrasi awal berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor Per-20/PJ/2013 bahwa wajib pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan, wajib mendaftarkan diri pada KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan usaha Wajib Pajak,
dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dijadikan sebagai
identitas dalam hal perpajakan.
Seperti yang telah disebutkan, bahwa orang pribadi atau badan yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sehingga dikategorikan sebagai wajib pajak
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan yang dapat dipenuhi melalui sarana
kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Salah satu kewajiban wajib pajak yang

telah memiliki NPWP yaitu melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta.
Selain

mengenai pendaftaran,

administrasi selanjutnya

adalah

mengenai

perubahan data wajib pajak baik orang pribadi, bendaharawan, dan badan. Direktorat
Jenderal Pajak telah menyediakan aplikasi intranet pada kantor pelayanan pajak yakni
melalui https://ereg/ dan http://eregkpp2/.
I.

Kondisi Ideal
Misi DJP adalah menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan me-


nerapkan

undang-undang

perpajakan

secara

adil

dalam

rangka

membiayai

penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat. Untuk menjalankan misi tersebut
diperlukan sistem administrasi perpajakan yang modern, efisien, dan efektif guna
menunjang kinerja aparatur pajak. Dalam kondisi ideal diharapkan dengan berjalannya
proses bisnis DJP yang sesuai dengan SOP (Standard Operating Prosedure) dan

didukung dengan sistem serta SDM yang memadai bisa menciptakan administrasi yang

efektif dan efisien.. Adapun Prosedur kerja terkait perubahan data wajib pajak dan/atau
pengusaha kena pajak sesuai dengan SE-60/PJ/2013, yakni:
1. Perubahan data wajib pajak dan/atau pengusaha kena pajak dapat dilakukan
berdasarkan permohonan wajib pajak atau secara jabatan dan hanya dapat dilakukan
oleh KPP.
2. Dalam hal pengajuan permohonan perubahan data wajib pajak dan/atau pengusaha
kena pajak disampaikan wajib pajak melalui KP2KP, KP2KP menerbitkan tanda
terima dan meneruskan berkas permohonan ke KPP paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah permohonan diterima.
3.

Jangka waktu penyelesaian permohonan perubahan data wajib pajak dan/atau
pengusaha kena pajak adalah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah BPS
diterbitkan.

4.

Perubahan data wajib pajak dan/atau pengusaha kena pajak dituangkan dalam Berita

Acara Perubahan Data dengan menggunakan contoh format sebagaimana tercantum
dalam lampiran XIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak.
II.

Kondisi Saat Ini
Umumnya proses bisnis pada KPP Pratama Praya dalam menerima perubahan

data NPWP bendahara pada Tahun 2015 masih belum sesuai dengan kondisi yang ideal
sesuai dengan yang dijelaskan sebelumnya. Pada tahapan pendahuluan terkait
pendaftaran hingga cetak BPS (Bukti Penerimaan Surat) tidak ada permasalahan, akan
tetapi ketika melakukan proses perekaman terhadap perubahan data tersebut tidak dapat
diproses melalui aplikasi http://eregkpp2/. Hal inilah yang menyebabkan terhambatnya
proses bisnis pada KPP Pratama Praya, sehingga untuk menu perubahan data pada
bendahara tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Mengingat jangka waktu
proses perubahan data satu hari setelah BPS diterbitkan sehingga pelaksana seksi
pelayanan KPP Pratama Praya mengambil jalan tengah agar memproses perubahan data
tersebut langsung pada menu aplikasi administrasi SIDJP (Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak).
B. Sasaran

Laporan ini disusun sebagai sarana penyusun dalam menyampaikan hasil analisis
mengenai proses bisnis perubahan data bendahara pada Seksi Pelayanan di KPP
Pratama Praya, baik mengenai permasalahan yang terjadi saat pelaksanaan proses
bisnis maupun solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan
Dalam proses bisnis perubahan data bendahara pada KPP Pratama Praya,
terdapat permasalahan terkait SOP sesuai surat edaran nomor SE-60/PJ/2013 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-20/PJ/2013 Tentang
Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,

serta Perubahan

Data dan


Pemindahan Wajib Pajak, beberapa permasalahan tersebut adalah :
1.

Proses perubahan data pada aplikasi http://eregkpp2/ KPP Pratama Praya hanya
bisa sebatas menghasilkan output berupa BPS (Bukti Penerimaan Surat), akan tetapi
proses selanjutnya yakni melanjutkan perekaman tidak bisa dilakukan melalui
http://eregkpp2/.

2.

Perubahan data wajib pajak bendahara dituangkan dalam Berita Acara Perubahan
Data hasil output dari http://eregkpp2/, akan tetapi berita acara perubahan data
tersebut dibuat secara manual melalui menu aplikasi administrasi pada SIDJP. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan dalam waktu singkat akan
menjadi lama.

3.

Alur data atau transaksi, data NPWP yang telah dibuat melalui aplikasi
http://eregkpp2/ membutuhkan paling lama satu jam untuk dapat diakses melalui

SIDJP. Dari SIDJP, data tersebut membutuhkan waktu paling lama satu jam untuk
dapat diakses melalui aplikasi yang terhubung dengan Master File Nasional dan
MPN. Akan tetapi terjadi pemutusan hubungan dari http://eregkpp2/ menuju SIDJP
dengan cara mengubah data tersebut pada SIDJP.

B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama
Berdasarkan pengalaman penyusun selama masa On The Job Training (OJT) dan
hasil pencarian data dan/atau transfer knowledge kepada pegawai terkait, penyusun
mengetahui beberapa penyebab permasalahan yang telah disebutkan di

atas

dikarenakan aplikasi pada http://eregkpp2/ tidak mendukung adanya proses perubahan
data pada bendahara sehingga mengharuskan adanya perbaikan terhadap aplikasi
tersebut. Aplikasi http://eregkpp2/ tidak digunakan lagi mulai tanggal 28 Mei 2015, dan
digantikan dengan aplikasi https://ereg/ pada KPP Pratama Praya. Sebelumnya aplikasi
https://ereg/

sudah dibuat sejak tanggal 19 November 2014, akan tetapi modul

perubahan data mulai ada pada tanggal 6 April 2015.

Aplikasi https://ereg/ mulai diberlakukan tanggal 28 Mei 2015 pada KPP Pratama
Praya. Hal ini menyebabkan bukti perubahan data, baik berita acara serta surat
pemberitahuan yang ada pada sebelum tanggal 28 Mei 2015 tidak terekam sepenuhnya
secara elektronik. Berita acara dan surat pemberitahuan tersebut dibuat secara manual
oleh pelaksana seksi pelayanan dengan merubah berita acara hasil dari perubahan data
orang pribadi atau badan dengan mengedit pdf serta memberikan nomor berita acara
tersebut secara manual dengan mengacu pada penomoran surat keluar yang ada pada
Seksi Pelayanan KPP Pratama Praya.
Hal tersebut rentan terjadi kesalahan serta tidak terekamnya berita acara dan surat
pemberitahuan secara digital. Selain itu juga rentan terjadi kesalahan terhadap tumpang
tindih penomoran antara yang terdapat dalam aplikasi https://eregkpp2/ dengan
penomoran manual yang ada pada seksi pelayanan KPP Pratama Praya yang bisa
menyebabkan satu nomor surat untuk dua berita acara perubahan data sehingga
berakibat fatal bagi administrasi perpajakan. Untuk itulah, diharuskan ada back up data
dari aplikasi https://eregkpp2/ ataupun https://ereg/ baik itu mengenai penomoran serta
aplikasi manual untuk membuat berita acara dan surat pemberitahuan yang terintegrasi
dengan https://eregkpp2/ ataupun https://ereg/.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standard Operating Prosedure (SOP) merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk mengontrol sistem dan menjaga konsistensi dari kualitas output. Namun dalam
prakteknya SOP yang sudah ada tidak didukung dengan sistem yang memadai. Sistem
belum mendukung implementasi administrasi pajak yang efektif dan efisien dikarenakan
masih terdapat permasalahan. Adapun yang dapat ditarik kesimpulan adalah
1. Alur kerja atau transaksi yang dilakukan tidak sesuai dengan SOP sehingga
pekerjaan menjadi tidak efektif. Pemotongan terhadap alur ini dikarenakan adanya
aplikasi yang tidak mendukung serta batasan waktu penyelesaian yang begitu singkat
sehingga mau tidak mau harus memotong alur transaksi bisnis untuk mendapatkan
kepatuhan terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-20/PJ/2013.
Adapun aplikasi https://ereg/ sudah dapat mendukung SOP yang ada, akan tetapi
hanya sebagian pelaksana seksi pelayanan yang menggunakan aplikasi tersebut.
2. Tidak adanya back up data manual ketika aplikasi e-registrasi gangguan
menyebabkan terhambatnya SOP sehingga menimbulkan kesulitan bagi pelaksana
seksi pelayanan KPP Pratama Praya dalam hal pemberian nomor untuk berita acara
perubahan data dan surat pemberitahuan perubahan data. Untuk itulah aplikasi
manual tersebut haruslah tetap terhubung langsung dengan e-registrasi. Saat eregistrasi tersebut mulai normal kembali, maka database yang ada pada aplikasi
manual dapat langsung terupload saat itu juga tanpa harus melanggar SOP yang
ada.
Walaupun hal-hal mendasar seperti itu tidak memberikan dampak yang berarti
terhadap

proses

kerja

secara

keseluruhan,

namun

apabila

dibiarkan

berlarut

dimungkinkan menjadi bumerang bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
B. Saran
Pembenahan sistem e-registrasi mutlak diperlukan agar kedepannya masalahmasalah

seperti

ini

dapat

diselesaikan

dengan

baik.

Pengembangan

secara

berkesinambungan terhadap sistem harus dibarengi dengan evaluasi pelaksanaan SOP,
sehingga keduanya bisa saling mendukung kinerja DJP di masa depan. Diharapkan
dengan berjalannya proses bisnis DJP yang sesuai dengan SOP bisa tercipta
administrasi yang efektif dan efisien.