336042325 3 Teori teori Pembangunan Pertanian

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Semester Genap 2015/2016

Judul Tugas
Kelas

:
:

Teori-teori Pembangunan Pertanian
Agribisnis B

Disusun Oleh:
No
1.
2.
3.
4.

Nama

Carmelita Astrini
Mitha Restu Angginiwati
Kedang Ramadhan
Nurul Fazri

NPM
150610120119
150610130042
1506101301052
1506101301121

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis ingin sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Tugas makalah ini berisi tentang Teori-teori Pembangunan Pertanian mata
kuliah Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Diharapkan penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Atas ketidaksempurnaan tersebut penulis memohon maaf dan
mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dapat menambah ilmu
dan wawasan bagi pembaca.

Jatinangor, April 2016

Hormat kami,

Penulis

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3. Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1. Struktur Pedesaan Progresif............................................................................
2.2. Proses Pembangunan Pertanian Progresif di Indonesia..................................
2.3.
Teori
Teori
Pembangunan
Pertanian...............................................................
2.3.1. Teori Rostow........................................................................................
2.3.2. Teori Arthur Lewis...............................................................................
2.3.3.Contoh Kasus Teori Pembangunan Ekonomi Rostow dan
Lewis....................................................................................................
2.3.4. Teori Von Thunen.................................................................................
2.3.5. Teori Difusi-Inovasi Rogers.................................................................
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 3

BAB I
PENDAHULUAN

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Struktur Pedesaan Progresif
Struktur pedesaan progresif adalah suatu sistem sirkulasi di daerah pedesaan
yang memperlancar arus barang, informasi, serta jasa-jasa penunjang pertanian
antara tiap-tiap usahatani dengan masyarakat yang lebih luas. Dalam pembangunan
pertanian, Mosher (1974: 9) mengatakan bahwa ada enam macam kelompok kegiatan
yang saling berpengaruh :
1) Penelitian untuk menemukan dan memperkembangkan teknologi usahatani dan

yang ada hubungannya dengan itu yang baru dan lebih baik.
2) Mengusahakan adanya impor atau produksi dalam negeri bagi sarana produksi
dan alat-alat pertanian yang diperlukan agar teknologi baru itu dapat
dipergunakan.
3) Menciptakan suatu pedesaan progresif ataupun organisasi pedesaan yang dapat
menyedeiakan saluran-saluran agar bahan-bahan dan informasi-informasi dapat
tersalur dengan mudah antara masing-masing usahatani dengan seluruh
masyarakat disekitarnya.
4) Menciptakan dan memelihara adanya perangsang yang cukup bagi petani-petani
untuk meningatkan produksi.
5) Memperbaiki tanah pertanian.
6) Mendidik dan melatih teknisi-teknisi agar mampu melaksanakan tugas-tugas
tersebut dengan baik.
Berjalannya sistem sirkulasi input atau output dalam usahatani akan tergantung
dari tersedianya unsur-unsur atau syarat-syarat dalam Struktur Pedesaan Progresif.
Syarat-syarat itu terbagi dalam syarat mutlak dan syarat pelancar. Syarat-syarat
mutlak dalam Struktur Pedesaan Progresif adalah:
1) Pasaran untuk hasil usahatani
2) Teknologi yang selalu berubah
3) Tersedianya sarana produksi secara lokal

4) Perangsang produksi bagi petani
5) Pengangkutan

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 2

Sementara, yang termasuk ke dalam syarat-syarat pelancarnya adalah:
1) Kota-kota pasar (market towns)
Mempunyai tempat-tempat perjalanan dimana petani-petani dapat membeli
sarana produksi serta alat-alat pertanian dari pasar di mana petani dapat menjual
hasil buminya.
2) Jalan-jalan pedesaan
Memperlancar dan menekan biaya pengangkutan hasil serta untuk penyaluran
informasi dan segala jasa-jasa di daerah pedesaan.
3) Percobaan-percobaan pengujian lokal
Menentukan cara berusahatani yang paling baik sesuai dengan keadaan
setempat.
4) Aparatur penyuluh
Petani dapat belajar tentang teknologi baru dan bagaimana mempergunakan
fasilitas-fasilitas untuk digunakan teknologi baru.
5) Fasilitas kredit untuk membiayai penggunaan input produksi.

Dalam penerapannya, Struktur Pedesaan Progresif terorgansir menjadi dua bagian
yaitu:
1) Lokalitas usahatani
Lokalitas usahatani adalah suatu daerah pedesaan yang cukup sempit sehingga
setiap petani di dalamnya dengan alat pengangkutan yang ada padanya dapat
pergi dari rumahnya ke pusat pasar dimana fasilitas-fasilitas untuk usahatani
tersedia dan pada hari itu juga dapat pulang ke rumahnya. Jadi besar kecilnya
lokalitas usahatani akan tergantung dari sarana dan prasarana pengangkutan.
Unsur-unsur lokalitas usahatani yang efektif:
 Satu pusat pasar dengan beberapa tempat jual beli untuk hasil bumi dan
tempat penjualan sarana produksi, alat pertanian yang dapat dibeli secara
eceran.
 Cukup terdapatnya jalan baik dari usahatani menuju ke pusat pasar maupun
dari pusat pasar ke dareah yang lebih luas lagi.
 Percobaan-percobaan lokal untuk memperoleh cara-cara bertani yang paling
menguntungkan.
 Jasa-jasa penyuluhan pertanian
 Tersedianya kredit usahatani

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 3


Karena saling isi mengisi semua unsur tersebut itulah, maka didalam usaha
penciptaan dan usaha untuk memperkuat lokalitas usahatani harus ditinjau
sebagai satu kelompok kegiatan yang tidak terpisahkan antara satu dengan
lainnya. Luas dari lokalitas usahatani dapat diperluas jika kemampuan dari
jangkauan unsur-unsur terutama unsur pengangkutan sudah berkembang.
2) Distrik usahatani
Tujuan pembentukan distrik usahatani adalah:
 Menyediakan fasilitas dan jasa-jasa yang dibutuhkan lokalitas usahatani
 Membantu petani secara efektif
Distrik usahatani ini terdiri dari beberapa lokalitas usahatani. Distrik usahatani
harus dapat membantu lokalitas usahatani seperti lokalitas usahatani membantu
petani. Dengan demikian distrik usahatani harus menyediakan fasilitas-fasilitas
dan jasa-jasa yang memungkinkan lokalitas usahatani untuk membantu petani
secara efektif. Jasa yang dibutuhkan oleh distrik usahatani yaitu:
 Pasar distrik (grosir) untuk hasil produksi, sarana produksi dan alat pertanian.
 Penelitian pertanian regional
 Kantor penyuluhan distrik
 Bank-bank distrik
 Jalan-jalan dan saluran-saluran perhubungan distrik.

Besarnya distrik usahatani ini pada umumnya sama besarnya dengan distrik
(kecamatan), dengan demikian batas-batas distrik usahatani sama dengan batasbatas administratif pemerintahan. Bukan berarti harus sama, tetapi untuk
memudahkan sebaiknnya dibentuk sama.
Dalam

pembentukan

lokalitas

usahatani

dan

distrik

usahatai

perlu

memperhatikan situasi dan kondisi daerah terutama potensi yang dimiliki dan

menggolongkannya sesuai dengan kondisi tadi, seperti :
a. Potensi pertumbuhan (pertanian) segera (PPS)
b. Potensi pertumbuhan (pertanian) dikemudian hari segera (PPD)
c. Potensi pertumbuhan (pertanian) rendah (PPR).

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 4

Gambar 2.1: Model Lokalitas Usahatani

Gambar 2.2: Model Distrik Usahatani

Gambar 2.3: Model Pedesaan Progresif

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 5

Struktur pedesaan progresif ini akan berpengaruh dalam produktivitas usahatani
dalam berbagai bentuk seperti pertanian kecil atau petani gurem atau subsistem,
pertanian besar, dan perkebunan besar
Masalah-masalah yang timbul dalam struktur pedesaan progresif adalah :
1) Perimbangan antara berbagai unsur struktur pedesaan progresif yang harus

digabung.
2) Bagaimana mengatur intensitas program-program yang menunjang struktur
pedesaan progresif secara geografis di dalam suatu negara.
3) Penyesuaian perencanaan yang diperlukan untuk mencapai struktur pedesaan
progresif kepada prosedur perencanaan nasional yang menyeluruh bagi
pembangunan pertanian.
4) Membuat efektifitas atau berkualitas tiap-tiap unsur struktur pedesaan progresif.
5) Menetapkan besarnya perhatian (dan sumber-sumber pemerintah) yang perlu
dicurahkan untuk struktur pedesaan progresif.
Hal-hal yang dapat mempercepat tumbuhnya struktur pedesaan progresif adalah
sebagai berikut:
1) Merencanakan dan melaksanakan rencana pengadaan unsur-unsur struktur
pedesaan progresif.
2) Mengkoordinasikan dengan baik unsur-unsur struktur pedesaan progresif
3) Pertambahan penduduk
4) Adanya pengaruh dari daerah yang telah maju (baik disengaja maupun tidak
disengaja)
5) Berkembangnya pengetahuan dan teknologi khususnya dalam berusahatani.
Struktur pedesaan progresif tidak selalu harus direncanakan secara nasional
dari atas ke bawah, tetapi dapat ditetapkan secara garis besar saja dan dibarengi
dengan diberikannya subsidi. Struktur pedesaan progresif sebaiknya direncanakan
secara lokal sehingga sesuai dengan kebutuhan dan situasi setempat. Pada tahap
tertentu pelaksanaan struktur pedesaan progresif ini akan membutuhkan koordinasi
dengan daerah-daerah lain sehingga akan tercapai struktur pedesaan progresif di
tingkat regional, dan seterusnya.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 6

2.2. Proses Pembangunan Pertanian Progresif di Indonesia
Pembangunan pertanian Indonesia dihadapkan delapan tantangan yang paling
mendesak untuk segera ditangani. Pertama, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
pertanian. Kedua, peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan bahan baku
industri. Ketiga, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Keempat,
operasionalisasi pembangunan berkelanjutan. Kelima, globalisasi perdagangan dan
investasi. Keenam,

terbangunnya

industri

hasil

pertanian

sampai

tingkat

desa. Ketujuh, sinkronisasi program pusat dan daerah sejalan era otonomi daerah.
Dan kedelapan, penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Dalam jangka
panjang, sasaran yang perlu ditempuh adalah, terwujudnya sistem pertanian
industrial yang berdaya saing, mantapnya ketahanan pangan secara mandiri,
terciptanya kesempatan kerja penuh bagi masyarakat pertanian dan hapusnya
masyarakat petani miskin serta meningkatnya pendapatan petani.
Untuk mencapai sasaran tersebu, maka arah kebijakan yang perlu dilakukan
adalah meningkatkan potensi basis produksi dan skala usaha pertanian, mewujudkan
sumberdaya insani pertanian yang berkualitas, mewujudkan pemenuhan keutuhan
infrastruktur pertanian, mewujudkan sistem inovasi pertanian, mewujudkan sistem
pembiayaan pertanian tepat guna, mewujudkan kelembagaan pertanian yang kokoh,
menyediakan sistem insentif dan perlindungan bagi petani, mewujudkan pewilayahan
pengembangan komoditas unggulan (sentra), menerapkan praktek pertanian yang
baik serta mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada petani
dan pertanian.
Dalam kurun waktu yang sangat panjang, pembangunan pertanian selalu
diidentikan dengan kegiatan produksi usaha tani semata yaitu proses budidaya atau
agronomi. Kondisi ini menyebabkan kegiatan pertanian lebih berorientasi kepada
peningkatan produksi dan citra yang kurang menguntungkan bagi pembangunan
sektor pertanian. Dengan orientasi kepada produksi, Indonesia relatif mampu
menyediakan pangan dan bahan baku industri produksi. Namun keberhasilan
produksi pertanian tersebut ternyata belum diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
petaninya.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 7

Paradigma Pembangunan Pertanian
Paradigma

Pertanian

untuk

Pembangunan (Agriculture

for

Development) menyatakan bahwa pembangunan perekonomian nasional dirancang
dan dilaksanakan berdasarkan tahapan pembangunan pertanian dan menjadikan
sektor pertanian sebagai motor penggerak pembangunan. Penempatan kedudukan
(positioning) sektor pertanian dalam pembangunan nasional merupakan kunci utama
keberhasilan mewujudkan Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil dan
makmur. Tahapan pencapaian dan peta jalan transformasi struktural merupakan
landasan untuk menetapkan posisi sektor pertanian dalam pembangunan nasional.
Transformasi yang esensial dalam mendesain rencana jangka panjang pembangunan
pertanian mencakup: Transformasi Demografi, Transformasi Ekonomi, Transformasi
Spasial, Transformasi Institusional, Transformasi Tatakelola Pembangunan dan
Transformasi Pertanian. Transformasi pertanian merupakan poros penggerakan
transformasi pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan paradigma ini,
proses transformasi pembangunan nasional dikelola terpadu, sinergis, dan berimbang
dengan proses transformasi pertanian.
Paradigma Pertanian untuk Pembangunan menekankan pembangunan pertanian
mengemban sepuluh fungsi: pertama, pengembangan sumber daya insani; kedua,
ketahanan pangan; ketiga, penguatan ketahanan penghidupan keluarga; keempat,
basis (potensial) ketahanan energi (pengembangan bioenergi); kelima, pengentasan
kemiskinan dan pemerataan pembangunan; keenam, jasa lingkungan alam; ketujuh,
basis (potensial) untuk pengembangan bioindustri; kedelapan, penciptaan iklim
kondusif

bagi

pembangunan;

kesembilan,

penguatan

sumber

daya

tahan

perekonomian (economic resilient); dan kesepuluh, sumber pertumbuhan berkualitas.
Paradigma Pertanian untuk Pembangunan berbeda dari pandangan tradisional
yang menilai peranan pertanian hanya dari segi sumbangan langsung pertanian dalam
penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan penerimaan devisa yang
menurun seiring dengan kemajuan pembangunan ekonomi, sehingga keliru
menyimpulkan bahwa pertanian tidak layak dijadikan motor penggerak dan prioritas
pembangunan. Perubahan paradigma dan strategi utama pembangunan nasional
merupakan prasyarat mutlak dalam perumusan SIPP.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 8

Disana kita dapat membaca tantangan dan peluang yang mencakup pertanian
masa datang (termasuk peternakan) bahwa, pertama, perubahan iklim global akan
mengurangi secara kapasitas (daya hasil dan stabilitas) produksi pertanian pada
tingkat nasional dan global sehingga menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan,
ketahanan energi dan ketahanan air; kedua, peningkatan kelangkaan ketersediaan dan
persaingan pemanfaatan lahan dan air akan menimbulkan kesulitan dalam
ekstensifikasi lahan dan air untuk pertanian yang selanjutnya akan mendorong
munculnya gerakan land and water grabbing pada tataran global; ketiga,
pertumbuhan penduduk dan urbanisasi akan meningkatkan kebutuhhan bahan
pangan, air dan energi sehingga tekanan dalam mewujudkan ketahanan pangan, air
dan energi semakin berat; keempat, inovasi IPTEK semakin kompleks dan
kepemilikan eksklusif sehingga kemandirian IPTEK menjadi prasarat untuk
mewujudkan kedaulatan pertanian; kelima, Industri dan perdagangan sarana dan
hasil pertanian global semakin dukuasai oleh sedikit perusahaan multinasional
sehingga mengancam eksistensi usaha pertanian skala kecil yang masih dominan di
Indonesia; keenam, meningkatnya permintaan terhadap jaminan dan kompleksitas
atribut mutu produk telah menyebabkan pengembangan rantai nilai (global) yang
transparan dan dapat ditelusuri (traceable) sebagai syarat implementasi akses pasar
bagi petani (kecil); dan ketujuh tuntutan desentralisai pemerintahan, partisipasi
masyarakat dan reformasi tatakelola pemerintahan dapat menghambat pembangunan
pertanian bila tidak dikelola dengan baik.
Disamping memanfaatkan kekuatan internal, kemampuan untuk menjadikan
tantangan eskternal menjadi peluang merupakan kunci keberhasilan pembangunan
pertanian Indonesia di masa datang. Peluang itu meliputi, pertama, pemanfaatan
sumber insani demikian besar dan masih terus bertambah, khususnya dividen
demografi, sebagai basis keunggulan kompetitif pertanian Indonesia, termasuk
pelaksana penggerak proses produksi (sumber daya manusia) dan pengembangan
rantai nilai (modal sosial khas Indonesia); kedua, pemanfaatan keunggulan
komparatif Indonesia sebagai negara tropis dan maritim, yang secara alami
merupakan kawasan dengan efektifitas dan produktivitas tinggi di dalam pemanenan
dan transformasi energi matahari menjadi biomassa feedstock bioindustri, menjadi
basis keunggulan kompetitif dalam bioekonomi; ketiga, pemanfaatan peningkatan

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 9

permintaan

pangan,

pakan,

bioenergi

dan

bioproduk

ramah

lingkungan

mengembangkan bioindustri yang menghasilkan produk-produk tersebut secara
komplementer; kelima, pemanfaatan kecenderungan baru penghargaan atas jasa
lingkungan dan jasa amenity sebagai peluang untuk mengembangkan pertanian
agroekologis; keenam, pemanfaatan kemajuan IPTEK global untuk pengembangan
inovasi dengan modal dasar lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang tersebar
luas di seluruh wilayan Indonesia; ketujuh pemanfaatan secara bijak potensi
sumberdaya lahan dan air yang masih tersedia cukup besar di Indonesia, khususnya
di luar Jawa; dan kedelapan pemanfaatan momentum gerakan desentralisasi
pemerintahan, partisipasi masyarakat dan reformasi tatakelola pemerintahan untuk
pengembangan sistem politik pertanian yang digerakan oleh dan berorientasi pada
petani kecil.
Dari rumusan-rumusan itulah maka paradigma pertanian untuk pembangunan
juga harus berubah, bergeser atau mentransformasi diri pada tindakan progresif dan
komprehensif, untuk mengurangi ketergantungan pasokan energi (fuels) dan bahan
baku industry (feed) dari bahan fosil. Disamping penghasil utama bahan pangan,
pertanian juga dituntut untuk menjadi penghasil non-pangan pengganti bahan baku
hidrokarbon yang berasal dari fosil bagi industri. Teknologi Reviolusi Hijau yang
selama ini menjadi basis pertanian harus ditrasformasi menjadi Revolusi Hayati
(biorevolution).
Solusi Untuk Persaingan Pasar
Sebagai bahan, preferensi konsumen dewasa ini telah menuntut atribut produk
yang lebi rinci dan lengkap. (1) Bahan pangan aman untuk kesehatan (food safety
attributes), seperti kandungan patogen (food bone patogens), kandungan logam berat
(heavy metals) dan sebagainya. (2) Bahan makanan mengandung nutrisi yang dapat
mendukung kesehatan (nutritional attributes), seperti kandungan lemak (fat content),
kandungan serat (fiber), kandungan mineral, asam amino dan lain sebagainya. (3)
Kandungan nilai dari bahan makanan (value attributes), seperti kemurnian (purity),
komposisi kimia apakah alamiah atau diperkaya (enrichment), ukuran (size),
penampilan (appearance), rasa (tastes), dan aspek nilai penyajian (conventence of
preparation). (4) Bagaimana pengepakan dilakukan (package attributes), apa
materialnya, label dan informasi lainnya.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 10

Sektor pertanian Indonesia dihadapkan pada persaingan pasar yang semakin
kompetitif, di tengah dinamika perubahan lingkungan strategis internasional.
Ratifikasi berbagai kesepakatan internasional, memaksa setiap negara membuka
segala rintangan perdagangan dan investasi, serta membuka keran ekspor-impor
seluas-luasnya. Hal tersebut akan mendorong persaingan pasar yang semakin ketat,
sebagai akibat integrasi pasar regional/internasional terhadap pasar domestik.
Praktek perdagangan bebas yang cenderung menghilangkan perlakukan nontariff barrier telah berdampak besar terhadap sektor pertanian Indonesia, baik di
tingkat mikro (usahatani) maupun di tingkat makro (nasional-kebijakan). Di tingkat
mikro, liberalisasi perdagangan ini sangat terkait dengan efisiensi, produktivitas dan
skala usaha. Sedangkan di tingkat makro, kebijakan pemerintah sangat diperlukan
untuk melindungi petani produsen dan masyarakat konsumen. Pada kenyataannya
kelompok negara maju lebih berhasil dalam mengamankan petaninya agar tetap
bergairah berproduksi. Sementara negara-negara berkembang relatif kurang berhasil
memproteksi petani produsen dan masyarakat konsumen.
Tantangan sektor pertanian Indonesia ke depan yang harus dihadapi adalah
bagaimana meningkatkan daya saing komoditas pertanian dengan karakteristik yang
sesuai keinginan konsumen dan memiliki daya saing yang tinggi, baik di pasar
domestik ataupun pasar ekspor. Pengembangan daya saing dan ekspansi pasar
komoditas ekspor tradisional harus lebih ditingkatkan, terutama pengembangan
produk olahan pertanian. Di samping pengembangan komoditas dan produk
pertanian baru yang memiliki permintaan pasar yang tinggi harus segera dirintis dan
diwujudkan.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius
dalam pembangunan pertanian. Mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya
adalah petani yang tinggal di daerah pedesaan, kondisi ini juga semakin menyulitkan
dengan semakin berkurangnya upaya pendampingan dalam bentuk penyuluhan
pertanian. Di sisi lain, bagi sebagian besar penduduk pedesaan, sudah kurang tertarik
lagi bekerja dan berusaha di sektor pertanian, sehingga mengakibatkan semakin
tingginya urbanisasi ke perkotaan.
Kondisi ini hanya dapat ditekan dengan mengembangkan agroindustri
pertanian di pedesaan, karena dapat membuka peluang keterlibatan seluruh pelaku,

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 11

termasuk kelompok penduduk di pedesaan. Kelompok ini sesungguhnya dapat lebih
memegang peranan penting dalam seluruh proses produksi usaha tani. Mereka
berpeluang menjadi penyediaan dan distribusi sarana produksi, usaha jasa pelayanan
alat dan mesin pertanian, usaha industri pasca panen dan pengolahan produk hasil
pertanian, usaha jasa transportasi, pengelolaan lembaga keuangan mikro, sebagai
konsultan manajemen agribisnis, serta tenaga pemasaran hasil-hasil produk
agroindustri.
Hal ini mengisyaratkan perlunya pembangunan pertanian dilakukan secara
komprehensif

dan

terpadu

dengan

pengembangan

sektor

komplemennya

(agroindustri, penyediaan kredit, teknologi melalui penyuluhan, dan pasar), sehingga
menghasilkan nilai tambah di luar lahan dan upah tenaga fisiknya.
Maksudnya, sektor pertanian ke depan sangat memerlukan suatu strategi
kebijakan dan langkah konkrit berupa pemberian insentif pajak, akses permodalan
dan informasi bagi pelaku agribisnis yang akan melakukan investasi pada sektor
pengolahan dan pemasaran di hilir. Di sinilah esensi peningkatan nilai tambah (added
value) komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan akan sejalan
dengan upaya peningkatan keunggulan kompetitif yang dimaksudkan di atas.
Logikanya, investasi di sektor hilir tersebut pasti akan menciptakan lapangan kerja
dan menyerap tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi. Aktivitas ini akan
menggairahkan ekonomi pedesaan, tanpa harus bekerja keras membendung arus
urbanisasi yang terkadang didominasi tenaga tidak terampil dan berpendidikan
rendah.
Strategi utama yang wajib dijalankan pada komoditas bernilai ekonomi tinggi
tersebut adalah bagaimana caranya agar petani dan nelayan (skala kecil) juga mampu
menerima manfaat ekonomis yang besar agar lebih bergairah dalam meningkatkan
produktivitas dan efisiensinya. Di sinilah strategi pemihakan dari pemerintah, sektor
swasta, dan masyarakat madani menjadi sangat mutlak dan tidak dapat ditawar lagi.
Ke depan, strategi peningkatan produktivitas dan efisiensi itu wajib dikemangkan
melalui aplikasi teknologi baru, yang dihasilkan melalui perjalanan panjang
penelitian dan pengembangan (R and D), serta penelitian untuk pengembangan (R
for D). Dunia usaha dan sektor swasta Indonesia secara umum perlu secara nyata

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 12

melaksanakan kemitraaan strategis dengan peguruan tinggi dan pusat-pusat
penelitian pangan, yang sebenarnya tersebut di segenap pelosok Indonesia.
Dengan R-and-D dan R-for-D inilah, inovasi baru akan tercipta, sehingga daya
saing Indonesia akan meningkat berlipat-lipat. Dunia usaha atau sektor swasta dapat
pula untuk menjadi aktor terdepan dalam mengembangkan diversifikasi pangan,
terutama yang berbasis pemanfaatan teknologi dan industri pangan. Diversifikasi
pangan yang berbasis kearifan dan budaya lokal akan sangat kompatibel dengan
strategi pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang sesuai dengan kondisi demografi
Indonesia yang plural heterogen. Dalam hal ini, langkah pengembangan teknologi
dan industri pangan disesuaikan dengan kandungan sumber daya, kelembagaan dan
budaya lokal.
2.3. Teori Pembangunan Pertanian
2.3.1. Teori Rostow
Teori Rostow mengemukakan tahapan transisi dari masyarakat tradisional
menjadi modern merupakan pentahapan yang harus dilalui oleh setiap negara.
Tahapan perkembangan negara tersebut adalah:
1) Masyarakat tradisional (the traditional society),
2) Prakondisi untuk tinggal landas menuju pertumbuhan berkelanjutan (the
preconditions for take-off),
3) Tahap tinggal landas (the take-off),
4) Tahap menuju kedewasaan (the drive to maturity), dan
5) Tahap masyarakat dengan tingkat konsumsi tinggi (the age of high mass
consumption).
Pentahapan pembangunan ekonomi tersebut didasarkan pada karakteristik
perubahan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi. Dalam konteks ekonomi, proses
perubahan masyarakat ini dicirikan oleh adanya penurunan peranan sektor pertanian
dan peningkatan peranan sektor industri. Jelas sekali bahwa sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dalam teori Rostow ini, karena tanpa
adanya pertanian di awal suatu pembangunan maka tidak akan tercapai peningkatan
sektor industri. Perekonomian pada masyarakat tradisional masih terbatas dan sektor
pertanian menjadi fokus utama masyarakat, teknologi yang digunakan masih sangat

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 13

sederhana. Struktur sosial dalam sistem masyarakat tradisional bersifat berjenjang
sehingga mempengaruhi penguasaan sumberdaya pada hubungan darah dan keluarga.
Pada tahap kedua proses pertumbuhan oleh Rostow bahwa sektor industri
mulai berkembang namun sektor pertanian masih sangat dominan dalam masyarakat.
Tahap ini sekaligus menjadi tahap dimana masyarakat memasuki tahap persiapan
untuk maju ke tahap selanjutnya. Perekonomian bergerak dinamis, industri-industri
bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat, dan lembaga keuangan sebagai
penggerak dana mulai bermunculan. Industrialisasi dapat dipertahankan jika dipenuhi
syarat sebagai berikut:
1) Peningkatan investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama transportasi.
2) Revolusi bidang pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk.
3) Perluasan impor, termasuk impor modal oleh biaya produksi yang efisien dan
pemasaran sumber alam untuk ekspor.
Tahap tinggal landas sebagai suatu revolusi industri yang berhubungan dengan
revolusi metode produksi dan didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling
berkaitan, sebagai berikut:
1) Kenaikan laju investasi produktif antara 5 - 10% dari pendapatan nasional
2) Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan tinggi.
3) Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan institusional yang
menimbulkan hasrat ekspansi sektor modern, dan dampak eksternalnya akan
memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.
Prasyarat pertama dan kedua saling berkaitan dimana kenaikan laju investasi
produktif antara 5–10% dari GNP dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang
tinggi pada sektor-sektor ekonomi khususnya sektor manufaktur. Karena sektor
manufaktur dipandang sebagai indikator perkembangan industrialisasi dan memiliki
keterkaitan dengan sektor-sektor lain. Maka dengan mendorong pertumbuhan tinggi
sektor manufaktur akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi pada sektor lain yang
berakibat pada perkembangan GNP yang lebih tinggi.
Tahap menuju kedewasaan ditandai dengan penerapan teknologi modern secara
efektif terhadap sumber daya yang dimiliki. Pada tahap ini terdapat tiga perubahan
yang penting:

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 14

1) Tenaga kerja berubah dan tidak terdidik menjadi baik
2) Perubahan watak pengusaha dari pekerja dari keras dan kasar berubah menjadi
manajer efisien yang halus dan sopan
3) Masyarakat jenuh terhadap indutrialisasi dan menginginkan perubahan lebih
jauh
Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap akhir teori pertumbuhan Rostow. Pada
tahap ini ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat pusat perkotaan ke
pinggiran kota, akibat dari pusat kota dijadikan sebagai tempat kerja. Juga perubahan
orientasi dari pendekatan penawaran (supply side) yang dianut menuju ke pendekatan
permintaan (demand side). Lebih lanjut terjadi pergeseran perilaku ekonomi yang
awalnya menitikberatkan pada produksi, namun beralih ke konsumsi. Menurut
Rostow tiga kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan adalah:
1) Pengaruh kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh
melampaui batas-batas nasional
2) Ingin memiliki satu negara kesejahteraan (walfare state) dengan pemerataan
pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatam
jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja
3) Keputusan untuk membangun pusat perdangan dan sektor penting seperti mobil,
jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang
menggunakan listrik.
Posisi Pertanian dalam Teori Pembangunan Ekonomi Rostow
Posisi pertanian sangat memegang peranan penting pada tahapan pertama
pertumbuhan ekonomi Rostow (masyarakat taradisional), tetapi semakin berkembang
ke tahap selanjutnya, posisi pertanian dan perannya semakin berkurang. Hal ini
disebabkan oleh munculnya pemikiran-pemikiran masyarakat yang baru yang terjadi,
seperti:
• Penilaian yang berdasarkan spesialisasi, tidak hanya di bidang pertanian.
• Transformasi dari sektor pertanian ke sektor lain.
• Munculnya jiwa kewirausahaan yang bergerak bukan hanya dalam bidang
pertanian.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 15

• Lebih efektif dan efisien dalam bekerja, mengakibatkan tenaga kerja di pertanian
berkurang karena penggunaan teknologi. Akibatnya perkerja pindah ke sektor
lain, seperti industri nonpertanian.
Di Indonesia, pertanian yang tumbuh memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi. Sejarah menunjukkan bahwa pembangunan pertanian
merupakan prasyarat untuk adanya kemajuan dalam tahapan-tahapan pembangunan
selanjutnya. Karena pertanian memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek dalam
perekonomian di Indonesia, maka pembangunan pertanian merupakan penentu utama
dalam pertumbuhan ekonomi pedesaan, termasuk di dalamnya non-pertanian di
pedesaan. Dengan demikian, pembangunan pertanian menjadi bagian yang esensial
bagi upaya-upaya pengurangan kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan.
Indonesia sebagai negara agraris tidak boleh meninggalkan potensi pertaniannya,
tetapi dengan merubah pola pikir primitif menjadi modern melalui pendidikan dan
kebijakan pemerintah, maka posisi pertanian dapat memegang peranan penting lagi.
2.3.2. Teori Pembangunan Arthur Lewis
Pembahasannya lebih pada proses pembangunan antara daerah kota dan desa,
diikuti proses urbanisasi antara kedua tempat tersebut. Selain itu teori ini juga
mengulas model investasi dan sistem penetapan upah pada sistem modern yang juga
berpengaruh pada arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua :
1) Perekonomian tradisional
Lewis berasumsi bahwa daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional
mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis
utama perekonomian tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi
subsisten akibat perekonomian yang subsisten pula yang ditandai nilai produk
marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol. Kondisi ini menunjukkan bahwa
penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi yang ada,
sebaliknya dengan mengurangi tenaga kerja justru tidak mengurangi total
produksi yang ada. Dengan demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai ratarata produk marginal, dan bukan produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.
2) Perekonomian industri

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 16

Sektor industri berperan penting dalam sektor ini dan letaknya pula di perkotaan.
Pada sektor ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sangat tinggi termasuk
input dan tenaga kerja yang digunakan. Nilai marginal terutama tenaga kerja,
bernilai positif dengan demikian daerah perkotaan merupakan tempat tujuan bagi
para pencari kerja dari daerah pedesaan. Jika ini terjadi maka penambahan
tenaga kerja pada sektor-sektor industri akan diikuti pula oleh peningkatan
output yang diproduksi. Dengan demikian, industri perkotaan masih
menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa. Selain lapangan kerja
yang tersedia tidak kalah menarik tingkat upah di kota yang mencapai 30%, dan
ini kemudian menjadi ketertarikan bagi penduduk desa dalam melakukan
urbanisasi.
Posisi Pertanian dalam Teori Pembangunan Ekonomi Lewis
Posisi pertanian dalam teori pembangunan ekonomi Lewis berubah dari
penting menjadi kurang penting akibat perubahan struktur sosial. Semakin
berkembangnya zaman membuat kebanyakan masyarakat berpikir bahwa pertanian
kurang dapat membuat hidup ekonomi perkapita baik. Akibatnya terjadi peralihan
tenaga kerja dari sektor pertanian “tradisional” ke sektor industri “modern”. Hal ini
diasumsikan bahwa pendapatan di perkotaan tempat industri lebih tinggi daripada
pendapatan pertanian di pedesaan. Kebanyakan masyarakat sudah tidak terpaku pada
sektor pertanian, dengan asumsi bahwa banyak orang yang mencari kerja ke kota
yang berakibat berlebihnya tenaga kerja. Kurangnya modal untuk membuat lapangan
kerja baru juga menjadi dampak lain dalam teori ini.
Sumbangan sektor pertanian terhadap ekonomi memang cenderung turun,
sesuai dengan semakin meningkat dan terdiversifikasinya perekonomian Indonesia.
Namun yang perlu diamati juga adalah peranan pertanian dalam menyerap angkatan
kerja. Pangsa sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih yang
paling besar. Dari kenyataan itu dapat dilihat bahwa ada ketimpangan dalam struktur
ekonomi Indonesia, di mana sektor yang sudah mulai menyusut peranannya dalam
menyumbang ekonomi ternyata harus tetap menampung jumlah tenaga kerja yang
jauh lebih banyak daripada yang sewajarnya terjadi.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 17

Pembangunan yang berlangsung selama ini ternyata memang belum berhasil
mengangkat petani dan pertanian kepada posisi yang seharusnya. Kesenjangan
kesejahteraan petani dibandingkan dengan pekerja di sektor lainnya memang
semakin melebar. Produktivitas usahatani dan kualitas produk tidak menunjukkan
perbaikan yang berarti. Produk-produk pertanian semakin berkurang daya saingnya
dibandingkan

dengan

negara-negara

tetangga.

Keterpurukan

dan

tidak

berkembangnya sektor pertanian ini memiliki dampak luas dan dalam bagi
pembangunan

ekonomi

dan

pembangunan

Indonesia

secara

keseluruhan.

Tertinggalnya sektor pertanian mengakibatkan pembangunan ekonomi dan
pembangunan negara pada umumnya tidak memiliki landasan yang kokoh dan
mudah runtuh saat terjadi perubahan keadaan.
Hal-hal yang diharapkan dalam pertanian di Indonesia:
1) Sektor pertanian yang tumbuh cepat akan mampu meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan penduduk di pedesaan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor non-pertanian.
2) Pertumbuhan sektor pertanian akan mendorong pembangunan agroindustri.
3) Kemajuan teknologi di sektor pertanian yang diwujudkan dalam peningkatan
produktivitas tenaga kerja, menjadikan sektor ini dapat menjadi sumber tanaga
kerja yang relatif murah bagi sektor non-pertanian.
4) Pertumbuhan sektor pertanian yang diikuti oleh naiknya pendapatan penduduk
pedesaan akan meningkatkan tabungan.
2.3.3. Contoh Kasus Teori Pembangunan Ekonomi Rostow dan Lewis: Pertanian di
Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat
Kabupaten Tanah Datar terletak di antara dua gunung, yaitu gunung Merapi
dan gunung Singgalang. Kondisi topografi ini didominasi oleh daerah perbukitan,
serta memiliki dua pertiga bagian danau Singkarak. Kabupaten Tanah Datar
merupakan daerah pertanian. Hal ini terlihat dari dominasi sektor pertanian dalam
perekonomian wilayah, penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan. Lokasi
pertanian tersebar merata di seluruh wilayah dan produksinya terus meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini membutuhkan jaringan jalan sebagai pendukung aktivitas
sektor pertanian tersebut mulai dari kegiatan produksi, pasca panen dan pemasaran.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 18

Sementara itu kondisi jaringan jalan yang ada belum dapat mendukung
sepenuhnya aktivitas pertanian tersebut, hal ini terlihat dari masih banyaknya ruas
jalan yang lebarnya belum memenuhi syarat, kondisi permukaan jalan yang rusak
dan masih banyak ruas jalan yang melalui lokasi pertanian belum dapat dilalui
kendaraan roda dua sekalipun, dengan mengatasi penanganan jaringan jalan ini,
maka tentunya aktivitas sektor pertanian akan lebih ekonomis sehingga dengan
sendirinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dan sekaligus
akan meningkatkan pengembangan wilayah dari kabupaten Tanah Datar itu sendiri.
Kabupaten Tanah Datar adalah daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja
pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan
maupun peternakan. Begitu juga dengan usaha masyarakat pada sektor lain juga
berbasis pertanian seperti pariwisata dan industri kecil atau agro industri. Masyarakat
Tanah Datar juga dikenal gemar menabung dengan total dana tabungan masyarakat
sebesar Rp 223 milyar pada tahun 2004.
Potensi ekonomi kabupaten Tanah Datar dapat dikatagorikan atas tiga kategori
yaitu: Sangat Potensial, Potensial dan Tidak Potensial. Untuk sektor pertanian yang
sangat potensial untuk dikembangkan adalah ubi kayu, kubis, karet, tebu, peternakan
sapi potong, peternakan kuda, peternakan kambing potong, budidaya ayam ras
pedaging, ayam bukan ras, budidaya itik dan budidaya ikan air tawar. Sektor lain
yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah industri konstruksi bangunan sipil,
pedagang eceran makanan olahan hasil bumi, usaha warung telekomunikasi,
pedagang cinderamata dan wisata sejarah. Kabupaten Tanah Datar yang potensial
untuk hampir semua sektor pertanian kecuali cengkeh, tembakau, bayam dan merica.
Sedangkan untuk sektor pertambangan yang potensial dikembangkan adalah galian
kapur dan sirtu.
 Sektor usaha pertambangan
Industri pertambangan juga telah berdiri di Kabupaten Tanah Datar ini, yang
memiliki potensi bahan tambang berupa batu gamping kristalian yang sekarang
dikelola oleh PT. Inkalko Agung, dolomit, granit, sirtukil, tanah liat, batu
setengah permata, trass, fosfat, batubara, besi, emas, belerang, kuarsa dan slate.
 Sektor usaha industri pertanian

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 19

Seiring semakin majunya perekonomian kabupaten ini, maka sektor industri pun
mulai berkembang. Industri di Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh industri
kecil seperti tenunan pandai sikek yang terdapat di kecamatan Sepuluh Koto,
kopi bubuk, kerupuk ubi, kerupuk kulit, anyaman lidi, gula aren, gula tebu.
Sektor industri besar berupa peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida. Pada
tahun 2004 nilai investasi sektor industri kecil di kabupaten Tanah Datar
mencapai Rp 7 milyar dengan nilai produksi sebesar Rp 60 milyar.
 Sektor usaha pariwisata
Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih banyak terdapat peninggalan sejarah
adat Minangkabau tersebut, baik berupa benda maupun tatanan budaya adat
Minangkabau. Ikrar “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” ini
disebut juga dengan Sumpah Satie yang juga di Tanah Datar dilahirkan, yaitu
tempatnya di Bukit Marapalam Puncak Pato, Kecamatan Lintau Buo Utara.
Kabupaten Tanah Datar sebagai tempat asal mula suku Minangkabau banyak
sekali memiliki tempat sejarah. Industri wisata di kabupaten Tanah Datar ini
sangat potensial untuk dikembangkan.
Tempat wisata sejarah yang terdapat di kabupaten Tanah Datar ini antara lain
Istana Pagaruyung, Balairuang Sari, Puncak Pato, Prasasti Adityawarman, Batu
Angkek-angkek, Rumah Gadang Balimbing, Kincir Air, Batu Basurek, Nagari
Tuo Pariangan, Fort van der Capellen, Batu Batikam dan Ustano Rajo.
Sedangkan untuk wisata alam dan budaya di kabupaten Tanah Datar adalah
Lembah Anai, Panorama Tabek Pateh, Danau Singkarak Bukit Batu Patah dan
Ngalau Pangian.
Analisis Teori Rostow:
Pertanian di Kabupaten Tanah Datar merupakan sektor dominan, terbukti dari
70% penduduknya bekerja di sektor pertanian. Tahap pertumbuhan menurut Rostow,
daaerah ini berada pada tahap ketiga, yaitu tahap lepas landas sebagai mana
umumnya posisi di Indonesia. Hal ini terlihat dari Munculnya beberapa indusri baru
yang menjadi “leading sector” selain pertanian, seperti sektor industri pertambangan,
berupa batu gamping kristalian yang sekarang dikelola oleh PT. Inkalko Agung dan
pariwisata. Munculnya banyak wirausaha yang berkembang di sektor pertanian,

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 20

maupun nonpertanian, seperti industri kecil penghasil kopi bubuk, kerupuk ubi,
kerupuk kulit, anyaman lidi, gula aren, gula tebu. Disamping itu terdapat pula
industri besar seperti peternakan ulat sutera oleh PT. Sutera Krida.
Analisis Teori Lewis:
Perubahan struktural Kabupaten Tanah datar juga terlihat dari semakin
berkurangnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian ke sektor nonpertanian,
seperti pertambangan dan periwisata. Berdirinya industri di perkotaan membuat
sebagian dari masyarakat memilih bekerja sebagai buruh pabrik di kota. Mereka
menilai upahnya lebih besar daripada bekerja sebagai petani.
2.3.4. Teori Von Thunen
Johann Heinrich Von Thunen adalah orang yang pertama kali mengemukakan
teori ekonomi lokasi modern. Von Thunen menjabarkan mengenai ekonomi
keruangan (spatial economics), yang menghubungkan teori ini dengan teori sewa
(theory of rent). Von Thunen adalah orang pertama yang membuat model analitik
dasar dari hubungan antara pasar, produksi, dan jarak. Dalam menjelaskan teorinya
ini, Von Thunen menggunakan tanah pertanian sebagai contoh kasusnya.
Teori ini menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas
pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan
tanah di daerah tersebut. Teori ini juga memperhatikan jarak tempuh antara daerah
produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variabel keawetan, berat, dan harga
dari berbagai komoditas pertanian. Pada perkembangannya teori ini tidak hanya
berlaku untuk komoditas pertanian, tetapi berlaku juga untuk komoditas lainnya.
Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era
industrialisasi. Dalam teori ini terdapat 7 asumsi yang digunakan oleh Von Thunen
dalam pengujiannya:
a) Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok
yang merupakan komoditi pertanian (isolated stated)

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 21

b) Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan produksi
daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain
(single market)
c) Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain kecuali
ke daerah perkotaan (single destination)
d) Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan cocok
untuk tanaman dan peternakan dalam menengah
e) Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh
keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan
peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (maximum
oriented)
f) Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat (one
moda transportation)
g) Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak
yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar
(equidistant)
Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan
berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah
pertanian.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 22

Gambar 2.: Ilustrasi Teori Von Thunen
Gambar model Von Thunen di atas dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama,
menampilkan “isolated area” yang terdiri dari dataran yang “teratur”, kedua adalah,
kondisi yang “telah dimodifikasi” (terdapat sungai yang dapat dilayari). Semua
penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktifitasnya masing-masing,
dimana dalam kasus ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota).
Model Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga
pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan
yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya produksi.
Aktivitas yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau
aktivitas yang memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat
dengan pasar.
Dalam teori Von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak
relevan lagi, diantaranya adalah:
a. Jumlah Pasar
Di Indonesia pada umumnya tidak hanya terdapat satu market center, tetapi dua
atau lebih pusat dimana petani dapat menjual komoditinya.

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 23

b. Topografis
Kondisi topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada dasarnya kondisi
ini selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian
yang akan diperoleh juga akan berbeda pula.
c. Biaya Transportasi
Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang sudah tidak
relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran dan bahan baku, dengan
kata lain tergantung dengan biaya transportasi itu sendiri (baik transportasi
bahan baku dan distribusi barang). Kemajuan di bidang transportasi juga telah
menghemat banyak waktu dan uang (mengurangi resiko busuk komoditi)
d. Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’
Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai alternatif
komoditas pertanian yang lebih banyak untuk diusahakan. Sedangkan petani
yang jauh dari perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.
e. Keterkaitannya pada wilayah karena: 1) adanya berbagai bentuk pengawetan,
memungkinkan pengiriman jarak jauh tanpa resiko busuk; 2) negara industri
mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada
kota; 4) antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama
menyangkut pemasaran (tidak selalu memanfaatkan jasa kota dalam
pemasarannya).
Teori

Von Thunen

ini

dapat

digunakan

sebagai

dasar

pendekatan

pengembangan wilayah kawasan perbatasan, khususnya melalui pengembangan
transportasi. Wilayah kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah
yang memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia
bahan baku. Berdasarkan teori ini, kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok
untuk wilayah ini adalah kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien
(dihitung menurut besaran biaya produksi dan biaya transportasi) jika berada di dekat
penyedia bahan baku dan jauh dari market (pusat kota). Contohnya seperti kegiatan
produksi komoditas ekstraktif (barang tambang) dan peternakan. Pengembangan
transportasi untuk mendukung kegiatan ekonomi/produksi ini adalah dengan
membangun infrastruktur transportasi yang menghubungkan antara penyedia bahan
baku dengan market (pusat kota).

Teori-teori Pembangunan Pertanian [Kelompok 7] | 24

Contoh Kasus:
Sebagai contoh kawasan perbatasan PALSA (Kabupaten Sambas, yang terdiri
dari Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar) sektor ekonomi utamanya adalah
pertanian (dengan komoditas utama padi ladang yang memiliki persentase terbesar
penggunaan lahan yaitu sebesar 28,8%; serta komoditas utama palawija ubi kayu
yang memiliki persentase produksi tertinggi yaitu sebesar 43,14%). Dengan struktur
mata pencaharian penduduk kawasan perbatasan yang sebagian besar adalah petani,
maka sektor industri sama sekali tidak berkembang, baik industri ringan, sedang
maupun berat. Kegiatan perdagangan berskala besar di kawasan perbatasan hingga
tahun 1999 relatif sangat sedikit (0.2%). Selebihnya berupa kegiatan perdagangan
berskala sedang (11.90%) dan perdagangan berskala kecil (87.90%).
Selama ini memang telah disadari

bahwa orientasi ekonomi kawasan

perbatasan adalah ke wilayah Sarawak (Malaysia). Sedangkan untuk pemasaran
komoditi ke pusat-pusat pasar di Kabupaten Sambas masih cukup sulit dilakukan.
Hal ini disebabkan belum cukup tersedianya sarana dan prasarana transportasi darat,
sehingga proses koleksi, distribusi, dan pelayanan di kawasan perbatasan mengikuti
pasang surutnya air sungai. Pada musim hujan komoditi dari pedalaman dapat
dipasarkan melalui sungai-sungai kecil yang menginduk ke Sungai Sambas,Bantanan
dan Paloh. Dari sungai ini melalui jarak dan rantai pemasaran yang panjang, barangbarang dapat dipasarkan ke pusat-pusat pemasaran dalam waktu berhari-hari.
2.3.5. Teori Difusi Inova