SEJARAH PEMIKIRAN ABU BAKAR pdf

BIODATA

Nama

: Eka Saputra Makalunsenge

Alamat

: Kotamobagu

Fakultas

: Tarbiyah

Jurusan

: PAI

Semester

:5


NIM

: 15.2.3.086

SEJARAH PEMIKIRAN ABU BAKAR
AS SIDDIQ

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang
mendapat gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam.
Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang membenarkan
peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8
Juni 632 M. Saat itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan

umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon
penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan sebagai
pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi
Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orangorang pertama yang menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk
itu, kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW.
Mereka memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang
yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat
menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam
dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan
mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah
sebagai pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara
damai setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan
bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy.
Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat Abu
Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.

Setelah pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat

pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan beliau
terdapat beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk
mengeluarkan zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani
beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau
walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai yaitu:
1. Bagaimana Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah?
2. Apa Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah yang
Bagaimana Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq?
3. Bagaimana Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah?
4. Bagaimana dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya?
5. Apa Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq?

C.

Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sosok Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
2. Mengetahui Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah yang
Bagaimana Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
3. Mengetahui Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah
4. Mengetahui dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya
5. Mengetahui Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq

BAB II
PEMBAHASAN

A. Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Silsilahnya
1. Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih
dahulu masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali
memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari
golongan budak.Ternyata keislaman Abu Bakar
paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan
dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta
kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokohtokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin

Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.1
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik
tentang nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak
laki-laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal.
Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk mengabdi
pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari
nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah
memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat
pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.2

1 Dr.Muhammad Hussain Haikal,biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq,(Jakarta;Qisthi Press,2009)
2 Dr.Muhammad Hussain Haikal,biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq,(Jakarta;Qisthi Press,2009)
3

Al-Hafizh ibnu katsir,Perjalanan Hidup Empat khalifah Rosul Yang Agung,terj.Abu Ihsan

Al-Atsari,(Jakarta:Darul Haq,2012)

Nama Abu Bakar ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin

Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr alQurasy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad
bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah
Abu Bakar ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah
bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan
ketiga Utaiq.

2. Karakteristik Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang yang bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah menerangkan
karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang
(sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam
matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai
hinai maupun katam.” Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian,
selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar,
memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan
berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janjiNya,
bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apaapa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan
diterangkan kelak secara rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia

ini.

3. Isteri dan Anak Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa
Jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.Beliau juga menikahi
Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan
tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah. Beliau juga menikahi Asma’ binti Umais bin

Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri oleh Ja’far bin Abi
Thalib.
Dari hasil pernikahan ini lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut
terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.3
Beliau juga menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani alHaris bin al-Khazraj. Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke
Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya
di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian
diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu
Kaltsum setelah wafatnya Rasulullah.

B. Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam

Sosok Abu Bakar As Shiddiq dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah, dan
merupakan orang yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang sangat
berjasa besar dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah
karena Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat mengenai jarak
waktu antara tahun gajah denga waktu kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat
bahwa beliau dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2 tahun 6 bulan,
ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan jumlah bulannya.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya.
Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang
yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar terkenal sebagai
orang yang mampu menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina,
dan bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud kepada
berhala.
4

Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi,Abu Bakar Ash-Siddiq,(Jakarta;pustaka al-

kautsar,2015)


Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan menjadi
rujukan dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan yang lainnya.
Beliau juga terkenal sebagai saudagar kaya yang sering berdagang ke negeri
Syam.Beliau menjadi sahabat Rasulullah sejak dari kecil hingga dewasa, bahkan dalam dunia
perdagangan saat Rasulullah menjadi pedagang.

2. Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam
Abu Bakar termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah
bersujud kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan
fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh
ke berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah 4beliau selalu berhubungan dengan penganut
berbagai agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah manusia. Maka banyak
penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan
perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau sering berbincang dengan orang-orang yang masih
berpegang pada ajaran tauhid semisal Waraqah bin Naufal dkk. Abu Bakar pernah bercerita
bahwa ketika dia duduk di sekitar Ka’bah, saat itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk.
Kemudian lewatlah Umayyah ibnu Abi As Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai
pencari kebaikan?” (maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab: “Baik”
maka Ibnu Abi Shalt pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?” dan beliau

pun menjawab: “Belum”,
a. Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat
dengan Rasulullah Muhammad Saw. di masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah mengajaknya
kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung menerima Islam tanpa
sedikitpun keraguan. Adapun kisah keIslaman beliau adalah sebagai berikut:

5

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989)

6

Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2008)

“Kemudian Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar
yang dikatakan oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa engkau telah meninggalkan
tuhan-tuhan kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah
menjawab: “Benar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku
untuk menyampaikan risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan benar. Demi Allah

ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang Maha
Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau menyembah selainNya dan agar selalu setia
dalam ketaatan kepada-Nya.” Kemudian Rosul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar
tidak mengakui dan tidak pula mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari
berhala, menanggalkan sekutu-sekutu Allah dan mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar
pun pulang dalam keadaan sebagai seorang mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat yang
mengatakan bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan lakilaki. Beliau juga merupakan orang yang pertama kali shalat bersama Nabi Saw.
b. Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar
peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-sahabat besar
yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ah Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam,
Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi
Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga
mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan berhasil mengIslamkan putrinya Aisyah dan
Asma’, putranya Abdullah, Istrinya Ummu Rumman, juga pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau. Abu
Bakar belajar bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup
dengan sekedar percaya belaka, namun lebih dari itukeimanan takkan pernah sempurna
sehingga seorang muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT.
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar dalam
penyebaran risalah Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa
ketika umat Islam masih berjumlah 38 orang, Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam

tidak lagi menyembunyikan keIslamannya.5 Meski Rasul sendiri awalnya menolak usulan ini,
namun Abu Bakar terus mendesak hingga Rosul pun menerima usulan ini. kemudian ketika
berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun berpidato sedang Rasulullah duduk. Maka dari itu
Abu Bakar adalah orang yang pertama kali berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orangorang musyrik segera mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung Bani
Taim segera datang dan menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketiak itu bani
Taim yang melihat luka-luka Abu Bakar yang parah menghawatirkan kalau Abu Bakar akan
meninggal. Sehingga mereka kembali ke Masjid dan memberikan pengumuman bahwa kalau
sampai Abu Bakar meninggal maka mereka akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar terus
menyanyakan bagaimana keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar) diminta
untuk membujuknya agar mau makan. Namun ia tetap saja terus menanyakan Nabi Muhammad
Saw. karena ibunya memang tak tau menahu tentang keadaan Rosul, maka Abu Bakar
memintanya untuk menayakannya kepada Ummu Jamil binti Khattab. Ummu Jamil pun datang
menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan
sekarang sedang berada di Darul Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk menemui
Rasulullah di Darul Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut hangat kedatangan
beliau. Saat itulah ia meminta agar Rasulullah mengajak ibunya untuk masuk Islam dan
mendoakannya agar bisa terselamatkan dari siksa neraka. Kemudian Rosulpun mendoakan dan
mengajaknya kepada Islam. Ummu Khair pun masuk Islam.
Itu hanyalah salah satiu contoh kecil dari ribuan kisah perjuangan Abu Bakar dalam
dakwah dan penyebaran Risalah Islam bersama Rasulullah. Masih ada banyak lagi kisah-kisah
perjuangan Abu Bakar dalam membela Islam dan Rasulullah Saw. mulai dari siakpnya yang
selalu membela dan pendamping Rasulullah dari berbagai intimidasi dan hinaan kaum
musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah, membebaskan
budak muslim.6
7

8

1995)

Abidin, Zainal Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977)
Fachruddin, Moh Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,

Dari siksaan kaum musyrik, infak beliau dalam persiapan Jihad di jalan Allah,
keberaniannya dalam berbagai pertempuran dan peperangan, perjalanan beliau menemani
Rosululah dalam hijrahnya menuju Madinah yang penuh tantangan sekaligus hikmah dan
pelajaran.
Keteguhan beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau
menjadi orang yang paling dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar
Isra’ Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya
mengtakan “Jika yang mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu pasti benar”. Tak
heran ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama yang menangis karena
menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera meninggalkannya menghadap sang Khaliq.
Tak heran juga jika Rasulullah pun menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah
saat terbaring sakit. Dan tak heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah Saw.

C. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah
Wafatnya Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari
kalangan shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung
menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu tak mampu
menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata, bahkan ada yang
mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan bahwa Rasulullah tidaklah
meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya sebagaiman Musa AS menemui
Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat pedangnya dan bersumpah akan
menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah meninggal.7

9

Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati,Sejarah dan Pemikiran Islam,(Jakarta:PT Rajawali

press,1994)
10

Badri Yatin,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1994)

Bahkan Imam Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya
menjelaskan bahwa sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan
wafatnya Roslullah merupakan musibah besar yang menimpa agama ini. Rasulullah bersabda:
“Jika salah seorang diantara kalian tertimpa musibah maka hendaklah ia menginga
musibahnya dengan musibah yang menimpaku, sesungguhnya (musibah yang menimpaku)
inilah sebesar-besarnya musibah.”
Dan sungguh benar apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. ini. karena umat Islam
ketika ditinggalkan oleh beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena
dengan wafatnya Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan
awal munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi titik
kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai puncaknya.
Disinilah mulai terlihat kepiawaian Abu Bakar Ash Shidiq yang dengan tenang mampu
menghadapi musibah besar ini. beliau segera berpidato membacakan ayat Allah
menenangkan kaum muslimin. Beliau pun mengatatkan dalam pidatonya bahwa
sesungguhnya barang siapa menyembah Nabi Muhammad Saw. maka sesungguhnya Nabi
Muhammad Saw. telah meninggal dan barang siapa menyembah Alla SWT maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Hidup dan tak akan pernah mati, kemudian beliau
membacakan QS. Ali Imran [3]: 144
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)?
barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
1. Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah
Setelah berita wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya
mengenai siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat
bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula,
berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat kaum
Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa
mereka bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya: “Hendak

kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui saudarasaudara kami di Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin
mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini. Namun kami tetap bersikukuh untuk pergi
kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang sedang terbaring berselimut berada dalam
majlis itu. Aku (Umar) bertanya: “Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin
Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak salah seorang dari mereka berrpidato dengan
menyatakan akan keutamaan kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan
membawa Islam menuju kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak
mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata
yang menurutku paling indah untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku
dan dia menyampaikan kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan.
Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka
Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan
Umar dan Abu Ubaidah sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu.
Umr juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk
dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum tersebut.
Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun mengikutinya,
kemudian kaum Anshar berikutnya.
2. Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar
Setelah Abu Bakar mendapat baiat dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari
berikutnya umat Islam pun melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat
dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar duduk, dia
berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang telah menjadi orang terdekat
Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang menggantikan beliau sebagai iman saat
beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar
sebagai pemimpin umat Islam. Saat itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian

Abu Bakar pun ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah
seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.8

D. Permasalahan dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq
1. Kebijakan dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara
lain:
a.

Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat

Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab
dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan
Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari beberapa
kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan
mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu
Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak
melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau
orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan.
Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian
melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka

11

Drs.Abiyan,Amir,Sejarah dan Kebudayaan Islam,(Jakarta:Departemen Agama RI,1990)

12

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,Ensiklopedia Islam,(Jakarta:Ichtiar Baru Van

Hoeve,1947)

dan apa yang mereka sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing
pemegang panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.

Adapun sebelas panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku
sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai al-Battah,
suatu daerah di Arab tengah.
2. Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang
kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah yang
terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
3. Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan cadangan.
Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat wilayah
Yamamah.
4. Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-Ansi
(orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju
Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di
Jazirah Arab selatan.
5. Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang
terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka
mengaku Nabi.
6. Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan
Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang terhadap
Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.
7. Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak
sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu Bakar.
8. Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang
murtad dari Islam.
9. Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di barat
laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.

10. Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada
diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga menunjukkan
pembangkangan terhadap Islam.
11. Ma’an bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku
Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke
Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,
“Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan
senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah
karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain.
Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga
berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan
memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
b. Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah
lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah.
Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian
ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling bagus
Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk
salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
c. Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi
materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari
pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut
Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan
Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan

pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga
pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan, dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah,
membaca Al-qur’an dan lain sebagainya.

2. Kebijakan dalam Urusan Kenegaraan
Ada beberapa kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan, yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.
Misalnya untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, dan Zaid
bin tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Serta Umar bin Khathab
sebagai hakim Agung. Untuk daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi, dan
untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir. Antara lain ;
-

Itab bin Asid menjadi Amir dikota Mekkah, amir yang diangkat pada masa Nabi

-

Ustman bin Abi Al-Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi

-

Al-Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a

-

Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut

-

Ya’la bin Umayyah, amir untuk khaulan

-

Abu Musa Al-Ansyari, amir untuk zubaid dan rima’

-

Muaz bin Jabal, Amir untuk Al-Janad

-

Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran

-

Abdullah bin Tsur, amir untuk Jarasy

-

Al-Ula bin hadrami, amir untuk Bahrain, sedangakn untuk Iraq dan Syam (Syria)
dipercayakan kepada para pemimpin Militer.9

13

Yatim, Badri, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997

14

Sunanto Musyrifah,Sejarah Islam Klasik,(Bogor:Kencana,2003)

Para Amir tersebut bertugas sebagai pemimpin agama, juga menetapkan hukum dan
melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir di samping sebagai ppemimpin agama,
juga sebagai hakim dan pelaksana tugas kepolisian. Namun demikian, setiap amir diberi hak
untuk mengangkat pembantu-pembantunya, seperti katib, amil, dan sebagainya.
b. Pertahanan dan Keamanan
Dengan mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan
eksistensi keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas
di dalam maupun di luar negeri. Di antara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid,
Musanna bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.
c. Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khathab dan selama masa
pemerintahan Abu bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk dipecahkan.
Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu dikenal ‘alim.
d. Sosial Ekonomi
Sebuah lembaga mirip Bait Al-Mal, di dalamnya dikelola harta benda yang didapat dari
zakat, infak, sedekah, harta rampasan, dan lain-lain. Penggunaan harta tersebut digunakan
untuk gaji pegawai negara dan untuk kesejahteraan ummat sesuai dengan aturan yang ada.
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkatan khalifah
dilakukan secara musyawarah dengan aklamasi menerima dan mengangkat Abu bakar.
Allah sendiri berfirman :
“Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) denngan musyawarah antara mereka, dan
mereka menafkahkan sebagaian dari rizki yang kami berikan kepada mereka”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa khalifah Abu bakar diangkat menjadi Khalifah
dengan jalan Musyawarah, walaupun diantara Sahabat ada yang tidak ikut dalam
pembai’atan dan pada akhirnya mereka melakukan sumpah setia. Dengan demikian, secara
nyata, pengangkatan Abu bakar sebagai khalifah disetujui.

E. Kemajuan Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar
1. Penyebaran dan Kekuasaan Islam

Islam pada hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus
dikembangkan dan didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu
dengan dakwah dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah
Arabiah, Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri.
Pada masa itu, di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai
dapat menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan
itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam untuk
memerangi orang-orang Ghassan dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan

bagi

Islam.

Mereka berusaha melenyapkan

dan

menghambat

perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi. Dengan demikian cikal bakal
perang yang dilakukan oleh ummat Islam setuju untuk berperang demi mempertahankan
Islam.
Pada tahap pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan
Muharram tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan Persia.
Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid yang sedang
berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna. Gabungan kedua
pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah 10yang terletak di pantai
teluk Persia, segera duserbu. Pasukan Persia berhasil diporak-porandakan. Perang ini
dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat as-Salasil artinya peristiwa untaian
Rantai.
Pada tahap kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan
membentuk empat barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima
dengan tugas menundukkan daerah yang telah ditentukan. Kempat kelompok tentara dan
panglimanya itu adalah sebagai berikut :
-

Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia

15

Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin, Pendidikan Agama Islam: Sejarah

Kebudayaan Islam.( Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008)
16

Prof. Dr. Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam,(Kudus:Menara Kudus,2003)

-

Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu
berada di bawah kekuasaan Romawi Timur.

-

Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menaundukkan Tabuk dan Yordania.

-

Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah
Selatan.
Perjuangan tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi

baru tuntas pada mas ke khalifaan Umar bin khathab.

2. Peradaban Islam
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar
yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an
dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal yang dilakukan
sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah Syahidnya beberapa orang
penghapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kainya
penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi
pada beberapa Tahapan, yaitu sebagai berikut :
-

Dalam bidang penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
sosial masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah
yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan
perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul Mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk
kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhaq
menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an.

-

Praktik pemerintahan khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah suksesi kepemimpinan
atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa
faktor Abu Bakar menunjuk atau mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama
adalah kekhawatiran akan terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di
Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris menyulut umat Islam kejurang perpecahan, bila tidak

merujuk seorang untuk menggantikannya. Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa
hal yang perlu dicatat :
-

Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asa musyawarah. Ia lebih dahulu
mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum
muslimin.

-

Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan
memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.

-

Pengukuhan Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam
suatu baiat umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.11

17

Kudus,2003)

Prof.

Dr.

Chatibul

Umam,Sejarah

Kebudayaan

Islam,(Kudus:Menara

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang
saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil
menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar dan
menengakan keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan hadits tentang siapa
yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun dalam
dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah disampaikan
dengan cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan yang justru merugikan.
Begitulah kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar akan sulit untuk
membuahkan kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna,
mencakup kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah
melihat betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada
Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas antara kebenaran
untuk kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum Muslimin
memerangi orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad,
orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi.
Saran
Dengan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.penulis sadar bahwa
masih banyak kesalahan,jadi di harapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun,untuk
perbaikan makalah-makalah selanjutnya.yang baik datangnya dari Allah,dan yg buruk datang
dari manusia.

DAFTAR PUSAKA

Dr.Muhammad Hussain Haikal,biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq,(Jakarta;Qisthi Press,2009)

Al-Hafizh ibnu katsir,Perjalanan Hidup Empat khalifah Rosul Yang Agung,terj.Abu Ihsan AlAtsari,(Jakarta:Darul Haq,2012)
Prof.Dr.Ali Muhammad Ash-Shallabi,Abu Bakar Ash-Siddiq,(Jakarta;pustaka al-kautsar,2015)

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989)

Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2008)

Abidin, Zainal Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977)

Fachruddin, Moh Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995)

Suyuty Pulungan,Fiqih Siasati,Sejarah dan Pemikiran Islam,(Jakarta:PT Rajawali press,1994)

Badri Yatin,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1994)

Drs.Abiyan,Amir,Sejarah dan Kebudayaan Islam,(Jakarta:Departemen Agama RI,1990)

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,Ensiklopedia Islam,(Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve,1947)

Yatim, Badri, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 1997
Sunanto Musyrifah,Sejarah Islam Klasik,(Bogor:Kencana,2003)
Ishaq, Rusli dan Suryantara, Bahroin, Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam.(
Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008)

Prof. Dr. Syalabi,Sejarah dan Kebudayaan Islam,(Kudus:Menara Kudus,2003)
Prof. Dr. Chatibul Umam,Sejarah Kebudayaan Islam,(Kudus:Menara Kudus,2003)