MENGGALI NILAI edukasi sudoku kimia
MENGGALI NILAI-NILAI AGAMA DALAM PLURALITAS
HIDUP BERAGAMA
“Dunia ini tak akan indah bila hanya dengan satu warna. Aku dan kamu beda,
tapi bersama bagai pelangi”
-Pee Wee Ganskins – Aku Bukan Musuhmu
1. PENGANTAR
Indonesia merupakan negara yang plural, dimana terdapat banyak suku, budaya, dan
yang paling mencolok adalah agama. Agama merupakan hal yang sangat rekat dengan
kehidupan manusia, karena hampir segala aspek kehidupan manusia dikaitkan dengan agama.
Di indonesia terdapat 6 agama yang diakui oleh pemerintah yakni; Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Agama-agama di Indonesia yang sangat
beragam tersebut tentunya memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan ini mengandung nilainilai yang sangat berguna bagi kehidupan banyak orang, terutama bagi para pemeluk agamaagama tersebut. Nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap agama tersebut menunjukkan bahwa
agama memang ada bukan karena hanya sebagai penghias dunia saja, melainkan karena
agama-agama tersebut mempunyai tujuan tertentu yang memang telah tertulis di dalam Kitab
Suci dari setiap agama sebagai dasar pedoman dalam kehidupan beragama dari para
pemeluknya.
Pada dasarnya setiap agama mempunyai nilai-nilai yang sama, hanya saja setiap
agama tersebut lebih mengutamakan nilai tertentu sebagai ciri khasnya. Meskipun setiap
agama hanya
mengutamakan nilai tertentu bukan berarti agama-agama tersebut
meninggalkan atau bahkan menyingkirkan nilai-nilai yang lain. Dalam setiap agama nilainilai yang lain dijadikan sebagai pendukung dan penguat dari nilai yang diutamakan,
sehingga nilai yang diutamakan itu bisa menjadi nilai yang sempurna, karena di dalam nilai
yang utama terkandung nilai-nilai yang lain tersebut.
Nilai-nilai yang saling mendukung satu dengan yang lainnya dapat membentuk
sebuah agama menjadi agama yang dewasa; yang dapat hidup di dalam pluralitas agama
dengan baik. Sebuah agama yang dapat menghidupi nilai-nilai dengan baik akan hidup
berdampingan dengan agama lain dengan damai karena tidak menekan, mengancam,
mendominasi, dan menghina agama yang lain. Agama bukan merupakan perbedaan yang
berarti dalam tujuan hidup tentram, damai, dan sejahtera karena sebenarnya mempunyai
tujuan yang sama dengan nilai-nilai kehidupan yang sama pula sebagai pegangan hidup.
2. BAHASAN
2.1 Islam: Pandangan Islam Tentang Para Rasul dan Nabi Allah
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap agama memiliki nilai yang
dipegang dan dianut dalam kehidupannya. Di dalam agama Islam memiliki nilai-nilai yang
sangat penting, salah satunya adalah mengenai pandangan agama Islam tentang para rasul
Allah yang tentunya harus dianut oleh para emeluknya.
Ajaran agama Islam tentang iman kepada Rasul Allah terdapat pada Rukun Iman
agama Islam, di mana Rukun Iman dalam agama Islam ada 6 dan salah satunya adalah Iman
kepada Nabi dan Rasul Allah. Umat Islam mengimani bahwa Rasul dan Nabi Allah ada 300
Rusul, dan yang wajib dihafal sebanyak 25 Rasul1 Termasuk Isa Almasih2.
2.1.1
Hakikat Rasul dan Nabi Allah
Dalam Ajaran Islam Rasul adalah seorang yang dipilih Allah untuk menerima wahyu
yang diturunkan-Nya dan berkewajiban untuk memberitakan wahyu tersebut kepada umatnya
atau kepada segala bangsa. Sedangkan Nabi adalah seorang yang dipilih Allah untuk
menerima wahyu dari-Nya, namun tidak berkewajiban untuk memberitakan wahyu yang
diterimanya kepada umatnya. Dengan kata lain wahyu itu diperuntukkan bagi dirinya sendiri
melalui cara hidup sehari-hari yang mencerminkan bagaimana hidup menurut kehendak
Allah.3 Rasul dan Nabi adalah manusia biasa namun mereka adalah manusia yang istimewa
karena dapat terjaga dari perbuatan dosa. Hal ini bisa terjadi karena mereka mendapat wahyu
dari Allah sendiri. Namun meski demikian tidak berarti bahwa Rasul dan Nabi tidak
mengalami penggodaan atau pencobaan. Mereka pun tentunya mengalami godaan-godaan,
M. Qusyairi, “Pandangan Islam Tentang Para Rasul Allah,” Presentasi disampaikan pada
dialog intereligius di Kantor MUI, Malang, 26 November 2013
1
2
Yesus Kristus (Disebut di al-Qur’an dalam 14 surah secara terpencar-pencar) , Putra
Maryam. DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang:
Gita Kasih, 2010, hlm. 380, 382, 393.
DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang: Gita Kasih,
2010, hlm. 198
3
sebagaimana diinformasikan dalam al-Qur’an bahwa sebagai orang-orang beriman pasti
mengalami “ujian” dari Allah4
Umat Islam meyakini bahwa para Rasul dan Nabi memiliki sifat yang jujur, cerdas,
dan amanah (dapat dipercaya, dan mampu bertabligh/menyampaikan wahyu dari Allah
tersebut). Walaupun bersifat amanah Rasul dan Nabi tidak berwenang mengubah orang yang
kafir menjadi beriman sehingga mereka hanya menyampaikan Wahyu dari Allah. Para Rasul
dan Nabi Allah bertugas untuk mengadakan perubahan dan perbaikan kehidupan keberagaaan
dan akhlak manusia, yang didasarkan pada iman yang benar kepada Allah, yaitu iman yang
berpegang teguh pada keesaan Allah. Karena tugas seperti inilah sehingga orang yang
beriman haruslah pula beriman pada para Rasul dan Nabi5.
2.2 Kristen Protestan: Revormasi Gereja, Sejarah Protestanisme6
Lahirnya Gereja Kristen Protestan muncul ketika Gereja Katolik Barat mengalami
masalah-masalah di dalam tubuhnya, sehingga menimbulkan banyak pertentangan di dalam
Gereja sendiri. Pertentangan itu mengenai dogma-dogma dan ajaran Gereja yang dianggap
tidak sesuai lagi oleh sebagian umatnya. Setelah itu muncul tokoh-tokoh yang bernama
Martin Luther King, John Calvin dan John Knox, serta Raja Henry VIII 7. Tokoh-tokoh ini
adalah pelopor gerkan reformasi protestanisme. Dari reformasi ini muncul berbagai gereja
dari kaum protestan yakni :
a) Evangelikel yang berdasar pada Injil Lukas 4 : 18-19
b) Pentakostalis yang berdasar pada Kitab Kis : 1:8 : PGPI
c)
Dominikel :Karismatikel PGPII , yang berdasar pada Injil Mat 28: 19-20
Setelah itu muncul pula gerakan kontra reformasi yang melahirkan Gereja Roma
Katolik hingga sekarang. Setelah adanya gerakan reformasi yang dipelopori oleh Martin
Luther King, dengan ibadat yang masih mirip dengan Katolik , umat reformasi merasa bosan
dengan pola metodis yang begitu begitu saja, para umat merindukan sentuhan emosional,
Yakin akan rasul-rasul Allah. DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus
Kukenal, Kupang: Gita Kasih, 2010, hlm. 197
4
DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang: Gita Kasih,
2010, hlm. 198
5
6
Pdt. Joseph Andi Soedjono. Presentasi disampaikan pada dialog intereligius di Gereja
Kristen Indonesia (GKI) Bromo, Malang 3 Desember 2013.
7
http://www.indonesianpapist.com/2011/10/ringkasan-sejarah-reformasi-protestan.html
religi,afektif,lalu hadir Gereja Pentakosta. Dan disebarkan melalui duta Zeending dari
belanda menuju ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Seorang rohaniwan Gustafo guteres, berkata bahwa Prihatin melihat gereja gereja
yang terpecah di amerika latin. “semua gereja dihadapkan dengan dua pilihan, gereja tertutup
(berlindung di bawah ensiklik dan dogma) Gereja terbuka (berani keluar dari dogma).
Pada hakikatnya ibadah dalam Kristiani itu sama, karena dalam ibadah terjadi
panggilan Ilahi dan gerakan Ilahi untuk datang dan bersyukur kepada Tuhan.
2.3 Buddha: Etika Moral Buddhisme
Ajaran agama Buddha adalah ajaran yang mengandung ajaran-ajaran moral
kehidupan. Dalam ajaran Buddha ajaran Moral tersebut terdapat dalam ajaran “Delapan Jalan
Kebenaran”8 yang dibagi menjadi 3 unsur yakni :
1. Unsur Kebijaksanaan
a. Pandangan yang benar
b. Niat yang benar
2. Unsur Tingkah Laku
a. Bicara yang benar
b. Tindakan yang benar
c. Mata pencarian yang benar
3. Unsur Disiplin Mental
a. Usaha yang benar
b. Pemusatan hati dan pikiran yang benar
c. Konsentrasi yang benar
Delapan Jalan Mulia adalah tuntunan hidup Buddhis. Dengan mengenal bahwa
penderitaan berawal dari ketidaktahuan dan hasrat9. Delapan Jalan Mulia menunjukkan satu
8
9
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 322-323
Ambisi, angan-angan. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 231.
jalan praktis untuk menghilangkan ketidaktahuan dan hasrat. Pokok utama jalan ini adalah
pengolahan kebijaksanaan, tingkah laku moral dan disiplin mental yang diperlukan untuk
menghilangkan ketidaktahuan dan hasrat.
Dalam Delapan Jalan Kebenaran dapat kita lihat bahwa terdapat unsur kebijaksanaan,
tuntunan moral dan tingkah laku, serta penyuguhan pemahaman dan disiplin mental yang
dibutuhkan untuk hidup sesuai kodrat10 yang benar eksistensi11.
Etika moral dan tingkah laku dalam agama Buddha telah kita ketahui memiliki tiga
poin yakni; bicara yang benar, tindakan yang benar, dan mata pencarian yang benar. Ketiga
hal ini merupakan dasar etika moral dan tingkah laku yang diajarkan dalam Buddhis kepada
umat-umatnya. Pandangan yang benar dan pikiran yang benar memberi dasar bagi tingkah
laku moral yang melibatkan pembicaraan yang benar, tindakan yang benar, dan mata
pencarian yang benar.
2.3.1
Bicara yang Benar12
Bicara yang benar pada umumnya berarti mencegah semua pembicaraan yang akan
melukai diri sendiri maupun orang lain. Dalam bentuk negatif, norma untuk berbicara benar
terdapat larangan untuk; (1)menipu, (2)fitnah, pembunuhan karakter dan embicaraan yang
bisa menimbulkan kebencian, iri hati, permusuhan atau percecokan di antara satu sama lain;
(3) pembicaraan yang keras atau kasar, pembicaraan jahat, bahasa yang tidak sopan atau
melecehkan; dan (4) gosip yang tidak erguna atau jahat dan cerewet. Dalam bentuk positif,
bicara benar berarti menceritakan kebenaran, berkta-kata dengan ramah dan bersahabat, dan
menggunakan bahasa dengan penuh arti serta bermanfaat. Hal ini juga melibatkan sikap
bahwa terkadang seorang perlu “berdiam diri dengan hati mulia” atau dalam artian lain
“rendah hati”.
2.3.2
Tindakan yang Benar13
10
Garis hidup, suratan takdir. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 329.
11
Keberadaan, kehadiran. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 168
12
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 327
13
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 327-328
Tindakan yang benar dalam arti negatif berarti tidak membunuh, tidak melukai,tidak
mencuri, tidak menipu, atau tidak terlibat dalam kegiatan seksual yang amoral. Dalam arti
positif, tindakan yang benar berarti bahwa perbuatan-perbuatan seorang bermaksud untuk
mendukung perdamaian dan kebahagiaan seraya menghargai martabat semua makhluk hidup.
Tingkah laku moral didasarkan pada belas kasih dan cinta terhadap sesama. Namun
belas kasih dan cinta kasih itu merupakan akibat kodrati dari pengakuan akan saling
ketergantungan terhadap segala sesuatu. Jika tidak ada sesuatu punyang memiliki eksistensi
yang independen (svabhava), maka segala sesuatu tergantung satu sama lain. Bila hal
demikian dipahami, maka tidak ada alasan mendasar lagi untuk bersikap ingat diri.
Konsekuensinya, ketidaktahuan dan ingat diri harus diganti dengan dengan kebijaksanaan
dan belas kasih.
2.3.3 Mata Pencarian yang Benar14
Hal ini memperluas tindakan yang benar dan pembicaraan yang benar menuju usaha
seorang untuk mencari nafkah hidup. Norma ini melarang usaha yang merugikan orang lain.
Secara khusus ini melarang (1) jual-beli narkoba; (2) perdagangan senjata; (3) pembuatan dan
penggunaan racun; (4) pembantaian binatang; (5) pelacuran dan perbudakan. Dalam arti
positif, norma untuk memperoleh mata pencarian yang benar memuat tuntutan bahwa
penghidupan seorang diperoleh dengan cara-cara terhormat, berguna, dan menolong.
Ajaran moral agama Buddha sebenarnya adalah ajaran moral yang sebenarnya telah
diberlakukan oleh masyarakat secara umum, dan bahkan telah menjadi hukum yang harus
ditaati oleh semua orang. Namun, dalam hal ini agama Buddha mengajarkan ajaran moral ini
secara lebih dalam dan lebih praktis, sehingga dapat dipelajari dan dilakukan secara lebih
nyata dalam kehidupan. Agama Buddha jelas mengajarkan dalam melakukan kebaikan bukan
hanya sekedar dengan kata-kata indah, namun juga dengan perbuatan yang nyata.
2.4 Katolik: Allah Tri Tunggal, Pribadi yang Maha Kudus
Agama Katolik adalah agama yang penuh dengan simbol-simbol atau tanda-tanda.
Dimana simbol-simbol digmbarkan sebagai kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Secara khusus simbol yang dipercayai oleh Gereja Katholik adalah Allah Tri Tunggal Maha
Kudus. Trinitas ini memang tidak dapat dilihat oleh kasat mata karena ini merupakan simbol
dan juga ajaran bagi umat Katolik. Simbol ini adalah iman yang hanya dapat dirasakan.
14
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 328
Sebenarnya sangat sulit menjelaskan tentang Trinitas ini, karena tidak ada kata atau bahasa
yang tepat untuk mengungkapkannya.
2.4.1
Pengertin Trinitas secara etimologis15
Secara etimologi Tri Tunggal Maha Kudus dapat dijelaskan sebagai berikut: Tri (dari
bahasa Sansekerta) yang berarti tiga, Tunggal berarti satu, maha adalah yang paling, dan
kudus adalah suci. Jadi Tri Tnggal Maha Kudus adalah tiga pribadi Tuhan sebagai Allah
Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, namun dalam satu wujud yang sempurna. Hal ini
dapat ditengkan seperti itu karena Gereja Katolik mengimani bahwa Allah telah hadir ke
dunia dalam wujud yang berbeda dan dengan tujuan-Nya yang berbeda pula.
2.4.2
Wujud Allah dan Tujuan-Nya
A. Bapa
Bapa menciptakan bumi. Dengan kasih-Nya Ia menciptakan bumi dengan segala isinya
termasuk manusia menurut gambaran-Nya dan sehingga semua baik adanya. Bapa
menciptakan manusia lewat debu dan pasir serta mengaruniakan akal, pikiran, dan budi
kepada manusia yang menjadikan manusia adalah makhluk yang lebih tinggi harkatnya
dibanding mahkluk ciptaan Tuhan yang lain.
B. Putera
Putera yaitu Yesus Kristus. Allah Bapa prihatin karena apa yang diciptakan perlahanlahan hancur, oleh karena itu Tuhan memberikan putera-Nya yang tunggal yang lahir dari
perawan Maria tak bernoda untuk menyelamatkan manusia, menebus manusia dan
memperbaiki hubungan yang rusak antara manusia dan Tuhan karena dosa asal dan dosa
manusia itu sendiri di dunia.
C. Roh Kudus
Roh Kudus adalah pribadi alah yang tidak nampak oleh kasat mata tapi dapat di rasakan
kehadiran-Nya yaitu lewat penyertaan-Nya, untuk membimbing, menguatkan, dan
menyembuhkan manusia. Untuk memperkuat kehadiran Roh Kudus dapat dilakukan dengan
sering berdoa. Doa adalah sumber kekuatan bagi umat Katolik, karena dari doa roh kudus
dapat berkarya dalam diri manusia untuk membimbing segala kegiatan yang dilakukannya.
15
Sr.Kristina Fransiska,CP,SH,M.Hum, Presentasi yang disampaikan pada dialog
intereligius di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Malang, 17 Desember 2013.
Allah yang digambarkan dalam tiga pribadi tersebut menggambarkan bahwa Allah secara
penuh memberikan segala-Nya demi keselamatan manusia. Hal ini menunjukkan Kasih Allah
yang tak dapat dibandingkan dengan apa pun, dan itu hanya untuk manusia sebagai makhluk
yang paling dikasihi-Nya.
3. SIMPULAN
3.1 Refleksi Penutup
Pendidikan nilai-nilai hidup dewasa ini telah menjadi seuatu hal yang sangat
ditekankan dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia pendidikan hal ini merupakan
sesuatu yang wjib diajarkan kepada para peserta didiknya. Tanpa kita sadari secara langsung
ternyata dalam setiap agama ternyata telah diajarkan bagaimana nilai-nilai itu telah diajarkan
sejak dahulu dan menjadi dasar bagi setiap agama dalam mewartakan ajarannya. Nilai
kehidupan adalah pedoman yang dimiliki setiap agama, karena pada hakikatnya nilai muncul
ketika agama belum muncul. Nilai hidup yang digali dalam setiap agama sebenarnya tidak
ada bedanya, hanya saja cara mengajarkannya yang mungkin sedikit berbeda dalam setiap
agama.
Agama sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar dalam pengajaran pendidikan
nilai-nilai kehidupan ini. Hal ini bisa penulis sampaikan karena agama adalah hal yang paling
dekat dengan manusia terutama manusia yang beragama. Karena pada zaman sekarang
manusia lebih melibatkan agama dalam segala aspek kehidupan. Jadi bila manusia dapat
mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar maka secara langsung manusia itu
juga telah mengamalkan nilai-nilai kehidupan yang merupakan dasar dari setiap ajaran
agama. Baik itu mengenai nilai kesetiaan, pembelajaran, ajaran moral, iman dan nilai-nilai
yang lain yang terkandung dalam setiap ajaran agama.
Nilai-nilai hidup dalam agama akan memberikan hal yang positif di dalam kehidupan
yang pliral ini. Hendaknya kita sebagai pemeluk agama sadar akan pentingnya kebersamaan
di dalam perbedaan ini. Kita hendanya menjadi pemeluk agama yang dapat mengamalkan
nilai-nilai hidup dari agama kita masing-masing sehingga tidak lagi mempermasalahkan
perbedaan agama ini. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam setiap ajaran agama hendaknya
kita jadikan senjata yang ampuh untuk menjadi semakin bersatu walaupun di dalam
perbedaan, bukan sebagai senjata untuk saling menyerang satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
1. DR. Woly, Nicolas J. Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal.Kupang: Gita
Kasih,2010
2. Koller, John. M. Filsafat Asia.Maumere: Penerbit Ledalero, 2010
Sumber Internet
1. http://www.indonesianpapist.com/2011/10/ringkasan-sejarah-reformasi-protestan.html
HIDUP BERAGAMA
“Dunia ini tak akan indah bila hanya dengan satu warna. Aku dan kamu beda,
tapi bersama bagai pelangi”
-Pee Wee Ganskins – Aku Bukan Musuhmu
1. PENGANTAR
Indonesia merupakan negara yang plural, dimana terdapat banyak suku, budaya, dan
yang paling mencolok adalah agama. Agama merupakan hal yang sangat rekat dengan
kehidupan manusia, karena hampir segala aspek kehidupan manusia dikaitkan dengan agama.
Di indonesia terdapat 6 agama yang diakui oleh pemerintah yakni; Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Agama-agama di Indonesia yang sangat
beragam tersebut tentunya memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan ini mengandung nilainilai yang sangat berguna bagi kehidupan banyak orang, terutama bagi para pemeluk agamaagama tersebut. Nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap agama tersebut menunjukkan bahwa
agama memang ada bukan karena hanya sebagai penghias dunia saja, melainkan karena
agama-agama tersebut mempunyai tujuan tertentu yang memang telah tertulis di dalam Kitab
Suci dari setiap agama sebagai dasar pedoman dalam kehidupan beragama dari para
pemeluknya.
Pada dasarnya setiap agama mempunyai nilai-nilai yang sama, hanya saja setiap
agama tersebut lebih mengutamakan nilai tertentu sebagai ciri khasnya. Meskipun setiap
agama hanya
mengutamakan nilai tertentu bukan berarti agama-agama tersebut
meninggalkan atau bahkan menyingkirkan nilai-nilai yang lain. Dalam setiap agama nilainilai yang lain dijadikan sebagai pendukung dan penguat dari nilai yang diutamakan,
sehingga nilai yang diutamakan itu bisa menjadi nilai yang sempurna, karena di dalam nilai
yang utama terkandung nilai-nilai yang lain tersebut.
Nilai-nilai yang saling mendukung satu dengan yang lainnya dapat membentuk
sebuah agama menjadi agama yang dewasa; yang dapat hidup di dalam pluralitas agama
dengan baik. Sebuah agama yang dapat menghidupi nilai-nilai dengan baik akan hidup
berdampingan dengan agama lain dengan damai karena tidak menekan, mengancam,
mendominasi, dan menghina agama yang lain. Agama bukan merupakan perbedaan yang
berarti dalam tujuan hidup tentram, damai, dan sejahtera karena sebenarnya mempunyai
tujuan yang sama dengan nilai-nilai kehidupan yang sama pula sebagai pegangan hidup.
2. BAHASAN
2.1 Islam: Pandangan Islam Tentang Para Rasul dan Nabi Allah
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa setiap agama memiliki nilai yang
dipegang dan dianut dalam kehidupannya. Di dalam agama Islam memiliki nilai-nilai yang
sangat penting, salah satunya adalah mengenai pandangan agama Islam tentang para rasul
Allah yang tentunya harus dianut oleh para emeluknya.
Ajaran agama Islam tentang iman kepada Rasul Allah terdapat pada Rukun Iman
agama Islam, di mana Rukun Iman dalam agama Islam ada 6 dan salah satunya adalah Iman
kepada Nabi dan Rasul Allah. Umat Islam mengimani bahwa Rasul dan Nabi Allah ada 300
Rusul, dan yang wajib dihafal sebanyak 25 Rasul1 Termasuk Isa Almasih2.
2.1.1
Hakikat Rasul dan Nabi Allah
Dalam Ajaran Islam Rasul adalah seorang yang dipilih Allah untuk menerima wahyu
yang diturunkan-Nya dan berkewajiban untuk memberitakan wahyu tersebut kepada umatnya
atau kepada segala bangsa. Sedangkan Nabi adalah seorang yang dipilih Allah untuk
menerima wahyu dari-Nya, namun tidak berkewajiban untuk memberitakan wahyu yang
diterimanya kepada umatnya. Dengan kata lain wahyu itu diperuntukkan bagi dirinya sendiri
melalui cara hidup sehari-hari yang mencerminkan bagaimana hidup menurut kehendak
Allah.3 Rasul dan Nabi adalah manusia biasa namun mereka adalah manusia yang istimewa
karena dapat terjaga dari perbuatan dosa. Hal ini bisa terjadi karena mereka mendapat wahyu
dari Allah sendiri. Namun meski demikian tidak berarti bahwa Rasul dan Nabi tidak
mengalami penggodaan atau pencobaan. Mereka pun tentunya mengalami godaan-godaan,
M. Qusyairi, “Pandangan Islam Tentang Para Rasul Allah,” Presentasi disampaikan pada
dialog intereligius di Kantor MUI, Malang, 26 November 2013
1
2
Yesus Kristus (Disebut di al-Qur’an dalam 14 surah secara terpencar-pencar) , Putra
Maryam. DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang:
Gita Kasih, 2010, hlm. 380, 382, 393.
DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang: Gita Kasih,
2010, hlm. 198
3
sebagaimana diinformasikan dalam al-Qur’an bahwa sebagai orang-orang beriman pasti
mengalami “ujian” dari Allah4
Umat Islam meyakini bahwa para Rasul dan Nabi memiliki sifat yang jujur, cerdas,
dan amanah (dapat dipercaya, dan mampu bertabligh/menyampaikan wahyu dari Allah
tersebut). Walaupun bersifat amanah Rasul dan Nabi tidak berwenang mengubah orang yang
kafir menjadi beriman sehingga mereka hanya menyampaikan Wahyu dari Allah. Para Rasul
dan Nabi Allah bertugas untuk mengadakan perubahan dan perbaikan kehidupan keberagaaan
dan akhlak manusia, yang didasarkan pada iman yang benar kepada Allah, yaitu iman yang
berpegang teguh pada keesaan Allah. Karena tugas seperti inilah sehingga orang yang
beriman haruslah pula beriman pada para Rasul dan Nabi5.
2.2 Kristen Protestan: Revormasi Gereja, Sejarah Protestanisme6
Lahirnya Gereja Kristen Protestan muncul ketika Gereja Katolik Barat mengalami
masalah-masalah di dalam tubuhnya, sehingga menimbulkan banyak pertentangan di dalam
Gereja sendiri. Pertentangan itu mengenai dogma-dogma dan ajaran Gereja yang dianggap
tidak sesuai lagi oleh sebagian umatnya. Setelah itu muncul tokoh-tokoh yang bernama
Martin Luther King, John Calvin dan John Knox, serta Raja Henry VIII 7. Tokoh-tokoh ini
adalah pelopor gerkan reformasi protestanisme. Dari reformasi ini muncul berbagai gereja
dari kaum protestan yakni :
a) Evangelikel yang berdasar pada Injil Lukas 4 : 18-19
b) Pentakostalis yang berdasar pada Kitab Kis : 1:8 : PGPI
c)
Dominikel :Karismatikel PGPII , yang berdasar pada Injil Mat 28: 19-20
Setelah itu muncul pula gerakan kontra reformasi yang melahirkan Gereja Roma
Katolik hingga sekarang. Setelah adanya gerakan reformasi yang dipelopori oleh Martin
Luther King, dengan ibadat yang masih mirip dengan Katolik , umat reformasi merasa bosan
dengan pola metodis yang begitu begitu saja, para umat merindukan sentuhan emosional,
Yakin akan rasul-rasul Allah. DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus
Kukenal, Kupang: Gita Kasih, 2010, hlm. 197
4
DR. Nicolas J. Woly, Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal, Kupang: Gita Kasih,
2010, hlm. 198
5
6
Pdt. Joseph Andi Soedjono. Presentasi disampaikan pada dialog intereligius di Gereja
Kristen Indonesia (GKI) Bromo, Malang 3 Desember 2013.
7
http://www.indonesianpapist.com/2011/10/ringkasan-sejarah-reformasi-protestan.html
religi,afektif,lalu hadir Gereja Pentakosta. Dan disebarkan melalui duta Zeending dari
belanda menuju ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Seorang rohaniwan Gustafo guteres, berkata bahwa Prihatin melihat gereja gereja
yang terpecah di amerika latin. “semua gereja dihadapkan dengan dua pilihan, gereja tertutup
(berlindung di bawah ensiklik dan dogma) Gereja terbuka (berani keluar dari dogma).
Pada hakikatnya ibadah dalam Kristiani itu sama, karena dalam ibadah terjadi
panggilan Ilahi dan gerakan Ilahi untuk datang dan bersyukur kepada Tuhan.
2.3 Buddha: Etika Moral Buddhisme
Ajaran agama Buddha adalah ajaran yang mengandung ajaran-ajaran moral
kehidupan. Dalam ajaran Buddha ajaran Moral tersebut terdapat dalam ajaran “Delapan Jalan
Kebenaran”8 yang dibagi menjadi 3 unsur yakni :
1. Unsur Kebijaksanaan
a. Pandangan yang benar
b. Niat yang benar
2. Unsur Tingkah Laku
a. Bicara yang benar
b. Tindakan yang benar
c. Mata pencarian yang benar
3. Unsur Disiplin Mental
a. Usaha yang benar
b. Pemusatan hati dan pikiran yang benar
c. Konsentrasi yang benar
Delapan Jalan Mulia adalah tuntunan hidup Buddhis. Dengan mengenal bahwa
penderitaan berawal dari ketidaktahuan dan hasrat9. Delapan Jalan Mulia menunjukkan satu
8
9
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 322-323
Ambisi, angan-angan. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 231.
jalan praktis untuk menghilangkan ketidaktahuan dan hasrat. Pokok utama jalan ini adalah
pengolahan kebijaksanaan, tingkah laku moral dan disiplin mental yang diperlukan untuk
menghilangkan ketidaktahuan dan hasrat.
Dalam Delapan Jalan Kebenaran dapat kita lihat bahwa terdapat unsur kebijaksanaan,
tuntunan moral dan tingkah laku, serta penyuguhan pemahaman dan disiplin mental yang
dibutuhkan untuk hidup sesuai kodrat10 yang benar eksistensi11.
Etika moral dan tingkah laku dalam agama Buddha telah kita ketahui memiliki tiga
poin yakni; bicara yang benar, tindakan yang benar, dan mata pencarian yang benar. Ketiga
hal ini merupakan dasar etika moral dan tingkah laku yang diajarkan dalam Buddhis kepada
umat-umatnya. Pandangan yang benar dan pikiran yang benar memberi dasar bagi tingkah
laku moral yang melibatkan pembicaraan yang benar, tindakan yang benar, dan mata
pencarian yang benar.
2.3.1
Bicara yang Benar12
Bicara yang benar pada umumnya berarti mencegah semua pembicaraan yang akan
melukai diri sendiri maupun orang lain. Dalam bentuk negatif, norma untuk berbicara benar
terdapat larangan untuk; (1)menipu, (2)fitnah, pembunuhan karakter dan embicaraan yang
bisa menimbulkan kebencian, iri hati, permusuhan atau percecokan di antara satu sama lain;
(3) pembicaraan yang keras atau kasar, pembicaraan jahat, bahasa yang tidak sopan atau
melecehkan; dan (4) gosip yang tidak erguna atau jahat dan cerewet. Dalam bentuk positif,
bicara benar berarti menceritakan kebenaran, berkta-kata dengan ramah dan bersahabat, dan
menggunakan bahasa dengan penuh arti serta bermanfaat. Hal ini juga melibatkan sikap
bahwa terkadang seorang perlu “berdiam diri dengan hati mulia” atau dalam artian lain
“rendah hati”.
2.3.2
Tindakan yang Benar13
10
Garis hidup, suratan takdir. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 329.
11
Keberadaan, kehadiran. Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm. 168
12
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 327
13
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 327-328
Tindakan yang benar dalam arti negatif berarti tidak membunuh, tidak melukai,tidak
mencuri, tidak menipu, atau tidak terlibat dalam kegiatan seksual yang amoral. Dalam arti
positif, tindakan yang benar berarti bahwa perbuatan-perbuatan seorang bermaksud untuk
mendukung perdamaian dan kebahagiaan seraya menghargai martabat semua makhluk hidup.
Tingkah laku moral didasarkan pada belas kasih dan cinta terhadap sesama. Namun
belas kasih dan cinta kasih itu merupakan akibat kodrati dari pengakuan akan saling
ketergantungan terhadap segala sesuatu. Jika tidak ada sesuatu punyang memiliki eksistensi
yang independen (svabhava), maka segala sesuatu tergantung satu sama lain. Bila hal
demikian dipahami, maka tidak ada alasan mendasar lagi untuk bersikap ingat diri.
Konsekuensinya, ketidaktahuan dan ingat diri harus diganti dengan dengan kebijaksanaan
dan belas kasih.
2.3.3 Mata Pencarian yang Benar14
Hal ini memperluas tindakan yang benar dan pembicaraan yang benar menuju usaha
seorang untuk mencari nafkah hidup. Norma ini melarang usaha yang merugikan orang lain.
Secara khusus ini melarang (1) jual-beli narkoba; (2) perdagangan senjata; (3) pembuatan dan
penggunaan racun; (4) pembantaian binatang; (5) pelacuran dan perbudakan. Dalam arti
positif, norma untuk memperoleh mata pencarian yang benar memuat tuntutan bahwa
penghidupan seorang diperoleh dengan cara-cara terhormat, berguna, dan menolong.
Ajaran moral agama Buddha sebenarnya adalah ajaran moral yang sebenarnya telah
diberlakukan oleh masyarakat secara umum, dan bahkan telah menjadi hukum yang harus
ditaati oleh semua orang. Namun, dalam hal ini agama Buddha mengajarkan ajaran moral ini
secara lebih dalam dan lebih praktis, sehingga dapat dipelajari dan dilakukan secara lebih
nyata dalam kehidupan. Agama Buddha jelas mengajarkan dalam melakukan kebaikan bukan
hanya sekedar dengan kata-kata indah, namun juga dengan perbuatan yang nyata.
2.4 Katolik: Allah Tri Tunggal, Pribadi yang Maha Kudus
Agama Katolik adalah agama yang penuh dengan simbol-simbol atau tanda-tanda.
Dimana simbol-simbol digmbarkan sebagai kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Secara khusus simbol yang dipercayai oleh Gereja Katholik adalah Allah Tri Tunggal Maha
Kudus. Trinitas ini memang tidak dapat dilihat oleh kasat mata karena ini merupakan simbol
dan juga ajaran bagi umat Katolik. Simbol ini adalah iman yang hanya dapat dirasakan.
14
John. M. Koller, Filsafat Asia, Maumere: Penerbit Ledalero, 2010, hlm. 328
Sebenarnya sangat sulit menjelaskan tentang Trinitas ini, karena tidak ada kata atau bahasa
yang tepat untuk mengungkapkannya.
2.4.1
Pengertin Trinitas secara etimologis15
Secara etimologi Tri Tunggal Maha Kudus dapat dijelaskan sebagai berikut: Tri (dari
bahasa Sansekerta) yang berarti tiga, Tunggal berarti satu, maha adalah yang paling, dan
kudus adalah suci. Jadi Tri Tnggal Maha Kudus adalah tiga pribadi Tuhan sebagai Allah
Bapa, Allah Putera, dan Allah Roh Kudus, namun dalam satu wujud yang sempurna. Hal ini
dapat ditengkan seperti itu karena Gereja Katolik mengimani bahwa Allah telah hadir ke
dunia dalam wujud yang berbeda dan dengan tujuan-Nya yang berbeda pula.
2.4.2
Wujud Allah dan Tujuan-Nya
A. Bapa
Bapa menciptakan bumi. Dengan kasih-Nya Ia menciptakan bumi dengan segala isinya
termasuk manusia menurut gambaran-Nya dan sehingga semua baik adanya. Bapa
menciptakan manusia lewat debu dan pasir serta mengaruniakan akal, pikiran, dan budi
kepada manusia yang menjadikan manusia adalah makhluk yang lebih tinggi harkatnya
dibanding mahkluk ciptaan Tuhan yang lain.
B. Putera
Putera yaitu Yesus Kristus. Allah Bapa prihatin karena apa yang diciptakan perlahanlahan hancur, oleh karena itu Tuhan memberikan putera-Nya yang tunggal yang lahir dari
perawan Maria tak bernoda untuk menyelamatkan manusia, menebus manusia dan
memperbaiki hubungan yang rusak antara manusia dan Tuhan karena dosa asal dan dosa
manusia itu sendiri di dunia.
C. Roh Kudus
Roh Kudus adalah pribadi alah yang tidak nampak oleh kasat mata tapi dapat di rasakan
kehadiran-Nya yaitu lewat penyertaan-Nya, untuk membimbing, menguatkan, dan
menyembuhkan manusia. Untuk memperkuat kehadiran Roh Kudus dapat dilakukan dengan
sering berdoa. Doa adalah sumber kekuatan bagi umat Katolik, karena dari doa roh kudus
dapat berkarya dalam diri manusia untuk membimbing segala kegiatan yang dilakukannya.
15
Sr.Kristina Fransiska,CP,SH,M.Hum, Presentasi yang disampaikan pada dialog
intereligius di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Malang, 17 Desember 2013.
Allah yang digambarkan dalam tiga pribadi tersebut menggambarkan bahwa Allah secara
penuh memberikan segala-Nya demi keselamatan manusia. Hal ini menunjukkan Kasih Allah
yang tak dapat dibandingkan dengan apa pun, dan itu hanya untuk manusia sebagai makhluk
yang paling dikasihi-Nya.
3. SIMPULAN
3.1 Refleksi Penutup
Pendidikan nilai-nilai hidup dewasa ini telah menjadi seuatu hal yang sangat
ditekankan dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia pendidikan hal ini merupakan
sesuatu yang wjib diajarkan kepada para peserta didiknya. Tanpa kita sadari secara langsung
ternyata dalam setiap agama ternyata telah diajarkan bagaimana nilai-nilai itu telah diajarkan
sejak dahulu dan menjadi dasar bagi setiap agama dalam mewartakan ajarannya. Nilai
kehidupan adalah pedoman yang dimiliki setiap agama, karena pada hakikatnya nilai muncul
ketika agama belum muncul. Nilai hidup yang digali dalam setiap agama sebenarnya tidak
ada bedanya, hanya saja cara mengajarkannya yang mungkin sedikit berbeda dalam setiap
agama.
Agama sebenarnya memiliki peranan yang sangat besar dalam pengajaran pendidikan
nilai-nilai kehidupan ini. Hal ini bisa penulis sampaikan karena agama adalah hal yang paling
dekat dengan manusia terutama manusia yang beragama. Karena pada zaman sekarang
manusia lebih melibatkan agama dalam segala aspek kehidupan. Jadi bila manusia dapat
mengamalkan ajaran agamanya dengan baik dan benar maka secara langsung manusia itu
juga telah mengamalkan nilai-nilai kehidupan yang merupakan dasar dari setiap ajaran
agama. Baik itu mengenai nilai kesetiaan, pembelajaran, ajaran moral, iman dan nilai-nilai
yang lain yang terkandung dalam setiap ajaran agama.
Nilai-nilai hidup dalam agama akan memberikan hal yang positif di dalam kehidupan
yang pliral ini. Hendaknya kita sebagai pemeluk agama sadar akan pentingnya kebersamaan
di dalam perbedaan ini. Kita hendanya menjadi pemeluk agama yang dapat mengamalkan
nilai-nilai hidup dari agama kita masing-masing sehingga tidak lagi mempermasalahkan
perbedaan agama ini. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam setiap ajaran agama hendaknya
kita jadikan senjata yang ampuh untuk menjadi semakin bersatu walaupun di dalam
perbedaan, bukan sebagai senjata untuk saling menyerang satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
1. DR. Woly, Nicolas J. Saudaraku di Serambi Iman Yang Harus Kukenal.Kupang: Gita
Kasih,2010
2. Koller, John. M. Filsafat Asia.Maumere: Penerbit Ledalero, 2010
Sumber Internet
1. http://www.indonesianpapist.com/2011/10/ringkasan-sejarah-reformasi-protestan.html