PENGEMBANGAN KELAPA SEBAGAI KOMODITI UNGgulan

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGEMBANGAN KELAPA SEBAGAI KOMODITI UNGGULAN DAERAH
SULAWESI UTARA DENGAN PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI
COCONUT DEVELOPMENT AS AN ADVANTAGE COMMODITY AT
NORTH SULAWESI PROVINCIAL WITH INDUSTRY CLUSTER
APPROACH
Caroline Betsy Diana Pakasi
Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado
Provinsi Sulawesi Utara
Email: pakasiellen@yahoo.com ; Telepon : 0431-864460

ABSTRAK
Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Utara
memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Kelapa ( cocos
nucifera ) adalah tanaman perkebunan yang memberikan kontribusi terbesar dalam
produksi dan ekspor. Sebagian besar petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara,

mengolah hasil kebun kelapa menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya kualitas
kopra rendah sehingga mempengaruhi harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan
sangat tergantung pada industri minyak. Dampaknya sangat dirasakan petani pemilik
kebun kelapa dan petani pengolah. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai komoditi
unggulan daerah maka tanaman kelapa harus dikembangkan baik dari sisi on farm di
perkebunan atau diversifikasi horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan atau
diversifikasi vertikal. Pendekatan klaster industri adalah salah satu kebijakan dari
pemerintah pusat yakni Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan kelapa
sebagai komoditi unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing komoditi dan
produk turunannya. Konsep pengembangan diversifikasi vertical dengan pendekatan
klaster industri tersebut akan dikaji dalam paper ini,khususnya tahapan pengembangan
dengan pendekatan klaster industri untuk tanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara.
Kajian ini bertujuan: (1) Melakukan identifikasi potensi tanaman kelapa dan turunannya
dan (2) Mengkaji pendekatan klaster sebagai upaya pengembangan kelapa sebagai
komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara.
Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : (1) Kondisi perkelapaan di Sulawesi
Utara dari sisi produksi menunjukkan peningkatan walaupun tingkat produktivitas
menurun, namun produk turunan kelapa masih memberikan kontribusi terbesar sebagai
komoditi ekspor dan (2) Pengembangan Kelapa dengan klaster industri dapat
meningkatkan perekonomian daerah dan daya saing komoditi serta produk turunan, juga

mengakselerasi peningkatan produktivitas usahatani kelapa baik dengan diversifikasi
vertical maupun diversifikasi horizontal. Selain itu tercipta industri baru di daerah.
250

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

Saran/Rekomendasi yakni : (1) Upaya peremajaan perkebunan kelapa terus ditingkatkan
agar meningkatkan produksi dan produktivitas perkebunan kelapa dan terus melakukan
diversifikasi dengan konsep zero waste untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
produk turunan kelapa sebagai komoditi ekspor dan domestik; (2) Harus meningkatkan
Sinergitas dan Intensitas stakeholder klaster, agar supaya dapat mengakselerasi semua
anggota klaster untuk tumbuh bersama dalam industri berbahan baku kelapa sehingga
akan meningkatkan daya saing industri kelapa
Kata Kunci : Kelapa, Komoditi Unggulan, Klaster Industri
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Sektor pertanian sebagai sektor unggulan di Provinsi Sulawesi Utara
memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian daerah. Dari lima sub sektor
pertanian, sub sektor perkebunan dan perikanan merupakan sub sektor yang terbesar
kontribusinya.
Perkebunan berkaitan erat dengan perekonomian dan memegang
peranan penting di daerah. Berdasarkan luasan areal, perkebunan masih mempunyai
areal yang cukup luas. Data luasan perkebunan rakyat menunjukkan bahwa luasan
perkebunan tanaman kelapa selang tahun 2009 hingga 2011 menunjukkan peningkatan
dimana pada Tahun 2009 Provinsi Sulawesi Utara memiliki luasan pertanaman kelapa
263.744,69 ha dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 266.147,36 ha dan tahun 2011
luasan pertanaman kelapa meningkat menjadi 267.350,79. Peningkatan luasan
disebabkan adanya areal perkebunan yang diremajakan walaupun terdapat juga lahan
pertanaman kelapa yang dialihfungsikan. Sebagai komoditi perkebunan unggulan,
tanaman kelapa dominan terdapat di perkebunan rakyat.
Terdapat tiga komoditi yang berada pada urutan tertinggi berdasarkan luasan
perkebunan rakyat yakni tanaman kelapa, cengkeh dan pala. Tanaman kelapa yang
disebut sebagai pohon kehidupan, memiliki manfaat yang berasal dari semua bagian
tanaman, dari akar, batang, daun, lidi dan buah, semuanya dapat dimanfaatkan. Bahkan
buah kelapa yang terdiri dari sabut, tempurung, daging dan air kelapa, semuanya dapat
dimanfaatkan, dan merupakan bahan baku bagi industri pengolahan kelapa di Provinsi

Sulawesi Utara. Pengembangan tanaman kelapa, saat ini harus terus diupayakan, karena
terdapat banyak tanaman yang sudah tidak produktif akibat umur tanaman yang tua dan
serangan hama penyakit. Disatu sisi, kebutuhan terhadap tanaman kelapa terus
meningkat baik untuk konsumsi rumahtangga maupun untuk bahan baku industri.
Proses pengolahan komoditi kelapa yang umum diproduksi oleh petani pengolah
adalah produk kopra. Produk kopra merupakan produk olahan yang biasanya dilakukan
ditingkat petani dan pakopraan di lokasi kebun kelapa. Hasil kopra merupakan bahan
baku bagi pabrik pengolahan minyak kelapa dalam bentuk Crude Coconut Oil
(CCO/CNO) yang dapat diolah menjadi produk lebih berkualitas seperti Minyak yang di
refinery, di bleaching dan di deodorize (RBD). Produk olahan minyak inipun masih

251

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

merupakan bahan baku untuk produk olahan yang bernlai tambah seperti produk

cocochemical.
Sebagian besar petani kelapa di Provinsi Sulawesi Utara, mengolah hasil kebun
kelapa menjadi kopra dengan cara diasap. Akibatnya kualitas kopra rendah sehingga
mempengaruhi harga jual kopra yang sangat fluktuatif dan sangat tergantung pada
industri minyak. Dampaknya sangat dirasakan petani pemilik kebun kelapa dan petani
pengolah. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagai komoditi unggulan daerah maka
tanaman kelapa harus dikembangkan baik dari sisi on farm di perkebunan atau
diversifikasi horizontal maupun sisi off farm pada pengolahan atau diversifikasi vertikal.
Pendekatan klaster industri adalah salah satu kebijakan dari pemerintah pusat
yakni Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan kelapa sebagai komoditi
unggulan dalam rangka meningkatkan daya saing komoditi dan produk turunannya.
Konsep pengembangan diversifikasi vertical dengan pendekatan klaster industri tersebut
akan dikaji dalam paper ini,khususnya tahapan pengembangan dengan pendekatan
klaster industri untuk tanaman kelapa di Provinsi Sulawesi Utara.
Tujuan
Kajian ini bertujuan :
1. Melakukan identifikasi potensi tanaman kelapa dan turunannya
2. Mengkaji pendekatan klaster sebagai upaya pengembangan kelapa sebagai
komoditi unggulan daerah Sulawesi Utara
POTENSI TANAMAN KELAPA DAN TURUNANNYA

Komoditi Kelapa dan Produk Turunan Kelapa
Tanaman kelapa menghasilkan buah kelapa yang dimanfaatkan semua
bagiannya menjadi produk yang bernilai tambah. Daging Buah kelapa biasanya diolah
menjadi kopra, yang merupakan produk semi raw material yang digunakan sebagai
bahan baku industri pengolahan minyak. Gambar 1 menunjukkan gambar kelapa dan
kopra.
Gambar 1. Kelapa dan Kopra

Tanaman kelapa dikenal sebagai pohon yang mempunyai banyak kegunaan,
mulai dari akar sampai daun, untuk digunakan sebagai bahan baku produk non-kuliner,
252

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

kuliner/makanan, produk industri dan produk obat-obatan. Bagi banyak negara di
dunia,tanaman ini disebut sebagai "Pohon Kehidupan". Daun kelapa dapat

dimanfaatkan untuk membuat sapu lidi, sedangkan dari bunga kelapa dapat disadap
niranya yang kemudian dapat diproses menjadi gula kelapa. Kayu kelapa yang berasal
dari batang pohon kelapa kini banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan disamping
sebagai bahan baku untuk pembuatan furniture. Daging buah kelapanya sendiri sudah
sejak lama dimanfaatkan masyarakat untuk memproduksi santan kelapa yang banyak
dibutuhkan untuk kebutuhan memasak sebagai bumbu dapur. Santan kelapa juga dapat
diproses lebih lanjut menjadi minyak goreng kelapa (klentik) yang memiliki aroma yang
sangat khas. Selain dapat diparut untuk diambil santannya, daging buah kelapa juga
dapat diproses terlebih dahulu menjadi kopra.
Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah
satu produk turunan kelapa yang sangat penting,karena merupakan bahan baku
pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Membuat kopra yang baik diperlukan kelapa
yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg.Teknik
pengolahan kopra ada empat macam, yaitu Pengeringan dengan sinar matahari ( sun
drying); Pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke curing or
drying); Pengeringan dengan pemanasan tidak langsung ( indirect drying ); Pengeringan
menggunakan solar system (tenaga panas matahari). Kopra yang baik, memiliki
kandungan air 6% – 7% agar tidak mudah terserang organisme pengganggu. Kerusakan
yang terjadi pada kopra, umumnya disebabkan oleh serangan bakteri dan serangan
cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air dalam kopra tinggi,

kelembaban udara mencapai 80% atau lebih dan suhu atmosfer mencapai 30°C.
Cendawa yang sering menyerang kopra adalah cendawan Rhizopus sp, Aspergillus
niger , dan Penicillium glaucum.
Terdapat 4 kualitas kopra, yang diantaranya adalah highgrade copra dan mixed
copra Kopra sendiri merupakan bahan baku utama untuk pembuatan minyak kopra.
Baik kopra maupun minyak kopra selama ini menjadi komoditi dagang yang banyak
dicari importir dari mancanegara.Di luar negeri kopra umumnya dipergunakan sebagai
bahan dasar bagi industri minyak kopra atau minyak kelapa (coconut oil) dan lemak.
Namun demikian, dalam industri minyak kelapa dan lemak, kualitas kopra sangatlah
menentukan kualitas produk akhir minyak kelapa dan lemak yang dihasilkan.
Diversifikasi usahatani secara vertikal berarti menganekaragamkan produk
usahatani disertai dengan peningkatan mutu dan menghasilkan produk yang
memberikan nilai tambah dan lebih kompetitif. Peluang untuk meningkatkan
pendapatan petani kelapa melalui pelaksanaan diversifikasi vertikal pada dasarnya
sangat terbuka mengingat tersedianya luas areal dan produksi kelapa sebagai bahan
baku industri yang cukup mendukung, serta banyaknya industri dalam negeri yang
masih memerlukan bahan baku, dan teknologi pengolahan yang tersedia. Dengan
demikian komoditi kelapa sebagai bahan baku mempunyai banyak peluang untuk

253


Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

melakukan diversifikasi produk olahannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Tarigans
(2005), bahwa pemanfaatan kelapa untuk menghasilkan aneka ragam produk olahan
dapat dilakukan dari bagian-bagian kelapa seperti daging buah, air kelapa, tempurung,
sabut, dan tandan bunga. Bahkan dari batang kelapa telah banyak digunakan sebagai
bahan bangunan dan pembuatan produk rumah tangga (furniture).
1) Daging Kelapa
Daging kelapa dapat diolah menjadi kopra dengan cara mengeringkan
daging kelapa segar dengan dijemur maupun panas buatan ataupun kombinasinya.
Selain itu daging kelapa juga dapat diproses menjadi kelapa parut kering
(desiccated coconut) dan santan pekat yang bernilai ekonomis tinggi. Pengolahan
produk ini pada tingkat petani sukar diadopsi mengingat, modal, peralatan serta
teknologi yang diterapkan dalam proses produksinya sukar dijangkau oleh petani
yang masih memiliki keterbatasan. Selain itu kopra atau daging kelapa segar dapat

diproses menjadi minyak kelapa (crude coconut oil) dan minyak kelapa murni
(virgin coconut oil).
Pengolahan kelapa segar menjadi minyak kelapa murni sangat prospektif
karena produk ini memiliki banyak kegunaan serta harga yang tinggi. Kegiatan
pengolahan produk ini dapat dilakukan pada tingkat petani, tanpa memerlukan
modal serta peralatan yang mahal. Hasil kegiatan pengurangan kemiskinan petani
kelapa yang disponsori oleh COGENT di Indonesia telah membuktikan bahwa
pengolahan daging kelapa segar menjadi minyak kelapa murni mampu
meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan petani kelapa setempat
(Tarigans 2005).
2) Air Kelapa
Air kelapa selain dapat diolah menjadi kecap dan asam cuka, juga dapat
diolah menjadi sari kelapa (nata de coco). Secara kimiawi nata de coco merupakan
selulosa yang mengandung air sekitar 98 persen yang tergolong sebagai makanan
berkalori rendah, sehingga cocok untuk keperluan diet, dengan demikian dapat
dijadikan konsumsi bagi setiap orang. Pengembangan produk ini di tingkat petani
sangat prospektif karena teknologi pengolahannya mudah diadopsi serta
pemasarannya cukup mudah dan harga produknya menguntungkan (Tarigans
2005).
3) Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa dapat dijadikan produk kerajinan dan barang-barang
souvenir yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi. Selain itu, tempurung dapat
pula digunakan sebagai bahan pengisi industri kayu lapis, asbes dan obat nyamuk.
Lebih jauh, tempurung kelapa juga bisa diolah menjadi arang tempurung yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar atau dijadikan arang aktif yang memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi.
254

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

4) Sabut Kelapa
Sabut kelapa dapat dijadikan kerajinan rumah tangga seperti sapu, karpet,
tambang atau tali. Disamping itu, juga dapat dibuat menjadi sabut kelapa berkaret
(rubberized coir fibre) untuk keperluan jok mobil, kursi, kasur, penyaring udara,
peredam panas dan suara untuk konstruksi bangunan. Produk olahan sabut yang
memiliki ekonomi tinggi di Vietnam terkenal dengan nama geotextile sedang di
Filipina dikenal dengan nama produk ecomat, ecolog dan twine, dipakai untuk
mencegah erosi tanah pada konstruksi jalan bertopografi miring (biodegradable
erosion control products).
5) Tandan Bunga
Salah satu produk yang dapat dihasilkan dalam usahatani kelapa adalah gula
merah melalui penyadapan tandan bunga (inflorescense) dan dilanjutkan
pengolahan nira yang dihasilkan. Pengolahan nira menjadi gula kelapa dapat
dilakukan petani karena cara pengolahannya sangat sederhana serta tidak
memerlukan modal kerja yang besar.
6) Jantung kelapa dan getah
Seperti jenis palma lainnya, jantung dari palma kelapa rasanya lezat.
Jantung kelapa yang bertekstur lembut yang berada dipuncak batang, dikenal juga
dengan palma kubis (Palm cabbage). Palma kelapa menghasilkan salah satu
jantung palma terberat, yang bisa mencapai sampai 12 kg. Getah yang manis, yang
disebut 'toddy' disadap dari batang-batang bunga yang belum terbuka. Untuk
mengumpulkan getahnya, dasar batang dipukul dengan palu dan dibuat lobang atau
celah kecil pada kulit yang menutupi batang-batang bunga. Wadah diletakkan di
bawah celah atau lubang untuk menampung cairan yang keluar. Getah ini dapat
direbus untuk menambah kelezatan gula aren. Gula aren difermentasikan ke dalam
anggur yang mengandung alcohol yang kemudian dapat didestilasi menjadi
minuman keras yang disebut ‘arak’. Anggur kelapa diproduksi sebagai produk
sampingan dari cuka kelapa.

255

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Gambar. 2.4. Produk Turunan Kelapa

Sumber : Kemenperin, 2012
Kondisi Eksisting Perkebunan Kelapa di Sulawesi Utara
1) Luas Lahan
Data luasan tanaman kelapa berdasarkan Kabupaten Kota di Provinsi
Sulawesi Utara disajikan pada Gambar 1.

256

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

Sumber : Dinas Perkebunan Sulut, 2011, diolah
Luasan lahan perkebunan kelapa tersebar di 15 Kabupaten kota di Provinsi
Sulawesi Utara. Luasan terbesar adalah di Kabupaten Minahasa Selatan yang
merupakan sentra perkebunan kelapa di Sulawesi Utara. Berdasarkan data luas
lahan, produktivitas tanaman kelapa di Sulawesi Utara mengalami trend menurun
sebagai akibat dari umur tanaman yang semakin tua. Gambar 2 menyajikan data
produksi kelapa di Sulawesi Utara.
Gambar 2. Produksi Kelapa Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara, Data diolah, 2012
257

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Sebagai komoditi unggulan daerah dan menguasai luasan lahan dan
produksi komoditi perkebunan, komoditi kelapa tetap dicari karena digunakan
sebagai bahan baku bagi industri pengolahan minyak dan industri berbahan baku
kelapa lainnya. Pengolahan komoditi kelapa tercermin dari beberapa produk
unggulan asal Sulawesi Utara yang menjadi contributor terbesar ekspor daerah.
Data ekspor Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa 67.75% dari Total
Volume Ekspor merupakan produk kelapa dan turunannya sedangkan 62.67% dari
Nilai Ekspor Sulawesi Utara berasal dari produk kelapa dan turunannya dan
terdapat 15 produk ekspor turunan kelapa dari total 79 Komoditi Ekspor dari
Sulawesi Utara. (DisPerindag, 2010). Data turunan kelapa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Ekspor Industri Pengolahan Kelapa di SULUT, 2011

No

Produk

Volume Ekspor
Kontribusi
(kg)

Nilai Ekspor
(US$)

Nilai
ekspor/unit Kontribusi
(US$/kg)

1

coconut charcoal

1,624,230

0.28

875,606

0.54

0.15

2

Coconut choir

30,000

0.01

6,000

0.20

0.00

3

Coconut Fatty Acid
7,569,857
Distillate

1.30

5,234,957

0.69

0.89

4

copra

511,820

0.09

5,214,261.30

10.19

0.89

5

coconut fibre

253,000

0.04

63,250

0.25

0.01

6

coconut flooring

3,061

0.00

3,732

1.22

0.00

7

coconut shell

30,000.00

0.01

6,000.00

0.20

0.00

8

coconut wood

31,357.20

0.01

25,633.85

0.82

0.00

9

copra expeller

33,158,380.00

5.71

3,411,371.20

0.10

0.58

11,450,000.00

1.97

1,029,600.00

0.09

0.18

42,697,500.00

7.35

4,283,679.00

0.10

0.73

5,000,000.00

0.86

550,000.00

0.11

0.09

10 copra extraction
copra exraction
pellets
12 copra pellet
11

13 Crude Coconut Oil 164,722,315.00 28.34

222,776,734.06 1.35

37.97

14 Desiccated coconut 10,445,321.02

11,192,348.79

1.91

15 RBD coconut Oil

1.80

116,148,915.00 19.98

1.07

113,080,642.35 0.97

19.27

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan SULUT, 2011
Data ekspor yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa komoditi ekspor
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor Sulawesi Utara adalah
258

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

komoditi/produk turunan dari perkebunan, yakni minyak kelapa kasar yang merupakan
produk olahan dari komoditi kelapa dalam yang merupakan komoditi unggulan
Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa turunan komoditi kelapa sebagai komoditi ekspor
yakni minyak goreng kelapa, tepung kelapa dan bungkil kopra.
PENDEKATAN KLASTER INDUSTRI
Pengembangan Klaster industri adalah pendekatan topdown dari Kementerian
Perindustrian RI dalam rangka merealisasikan target dalam visi pembangunan industri
nasional seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional. Targetnya adalah Mencapai Indonesia sebagai
Negara Industri Tangguh pada tahun 2025 dan memiliki visi antara yakni pada tahun
2020 sebagai industri Maju Baru, sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995
(Kemenperind, 2012). Selain pengembangan klaster industri, harus ada sinergi dan
integrasi antara pemerintah pusat dan daerah. Terdapat 35 klaster industri prioritas yang
didesign dari pusat berdasarkan industri unggulan daerah. Pendekatan bottom up juga
dilakukan oleh kementerian perindustrian dengan kompetensi inti industri daerah yang
merupakan keunggulan daerah yang diharapkan akan berdaya saing. Pendekatan
kompetensi inti saling terkait dengan penetapan klaster industri di daerah.
Klaster Industri didefinisikan sebagai Aglomerasi perusahaan yang
membentuk kerjasama strategis dan komplementer serta memiliki hubungan yang
intensif. Perspektif klaster adalah : (1) Penelusuran rantai nilai ( value chain); (2) Setiap
perusahaan merupakan bagian inherent dari klaster; (3) Industri inti sebagai gerbong
penghela klaster; (4) Kompetensi inti dan aliansi strategis; dan (5) Membentuk platform
daya saing ke arah keungggulan kompetitif yang berkelanjutan ( sustainable competitive
advantage).
Terdapat empat elemen dari klaster yakni : (1) Aglomerasi perusahaan (cluster );
(2) Nilai Tambah (value added) dan Mata Rantai Nilai (value chain); (3) Jaringan
Pemasok; dan (4) Infrastruktur Ekonomi. Elemen Aglomerasi perusahaan adalah
terjadinya pengelompokan dan kerjasama dimana kelompok memiliki visi yang sama,
kesamaan kepentingan dan saling percaya serta terdapat pertimbangan tekno-ekonomi
seperti memiliki skala ekonomi, produktivitas, dan biaya. Elemen Nilai Tambah dalam
klaster dapat diformulasikan sebagai berikut :
NT = Nilai Output – Nilai Input
NT = Labour Contribution (LC) + Capital Contribution (CC)
Elemen Mata Rantai Nilai didefinisikan menurut Porter, 1988 adalah hubungan
nilai faktor (modal, tenaga kerja, lahan, entrepreneurship) dari perusahaan produktif
dalam perekonomian yang bersangkutan dan lebih didasarkan pada inovasi dan
diferensiasi strategis. Sedangkan Wirabrata, 2000 menyatakan bahwa mata rantai nilai
merupakan Integrasi penuh dari kegiatan sepanjang rantai nilai yang akan melibatkan
kegiatan litbang, rancangan awal produksi, kegiatan perbaikan, persiapan prototipe,
259

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

rancangan proses, pengadaan komponen dan material, sub-rakitan, rakitan akhir,
jaminan mutu, distribusi dan pemasaran. Elemen Jaring Pemasok dalam klaster sebagai
elemen kritis dalam pembentukan klaster yang memiliki konsentrasi dalam kompetensi
diri, memiliki mutu dengan standar internasional, sebagai Mitra kerja dan sebagai
pemasok (Porter, 1998). Elemen Infrastruktur ekonomi dalam klaster terdiri dari
Infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang berfungsi sebagai katalis
pertumbuhan suatu klaster, serta bersifat dinamis, solid dan sensitive.
Untuk konsep pengembangan klaster industri, terdapat tiga pendekatan yakni :
(1) Keterkaitan internasional (MNC driven); (2) Sumber daya (Resources driven); dan
(3) Kebijakan khusus (policy driven). Martani, 1997 menyatakan bahwa pengembangan
klaster industri dapat dilakukan dengan melakukan aliansi strategis. Program aliansi
yang dapat dilakukan adalah mensinergikan masing-masing kekuatan (kompetensi inti),
mempercepat sistem operasi, melakukan transfer teknologi; memperluas pasar dan
memanfaatkan akses informasi melalui teknologi untuk mendapatkan pasar (konsep
market intelegence).
Pengembangan klaster industri dapat dilakukan dengan konsep Kompetensi Inti,
yang menurut Prahalad dan Kotler, 2008 adalah Kumpulan ketrampilan dan teknologi,
Aset yang memiliki keunikan tinggi, Hasil collective learning , Sumber keunggulan
bersama, dan sulit ditiru, dengan aplikasi yang luas (flexible specialization) . Klaster
yang tumbuh dengan baik, bila klaster memiliki tujuan yang jelas dan visioner. Karena
itu, pembentukan klaster industri harus dengan pendekatan manajemen strategi. Yang
terutama, klaster harus memiliki visi. Klaster dengan visinya, harus dirumuskan
bersama oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder ).
Siklus kluster industri adalah terbentuknya Klaster yang dinamis atau kuat yang
diimbangi dengan tersedianya infrastruktur ekonomi yang kuat dan sensitive. Terdapat
Investasi baru dan menyerap tenaga kerja serta sebagai Mitra usaha baru dan teknologi
baru. Kemitraan pemerintah dan swasta merupakan kolaborasi dalam rangka
memperkuat klaster industri. Terdapat beberapa strategi melakukan kolaborasi dengan
pemerintah dan swasta yakni: (1) Pemerintah sebagai unsur pendukung; (2) terdapat
harmonisasi pembangunan sektoral dan spatial; (3) Swasta sebagai pelaku utama; dan
(4) terbentuk Kemitraan (partnership) antara pemerintah dan swasta yang harmonis.
Berdasarkan 4 pendekatan tersebut, diharapkan kolaborasi akan terbentuk untuk
mengkselerasi klaster industri di daerah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan klaster industri adalah : (1)
Peran serta aktif seluruh stakeholder ; (2) Fokus permasalahan benar-benar
teridentifikasi; (3) memiliki Data yang relevan; (4) terdapat Keterbukaan antar
pemangkukepentingan dalam klaster; (5) Adanya Kemauan untuk belajar dan
meningkatkan pengetahuan serta teknologi; dan (5) Memiliki Kemampuan menyusun
rencana aksi. Intensitas yang tercipta dalam klaster, akan menggerakkan semua
stakeholder klaster, sehingga bergeraknya champion industri dalam klaster, akan
260

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

menggerakkan seluruh anggota klaster dan memberi dampak ekonomi terhadap anggota
klaster. Semua stakeholder akan tumbuh bersama, dengan rasa saling memiliki, saling
terkait dan saling membutuhkan.
Perkembangan dalam klaster akan menjadi
perkembangan pada jaring pemasok dan dalam proses spill off terhadap terciptanya
industri baru dalam klaster.
Upaya Pengembangan Kelapa dengan Pendekatan Klaster Industri Di Sulawesi
Utara
Pengembangan Klaster Industri di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan
komoditi unggulan daerah adalah Klaster Industri Kelapa yang masuk dalam
pengembangan klaster industri prioritas khususnya dalam kategori Industri Agro.
Terdapat 12 klaster unggulan pada industri agro yakni (1) industri pengolahan kelapa
sawit; (2) industri karet dan barang karet; (3) Industri Kakao; (4) industri pengolahan
kelapa; (5) industri pengolahan kopi; (6) industri gula; (7) industri hasil tembakau; (8)
industri pengolahan buah; (9) industri furniture; (10) industri pengolahan ikan; (11)
industri kertas; (12) industri pengolahan susu.
Maksud dan tujuan pembentukan dan pengembangan klaster kelapa adalah: (1)
aglomerasi perusahaan yang membentuk kerjasama yang strategis, komplementer
serta memiliki hubungan yang intensif; (2) fasilitasi kerjasama strategis antar
stakeholder kelapa di Sulawesi Utara dengan daerah lain di Indonesia dan luar negeri;
(3) meningkatkan kesejahteraan daerah khususnya kesejahteraan masyarakat dengan
terjadinya perubahan teknologi yang mengglobal, penyerapan tenaga kerja serta
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (peningkatan produktivitas) yang selanjutnya
berdampak terhadap perekonomian nasional dan internasional.
Sasaran dan target pembentukan dan pengembangan klaster kelapa di Provinsi
Sulawesi Utara adalah : (1) meningkatnya produksi Crude Coconut Oil, Virgin Coconut
Oil, Desicated coconut, Karbon Aktif, coir fibre dan beragam turunan kelapa lainnya;
(2) merubah kopra asap tradisional menjadi kopra putih sebagai bahan baku
cocochemicals dan specialty product ; (3) meningkatnya ekspor produk turunan kelapa;
(4) memfasilitasi meningkatnya suply bahan baku kelapa; (5) menggerakkan semua
sektor terkait pengembangan produk kelapa (industri terkait/related industries dan
indusri penunjang/supporting industries.)
Tahapan yang dilakukan dalam rangka pengembangan klaster kelapa di
Sulawesi Utara adalah tahapan diagnosis, tahapan sosialisasi, tahapan kolaborasi dan
tahapan implementasi. Tahapan diagnosis dilakukan dengan melakukan beberapa
kegiatan yakni: (1) kajian terkait trend industri produk berbahan baku kelapa di dunia
dari sisi produksi, konsumsi dan prospek; (2) melakukan analisis permintaan dan
penawaran produk berbahan aku kelapa; (3) menganalisis makro ekonomi khususnya
pertumbuhan peragangan, tarif dan non tarif; (4) melakukan analisis daya saing; (5)
menganalisis strategi pengembangan klaster kelapa; (6) mengkaji kelembagaan dalam

261

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

klaster kelapa. Berdasarkan hasil kajian dalam tahapan diagnosis, dilanjutkan dengan
tahapan sosialisasi.
Tahapan sosialisasi dilakukan dengan melaksanakan Focus Group Discussion
(FGD) yang terdiri dari pemerintah daerah instansi terkait yakni Dinas Perkebunan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Instansi Perbankan
dan Lembaga Keuangan Non Bank lainnya, Dewan Perwakilan Rakyat Komisi terkait,
Akademisi Perkelapaan, Pabrikan dan Asosiasi Petani serta Asosiasi Pengolahan Hasil
Kelapa.
Sosialisasi dilakukan dengan FGD ini bertujuan memperkenalkan program
Klaster Kelapa serta mendapatkan masukkan dari semua pemangku-kepentingan
perkelapaan di Sulawesi Utara. Selain dilakukan sosialisasi, dilakukan juga peninjauan
lapang di daerah sentra kelapa. Hasil kegiatan sosialisasi tersebut direkomendasikan
dalam Kesepakatan Bersama semua pemangku-kepentingan yang dalam tahapan klaster
selanjutnya disebut Tahapan Kolaborasi.
Penyatuan persepsi untuk meningkatkan hubungan yang intensif antara petani
dan pabrikan serta ditunjang oleh pemerintah, DPR dan instansi lainnya merupakan
Tahapan kolaborasi. Tahapan ini bertujuan untuk memperkuat program klaster industri
kelapa. Tahapan Kolaborasi sebagai apresiasi komitmen pemangku-kepentingan
tersebut merupakan hubungan kerjasama strategis dalam rangka aglomerasi industri
berbahan baku kelapa di Sulawesi Utara. Di tingkat petani, program perubahan
teknologi dan diversifikasi produk telah siap diimplementasikan dan didukung oleh niat
baik pemerintah dan akademisi mentransfer teknologi dan menyiapkan sarana
pemasaran hasil.
Tahapan implementasi telah mendapat dukungan dari pihak perbankan dan
pemasaran hasil dilakukan sebagai bentuk kerjasama dan komitmen dari industri
champion dalam program pilot project ini yakni Pabrik Multi Nabati Sulawesi. Tahapan
implementasi yang sementara dirampungkan pelaksanaannya diharapkan dapat merubah
teknologi dan meningkatkan pendapatan ditingkat petani serta tercipta spin of industri di
daerah sehingga sasaran bangun industri Indonesia dapat terealisasi.

262

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

Gambar 4.3. Kolaborasi Stakeholder Klaster Industri Kelapa

Kebijakan
Pemerintah

Listrik

Air Bersih
BPTP

Bank
BALITKA

Lemb
Pembiayaan

KELAPA

VCO
BARISTAN

KOPRA

Tepung
Kelapa

Bimoli

CHAMPION
Arang
Tempurung

UNSRAT

PT. Multi
NABATI
SULAWSI
(MNS)

AMR

Kemasan
(botol)

Cargil

Sabut

UNIMA

DIS
LLAJR

Bahan
Penolong

DIS
PERINDAG
Ind
Mesin
Pengolah
Kelapa

Telp
Pelabuhan
Amurang
Jalan

BAPEDA
/kab/kta
prov

Pelabuhan
Bitung

Airport
Sam Ratulangi

Inti
Jaringan Pemasok
Institusi Pendukung
Infrastruktur Ekonomi

Sumber : Klaster Industri Kelapa Sulut, 2011
Jaring pemasok dalam klaster industri, bukan hanya dengan petani tapi juga
dengan lembaga keuangan bank dan non perbankan yang dapat membantu petani dan
perusahan untuk meningkatkan produksi. Industri inti juga akan bekerjasama dengan
institusi pendukung seperti dengan lembaga riset dan akademisi. Tujuannya adalah agar
tercipta hubungan akademis terhadap kajian-kajian dari permasalahan yang terjadi
dilapang. Ataupun dapat berfungsi bila akan dilakukan pebingkatan produksi atau
pemanfaatan teknologi baru yang harus diperkenalkan kepada jarring pemasok. Dengan
demikian semuanya akan teratur dan dapat dihitung secara kuantitatif dan dinilai baik
secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Demikian juga kaitan dengan infrastruktur
ekonomi, akan sangat membantu dalam efisiensi dan efektivitas jalannya klaster industri
kelapa baik dalam mengakselerasi target peningkatan produksi di jaring pemasok,
maupun industri inti, dan industri terkait. Dengan tersedianya infrastruktur ekonomi,
akan memudahkan setiap stakeholder untuk melakukan pemantapan usaha berdasarkan
tugas dalam fungsi klaster industri kelapa. Tahapan kolaborasi ini membutuhkan
komitmen yang kuat antar stakeholder. Dengan komitmen yang menunjukkan ada rasa
saling percaya untuk bisa bekerjasama dalam kontinuitas usaha produksi, maka upaya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota klaster industri kelapa akan dapat
terlaksana.
Tahapan Implementasi Klaster Industri Kelapa merupakan tahapan terakhir
dalam pendekatan klaster industri. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan
263

Juni, 2013

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

keberhasilan klaster industri. Komitmen yang telah dibangun dalam tahapan kolaborasi
akan diimplementasikan oleh masing-masing stakeholder.
Dengan melakukan
implemnetasi sesuai komitmen maka harapan untuk maju secara bersama-sama semua
elemen klaster, akan dapat terealisasi. Semua stakeholder harus merasakan bersama,
keuntungan yang diperoleh pabrikan dengan tidak menekan harga bahan baku yang
disiapkan oleh jaring pemasok. Demikian juga dengan industri pendukung dan institusi
terkait, secara bersama akan turut berkembang seiring dengan terus berkembangnya
industri inti yang dipilih sebagai gerbong penghela dalam sistem klaster industri. Bila
implementasi dilakukan dengan baik dan berkomitmen, spin off dari klaster akan
terbentuk dengan cepat, yakni tumbuhnya industri-industri baru yang berkembang
seiring dengan berkembangnya klaster. Kondisi ini akan terus berlangsung, sehingga
tujuan untuk industrialisasi dengan nilai tambah dan hilirisasi dengan berdaya saing
akan terealisasi. Disatu pihak, permintaan terhadap komoditi kelapa akan terus
meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan produk turunan kelapa dan
majunya industry pengolahan berbahan baku kelapa.
Strategi Pengembangan Kelapa dengan pendekatan Klaster Industri di Sulawesi
Utara dilakukan dalam jangka pendek dan menengah adalah : (1) Pada tingkat hulu (up
stream), pengembangan usaha pembibitan kelapa bersertifikat untuk kualitas bibit; (2)
Pada tingkat On farm dilakukan diversifikasi horizontal dengan tanaman sela, dan mulai
melakukan peremajaan kelapa sehingga menghasilkan produktivitas tinggi; (3) Pada
tingkat hilir (Off farm), diharapkan dapat menghasilkan diversifikasi tanaman kelapa di
tingkat petani dan pakopraan (zero waste) dan tercipta spin off industri baru penunjang
klaster; dan (4) Secara Institusi dapat Membentuk platform jaringan kemitraan pelaku
on farm, off farm, konsumen dan Membangun kerjasama dalam APCC (Asian and
Pacific Coconut Community) serta Regional Asean dan Sub-Regional seperti BIMPEAGA sebagai partner dalam pemasaran.
Dalam jangka panjang, Strategi
Pengembangan kelapa dengan pendekatan Klaster Industri adalah : (1) Menghadirkan
Investasi industri Coco Chemicals yang memanfaatkan bahan baku (volume dan
kualitas) yang berskala ekonomi (Sabun herbal, shampo, kosmetik, gliserin, dll); (2)
Membangun global supply chain specialties product (a.l makanan bayi dan makanan
khusus lainnya); (3) Klaster Industri yang terus berkembangdan perkebunan kelapa
yang terus meningat produktivitasnya karena telah diremajakan dan dilakukan
diversifikasi horizontal dengan tanaman pangan dan peternakan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1) Kondisi perkelapaan di Sulawesi Utara dari sisi produksi menunjukkan
peningkatan walaupun tingkat produktivitas menurun, namun produk turunan
kelapa masih memberikan kontribusi terbesar sebagai komoditi ekspor.
264

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2013

2) Pengembangan Kelapa dengan klaster industri dapat meningkatkan
perekonomian daerah dan daya saing komoditi serta produk turunan, juga
mengakselerasi peningkatan produktivitas usahatani kelapa baik dengan
diversifikasi vertical maupun diversifikasi horizontal. Selain itu tercipta industri
baru di daerah.
Saran/Rekomendasi
1) Upaya peremajaan perkebunan kelapa terus ditingkatkan agar meningkatkan
produksi dan produktivitas perkebunan kelapa dan terus melakukan diversifikasi
dengan konsep zero waste untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk
turunan kelapa sebagai komoditi ekspor dan domestik.
2) Harus meningkatkan Sinergitas dan Intensitas stakeholder klaster, agar supaya
dapat mengakselerasi semua anggota klaster untuk tumbuh bersama dalam
industri berbahan baku kelapa sehingga akan meningkatkan daya saing industri
kelapa
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah : Konsep dan Teori. Penerbit Graha
Ilmu. Yogyakarta
Anonimous. 2012. Kebijakan Industri Nasional.
19/Kebijakan Industri Nasional

www. Kemenperin.go.id/artikel

Handoko. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta.

Edisi I. BPFE.

Kuncoro M., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan,
Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Jakarta
Sumohardjo, T., 2008. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Melalui Pengembangan
Daya Saing Berbasis Potensi daerah. Penerbit Fokusmedia.

265