Manajemen Konstruksi Fakultas Program St
MODUL PERKULIAHAN
Manajemen
Konstruksi
METODA JALUR KRITIS
Fakultas
Program Studi
Teknik Perencanaan
dan Disain
Teknik Sipil
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
10
A61112EL
Mawardi Amin, Ir, MT.
Abstract
Kompetensi
Metoda Jalur Kritis merupakan salah
satu metoda yang sering digunakan
untuk mencari kegiatan dan kejadian
kritis dari suatu kasus proyek.
Mahasiswa
mengenalkan
tentang
metode jalur kritis, prinsip-prinsip
tentang logic diagram, dan mampu
menyusun ilustrasi logika hubungan
antar kegiatan serta analisisnya pada
beberapa contoh yang berhubungan
dengan proyek konstruksi.
TUJUAN
Tujuan dari modul ini adalah mengenalkan tentang metode jalur kritis,
mengembangkan prinsip-prinsip tentang logic diagram, dan memberikan ilustrasi
logika hubungan metode jalur kritis serta analisisnya dengan beberapa contoh
yang berhubungan dengan konstruksi.
DIAGRAM LOGIKA DAN PENJADWALAN
Metode Jalur kritis didasari pada pembentukan logika hubungan antar kegiatan.
Logika hubungan ini dapat digambarkan dengan Diagram Logika. Terdapat 2
(dua) type dasar dari Diagram Logika yaitu :
-
Activity on Arrow (AOA) Diagram, dan
-
Activity on Node (AON) Diagram
Metode jalur kritis ini didasari oleh AOA diagram.
Activity on Arrow (AOA) Diagram
AOA diagram tersusun dari lingkaran dan anak panah. Anak panah
menggambarkan kegiatan (task). Lingkaran (atau node) menggambarkan
peristiwa (event). Node pada bagian akhir anak panah diistilahkan I-node
sedangkan node pada bagian kepala anak panah diistilahkan J-node. Ilustrasi Inode dan J-node dapat dilihat pada gambar 9.1 dibawah ini :
I-node
J-node
Arrow
Task
event
event
gambar 9.1. AOA diagram
Hubungan logika
Meneruskan pembahasan mengenai CPM dan AOA diagram logika, beberapa
bagian dari kegiatan yang tersusun sebagai sebuah proyek merupakan
hubungan secara logika antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya.
201
3
2
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terdapat 3 (tiga) kemungkinan hubungan antara kegiatan. Adapun ke-3
hubungan tersebut adalah :
1. Precedence artinya yang mendahului. Jika kegiatan A precedent kegiatan B,
maka kegiatan A harus diselesaikan lebih dahulu kemudian kegiatan B
dimulai.
2. Subsequence artinya yang mengikuti. Jika kegiatan B subsequent kegiatan A,
maka kegiatan B tidak dapat dimulai sebelum kegiatan A diselesaikan.
Precedent merupakan lawan kata subsequent. Jika X precedent Y, maka Y
pasti subsequent X.
3. Concurrency. Jika kegiatan M bukan precedent dan subsequent N, maka M dan
N terjadi bersama-sama satu dengan yang lainnya.
10
12 Construction Wall
Footings
20
14 Erect Masonry Walls
40
dur = 10 days
dur = 15 days
16 Construction
Column Footings
18 Construct Columns
20 Erect Roof Girders
50
dur = 5 days
30
dur = 15 days
dur = 15 days
Gambar 9.2 Bagian dari CPM Diagram Logika
Penjelasan hubungan logika yang digambarkan oleh gambar 9.2 diatas sebagai
berikut :
201
3
Explicitly Depicted
Equivalent Statement
Task 12 is precedent to 14
Task 14 is subsequent to 12
Task 14 is precedent to 20
Task 20 is subsequent to 14
Task 16 is precedent to 18
Task 18 is subsequent to 16
Task 18 is precedent to 20
Task 20 is subsequent to 18
Implicitly Depicted
Equivalent Statement
Task 12 is presedent to 20
Task 20 is subsequent to 12
Task 16 is presedent to 20
Task 20 is subsequent to 16
Relationship
Equivalent Statement
Task 12 is concurrent with 16
Task 16 is concurrenct with 12
3
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Task 12 is concurrent with 18
Task 18 is concurrenct with 12
Task 14 is concurrent with 16
Task 16 is concurrenct with 14
Task 14 is concurrent with 18
Task 18 is concurrenct with 14
PENGANTAR METODE JALUR KRITIS
Metode
Jalur
Kritis
(CPM),
membolehkan
para
pembuat
jadwal
untuk
memperhitungkan jalur kritis melalui sebuah diagram logika atau diagram
jaringan sebagai representasi proyek. Jalur kritis akan melewati kegiatankegiatan yang harus diselesaikan sesuai dengan jadwal jika proyek diselesaikan
sesuai jadwal. Kegiatan-kegiatan ini disebut Kegiatan Kritis (Critical Tasks).
Manager proyek akan memberikan perhatian lebih pada kegiatan kritis daripada
kegiatan non kritis, sebab keterlambatan dalam menyelesaikan kegiatan kritis
akan berdampak pada terlambatnya penyelesaian proyek. Terlambat dalam
menyelesaikan kegiatan non kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.
CPM Diagram Logika
Asumsi bahwa bagian dari proyek dapat ditunjukkan oleh diagram logika
sebagaimana diperlihatkan pada gambar 9.2. Asumsi bahwa penggalan dari total
diagram logika ini mengandung Jalur Kritis (Critical Path).
Lambang Anak Panah dan Nodes
Pada tiap anak panah dan node yang digambarkan pada gambar 9.2 diatas
memberikan nomer identifikasi, deskripsi singkat dari kegiatan dan perkiraan
durasi yang terletak dibawah anak panah yang mewakili satu kegiatan. Node
(10) melambangkan peristiwa (event), dimana node ini merupakan awal dalam
satuan waktu, node (10) ini merupakan saat yang memungkinkan untuk memulai
kegiatan 12 (construction wall footings) dan kegiatan 16 (construct column
footings). Node (20) merupakan saat dimana kegiatan 12 dapat diselesaikan dan
kegiatan 14 (erect walls) dapat dimulai. Node (40) merupakan saat dimana
kegiatan 14 dan 18 dapat diselesaikan. Node (40) juga merupakan saat dimana
pekerjaan walls dan column akan diselesaikan dan memungkinkan dimulainya
kegiatan 20 (set girder). Node (50) melambangkan saat dimana bagian dari
proyek ini dapat berakhir.
Jalur Diagram Logika
201
3
4
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada contoh network diatas, terdapat dua jalur antara node (10) dan (40).
Pertama adalah jalur yang melewati (10) – (20) – (40). Panjang dari jalur ini
adalah 10 + 15 = 25 hari. Jalur kedua melewati (10) – (30) – (40) dengan
panjang jalur 15 + 15 = 30 hari. Jalur yang kedua ini merupakan Jalur Kritis
sebab merupakan jalur yang paling panjang. Kegiatan 16 dan 18 merupakan
Kegiatan Kritis, sebab berada pada Jalur Kritis. Total panjang dari jalur (10) – (30)
– (40) – (50) adalah 35 hari. Jika durasi yang dipakai oleh kombinasi kegiatan 16
dan 18 lebih dari 30 hari, bagian dari proyek ini akan membutuhkan waktu lebih
besar dari 35 hari untuk menyelesaikannya.
Jika satu dari kegiatan non-kritis, katakanlah kegiatan 12 ditunda beberapa hari,
durasi proyek tidak aakan diperpanjang, kecuali kalau panjang jalur (10) – (20) –
(40) yang baru menjadi lebih panjang dari jalur (10) – (30) – (40).
Ketentuan-ketentuan
Aturan atau ketentuan merupakan suatu hal yang biasa. Ketentuan yang diikuti,
sebaiknya
betul-betul
dipertimbangkan.
Gambar
9.3
dibawah
ini
menggambarkan aplikasi dari ketentuan yang benar dan salah.
Penomoran Anak Panah dan Nodes
Dalam memberikan penomoran pada kegiatan dan nodes, nomer yang tidak
berurutan yang digunakan, sehingga memberikan peluang dalam penambahan
kegiatan dan nodes dengan nomor yang tepat.
Convention
Correctly applied
1. Nonconsecutive node
and arrow numbers
10
10
2. J-Node number greater
than I-Node number
2
3. Arrow point right up, or
down, but not to lef
2
20
20
10
1
30
1
6
3
8
3
10
9
6
5
20
4
10
Incorrectly applied
4
20
2
2
15
3
25
7
36
5
5
38
7
30
4. Task number greater
than number of any
201
3
5
10
2
20
4
6
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2
7
9
precedent task
5. Tasks have unique pair
of node numbers
10
10
20
20
10
30
9
32
11
10
20
21
15
6. Use symbols to indicate
Crossovers
10
20
12
V
14
W
15
19
X
34
17
Y
13
21
gambar 9.3 Correct and Incorrect Application of Conventions
PERHITUNGAN METODE JALUR KRITIS (Event dan Task Times)
Terdapat beberapa istilah khususnya yang berhubungan dengan waktu dalam
menganalisis metode jalur kritis ini. Adapun hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Task Duration atau durasi kegiatan dilambangkan dengan D, atau Dur
merupakan waktu estimasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu
kegiatan. Ukuran waktu yang biasa digunakan adalah minggu, hari, jam, dan
sebagainya.
b. Event Times, peristiwa (event) merupakan saat dapat/harus dimulai, atau
saat terjadinya sesuatu. Event times dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu :
Early Event Time (EET) – Waktu paling cepat dimana satu peristiwa dapat
terjadi, Late Event Time (LET) – Waktu paling lambat dimana satu peristiwa
dapat terjadi.
c. Task Times, merupakan waktu ketika kegiatan boleh mulai atau selesai.
Terdapat 4 (empat) macam task times tersebut yaitu :
201
3
6
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
Early Start Time (ES) – Waktu mulai paling cepat
-
Early Finish Time (EF) – Waktu selesai paling cepat
-
Late Start Time (LS) – Waktu mulai paling lambat
-
Late Finish Time (LF) – Waktu selesai paling lambat
d. Task Float, nilai dari task float merupakan ukuran seberapa non kritis satu
kegiatan. Terdapat beberapa cara dalam mengukur float yaitu :
-
Total Float (TF).
-
Fee Float (FF).
-
Interfering Float (IF).
Fase-fase dalam mempersiapkan Jadwal Metoda Jalur Kritis
Fase 1, menggambar atau menyusun diagram logika.
Fase 2, melakukan analisis network dengan forward pass dan backward pass.
Fase 3, mempersiapkan Jadwal CPM dalam bentuk tabulasi data.
Contoh Perhitungan
Berikut ini diberikan diagram logika hubungan antar kegiatan dan node
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9.1 dibawah ini :
Tabel 9.1
The Node and Arrow Precedent Relationship
Node
Is Precedent to
Is Immediately Precedent to
10
20, 30, 40, 50, 60, 70, 80
20, 30, 40, 50, A, B, C, D
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L
20
60, 70, 80, E, F, J, L
60, 70, E, F
30
60, 70, 80, G, J, L
60, G
40
50, 60, 70, 80, H, I, J, K, L
50, 60, H, I
50
70, 80, K, L
70, K
60
70, 80, J, L
70, J
70
80, L
80, L
80
No node or arrow
No node or arrow
Task
Is Precedent to
Is Immediately Precedent to
201
3
7
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
A
20, 60, 70, 80, E, F, J, L
20, E, F
B
30, 60, 70, 80, G, J, L
30, G
C
40, 50, 60, 70, 80, H, I, J, K, L
50, 60, H, I
D
50, 70, 80, K, L
50, K
E
70, 80, L
70, L
F
60, 70, 80, J, L
60, J
G
60, 70, 80, J, L
70, J
H
60, 70, 80, J, L
60, J
I
50, 70, 80, K, L
50, K
J
70, 80, L
70, L
K
70, 80, L
70, L
L
80
80
A
()
20
()
10
()
B
10
()
E
F
()
5
C
20
()
30
40
()
G
10
()
5
()
60
()
J
()
20
70
()
L
5
()
80
H
25
I
D
5
()
()
50
K
5
gambar 9.4 CPM Diagram Before Calculating Early Event Times
201
3
8
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
()
A
(20)
20
()
20
(0)
()
B
10
10
F
(5)
()
30
5
C
E
(10)
10
40
G
(35)
5
()
()
60
J
(55)
20
()
70
H
25
I
D
(10)
5
50
()
K
5
gambar 9.5 CPM Diagram With Early Event Times
Tabel 9.2 Perhitungan Early Event Times (EETs)
Node
Selected
Value for
The EETs
Trial Value Calculations
10
0
It is the initial node
20
20
EET10 + Dur(A) = 0 + 20 = 20
30
5
40
10
EET10 + Dur(C) = 0 + 10 = 10
50
50
10
EET10 + Dur(D) = 0 + 5 = 5
EET40 + Dur(I) = 10 + 0 = 10
201
3
9
EET10 + Dur(B) = 0 + 5 = 5
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
L
5
(60)
()
80
60
60
60
70
70
70
35
55
EET20 + Dur(F) = 20 + 0 = 20
EET30 + Dur(G) = 5 + 5 = 10
EET40 + Dur(H) = 10 + 25 = 35
EET20 + Dur(E) = 20 + 10 = 30
EET60 + Dur(J) = 35 + 20 = 55
EET50 + Dur(K) = 10 + 5 = 15
80
60
EET70 + Dur(L) = 55 + 5 = 60
Tabel 9.2 Perhitungan Late Event Times (LETs)
Node
Selected
Value for
The LETs
Trial Value Calculations
80
60
It is the terminal node and its LET = Project duration
70
55
LET80 - Dur(L) = 60 - 5 = 55
60
35
LET70 - Dur(J) = 55 - 20 = 35
50
50
LET70 - Dur(K) = 55 - 5 = 50
40
40
10
LET50 - Dur(I) = 50 - 0 = 50
EET60 - Dur(H) = 35 - 25 = 10
30
30
LET60 - Dur(G) = 35 - 5 = 30
35
LET70 - Dur(E) = 55 - 10 = 45
LET60 - Dur(F) = 35 - 0 = 35
20
20
10
10
10
10
0
LET20
LET30
LET40
LET50
-
Dur(A) = 35 - 20 = 15
Dur(B) = 30 - 5 = 25
Dur(C) = 10 - 10 = 0
Dur(D) = 50 - 5 = 45
Menghitung Task Times dan Floats
Terdapat 4 (empat) task times (ES, EF, LS, dan LF) yang harus dihitung untuk
masing-masing kegiatan (task). Adapun rumus yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut :
ES(N) = EETI
LF(N) = LETJ
EF(N) = EETI + Dur(N) atau EF(N) = ES(N) + Dur(N)
201
3
10
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
LS(N) = LETJ - Dur(N) atau LS(N) = LF(N) - Dur(N)
Sedangkan untuk menghitung Floats, rumus yang digunakan sebagai berikut :
TF(N) = LETJ - EETI - Dur(N)
TF(N) = LF(N) – EF(N)
TF(N) = LS(N) – ES(N)
FF(N) = EETJ - EETI - Dur(N)
IF(N) = LETJ - EETJ
Tabel 9.3 CPM Schedule with all task times and floats
Task I-NodeJ-NodeDur
EET(I) LET(J) ES
EF
LS
LF
TF
FF
IF
A
10
20
20
0
35
0
20
15
35
15
0
15
B
10
30
5
0
30
0
5
25
30
25
0
25
C
10
40
10
0
10
0
10
0
10
0
0
0
D
10
50
5
0
50
0
5
45
50
45
5
40
E
20
70
10
20
55
20
30
45
55
25
25
0
F
20
60
0
20
35
20
20
35
35
15
15
0
G
30
60
5
5
35
5
10
30
35
25
25
0
H
40
60
25
10
35
10
35
10
35
0
0
0
I
40
50
0
10
50
10
10
50
50
40
0
40
J
60
70
20
35
55
35
55
35
55
0
0
0
201
3
11
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
K
50
70
5
10
55
10
15
50
55
40
40
0
L
70
80
5
55
60
55
60
55
60
0
0
0
Daftar Pustaka
1. Ahuja, H. N., “Construction Performance Control By Network”, John Wiley &
Sons, New York, 1976.
2. Hendrickson, C.; Au, T., “Project Management For Construction : Fumdamental
Concepts for Owners, Engineers, Architects, and Builders”, Prentice HallEngelwood New Jersey, 1989.
3. Shtub, A.; F Bard, J.; Globerson, S., “Project Management : Engineering,
Technology, and Implementation”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1994.
4. Suharto, I., “Manajemen Proyek : Dari konseptual sampai operasional”,
Erlangga, Jakarta, 1995.
5. Turner, J. R., “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book
Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991.
6. Willis, E. M., “Scheduling Construction Project”, John Wiley & Son, New York,
1986.
7. Soeharto, Imam : “Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional”,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995
201
3
12
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manajemen
Konstruksi
METODA JALUR KRITIS
Fakultas
Program Studi
Teknik Perencanaan
dan Disain
Teknik Sipil
Tatap Muka
Kode MK
Disusun Oleh
10
A61112EL
Mawardi Amin, Ir, MT.
Abstract
Kompetensi
Metoda Jalur Kritis merupakan salah
satu metoda yang sering digunakan
untuk mencari kegiatan dan kejadian
kritis dari suatu kasus proyek.
Mahasiswa
mengenalkan
tentang
metode jalur kritis, prinsip-prinsip
tentang logic diagram, dan mampu
menyusun ilustrasi logika hubungan
antar kegiatan serta analisisnya pada
beberapa contoh yang berhubungan
dengan proyek konstruksi.
TUJUAN
Tujuan dari modul ini adalah mengenalkan tentang metode jalur kritis,
mengembangkan prinsip-prinsip tentang logic diagram, dan memberikan ilustrasi
logika hubungan metode jalur kritis serta analisisnya dengan beberapa contoh
yang berhubungan dengan konstruksi.
DIAGRAM LOGIKA DAN PENJADWALAN
Metode Jalur kritis didasari pada pembentukan logika hubungan antar kegiatan.
Logika hubungan ini dapat digambarkan dengan Diagram Logika. Terdapat 2
(dua) type dasar dari Diagram Logika yaitu :
-
Activity on Arrow (AOA) Diagram, dan
-
Activity on Node (AON) Diagram
Metode jalur kritis ini didasari oleh AOA diagram.
Activity on Arrow (AOA) Diagram
AOA diagram tersusun dari lingkaran dan anak panah. Anak panah
menggambarkan kegiatan (task). Lingkaran (atau node) menggambarkan
peristiwa (event). Node pada bagian akhir anak panah diistilahkan I-node
sedangkan node pada bagian kepala anak panah diistilahkan J-node. Ilustrasi Inode dan J-node dapat dilihat pada gambar 9.1 dibawah ini :
I-node
J-node
Arrow
Task
event
event
gambar 9.1. AOA diagram
Hubungan logika
Meneruskan pembahasan mengenai CPM dan AOA diagram logika, beberapa
bagian dari kegiatan yang tersusun sebagai sebuah proyek merupakan
hubungan secara logika antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya.
201
3
2
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Terdapat 3 (tiga) kemungkinan hubungan antara kegiatan. Adapun ke-3
hubungan tersebut adalah :
1. Precedence artinya yang mendahului. Jika kegiatan A precedent kegiatan B,
maka kegiatan A harus diselesaikan lebih dahulu kemudian kegiatan B
dimulai.
2. Subsequence artinya yang mengikuti. Jika kegiatan B subsequent kegiatan A,
maka kegiatan B tidak dapat dimulai sebelum kegiatan A diselesaikan.
Precedent merupakan lawan kata subsequent. Jika X precedent Y, maka Y
pasti subsequent X.
3. Concurrency. Jika kegiatan M bukan precedent dan subsequent N, maka M dan
N terjadi bersama-sama satu dengan yang lainnya.
10
12 Construction Wall
Footings
20
14 Erect Masonry Walls
40
dur = 10 days
dur = 15 days
16 Construction
Column Footings
18 Construct Columns
20 Erect Roof Girders
50
dur = 5 days
30
dur = 15 days
dur = 15 days
Gambar 9.2 Bagian dari CPM Diagram Logika
Penjelasan hubungan logika yang digambarkan oleh gambar 9.2 diatas sebagai
berikut :
201
3
Explicitly Depicted
Equivalent Statement
Task 12 is precedent to 14
Task 14 is subsequent to 12
Task 14 is precedent to 20
Task 20 is subsequent to 14
Task 16 is precedent to 18
Task 18 is subsequent to 16
Task 18 is precedent to 20
Task 20 is subsequent to 18
Implicitly Depicted
Equivalent Statement
Task 12 is presedent to 20
Task 20 is subsequent to 12
Task 16 is presedent to 20
Task 20 is subsequent to 16
Relationship
Equivalent Statement
Task 12 is concurrent with 16
Task 16 is concurrenct with 12
3
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Task 12 is concurrent with 18
Task 18 is concurrenct with 12
Task 14 is concurrent with 16
Task 16 is concurrenct with 14
Task 14 is concurrent with 18
Task 18 is concurrenct with 14
PENGANTAR METODE JALUR KRITIS
Metode
Jalur
Kritis
(CPM),
membolehkan
para
pembuat
jadwal
untuk
memperhitungkan jalur kritis melalui sebuah diagram logika atau diagram
jaringan sebagai representasi proyek. Jalur kritis akan melewati kegiatankegiatan yang harus diselesaikan sesuai dengan jadwal jika proyek diselesaikan
sesuai jadwal. Kegiatan-kegiatan ini disebut Kegiatan Kritis (Critical Tasks).
Manager proyek akan memberikan perhatian lebih pada kegiatan kritis daripada
kegiatan non kritis, sebab keterlambatan dalam menyelesaikan kegiatan kritis
akan berdampak pada terlambatnya penyelesaian proyek. Terlambat dalam
menyelesaikan kegiatan non kritis tidak akan menunda penyelesaian proyek.
CPM Diagram Logika
Asumsi bahwa bagian dari proyek dapat ditunjukkan oleh diagram logika
sebagaimana diperlihatkan pada gambar 9.2. Asumsi bahwa penggalan dari total
diagram logika ini mengandung Jalur Kritis (Critical Path).
Lambang Anak Panah dan Nodes
Pada tiap anak panah dan node yang digambarkan pada gambar 9.2 diatas
memberikan nomer identifikasi, deskripsi singkat dari kegiatan dan perkiraan
durasi yang terletak dibawah anak panah yang mewakili satu kegiatan. Node
(10) melambangkan peristiwa (event), dimana node ini merupakan awal dalam
satuan waktu, node (10) ini merupakan saat yang memungkinkan untuk memulai
kegiatan 12 (construction wall footings) dan kegiatan 16 (construct column
footings). Node (20) merupakan saat dimana kegiatan 12 dapat diselesaikan dan
kegiatan 14 (erect walls) dapat dimulai. Node (40) merupakan saat dimana
kegiatan 14 dan 18 dapat diselesaikan. Node (40) juga merupakan saat dimana
pekerjaan walls dan column akan diselesaikan dan memungkinkan dimulainya
kegiatan 20 (set girder). Node (50) melambangkan saat dimana bagian dari
proyek ini dapat berakhir.
Jalur Diagram Logika
201
3
4
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada contoh network diatas, terdapat dua jalur antara node (10) dan (40).
Pertama adalah jalur yang melewati (10) – (20) – (40). Panjang dari jalur ini
adalah 10 + 15 = 25 hari. Jalur kedua melewati (10) – (30) – (40) dengan
panjang jalur 15 + 15 = 30 hari. Jalur yang kedua ini merupakan Jalur Kritis
sebab merupakan jalur yang paling panjang. Kegiatan 16 dan 18 merupakan
Kegiatan Kritis, sebab berada pada Jalur Kritis. Total panjang dari jalur (10) – (30)
– (40) – (50) adalah 35 hari. Jika durasi yang dipakai oleh kombinasi kegiatan 16
dan 18 lebih dari 30 hari, bagian dari proyek ini akan membutuhkan waktu lebih
besar dari 35 hari untuk menyelesaikannya.
Jika satu dari kegiatan non-kritis, katakanlah kegiatan 12 ditunda beberapa hari,
durasi proyek tidak aakan diperpanjang, kecuali kalau panjang jalur (10) – (20) –
(40) yang baru menjadi lebih panjang dari jalur (10) – (30) – (40).
Ketentuan-ketentuan
Aturan atau ketentuan merupakan suatu hal yang biasa. Ketentuan yang diikuti,
sebaiknya
betul-betul
dipertimbangkan.
Gambar
9.3
dibawah
ini
menggambarkan aplikasi dari ketentuan yang benar dan salah.
Penomoran Anak Panah dan Nodes
Dalam memberikan penomoran pada kegiatan dan nodes, nomer yang tidak
berurutan yang digunakan, sehingga memberikan peluang dalam penambahan
kegiatan dan nodes dengan nomor yang tepat.
Convention
Correctly applied
1. Nonconsecutive node
and arrow numbers
10
10
2. J-Node number greater
than I-Node number
2
3. Arrow point right up, or
down, but not to lef
2
20
20
10
1
30
1
6
3
8
3
10
9
6
5
20
4
10
Incorrectly applied
4
20
2
2
15
3
25
7
36
5
5
38
7
30
4. Task number greater
than number of any
201
3
5
10
2
20
4
6
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2
7
9
precedent task
5. Tasks have unique pair
of node numbers
10
10
20
20
10
30
9
32
11
10
20
21
15
6. Use symbols to indicate
Crossovers
10
20
12
V
14
W
15
19
X
34
17
Y
13
21
gambar 9.3 Correct and Incorrect Application of Conventions
PERHITUNGAN METODE JALUR KRITIS (Event dan Task Times)
Terdapat beberapa istilah khususnya yang berhubungan dengan waktu dalam
menganalisis metode jalur kritis ini. Adapun hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Task Duration atau durasi kegiatan dilambangkan dengan D, atau Dur
merupakan waktu estimasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu
kegiatan. Ukuran waktu yang biasa digunakan adalah minggu, hari, jam, dan
sebagainya.
b. Event Times, peristiwa (event) merupakan saat dapat/harus dimulai, atau
saat terjadinya sesuatu. Event times dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu :
Early Event Time (EET) – Waktu paling cepat dimana satu peristiwa dapat
terjadi, Late Event Time (LET) – Waktu paling lambat dimana satu peristiwa
dapat terjadi.
c. Task Times, merupakan waktu ketika kegiatan boleh mulai atau selesai.
Terdapat 4 (empat) macam task times tersebut yaitu :
201
3
6
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
Early Start Time (ES) – Waktu mulai paling cepat
-
Early Finish Time (EF) – Waktu selesai paling cepat
-
Late Start Time (LS) – Waktu mulai paling lambat
-
Late Finish Time (LF) – Waktu selesai paling lambat
d. Task Float, nilai dari task float merupakan ukuran seberapa non kritis satu
kegiatan. Terdapat beberapa cara dalam mengukur float yaitu :
-
Total Float (TF).
-
Fee Float (FF).
-
Interfering Float (IF).
Fase-fase dalam mempersiapkan Jadwal Metoda Jalur Kritis
Fase 1, menggambar atau menyusun diagram logika.
Fase 2, melakukan analisis network dengan forward pass dan backward pass.
Fase 3, mempersiapkan Jadwal CPM dalam bentuk tabulasi data.
Contoh Perhitungan
Berikut ini diberikan diagram logika hubungan antar kegiatan dan node
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9.1 dibawah ini :
Tabel 9.1
The Node and Arrow Precedent Relationship
Node
Is Precedent to
Is Immediately Precedent to
10
20, 30, 40, 50, 60, 70, 80
20, 30, 40, 50, A, B, C, D
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L
20
60, 70, 80, E, F, J, L
60, 70, E, F
30
60, 70, 80, G, J, L
60, G
40
50, 60, 70, 80, H, I, J, K, L
50, 60, H, I
50
70, 80, K, L
70, K
60
70, 80, J, L
70, J
70
80, L
80, L
80
No node or arrow
No node or arrow
Task
Is Precedent to
Is Immediately Precedent to
201
3
7
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
A
20, 60, 70, 80, E, F, J, L
20, E, F
B
30, 60, 70, 80, G, J, L
30, G
C
40, 50, 60, 70, 80, H, I, J, K, L
50, 60, H, I
D
50, 70, 80, K, L
50, K
E
70, 80, L
70, L
F
60, 70, 80, J, L
60, J
G
60, 70, 80, J, L
70, J
H
60, 70, 80, J, L
60, J
I
50, 70, 80, K, L
50, K
J
70, 80, L
70, L
K
70, 80, L
70, L
L
80
80
A
()
20
()
10
()
B
10
()
E
F
()
5
C
20
()
30
40
()
G
10
()
5
()
60
()
J
()
20
70
()
L
5
()
80
H
25
I
D
5
()
()
50
K
5
gambar 9.4 CPM Diagram Before Calculating Early Event Times
201
3
8
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
()
A
(20)
20
()
20
(0)
()
B
10
10
F
(5)
()
30
5
C
E
(10)
10
40
G
(35)
5
()
()
60
J
(55)
20
()
70
H
25
I
D
(10)
5
50
()
K
5
gambar 9.5 CPM Diagram With Early Event Times
Tabel 9.2 Perhitungan Early Event Times (EETs)
Node
Selected
Value for
The EETs
Trial Value Calculations
10
0
It is the initial node
20
20
EET10 + Dur(A) = 0 + 20 = 20
30
5
40
10
EET10 + Dur(C) = 0 + 10 = 10
50
50
10
EET10 + Dur(D) = 0 + 5 = 5
EET40 + Dur(I) = 10 + 0 = 10
201
3
9
EET10 + Dur(B) = 0 + 5 = 5
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
L
5
(60)
()
80
60
60
60
70
70
70
35
55
EET20 + Dur(F) = 20 + 0 = 20
EET30 + Dur(G) = 5 + 5 = 10
EET40 + Dur(H) = 10 + 25 = 35
EET20 + Dur(E) = 20 + 10 = 30
EET60 + Dur(J) = 35 + 20 = 55
EET50 + Dur(K) = 10 + 5 = 15
80
60
EET70 + Dur(L) = 55 + 5 = 60
Tabel 9.2 Perhitungan Late Event Times (LETs)
Node
Selected
Value for
The LETs
Trial Value Calculations
80
60
It is the terminal node and its LET = Project duration
70
55
LET80 - Dur(L) = 60 - 5 = 55
60
35
LET70 - Dur(J) = 55 - 20 = 35
50
50
LET70 - Dur(K) = 55 - 5 = 50
40
40
10
LET50 - Dur(I) = 50 - 0 = 50
EET60 - Dur(H) = 35 - 25 = 10
30
30
LET60 - Dur(G) = 35 - 5 = 30
35
LET70 - Dur(E) = 55 - 10 = 45
LET60 - Dur(F) = 35 - 0 = 35
20
20
10
10
10
10
0
LET20
LET30
LET40
LET50
-
Dur(A) = 35 - 20 = 15
Dur(B) = 30 - 5 = 25
Dur(C) = 10 - 10 = 0
Dur(D) = 50 - 5 = 45
Menghitung Task Times dan Floats
Terdapat 4 (empat) task times (ES, EF, LS, dan LF) yang harus dihitung untuk
masing-masing kegiatan (task). Adapun rumus yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut :
ES(N) = EETI
LF(N) = LETJ
EF(N) = EETI + Dur(N) atau EF(N) = ES(N) + Dur(N)
201
3
10
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
LS(N) = LETJ - Dur(N) atau LS(N) = LF(N) - Dur(N)
Sedangkan untuk menghitung Floats, rumus yang digunakan sebagai berikut :
TF(N) = LETJ - EETI - Dur(N)
TF(N) = LF(N) – EF(N)
TF(N) = LS(N) – ES(N)
FF(N) = EETJ - EETI - Dur(N)
IF(N) = LETJ - EETJ
Tabel 9.3 CPM Schedule with all task times and floats
Task I-NodeJ-NodeDur
EET(I) LET(J) ES
EF
LS
LF
TF
FF
IF
A
10
20
20
0
35
0
20
15
35
15
0
15
B
10
30
5
0
30
0
5
25
30
25
0
25
C
10
40
10
0
10
0
10
0
10
0
0
0
D
10
50
5
0
50
0
5
45
50
45
5
40
E
20
70
10
20
55
20
30
45
55
25
25
0
F
20
60
0
20
35
20
20
35
35
15
15
0
G
30
60
5
5
35
5
10
30
35
25
25
0
H
40
60
25
10
35
10
35
10
35
0
0
0
I
40
50
0
10
50
10
10
50
50
40
0
40
J
60
70
20
35
55
35
55
35
55
0
0
0
201
3
11
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
K
50
70
5
10
55
10
15
50
55
40
40
0
L
70
80
5
55
60
55
60
55
60
0
0
0
Daftar Pustaka
1. Ahuja, H. N., “Construction Performance Control By Network”, John Wiley &
Sons, New York, 1976.
2. Hendrickson, C.; Au, T., “Project Management For Construction : Fumdamental
Concepts for Owners, Engineers, Architects, and Builders”, Prentice HallEngelwood New Jersey, 1989.
3. Shtub, A.; F Bard, J.; Globerson, S., “Project Management : Engineering,
Technology, and Implementation”, Prentice Hall-Engelwood New Jersey, 1994.
4. Suharto, I., “Manajemen Proyek : Dari konseptual sampai operasional”,
Erlangga, Jakarta, 1995.
5. Turner, J. R., “The Handbook of Project Based Management”, McGraw-Hill Book
Company, Berkshire, Maidenhead, England, 1991.
6. Willis, E. M., “Scheduling Construction Project”, John Wiley & Son, New York,
1986.
7. Soeharto, Imam : “Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional”,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995
201
3
12
MANAJEMEN KONSTRUKSI
Mawardi Amin
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id