Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DENGAN
KETERAMPILAN MENGGIRING
BOLA PADA PERMAINAN SEPAKBOLA
1.1.

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing
regu terdiri dari sebelas (11) orang pemain, yang lazim disebut kesebelasan. Masing-masing regu
atau kesebelasan berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya kedalam gawang lawan dan
mempertahankan gawangnya sendiri tidak kemasukan (A. Sarumpaet, 1992: 5).
Sepakbola adalah olahraga yang sangat populer dan digemari oleh orang tua, orang muda,
bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin menjadi seorang pemain sepakbola
yang baik, bahkan kalau mungkin menjadi bintang sepakbola. Dalam memasyarakatkan olahraga
dan mengolahragakan masyarakat, permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga
yang diprioritaskan untuk dibina. Untuk meningkatkan dan mencapai prestasi alangkah baiknya
jika semenjak anak-anak telah mendapatkan pelatihan olahraga khususnya olahraga sepakbola
secara benar, teratur dan terarah. Dalam pelatihan olahraga, untuk dapat mencapai prestasi yang
tinggi harus memperhatikan beberapa faktor. Salah satunya adalah teknik dasar dari olahraga
tersebut. Begitu juga dalam olahraga sepakbola, apabila kita menguasai teknik dasar dengan
baik, maka kita dapat bermain dengan baik.

Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim,
maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan yang terdiri atas pemainpemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai kerjasama
tim yang baik. Menurut Sukatamsi (1988 : 12) mengatakan bahwa untuk dapat mencapai
kerjasama tim yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagian-bagian
dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola. Semua pemain sepakbola
harus menguasai teknik dasar bermain sepakbola karena orang akan menilai sampai di mana
teknik dan skill pemain dalam menendang bola, mengumpan bola, menyundul bola, menggiring
bola dan menembakan bola ke gawang lawan untuk menciptakan gol. Oleh karena itu tanpa
memperhatikan teknik-teknik dasar bermain sepakbola dengan baik untuk selanjutnya pemain
akan dalam bermain sepakbola.
Adapun teknik dasar permainan sepakbola yang perlu dikuasai oleh para pemain pada
umumnya adalah: menendang bola, menggiring bola, menahan dan menghentikan bola,
menyundul bola, melempar bola, merampas atau merebut bola.

Menggiring bola merupakan teknik menendang terputus-putus atau pelan-pelan oleh
karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang
dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola hanya dilakukan pada saat-saat yang
menguntungkan saja yaitu bebas dari lawan.
Untuk dapat menggiring bola dengan baik perlu latihan yang terus menerus dengan
memperhatikan hal-hal antara lain:

a.
Bola harus dikuasai sepenuhnya.
b.
Jarak bola tetap dalam penguasaan pemain: bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki,
c.

dengan demikian bola tetap dikuasai.
Posisi badan antara bola dan lawan: pandangan melihat bola pada saat kaki menyentuh,

kemudian lihat situasi dan kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan.
d. Bola didorong dengan kaki.
Untuk dapat menggiring bola dengan baik diperlukan latihan secara intensif secara terus
menerus. Bentuk latihan menggiring bola menurut Sukatamsi (1988 : 164) yaitu: (a) lari
menggiring bola kemudian berputar membalik. (b) lari menggiring bola kemudian berputar
(membelok) ke kanan. (c) lari menggiring bola kemudian berputar (membelok) ke kiri. (d)
gabungan dari latihan (a), (b), dan (c).
Dalam menggiring bola dapat dibedakan beberapa cara menggiring bola yaitu:
a. Mengiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam
b. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar
c. Menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian atas atau kaki penuh

d. Mengiring bola dengan kaki bagian dalam
e. Mengiring bola dengan kaki bagian luar
Penguasaan bola merupakan bagian yang penting dalam setiap permainan. Setiap pemain
atau tim berusaha untu dapat menguasai bola, karena hanya dengan menguasai bola gol dapat
terjadi. Setelah bola dapat dikuasai, pemain atau tim akan berusaha supaya bola tidak mudah
hilang atau direbut lawan. Oleh karena itu pemain harus dituntut untuk memiliki penguasaan
bola. Penguasaan bola dapat ditunjukan dengan kemampuan seorang pemain dalam menggiring
bola. Sedangkan untuk memiliki kesempatan memasuki daerah lawan dan kesempatan
memasukkan bola dibutuhkan keterampilan menggiring bola.
Dalam menggiring bola seorang pemain harus dapat merubah arah dan melewati lawan
dengan cepat serta harus dapat menggunakan seluruh bagian kakinya sesuai dengan yang ingin
dicapai. Untuk dapat melakukan semua itu sangat dibutuhkan unsur fisik karena dukungan fisik

yang baik diharapkan seorang pemain atau atlet akan dapat bermain dengan baik pula. Selain itu
apabila pemain memiliki kondisi fisik yang baik akan memiliki beberapa keuntungan yang akan
menjadikan pemain dapat: meningkatan kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung,
peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain dari komponen
kondisi fisik, pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, respon atau
tanggapan yang cepat dari organisme tubuh kita, apabila sewaktu-waktu respon atau tanggapan
sedemikian diperlukan. Selain itu apabila kondisi fisik atlet baik, maka ia akan lebih cepat pula

menguasai teknik-teknik gerakan yang dilatihkan. Secara psikologi ada keuntungannya, karena
atlet yang memiliki kondisi fisik yang baik akan merasa lebih percaya diri dan lebih siap dalam
menghadapi tantangan–tantangan latihan dan pertandingan.
Komponen kondisi fisik tersebut tentunya mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam
mendukung kemampuan seorang pesepakbola dalam menggiring bola. Diantara komponen fisik
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kekuatan otot tungkai dan kelentukan pergelangan
kaki.
Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik
secara keseluruhan. Oleh karena itu kekuatan mutlak harus dimiliki seorang atlet sebelum ia
berlatih mengembangkan unsur-unsur yang lain.
Kekuatan merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik. Disamping membutuhkan
kekuatan otot tungkai untuk mencapai keterampilan menggiring bola diperlukan juga unsur fisik
yang berupa kelentukan, kelentukan merupakan kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak
sendi.
Kelenturan juga dibutuhkan dalam pergelangan kaki, karena dalam menggiring bola akan
menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, kura -kura kaki bagian dalam, kura-kura kaki
bagian luar dan kura-kura kaki bagian atas atau kaki penuh. Dalam menggiring bola ini,
kelenturan pergelangan kaki tidak berperan penuh, dalam arti tidak harus menggunakan
kelentukan maksimal. Setiap pemain dalam menggerakkan pergelangan kakinya pada saat
menggiring bola, kelentukan yang dibutuhkan atau sudut yang dibutuhkan pergelangan kaki

sesuai dengan kekinginan pemain (pemain merasa rileks atau sesuai dengan gayanya).
Keuntungan bagi seorang pemain sepakbola apabila memiliki kelentukan yang baik yaitu:
(1) cepat menguasai gerakan-gerakan untuk melakukan teknik atau taktik, (2) tidak mudah

mendapatkan kecelakaan atau cedera pada otot, (3) membantu daya tahan, kecepatan dan
kelincahan.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, kekuatan otot tungkai yang baik
dari seorang pemain diharapkan akan menunjukan keterampilan menggiring bolanya, sedangkan
kelentukan yang baik dari seorang atlet diharapkan dapat mengembangkan gerakan-gerakan dan
dapat mendukung keterampilannya. Apabila kedua unsur tersebut diterapkan dalam teknik
menggiring bola maka akan menghasilkan teknik menggiring bola dengan keterampilan yang
tinggi.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
makalahnya, yakni :
1.
Bagaimana hubungan kekuatan otot tungkai dengan keterampilan menggiring bola pada

2.

permainan sepakbola?
Apakah ada hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelentukan pergelangan kaki terhadap
keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola?

1.3.

Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menulis makalah ini bertujuan
diantaranya :
1.

Mengetahui hubungan kekuatan otot tungkai dengan keterampilan menggiring bola pada
permainan sepakbola.

2.

Mengetahui hubungan kekuatan otot tungkai dengan kelentukan pergelangan kaki terhadap
keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola.


—hï²³²ïg–
BAB II PEMBAHASAN
2.1.

Teknik Keterampilan Menggiring Bola

Pengertian keterampilan sesuai dengan perkataan Poerwadarminta (2002 : 935) yaitu
cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Menurut Sukatamsi (1988 : 158)
menggiring bola diartikan dengan gerakan lari menggunakan kaki mendorong bola agar bergulir
terus menerus di atas tanah. Adapun pendapat Engkos Kosasih (1994 : 95) menggiring bola yaitu
berlari membawa bola atau membawa bola dengan kaki.
Dari pendapat-pedapat di atas, keterampilan menggiring bola dapat diartikan kemampuan
seseorang untuk meggunakan kakinya, mendorong bola agar bergulir terus menerus di atas tanah
dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. Luxbacher (1998 : 47) mengatakan bahwa menggiring
bola dalam sepak bola memiliki fungsi yang sama dengan bolabasket yaitu memungkinkan
pemain untuk mempertahankan bola saat berlari melintasi lawan atau maju ke ruang yang
terbuka. Pemain dapat menggunakan berbagai bagian kaki (inside, outside, instep, telapak kaki)
untuk mengontrol bola sambil terus menggiring bola. Beberapa orang menanggap penggiringan
bola lebih sebagai seni daripada keterampilan. Pemain dapat mengembangkan gayanya sendiri

atau berimprovisasi dalam menggiringbola selama tetap mencapai sasaran utama yaitu
mengalahkan lawan sambil tetap menguasai bola. Sehingga dapat diambil suatu pengertian
bahwa menggiring bola adalah suatu kemampuan menguasai bola dengan kaki oleh pemain
sambil lari untuk melewati lawan atau membuka daerah pertahanan lawan. Adapun tujuan
menggiring bola menurut Sukatamsi (1988 : 158) adalah:
1.

Melewati lawan.

2.

Mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat.

3.

Menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat
kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman.
Untuk dapat menggiring bola dengan baik perlu dilakukan latihan-latihan yang terus
menerus sehingga akhirnya akan menjadi gerakan yang otomatis. Selain itu juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip menggiring bola. Menurut Sukatamsi (1988 : 158) beberapa

prinsip-prinsip menggiring bola yaitu:

1.

Bola di dalam penguasaan pemain, tidak mudah direbut lawan dan bola selalu terkontrol.

2.

Di depan pemain terdapat daerah kosong artinya bebas dari lawan.

3.

Bola digiring dengan kaki kanan atau kaki kiri, tiap langkah kaki kanan atau kaki kiri
mendorong bola ke depan, jadi bola didorong bukan ditendang. Irama sentuhan pada bola tidak
mengubah irama langkah kaki.

4.

Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja, akan tetapi
harus pula memperhatikan atau mengamati situasi sekitar dan lapangan atau posisi lawan

maupun posisi kawan.

5.

Badan agak condong kedepan, gerakan tangan bebas seperti pada waktu lari biasa.
Adapun kesalahan di dalam menggiring bola adalah sebagai berikut:

1.

Bukan mendorong tetapi memukul bola sehingga jalannya bola terlalu cepat dan tidak
terkontrol.

2.

Jarak antara pemain dengan bola terlalu jauh, sehingga direbut lawan.

3.

Irama langkah lari rusak akibat dari irama kaki menyentuh bola tidak teratur.


4.

Mata hanya selalu tertuju pada bola saja sehingga dalam permainan sesungguhnya pemain
tidak dapat melihat situasi lapangan seluruhnya.
Cara menggiring bola menurut pendapat Sukatamsi (1988 : 161-162) yaitu untuk
melakukan teknik menggiring bola berputar kearah kiri digunakan kura-kura kaki sebelah dalam
kaki kanan, sedangkan untuk melakukan teknik menggiring bola ke arah kanan digunakan kurakura kaki sebelah luar kaki kanan.
Adapun cara menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam menurut Sukatamsi
(1988 : 159) adalah sebagai berikut:

1.

Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan kura-kura
kaki sebelah dalam.

2.

Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti teknik menendang, akan
tetapi tiap langkah secara teratur menyentuh atau mendorong bola bergulir kedepan dan bola
harus selalu dekat dengan kaki. Dengan demikian bola mudah dikuasai dan tidak mudah direbut
oleh lawan.

3.

Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus sedikit ditekuk dan pada waktu kaki
menyentuh bola mata melihat bola, selanjutnya melihat situasi lapangan.
Menggiring bola menggunakan kura-kura kaki bagian dalam akan mempermudah
melindungi bola dari lawan atau bola tetap berada dalam penguasaan pemain, hal ini
menyebabkan lawan menemui kesulitan untuk merampas bola. Hal ini sesuai dengan pendapat A.
Sarumpaet (1992 : 25) yaitu jika pemain yang menggiring bola selalu diikuti atau dibayangi oleh
lawan maka cara menggiring bola seperti inilah yang lebih baik dilakukan karena bola selalu

berada di antara kedua kaki dengan lain perkataan bola selalu dapat dilindungi. Disamping itu
kalau menggiring bola menggunakan kura-kura kaki bagian dalam pemain dapat mudah merubah
arah bila dihadang oleh lawannya.
Sedangkan menggiring bola menggunakan kura-kura kaki bagian luar menurut Sukatamsi
(1988 : 161) adalah :
1.

Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki menendang bola dengan kura-kura kaki
sebelah luar.

2.

Setiap langkah secara teratur dengan kura-kura kaki bagian luar kaki kanan atau kaki kiri
mendorong bola bergulir ke depan dan bola harus selalu dekat dengan kaki.

3.

Pada saat menggiring bola lutut kedua kaki harus sedikit ditekuk dan pada waktu kaki
menyentuh bola mata melihat bola, selanjutnya melihat situasi lapangan.
A. Sarumpaet (1992 : 25) mengatakan bahwa mengiring bola dengan menggunakan kurakura bagian luar memberi kesempatan bagi pemain untuk merubah-ubah arah serta dapat
menghindari lawan yang berusaha merampas bola. Merubah arah atau membelok ke kiri maupun
ke kanan berarti menghindarkan bola dari lawan karena dengan cara demikian tubuh pemain
yang sedang menggiring bola dapat menutup atau membatasi antara lawan dengan bola.

·

Dalam pelaksanaan menggiring bola zig-zag melewati pancang atau lawan dapat dilakukan
dengan menggunakan kedua kaki bergantian, kaki kanan saja atau kaki kiri saja, adapun cara
pelaksanaannya menurut Sukatamsi (1988 : 169) adalah sebagai berikut: Menggiring bola zigzag melampaui pancang atau lawan dengan menggunakan kaki kanan dan kaki kiri bergantian,
bola didorong menggunakan kura-kura kaki bagian dalam. Waktu melampaui di sebelah kanan
tiang pancang/lawan digunakan kura-kura kaki bagian dalam kaki kanan sedangkan pada waktu
melampaui di sebelah kiri tiang pancang/lawan digunakan kura-kura kaki bagian dalam kaki kiri.

·

Menggiring bola zig-zag melampaui pancang atau lawan dengan menggunakan kaki sebelah
kanan saja, yaitu dengan cara: waktu melampaui di sebelah kanan tiang pancang/lawan
digunakan kura-kura kaki bagian dalam dan pada waktu melampaui di sebelah kiri tiang
pancang/lawan digunakan kura-kura kaki bagian luar.

·

Menggiring bola zig-zag melampaui pancang atau lawan dengan menggunakan kaki sebelah
kiri saja, yaitu dengan cara: waktu melampaui di sebelah kanan tiang pancang/lawan digunakan
kura-kura kaki bagian luar dan pada waktu melampaui di sebelah kiri tiang pancang/lawan
digunakan kura-kura kaki bagian dalam.cara: waktu melampaui di sebelah kanan tiang

pancang/lawan digunakan kura-kura kaki bagian dalam dan pada waktu melampaui di sebelah
kiri tiang pancang/lawan digunakan kura-kura kaki bagian luar.
·

Menggiring bola zig-zag melampaui pancang atau lawan dengan menggunakan kaki sebelah
kiri saja, yaitu dengan cara: waktu melampaui di sebelah kanan tiang pancang/lawan digunakan
kura-kura kaki bagian luar dan pada waktu melampaui di sebelah kiri tiang pancang/lawan
digunakan kura-kura kaki bagian dalam.
Beberapa prinsip yang perlu diketahui untuk dapat menggiring bola dengan baik menurut
A. Sarumpaet (1992 : 24) antara lain:

1.

Bola harus dikuasai sepenuhnya, berarti tidak mungkin dirampas lawan.

2.

Dapat menggunakan seluruh bagian kaki sesuai dengan tujuan apa yang ingin dicapai.

3.

Dapat menguasai situasi pemain pada waktu menggiring bola.
Penguasaan bola merupakan bagian yang penting dalam setiap permainan. Setiap pemain
atau tim berusaha untuk dapat menguasai bola, karena dengan menguasai bola menciptakan gol
akan lebih mudah. Setelah bola dapat dikuasai, pemain atau tim akan berusaha supaya bola tidak
mudah hilang atau direbut lawan. Oleh karena itu pemain harus dituntut untuk memiliki
penguasaan bola. Penguasaan bola dapat ditunjukkan salah satunya dengan kemampuan seorang
pemain dalam menggiring bola.

2.2.

Analisis Gerak
A. Keterlibatan Otot dalam Menggiring Bola
Kekuatan otot tungkai menggunakan kekuatan maksimum. Menurut KONI (2000: 12)
kekuatan adalah kekuatan otot yang membangkitkan tenaga/ kekuatan/ force terhadap suatu
tahanan.
M. Sajoto (1988 : 58) mengatakan bahwa kekuatan atau strenght adalah komponen
kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan
otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu.

Kekuatan otot tungkai yang dimaksud di sini adalah kemampuan otot untuk menerima
beban dalam waktu bekerja di mana kemampuan itu dihasilkan oleh adanya kontraksi otot yang
terdapat pada tungkai, kontraksi ini timbul untuk melakukan gerakan yang mendukung.
A. Hamidsyah Noer (1995 : 135) mengatakan salah satu unsur kondisi fisik yang perlu
dilatih terlebih dahulu adalah unsur kondisi fisik kekuatan, karena kekuatan memiliki peranan
yang penting dalam melindungi atlet dari cedera serta membantu stabilitas sendi-sendi.
Menurut Harsono (1988 : 179) kontraksi otot dapat digolongkan dalam tiga kategori
yaitu:
1.

Kontraksi isometris, dalam kontraksi isometris otot-otot tidak memanjang atau memendek
sehingga tidak nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan perkataan lain tidak ada jarak
yang ditempuh. Kontraksi ini disebut juga kontraksi statis.

2.

Kontraksi isotenis,dalam kontraksi akan nampak bahwaterjadi suatu gerakan dari anggotaanggota tubuh yang disebabkan memanjang dan memendeknya otot-otot sehingga terdapat
perubahan dalam panjang otot. Kontraksi ini disebut juga kontraksi dinamis.

3.

Kontraksi isokinetis yaitu kontraksi dari kedua kontraksi tersebut.
Dari pengertian kekuatan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kekuatan adalah
kemampuan otot-otot atau sekelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau tahanan dalam
menjalankan aktivitas latihan. Kekuatan harus mutlak diperlukan pada setiap atlet untuk semua
cabang olahraga.
Kekuatan otot merupakan komponen penting dari kesegaran jasmani, karena tingkat
penyesuaian kemampuan terjadi sesuai dengan proporsi dari kualitas dan jumlah serabut otot.
Ateng (1992 : 66) berpendapat bahwa kesegaran jasmani dalam kaitan dengan kekuatan otot
memerlukan:

1.

Kualitas dan jumlah serabut otot yang memadai.

2.

Kemampuan menginervasi (mengerahkan) sejumlah serabut otot yang diperlukan.

3.

Irama gerak sesuai dengan beban kerja otot.

4.

Tahanan internal yang rendah.

5.

Pola koordinasi yang efisien.

6.

Efektivitas pengungkit.
Harsono (1988 : 77) mengatakan bahwa kekuatan otot adalah komponen yang sangat
penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Karena, pertama kekuatan

merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, kedua kekuatan memegang peranan penting
dalam melindungi atlet atau orang dari cedera, ketiga dengan kekuatan atlet akan dapat lari lebih
cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, memukul lebih keras, demikian juga
dapat membantu memperkuat sendi-sendi.
Dari beberapa pengertian tersebut, kekuatan dapat diartikan sebagai kualitas tenaga otot
atau sekelompok otot dalam membangun kontraksi secara maksimal untuk mengatasi beban yang
datang baik dari dalam maupun dari luar. Jadi gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tungkai
akan menghasilkan gerakan aktivitas seperti menendang, berjalan, melompat dan lain
sebagainya. Dimana garakan tersebut dibutuhkan dalam melakukan gerakan olahraga, terutama
cabang olahraga yang dominan menggunakan kaki separti: sepakbola, pencaksilat, bersepada dan
masih banyak lainnya.
Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.
Sebagian otot tubuh ini melekat pada kerangka otot yang dapat bergerak secara aktif sehingga
dapat menggerakan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak tertentu. Otot dapat mengadakan
kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar berupa rangsangan arus
listrik, rangsangan mekanis, dingin dan lain-lain. Syaifuddin (1997 : 41) mengatakan bahwa
dalam keadaan sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah
yang datang dari susunan saraf motoris.
Di dalam peningkatan latihan kekuatan, kita harus selalu ingat akan prinsip
peningkatan/penambahan beban. Hamidsyah Noer (1995 : 136) mengatakan bahwa disamping
faktor latihan masih ada faktor lain yang turut menentukan baik tidaknya kekuatan seorang atlet,
diantaranya yaitu:
1.

Tergantung dari besarnya fibril otot dan tergantung pula atas banyaknya yang ikut serta dalam
melawan beban, serta tonus otot.

2.

Tergantung dari bentuk kerangka tubuh, makin besar kerangka tubuh makin baik.

3.

Faktor umur juga sangat menentukan, bagi atlet yang berusia tua tentu saja faktor kekuatannya
akan berubah.

4.

Pengaruh psikis dari dalam maupun dari luar.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka kita dapat menjaga bahkan
meningkatkan unsur kekuatan, sehingga dapat menunjang dalam meningkatkan prestasi. Jadi
dapat disimpulkan bahwa kekuatan/strength adalah kemampuan otot membangkitkan tegangan

terhadap suatu tahanan. Oleh karena itu latihan-latihan yang cocok untuk dapat membantu
mengembangkan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise) dimana kita harus
mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, beban itu bisa beban anggota tubuh kita
sendiri ataupun beban bobot dari luar (extance resistance). Beban tersebut harus sedikit demi
sedikit bertambah berat agar perkembangan otot terjamin.
Oleh karena itu, pada latihan tahanan haruslah selalu merupakan latihan-latihan tahanan
yang progresif dan tidak berhenti pada satu berat, beban atau bobot tertentu. Sehingga otot
memiliki kemampuan menerima beban maksimal. Apabila diterapkan pada pelaksanaan aktivitas
menggiring bola adanya kekuatan yang baik diharapkan keterampilan menggiring bolanya lebih
memadai.

B. Keterlibatan Tulang dan Persendian yang Dominan Bekerja dalam Keterampilan Menggiring
Bola
M. sajoto (1988 : 58) menyatakan bahwa kelentukan adalah efektifitas seseorang dalam
penyesuaian dirinya, untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya,
terutama otot-otot, ligamen-ligamen di sekitar persendian.
Kelentukan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan gerak olahraga, apabila
seseorang mengalami gerak yang kurang luas pada persendiannya dapat mengganggu gerakan
atau menimbulkan cedera pada otot.
Macam-macam kelentukan menurut Suharno (1986 : 50) antara lain: (1) Kelentukan
umum, ialah kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitudo yang luas dimana sangat
berguna dalam gerakan olahraga pada umumnya dan menghadapi hidup sehari-hari. Kelentukan
sendi-sendi tidak mengganggu/menghambat gerakan dalam olahraga apa saja dan pekerjaan
umum sesuai dengan situasi, (2) Kelentukan khusus, ialah kemampuan seseorang dalam gerak
dengan amplitudo yang luas dan berseni dalam satu cabang olahraga. Tuntutan masing-masing
cabang olahraga terhadap kelentukan sangat berbeda-beda. Perbedaan tersebut biasanya atas
dasar perbedaan teknik masing-masing cabang olahraga dan teknik bertanding yang digunakan.
Menurut Pate yang diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993 : 173) Pergelangan
kaki dan telapak kaki adalah komponen penting dari sistem pengantar kekuatan yang

memungkinkan olahragawan untuk menampilkan gerakan berlari. Tulang persendian tibia, fibula
dan talus membentuk sendi engsel pergelangan kaki.
Luxbacher (1998 : 49) berpendapat bahwa dalam beberapa situasi pemain tidak perlu
melakukan dribble dengan kontrol yang rapat, misalkan dalam situasi yang menguntungkan di
pertahanan lawan. Dalam situasi tersebut pemain harus mampu menggiring bola dengan
kecepatan penuh, jangan biarkan bola rapat dengan kaki, tapi sebaliknya dorong bola beberapa
kaki ke depan ke arah ruang yang terbuka, berlari dengan cepat dan kemudian mendorongnya
kembali menggunakan seluruh permukaan instep atau outside-of-the-foot. Sebelum impac
dengan bola. Kaki dalam menggerakkan instep atau outside-of-the-foot memerlukan kelentukan
pergelangan kaki.
Tidak semua orang memiliki pergelangan kaki yang lentuk, sehingga dalam melakukan
gerakan tungkaipun kurang sempurna. Dengan seorang pemain memiliki kelentukan pergelangan
kaki diharapkan akan menambah keterampilannya dalm menggiring bola.
Menurut Harsono (1988 : 164) kelentukan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan
peregangan otot dan latihan-latihan memperluas ruang gerak sendi-sendi. Adapun beberapa
metode latihan yang dapat dipakai untuk mengembangkan kelentukan:
1.

Peregangan dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh atau anggotaanggota tubuh secara ritmis (berirama) sehingga otot-otot terasa teregangkan.

2.

Peregangan statis, dalam peregangan ini perlu mengambil sikap sedemikian sehingga
meregangkan suatu kelompok otot tertentu dan sikap ini dipertahankan secara statis untuk
beberapa detik.

3.

Peregangan pasif, dalam metode ini, pelaku merelax-kan kelompok tertentu, kemudian
temannya membantu meregangkan otot tersebut secara berlahan-lahan sampai titik fleksibilitas
maksimum tercapai, tanpa keikut sertaan secara aktif dari pelaku.

4.

peregangan kontraksi-rileksasi, otot diregangkan dulu secara isometrik 6 sampai 10 detik, lalu
otot diregangkan dengan metode pasif selama 20 sampai 30 detik.
Pendapat lain dari Suharno (1986 : 51) masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam
kaitannya melatih kelentukan adalah:

1.
2.

Pemanasan sebelum inti latihan harus cukup panas.
Gerakan-gerakan jangan dipaksakan, sehingga mengakibatkan robek/putusnya jaringanjaringan.

3.

Latihan harus sistematis, teratur dan peningkatan latihan sedikit demi sedikit.

4.

mulailah latihan sejak anak-anak.

5.

Latihan harus diulang-ulang, jika merasa sakit segera latihan dihentikan.

6.

Selesai latihan kelentukan perlu diimbangi dengan latihan penguatan.

7.

Jangan memaksa atlet yang sedang muram, takut, susah untuk berlatih kelentukan.

8.

Latihan kelentukan sebaiknya dimulai dari kanak-kanak dan pada siang hari.
Kegunaan kelentukan menurut Suharno (1986 : 49) di dalam olahraga adalah:

1.

Mempermudah atlet dalam penguasaan-penguasaan teknik-teknik tinggi.

2.

Mengurangi terjadinya cedera atlet

3.

Seni gerak tercermin dalam kelentukan yang tinggi.

4.

Meningkatkan kecepatan dan kelincahan gerak.
Keuntungan bagi seorang pemain sepakbola apabila memiliki kelentuka yang baik yaitu:

1.

Cepat menguasai gerakan-gerakan untuk melakukan teknik atau taktik.

2.

Tidak mudah mendapatkan kecelakaan atau cedera pada otot.

3.

Gerakan-gerakan akan dilaksanakan dengan mudah sehingga tidak lekas lelah.

4.

Membantu daya tahan, kecepatan dan kelincahan.
Dari pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam melakukan
drible/menggiring bola seorang pemain harus dapat merubah arah dan menghindari lawan
dengan cepat serta harus dapat menggunakan seluruh bagian kakinya sesuai dengan yang ingin
dicapai. Untuk dapat melakukan semuanya itu sangat dibutuhkan unsur fisik diamtaranya berupa
kekuatan otot tungkai dan kelentukan pergelangan kaki.

C.

Sistem Energi Dominan Saat Menggiring Bola
Sistem energi yang diperlukan didalam sepak bola diantaranya adalah system energi daya
tahan Aerobik dan Anaerobik. Rincian sistem Aerobik dan Anaerobik menujukan bagaimana atau
betapa besar keterlibatan kedua system ini dalam melekukan aktifitas tertentu yang berhubungan
dengan aktifitas olah raga. Rincian kedua system ini di tentukan dengan mengidentifikasikan
berapa lama dan berapa berat seorang atlet bekerja tanpa istirahat.
Sistem energi Aerobik berarti dengan oksigen artinya kerja otot dan gerak otot yang
dilakukan mengunakan oksigen guna melepas energi dari bahan-bahan otot (PB. PASI 1993 :

22). Beban kerja latihan aerobik dapat secara terus-menerus atau dirinci menjadi interval-interval
antara lari kencang dan lari pelan. Latihan aerobik yang betul akan memperbaiki produksi energi
aerobik dalam otot dan juga dapat menunjang meningkatkan kinerja jantung dan paru-paru.
Sedangkan sistem energi Anaerobik berarti tanpa oksigen artinya mampu bekerja dengan
intensitas tingkat tinggi (PB. PASI 1993:23). Latihan ringan seperti jogging dapat digunakan
untuk dapat meningkatkan dan melatih daya tahan anaerobic.
Dalam keterkaitannya dengan cabang olah raga sepak bola kedua system energi ini samasama memberi peranan yang penting dalam menunjang melakukan gerak olah raga ini. Sistem
aerobik dalam sepak bola digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan dalam intensitas yang
cepat seperti sprint dalam perebutan bola, memberi umpan atau dalam mencetak gool. Sedang
system anaerobik untuk melakukan gerakan dalam intensitas sedang atau lambat seperti lari
jogging.
Selain menguasai teknik dasar yang benar pemain sepakbola juga harus mempunyai
kondisi fisik dan energi yang baik, dalam meningkatkan kondisi fisik maka perlu dilatihkan
beberapa kondisi fisik atau energi, sedangkan unsur kondisi fisik umum meliputi kekuatan, daya
tahan, kecepatan, kelincahan dan kelentukan. Sedangkan unsur kondisi fisik khusus mencakup
stamina, daya ledak, reaksi, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan (Suharno HP, 1985: 24).
Kekuatan atau energi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam unjuk kerja
dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik seseorang dan sangat dibutuhkan dihampir semua
cabang olahraga, kekuatan adalah kemampuan dari otot atau sekelompok otot untuk mengatasi
tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitasnya ( Suharno HP, 1985: 24).
Harsono (1988: 176) menyatakan bahwa kekuatan adalah komponen yang sangat penting
guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena:
1.

Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas.

2.

Kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera.

3.

Kekuatan dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien, meskipun banyak
aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan, kelentukan, kecepatan, daya ledak dan
sebagainya. Namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar
memperoleh hasil yang baik.
Menurut Suharno HP (1985: 25) kekuatan ada 3 macam yaitu: kekuatan maksimal, kekuatan
daya ledak, dan power endurance (kuat dan tahan lama).

1. Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot dalam konsentrasi maksimal serta dapat
melawan/menahan beban yang maksimal pula.
2. Kekuatan daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi
tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.
3. Power endurance (kuat dan tahan lama) adalah kemampuan tahan lamanya kekuatan otot untuk
melawan tahanan beban yang tinggi intensitasnya.
Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian kecepatan menggiring bola adalah
faktor kondisi fisik kekuatan energi otot tungkai. Dengan kata lain untuk mencapai kecepatan
menggiring bola harus ada unsur kondisi fisik terutama kekuatan otot tungkai yang digunakan
untuk mengangkat paha dan menolak pada saat lari menggiring bola.
Kekuatan otot tungkai seseorang berperan penting dalam meningkatkan frekuensi
langkah lari seseorang, karena frekuensi langkah adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai
dan kecepatan otot dalam melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari menggiring
bola. Seorang pemain sepakbola harus memiliki kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat,
lutut yang kuat dan tungkai yang kuat agar dapat memikul badan yang berat.
Dalam pencapaian kecepatan menggiring bola kelincahan dan kekuatan otot tungkai
sangat berpengaruh. Karena otot merupakan faktor pendukung kemampuan seseorang untuk
melangkahkan kaki.
Besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot. Para ahli fisiologi
berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh bertambah luasnya serabut otot akibat
suatu latihan. Makin besar serabut-serabut otot seseorang, makin kuat pula otot tersebut.
(M.Sajoto, 1988: 111).
Kekuatan atau strength komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan
seorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja
tertentu (M. Sajoto, 1988: 58). Menurut Harsono (1988: 176) kekuatan adalah kemampuan otot
untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 973) tungkai adalah “kaki (seluruh kaki
dari pangkal paha ke bawah)”. Kekuatan otot yang dimaksud penulis yaitu kemampuan otot
tungkai untuk mempergunakan otot-ototnya menerima beban dalam waktu kerja tertentu.
Kekuatan otot tungkai disini yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan sekelompok otot
untuk melakukan gerakan menggiring bola.

Untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan yang sering digunakan pelatih adalah weight
training, circuit training, dan interval training, disamping bentuk-bentuk latihan yang lain.
Weight training adalah bentuk latihan yang bertujuan mengembangkan dan memperkuat. Ini
berarti otot yang mempunyai volume besar kekuatannya juga besar. “umumnya diketahui suatu
otot dipengaruhi oleh unsur struktural otot itu, khususnya volume. Telah diketahui bahwa
kekuatan otot meningkat sesuai dengan volume otot” (Straoss, 1988: 7).
Berkat latihan dan pembinaan secara teratur dan terus menerus akan diperoleh kekuatan,
yang berarti seseorang akan dapat memanfaatkan sesuai dengan gerakan teknik yang
dikehendaki.
D. Analisis Kinetik
Ø Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan Keterampilan Menggiring Bola
Keterampilan menggiring bola adalah kemampuan seseorang untuk menggerakan kakinya,
mendorong bola agar bergulir terus menerus di atas tanah dengan waktu yang sesingkatsingkatnya.
Melihat dari pernyataan tersebut di atas diasumsikan bahwa untuk mendapatkan keterampilan
menggiring bola diperlukan latihan yang terus menerus selain itu juga dibutuhkan unsur fisik
berupa kekuatan otot tungkai, karena dalam menggiring bola otot tungkai berperan utama yaitu
sebagai tumpuan dan stabilisator. Dengan seorang pesepakbola memiliki kekuatan otot tungkai
yang baik diharapkan keterampilan menggiring bolanya lebih memadai.

Ø Hubungan Kekuatan Otot Tungkai Dengan Kelentukan Pergelangan Kaki Terhadap Keterampilan
Menggiring Bola
Pada cabang olahraga sepakbola, khususnya teknik dasar menggiring bola anggota tubuh
yang berperan utama adalah tungkai, karena tungkai berfungsi sebagai tumpuan dan stabilisator.
Dengan seorang pesepakbola memiliki kekuatan otot tungkai yang baik diharapkan keterampilan
menggiring bolanyapun akan menjadi lebih baik.
Selain kekuatan otot tungkai, kondisi fisik lain yang penting adalah kelentukan. Pada saat
menggiring bola kelentukan pergelangan kaki dibutuhkan untuk melakukan gerakan-gerakan lari
sehingga dalam menggiring bola bisa lebih cepat. Oleh karena itu timbul dugaan bahwa

kelentukan pergelangan kaki mempunyai hubungan dengan keterampilan menggiring bola,
artinya seorang pemain yang memiliki kelentukan baik diharapkan dapat menambah
keterampilan menggiring bola dengan lebih baik. Oleh karena itu apabila dari kedua variabel di
atas dihubungkan secara bersama-sama, diduga juga mempunyai hubungan yang positif dengan
keterampilan menggiring bola. Artinya apabila seseorang pemain sepak bola berlatih menggiring
bola secara terus menerus akan dapat menambah keterampilan menggiring bolanya, dan dengan
didukung kekuatan otot tungkai dan kelentukan pergelangan kaki yang baik, diharapkan
keterampilan menggiring bolanya akan lebih memadai.
2.3.

Pola Latihan
A. Bentuk Latihan Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (M. Sajoto, 1995: 8),
sedangkan menurut Sugiyanto (1993: 221), kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan
organ-organ tubuh didalam melakukan aktivitas fisik.
Kondisi fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor. Gerakan yang
terampil bisa dilakukan apabila kondisi fisiknya memadai.
Tubuh manusia pada garis besarnya terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmani
dapat dilihat dari sudut pandang yaitu:
1.

Segi wujudnya yang dapat dilihat secara jelas seperti anatomi/antropometri.

2.

Kemampuan atau kapasitas kerjanya yaitu dari segi faalnya.
Dalam keadaan seperti ini, kondisi fisik seseorang akan dapat diketahui sampai seberapa
jauh kemampuannya dalam mendukung aktivitas olahraganya. Keadaan tersebut tidak dapat
dilihat secara langsung seperti yang pertama, melainkan harus melalui suatu tes, baik
laboratorium maupun lapangan.
Komponen kondisi fisik (Bompa, 1990: 29) sebagai komponen kesegaran biometrik
dimana komponen kesegaran motorik terdiri dari dua kelompok komponen, masing-masing
adalah kelompok kesegaran jasmani yaitu: 1) kesegaran otot, 2) kesegaran kardiovaskuler, 3)
kesegaran keseimbangan jumlah dalam tubuh dan 4) kesegaran kelentukan. Kelompok
komponen lain dikatakan sebagai kelompok komponen kesegaran motorik yang terdiri dari: 1)
koordinasi gerak, 2) keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, 5) daya ledak otot.

Disamping itu ada dua komponen yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi
fisik yaitu: 1) ketepatan dan 2) reaksi. Apabila komponen koordinasi gerak digabung kedalam
komponen kelincahan, maka ada 10 komponen yang masuk kategori kondisi fisik.
Dalam meningkatkan kondisi fisik banyak faktor yang harus dimiliki selain 10 komponen
kondisi fisik. Faktor yang mempengaruhi kondisi fisik adalah: 1) faktor latihan, 2) prinsip beban
latihan, 3) faktor istirahat, 4) kebiasaan hidup sehat dan 5) faktor lingkungan 6) faktor makanan.
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau pekerjaan ( Harsono, 1988: 101). Selain
penambahan beban latihan frekuensi latihan juga harus diperhatikan untuk meningkatkan prestasi
atlit. Frekuensi latihan yang baik dilakukan tiga kali dalam seminggu agar atlit tidak mengalami
kelelahan yang kronis.
Dalam olahraga prestasi latihan harus mempunyai tujuan yang pasti, mempunyai prinsip
latihan serta berpengaruh terhadap cabang olahraga yang diikutinya, bahwa ada pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan latihan adalah peningkatan prestasi yang maksimal,
peningkatan kesehatan dan peningkatan kondisi fisik. Adapun tujuan latihan menurut
penekanannya adalah sebagai berikut:
1.

Pembentukan kondisi fisik (physical build up)
Unsur yang dibentuk dan dikembangkan meliputi kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan,
daya lentur, kelincahan, keseimbangan, ketepatan dan reaksi.

2.

Pembentukan teknik (technical build up)
Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar ke teknik yang lebih tinggi dan akhirnya
menuju kepada gerakan-gerakan yang otomatis.

3.

Pembentukan taktik (technical build up)
Pembentukan taktik meliputi pentahapan dan penyerangan termasuk didalamnya penyusunan
strategi, sistem dan pola.

4.

Pembentukan mental (mental build up)
Pembentukan mental dan usur psikologis sesuai dengan cabang olahraga yang diikuti.

5.

Pembentukan kematangan juara
Akhir dari pembentukan harus menuju kematangan juara. Dengan bekal fisik, yang didukung
mental bertanding yang merupakan keselarasan yang matang antara tindakan dengan mental
bertanding.

Dalam latihan kondisi fisik, dapat dibedakan menjadi dua macam program latihan.
Pertama program latihan peningkatan kondisi fisik baik perkomponen maupun secara
keseluruhan. Hal ini dilaksanakan bila berdasarkan tes awal pemain yang bersangkutan belum
berada dalam status kondisi fisik yang diperlukan untuk pertandingan-pertandingan yang akan
dilakukannya. Misalnya pada saat tes seorang pemain sepak bola mempunyai VO 2max 45
ml/kg/menit. Sedang menurut kenyataan yang diperlukan, bagi pemain sepak bola dalam kondisi
puncak adalah (56-70) ml/kg/menit, maka seorang pelatih kemudian menyusun program latihan
endurance bagi pemain tersebut sedemikian rupa sehingga pada saat turnamen berlangsung
pemain yang dimaksud dengan status VO2 max-nya sudah mencapai (56-70) ml/kg/menit dan
sebagainya.
Kedua, program latihan mempertahankan kondisi fisik, yaitu suatu program latihan yang
disusun sedemikian rupa sehingga dengan program tersebut diharapkan akan berada dalam status
kondisi puncak sesuai dengan kondisi fisik yang dibutuhkan untuk cabang olahraga yang
bersangkutan dalam suatu turnamen atau pertandingan tertentu (M. Sajoto, 1995:29)
B. Bentuk Latihan Menggiring Bola
Menggiring bola merupakan teknik dasar dengan bola yang sering digunakan dalam
permainan sepakbola. Menggiring bola merupakan teknik dalam usaha memindahkan bola dari
suatu daerah ke daerah lain pada saat permainan berlangsung (A. Sarumpaet, 1992: 24).
Sedangkan menurut Sukatamsi (1984: 158) menggiring bola diartikan dengan gerakan lari
menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus menerus diatas tanah.
Dari batasan yang diberikan oleh para ahli diatas menunjukkan tidak adanya perbedaan
pengertian, sehingga dapat diambil suatu pengertian bahwa menggiring bila adalah suatu
kemampuan menguasai bola dengan kaki oleh pemain sambil lari untuk melewati lawan atau
membuka daerah pertahanan lawan.
Kegunaan menggiring bola sangat besar untuk membantu penyerangan, untuk menembus
pertahanan lawan. Tujuan dari menggiring bola adalah: 1) untuk memindahkan permainan,2)
untuk melewati lawan,3) memancing lawan untuk mendekati bola sehingga daerah penyerangan
terbuka, dan 4) untuk memperlambat permainan (A. Sarumpat, 1992: 24-25).

Berorientasi dari tujuan menggiring bola, maka dapat dibedakan beberapa cara
menggiring bola yaitu: 1) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam, 1) menggiring
bola dengan kura-kura kaki bagian luar, 3) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian atas
(A. Sarumpat, 1992: 25). Dari ketiga cara menggiring bola tersebut, penulis memilih menggiring
bola dengan kura-kura kaki bagian dalam dan dengan kura-kura kaki bagian luar.
Hal ini dikarenakan untuk menggiring bola berputar ke arah kiri digunakan kura-kura
kaki sebelah dalam kaki kanan.sesuai dengan irama lari, setiap langkah kaki kanan bola didorong
dengan kaki bagian dalam. Cara ini hanya digunakan untuk membelok, berputar atau merubah
arah (Sukatamsi, 1984: 160).

Bentuk latihan menggiring bola di dalam permainan sepak bola diantaranya :
1.

Menggiring bola dengan sambil membelok ke kiri dan kanan atau zig-zag dengan jarak tertentu
dan selanjutnya bola di berikan pada pasangan didepannya.

2.

Latian berikutnya sama dengan latian yang pertama tetapi bola dibawa/digiring kembali dan
diberikan pada teman yang berada di belakangnya.

3.

Latihan berikutnya sama dengan latian ke-1 dan ke-2 hanya ditambah tingkat kesulitannya
(misal: jarak menggiring bola ditambah panjang, kecepatan/lari membawa bola ditambah cepat).

—hï²³²ïg–
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pembahasan di atas, penulis makalah ini menyimpulkan
makalahnya ini, diantaranya :

1.

Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot untuk menerima beban dalam waktu bekerja di
mana kemampuan itu dihasilkan oleh adanya kontraksi otot yang terdapat pada tungkai,
kontraksi ini timbul untuk melakukan gerakan yang mendukung.

2.

Menggiring bola diperlukan latihan yang terus menerus selain itu juga dibutuhkan unsur fisik
berupa kekuatan otot tungkai, karena dalam menggiring bola otot tungkai berperan utama yaitu
sebagai tumpuan dan stabilisator. Dengan seorang pesepakbola memiliki kekuatan otot tungkai
yang baik diharapkan keterampilan menggiring bolanya lebih memadai.

3.

kelentukan pergelangan kaki dibutuhkan untuk melakukan gerakan-gerakan lari sehingga
dalam menggiring bola bisa lebih cepat. Oleh karena itu timbul dugaan bahwa kelentukan
pergelangan kaki mempunyai hubungan dengan keterampilan menggiring bola, artinya seorang
pemain yang memiliki kelentukan baik diharapkan dapat menambah keterampilan menggiring
bola dengan lebih baik.

4.

Kelentukan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan gerak olahraga, apabila
seseorang mengalami gerak yang kurang luas pada persendiannya dapat mengganggu gerakan
atau menimbulkan cedera pada otot.

5.

Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (M. Sajoto, 1995: 8),
sedangkan menurut Sugiyanto (1993: 221), kemampuan fisik adalah kemampuan memfungsikan

organ-organ tubuh didalam melakukan aktivitas fisik.
6.
Komponen kondisi fisik (Bompa, 1990: 29) sebagai komponen kesegaran biometrik dimana
komponen kesegaran motorik terdiri dari dua kelompok komponen, masing-masing adalah
kelompok kesegaran jasmani yaitu: 1) kesegaran otot, 2) kesegaran kardiovaskuler, 3) kesegaran
keseimbangan jumlah dalam tubuh dan 4) kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain
dikatakan sebagai kelompok komponen kesegaran motorik yang terdiri dari: 1) koordinasi gerak,
7.
·

2) keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, 5) daya ledak otot.
Bentuk latihan menggiring bola di dalam permainan sepak bola diantaranya :
Menggiring bola dengan sambil membelok ke kiri dan kanan atau zig-zag dengan jarak
tertentu dan selanjutnya bola di berikan pada pasangan didepannya.

·

Latian berikutnya sama dengan latian yang pertama tetapi bola dibawa/digiring kembali dan
diberikan pada teman yang berada di belakangnya.

·

Latihan berikutnya sama dengan latian ke-1 dan ke-2 hanya ditambah tingkat kesulitannya
(misal: jarak menggiring bola ditambah panjang, kecepatan/lari membawa bola ditambah cepat).

3.2.Saran-Saran
·

Untuk mendapatkan keterampilan menggiring bola, maka perlu memperhatikan kekuatan otot
tungkai dan kelentukan pergelangan kaki dengan jalan memberikan latihan kekuatan dam
kelentukan secara terprogram.

·

Kondisi fisik para pemain sepak bola harus lebih didahulukan melalui program-program
latihan teknik, taktik dan fisik yang terencana dan terprogram dengan baik supaya dapat
meningkatkan kondisi fisik para pemainnya secara keseluruhan agar yang kurang baik menjadi
lebih baik dan dapat berprestasi dalam cabang olahraga Sepak Bola.

—hï²³²ïg–
DAFTAR PUSTAKA
P Soekamtasi, 1984. Teknik Dasar Bermain Sepak Bola. Solo: Tiga SErangkai.
Oerwadarminta, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01ab/5f83b52e.dir/doc.pdf
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH1da5/c8b6618a.dir/doc.pdf
http://tegartia.wordpress.com/2009/12/16/sepak-bola/
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9/0437d05a.dir/doc.pdf