PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS A (1)

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL
APLIKASI PENGUKURAN INDEKS MUTU KINERJA KADER PARTAI PADA
ORGANISASI POLITIK STUDY KASUS : PARTAI GERINDRA
Sandro Alfeno
e-mail : [email protected]
Dosen Teknik Informatika, STMIK Raharja, Tangerang
ABSTRAK
Penilaian kinerja kader merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi
partai karena dengan penilaian yang baik maka semua sistem akan berjalan dengan baik
pula. Untuk melakukan penilaian kinerja mutu kader dengan baik perlu dilakukan
dengan suatu sistem yang terstruktur, sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan melakukan penilaian yang benar maka data yang diperoleh akan sesuai dengan
apa yang diinginkan. Penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) akan
dijadikan model yang akan digunakan dalam menilai kualitas kinerja kader partai
dengan menggunakan pendekatan kesatuan (unity), kompleksitas (complexity), saling
ketergantungan (inter dependence), struktur hirarki (hierarchy struct87uring),
pengukuran (measurement) dan selanjutnya dikembangkan ke dalam perangkat lunak
dengan menggunakan metode Unified Modeling Language (UML) dengan demikian hasil
penilaian yang didapatkan terhadap kualitas kader akan lebih objektif dan memiliki
korelasi yang baik terhadap kepentingan partai.
Kata Kunci : Penilaian, Kader, Kinerja

ABSTRAC
performance assessment of cadres is very important in a party organization because with
good judgment then all systems will run well too. To conduct a good quality cadre
performance assessment needs to be done with a structured system, so that will get
maximum results. By doing a correct assessment then the data obtained will be in
accordance with what is desired. The application of Analytical Hierarchy Process (AHP)
method will be used as a model to be used in assessing the performance quality of party
cadres by using unity approach, complexity, inter dependence, hierarchy structuring,
measurement ) and subsequently developed into software using Unified Modeling
Language (UML) method so that the result of the assessment obtained on cadre quality
will be more objective and have good correlation to party's interest.
Keywords: Assessment, Cadres, Performance
1. Pendahuluan
Hasil
kinerja
kader
sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan suatu
partai politik atau organisasi. Apabila hasil
kinerja kader optimal maka sudah hampir

dapat dipastikan bahwa partai politik
tersebut juga akan bagus. Demikian pula
berlaku sebaliknya, jika hasil kinerja kader
rendah maka prestasi partai politik tersebut
juga akan ikut menurun, namun suatu partai

politik tidak boleh hanya melihat pada hasil
prestasi secara keseluruhan saja. Kader
sebagai komponen penting dan roda
penggerak partai politik perlu diberikan
semacam reward atau penghargaan atas
hasil kinerjanya, tentu saja penghargaan ini
juga bergantung pada kualitas tiap sumber
daya manusianya sendiri. Setiap kader
memiliki karakteristik beragam yang

87

berpengaruh pada hasil kinerja yang akan
dimanfaatkan oleh partai. Terkadang

dijumpai kader yang menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi akan tetapi memliki
integritas atau perilaku yang merugikan bagi
rekan kerjanya atau bahkan partai politik
tempat
ia
berorganisasi.
Namun pada hasil penilaian kinerja
menunjukkan kader tersebut mendapatkan
nilai lebih tinggi dibandingkan kader yang
lain. Hal semacam ini bisa menumbuhkan
iklim kerja yang kurang kondusif dan secara
tidak langsung akan berdampak buruk bagi
partai. Ini terjadi hampir di setiap partai
politik dalam menentukan mana kader yang
layak mendapat penghargaan lebih bukan
hanya dinilai dari kualitas dan loyalitas yang
dia hasilkan bagi partai. Karena seorang
pimpinan partai politik bukan hanya dituntut
untuk adil dalam pendistribusian beban kerja

bagi setiap kader, namun juga harus bisa
memberikan penilaian secara adil terhadap
kontribusi
para
kadernya.
Partai Gerindra sebagai partai politik
yang sedang berkembang di Indonesia juga
terus melakukan pengembangan terhadap
sumber daya manusia yang dimiliki. Salah
satunya adalah melakukan penilaian kinerja
(performance appraisal) kader setiap tahun
yang dibagi per provinsi. Diantaranya adalah
dengan cara menentukan target pencapaian
suara di pemilu atau pemilihan kepala
daerah dan setiap kader dengan menentukan
Key
Performance
Indicator
(KPI).
Namun seiring perjalanannya, KPI

sendiri belum dapat dijadikan satu-satunya
parameter dalam menentukan kader yang
berprestasi atau tidak karena tidak semua
kriteria dapat dinilai secara akurat.
Seperti telah dijelaskan diatas tadi
bahwa seorang kader tidak bisa hanya dinilai
dari kualitas yang dihasilkan akan tetapi
terdapat nilai-nilai implisit seperti perilaku,
integritas, kedisplinan dan teamwork yang
juga harus menjadi bahan pertimbangan
dalam proses penilaian kinerja. Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka peneliti
merumuskan masalah yang ada yaitu
sebagai berikut :
-

Bagaimana cara menggabungkan
penilaian kinerja kader dengan
berbagai macam kriteria kualitatif ?


88

-

Bagaimana
cara
menghasilkan
keputusan penilaian terhadap kader
yang lebih akurat, relevan dan bisa
diterima oleh semua pihak namun
masih sejalan dengan kebijakan
partai politik ?
Berdasarkan Pembahasan masalah
diatas penelitian ini memiliki tujuan yaitu :
-

-

Membuat
suatu sistem yang

berfungsi sebagai alat pengukur
indek mutu kinerja kader dengan
melibatkan
beberapa
kriteria
kualitatif
Menghasilkan output yang dapat
dijadikan penilaian terhadap kader
yang
relavan
sesuai
dengan
kebutuhan partai politik

2. Landasan Teori
2.1.Partai Politik
Partai politik adalah suatu kelompok
yang terorganisir yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan citacita yang sama. Tujuan kelompok ini
adalah untuk memperoleh kekuasaan

politik dan merebut kekuasaan politik
dengan
cara
konstutisional
untuk
melaksanakan
kebijaksanaankebijaksanaan
mereka.
(Budiardjo,
2004:160)
2.2. Kader
Menurut
Kamus Besar Bahasa
Indonesia atau KBBI kader mempunyai
dua makna. Makna yang pertama adalah
perwira atau bintara di ketentaraan. Makna
yang kedua adalah orang yang diharapkan
memegang peran yang penting dalam
pemerintahan,
partai

politik,
dsb.
Pengkaderan sendiri mempunyai makna
yaitu proses bertahap dan terus–menerus
sesuai tingkatan, capaian, situasi dan
kebutuhan tertentu yang memungkinkan
seorang kader dapat mengembangkan
potensi akal, kemampuan fisik serta moral
sosialnya.
Mengutip pernyataan dari
Suharsimi Arikunto penilaian mempunyai

arti
sebagai tindakan pengambilan
keputusan terhadap suatu ukuran baik atau
buruk dan bersifat kualitatif. Menurut
Asmawi Zainul dan Noehi penilaian
mempunyai arti sebagai suatu proses untuk
mengambil
keputusan

dengan
menggunakan berbagai informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan tes ataupun
nontes.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), penilaian memiliki
makna yaitu sebagai proses, cara,
perbuatan menilai, pemberian nilai (biji,
kadar mutu, harga). Kamus Besar Bahasa
Indonesia sendiri membagi pengertian
penilaian menjadi beberapa jenis yaitu
Penilaian Formal adalah proses pemberian
nilai yang dilakukan oleh seseorang atau
komite yang mempunyai wewenang secara
formal untuk menilai bawahannya di
dalam ataupun diluar pekerjaan dan berhak
menetapkan
kebijakan
selanjutnya

terhadap pihak yang bersangkutan itu.
Penilaian Individual adalah proses
pemberian nilai oleh atasan langsung
secara individual menilai perilaku dan
prestasi kerja bawahannya. Penilaian
Informal adalah pemberian nilai yang
dilakukan oleh seseorang yang melakukan
penilaian tentang kualitas kerja dan
pelayanan yang diberikan tiap karyawan.
Penilaian Kolektif adalah pemberian nilai
yang dilakukan oleh tim yang ditugaskan
untuk melakukan penilaian prestasi
karyawan dan menetapkan penilaian
selanjutnya. Penilaian Pekerjaan adalah
suatu proses penentuan nilai dari suatu
pekerjaan untuk menentukan skala gaji,
syarat–syarat kenaikan pangkat dan
perangsang terhadap kinerja karyawan.
2.3. Analytical Hierarkhy Prosess (AHP)
Analytic Hierarchy Process pertama
kali diperkenalkan oleh Thomas Saaty
(1980). Menurutnya AHP adalah sebuah
alat bantu yang sangat berguna pada saat
kita berurusan dengan masalah kompleks
yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan atau decision making dan dapat
membantu sang pengambil keputusan
untuk mengatur sebuah skala prioritas dan
mengambil keputusan terbaik dengan
menggunakan skala itu.

89

Dengan memecah masalah yang
kompleks tersebut menjadi beberapa submasalah (Decomposing) yang kemudian
sub-masalah tersebut dapat digunakan
untuk
pengambilan
kesimpulan
(Synthesizing) guna memecahkan masalah
kompleks
tersebut,
AHP
dapat
memisahkan antara sisi pandang objektif
dan subjektif dari masalah tersebut.
Sehingga dapat mengurangi bias yang
ditimbulkan dalam proses pembuatan
keputusan oleh yang bersangkutan.
Langkah – langkah kerja AHP secara
umum adalah :
1. Dekomposisi dari Masalah
Dalam menyusun prioritas, maka
masalah penyusunan prioritas harus
mampu didekomposisi menjadi (goal) dari
suatu kegiatan, identifikasi kriteria–kriteria
yang akan digunakan dan perumusan
alternatives yang digunakan untuk
memilih prioritas. Pada dekomposisi
masalah perlu merumuskan tujuan dari
penyusuan
prioritas.
Kriteria seleksi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kriteria penilaian yang
digunakan oleh pemimpin partai politik
dalam menilai kinerja kadernya. Masingmasing kriteria ini memiliki nilai berupa
range nilai. Beberapa contoh kriteria
penilaian dan alternatives yaitu :
Tabel 1. Kriteria Penilaian dan Alternative
Kriteria
Penilaian
Kedisiplinan

Alternative
- Ketepatan Waktu
- Penampilan

Pengalaman
Kerja

- Jam Terbang
- Jumlah Masalah yang
Telah Diselesaikan

Prestasi Kerja

- Penghargaan Kerja
- Kualitas Solusi yang
Dihasilkan

Perilaku atau - Loyalitas
Moralitas
- Tutur Kata
2. Penilaian/Pembandingan
Elemen
Setelah
masalah
terdekomposisi,
langkah selanjutnya yaitu pembandingan
antar elemen yaitu kriteria. Perbandingan
antar
kriteria
dimaksudkan
untuk

menentukan bobot untuk masing-masing
kriteria. Dengan kata lain, penilaian ini
dimaksudkan untuk melihat seberapa
penting suatu pilihan kriteria dilihat dari
kriteria lain yang ada. Contoh beberapa
perbandingan
kriteria
yang
telah
ditentukan dalam pengukuran indeks mutu
seorang kader :
Tabel 2. Penilaian/Perbandingan Elemen
Hasil Penilaian
Kriteria Kriteria
A
B
A Lebih Penting 1.5
0.5
dari B
A Sama Penting 1.0
dengan B

1.0

A Tidak Lebih 0.5
Penting dari B

1.5

Keterangan :
A
adalah
kriteria
Kedisiplinan
B
adalah kriteria pengalaman kerja
Setelah semua kriteria mendapatkan
nominal prioritas perbandingan dari
masing–masing kriteria yang lain maka
kita akan dapat mengetahui bobot kriteria
tertentu dengan membagi nilai semua nilai
penjumlah kriteria tersebut dengan
penjumlahan nilai dari semua kriteria.
Dengan
begitu
kita
mendapatkan
persentase prioritas yang dapat membantu
dalam mengambil keputusan.
2.4. Unified Modeling Language (UML)
Berikut ini definisi Unified Modeling
Language (UML) menurut para ahli :
1. “Unified Modeling Language (UML)
adalah bahasa pemodelan yang telah
menjadi standar dalam industri software
untuk
visualisasi,
merancang,
dan
mendokumentasikan sistem perangkat
lunak. Bahasa Pemodelan UML lebih
cocok untuk pembuatan perangkat lunak
dalam bahasa pemrograman berorientasi
objek (C, Java, VB, NET), namun
demikian tetap dapat digunakan pada
bahasa pemrograman procedural. (Ziga
Truck, 2007), (Henderi, 2007:4).
2. “Unified Modeling Language (UML)
metode pengembangan perangkat lunak
atau sistem informasi dengan metode
grafis yang relative mudah dipahami”.
UML pertama kali diperkenalkan pada

90

tahun 1990 ketika Grady booch dan Ivan
Jacobson dan James Rumbaugh mulai
mengadopsi ide-ide serta kemampuankemampuan tambahan dari masing-masing
metodenya dan berusaha membuat
metodologi terpadu yang kemudian
dinamakan UML (Unified Modeling
Language). UML digunakan sebagai suatu
cara untuk mengkomunikasikan idenya
kepada para pemrograman”. (Aryanto
2006:5).
Berdasarkan beberapa pendapat yang
dikemukakan
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa “Unified Modeling
Language (UML) adalah sebuah bahasa
yang berdasarkan grafik atau gambar untuk
menvisualisasikan,
menspesifikasikan,
membangun dan pendokumentasian dari
sebuah sistem pengembangan perangkat
lunak berbasis OO (Object Oriented)”.
3. Metode Penelitian dan Pembahasan
3.1. Rancangan Sistem Yang Diusulkan
Perancangan sistem adalah suatu
kegiatan atau proses membuat desain
teknis atau cetak biru yang telah dihasilkan
dari tahap analisis sistem. Perancangan
sitem harus memenuhi persyaratan
fungsional yang telah dikembangkan dan
di analisa dalam proses analisa sistem.
Tujuan dari perancangan sistem ini
adalah untuk menghasilkan suatu sistem
pendukung keputusan (Decision Support
System) yang memudahkan pimpinan
dalam menilai kinerja kader partai
Gerindra dengan efektif dan efisien.
1. Gambaran Umum Sistem Yang
Diusulkan
Pimpinan parpol selaku end-user atau
pemakai
dari
sistem
ini
dapat
menggunakan sistem ini di setiap periode
pemilihan calon wakil rakyat atau bahkan
dalam setiap periode pergantian jabatan
sehingga
bisa
digunakan
sebagai
rekomendasi dalam memilih orang yang
tepat untuk menduduki jabatan tersebut.
Admin akan menginput bobot kriteria
dan sub–penilaian dan dapat menghasilkan
nilai rekomendasi yang dapat digunakan
oleh pimpinan untuk menilai kinerja kader
parpol dan memilih kader untuk
menduduki jabatan tertentu yang sesuai
dengan bobot penilaiannya. Hasil penilaian

juga dapat dijadikan laporan yang nantinya
2. Model Use Case Diagram yang
akan diberikan kepada atasannya untuk
Diusulkan
penilaian dan pemilihan jabatan yang lebih
tinggi dan juga memerlukan bobot
penilaian yang lebih besar pula.
Berikut ini adalah proses utama dalam
sistem pendukung keputusan penilaian
kinerja kader dengan metode AHP :
a) Proses Pengolahan User
Terdapat 2 jenis tingkatan user yang
berbeda dengan hak akses dan cara
pemakaian yang berbeda yaitu admin dan Gambar 1. Use Case Diagram Pendataan
pimpinan.
Kader pada Organisasi Partai Gerindra
b) Proses Autentifikasi User
Proses atau tahapan ini desebut juga
Berdasarkan gambar use case
dengan proses login yaitu tahap
diagram pendataan kader pada organisasi
pembuktian atau validasi data user ketika
partai gerindra, memiliki beberapa jenis
memasuki lingkungan sistem yang telah
rincian yaitu :
dibuat.
c) Proses Pengolahan Nilai atau Bobot
a. 1 Sistem yang mencakup seluruh
Kriteria dengan Metode AHP
kegiatan pada pendataan penilaian kader
Proses atau tahapan ini merupakan
pada organisasi partai gerindra.
proses pembobotan atau pemberian nilai
b. 3 Aktor yang melakukan kegiatan, yaitu
dan juga pengukuran kinerja kader. Dalam
admin, pimpinan, dan kader
proses ini ada beberapa tahapan penilaian
c. 4 Use Case yang biasa dilakukan oleh
atau pemberian bobot yaitu :
aktor-aktor tersebut diantaranya Membuat
1. Pengolahan Kriteria
Data Kader, Penilaian Kader, Mengikuti
Pada tahapan ini admin akan
Kegiatan dan Laporan.
memasukkan data kriteria apa saja yang
3. Model Activity Diagram yang
akan digunakan dalam penilaian kinerja
Diusulkan
kader dan akan memberikan nilai atau
bobot dari masing–masing kriteria.
2. Perbandingan Kriteria
Pada tahapan ini admin akan
membandingkan masing–masing kriteria
satu dengan yang lainnya sehingga dapat
menghasilkan nilai perbandingan yang
dapat dijadikan sebagai skala prioritas
untuk menilai kinerja kader.
3. Pengolahan Sub Kriteria
Activity diagram menggambarkan
Pada tahapan ini admin akan
berbagai alir aktivitas dalam sistem yang
memasukkan data subkriteria yang
sedang dirancang, bagaimana masingdigunakan sebagai indikator kriteria
masing alur berawal, decision yang
penilaian kinerja kader.
mungkin terjadi, dan bagaimana mereka
4. Pengolahan Nilai Kinerja
berakhir. Activity diagram juga dapat
Pada tahapan ini admin akan
menggambarkan proses paralel yang
melakukan perhitungan yang diperlukan
mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
dengan melakukan perkalian antara bobot
Activity diagram merupakan state
kriteria dengan nilai/option subkriteria
diagram khusus, di mana sebagian besar
kader yang dinilai. Tahapan ini dalam
state adalah action dan sebagian besar
metode AHP biasa disebut synthesizing.
transisi di-trigger oleh selesainya state
sebelumnya (internal processing). Oleh

91

karena itu activity diagram tidak
menggambarkan
behaviour
internal
sebuah sistem (dan interaksi antar
subsistem) secara eksak, tetapi lebih
menggambarkan proses-proses dan jalurjalur aktivitas dari level atas secara umum.

Gambar 2. Activity Diagram Penilaian
Kinerja Kader
Berdasarkan gambar activity diagram
penilaian kinerja kader terdapat :
a. 1 Initial node, objek yang diawali.
b. 1 Fork node.
c. 7 Action, state dari sistem yang
mencerminkan eksekusi dari suatu aksi
diantaranya : Login, Home, Data Kader,
Rapat, Kegiatan, IMK dan Logout.
d. 1 final state, objek yang diakhiri.
4. Model Sequence Diagram yang
Diusulkan

A
B
C

A
1
1/4
1/3

B
4/1
1
1/3

C
3/1
3/1
1

Gambar 4. Class Diagram yang
Diusulkan
A. Pembahasan Algoritma Menu
Di dalam menu ini terdapat field ID
Kriteria, yang digunakan sebagai primary
key atau pembeda yang memberikan ciri
khas pada masing-masing data yang juga
akan memberikan kemudahan dalam
melakukan pencarian data.
Field Nama Kriteria merupakan field
yang akan diisi dengan nama kriteria –
kriteria yang telah didapatkan dari tahap

92

Gambar 3. Sequence Diagram Penilaian
Kinerja Kader
Berdasarkan gambar 3 sequence
diagram penilaian kinerja kader terdapat :
a. Lifre Line, antar muka yang saling
berinteraksi diantaranya : Login, Admin
Area, Logout.
b. 1 Aktor yaitu : Admin.
c. 16 Message, spesifikasi dari
komunikasi antar objek yang memuat
informasi-informasi tentang aktivitas yang
biasa dilakukan aktor tersebut diantaranya
: masukkan nama dan password, valid,
masuk admin, data kader, input data,
simpan, rapat, input data, simpan, absen,
kegiatan, input data, simpan, absen, IMK,
keluar sistem.
5. Model
Class
Diagram
yang
Diusulkan
Class diagram adalah salah satu
diagram yang digunakan dalam pemodelan
suatu sistem berbasis Object Oriented
(OO) yang menggambarkan secara
keseluruhan struktur database secara detail
dengan menyertakan properties serta
attributnya.

awal AHP yaitu problem decomposition.
Tahapan ini akan memecah masalah yang
tidak terstruktur menjadi beberapa sub
kriteria yang nantinya akan diberikan bobot
nilai dan dihitung skala prioritasnya.
Tahapan problem decomposition dapat
dilihat
dibawah
ini

Gambar
5.
decomposition

Tahapan

problem

Field bobot merupakan field yang
diisi oleh nilai atau bobot dari masingmasing kriteria yang telah ditentukan.
Adapun cara perhitungan masing–masing
bobot kriteria bisa dilihat di bawah ini :
1. Tentukan Nilai Perbandingan dari
Masing–Masing Kriteria.

Eigenvector adalah metode yang
digunakan oleh Thomas L.Saaty untuk
menemukan skala prioritas yang telah
ditempatkan pada suatu matriks. Langkah
pertama dalam metode ini adalah
mengkuadratkan matriks yang didapat.

1,00
X 0,25
0,33

4,00
1,00
0,33

3,00
3,00
1,00

Keterangan
:
A =
Kedisiplinan
B =
Pengalaman kerja
C =
Prestasi kerja
Nilai dalam tabel diatas didapatkan
dari skala yang dimasukkan atau di
definisikan secara manual oleh user. Dalam
tabel tersebut user telah menetapkan aturan
untuk masing skala atau bobot kriterianya
yaitu :
- Kedisiplinan 4 kali lebih penting dari
Pengalaman Kerja
- Kedisiplinan 3 kali lebih penting dari
Prestasi Kerja
- Pengalaman Kerja 3 kali lebih penting
dari Prestasi kerja
Ubah Tabel Kriteria Menjadi
Matriks Lalu Hitung Skalanya
Dengan Menggunakan Metode
Eigenvector
Agar
lebih
mudah
untuk
menghitungnya kita rubah nilai dari
masing – masing kriteria ke dalam
bilangan desimal lalu masukkan ke dalam
matriks terlebih dahulu.

2,9900
1,4900
0,7425

4,00
1,00
0,33

3,00
3,00
1,00

8,9900
2,9900
1,9800

18,0000
6,7500
2,9800

Setelah itu kita jumlahkan masingmasing baris matriks dan kita akan bagi
masing–masing hasil penjumlahan dengan
total dari semua jumlah nilai matriks yang
ada.
Di bawah ini adalah total nilai dari
masing–masing baris matriks
29,9800
11,2300
5,7025

Jumlah semua nilai dari masing–
masing elemen matriks adalah 46,9125.
Lalu bagi masing–masing jumlah dari
masing–masing matriks tadi dengan jumlah
semua nilai elemen dan kita akan
mendapatkan eigenvector
0,6391 yang pertama.

0,2394
0,1216

2.

1,00
0,25
0,33

3,00
3,00
1,00

dan hasilnya (dengan 4 angka desimal di
belakang koma) adalah

Tabel 3. Nilai Perbandingan

1,00
0,25
0,33

4,00
1,00
0,33

Setelah mendapatkan eigenvector
yang pertama lalu kita akan mengulangi
tahap pertama tetapi dengan hasil matriks
yang sudah dikuadratkan. Setelah itu kita
akan menghitung ulang eigenvector dengan
menggunakan matrik itu. Setelah itu
lakukan proses pengurangan eigenvector
yang pertama dengan eigenvector yang
kedua. Lakukan tahap pertama sampai

93

0,6
0,2
0,1

dengan terakhir secara berulang-ulang
sampai nilai pengurangan dari eigenvector
yang didapat tidak banyak berubah (empat
angka dibelakang koma). Hasilnya akan
kita dapatkan seperti berikut : Setelah
mendapatkan
hasilnya
kita
dapat
menentukan mana prioritas kriteria yang
lebih penting daripada yang lain. Di dalam
kasus ini kriteria Kedisiplinan mendapat
skala prioritas sebesar 0,6232, Pengalaman
Kerja mendapat skala prioritas sebesar
0,2468,

Gambar 7. Tampilan Home atau Halaman
Index
Pada menu ini user dapat bernavigasi
atau berpindah ke halaman–halaman yang
sudah di indeks atau didaftarkan menjadi
menu–menu sesuai dengan fungsionalitas
dan operasionalnya.
3. Tampilan Menu Master Kader

Prestasi Kerja mendapatkan skala prioritas
sebesar 0,1298.
Gambar 8. Tampilan Menu Master Kader
Pada menu ini admin dapat melihat
data–data kader seperti nomor induk
kader, nama, alamat, etc.

B. Rancangan
Program
Serta
Pembahasan Algoritma Pemecahan
Masalahnya

4. Tampilan Menu Tambah Kader

1. Tampilan Menu Login

Gambar 6. Tampilan Menu Login
Gambar 9. Tampilan Menu Tambah
Kader
Pada menu ini admin dapat
menambahkan data – data kader sesuai
dengan field yang telah dispesifikasikan
menu ini.

Sebelum menggunakan
sistem
ini user diharuskan login terlebih dahulu.
Pada menu ini terdapat Authentification
process dimana terjadi validasi terhadap
username dan password yang dimasukkan
terhadap username dan password yang
ada pada database.
2. Tamplan Home atau Halaman Index

5. Tampilan Menu Master Kriteria

94

Gambar 10. Tampilan Menu Master
Kriteria

Pada menu ini admin dapat melihat
perbandingan skala yang diperkenalkan
oleh Thomas.L. Saat dan juga dapat
melakukan perbandingan kriteria yang
hasil akhirnya merupakan nilai bobot
kriteria yang nantinya akan digunakan
dalam proses Analytic Hierarchy Process
yaitu Synthesizing.

Pada menu ini admin dapat
menambahkan dan juga mengedit kriteria
yang sudah ditetapkan dan juga memberi
bobot kepada masing–masing kriteria.

9. Tampilan Menu Penilaian Kader

6.

Tampilan Menu Update Data Kader

Gambar 11. Tampilan Menu Update Data
Kader
Pada menu ini admin dapat
melakukan update data setiap kader yang
sudah dimasukkan ke dalam database.
7. Tampilan Menu Tambah Kriteria

Gambar 14. Tampilan Menu Penilaian
Kader
Menu ini berfungsi untuk melakukan
penilaian
terhadap
kinerja
kader
berdasarkan maksimal 4 kategori kriteria
dan 5 sub kriteria. Pada menu ini admin
memasukkan nilai pada masing–masing
kriteria yang nantinya nilai tersebut akan
dihitung dan di akumulasikan sehingga
menghasilkan kesimpulan tentang bobot
kinerja kader tersebut.
4..Kesimpulan

Gambar 12. Tampilan Menu Tambah
Kriteria
Pada menu ini admin dapat menambah
kriteria yang akan dipakai dalam
melakukan penilaian terhadap kinerja
kader.
8.

Tampilan
Kriteria

Menu

Perbandingan

Gambar
13.
Tampilan
Perbandingan Kriteria

Menu

Dari Penelitian yang dilakukan ada
bebrapa kesimpulan yang dapat diambil.
Yaitu sebahai berikut :
a. Proses Penilaian terhadap kader
dilakukan
dengan
memberikan
pembobotan
pada
tiap
tiap
karakteristik.Berdasarkan pendekatan
kesatuan
(unity),
kompleksitas
(complexity), saling ketergantungan
(inter dependence), struktur hirarki
(hierarchy structuring), pengukuran
(measurement)
dan
selanjutnya
dikembangkan ke dalam perangkat
lunak dengan
b. Dengan memberikan nilai pada tiap
tiap karakteristik yang ada selanjutnya,
dikembangkan dengan menerapkan
teori Eigenvector yang selanjutnya di
dapatkan skala priritas

95

DAFTAR PUSTAKA
[1]

Bourgeois, R, ”Analytical Hierarchy
Process,” An Overview, Bogor:
UNCAPSA-UNESCAP, 2005.

[2]

Brian Gladman, ”A Specification for
Rijndael,” The AES Algorithm, 2003.

[3]

Dharwiyanti, Sri and Wahono, Satria,
Romi, ”Pengantar Unified Modeling
Language
(UML),”
IlmuKomputer.com, 2003.

[4]

Irwanto, Djon, ”Perancangan Object
Oriented Software dengan UML,”
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006.

[5]

Nugroho, Bunafit, ”Membuat Website
Sendiri
dengan
PHP-MySQL,”
Jakarta: Media Kita, 2009.

[6]

Rahma, Fitria and Sensuse, Dana
Indra, ”Penerapan Metode Analytic
Hierarchy Process Dalam Sistem
Penunjang
Keputusan
Untuk
Pemilihan Asuransi,” Jurnal Sistem
Informasi MTI-UI, Volume 4 No.2,
2008.

[7]

Saaty, Thomas L, ”Decision Making
with The Analytic Hierarchy Process,”
International Journal Service Science,
Volume 11 No. 1, 2008.

[8]

Susila, Wayan R. and Munadi,
Ernawati, ”Penggunaan Analytical
Hierarchy Process Untuk Penyusunan
Prioritas
Proposal
Penelitian.
Informatika Pertanian,” Volume 16
No. 2, 2007.

96

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

A DESCRIPTIVE STUDY ON THE TENTH YEAR STUDENTS’ RECOUNT TEXT WRITING ABILITY AT MAN 2 SITUBONDO IN THE 2012/2013 ACADEMIC YEAR

5 197 17

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Analysis On Students'Structure Competence In Complex Sentences : A Case Study at 2nd Year class of SMU TRIGUNA

8 98 53

Modul TK A EDIT Dea 150 hal dini elis revisi 07Juni16

16 297 172

Kolokial Bahasa Inggris Dalam Novel A Diary OF Wimpy Kid Karya Jeff Kinney Dan Terjemehannya Diary Bocah Tengil

4 132 1

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58