MENGHADAPI TANTANGAN PERDAGANGAN BEBAS A
DAFTAR ISI
BAB I
………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
………………………………………………………………..
1.2 Latar Belakang
2
2
………………………………………………………..
2
1.3 Tujuan
………………………………………………………………..
5
1.4 Manfaat
………………………………………………………………..
5
………………………………………………………………………..
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………………………..
6
………………………………………………………..
6
Pekerja Sosial dan Pekerjaan Sosial ………………………………..
6
Fungsi Pekerja Sosial ………………………………………………..
7
Peranan Pekerja Sosial
………………………………………..
7
Tujuan Pekerjaan Sosial
………………………………………..
9
2.1 Landasan Teori
Masalah Sosial
………………………………………………..
ASEAN Free Trade Area
BAB III
10
………………………………………..
10
………………………………………………………………………..
14
PEMBAHASAN
………………………………………………………………..
3.1 Permasalahan
………………………………………………………..
Pertumbuhan Penduduk
14
14
………………………………………..
15
………………………………………………………..
16
Perekonomian ………………………………………………………..
17
Pendidikan
3.2 Solusi yang Dapat Dilakukan oleh Pekerja Sosial
………………..
18
3.3 Rencana program ………………………………………………………..
24
BAB IV
………………………………………………………………………..
25
PENUTUP
………………………………………………………………………..
25
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
………………………………………………………..
25
………………………………………………………………..
26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat ASEAn secara
umum dan Indonesia secara khusus. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari
kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional
bagi 500 juta penduduknya. Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan
dagang antar negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya
perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai
dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif
(comparative advantage),serta pro dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat
bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs
tukar valuta asing.
AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di
Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA)
merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan
regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai
dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir
dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective Preferential Tariffs For
ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan
AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif
dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA
adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan
bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
2
Berdasarkan CIA World Factbook Tahun 2013, hampir setengah penduduk ASEAN
adalah penduduk yang berasal dari Indonesia yaitu berkisar hingga lebih dari 250 juta jiwa.
Jumlah tersebut memungkinkan dampak-dampak baik negative ataupun positif dari
pemberlakuan AFTA tersebut sangatlah besar dirasakan bagi rakyat Indonesia. Indonesia
yang merupakan Negara berkembang dengan kemajuan ekonomi mendekati angka 5% per
lima tahunnya sangat bergantung pada kebijakan AFTA ini. Produksi rumahan dan produksi
yang masih bersifat konvensional adalah rantai terbawah dalam sistem rangkaian ekonomi
jual beli di Indonesia. Sehingga kemungkinan-kemungkinan adanya gulung tikar lebih cepat
terjadi pada bagian dasar perekonomian rakyat menengah kebawah. Hasil produksi yang
belum banyak dan modal yang masih kurang akan menghalangi persaingan produk-produk
yang akan dipasarkan secara luas. Permasalahan kualitas produk dan ketenagakerjaan pun
patut dipertanyakan dengan diberlakukannya kebijakan ini pada tahun 2015. Pekerjaan rumah
pemerintah untuk menanggulangi pengangguran dan sempitnya lapangan kerja belum dapat
nilai plus kemudian sudah muncul kebijakan baru yang bersifat global.
Permasalahan ini akan menimbulkan banyak sekali masalah-masalah secara
berkelanjutan. Untuk menekan itu pemerintah harus mampu memutar otak lebih cepat
sehingga dapat meminimalisir kerugian rakyat dan dampak-dampak negative yang
ditimbulkan kelak. Beberapa diantaranya seperti memberikan pelatihan-pelatihan sesuai
dengan minat dan bakat untuk memulai usaha dengan dibantu oleh pemerintah baik itu
urusan modal dan pengasahan kemampuan. Hal ini sedikit demi sedikit sudah dilakukan oleh
kementerian ketenagakerjaan dengan pemberian modal dan pelatihan-pelatihan. Kementerian
ketengagakerjaan tidak bekerja secara sendirian, kementerian sosial pun sudah mulai
memikirkan hal serupa, sehingga muncullah program-program bantuan untuk rakyat miskin
yang gunanya untuk membantu memperbaiki ekonomi secara merata. Bantuan-bantuan yang
sudah terlihat seperti PKH, BLSM, Bantuan pendidikan dan lainnya. Kementerian kesehatan
pun tak tinggal diam, kementerian kesehatan berupaya penuh untuk menjamin kesehatan
seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan amanat undang-undang. Program-program seperti
BPJS pengganti ASKES merupakan program yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
tingkat kesehatan rakyat. Secara jangka panjang tujuannya jika rakyat sehat maka sumber
daya manusianya mampu bersaing dan meminimalisir hambatan-hambatan yang terjadi.
Selain program-program yang diberikan, kemunculan pekerja sosial untuk membantu
pemerintah dalam membantu masyarakat secara personal maupun pemberdayaan secara
komunitas ternyata dapat perhatian lebih dikarenakan kinerja dan kemampuannya dalam
3
membantu masyarakat untuk kembali berfungsi secara sosial. Pekerja sosial pada awalnya
hanya bekerja dengan membantu masyarakat marjinal yang tersingkirkan akibat
perkembangan zaman dan tidak mampu beradaptasi sehingga fungsi-fungsi sosialnya menjadi
terhambat. Namun dengan adanya kebijakan AFTA ini kemungkinan besar seorang pekerja
sosial akan menghadapi tantangan secara global lagi. Melihat dari sisi kerja yang akan
menjadi tantangan maka AFTA ini akan menjadi suatu parameter penting dalam existensi
pekerja sosial khususnya di Indonesia. Tantangan pekerja sosial akan menjadi lebih besar
dengan adanya permasalahan yang lebih kompleks lagi dari sekadar ruang lingkup
kemiskinan. Pekerja sosial akan berhadapan dengan tantangan ekonomi global, perindustrian
modern, pendidikan, telebih lagi hubungan sosialnya. Setiap bidangnya memiliki tantangan
tersendiri yang akan memberi pekerja sosial pengalaman lebih.
Selain itu juga pekerja sosial dibutuhkan untuk menjalan program pemerintah sesuai
dengan fungsinya sebagai pekerja sosial. Program tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana
apabila pelaksana dan pengawas tidak selaras. Sehingga diperlukannya pekerja sosial yang
berkualitas dan berdaya saing global. Pendidikan merupakan menjadi titik awal pekerja sosial
menjadi seorang professional. Pendidikan itu berupa pendidikan formal dengan pemberian
materi-materi dan teori-teori serta praktik langsung ke lapangan yang bertujuan untuk
menambah bekal pengalaman pekerja sosial. Pekerja sosial sebagai pion utama dalam
membantu masyarakat tentunya harus dibekali ilmu secara global dan ilmu praktik pekerjaan
sosial secara khusus, dimaksudkan untuk tujuan dalam tantangan global terjawab. Seorang
pekerja sosial yang akan menghadapi tantangan global seperti AFTA ini tidak cukup hanya
dibekali ilmu dan praktik pekerjaan, namun harus dibekali dengan berbagai ilmu penunjang
seperti ekonomi, sosial, dan hokum. Hal ini berguna dalam praktik pekerjaan sosial dalam
bidang industri. Pekerjaan sosial dibidang industry akan menjadi bidak pertama yang terkena
dampak dari AFTA ini, sehingga permasalahan pada perusahan besar dan kecil akan
bermunculan. Disitulah seorang pekerja sosial harus mampu berperan sesuai dengan
tugasnya.
ASEAN Free Trade Area sebenarnya bukan satu-satunya tantangan pekerja sosial,
hanya saja AFTA merupakan tantangan global pertama yang akan ditemui oleh seorang
pekerja sosial. Tidak hanya dampak negative saja yang diberikan oleh kebijakan tersebut
namun ada dampak positivenya seperti ijin ke Negara-negara ASEAN lebih mudah,
kemungkinan akan terjadi tukar menukar pekerja antar Negara. Disitulah kembali pekerja
sosial harus berperan, bagaimana agar proses tukar menukar tidak hanya transfer manusia
4
saja namun transfer ilmu dan profit untuk pribadi masyarakat dan Negara. Kualitas pekerja
juga harus diperhitungkan, jumlah yang akan keluar dan berapa yang masuk, dan yang paling
penting adalah jaminan bagi pekerja yang bekerja diluar negeri khussunya ASEAN. Maka
dari itu pekerja sosial dituntut untuk bekerja lebih giat dan lebih banyak belajar agar mampu
bersaing dengan Negara lain, sehingga kemampuan yang dimiliki dapat dimaksimalkan untuk
membantu masyarakat dalam menghadapi ASEAN Free Trade Area.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah,
1. Untuk memudahkan masyarakat luas dalam mengetahui informasi mengenai
perdagangan bebas ASEAN (AFTA).
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul akibat adanya perdagangan bebas
ASEAN (AFTA).
3. Sebagai referensi dasar dalam membuat kebijakan untuk menghadapi tantangan
perdagangan bebas ASEAN (AFTA).
4. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai perdagangan bebas ASEAN dan
intervensi
pekerja
sosial
dalam
membantu
masyarakat
untuk
menghadapi
perdagangan bebas ASEAN.
5. Memperkenalkan eksistensi pekerja sosial ke masyarakat luas dalam era globalisasi.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisa karya tulis ilmiah ini adalah,
1. Teridsentifikasinya kebutuhan-kebutuhan yang perlu disiapkan untuk menghadapi
perdagangan bebas ASEAN.
2. Menambah wawasan dalam memahami problematika perdangangan bebas ASEAN
dalam perspektif pekerjaan sosial.
3. Memperkenalkan pekerja sosial dalam perannya membantu masyarakat untuk
menghadapi tantangan perdagangan bebas ASEAN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Landasan Teori
Pekerja Sosial dan Pekerjaan Sosial
Pekerja sosial secara luas dapat diartikan seorang pekerja sosial yang menangani
permasalahan-permasalahan sosial dengan dibekali ilmu tentang pekerjaan sosial melalui
pendidikan formal. Pekerja sosial dapat dikatakan sebagai Seseorang yang mempunyai
kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal
atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara
resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial. (Kepmensos No.
10/HUK/2007)
Sedangkan,
Pengertian
pekerjaan
sosial
yang
dikemukakan
oleh
Charles
Zastrow (1982), yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco (1995:7) sebagai berikut:
"Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan
mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan
mereka mencapai tujuan".
Menurut bapak sosial Max Siporin:
“Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk membantu orang
mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan meningkatkan
keberfungsian sosial.”
Sedangkan menurut Leonora Serafika de Guzman:
“Pekerjaan sosial merupakan profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam
kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk
memberikan fasilitas dan memperkuat relasi, khususnya dalam penyesuaian diri secara
timbal balik dan saling menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya
melalui penggunaan metoda pekerjaan sosial.”
Pengertian pekerjaan sosial secara jelas juga diterangkan di Undang-undang no. 11
tahun 2009 :
6
“Semua keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi pelaksanaan usaha
kesejahteraan sosial.”
Fungsi Pekerja Sosial
Heru Sokoco (1995:22-27) menjelaskan fungsi dan peran pekerja sosial sebagai berikut,
Fungsi-fungsi Pekerjaan Sosial :
a. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif
untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial
yang mereka alami.
b. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber.
c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber.
d. Mempengaruhi kebijakan sosial.
e. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material.
Peranan Pekerja Sosial
Peranan Pekerja Sosial :
a.
Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu, kelompokkelompok
dan
masyarakat dalam
mengakses
Sistem
sumber
yang
ada,
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi
masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.
b.
Peran sebagai perantara (broker)
Peran
sebagai
perantara
yaitu
menghubungkan individu-individu,
kelompok-
kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal
ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat
memberikan
pelayanan
kepada individu-individu,
kelompok-kelompok
dan
masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.
c.
Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan
mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta
mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang
menjadi sasaran perubahan.
7
d.
Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan,
saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat).
e.
Perencana sosial (social planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang
dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang
ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat.
f.
Fasilitator
Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau
mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah
proses perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi
katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan
menyediakan waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses
tersebut.
Berbeda dengan Jim Ife yang membagi peranan pekerja sosial dalam empat bagian
besar meliputi:
1. Peranan Fasilitatif
Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan peranan
yang dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi dorongan
kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat untuk menggunakan
potensi dan sumber yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan
usaha secara efisien.
2. Peranan Educational
Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak hanya
membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi
lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan
kesadaran, memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan
bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
3. Peranan Representasional
8
Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di masyarakat yang bertujuan
bagi kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini
dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-sumber dari luar tetapi dengan
berbagai pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan
pengembangan potensi dan produktivitas dari berbagai donator. Melakukan advokasi
untuk membela kepentingan-kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat seperti
mendukung
upaya
implementasi
program dan
berupaya
merealisasikan program tersebut.
4. Peranan Teknis
Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis data, kemampuan
menggunakan komputer, kemampuan melakukan presentasi secara verbal maupun
tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan melakukan need
assessment terhadap pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok
dan masyarakat. Peran-peran ini dapat dilakukan pekerja sosial bersama individuindividu, kelompok-kelompok dan masyarakat melakukan mendapatkan informasi
dan data yang dapat digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders
untuk mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikan.
Tujuan Pekerjaan Sosial
Selain memiliki fungsi dan peranan, pekerjaan sosial juga memiliki tujuan secara
umum. Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne Minahan sebagai berikut :
a. Enhance
the
problem
solving
and
coping
capacities
of
people
Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan tugas kehidupan dan
kemampuandalam memecahkan masalah.
b. Link people with systems that provide them with resources, service and opportunities
Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber, pelayanan dan
kesempatan yang dibutuhkannya.
c. Promote
the
Meningkatkan
effective
kemampuan
and
human
pelaksanaan
operation
of
these
sistem
secara
systems
efektif
dan
berperikemanusiaan.
d. Contribute
to
the
development
and
improvement
of
social
policy
Memberi sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijakan serta
perundang-undangan sosial.
9
Masalah Sosial
1. Masalah atau problema adalah perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang
diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das sein (yang nyata, yang
terjadi). Dengan kata lain masalah adalah perbedaan antara yang ideal dan real,
misalnya kita mencita – citakan masyarakat yang sejahtera, ternyata yang terjadi
banyak masyarakat yang masih miskin.
2. Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi
yang dirasakan banyak orang yang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan
aksi sosial secara kolektif.
3. Parillo yang di kutip Soetomo (1995:4) dalam Pengorganisasisan dan Pengembangan
Masyarakat : empat komponen dalam memahami pengertian masalah sosial, yaitu :
a. Masalah itu bertahan untuk suatu periode tertentu.
b. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau mental, baik pada
individu maupun masyarakat.
c. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari satu atau
beberapa sendi kehidupan masyarakat.
d. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan. Masalah sosial merupakan persoalan
yang timbul secara langsung atau bersumber langsung dari suatu kondisi maupun
proses sosial.
ASEAN Free Trade Area
AFTA yang merupakan akronim dari ASEAN Free Trade Area sejatinya merupakan
kesepakatan dari negara – negara di asean untuk membentuk sebuah kawasan bebas perdagangan.
Tujuannya secara garis besar agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta
menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.
Suatu kesepakatan atau perjanjian kerjasama dalam perdagangan dilakukan terdapat
suatu keuntungan tersendiri bagi negara yang ikut kedalamnya. Dalam AFTA tersendiri,
10
negara-negara ASEAN sepakat untuk ikut serta berarti terdapat suatu keuntungan yang
nantinya akan didapat oleh negara anggotanya.
Dalam setiap hubungan kerjasama pasti terdapat hambatan-hamatan yang dihadapi.
Hambatan tersebut biasanya muncul saat pengaplikasian perjanjian. Dalam penerapan AFTA
banyak hambatan yang dihadapi saat pertama kali diterapkan. ASEAN-6 merupakan negara
anggota ASEAN yang pertama kali menerapkan usaha pengaplikasian AFTA. ASEAN-6
menjadi contoh bagi empat negara ASEAN lain. Dalam penerapan AFTA terutama penerapan
penurunan tarif terhadap beberapa barang komoditas. Banyak negara anggota ASEAN
melakukan proteksi terhadap barang yang dianggap penting bagi negaranya sehingga
penerapan penurunan tarif terhadap komoditas yang diproteksi tersebut mengalami
penundaan.
Negara-negara di ASEAN sebenarnya memiliki perbedaan tinggak perekonomian. Hal
itu terlihat pada pendapatan perkapita masing-masing negara anggota ASEAN. Beberapa
negara memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari pada negara lainnya. Belum lagi
ketidak stabilan politik dalam negeri yang juga mempengaruhi perekonomian di negaranegara anggota ASEAN. ASEAN-6 contohnya, pendapatan perkapita negara-negara ASEAN6 lebih tinggi dibandingkan empat negara lainnya yaitu, Lao PDR, Myanmar, Vietnam dan
Kamboja. Sehingga sulit bagi keempat negara tersebut untuk menurunkan tarif bagi barang
yang dianggap sensitif bagi kepentingan dalam negerinya. Belum lagi persaingan barang
komoditas antara negara-negara anggota ASEAN, terkadang kualitas barang yang rendah dan
tidak dapat bersaing membuat ambruknya industri kecil di beberapa negara tersebut. Bahkan
bukan bagi keempat negara di ASEAN yang tergolong memiliki perekonomian rendah tetapi
juga negara anggota ASEAN-6 harus menghadapi kenyataan bahwa industri kecil di
negaranya harus mengalami guncangan karena tidak dapat bersaing dengan barang komoditas
yang masuk ke negaranya.
Bahkan banyak anggapan bahwa AFTA hanya menghasilkan persaingan yang tidak
seimbang bagi negara anggota ASEAN itu sendiri. Penurunan tarif barang bagi barang yang
masuk dari negara anggota ASEAN menimbulkan kerugian. Ketidak siapan pasar industri
lokal juga yang menjadi kendala bagi berjalannya AFTA dan penerapan penurunan tarif.
Seperti negara-negara anggota ASEAN lainnya Indonesia pun mengalami hal yang sama.
Daya saing barang yang diperdagangkan kurang memenuhi standar yang ditetapkan, hal ini
mengakibatkan banyaknya industri-industri kecil dan menengah di Indonesia mengalami
11
kerugian yang besar. Persaingan produk dalam negeri dengan produk yang masuk kedalam
negeri membuat para pengusaha harus bisa meningkatkan kualitas barang produksinya.
Bagi Indonesia sendiri, AFTA merupakan kerjasama yang menguntungkan. AFTA
merupakan peluang bagi kegiatan eksport komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan
dan sekaligus menjadi suatu tantangan tersendiri untuk menghasilkan komoditas yang
kompetitif si pasar regional AFTA sendiri. Peningkatan daya saing ini akan mendorong
perekonomian Indonesia untuk semakin berkembang. AFTA juga merangsang para pelaku
usaha di Indonesia untuk menghasilkan barang yang berkualitas sehingga dapat bersaing
dengan barang-barang yang dihasilkan oleh negara-negara ASEAN lainnya.
Namun Indonesia juga tidak luput dari dampak negative yang diberikan oleh AFTA.
Sehingga Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi
perdagangan bebas ASEAN yang akan mulai terhitung tahun 2015.
Dampak yang ditimbulkan dari AFTA ini beragam, beberapa dampak negative yang
dapat terjadi diantaranya :
1. Serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektorsektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah
mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri).
2. Dalam hal sumber daya energi, Indonesia hanya memiliki industri perakitan (hulu)
untuk produk elektronika dan produksi. Namun, berbeda dengan China, dalam
membangun industri elektronika yang terintegrasi mulai dari pembangunan
industri pendukung dengan mengolah bahan baku.
3. Dalam hal pendidikan, jika kita melihat realita yang ada, terdapat kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan implementasi dari pendidikan itu sendiri.
Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan
Asia Pasifik. Sehingga akan menyulitkan masyarakat dalam bersaing dengan
SDM luar negeri.
4. Kualitas SDM yang masih belum dapat dikatakan cukup memumpuni juga akan
menyulitkan produktivitas perusahaan dalam mengelola produk-produknya.
12
5. Budaya konsumtif dengan penduduk yang besar akan menjadi sasaran utama
dalam penjualan produk. Jika itu terjadi kemungkinan besar perusahaan local akan
tersingkir dan terjadinya impor besar-besaran.
6. Pertukaran budaya yang tidak dapat terkendali akan menimbulkan banyak
masalah.
Berikut dampak positive yang dapat ditimbulkan oleh AFTA,
1. Membuat peluang kita untuk menarik investasi.
2. Dapat meningkatkan voume perdagangan. Hal ini di motivasi dengan adanya
persaingan ketat antara produsen. Sehingga produsen maupun para importir dapat
meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas dari kualitas sumber yang
diproduksi
3. Investasi pariwisata dengan memperkenalkan budaya untuk menarik wisatawan
sehingga menguntungkan daerah wisata.
4. Memudahkan dalam bekerja diluar negeri khususnya kawasan ASEAN.
5. Pertukaran ilmu pengetahuan yang cepat sehingga memungkinkan para pelajar
menimba ilmu dengan mudah.
6. Prospek kerja pekerja sosial makin luas dengan tantangan global.
7. Memperlihatkan eksistensi pekerja sosial dalam membantu masyarakat terutama di
Indonesia.
8. Daya saing tingkat global akan memunculkan semangat untuk lebih baik lagi dalam
semua bidang.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan
Perjanjian perdagangan bebas AFTA dicetuskan ketika terjadi pertemuan tingkat
Kepala Negara ASEAN atau SEAN summit ke-4, yang dilakukan pada tahun 1992. Pada
pertemuan itu kemudian para kepala negara mengumumkan akan membentuk sebuah
kawasan perdagangan bebas di asean dalam jangka waktu 15 Tahun. Kalau dihitung
seharusnya akan efektif berjalan secara penuh pada tahun 2007. Namun kenyataanya, AFTA
ini akan aktif pada tahun 2015, 22 tahun kemudian.
Dengan adanya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya tidak akan akan ada
hambatan tarif(bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara – negara anggota
ASEAN. Dengan begitu, tentunya keuntungan dan tantangan akan muncul untuk negara
Indonesia juga. Apakah negara kita Indonesia sudah siap? Siap memanfaatkan kondisi ini
untuk membuat negara lebih maju dan berkembang? Ataukah akan menjadi boomerang bagi
Indonesia yang masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Apalagi AFTA ini
efektif tahun 2015, tidak begitu lama setelah Pemilu, dan pemilihan presiden Indonesia yang
baru.
Sebelumnya kita harus melihat perkembangan penduduk Indonesia yang mulai tidak
terkendali. Pada tahun 2010 menurut data statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia
berjumlah 233,477.4 (x1000) jiwa, sedangkan pada data terakhir pada tahun 2014 awal
berjumlah 244,814.9 (x1000) jiwa. Dengan melihat rasio pertumbuhan penduduk Indonesia
maka data statistik Indonesia merilis proyeksi jumlah penduduk Indonesia berkisar lebih dari
260 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan mengakibatkan
masalah-masalah baru dalam menghadapi perdagangan bebas ASEAN. Indonesia menjadi
pusat perekonomian ASEAN otomatis akan menjadi konsumen pertama dan konsumen
terbesar se-kawasan ASEAN.
14
Tantangan kependudukan ini akan menjadi masalah tersendiri dan akan menjadikan
masalah berakar seperti tingkat pengangguran yang akan meningkat, kriminalitas serta
pendidikan yang tidak tersentuh. Berjuta-juta jiwa akan lahir dan akan menempuh pendidikan
secara formal untuk memenuh kebutuhan hidupnya. Sedangkan kemiskinan di Indonesia
belum dapat dikontrol. Hal ini akan menimbulkan rantai masalah yang bersifat circle atau tak
berujung. Kemiskinan akan menghambat mendapatkan pendidikan, pendidikan yang kurang
akan menciptakan pengangguran, pengangguran akan menciptakan angka kriminalitas
meningkat dan perpecahan akan terjadi perlahan. Timbullah masalah-masalah sosial seperti
perpecahan, ketidakyakinan, tidak toleransi, dan yang lainnya.
Untuk meminimalisir masalah-masalah sosial yang timbul, maka pekerja sosial harus
siap dalam menhadapi tantangan ini. Seorang pekerja sosial haruslah memiliki kemampuan
untuk membantu masyarakat dan memiliki tingkat keprofesionalisan yang tinggi. Pekerja
sosial diharapkan mampu menjadi pioneer utama dalam membantu masyarakat bersama-sama
menghadapi tantangan dan isu-isu maslaah sosial yang akan timbul.
Setidaknya ada tiga masalah utama yang harus disoroti untuk menghadapi tantangan
perdagangan bebas ASEAN. Pertumbuhan penduduk, kualitas pendidikan, perekonomian.
Ketiga substansi tersebut haruslah menjadi sorotan utama dalam menyelesaikan rantai
masalah. Seorang pekerja sosial juga harus memahami ketiga permasalahan utama tersebut.
Pertumbuhan Penduduk
Menurut data statistik diatas, laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih dikatakan
tinggi. "Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah empat juta jiwa, kondisi ini sangat
memprihatinkan," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, Rabu (30/4). Hamper empat
juta jiwa bertambah setiap tahunnya, sedangkan lapangan kerja semakin kecil. Menimbulkan
berbagai macam masalah baru seperti tingkat produktivitas terhambat, apalagi adanya
perdagangan bebas ASEAN. Masalah budaya konsumtif juga akan mempengaruhi tingkat
daya beli seseorang.
"Pertambahan penduduk yang tidak memiliki keterampilan kerja akan mengakibatkan
Indonesia menjadi salah satu pasar utama bagi produk-produk asing dan pasar lapangan kerja
bagi tenaga asing," kata Fasli di sela memberi kuliah umum bonus demografi di Auditorium
FKIP Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh, Kamis. Jumlah penduduk
15
yang semakin tinggi akan menjadi Indonesia menjadi sector utama tempat produk-produk
luar dijual. Budaya konsumtif yang tinggi dan sumber daya manusia yang kurang akan
menjadikan Indonesia sasaran empuk bagi mereka penggiat kerja. Pekerja luar akan ebbas
masuk dan melahap lapangan kerja di Indonesia. Selain kualitas mereka memadai,
perusahaan yang profit oriented tentu akan memilih tenaga kerja yang berkualitas dan murah.
Sebenarnya suatu Negara merasa beruntung memiliki penduduk yang banyak, hanya
saja jika penduduknya memiliki tingkat SDM yang baik. SDM itu akan menghasilkan banyak
keuntungan untuk Negara. Baik dalam produktivitas kerja, daya saing, kefektifan dan
kefesiensian pekerja. Indonesia dikaruniai penduduk yang banyak, namun SDM yang belum
memadai sehingga masalah kependudukan ini akan menjadi masalah besar dengan adanya
AFTA. Sumber daya manusia Indonesia yang akan kalah dalam bersaing, lapangan kerja
yang kecil, budaya konsumtif yang tinggi, barang produk yang masuk ke Negara Indonesia
akan menghancurkan perusahaan-perusahaan skala kecil.
Pemecatan akibat kalah saing dengan perusahaan luar dan pekerja luar, belum lagi
adanya modernisasi industry yang giat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
menginginkan keuntungan yang banyak. Modernisai industry secara gambling merupakan
pengalihan tenaga kerja manusia dengan ke mesin atau tekhnologi. Negara-negara maju
sudah mulai melakukan modernisasi industry. Indonesia juga mulai melakukan modernisasi
sedikit demi sedikit dan itu akan berdampak pada buruh yang merupakan penduduk Indonesia
yang paling pertama terkena dampaknya. Permasalahan buruh juga berakibat dari
permasalahan pertambahan penduduk. Para buruh di Indonesia rata-rata belum memiliki
tingkat pendidikan yang memadai untuk bersaing dalam ketenagakerjaan.
Pendidikan
Selain pertumbuhan penduduk yang merupakan masalah utama, pendidikan juga
harus menjadi sorotan. Pendidikan adalah suatu bagian yang penting dalam penentu nasib
suatu bangsa. Dikatakan tadi bahwa Negara seharusnya merasa beruntung jika memiliki
penduduk yang banyak, jika pendidikannya terpenuhi. Indonesia yang memiliki penduduk
lebih dari 240 jiwa ternyata masih kurang dalam urusan pendidikan untuk rakyatnya. Padahal
didalam amanat UUD 1945 negara Indonesia menjamin pendidikan untuk rakyatnya yang
dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
16
Masalah kualitas pendidikan di Indonesia, Posisi Indonesia menduduki peringkat 10
dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan
monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas
pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education
(ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan
Maret-Juni 2005. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri
Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua
Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki
rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C
dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada
peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki
peringkat ke 14 (terakhir).
Data terakhir UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di
peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau
Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan
empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada
usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa
hingga kelas V Sekolah Dasar. Melihat data tersebut, kita masih kalah dengan Negara
tetangga singapura dan Malaysia. Pendidikan yang masih rendah ini akan mempengaruhi
tingkat daya saing masyarakat untuk bekerja. Begitu juga dengan peran masyarakat dalam
perekonomian global.
Adanya perdagangan bebas ASEAN ini memaksa pemerintah untuk memperbaiki
system pendidikan di Indonesia. Banyak sekali cara yang telah dilakukan salah satunya
dengan menaikkan anggaran pendidikan sampai 20% lebih. Namun, itu belum cukup juga
untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalahan pendidikan begitu
kompleks, dari budaya, system, struktur wilayah hingga masalah mental koruptor. Tidak
banyak yang ingin bersekolah namun terhalang ekonomi, sarana menuju ke sekolah ataupun
kendala lainnya. Sehingga hal itu semua menghambat terciptanya SDM yang berkualitas dan
berdaya saing untuk menjawab tantangan global terutama pada perdagangan bebas ASEAN.
Perekonomian
17
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama dan dua 2012 berhasil
menembus 6,33%. Kemudian turun tipis ke level 6,29% dan 6,26% pada triwulan tiga dan
empat. Lalu pada tahun 2013 kian melambat dari 6,03% pada periode pertama menuju 5,78%
pada periode terakhir. Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama 2014 hanya bertumbuh 5,21% secara tahunan (year on year). Tergambarkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merosot.
Melihat data tersebut, pemerintah harus memutar otak bagaimana caranya agar
masyarakat ikut berkecimpung dalam perekonomian Negara semakin banyak. Perusahaanperusahaan local harus mampu bersaing dengan perusahaan luar begitu juga para pekerjanya.
Dengan begitu kemungkinan budaya impor akan berkurang sedikit demi sedikit. Budaya
mencintai produk sendiri juga harus mulai ditanamkan. Selain itu juga angka pengangguran
di Indonesia cukup tinggi. Tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 5,7% atau 7,15 juta
jiwa.
Pengangguran ini akan menghambat roda perekonomian di Indonesia, penyebab
terjadinya pengangguran tidak lain dikarenakan lahan pekerjaan yang kecil, keterampilan
yang rendah dan pendidikan yang tidak memadai. Ujung dari rantai masalah ini tidak lain
tidak bukan adalah permasalahan sosial berupa kemiskinan, anak jalanan, kriminalitas, dan
masih banyak lagi.
3.2 Solusi yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial
Untuk itu, sebagai seorang pekerja sosial professional harus mampu menjawab tiga
masalah yang menjadi poros utama dalam perdagangan bebas ASEAN. Seorang pekerja
sosial harus mampu membantu masyarakat untuk keluar dari jeratan masalahnya.
Menggunakan tekhnik dan metoda seorang pekerja sosial yang telah dibekali ilmu
pengetahuan mengenai praktik pekerjaan sosial dapat bekerja bersama masyarakat untuk
menghadapi tantangan global. Sesuai dengan peran-peran yang dijalankan oleh seorang
pekerja sosial maka setidaknya pemerintah terbantu dengan adanya pekerja sosial.
Beberapa peran dan tugas yang mampu dilakukan oleh pekerja sosial bersama dengan
disiplin ilmu dan profesi lain diantaranya :
18
1. Edukator. Pekerja sosial berperan tidak hanya sebagai penyembuh, namun berperan
juga sebagai pendidik atau educator. Pendidik disini lebih ditekankan pada
memberikan pemahaman atas adanya tantangan global dengan memberikan
pendampingan dan pelatihan bersama profesi lain. Pendidikan diberikan bertujuan
untuk mengasah kemampuan masyarakat agar memiliki keahlian khusus dibidang
yang mereka minati. Dalam proses mendidik ini pekerja sosial tidak bekerja sendiri,
namun bekerja sebagai suatu team work dengan profesi lain seperti guru, sosiolog,
dan profesi yang menunjang pengasahan kemampuan masyarakat. Pendampingan
dalam melakukan pendidikan diperlukan agar masyarakat disiplin dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diberikan pemerintah, seorang pekerja sosial juga harus
mampu memberikan support pada masyarakat. Sehingga masyarakat termotivasi
untuk mengash keahliannya dan bekerja dengan baik.
2. Fasilitator. Salah satu peran yang sagat penting bagi pekerka sosial dalam membantu
masyarakat. Memfasilitasi masyarakat dalam berkegiatan dengan membantu
menemukan potensi dan sumber dengan teknik-teknik tertentu seperti maping
sehingga masyarakat dapat mengetahui apa yang mereka punya dan apa yang harus
dilakukan.
Mendukung
dan
memberikan
stimulant
untuk
mengembangkan
masyarakat. Mengetahui potensi dan sumber merupakan hal yang sangat penting,
didalam tantangan global seperti perdagangan bebas ASEAN banyak hal yang harus
dilakukan untuk mengimbangi Negara-negara yang sudah mulai maju seperti
Malaysia dan singapura. Sumber daya manusia Indonesia harus segera dibimbing dan
dibina untuk mendapatkan kemampuan yang diminati dalam bekerja. Kualitas SDM
merupakan tujuan utama dalam sector perokonomian. Selain memfasilitasi
masyarakat pekerja sosial juga harus mampu menjalin relasi dengan birokrat-birokrat
sehingga prosedural dalam berkegiatan berjalan lancer.
3. Broker. Salah satu peran yang bersifat teknis namun sagat penting untuk membantu
masyarakat.
Dapat
digambarkan
pekerja
sosial
sebagai
jembatan
yang
menghubungkan masyarakat dengan sumber-sumber pelayanan yang mampu
digunakan untuk menunjang pengenmbangan masyarakat. Didalam tantangan global
sangat penting untuk memanfaatkan potensi dan sumber local. Memanfaatkan sumber
local akan mengurangi biaya-biaya tambahan sehingga output yang dihasilkan
menjadi maksimal dengan biaya yang minim. Kaitannya dengan SDM maka pekerja
19
sosial akan menghubungkan dengan sumber pelayanan yang mudah dijangkau
terutama masalah pendidikan dan kesehatan. Dua hal tersebut menjadi dasar
pergerakan pengembangan masyarakat daerah.
4. Advokasi. Pembelaan dilakukan dalam hal-hal yang sangat penting seperti pembelaan
terhadap hak-hak masyarakat yang diambil. Hal ini biasanya terjadi didalam
perusahaan yang masih belum menerapkan undang-undang. Tidak hanya di
perusahaan namun bias terjadi dimana saja dan kapan saja sehingga seorang pekerja
sosial harus mengetahui dengan benar kasu-kasus yang terjadi, karena pada dasarnya
pekerja sosial itu bersifat netral. Pembelaan didasarkan pada hasil temuan-temuan
dilapangan siapa yang mengambil hak dan siapa yang terambil. Didalam perdagangan
bebas ASEAN akan terjadi banyak penindasan mengenai hak baik didalam negeri dan
diluar negeri. Didalam negeri seperti melakukan PHK besar-besaran dikarenakan
adanya modernisasi industry, ada juga diskriminasi pekerja dan masih banyak lagi.
Diluar negeri seperti penyiksaan, gaji yang belum dibayarkan, waktu kerja yang
berlebihan dan masih banyak lagi. Seorang pekerja sosial harus mampu melihat itu
semua dan segera melakukan advokasi terhadap hak-hak yang direnggut.
Terdapat tiga tantangan besar yang akan dihadapi masyarakat Indonesia dengan
munculnya perdagangan bebas ASEAN. Ketiga tantangan itu tidak akan semuanya mampu
diselesaikan dengan cepat dan hanya satu pihak. Namun diperlukan koordinasi-koordinasi
dengan bidang lain. Pekerja sosial menjadi pioneer utama dikarenakan pekerja sosial bertemu
langsung dengan masyarakat, berinteraksi langsung dan memahami betul dengan keadaan
lapangan. Maka seorang pekerja sosial harus siap menjawab tantangan global tersebut dengan
menggunakan setidaknya peran-peran seperti educator, fasilitator, broker dan advokasi.
Masalah-masalah yang diisukan timbul seperti yang telah dibahas, ketiga tantangan
tersebut sebenarnya saling berkaitan satu dengan yang lain. Diawali dengan hilang control
dalam pengendalian penduduk sehingga penduduk Indonesia akan semakin bertambah dan
tidak dapat dikendalikan lagi. Dengan melihat fakta tersebut seorang pekerja sosial harus
menjadi educator atau pemberi informasi mengenai program keluarga berencana yang sudah
dijalankan pemerintah. Bersama BKKBN, pekerja sosial akan menyuluhkan materi mengenai
program keluarga berencana yang bertujuan untuk mengendalikan penduduk. Memberikan
pemahaman kepada masyarakat akan arti penting keluarga yang harus direncanakan. Dengan
20
begitu program pemerintah berjalan sesuai dengan tujuan awal dan pengendalian laju
pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan sedikit demi sedikit.
Edukasi diberikan harus bersifat berkelanjutan, gunanya untuk mengontrol
kedisiplinan penduduk dalam merencanakan keluarganya. Pendampingan diperlukan dalam
melakukan pengawasan. Selain bekerjasama dengan pihak BKKBN pekerja sosial juga harus
bekerja sama dengan pihak kesehatan seperti puskesmas yang mampu menjangkau pedesaan.
Pihak kesehatan akan menyuluhkan solusi dari program keluarga berencana tersebut.
Sehingga pekerja sosial bekerja dengan team tidak sendirian.
Selagi program BKKBN disuluhkan, maka seorang pekerja sosial juga harus
memikirkan masalah pendidikan. Dikarenakan ketiga masalah ini bukan masalah yang
dipisahkan maka dalam pelaksanaan penyelesainnya juga tidak dapat dipisahkan. Pekerja
sosial harus mulai aktif dalam memberikan fasilitatsi dan melakukan broker dalam
menghubungkan masyarakat dengan sumber pelayanan. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat aliran yang sempat terhenti, dengan begitu masyarakat segera mengetahui
sumber dan potensi yang mereka punya, sumber dan potensi yang dapat mereka jangkau dan
permasalahan yang mereka hadapi. Memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ingin
bekerja adalah salah sau cara dengan tujuan jangka pendek agar mampu bersang dengan
tenaga luar.
Masalah kependudukan dan pendidikan dilakukan secara berkelanjutan dan
memotivasi masyarakat untuk berkecimpung langsung diroda perekonomian Indonesia.
Perusahaan-perusahaan local harus didukung dengan SDM yang berkualitas yang bertujuan
untuk menghasilkan produk yang berkualitas juga. SDM yang berkualitas didapatkan dari
pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pemerintah dan didampingi oleh
pekerja sosial. Selain itu juga pemberian modal terhadap masyarakat yang ingin membuka
usaha baik secara individu ataupun kelompok dengan melihat kesempatan-kesempatan
berkembang. Kualitas produk yang dihasilkan haruslah mampu bersaing dengan produk luar
sehingga masyarakat secara luas masih melirik produk dalam negeri.
Kemampuan SDM yang meningkat akan meningkatkan hasil produksi pula. Selain itu
Indonesia juga mampu mengirimkan tenaga kerja yang dimiliki untuk bekerja diluar negeri
dan akan menguntungkan Negara secara agregat. Adanya AFTA tentu saja memasuki
kawasan suatu Negara akan menjadi mudah, dengan begitu pertukaran tenaga kerja,
21
pertukaran pelajar, pertukaran budaya akan sangat mudah sekali terjadi. Negara Indonesia
haruslah menjadi pion utama dalam melakukan pertukaran tersebut. Hal itu berguna dalam
mencapai tujuan jangka panjang dan menjadikan Indonesia Negara ekspor dikawasan
ASEAN. Namun hal itu semua harus dilakukan sesuai proseduranl dan dilakukan dengan
pengontrolan dan pengawasan.
Melaksanakan peran-peran tersebut, seorang pekerja sosial haruslah memiliki
kemampuan berdaya saing global. Muncullah pertanyaan, bagaiman seorang pekerja sosial
memiliki kemampuan yang berdaya saing global? Sudah jelas dalam mendapatkan gelar
profesi pekerja sosial, seorang mahasiswa atau yang ingin menjadi pekerja sosial harus
menempuh pendidikan formal yang sudah terlegitimasi. Institusi yang mengeluarkan pekerja
sosial professional di Indonesia hanyalah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
STKS Bandung merupakan sekolah formal yang mengeluarkan profesi pekerjaan sosial.
STKS Bandung menghadirkan ilmu pengetahuan mengenai pekerjaan sosial, selain itu juga
ada praktik yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga seorang pelajar tidak
hanya diberi ilmu teori namun ada pengalaman praktik langsung di lapangan.
Output dari institusi tersebut adalah pekerja sosial professional yang masih bersifat
umum, untuk memiliki kemampuan lebih spesifik lagi maka harus dilanjutkan di spesialis 1.
Pengajaran yang bersifat keindonesiaan dengan memberikan pemahaman nilai-nilai dan
norma, seorang pekerja sosial yang lahir masih bersifat keindonesiaan. Bagaimana seorang
pekerja sosial yang bersifat keindonesiaan namun memiliki wawasan global? Untuk yang
pertama jangan merasa kurang dengan sifat keindonesiaan kita, hal itu meruipakan seuatu
karunia karena perilaku ketimuran adalah perilaku yang menjadi pusat dunia. Negara-negara
barat pun mulai mengikuti perilaku ketimuran ini. Sekarang kita harus mengasah wawasan
kita agar mampu bersaing dengan global.
Pengembangan wawasan global haruslah dimulai dari melihat tiga kerangka utama
pekerjaan sosial yaitu, Knowledge (pengetahuan), value (nilai), skill (kemampuan). Ketiga
kerangka tersebut adalah merupakan pondasi awal pekerja sosial dalam bekerja. Jika kita
telaah lebih lanjut, nilai yang dimiliki seseorang berbeda tergantung dari daerah hanya saja
kita berada didalam lingkup Negara ketimuran terdapat kesamaan nilai dari segi pandang dan
berprilaku. Didalam masalah nilai sebenarnya tidak perlu diubah dikarenakan Negara
Indonesia yang bersifat ketimuran serumpun dengan kawasan ASEAN.
22
Pengembangan pengetahuan dan kemampuan untuk bersaing dengan Negara-negara
lain perlu dilakukan, dengan begitu pekerja sosial di Indonesia memiliki wawasan dan
kemampuan global. Terkait dengan cara mengembangkan pengetahuan dan kemampuan,
sebagai berikut :
1. Dilakukannya seminar-seminar yang menghadirkan pekerja sosial dari daerah lain
untuk menambah wawasan. Seminar dilakukan secara berskala dengan tujuan
memberikan informasi terkini dengan permasalahan global.
2. Dilakukannya pelatihan-pelatihan kepada pekerja sosial baru untuk menambah
pengalaman dan kemampuan mereka dalam bersentuhan dengan permaslaahan
sosial
3. Diadakannya program pertukaran pelajar atau pekerja guna memberikan
pengalaman baru di daerah lain. Didalam melaksanakan ini pemerintah harus
mendukung penuh agar pekerja sosial Indonesia mampu bersaing dengan Negara
lain.
4. Menciptakan budaya membaca, sudah terlihat kita masih minim akan membaca
sehingga pengetahuan-pengetahuan pun minim begitu juga dengan informasi luar.
Maka perlu diadakannya budaya membaca bagi pekerja sosial.
5. Berlatih menggunakan bahasa asing. Kita ketahui akar peksos berada dalam
budaya barat maka sudah seawajarnya pengetahuan pekerjaan sosial berada
disana. Untuk memahami lebih lanjut biasanya pekerja sosial terhambat dengan
penggunaan bahasa. Maka instansi terkait harus mulai memikirkan prospek kerja
pekerja sosial.
Pelaksanaan ketiga kerangka dasar dengan mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan pekerja sosial akan menghasilkan pekerja sosial yang berdaya saing global.
Pekerja sosial yang berdaya saing global sudah tentu akan lebih peka dengan isu-isu global
yang memasuki kawasan masyarakat Indonesia, kemampuan kepekaan tersebut akan
ditindaklanjuti dengan melaksanakan peran-peran diatas. Peran-peran diatas dilaksanakan
dengan tujuan untuk mempergerak masyarakat dalam menghadapi tantangan perdagangan
bebas ASEAN dengan memberikan edukasi sebagai tindakan preventif dan utama.
23
Walaupun pekerja sosial bukan seorang diri melakukan itu semua melainkan dengan
profesi dan bidang lain, namun pekerja sosial merupakan pioneer utama yang bersentuhan
langsung dnegan masyarakat sehingga pekerja sosial merupakan the first agent changer bagi
masyarakat. Maka dari itu seorang pekerja sosial harus mampu memiliki wawasan global,
nilai-nilai luhur masyarakat dan kemampuan internasional.
3.3 Rencana Program
Menghadapi tantangan perdagangan bebas ASEAN dengan permasalahan yang
dimiliki tentu tidak mudah. Program-program buatan pemerintah
BAB I
………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
………………………………………………………………..
1.2 Latar Belakang
2
2
………………………………………………………..
2
1.3 Tujuan
………………………………………………………………..
5
1.4 Manfaat
………………………………………………………………..
5
………………………………………………………………………..
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………………………..
6
………………………………………………………..
6
Pekerja Sosial dan Pekerjaan Sosial ………………………………..
6
Fungsi Pekerja Sosial ………………………………………………..
7
Peranan Pekerja Sosial
………………………………………..
7
Tujuan Pekerjaan Sosial
………………………………………..
9
2.1 Landasan Teori
Masalah Sosial
………………………………………………..
ASEAN Free Trade Area
BAB III
10
………………………………………..
10
………………………………………………………………………..
14
PEMBAHASAN
………………………………………………………………..
3.1 Permasalahan
………………………………………………………..
Pertumbuhan Penduduk
14
14
………………………………………..
15
………………………………………………………..
16
Perekonomian ………………………………………………………..
17
Pendidikan
3.2 Solusi yang Dapat Dilakukan oleh Pekerja Sosial
………………..
18
3.3 Rencana program ………………………………………………………..
24
BAB IV
………………………………………………………………………..
25
PENUTUP
………………………………………………………………………..
25
4.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
………………………………………………………..
25
………………………………………………………………..
26
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat ASEAn secara
umum dan Indonesia secara khusus. ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari
kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan
dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan
menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan pasar regional
bagi 500 juta penduduknya. Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan
dagang antar negara anggota maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya
perdagangan bebas harus memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu mulai
dengan meneliti mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif
(comparative advantage),serta pro dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat
bagaimana berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs
tukar valuta asing.
AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di
Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA)
merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu
kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan
regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai
dalam waktu 15 tahun (1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir
dipercepat lagi menjadi tahun 2002.Skema Common Effective Preferential Tariffs For
ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan
AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif
dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA
adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan
bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015.
2
Berdasarkan CIA World Factbook Tahun 2013, hampir setengah penduduk ASEAN
adalah penduduk yang berasal dari Indonesia yaitu berkisar hingga lebih dari 250 juta jiwa.
Jumlah tersebut memungkinkan dampak-dampak baik negative ataupun positif dari
pemberlakuan AFTA tersebut sangatlah besar dirasakan bagi rakyat Indonesia. Indonesia
yang merupakan Negara berkembang dengan kemajuan ekonomi mendekati angka 5% per
lima tahunnya sangat bergantung pada kebijakan AFTA ini. Produksi rumahan dan produksi
yang masih bersifat konvensional adalah rantai terbawah dalam sistem rangkaian ekonomi
jual beli di Indonesia. Sehingga kemungkinan-kemungkinan adanya gulung tikar lebih cepat
terjadi pada bagian dasar perekonomian rakyat menengah kebawah. Hasil produksi yang
belum banyak dan modal yang masih kurang akan menghalangi persaingan produk-produk
yang akan dipasarkan secara luas. Permasalahan kualitas produk dan ketenagakerjaan pun
patut dipertanyakan dengan diberlakukannya kebijakan ini pada tahun 2015. Pekerjaan rumah
pemerintah untuk menanggulangi pengangguran dan sempitnya lapangan kerja belum dapat
nilai plus kemudian sudah muncul kebijakan baru yang bersifat global.
Permasalahan ini akan menimbulkan banyak sekali masalah-masalah secara
berkelanjutan. Untuk menekan itu pemerintah harus mampu memutar otak lebih cepat
sehingga dapat meminimalisir kerugian rakyat dan dampak-dampak negative yang
ditimbulkan kelak. Beberapa diantaranya seperti memberikan pelatihan-pelatihan sesuai
dengan minat dan bakat untuk memulai usaha dengan dibantu oleh pemerintah baik itu
urusan modal dan pengasahan kemampuan. Hal ini sedikit demi sedikit sudah dilakukan oleh
kementerian ketenagakerjaan dengan pemberian modal dan pelatihan-pelatihan. Kementerian
ketengagakerjaan tidak bekerja secara sendirian, kementerian sosial pun sudah mulai
memikirkan hal serupa, sehingga muncullah program-program bantuan untuk rakyat miskin
yang gunanya untuk membantu memperbaiki ekonomi secara merata. Bantuan-bantuan yang
sudah terlihat seperti PKH, BLSM, Bantuan pendidikan dan lainnya. Kementerian kesehatan
pun tak tinggal diam, kementerian kesehatan berupaya penuh untuk menjamin kesehatan
seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan amanat undang-undang. Program-program seperti
BPJS pengganti ASKES merupakan program yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
tingkat kesehatan rakyat. Secara jangka panjang tujuannya jika rakyat sehat maka sumber
daya manusianya mampu bersaing dan meminimalisir hambatan-hambatan yang terjadi.
Selain program-program yang diberikan, kemunculan pekerja sosial untuk membantu
pemerintah dalam membantu masyarakat secara personal maupun pemberdayaan secara
komunitas ternyata dapat perhatian lebih dikarenakan kinerja dan kemampuannya dalam
3
membantu masyarakat untuk kembali berfungsi secara sosial. Pekerja sosial pada awalnya
hanya bekerja dengan membantu masyarakat marjinal yang tersingkirkan akibat
perkembangan zaman dan tidak mampu beradaptasi sehingga fungsi-fungsi sosialnya menjadi
terhambat. Namun dengan adanya kebijakan AFTA ini kemungkinan besar seorang pekerja
sosial akan menghadapi tantangan secara global lagi. Melihat dari sisi kerja yang akan
menjadi tantangan maka AFTA ini akan menjadi suatu parameter penting dalam existensi
pekerja sosial khususnya di Indonesia. Tantangan pekerja sosial akan menjadi lebih besar
dengan adanya permasalahan yang lebih kompleks lagi dari sekadar ruang lingkup
kemiskinan. Pekerja sosial akan berhadapan dengan tantangan ekonomi global, perindustrian
modern, pendidikan, telebih lagi hubungan sosialnya. Setiap bidangnya memiliki tantangan
tersendiri yang akan memberi pekerja sosial pengalaman lebih.
Selain itu juga pekerja sosial dibutuhkan untuk menjalan program pemerintah sesuai
dengan fungsinya sebagai pekerja sosial. Program tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana
apabila pelaksana dan pengawas tidak selaras. Sehingga diperlukannya pekerja sosial yang
berkualitas dan berdaya saing global. Pendidikan merupakan menjadi titik awal pekerja sosial
menjadi seorang professional. Pendidikan itu berupa pendidikan formal dengan pemberian
materi-materi dan teori-teori serta praktik langsung ke lapangan yang bertujuan untuk
menambah bekal pengalaman pekerja sosial. Pekerja sosial sebagai pion utama dalam
membantu masyarakat tentunya harus dibekali ilmu secara global dan ilmu praktik pekerjaan
sosial secara khusus, dimaksudkan untuk tujuan dalam tantangan global terjawab. Seorang
pekerja sosial yang akan menghadapi tantangan global seperti AFTA ini tidak cukup hanya
dibekali ilmu dan praktik pekerjaan, namun harus dibekali dengan berbagai ilmu penunjang
seperti ekonomi, sosial, dan hokum. Hal ini berguna dalam praktik pekerjaan sosial dalam
bidang industri. Pekerjaan sosial dibidang industry akan menjadi bidak pertama yang terkena
dampak dari AFTA ini, sehingga permasalahan pada perusahan besar dan kecil akan
bermunculan. Disitulah seorang pekerja sosial harus mampu berperan sesuai dengan
tugasnya.
ASEAN Free Trade Area sebenarnya bukan satu-satunya tantangan pekerja sosial,
hanya saja AFTA merupakan tantangan global pertama yang akan ditemui oleh seorang
pekerja sosial. Tidak hanya dampak negative saja yang diberikan oleh kebijakan tersebut
namun ada dampak positivenya seperti ijin ke Negara-negara ASEAN lebih mudah,
kemungkinan akan terjadi tukar menukar pekerja antar Negara. Disitulah kembali pekerja
sosial harus berperan, bagaimana agar proses tukar menukar tidak hanya transfer manusia
4
saja namun transfer ilmu dan profit untuk pribadi masyarakat dan Negara. Kualitas pekerja
juga harus diperhitungkan, jumlah yang akan keluar dan berapa yang masuk, dan yang paling
penting adalah jaminan bagi pekerja yang bekerja diluar negeri khussunya ASEAN. Maka
dari itu pekerja sosial dituntut untuk bekerja lebih giat dan lebih banyak belajar agar mampu
bersaing dengan Negara lain, sehingga kemampuan yang dimiliki dapat dimaksimalkan untuk
membantu masyarakat dalam menghadapi ASEAN Free Trade Area.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah,
1. Untuk memudahkan masyarakat luas dalam mengetahui informasi mengenai
perdagangan bebas ASEAN (AFTA).
2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul akibat adanya perdagangan bebas
ASEAN (AFTA).
3. Sebagai referensi dasar dalam membuat kebijakan untuk menghadapi tantangan
perdagangan bebas ASEAN (AFTA).
4. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai perdagangan bebas ASEAN dan
intervensi
pekerja
sosial
dalam
membantu
masyarakat
untuk
menghadapi
perdagangan bebas ASEAN.
5. Memperkenalkan eksistensi pekerja sosial ke masyarakat luas dalam era globalisasi.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisa karya tulis ilmiah ini adalah,
1. Teridsentifikasinya kebutuhan-kebutuhan yang perlu disiapkan untuk menghadapi
perdagangan bebas ASEAN.
2. Menambah wawasan dalam memahami problematika perdangangan bebas ASEAN
dalam perspektif pekerjaan sosial.
3. Memperkenalkan pekerja sosial dalam perannya membantu masyarakat untuk
menghadapi tantangan perdagangan bebas ASEAN.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Landasan Teori
Pekerja Sosial dan Pekerjaan Sosial
Pekerja sosial secara luas dapat diartikan seorang pekerja sosial yang menangani
permasalahan-permasalahan sosial dengan dibekali ilmu tentang pekerjaan sosial melalui
pendidikan formal. Pekerja sosial dapat dikatakan sebagai Seseorang yang mempunyai
kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal
atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara
resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial. (Kepmensos No.
10/HUK/2007)
Sedangkan,
Pengertian
pekerjaan
sosial
yang
dikemukakan
oleh
Charles
Zastrow (1982), yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco (1995:7) sebagai berikut:
"Pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan
mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan
mereka mencapai tujuan".
Menurut bapak sosial Max Siporin:
“Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk membantu orang
mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan meningkatkan
keberfungsian sosial.”
Sedangkan menurut Leonora Serafika de Guzman:
“Pekerjaan sosial merupakan profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam
kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk
memberikan fasilitas dan memperkuat relasi, khususnya dalam penyesuaian diri secara
timbal balik dan saling menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya
melalui penggunaan metoda pekerjaan sosial.”
Pengertian pekerjaan sosial secara jelas juga diterangkan di Undang-undang no. 11
tahun 2009 :
6
“Semua keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi pelaksanaan usaha
kesejahteraan sosial.”
Fungsi Pekerja Sosial
Heru Sokoco (1995:22-27) menjelaskan fungsi dan peran pekerja sosial sebagai berikut,
Fungsi-fungsi Pekerjaan Sosial :
a. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif
untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial
yang mereka alami.
b. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber.
c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber.
d. Mempengaruhi kebijakan sosial.
e. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material.
Peranan Pekerja Sosial
Peranan Pekerja Sosial :
a.
Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial membantu individu-individu, kelompokkelompok
dan
masyarakat dalam
mengakses
Sistem
sumber
yang
ada,
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan kapasitasnya agar dapat mengatasi
masalah untuk pemenuhan kebutuhannya.
b.
Peran sebagai perantara (broker)
Peran
sebagai
perantara
yaitu
menghubungkan individu-individu,
kelompok-
kelompok dan masyarakat dengan lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal
ini; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Pemerintah, agar dapat
memberikan
pelayanan
kepada individu-individu,
kelompok-kelompok
dan
masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan masyarakat.
c.
Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community worker diharapkan
mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta
mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat yang
menjadi sasaran perubahan.
7
d.
Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial dapat memberikan masukan,
saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area (individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat).
e.
Perencana sosial (social planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang
dihadapi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam mengakses Sistem sumber yang
ada untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat.
f.
Fasilitator
Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini berkaitan dengan menstimulasi atau
mendukung pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk mempermudah
proses perubahan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi
katalis untuk bertindak dan menolong sepanjang proses pengembangan dengan
menyediakan waktu, pemikiran dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses
tersebut.
Berbeda dengan Jim Ife yang membagi peranan pekerja sosial dalam empat bagian
besar meliputi:
1. Peranan Fasilitatif
Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan fasilitatif merupakan peranan
yang dicurahkan untuk membangkitkan semangat atau memberi dorongan
kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat untuk menggunakan
potensi dan sumber yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan
usaha secara efisien.
2. Peranan Educational
Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan agenda, sehingga tidak hanya
membantu pelaksanaan proses peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi
lebih berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka peningkatan
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman bagi individu-individu, kelompokkelompok dan masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan
kesadaran, memberikan informasi, mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan
bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
3. Peranan Representasional
8
Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di masyarakat yang bertujuan
bagi kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini
dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-sumber dari luar tetapi dengan
berbagai pertimbangan yang matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan
pengembangan potensi dan produktivitas dari berbagai donator. Melakukan advokasi
untuk membela kepentingan-kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat seperti
mendukung
upaya
implementasi
program dan
berupaya
merealisasikan program tersebut.
4. Peranan Teknis
Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis data, kemampuan
menggunakan komputer, kemampuan melakukan presentasi secara verbal maupun
tertulis, manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan melakukan need
assessment terhadap pengembangan potensi individu-individu, kelompok-kelompok
dan masyarakat. Peran-peran ini dapat dilakukan pekerja sosial bersama individuindividu, kelompok-kelompok dan masyarakat melakukan mendapatkan informasi
dan data yang dapat digunakan baik untuk mengundang perhatian dari stakeholders
untuk mengembangkan potensi tetapi juga membantu mempromosikan.
Tujuan Pekerjaan Sosial
Selain memiliki fungsi dan peranan, pekerjaan sosial juga memiliki tujuan secara
umum. Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne Minahan sebagai berikut :
a. Enhance
the
problem
solving
and
coping
capacities
of
people
Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan tugas kehidupan dan
kemampuandalam memecahkan masalah.
b. Link people with systems that provide them with resources, service and opportunities
Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber, pelayanan dan
kesempatan yang dibutuhkannya.
c. Promote
the
Meningkatkan
effective
kemampuan
and
human
pelaksanaan
operation
of
these
sistem
secara
systems
efektif
dan
berperikemanusiaan.
d. Contribute
to
the
development
and
improvement
of
social
policy
Memberi sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijakan serta
perundang-undangan sosial.
9
Masalah Sosial
1. Masalah atau problema adalah perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang
diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das sein (yang nyata, yang
terjadi). Dengan kata lain masalah adalah perbedaan antara yang ideal dan real,
misalnya kita mencita – citakan masyarakat yang sejahtera, ternyata yang terjadi
banyak masyarakat yang masih miskin.
2. Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi
yang dirasakan banyak orang yang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan
aksi sosial secara kolektif.
3. Parillo yang di kutip Soetomo (1995:4) dalam Pengorganisasisan dan Pengembangan
Masyarakat : empat komponen dalam memahami pengertian masalah sosial, yaitu :
a. Masalah itu bertahan untuk suatu periode tertentu.
b. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau mental, baik pada
individu maupun masyarakat.
c. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari satu atau
beberapa sendi kehidupan masyarakat.
d. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan. Masalah sosial merupakan persoalan
yang timbul secara langsung atau bersumber langsung dari suatu kondisi maupun
proses sosial.
ASEAN Free Trade Area
AFTA yang merupakan akronim dari ASEAN Free Trade Area sejatinya merupakan
kesepakatan dari negara – negara di asean untuk membentuk sebuah kawasan bebas perdagangan.
Tujuannya secara garis besar agar bisa meningkatkan daya saing ekonomi kawasan ASEAN di dunia.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk
membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta
menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya.
Suatu kesepakatan atau perjanjian kerjasama dalam perdagangan dilakukan terdapat
suatu keuntungan tersendiri bagi negara yang ikut kedalamnya. Dalam AFTA tersendiri,
10
negara-negara ASEAN sepakat untuk ikut serta berarti terdapat suatu keuntungan yang
nantinya akan didapat oleh negara anggotanya.
Dalam setiap hubungan kerjasama pasti terdapat hambatan-hamatan yang dihadapi.
Hambatan tersebut biasanya muncul saat pengaplikasian perjanjian. Dalam penerapan AFTA
banyak hambatan yang dihadapi saat pertama kali diterapkan. ASEAN-6 merupakan negara
anggota ASEAN yang pertama kali menerapkan usaha pengaplikasian AFTA. ASEAN-6
menjadi contoh bagi empat negara ASEAN lain. Dalam penerapan AFTA terutama penerapan
penurunan tarif terhadap beberapa barang komoditas. Banyak negara anggota ASEAN
melakukan proteksi terhadap barang yang dianggap penting bagi negaranya sehingga
penerapan penurunan tarif terhadap komoditas yang diproteksi tersebut mengalami
penundaan.
Negara-negara di ASEAN sebenarnya memiliki perbedaan tinggak perekonomian. Hal
itu terlihat pada pendapatan perkapita masing-masing negara anggota ASEAN. Beberapa
negara memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari pada negara lainnya. Belum lagi
ketidak stabilan politik dalam negeri yang juga mempengaruhi perekonomian di negaranegara anggota ASEAN. ASEAN-6 contohnya, pendapatan perkapita negara-negara ASEAN6 lebih tinggi dibandingkan empat negara lainnya yaitu, Lao PDR, Myanmar, Vietnam dan
Kamboja. Sehingga sulit bagi keempat negara tersebut untuk menurunkan tarif bagi barang
yang dianggap sensitif bagi kepentingan dalam negerinya. Belum lagi persaingan barang
komoditas antara negara-negara anggota ASEAN, terkadang kualitas barang yang rendah dan
tidak dapat bersaing membuat ambruknya industri kecil di beberapa negara tersebut. Bahkan
bukan bagi keempat negara di ASEAN yang tergolong memiliki perekonomian rendah tetapi
juga negara anggota ASEAN-6 harus menghadapi kenyataan bahwa industri kecil di
negaranya harus mengalami guncangan karena tidak dapat bersaing dengan barang komoditas
yang masuk ke negaranya.
Bahkan banyak anggapan bahwa AFTA hanya menghasilkan persaingan yang tidak
seimbang bagi negara anggota ASEAN itu sendiri. Penurunan tarif barang bagi barang yang
masuk dari negara anggota ASEAN menimbulkan kerugian. Ketidak siapan pasar industri
lokal juga yang menjadi kendala bagi berjalannya AFTA dan penerapan penurunan tarif.
Seperti negara-negara anggota ASEAN lainnya Indonesia pun mengalami hal yang sama.
Daya saing barang yang diperdagangkan kurang memenuhi standar yang ditetapkan, hal ini
mengakibatkan banyaknya industri-industri kecil dan menengah di Indonesia mengalami
11
kerugian yang besar. Persaingan produk dalam negeri dengan produk yang masuk kedalam
negeri membuat para pengusaha harus bisa meningkatkan kualitas barang produksinya.
Bagi Indonesia sendiri, AFTA merupakan kerjasama yang menguntungkan. AFTA
merupakan peluang bagi kegiatan eksport komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan
dan sekaligus menjadi suatu tantangan tersendiri untuk menghasilkan komoditas yang
kompetitif si pasar regional AFTA sendiri. Peningkatan daya saing ini akan mendorong
perekonomian Indonesia untuk semakin berkembang. AFTA juga merangsang para pelaku
usaha di Indonesia untuk menghasilkan barang yang berkualitas sehingga dapat bersaing
dengan barang-barang yang dihasilkan oleh negara-negara ASEAN lainnya.
Namun Indonesia juga tidak luput dari dampak negative yang diberikan oleh AFTA.
Sehingga Indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi
perdagangan bebas ASEAN yang akan mulai terhitung tahun 2015.
Dampak yang ditimbulkan dari AFTA ini beragam, beberapa dampak negative yang
dapat terjadi diantaranya :
1. Serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektorsektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah
mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri).
2. Dalam hal sumber daya energi, Indonesia hanya memiliki industri perakitan (hulu)
untuk produk elektronika dan produksi. Namun, berbeda dengan China, dalam
membangun industri elektronika yang terintegrasi mulai dari pembangunan
industri pendukung dengan mengolah bahan baku.
3. Dalam hal pendidikan, jika kita melihat realita yang ada, terdapat kesenjangan
antara apa yang diharapkan dengan implementasi dari pendidikan itu sendiri.
Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan
Asia Pasifik. Sehingga akan menyulitkan masyarakat dalam bersaing dengan
SDM luar negeri.
4. Kualitas SDM yang masih belum dapat dikatakan cukup memumpuni juga akan
menyulitkan produktivitas perusahaan dalam mengelola produk-produknya.
12
5. Budaya konsumtif dengan penduduk yang besar akan menjadi sasaran utama
dalam penjualan produk. Jika itu terjadi kemungkinan besar perusahaan local akan
tersingkir dan terjadinya impor besar-besaran.
6. Pertukaran budaya yang tidak dapat terkendali akan menimbulkan banyak
masalah.
Berikut dampak positive yang dapat ditimbulkan oleh AFTA,
1. Membuat peluang kita untuk menarik investasi.
2. Dapat meningkatkan voume perdagangan. Hal ini di motivasi dengan adanya
persaingan ketat antara produsen. Sehingga produsen maupun para importir dapat
meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas dari kualitas sumber yang
diproduksi
3. Investasi pariwisata dengan memperkenalkan budaya untuk menarik wisatawan
sehingga menguntungkan daerah wisata.
4. Memudahkan dalam bekerja diluar negeri khususnya kawasan ASEAN.
5. Pertukaran ilmu pengetahuan yang cepat sehingga memungkinkan para pelajar
menimba ilmu dengan mudah.
6. Prospek kerja pekerja sosial makin luas dengan tantangan global.
7. Memperlihatkan eksistensi pekerja sosial dalam membantu masyarakat terutama di
Indonesia.
8. Daya saing tingkat global akan memunculkan semangat untuk lebih baik lagi dalam
semua bidang.
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan
Perjanjian perdagangan bebas AFTA dicetuskan ketika terjadi pertemuan tingkat
Kepala Negara ASEAN atau SEAN summit ke-4, yang dilakukan pada tahun 1992. Pada
pertemuan itu kemudian para kepala negara mengumumkan akan membentuk sebuah
kawasan perdagangan bebas di asean dalam jangka waktu 15 Tahun. Kalau dihitung
seharusnya akan efektif berjalan secara penuh pada tahun 2007. Namun kenyataanya, AFTA
ini akan aktif pada tahun 2015, 22 tahun kemudian.
Dengan adanya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya tidak akan akan ada
hambatan tarif(bea masuk 0-5%) ataupun hambatan non tarif untuk negara – negara anggota
ASEAN. Dengan begitu, tentunya keuntungan dan tantangan akan muncul untuk negara
Indonesia juga. Apakah negara kita Indonesia sudah siap? Siap memanfaatkan kondisi ini
untuk membuat negara lebih maju dan berkembang? Ataukah akan menjadi boomerang bagi
Indonesia yang masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Apalagi AFTA ini
efektif tahun 2015, tidak begitu lama setelah Pemilu, dan pemilihan presiden Indonesia yang
baru.
Sebelumnya kita harus melihat perkembangan penduduk Indonesia yang mulai tidak
terkendali. Pada tahun 2010 menurut data statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia
berjumlah 233,477.4 (x1000) jiwa, sedangkan pada data terakhir pada tahun 2014 awal
berjumlah 244,814.9 (x1000) jiwa. Dengan melihat rasio pertumbuhan penduduk Indonesia
maka data statistik Indonesia merilis proyeksi jumlah penduduk Indonesia berkisar lebih dari
260 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali akan mengakibatkan
masalah-masalah baru dalam menghadapi perdagangan bebas ASEAN. Indonesia menjadi
pusat perekonomian ASEAN otomatis akan menjadi konsumen pertama dan konsumen
terbesar se-kawasan ASEAN.
14
Tantangan kependudukan ini akan menjadi masalah tersendiri dan akan menjadikan
masalah berakar seperti tingkat pengangguran yang akan meningkat, kriminalitas serta
pendidikan yang tidak tersentuh. Berjuta-juta jiwa akan lahir dan akan menempuh pendidikan
secara formal untuk memenuh kebutuhan hidupnya. Sedangkan kemiskinan di Indonesia
belum dapat dikontrol. Hal ini akan menimbulkan rantai masalah yang bersifat circle atau tak
berujung. Kemiskinan akan menghambat mendapatkan pendidikan, pendidikan yang kurang
akan menciptakan pengangguran, pengangguran akan menciptakan angka kriminalitas
meningkat dan perpecahan akan terjadi perlahan. Timbullah masalah-masalah sosial seperti
perpecahan, ketidakyakinan, tidak toleransi, dan yang lainnya.
Untuk meminimalisir masalah-masalah sosial yang timbul, maka pekerja sosial harus
siap dalam menhadapi tantangan ini. Seorang pekerja sosial haruslah memiliki kemampuan
untuk membantu masyarakat dan memiliki tingkat keprofesionalisan yang tinggi. Pekerja
sosial diharapkan mampu menjadi pioneer utama dalam membantu masyarakat bersama-sama
menghadapi tantangan dan isu-isu maslaah sosial yang akan timbul.
Setidaknya ada tiga masalah utama yang harus disoroti untuk menghadapi tantangan
perdagangan bebas ASEAN. Pertumbuhan penduduk, kualitas pendidikan, perekonomian.
Ketiga substansi tersebut haruslah menjadi sorotan utama dalam menyelesaikan rantai
masalah. Seorang pekerja sosial juga harus memahami ketiga permasalahan utama tersebut.
Pertumbuhan Penduduk
Menurut data statistik diatas, laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih dikatakan
tinggi. "Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah empat juta jiwa, kondisi ini sangat
memprihatinkan," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di Jakarta, Rabu (30/4). Hamper empat
juta jiwa bertambah setiap tahunnya, sedangkan lapangan kerja semakin kecil. Menimbulkan
berbagai macam masalah baru seperti tingkat produktivitas terhambat, apalagi adanya
perdagangan bebas ASEAN. Masalah budaya konsumtif juga akan mempengaruhi tingkat
daya beli seseorang.
"Pertambahan penduduk yang tidak memiliki keterampilan kerja akan mengakibatkan
Indonesia menjadi salah satu pasar utama bagi produk-produk asing dan pasar lapangan kerja
bagi tenaga asing," kata Fasli di sela memberi kuliah umum bonus demografi di Auditorium
FKIP Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam, Banda Aceh, Kamis. Jumlah penduduk
15
yang semakin tinggi akan menjadi Indonesia menjadi sector utama tempat produk-produk
luar dijual. Budaya konsumtif yang tinggi dan sumber daya manusia yang kurang akan
menjadikan Indonesia sasaran empuk bagi mereka penggiat kerja. Pekerja luar akan ebbas
masuk dan melahap lapangan kerja di Indonesia. Selain kualitas mereka memadai,
perusahaan yang profit oriented tentu akan memilih tenaga kerja yang berkualitas dan murah.
Sebenarnya suatu Negara merasa beruntung memiliki penduduk yang banyak, hanya
saja jika penduduknya memiliki tingkat SDM yang baik. SDM itu akan menghasilkan banyak
keuntungan untuk Negara. Baik dalam produktivitas kerja, daya saing, kefektifan dan
kefesiensian pekerja. Indonesia dikaruniai penduduk yang banyak, namun SDM yang belum
memadai sehingga masalah kependudukan ini akan menjadi masalah besar dengan adanya
AFTA. Sumber daya manusia Indonesia yang akan kalah dalam bersaing, lapangan kerja
yang kecil, budaya konsumtif yang tinggi, barang produk yang masuk ke Negara Indonesia
akan menghancurkan perusahaan-perusahaan skala kecil.
Pemecatan akibat kalah saing dengan perusahaan luar dan pekerja luar, belum lagi
adanya modernisasi industry yang giat dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang
menginginkan keuntungan yang banyak. Modernisai industry secara gambling merupakan
pengalihan tenaga kerja manusia dengan ke mesin atau tekhnologi. Negara-negara maju
sudah mulai melakukan modernisasi industry. Indonesia juga mulai melakukan modernisasi
sedikit demi sedikit dan itu akan berdampak pada buruh yang merupakan penduduk Indonesia
yang paling pertama terkena dampaknya. Permasalahan buruh juga berakibat dari
permasalahan pertambahan penduduk. Para buruh di Indonesia rata-rata belum memiliki
tingkat pendidikan yang memadai untuk bersaing dalam ketenagakerjaan.
Pendidikan
Selain pertumbuhan penduduk yang merupakan masalah utama, pendidikan juga
harus menjadi sorotan. Pendidikan adalah suatu bagian yang penting dalam penentu nasib
suatu bangsa. Dikatakan tadi bahwa Negara seharusnya merasa beruntung jika memiliki
penduduk yang banyak, jika pendidikannya terpenuhi. Indonesia yang memiliki penduduk
lebih dari 240 jiwa ternyata masih kurang dalam urusan pendidikan untuk rakyatnya. Padahal
didalam amanat UUD 1945 negara Indonesia menjamin pendidikan untuk rakyatnya yang
dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
16
Masalah kualitas pendidikan di Indonesia, Posisi Indonesia menduduki peringkat 10
dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan
monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas
pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education
(ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan
Maret-Juni 2005. Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri
Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua
Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki
rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C
dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada
peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki
peringkat ke 14 (terakhir).
Data terakhir UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada di
peringkat ke-64 dari 120 berdasarkan penilaian Education Development Index (EDI) atau
Indeks Pembangunan Pendidikan. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan
empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada
usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan gender, angka bertahan siswa
hingga kelas V Sekolah Dasar. Melihat data tersebut, kita masih kalah dengan Negara
tetangga singapura dan Malaysia. Pendidikan yang masih rendah ini akan mempengaruhi
tingkat daya saing masyarakat untuk bekerja. Begitu juga dengan peran masyarakat dalam
perekonomian global.
Adanya perdagangan bebas ASEAN ini memaksa pemerintah untuk memperbaiki
system pendidikan di Indonesia. Banyak sekali cara yang telah dilakukan salah satunya
dengan menaikkan anggaran pendidikan sampai 20% lebih. Namun, itu belum cukup juga
untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalahan pendidikan begitu
kompleks, dari budaya, system, struktur wilayah hingga masalah mental koruptor. Tidak
banyak yang ingin bersekolah namun terhalang ekonomi, sarana menuju ke sekolah ataupun
kendala lainnya. Sehingga hal itu semua menghambat terciptanya SDM yang berkualitas dan
berdaya saing untuk menjawab tantangan global terutama pada perdagangan bebas ASEAN.
Perekonomian
17
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama dan dua 2012 berhasil
menembus 6,33%. Kemudian turun tipis ke level 6,29% dan 6,26% pada triwulan tiga dan
empat. Lalu pada tahun 2013 kian melambat dari 6,03% pada periode pertama menuju 5,78%
pada periode terakhir. Terbaru, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
triwulan pertama 2014 hanya bertumbuh 5,21% secara tahunan (year on year). Tergambarkan
bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merosot.
Melihat data tersebut, pemerintah harus memutar otak bagaimana caranya agar
masyarakat ikut berkecimpung dalam perekonomian Negara semakin banyak. Perusahaanperusahaan local harus mampu bersaing dengan perusahaan luar begitu juga para pekerjanya.
Dengan begitu kemungkinan budaya impor akan berkurang sedikit demi sedikit. Budaya
mencintai produk sendiri juga harus mulai ditanamkan. Selain itu juga angka pengangguran
di Indonesia cukup tinggi. Tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 5,7% atau 7,15 juta
jiwa.
Pengangguran ini akan menghambat roda perekonomian di Indonesia, penyebab
terjadinya pengangguran tidak lain dikarenakan lahan pekerjaan yang kecil, keterampilan
yang rendah dan pendidikan yang tidak memadai. Ujung dari rantai masalah ini tidak lain
tidak bukan adalah permasalahan sosial berupa kemiskinan, anak jalanan, kriminalitas, dan
masih banyak lagi.
3.2 Solusi yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial
Untuk itu, sebagai seorang pekerja sosial professional harus mampu menjawab tiga
masalah yang menjadi poros utama dalam perdagangan bebas ASEAN. Seorang pekerja
sosial harus mampu membantu masyarakat untuk keluar dari jeratan masalahnya.
Menggunakan tekhnik dan metoda seorang pekerja sosial yang telah dibekali ilmu
pengetahuan mengenai praktik pekerjaan sosial dapat bekerja bersama masyarakat untuk
menghadapi tantangan global. Sesuai dengan peran-peran yang dijalankan oleh seorang
pekerja sosial maka setidaknya pemerintah terbantu dengan adanya pekerja sosial.
Beberapa peran dan tugas yang mampu dilakukan oleh pekerja sosial bersama dengan
disiplin ilmu dan profesi lain diantaranya :
18
1. Edukator. Pekerja sosial berperan tidak hanya sebagai penyembuh, namun berperan
juga sebagai pendidik atau educator. Pendidik disini lebih ditekankan pada
memberikan pemahaman atas adanya tantangan global dengan memberikan
pendampingan dan pelatihan bersama profesi lain. Pendidikan diberikan bertujuan
untuk mengasah kemampuan masyarakat agar memiliki keahlian khusus dibidang
yang mereka minati. Dalam proses mendidik ini pekerja sosial tidak bekerja sendiri,
namun bekerja sebagai suatu team work dengan profesi lain seperti guru, sosiolog,
dan profesi yang menunjang pengasahan kemampuan masyarakat. Pendampingan
dalam melakukan pendidikan diperlukan agar masyarakat disiplin dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diberikan pemerintah, seorang pekerja sosial juga harus
mampu memberikan support pada masyarakat. Sehingga masyarakat termotivasi
untuk mengash keahliannya dan bekerja dengan baik.
2. Fasilitator. Salah satu peran yang sagat penting bagi pekerka sosial dalam membantu
masyarakat. Memfasilitasi masyarakat dalam berkegiatan dengan membantu
menemukan potensi dan sumber dengan teknik-teknik tertentu seperti maping
sehingga masyarakat dapat mengetahui apa yang mereka punya dan apa yang harus
dilakukan.
Mendukung
dan
memberikan
stimulant
untuk
mengembangkan
masyarakat. Mengetahui potensi dan sumber merupakan hal yang sangat penting,
didalam tantangan global seperti perdagangan bebas ASEAN banyak hal yang harus
dilakukan untuk mengimbangi Negara-negara yang sudah mulai maju seperti
Malaysia dan singapura. Sumber daya manusia Indonesia harus segera dibimbing dan
dibina untuk mendapatkan kemampuan yang diminati dalam bekerja. Kualitas SDM
merupakan tujuan utama dalam sector perokonomian. Selain memfasilitasi
masyarakat pekerja sosial juga harus mampu menjalin relasi dengan birokrat-birokrat
sehingga prosedural dalam berkegiatan berjalan lancer.
3. Broker. Salah satu peran yang bersifat teknis namun sagat penting untuk membantu
masyarakat.
Dapat
digambarkan
pekerja
sosial
sebagai
jembatan
yang
menghubungkan masyarakat dengan sumber-sumber pelayanan yang mampu
digunakan untuk menunjang pengenmbangan masyarakat. Didalam tantangan global
sangat penting untuk memanfaatkan potensi dan sumber local. Memanfaatkan sumber
local akan mengurangi biaya-biaya tambahan sehingga output yang dihasilkan
menjadi maksimal dengan biaya yang minim. Kaitannya dengan SDM maka pekerja
19
sosial akan menghubungkan dengan sumber pelayanan yang mudah dijangkau
terutama masalah pendidikan dan kesehatan. Dua hal tersebut menjadi dasar
pergerakan pengembangan masyarakat daerah.
4. Advokasi. Pembelaan dilakukan dalam hal-hal yang sangat penting seperti pembelaan
terhadap hak-hak masyarakat yang diambil. Hal ini biasanya terjadi didalam
perusahaan yang masih belum menerapkan undang-undang. Tidak hanya di
perusahaan namun bias terjadi dimana saja dan kapan saja sehingga seorang pekerja
sosial harus mengetahui dengan benar kasu-kasus yang terjadi, karena pada dasarnya
pekerja sosial itu bersifat netral. Pembelaan didasarkan pada hasil temuan-temuan
dilapangan siapa yang mengambil hak dan siapa yang terambil. Didalam perdagangan
bebas ASEAN akan terjadi banyak penindasan mengenai hak baik didalam negeri dan
diluar negeri. Didalam negeri seperti melakukan PHK besar-besaran dikarenakan
adanya modernisasi industry, ada juga diskriminasi pekerja dan masih banyak lagi.
Diluar negeri seperti penyiksaan, gaji yang belum dibayarkan, waktu kerja yang
berlebihan dan masih banyak lagi. Seorang pekerja sosial harus mampu melihat itu
semua dan segera melakukan advokasi terhadap hak-hak yang direnggut.
Terdapat tiga tantangan besar yang akan dihadapi masyarakat Indonesia dengan
munculnya perdagangan bebas ASEAN. Ketiga tantangan itu tidak akan semuanya mampu
diselesaikan dengan cepat dan hanya satu pihak. Namun diperlukan koordinasi-koordinasi
dengan bidang lain. Pekerja sosial menjadi pioneer utama dikarenakan pekerja sosial bertemu
langsung dengan masyarakat, berinteraksi langsung dan memahami betul dengan keadaan
lapangan. Maka seorang pekerja sosial harus siap menjawab tantangan global tersebut dengan
menggunakan setidaknya peran-peran seperti educator, fasilitator, broker dan advokasi.
Masalah-masalah yang diisukan timbul seperti yang telah dibahas, ketiga tantangan
tersebut sebenarnya saling berkaitan satu dengan yang lain. Diawali dengan hilang control
dalam pengendalian penduduk sehingga penduduk Indonesia akan semakin bertambah dan
tidak dapat dikendalikan lagi. Dengan melihat fakta tersebut seorang pekerja sosial harus
menjadi educator atau pemberi informasi mengenai program keluarga berencana yang sudah
dijalankan pemerintah. Bersama BKKBN, pekerja sosial akan menyuluhkan materi mengenai
program keluarga berencana yang bertujuan untuk mengendalikan penduduk. Memberikan
pemahaman kepada masyarakat akan arti penting keluarga yang harus direncanakan. Dengan
20
begitu program pemerintah berjalan sesuai dengan tujuan awal dan pengendalian laju
pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan sedikit demi sedikit.
Edukasi diberikan harus bersifat berkelanjutan, gunanya untuk mengontrol
kedisiplinan penduduk dalam merencanakan keluarganya. Pendampingan diperlukan dalam
melakukan pengawasan. Selain bekerjasama dengan pihak BKKBN pekerja sosial juga harus
bekerja sama dengan pihak kesehatan seperti puskesmas yang mampu menjangkau pedesaan.
Pihak kesehatan akan menyuluhkan solusi dari program keluarga berencana tersebut.
Sehingga pekerja sosial bekerja dengan team tidak sendirian.
Selagi program BKKBN disuluhkan, maka seorang pekerja sosial juga harus
memikirkan masalah pendidikan. Dikarenakan ketiga masalah ini bukan masalah yang
dipisahkan maka dalam pelaksanaan penyelesainnya juga tidak dapat dipisahkan. Pekerja
sosial harus mulai aktif dalam memberikan fasilitatsi dan melakukan broker dalam
menghubungkan masyarakat dengan sumber pelayanan. Hal ini dilakukan untuk
mempercepat aliran yang sempat terhenti, dengan begitu masyarakat segera mengetahui
sumber dan potensi yang mereka punya, sumber dan potensi yang dapat mereka jangkau dan
permasalahan yang mereka hadapi. Memberikan pelatihan kepada masyarakat yang ingin
bekerja adalah salah sau cara dengan tujuan jangka pendek agar mampu bersang dengan
tenaga luar.
Masalah kependudukan dan pendidikan dilakukan secara berkelanjutan dan
memotivasi masyarakat untuk berkecimpung langsung diroda perekonomian Indonesia.
Perusahaan-perusahaan local harus didukung dengan SDM yang berkualitas yang bertujuan
untuk menghasilkan produk yang berkualitas juga. SDM yang berkualitas didapatkan dari
pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pemerintah dan didampingi oleh
pekerja sosial. Selain itu juga pemberian modal terhadap masyarakat yang ingin membuka
usaha baik secara individu ataupun kelompok dengan melihat kesempatan-kesempatan
berkembang. Kualitas produk yang dihasilkan haruslah mampu bersaing dengan produk luar
sehingga masyarakat secara luas masih melirik produk dalam negeri.
Kemampuan SDM yang meningkat akan meningkatkan hasil produksi pula. Selain itu
Indonesia juga mampu mengirimkan tenaga kerja yang dimiliki untuk bekerja diluar negeri
dan akan menguntungkan Negara secara agregat. Adanya AFTA tentu saja memasuki
kawasan suatu Negara akan menjadi mudah, dengan begitu pertukaran tenaga kerja,
21
pertukaran pelajar, pertukaran budaya akan sangat mudah sekali terjadi. Negara Indonesia
haruslah menjadi pion utama dalam melakukan pertukaran tersebut. Hal itu berguna dalam
mencapai tujuan jangka panjang dan menjadikan Indonesia Negara ekspor dikawasan
ASEAN. Namun hal itu semua harus dilakukan sesuai proseduranl dan dilakukan dengan
pengontrolan dan pengawasan.
Melaksanakan peran-peran tersebut, seorang pekerja sosial haruslah memiliki
kemampuan berdaya saing global. Muncullah pertanyaan, bagaiman seorang pekerja sosial
memiliki kemampuan yang berdaya saing global? Sudah jelas dalam mendapatkan gelar
profesi pekerja sosial, seorang mahasiswa atau yang ingin menjadi pekerja sosial harus
menempuh pendidikan formal yang sudah terlegitimasi. Institusi yang mengeluarkan pekerja
sosial professional di Indonesia hanyalah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
STKS Bandung merupakan sekolah formal yang mengeluarkan profesi pekerjaan sosial.
STKS Bandung menghadirkan ilmu pengetahuan mengenai pekerjaan sosial, selain itu juga
ada praktik yang langsung bersentuhan dengan masyarakat sehingga seorang pelajar tidak
hanya diberi ilmu teori namun ada pengalaman praktik langsung di lapangan.
Output dari institusi tersebut adalah pekerja sosial professional yang masih bersifat
umum, untuk memiliki kemampuan lebih spesifik lagi maka harus dilanjutkan di spesialis 1.
Pengajaran yang bersifat keindonesiaan dengan memberikan pemahaman nilai-nilai dan
norma, seorang pekerja sosial yang lahir masih bersifat keindonesiaan. Bagaimana seorang
pekerja sosial yang bersifat keindonesiaan namun memiliki wawasan global? Untuk yang
pertama jangan merasa kurang dengan sifat keindonesiaan kita, hal itu meruipakan seuatu
karunia karena perilaku ketimuran adalah perilaku yang menjadi pusat dunia. Negara-negara
barat pun mulai mengikuti perilaku ketimuran ini. Sekarang kita harus mengasah wawasan
kita agar mampu bersaing dengan global.
Pengembangan wawasan global haruslah dimulai dari melihat tiga kerangka utama
pekerjaan sosial yaitu, Knowledge (pengetahuan), value (nilai), skill (kemampuan). Ketiga
kerangka tersebut adalah merupakan pondasi awal pekerja sosial dalam bekerja. Jika kita
telaah lebih lanjut, nilai yang dimiliki seseorang berbeda tergantung dari daerah hanya saja
kita berada didalam lingkup Negara ketimuran terdapat kesamaan nilai dari segi pandang dan
berprilaku. Didalam masalah nilai sebenarnya tidak perlu diubah dikarenakan Negara
Indonesia yang bersifat ketimuran serumpun dengan kawasan ASEAN.
22
Pengembangan pengetahuan dan kemampuan untuk bersaing dengan Negara-negara
lain perlu dilakukan, dengan begitu pekerja sosial di Indonesia memiliki wawasan dan
kemampuan global. Terkait dengan cara mengembangkan pengetahuan dan kemampuan,
sebagai berikut :
1. Dilakukannya seminar-seminar yang menghadirkan pekerja sosial dari daerah lain
untuk menambah wawasan. Seminar dilakukan secara berskala dengan tujuan
memberikan informasi terkini dengan permasalahan global.
2. Dilakukannya pelatihan-pelatihan kepada pekerja sosial baru untuk menambah
pengalaman dan kemampuan mereka dalam bersentuhan dengan permaslaahan
sosial
3. Diadakannya program pertukaran pelajar atau pekerja guna memberikan
pengalaman baru di daerah lain. Didalam melaksanakan ini pemerintah harus
mendukung penuh agar pekerja sosial Indonesia mampu bersaing dengan Negara
lain.
4. Menciptakan budaya membaca, sudah terlihat kita masih minim akan membaca
sehingga pengetahuan-pengetahuan pun minim begitu juga dengan informasi luar.
Maka perlu diadakannya budaya membaca bagi pekerja sosial.
5. Berlatih menggunakan bahasa asing. Kita ketahui akar peksos berada dalam
budaya barat maka sudah seawajarnya pengetahuan pekerjaan sosial berada
disana. Untuk memahami lebih lanjut biasanya pekerja sosial terhambat dengan
penggunaan bahasa. Maka instansi terkait harus mulai memikirkan prospek kerja
pekerja sosial.
Pelaksanaan ketiga kerangka dasar dengan mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan pekerja sosial akan menghasilkan pekerja sosial yang berdaya saing global.
Pekerja sosial yang berdaya saing global sudah tentu akan lebih peka dengan isu-isu global
yang memasuki kawasan masyarakat Indonesia, kemampuan kepekaan tersebut akan
ditindaklanjuti dengan melaksanakan peran-peran diatas. Peran-peran diatas dilaksanakan
dengan tujuan untuk mempergerak masyarakat dalam menghadapi tantangan perdagangan
bebas ASEAN dengan memberikan edukasi sebagai tindakan preventif dan utama.
23
Walaupun pekerja sosial bukan seorang diri melakukan itu semua melainkan dengan
profesi dan bidang lain, namun pekerja sosial merupakan pioneer utama yang bersentuhan
langsung dnegan masyarakat sehingga pekerja sosial merupakan the first agent changer bagi
masyarakat. Maka dari itu seorang pekerja sosial harus mampu memiliki wawasan global,
nilai-nilai luhur masyarakat dan kemampuan internasional.
3.3 Rencana Program
Menghadapi tantangan perdagangan bebas ASEAN dengan permasalahan yang
dimiliki tentu tidak mudah. Program-program buatan pemerintah