Anak Penggembala Dan Serigala

1.

Anak Penggembala Dan Serigala

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seorang anak gembala selalu menggembalakan domba milik tuannya dekat suatu hutan yang
gelap dan tidak jauh dari kampungnya. Karena mulai merasa bosan tinggal di daerah peternakan,
dia selalu menghibur dirinya sendiri dengan cara bermain-main dengan anjingnya dan memainkan
serulingnya.
Suatu hari ketika dia menggembalakan dombanya di dekat hutan, dia mulai berpikir apa yang
harus dilakukannya apabila dia melihat serigala, dia merasa terhibur dengan memikirkan berbagai
macam rencana.
Tuannya pernah berkata bahwa apabila dia melihat serigala menyerang kawanan dombanya, dia
harus berteriak memanggil bantuan, dan orang-orang sekampung akan datang membantunya.
Anak gembala itu berpikir bahwa akan terasa lucu apabila dia pura-pura melihat serigala dan
berteriak memanggil orang sekampungnya datang untuk membantunya. Dan anak gembala itu
sekarang walaupun tidak melihat seekor serigala pun, dia berpura-pura lari ke arah kampungnya
dan berteriak sekeras-kerasnya, "Serigala, serigala!"
Seperti yang dia duga, orang-orang kampung yang mendengarnya berteriak, cepat-cepat
meninggalkan pekerjaan mereka dan berlari ke arah anak gembala tersebut untuk membantunya.

Tetapi yang mereka temukan adalah anak gembala yang tertawa terbahak-bahak karena berhasil
menipu orang-orang sekampung.
Beberapa hari kemudian, anak gembala itu kembali berteriak, "Serigala! serigala!", kembali
orang-orang kampung yang berlari datang untuk menolongnya, hanya menemukan anak gembala
yang tertawa terbahak-bahak kembali.
Pada suatu sore ketika matahari mulai terbenam, seekor serigala benar-benar datang dan
menyambar domba yang digembalakan oleh anak gembala tersebut.
Dalam ketakutannya, anak gembala itu berlari ke arah kampung dan berteriak, "Serigala!
serigala!" Tetapi walaupun orang-orang sekampung mendengarnya berteriak, mereka tidak datang
untuk membantunya. "Dia tidak akan bisa menipu kita lagi," kata mereka.
Serigala itu akhirnya berhasil menerkam dan memakan banyak domba yang digembalakan oleh
sang anak gembala, lalu berlari masuk ke dalam hutan kembali.
Pesan Moral: Pembohong tidak akan pernah di percayai lagi, walaupun saat itu mereka berkata
benar

2. Anak-Anak Dan Katak Di Kolam
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu hari, beberapa orang anak laki-laki bermain-main di pinggiran sebuah kolam di mana
pada kolam tersebut hiduplah beberapa keluarga katak. Anak laki-laki tersebut bermain-main

dengan cara melemparkan batu-batu ke atas permukaan kolam.
Batu-batu yang beterbangan dengan cepat di atas permukaan kolam membuat anak-anak tersebut
tertawa terbahak-bahak; sedangkan katak-katak yang menghuni kolam tersebut gemetar
ketakutan.

Lalu seekor katak yang paling tua dan paling berani, mengeluarkan kepalanya dari dalam air dan
berkata, "Oh, anak-anak, mohon hentikanlah permainan kalian! walaupun permainan kalian
merupakan hiburan bagi kalian, permainan itu bisa menyebabkan kematian bagi kami!"
Pesan moral: Pertimbangkan dengan baik sebelum melakukan sesuatu, apakah yang anda
anggap sebagai hiburan, tidak akan menyebabkan orang lain menderita.

3.

Arti Sebuah Persahabatan

Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang. Walaupun sang kura-kura
dan elang jarang bertemu karena sang kura-kura lebih banyak menghabiskan waktu disemaksemak sedangkan sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk
selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura.

Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut kedatangan sang elang dengan
gembira. Mereka juga selalu memberi sang elang makanan dengan sangat royalnya. Sehingga
sang elang selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut.
Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang selalu menertawakan sang kura-kura
: “ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu
dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku
yang terletak jauh diatas gunung”
Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan egoisnya menghabiskan makanan
sang kura-kura, maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elang tersebut. Para
penghuni hutan tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenaknya sang elang kepada sang kurakura yang baik hati. Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura yang sedang berjalan dekat
sungai. “Hai temanku sang kura-kura, berilah aku semangkok kacang polong, maka aku akan
memberikan kata-kata bijak untukmu” seru sang kodok. Setelah menghabiskan semangkuk
kacang polong dari sang kura-kura, sang kodok berkata lagi: “kura-kura, sahabatmu sang elang
telah menyalahgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di
sarangmu, selalu saja dia mengejekmu dengan berkata ” ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku
dapat merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat
merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”. Pada suatu
hari nanti sang elang akan datang kembali dan akan meminta sekeranjang makanan darimu dan
berjanji akan memberikan makanan kepadamu dan anak-anakmu”
Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang dengan membawa keranjang dan

seperti biasanya sang elang menikmati makanan dari sang kura-kura. Sang elang berkata: “hai
temanku kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku dengan makanan darimu, maka akan
kukirimkan kepada anak istriku dan istriku akan memberimu makanan buatannya untuk istri dan
anakmu”. Kemudian sang elang terbang dan kembali menertawakan sang kura-kura. Maka
segeralah sang kura-kura masuk kedalam keranjang tersebut dan ditutupi dengan sayuran buahbuahan oleh istrinya, sehingga tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura
mengatakan bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang penuh berisi makanan
kepada sang elang. Sang elang segera bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut.
Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun kali ini sang kura-kura mendengar
sendiri perkataannya. Sampailah mereka di sarang sang elang, dan sang elang segera memakan isi
keranjang tersebut sampai habis. Betapa terkejutnya melihat sang kura-kura keluar dari keranjang
tersebut. “Hai temanku sang elang, engkau sudah sering mengunjungi sarangku namun belum
pernah sekalipun aku mengunjungi sarangmu. Kelihatannya akan sangat berbahagianya aku kalau
dapat menikmati makananmu seperti engkau menikmati makananku.” Betapa marahnya sang
elang karena merasa tersindir. Dengan marah ia mematuk sang kura-kura.Namun berkat batok
rumah sang kura-kura yang keras, kura-kura tidak dapat dipatuk oleh sang elang. Dengan
sedihnya sang kura-kura berkata: “Aku telah melihat persahabatan macam apa yang engkau
tawarkan padaku hai sang elang. Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan aku kembali ke
sarangku dan persahabatan kita akan berakhir.” Sang elangpun berkata :”Baiklah kalau itu

maumu. Aku akan membawamu pulang” Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. “Aku

akan menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa dirimu” pikirnya lagi.
Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang tinggi. “lepaskan kakiku” seru
sang elang marah. Dengan sabar sang kura-kura menjawab: “Aku akan melepaskan kakimu
apabila engkau sudah mengantarkanku pulang ke sarangku” dengan kesal sang elang pun terbang
tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan sang kura-kura akan
jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya dia menurunkan sang kura-kura di sarangnya, dan
segera terbang tinggi dengan perasaan malu.
Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : ” Hai temanku persahabatan membutuhkan
rasa saling membagi satu dengan lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun
bagaimanapun, sejak engkau menjadikan persahabatan kita hanya permainan, mentertawakan
keramahan keluargaku dan aku maka sebaiknya engkau tidak usah lagi datang kepadaku”.

4.

Ayam Jantan Yang Cerdik Dan Rubah
Yang Licik

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Suatu senja saat matahari mulai tenggelam, seekor ayam jantan terbang ke dahan pohon untuk

bertengger. Sebelum dia beristirahat dengan santai, dia mengepakkan sayapnya tiga kali dan
berkokok dengan keras. Saat dia akan meletakkan kepalanya di bawah sayap-nya, mata nya
menangkap sesuatu yang berwarna merah dan sekilas hidung yang panjang dari seekor rubah.
"Sudahkah kamu mendengar berita yang bagus?" teriak sang Rubah dengan cara yang sangat
menyenangkan dan bersemangat.
"Kabar apa?" tanya sang Ayam Jantan dengan tenang. Tapi dia merasa sedikit aneh dan sedikit
gugup, karena sebenarnya sang Ayam takut kepada sang Rubah.
"Keluargamu dan keluarga saya dan semua hewan lainnya telah sepakat untuk melupakan
perbedaan mereka dan hidup dalam perdamaian dan persahabatan mulai dari sekarang sampai
selamanya. Cobalah pikirkan berita bagus ini! Aku menjadi tidak sabar untuk memeluk kamu!
Turunlah ke sini, teman, dan mari kita rayakan dengan gembira."
"Bagus sekali!" kata sang Ayam Jantan. "Saya sangat senang mendengar berita ini." Tapi sang
Ayam berbicara sambil menjinjitkan kakinya seolah-olah melihat dan menantikan kedatangan
sesuatu dari kejauhan.
"Apa yang kau lihat?"tanya sang Rubah sedikit cemas.
"Saya melihat sepasang Anjing datang kemari. Mereka pasti telah mendengar kabar baik ini dan -"
Tapi sang Rubah tidak menunggu lebih lama lagi untuk mendengar perkataan sang Ayam dan
mulai berlari menjauh.
"Tunggu," teriak sang Ayam Jantan tersebut. "Mengapa engkau lari? sekarang anjing adalah
teman-teman kamu juga!"

"Ya,"jawab Fox. "Tapi mereka mungkin tidak pernah mendengar berita itu. Selain itu, saya
mempunyai tugas yang sangat penting yang hampir saja saya lupakan."
Ayam jantan itu tersenyum sambil membenamkan kepalanya kembali ke bawah bulu sayapnya
dan tidur, karena ia telah berhasil memperdaya musuhnya yang sangat licik.

Pesan Moral: Penipu akan mudah untuk ditakut-takuti.

5. Ayam Yang Berkelahi Dan Burung Elang
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering
berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi,
saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari
menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang,
dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah
dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor
burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap.
Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi
pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.

Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat
persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Pesan moral: Rasa sombong menyebabkan kejatuhan

6.

Belalang Dan Semut

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Ada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang
musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah
mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah
biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan
sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan
makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan
sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya
sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."

Semut
tersebut
kemudian
mengangkat
bahunya
karena
merasa
gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu
selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut
membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka.

7.

Buaya Yang Tidak Jujur

Pengarang: Anonim

Kategori: Fabel
Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah sekelompok buaya. Buaya itu ada

yang berwarna putih, hitam, dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda, mereka
selalu hidup rukun.
Di antara buaya-buaya itu ada seekor yang badannya paling besar. Ia menjadi raja bagi kelompok
buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai rakyatnya.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput-rumput di tepi hutan mulai
menguning. Sungai-sungai mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak yang
mati.
Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa
keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.
Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga
buaya. Ketika menerima laporan tersebut, hati raja buaya merasa sedih.
Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan
daging itu kepada rakyatnya.
Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata, “Aku
tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi-bagikan daging. Setiap pagi kalian mengambil
daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-temanmu!”
“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab Buaya Hitam dan putih serempak.
“Mulai hari ini kerjakan tugas itu!”perintah Raja Buaya lagi.
Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan.
Tidak lama kemudian mereka pergi membagi-bagikan daging itu.

Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat
bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru dimakannya
sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk.
Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja.
“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,” lapor Buaya Putih.
“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,” puji Raja.
Suatu hari setelah membagikan makanan,Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut
karena di sana-sini banyak bangkai buaya.
Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan.
Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam.
“Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?”
“Kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih.
“Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam.
“Tapi, lihatlah apa yang ada di depanmu itu!” sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya
yang mati tergeletak.
“Itu urusanku, engkau jangan ikut campur! Aku memang telah memakan jatah mereka. engkau
mau apa?” tantang Buaya Hitam.

“Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat
dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.
Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di
hadapan Sang Raja, Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Buaya Hitam lalu
mendapat hukuman mati karena kejahatannya itu.
“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada,
engkaulah yang berhak menjadi raja menggantikanku,” demikian titah Sang Raja kepada Buaya
Putih.

8.

Dongeng Binatang Kelinci
Sombong Dan Kura-Kura

Yang

Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Sebuah hutan kecil di pinggiran desa jadi tempat hidup sekelompok binatang. Di sana ada kelinci
yang sombong dan suka mengejek binatang lain yang lebih lemah. Binatang lain seperti kurakura, siput, semut, ulat, cacing, kupu-kupu tak ada yang suka pada kelinci sombong itu.
Pada suatu saat si kelinci sombong berjalan dengan angkuh mencari korban untuk diejek.
Kebetulan dia bertemu kura-kura. “Hei, kura-kura lambat! Kamu jangan cuma jalan dong.
Belajarlah berlari biar cepat sampai, kata kelinci mencibir.
“Biar saja, jalanku memang lambat, tapi yang penting tetap selamat. Daripada cepat tapi jatuh dan
terluka, lebih baik tetap selamat, jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita adu lari, ajak kelinci
menantang. “Kalau kau menang, aku beri hadiah apapun yang kau minta, kata kelinci pongah.
“Mana mungkin aku beradu cepat denganmu. Kamu kan bisa lari dan loncat, sedang aku-kan
hanya bisa jalan pelan, karena terbebani rumahku ini, kata kura-kura tahu diri.
“Harus mau! Kamu tidak boleh menolak tantanganku. Besok pagi aku tunggu kamu di bawah
beringin. Aku akan menghubungi srigala untuk jadi wasit, kata kelinci. “Awas kalau sampai
nggak datang“ kata kelinci mengancam. Kura-kura hanya diam melongo. Dalam hati dia berkata,
“Apa mungkin aku mengalahkan kelinci?
Keesokan harinya kelinci sombong sudah menunggu di bawah beringin. Srigala sudah datang
untuk jadi wasit. Setelah kura-kura ada dan sejumlah binatang hadir jadi penonton, srigala
berkata, “Peraturannya begini. Kalian balapan lari mulai dari garis di bawah pohon mangga itu,
kata Srigala sambil nunjuk, “terus cepet-cepetan sampai di bawah pohon beringin ini. Yang
nginjak garis duluan yang jadi pemenang. Semua yang hadir pun ngangguk-ngangguk.
Setelah semua siap, “Oke, satu.. dua.. tiga.. lari! kata srigala memberi aba-aba. Kelinci langsung
meloncat mendahului kura-kura. Sementara itu kura-kura melangkah pelan karena rumahnya jadi
beban. “Ayo kura-kura, lari dong..! teriak Kelinci dari kejauhan sambil mengejek. “Baiklah aku
tunggu di sini ya, kata kura-kura mengejek. Kelinci pun duduk-duduk sambil bernyanyi, mengejek
kura-kura yang sulit melangkah.
Karena angin berhembus pelan dan sejuk, tanpa disadari kelinci jadi ngantuk. Celakanya, tak lama
kemudian kelinci pun tertidur. Penonton mengira kelinci hanya pura-pura tidur untuk mengejek
kura-kura.
Meskipun pelan, kura-kura terus melangkah sekuat tenaga. Diam-diam dia melewati kelinci yang
tertidur, terus melangkah dan. akhirnya mendekati garis finish. Tepat saat kura-kura hamper
menginjak garis finish, kelinci terbangun. Dia sangat terkejut mendapati kura-kura sudah hampir
mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat, mengejar kura-kura yang diejek dan

disepelekannya. Namun apa daya, semuanya sudah terlambat. Kaki kura-kura telah menyentuh
garis finish dan Srigala telah mengibarkan bendera finish saat kelinci masih berlari. Kura-kura
jadi pemenang dan si kelinci sombong terdiam tak percaya. “Kenapa aku bisa tertidur ya? katanya
menyesal.
“Nah, siapa yang menang? tanya kura-kura pada kelinci. “Ya, kaulah yang menang, jawab kelinci
malu. “Kamu ingat kan? Kemaren kamu janji aku boleh minta hadiah apa pun bila menang lomba
ini kan? Kata kura-kura mengingatkan. “Ya, pilih saja hadiah yang kau ingin, kata kelinci degdegan. “Aku hanya minta satu hadiah dari kamu. Mulai sekarang kamu jangan sombong lagi,
jangan mengejek, dan jangan ganggu binatang lain kata kura-kura. “Hanya itu?! kata kelinci
terkejut. “Ya, itu saja. Kata kura-kura mantap. “Baik, aku berjanji tidak akan sombong lagi, tidak
mengejek, dan aku minta maaf, kata kelinci disaksikan semua binatang.

9.

Cerita Anak Kera Dan Ayam

Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun
persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu petang Si Kera
mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar.
Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan
sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si
Kepiting adalah teman sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang
kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Kepiting menceritakan semua
kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata,
“marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk
memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar
ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai
adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si
Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika
perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si
Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu
pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam
dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena
tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.

10.

Burung Hantu Dan Belalang

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel

Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar
dari langit dan perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua.
Sekarang dia berseru "hoo-hoo-hoo-oo-oo" bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai
berburu serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan kesukaannya.
Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur.
Suatu sore musim panas yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua, belalang di
dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua
menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.
"Pergi
dari
sini,
tuan,"
katanya
kepada
belalang
tersebut.
"Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan
membiarkan
saya
tidur
dengan
tenang!
"??Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga haknya di tempat ini saat matahari
bersinar sama di pohon tua. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang menjadijadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang
keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum
Belalang. Akhirnya dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah
kepadanya.
"Tuan yang baik hati," katanya, "jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati
nyanyian Anda. Tapi saat ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus, saya kira
merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan
rasakan minuman lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda bernyanyi seperti
Apollo . "
Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung hantu. Akhirnya dia melompat ke
sarang burung hantu, begitu belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia menerkam dan
memakannya.??
Makna dari kisah ini : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan
biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.
- See more at: http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=271#sthash.HGUHKoZM.dpuf

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya
mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya
makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari
kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor
burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan
perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali
sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku
segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan
pintu di luar rumah. Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di
depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.
“Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku,” ujar Yosaku.
“Nona mau pergi kemana sebenarnya ?”, Tanya Yosaku. “Aku bermaksud mengunjungi temanku,
tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat.” “Bolehkah aku menginap disini malam
ini ?”. “Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.” ,kata Yosaku.
“Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap”.
Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun
keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera
pergi, ia akan merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. “Tinggallah disini sampai
salju reda.” kata Yosaku. Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku,
“Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini.” Yosaku merasa bahagia
menerima permintaan itu. “Mulai hari ini panggillah aku Otsuru”, ujar si gadis. Setelah menjadi
Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru
meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Otsuru mulai

menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat
tempat Otsuru menenun.
Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya
sudah selesai. “Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga
mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup
mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang. “Berkat
kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar
di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. “Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru.
Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan
tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di
kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka
Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. “Baiklah akan ku
buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku
berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di
dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi
kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya
sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru.
“Akhirnya kau melihatnya juga”, ujar Otsuru. “Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu
pernah Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan
hal ini,” ujar Otsuru. “Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru. “Maafkan
aku, ku mohon jangan pergi,” kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor
bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa.
Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

11.

Dongeng Seekor Nyamuk

Pengarang: Anonim
Kategori: Cerita Rakyat, Fabel, Raja
Di suatu negeri antah-berantah bertahtalah seorang raja yang arif bijaksana. Raja itu hidup
bersama permaisuri dan putra-putrinya. Rakyat sangat mencintainya. Istananya terbuka setiap
waktu untuk dikunjungi siapa saja. Ua mau mendengar pendapat dan pengaduan rakyatnya. Anakanak pun boleh bermain-main di halaman sekitar istana.
Di negeri itu hidup juga seorang janda dengan seorang anaknya yang senang bermain di sekitar
istana. Setiap pergi ke istana, ia selalu membawa binatang kesayangannya, seekor nyamuk. Leher
nyamuk itu diikat dengan tali dan ujung tali dipegangnya. Nyamuk akan berjalan mengikuti ke
mana pun anak itu pergi.
Pada suatu sore, anak itu sedang bermain di sekitar halaman istana. Karena asyik bermain, ia lupa
hari sudah mulai gelap. Raja yang baik itu mengingatkannya dan menyuruhnya pulang.
“Orang
tuamu
pasti
gelisah
menantimu,”
kata
raja.
“Baik, Tuanku,” sahutnya, “karena hamba harus cepat-cepat pulang, nyamuk ini hamba titipkan di
istana.”
“Ikatkan saja di tiang dekat tangga,” sahut raja.
Keesokan harinya, anak itu datang ke istana. Ia amat terkejut melihat nyamuknya sedang dipatuk
dan ditelan seekor ayam jantan. Sedih hatinya karena nyamuk yang amat disayanginya hilang. Ia
mengadukan peristiwa itu kepada raja karena ayam jantan itu milik raja.
“Ambillah ayam jantan itu sebagai ganti,” kata raja.
Anak itu mengucapkan terima kasih kepada raja. Kaki ayam jantan itu pun diikat dengan tali dan
dibawa ke mana saja. Sore itu ia kembali bermain-main di sekitar istana. Ayam jantannya dilepas

begitu saja sehingga bebas berkeliaran ke sana kemari. Ayam jantan itu melihat perempuanperempuan pembantu raja sedang menumbuk padi di belakang istana, berlarilah dia ke sana. Dia
mematuk padi yang berhamburan di atas tikar di samping lesung, bahkan berkali-kali dia berusaha
menyerobot padi yang ada di lubang lesung.
Para pembantu raja mengusir ayam jantan itu agar tidak mengganggu pekerjaan mereka. Akan
tetapi, tak lama kemudian ayam itu datang lagi dan dengan rakusnya berusaha mematuk padi
dalam lesung.
Mereka menghalau ayam itu dengan alu yang mereka pegang. Seorang di antara mereka bukan
hanya menghalau, tetapi memukulkan alu dan mengenai kepala ayam itu. Ayam itu
menggelepargelepar kesakitan. Darah segar mengalir dari kepala. Tidak lama kemudian, matilah
ayam itu.
Alangkah sedih hati anak itu melihat ayam kesayangannya mati. Ia datang menghadap raja
memohon keadilan. “Ambillah alu itu sebagai ganti ayam jantanmu yang mati!” kata raja
kepadanya.
Anak itu bersimpuh di hadapan raja dan menyampaikan rasa terima kasih atas kemurahan hati
raja.
“Hamba titipkan alu itu di sini karena di rumah ibu hamba tidak ada tempat untuk
menyimpannya,”
pintanya.
“Sandarkanlah alu itu di pohon nangka,” kata raja. Pohon nangka itu rimbun daunnya dan lebat
buahnya.
Keesokan harinya, ketika hari sudah senja, ia bermaksud mengambil alu itu untuk dibawa pulang.
Akan tetapi, alu itu ternyata patah dan tergeletak di tanah. Di sampingnya terguling sebuah
nangka amat besar dan semerbak baunya.
“Nangka ini rupanya penyebab patahnya aluku,” katanya, “aku akan meminta nangka ini sebagai
ganti
aluku
kepada
raja!”
Raja tersenyum mendengar permintaan itu. “Ambillah nangka itu kalau engkau suka,” kata raja.
“Tetapi, hari sudah mulai gelap!” kata anak itu. “Hamba harus cepat tiba di rumah. Kalau
terlambat, ibu akan marah kepada hamba. Hamba titipkan nangka ini di istana.”
“Boleh saja,” ujar raja, “letakkan nangka itu di samping pintu dapur!”
Bau nangka yang sedap itu tercium ke seluruh istana. Salah seorang putri raja juga mencium bau
nangka itu. Seleranya pun timbul.
“Aku mau memakan nangka itu!” kata putri berusaha mencari dimana nangka itu berada. “Kaiau
nangka itu masih tergantung di dahan, aku akan memanjat untuk mengambilnya!”
Tentu saja putri raja tidak perlu bersusah payah memanjat pohon nangka karena nangka itu ada di
samping pintu dapur. Ia segera mengambil pisau dan nangka itu pun dibelah serta dimakan
sepuas-puasnya.
Kita tentu dapat menerka kejadian selanjutnya. Anak itu menuntut ganti rugi kepada raja. Pada
mulanya raja bingung, tetapi dengan lapang dada beliau bertitah, “Ketika nyamukmu dipatuk
ayam jantan, ayam jantan itu menjadi gantinya. Ketika ayam jantan mati karena alu, kuserahkan
alu itu kepadamu. Demikian pula ketika alumu patah tertimpa nangka, nangka itu menjadi
milikmu. Sekarang, karena putriku menghabiskan nangkamu, tidak ada jalan lain selain
menyerahkan putriku kepadamu.”
Putri raja sebaya dengan anak itu. Akan tetapi, mereka belum dewasa sehingga tidak mungkin
segera dinikahkan. Ketika dewasa, keduanya dinikahkan. Raja merayakan pesta secara meriah.
Setelah raja meninggal, anak itu menggantikan mertuanya naik takhta. Ibunya juga diajak untuk
tinggal di istana.

12.

Kelinci Dan Telinganya Yang Panjang

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor singa terluka karena tersedak oleh sebuah tanduk kambing hutan yang tidak sengaja
tertelan sewaktu makan. Dia menjadi sangat marah dan menganggap bahwa semua hewan yang
menjadi mangsanya seharusnya tidak memiliki tanduk yang berbahaya seperti itu, yang dapat
membuatnya terluka saat makan. Karena itu dia lalu memerintahkan semua hewan yang memiliki
tanduk, segera meninggalkan hutannya dalam waktu satu hari.
Perintahnya membuat semua hewan dalam hutan menjadi ketakutan. Semua hewan yang memiliki
tanduk, secepatnya berkemas-kemas dan meninggalkan hutan tersebut. Termasuk seekor kelinci,
yang kita tahu, tidak memiliki tanduk. Kelinci tersebut begitu khawatirnya sampai susah tidur di
malam itu dan bermimpi buruk tentang singa.
Dan ketika dia keluar dari sarangnya di pagi hari, dilihatnya bayangan dirinya di tanah, dengan
telinganya yang panjang, seolah-olah dia memiliki tanduk yang sangat panjang, sang Kelinci
menjadi sangat ketakutan.
"Selamat tinggal tetanggaku semua," katanya. "Saya akan meninggalkan hutan ini. Sang Singa
pasti menganggap bahwa telinga saya ini adalah tanduk, walaupun itu tidak benar."
Pesan Moral: Jangan biarkan musuhmu memiliki alasan untuk menjatuhkan kamu.

13.

Kerbau Dan Kambing

Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua
dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan
menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing
jantan yang ada di dalam gua tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu
menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau
jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat
tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari
mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan
diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa
itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

14.

Kisah Nabi Sulaiman Dan Semut

Pengarang: Anonim
Kategori: Fabel
Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT
sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga

boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari
sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman
Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benarbenar suatu karunia yang nyata.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur
dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor
semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya,
Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh
mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut,
Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar
biji gandum, jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol.
Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun,
didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya
memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal
dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia
tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan
ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau
akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas.
Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun
sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah
Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak
dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya
dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang
menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana
itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi
Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran
sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata,
bukan kepada manusia.

15. Harimau, Petapa, Dan Anjing Hutan
Yang Cerdik
Pengarang: Joseph Jacobs
Kategori: Fabel
Suatu masa, seekor harimau terperangkap dalam satu perangkap kandang. Harimau tersebut
mencoba dengan sia-sia untuk lolos dari tiang-tiang besi kandang dan berguling-guling dalam
keadaan marah dan sedih ketika gagal lepas dari perangkap.

Kebetulan saat itu lewatlah seorang petapa. "Lepaskan saya dari kurungan ini, oh petapa yang
saleh!" teriak sang Harimau.
"Tidak, temanku," balas Petapa secara halus, "Kamu mungkin akan memangsa saya jika saya
melakukannya."
"Tidak akan!" sumpah sang Harimau; "sebaliknya, Saya akan sangat berterima kasih sekali dan
akan menjadi budakmu!"
Setelah sang Harimau menangis dan mengeluh sambil menggerutu, hati petapa menjadi lunak dan
akhirnya membuka pintu kandang. Melompatlah sang Harimau keluar, menerjang petapa yang
sial, lalu berteriak, "Betapa bodohnya kamu! Tak ada yang bisa menghalangi saya untuk
memangsa kamu sekarang, apalagi saya sangat lapar sekali!"
Dengan ketakutan sang Petapa memohon agar dibiarkan hidup; akhirnya sang Petapa berjanji
akan bertanya kepada tiga mahluk tentang keadilan dan Petapa itu juga berjanji akan memenuhi
keputusan yang diberikan oleh tiga mahluk tersebut.
Jadilah Petapa itu bertanya kepada sebuah pohon yang besar tentang hal keadilan, dan sang Pohon
menjawab dengan dingin, "Apa yang kamu keluhkan? Saya memberikan keteduhan dan tempat
bernaung bagi semua yang lewat, dan mereka membalas ku dengan mematahkan cabangcabangku untuk dimakankan ke ternak mereka? Jangan cengeng, bertindaklah seperti laki-laki!"
Kemudian petapa dengan hati sedih, melihat seekor sapi yang menarik gerobak dan bertanya
tentang keadilan, "Kamu sangat bodoh karena mengharapkan terima kasih! Lihat saja saya!
Dulunya saat saya memberikan mereka susu, mereka memberikan saya makanan yang enak, tetapi
saat saya tidak lagi bisa memberikan susu, saya dipaksa menarik gerobak dan bajak, dan tidak lagi
mendapatkan makanan lezat!"
Petapa yang sedih lalu bertanya kepada sebuah jalan.
"Tuan," kata sang Jalan, "betapa bodohnya engkau mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin!
Lihatlah saya, sangat berguna ke semua orang, kaya, miskin, besar, kecil, tetapi mereka tidak
memberikan saya apa-apa selain debu dan kotoran!"
Akhirnya petapa ini berbalik untuk kembali dan di tengah jalan dia bertemu dengan seekor anjing
hutan yang bertanya, "Ada masalah apa tuan Petapa? Anda terlihat sangat sedih seperti ikan
kehilangan air!"
Petapa lalu menceritakan segala hal yang terjadi. "Sungguh membingungkan!" kata sang Anjing
Hutan, maukah anda mengulang cerita anda kembali, karena segalanya campur aduk?"
Lalu Petapa mengulangi ceritanya kembali, dan sang Anjing Hutan masih menggeleng-gelengkan
kepalanya tidak mengerti.
"Sangat aneh," katanya, "tetapi mari kita ke tempat kejadian, mungkin saya bisa memberikan
penilaian."
Berdua mereka menuju ke tempat kejadian di mana saat itu sang Harimau sudah menunggu.
"Kamu pergi terlalu lama!" teriak sang Harimau, "tapi sekarang saya akhirnya bisa memulai
makan siangku."
Petapa menjadi ketakutan dan memohon.
"Tunggu sebentar, tuanku!" kata sang Petapa, "saya harus menjelaskan sesuatu ke Anjing Hutan
ini tentang kejadian tadi."
Sang Harimau setuju dan ikut mendengarkan penjelasan Petapa ke Anjing Hutan.
"Oh, bodohnya saya!" teriak Anjing Hutan, "Jadi sang Petapa di dalam kandang, dan sang
Harimau kebetulan lewat...."

"Puuuh!" potong sang Harimau, "bodohnya kamu! Saya yang berada dalam kandang"
"Tentu saja!" kata Anjing Hutan, berpura-pura gemetar ketakutan; "Ya! Saya berada dalam
kandang - tidak - duh, bodohnya saya? Coba saya lihat lagi - Harimau ada di dalam Petapa, dan
sebuah kandang kebetulan berjalan lewat - tidak - sepertinya tidak begitu! duh, saya tidak akan
pernah bisa mengerti!"
"Kamu bisa mengerti!" jawab sang Harimau sambil marah karena kebodohan Anjing Hutan.
"Saya yang berada dalam kandang - apakah kamu mengerti?" tanya Harimau.
"Bagaimana anda bisa berada dalam kandang, tuan Harimau?" tanya Anjing Hutan kembali.
"Bagaimana? cara biasa saja tentunya!" jawab Harimau.
"Kepalaku mulai pusing!, Jangan marah tuanku, tetapi yang anda maksud cara biasa itu
bagaimana?" tanya Anjing Hutan.
Harimau menjadi kehilangan kesabaran dan melompat masuk ke dalam kandang, lalu berteriak,
"Cara begini! Apakah kamu mengerti sekarang?"
"Mengerti dengan jelas!" jawab Anjing Hutan sambil tersenyum dan menutup pintu kandang
rapat-rapat, "menurut saya, sebaiknya anda tetap berada di dalam kandang itu!"
Sang Petapa saat itu berterima kasih sekali kepada Anjing Hutan atas bantuan dan kecerdikannya.
- See more at: http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=463#sthash.ShiqbjRA.dpuf

16. Gembala Kambing Dan Kambing Liar
Pengarang: Aesop
Kategori: Fabel
Pada suatu hari yang dingin, dimana badai dan angin bertiup kencang, seorang gembala kambing
menggiring kambing-kambingnya ke tempat perlindungan di sebuah gua. Ternyata dalam gua itu
juga didapati segerombolan kambing hutan ikut berteduh. Sang Gembala sangat ingin membuat
agar gerombolan kambing hutan hutan itu mau menjadi bagian dari ternaknya. Untuk itu, sang
gembala memberi mereka makanan yang baik hingga sekenyang-kenyangnya. Sedangkan untuk
kambing gembalaannya sendiri, hanya diberi makan sedikit. Saat cuaca menjadi terang, sang
Gembala pun menggiring kambing-kambingnya keluar bersama dengan gerombolan kambing
hutan. Saat gerombolan kambing hutan keluar dari gua, kambing tersebut meninggalkan sang
Gembala dan meneruskan perjalanannya ke sepanjang bukit .
Inikah bentuk terima kasih kalian setelah saya memperlakukan kalian dengan baik dan memberi
kalian makanan yang banyak?" tanya sang Gembala.
"Jangan berharap kami akan ikut gerombolan ternakmu," kata seekor kambing hutan. "Kami tahu
bagaimana kamu akan memperlakukan kami nantinya saat segerombolan ternak baru datang,
seperti kamu memperlakukan kambing-kambingmu saat kami datang tadi."
Pesan Moral: Tidaklah bijak untuk memperlakukan teman lama dengan jelek saat memiliki teman
yang baru.