BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah - BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

3.1 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Ketentuan tersebut diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat merupakan sumber pendanaan pembangunan. Kemampuan APBD, APBN, dan pendanaan dari masyarakat atau dengan kata lain disebut sebagai kemampuan fiskal merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kerangka anggaran pembangunan daerah.

Secara umum struktur APBD ini dapat dikategorikan ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Penerimaan daerah, terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya;

2. Pengeluaran daerah, terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan sesuai dengan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan daerah maupun yang ditugaskan serta kebutuhan lainnya yang sejalan dengan perundangan yang berlaku, dengan pendistribusiannya mengindahkan prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan umum.

Pengeluaran pembiayaan daerah yang merupakan semua pengeluaran yang akan diterima kembali pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2011, Sumber Penerimaan Daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah;

2. Dana Perimbangan meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi Khusus;

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya.

4. Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Pencairan Dana Cadangan Daerah (DCD), Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah dan Penerimaan Piutang Daerah.

3.2 Pendapatan Daerah

3.2.1 Kebijakan dan Strategi Pendapatan Daerah

Kebijakan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 untuk pendapatan daerah, diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana Perimbangan serta penerimaan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah, dengan cara:

1. Intensifikasi dan ekstensifikasi yang bersumber dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2. Memberikan dukungan terhadap upaya intensifikasi dan ekstensifikas i pendapatan daerah berupa pemberian biaya operasional dan insentif kepada OPD penghasil, sehingga dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan daerah;

3. Menerapkan secara penuh penyesuaian tarif terhadap pajak daerah;

4. Meningkatkan koordinasi secara sinergi di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, OPD Penghasil, Kabupaten/Kota, dan POLRI;

5. Mendorong kinerja BUMD dalam upaya meningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah;

6. Meningkatkan dan memperbaiki prasarana dan sarana UPT, Cabang Pelayanan, dan Balai Penghasil, sehingga peran dan fungsinya lebih optimal dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan;

7. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah;

8. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan sistem administrasi dan efisiensi pengunaan anggaran daerah;

9. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar dalam perhitungan pembagian Dana Perimbangan;

10. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Dana Perimbangan;

11. Mengusulkan kepada Pemerintah Pusat untuk Penambahan Kriteria Khusus pada Formulasi Penghitungan alokasi DAK. Kriteria Jawa Barat sebagai Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak, dan Jawa Barat sebagai penyangga Ibu Kota Negara dapat dipertimbangkan sebagai kriteria khusus tambahan untuk perhitungan pengalokasian DAK;

12. Inisiasi sumber sumber pendapatan dari pihak ketiga/masyarakat;

13. Penegakkan regulasi perpajakan dan retribusi secara konsisiten;

14. Optimalisasi seluruh perangkat pendapatan pada seluruh unit pengelola pendapatan;

15. Memperkuat pelaksanaaan koordinasi pemungutan dengan seluruh stakeholder;

16. Meningkatkan kompetensi pegawai yang makin kompetitif;

17. Memberlakukan sistem reward untuk pencapaian kinerja organisasi;

18. Menerapkan SOP yang makin teruji;

19. Melakukan standarisasi sarana dan prasarana pengelolaan pendapatan;

20. Penyediaan sentra-sentra layanan pendapatan yang berada di pusat-pusat komunitas publik;

21. Memberikan pilihan untuk membayar pajak melalui ATM (e-Samsat);

22. Penerapan teknologi informasi yang relevan dengan peningkatan kinerja organisasi;

23. Penerapan model dan metode koordinasi pendapatan yang makin efektif;

24. Mempertajam sistem pengendalian kinerja;

25. Melakukan pengembangan sistem pendapatan yang terintegrasi secara online.

3.2.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah

Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2016 secara keseluruhan sebesar 104,54% dari target yang telah ditetapkan dengan rincian capaian kinerja pendapatan berdasarkan jenis penerimaan:

1. PAD dapat direalisasikan sebesar 104,77% dari target yang ditetapkan dengan rincian: • Pendapatan Pajak Daerah dapat direalisasikan sebesar 104,76%;

• Pendapatan Retribusi Daerah dapat direalisasikan sebesar 105,09%; • Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dapat

direalisasikan sebesar 96,34%; dan • Pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah dapat direalisasikan sebesar 108,32%.

2. Dana Perimbangan dapat direalisasikan sebesar 104,19% dari target yang ditetapkan dengan rincian:

• Pendapatan dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dapat direalisasikan sebesar 127,40%; • Dana Alokasi Umum dapat direalisasikan sebesar 122,21%; dan • Dana Alokasi Khusus dapat direalisasikan sebesar 97,66%.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dapat direalisasikan sebesar 99,30% dari target yang ditetapkan dengan rincian:

• Pendapatan Hibah dapat direalisasikan sebesar 99,16%; dan • Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dapat direalisasikan sebesar 100,00%.

Beberapa jenis pendapatan yang menonjol pada kelompok PAD, yaitu 1) Pajak Daerah berupa pendapatan Pajak Air dengan pencapaian target sebesar 115,42%; 2) Retribusi Daerah berupa pendapatan dari Retribusi Jasa Umum-Retribusi Pelayanan Pendidikan dengan pencapaian target sebesar 104,28%; 3) Retribusi Daerah berupa pendapatan dari Retribusi Jasa Usaha - Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dengan pencapaian target sebesar 134,38%; 4) Retribusi Daerah berupa pendapatan dari Retribusi Perizinan Tertentu - Retribusi Perpanjangan IMTA dengan pencapaian target sebesar 117,40%.

Kelompok pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang menonjol adalah 1) pendapatan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD Perusahaan Daerah-PD. Jasa dan Kepariwisataan dengan pencapaian target sebesar 100%; 2) pendapatan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD Bagian Lembaga Keuangan Bank - PT. Bank Pembangunan Daerah (Bank Jabar) dengan pencapaian target sebesar 100%; 3) pendapatan Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta - PT. Bangun Askrida dengan pencapaian target sebesar 100%.

Selain itu, masih terdapat kelompok pendapatan yang menunjukkan prestasi yang menonjol yaitu pada kelompok pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah dan Dana Perimbangan. Pada kelompok pendapatan Lain-Lain PAD yang Sah yaitu pada Pendapatan dari Sewa – Sewa Tanah dan Bangunan dengan pencapaian target sebesar 128,38%.

Kemudian pada kelompok pendapatan Dana Perimbangan yaitu Bagi Hasil Pajak - Bagi hasil dari PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Dalam Negeri dan PPh Pasal 21 dengan pencapaian target sebesar 137,15%.

Berikut realisasi dan pencapaian target pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016

(UNAUDITED) % PENDAPATA N DAERAH

URAIAN PENDAPATA N

TARGET

REALISASI

(PERUBAHA N APBD)

27.694.035.120.859,00 104,54 PENDAPATA N ASLI DAERAH

17.042.895.113.672,00 104,77 PAJAK DAERAH

Pajak Kendaraan Bermotor

6.185.202.921.550,00 104,33 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

4.984.049.418.600,00 108,19 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

2.185.561.758.512,00 99,17 Pajak Air

64.842.726.501,00 115,42 Pajak Rokok

RETRIBUSI DAERAH

73.504.738.396,00 105,09 Retribusi Jasa Umum

Retribusi Pelayanan Kesehatan

15.892.605.562,00 92,98 Retribusi Pelayanan Uji Tera/Tera Ulang

9.357.344.250,00 93,07 Retribusi Pelayanan Pendidikan

Retribusi Jasa Usaha

10.530.798.989,00 110,43 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

371.462.200,00 104,67 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

6.981.877.500,00 134,38 Retribusi Penyebrangan di Air

87.975.500,00 103,78 Retribusi Penjualan Produksi usaha Daerah

Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Izin Trayek

1.272.621.330,00 115,69 Retribusi Izin Usaha Perikanan

75.951.750,00 116,85 Retribusi Perpanjangan IMTA

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH

322.402.263.906,00 96,34 YANG DIPISA HKA N Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah / BUMD

321.743.106.876,00 96,33 Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada

2.287.823.159,00 15,62 Daerah

Perusahaan Daerah Perusahaan Milik

PD. Jasa dan Kepariwisataan

2.287.823.159,00 100,00 PT. Jasa Sarana

Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Lembaga Keuangan Bank

PT. Bank Pembangunan Daerah (Bank Jabar)

314.607.553.360,00 100,00 PT. Bank Perkreditan Rakyat

3.286.789.384,00 96,81 Lembaga Prekreditan Kecamatan (PDPK)

442.427.146,00 32,93 PT. JAMKRIDA

Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan / Milik Swasta

PT. Bangun Askrida

LAIN-LAIN PAD YANG SAH

919.504.521.579,00 108,32 Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan

Pelepasan hak atas tanah

Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas

Penjualan kendaraan dinas roda 4

3.062.160.000,00 100,00 Penjualan drum bekas

URAIAN PENDAPATA N

TARGET

REALISASI

(PERUBAHA N APBD)

(UNAUDITED) %

- Jasa Giro

Penjualan bahan-bahan bekas bangunan

Jasa Giro Kas Daerah

28.945.187.756,00 115,78 Jasa Giro Pemegang Kas

Pendapatan Bunga

Rekening Deposito pada Bank Jabar (PAD)

Tuntutan Ganti Rugi (TGR)

Kerugian Uang Daerah

Kerugian Barang Daerah

Keterlambat an

Pelaksanaan Pekerjaan

Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup

7.040.000,00 - Bidang Pekerjaan Umum

Pendapatan Denda Pajak

Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Bermotor

184.567.849.200,00 102,35 Pendapatan Denda BBNKB

6.364.996.600,00 112,74 Pendapatan Denda Pajak Air Permukaan

Pendapatan dari Pengembalian

1.230.493.985,00 - Pendapatan dari Pengembalian Taspen

Pendapatan dari Pengembalian Belanja

251.394.278,00 - Pendapatan dari Dana Bantuan Operasional Siswa (BOS)

6.751.314.135,00 - Pendapatan dari Pengembalian Belanja Hibah

7.923.139.368,00 - Pendapatan dari Pengembalian Belanja Bantuan

6.048.060,00 - Sosial

Pendapatan Sewa/Jasa

Sewa Tanah/Bangunan

20.570.825.776,00 128,38 Sewa Tempat Olah Raga

Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Pendapatan BLUD Rumah Sakit Al Ihsan

195.793.913.159,00 79,98 Pendapatan BLUD Rumah Sakit Jiwa

17.984.819.144,00 112,41 Pendapatan BLUD Rumah Sakit Pameungpeuk

35.353.179,00 - Penerimaan Lain-lain PAD

Hasil Pengelolaan Dana Bergulir

33.927.346.109,00 - DANA PERIMBA NGA N

10.622.671.443.683,00 104,19 Dana Bagi Hasil Pajak /Bagi Hasil Bukan Pajak

1.778.216.936.253,00 127,40 Bagi Hasil Pajak

Bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

186.018.102.096,00 134,71 Bagi hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25

dan Pasal 29 Wajib Pajak orang pribadi dalam

1.211.362.929.543,00 137,15 negeri dan PPh Pasal 21

Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam

328.492.800,00 100,00 Bagi Hasil dari Iuran Tetap/ Landrent

Bagi hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)

2.008.540.857,00 115,12 Bagi Hasil dari Iuran Ekplorasi dan Iuran Eksploitasi

(Royalty)

6.272.346.585,00 136,72 Bagi hasil dari Pungutan Pertambangan Minyak

28.595.560.554,00 100,00 Bagi hasil dari Pungutan Pertambangan Gas Alam

Bumi

119.216.718.448,00 100,32 Bagi hasil dari Pungutan Pertambangan Panas Bumi

127.021.614.094,00 102,88 Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus

LAIN-LAIN PENDAPATA N YANG SAH

28.468.563.504,00 99,30 Pendapatan Hibah

3.477.763.504,00 94,56 Pendapatan Hibah dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri

Pendapatan Hibah dari Pemerintah

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

Dana Penyesuaian

3.2.3 Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

1. Pajak Daerah

Permasalahan yang dihadapi dalam Pajak Daerah meliputi:

a) Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pembayarannya secara tepat waktu serta pemahaman terhadap ketentuan pemberlakukan pajak progresif, masih perlu terus ditingkatkan;

b) Belum seluruh Wapu/Badan Usaha PBBKB yang terdaftar di wilayah Jawa Barat, melaporkan kegiatan usahanya secara rutin;

c) Ketersediaan saran dan prasarana layanan perpajakan di CPDP/Samsat belum seluruhnya terstandarisasi sesuai kebutuhan dan perubahan regulasi yang ada;

d) Akses data terhadap penerimaan dan perhitungan transfer penerimaan pajak Rokok dari Kementerian Keuangan, masih terbatas sehingga mempengaruhi tingkat akurasi perhitungan target Pajak Rokok, yang baru diberlakukan mulai tahun anggaran 2014.

2. Retribusi Daerah

Permasalahan yang dihadapi dalam Retribusi Daerah meliputi:

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Pemanfaatan sarana dan prasarana pelayanan retribusi yang belum optimal;

c) Masih belum optimalnya kualitas aparatur pengelola retribusi;

d) Tingkat kepatuhan wajib retribusi yang perlu terus ditingkatkan;

e) Belum seluruh OP Pemungut retribusi memiliki formula baku untuk penetapan

target dan standar biaya operasional pemungutan retribusi daerah.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Permasalahan yang dihadapi dalam Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan meliputi:

a) Belum optimalnya

perusahaan daerah dalam mengimplementasikan prinsip prinsip pengelolaan perusahaan yang baik ( good corporate governance);

manajemen

b) Belum optimalnya kualitas SDM pengelola perusahaan dalam menyikapi persaingan usaha yang makin kuat di daerah;

c) Belum optimalnya sinergi bisnis antara sesama BUMD maupun dengan BUMN.

4. Lain-lain PAD yang Sah

Permasalahan yang dihadapi dalam Lain-lain PAD yang Sah meliputi:

a) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;

b) Belum optimalnya kualitas aparatur pengelola;

c) Ketersediaan perangkat hukum dalam pengelolaan Lain-lain PAD yang Sah masih belum sepenuhnya lengkap, termasuk dalam sistem pengendalian dan pengawasannya.

5. Dana Perimbangan

Permasalahan yang dihadapi dalam Dana Perimbangan meliputi:

a) Penerimaan dana bagi hasil pajak pusat (PBB, PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29 WP OPDN) masih belum optimal karena belum ditunjang oleh keakuratan data objek dan subjek pajak serta tingkat kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak yang harus terus ditingkatkan;

b) Belum optimalnya data potensi sumber daya alam yang ada di kabupaten/kota sebagai dasar perhitungan dana perimbangan;

c) Masih terjadinya keterlambatan pemerintah daerah penghasil migas dalam menyampaikan perhitungan, monitoring data produksi dan lifting Migas sehingga berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dana bagi hasil sumber daya alam;

d) Dalam penggunaan Dana Bagi Hasil dari Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) masih dihadapkan pada permasalahan pada ketidakselarasan program penggunaan DBH di pusat dan daerah, sesuai roadmap kegiatan DBHCHT dari kementrian perdagangan;

e) Penetapan alokasi DBHCHT ke daerah melalui Peraturan Menteri Keuangan, dilakukan setelah APBD ditetapkan, sehingga pelaksanaanya harus dilakukan setelah APBD perubahan. Kondisi ini menjadikan pelaksanaannya tidak optimal karena sisa waktu anggaran yang tersedia menjadi terbatas.

b. Solusi

1. Pajak Daerah

Solusi untuk pemecahan masalah pada Pajak Daerah, meliputi:

a) Optimalisasi intensifikasi pendapatan pajak daerah melalui peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dan penertiban administrasi, seperti dilakukan Operasi Gabungan dengan Mitra POLRI, Penelusuran/Sensus Kendaraan

Ulang melalui pihak Kecamatan/Kelurahan, maupun perorangan dimana setiap pegawai Cabang

Tidak

melakukan

Daftar Daftar

b) Peningkatan standardisasi sarana dan prasarana pelayanan di seluruh CPDP/ Samsat melalui pemanfaatan kegiatan revitalisasi gedung;

c) Penyempurnaan ketatalaksanaan pelayanan perpajakan, melalui perbaikan dan penambahan SOP, Standar Pelayanan, pemeliharaan ISO 9001:2008, penambahan outlet pelayanan, peningkatan layanan info pajak kendaraan serta pencanangan layanan PKB Tahunan melalui e-Samsat pada ATM Bank BJB yang tersebar di 1.300 titik ATM milik Bank BJB;

d) Melakukan penyempurnaan sistem layanan perpajakan melalui sentralisasi program aplikasi samsat online se Jawa Barat. Selain itu telah dilakukan pula integrasi data base wajib pajak dengan NIK pada program e-KTP dengan data base kepolisian daerah;

e) Meningkatkan sosialisasi yang makin massif terhadap seluruh pemilik

kendaraan bermotor, terkait kebijakan penerapan pajak progresif;

f) Melakukan penelusuran Wapu yang melakukan transaksi di wilayah Jawa Barat berdasarkan catatan dari BPH Migas;

g) Meningkatkan koordinasi dengan seluruh OPD Provinsi dan Kab/kota serta BPH Migas dalam rangka persiapan pelaksanaan pendataan/ cross check data laporan Wapu ke perusahaan dan rekonsiliasi dengan data BPH Migas.

2. Retribusi Daerah

Solusi untuk pemecahan masalah pada Retribusi Daerah, meliputi:

a) Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi retribusi daerah yang diorientasikan pada tarif dan potensinya;

b) Pemenuhan sarana prasarana dan fasilitas pelayanan lainnya sesuai dengan upaya pemenuhan standar pelayanan secara bertahap;

c) Penambahan aparatur pengelola retribusi yang potensial, dengan melakukan alih tugas antar OPD lingkup pemerintah provinsi serta melanjutkan keperansertannya dalam pelaksanaan diklat teknis/ fungsional untuk para pengelola retribusi bersangkutan;

d) Menyempurnakan model dan metode sosialisasi peraturan daerah tentang retribusi daerah secara berkesinambungan;

e) Melakukan penyusunan formula penetapan target dan standar biaya operasional pemungutan retribusi daerah.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Solusi untuk pemecahan masalah pada Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, meliputi:

a) Meningkatkan koordinasi dengan manajemen BUMD dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik, guna memperkuat daya saingnya serta kontribusinya dalam penguatan perekonomian masyarakat daerah;

b) Meningkatkan koordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengisian jabatan pimpinan BUMD perbankan guna penguatan profesionalitas manajemen perbankan daerah;

c) Meningkatkan peran dan fungsi forum BUMD, sebagai wahana koordinasi dan konsultasi antar perusahaan daerah dalam memperkuat skala usaha serta permasalahan dalam manajemen pengelolaan usaha yang menjadi core bussiness-nya.

4. Lain-lain PAD yang Sah

Solusi untuk pemecahan masalah pada Lain-lain PAD yang Sah, meliputi:

a) Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Lain-lain PAD yang Sah;

b) Melakukan penyegaran maupun penambahan aparatur pengelola serta melanjutkan keperansertaannya dalam berbagai diklat teknis subtanstif dan fungsional;

c) Melaksanakan review peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan lain

lain PAD yang Sah serta sosialisasinya kepada stakeholder terkait.

5. Dana Perimbangan

Solusi untuk pemecahan masalah Dana Perimbangan, meliputi:

a) Meningkatkan dukungan dan fasilitasi kepada KPP dan Kanwil DJP Jabar I dan

II dengan membuat regulasi terkait pendaftaran wajib pajak cabang/lokasi bagi pelaku yang melakukan usaha dan/atau pekerjaan di Jawa Barat;

b) Guna memperkuat informasi dalam perhitungan lifting migas dan penyaluran dana bagi hasil SDA, pada setiap triwulan dilakukan perhitungan bersama Kementrian ESDM, Kementrian Keuangan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota penghasil;

c) Menyelenggarakan rapat koordinasi dan fasilitasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dana perimbangan;

d) Mengusulkan pengkajian kembali kebijakan earnmarking DBHCHT yang sejalan dengan roadmap pemanfaatan DBHCHT.

3.3 Belanja Daerah

3.3.1 Kebijakan Belanja Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dan pemerintah desa, belanja bantuan keuangan kepada kabupaten/kota dan pemerintahan, dan belanja tidak terduga. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal.

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan serta memicu kreativitas dan inovasi dalam percepatan pembangunan Jawa Barat yang tepat sasaran menuju Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis, dan Sejahtera.

Kebijakan Belanja Daerah secara umum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi hendaknya proporsional;

b. Secara kewilayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional. Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diberikan anggaran penyeimbang.

Kebijakan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 diarahkan untuk mendukung pencapaian target RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, target pencapaian IPM, dukungan terhadap MDGs, dan program prioritas Nasional. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, perencanaan pembangunan diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan Kebijakan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 diarahkan untuk mendukung pencapaian target RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018, RKPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, target pencapaian IPM, dukungan terhadap MDGs, dan program prioritas Nasional. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, perencanaan pembangunan diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan

Kebijakan Belanja Daerah Tahun 2016 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain meliputi :

1. Pendanaan untuk pencapaian IPM merujuk kepada RPJPD Provinsi Jawa Barat 2005- 2025 dan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008;

2. Program dan kegiatan prioritas RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018;

3. Pendukungan percepatan program pembangunan yang berkeadilan, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkelanjutan (Pro- Growth, Pro-Job, Pro-Poor and Pro-Environment); Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 (Pro Rakyat, Pro Keadilan untuk Semua (Justice For All) dan Millenium Development Goals (MDGs), penuntasan Kemiskinan, pemuliaan Difabel, dan penanganan PMKS;

4. Realisasi Janji Kampanye Gubernur Provinsi Jawa Barat Terpilih Tahun 2013-2018;

5. Pengalokasian anggaran untuk belanja pemenuhan urusan (26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan), dikaitkan dengan urusan yang menjadi kewenangan daerah sesuai tugas dan fungsi OPD/Biro;

6. Pendanaan kegiatan Common Goals Tematik Sektoral dan Tematik Kewilayahan;

7. Pengalokasian anggaran untuk belanja yang persentasenya telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan: a) Alokasi anggaran untuk fungsi pendidikan sebesar 20% dari total belanja, dalam rangka peningkatan Indeks Pendidikan; b) Alokasi anggaran untuk urusan kesehatan, secara bertahap 10% dari total belanja di luar gaji, dalam rangka peningkatan Indeks Kesehatan; c) Alokasi anggaran untuk bidang infrastruktur (pemeliharaan jalan dan moda transportasi umum) minimal 10% dari total PKB, PBBKB dan BBNKB sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-undang Nomor

28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah; dan d) Pengalokasian anggaran bidang perekonomian masyarakat dan infrastruktur penunjang perekonomian diupayakan sebesar 10%, dalam rangka peningkatan Indeks Daya Beli;

8. Perencanaan dan pembangunan desa/kecamatan perbatasan antar provinsi dan lintas kabupaten/kota;

9. Dukungan PON XIX Tahun 2016 dan PEPARNAS XV Tahun 2016;

10. Pelaksanaan Kegiatan Unggulan Provinsi (Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 500/Kep/66-Org/2014);

11. Dukungan Sinergitas Pembangunan Lintas Pemerintahan;

12. Dukungan kepada komunitas masyarakat tertentu (community outreached).

13. Dukungan Bina Bakti Lingkungan Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Fasos dan Fasum);

14. Pengembangan klaster industri dan klaster wisata serta inovasi berbasis penerapan IPTEK;

15. Program/kegiatan multi pihak pusat – daerah (Rencana Aksi Multipihak – Implementasi Pekerjaan/RAM-IP);

16. Pengalokasian anggaran untuk belanja wajib dan mengikat, yaitu: a) belanja bagi hasil, b) belanja pegawai, c) belanja untuk operasional kantor (belanja administrasi perkantoran dan pelayanan dasar), dan d) dukungan program Prioritas Nasional (antara lain: dana pendamping DAK dan PNPM);

17. Pengalokasian anggaran yang diarahkan (earmarked), yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT), Pajak Rokok dan dana BOS Pemerintah;

18. Perencanaan pembangunan 3 (tiga) metropolitan dan 3 pusat pertumbuhan;

19. Bantuan Keuangan Kabupaten/Kota, Bantuan Desa, Hibah, Bantuan Sosial dan Subsidi.

20. Pendanaan kegiatan yang bersifat lanjutan (komitmen program);

21. Pendanaan kegiatan yang bersifat terobosan (program baru);

22. Pendanaan kegiatan yang mampu mengungkit performance Jawa Barat secara signifikan dalam merespon isu dan permasalahan pembangunan di Jawa Barat ;

23. Pendanaan revitalisasi dan reorientasi seluruh UPTD/Balai/instalasi.

3.3.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah

Belanja Daerah pada Tahun Anggaran 2016 dianggarkan sebesar Rp.29.493.210.807.883,00. Dari jumlah tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp.27.621.965.490.807,00 atau 93,66%. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk Belanja Tidak Langsung sebesar Rp.22.807.901.948.556,00 dan Belanja Langsung dialokasikan sebesar Rp.6.685.308.859.327,00. Belanja Tidak Langsung dapat direalisasikan sebesar Rp.21.748.500.856.927,00 atau 95,36% sedangkan Belanja Langsung dapat direalisasikan sebesar Rp.5.873.464.633.880,00 atau 87,86%. Rincian Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah disajikan dalam Tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2

Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016

Pencapaian Belanja Daerah

Anggaran

Realisasi

(Perubahan APBD)

(Rp)

Target

% BELANJA DAERAH

(Rp)

29.493.210.807.883,00 27.621.965.490.807,00 93,66 1. BELANJA TIDAK

22.807.901.948.556,00 21.748.500.856.927,00 95,36 LANGSUNG

1.835.034.707.679,00 93,39 b. Belanja Subsidi

a. Belanja Pegawai

14.999.772.000,00 99,99 c. Belanja Hibah

9.854.923.609.133,00 96,80 d. Belanja Bantuan Sosial

9.940.000.000,00 54,08 e. Belanja Bagi Hasil

6.393.271.239.759,00 97,27 f. Belanja Bantuan Keuangan

3.640.311.644.356,00 90,39 g. Belanja Tidak Terduga

2. BELANJA LANGSUNG

a. Belanja Pegawai

233.811.805.839,00 89,88 b. Belanja Barang dan Jasa

2.780.297.204.480,00 89,77 c. Belanja Modal

2.859.355.623.561,00 85,92 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja Tidak Langsung dari alokasi sebesar Rp.22.807.901.948.556,00 direalisasikan sebesar Rp.21.748.500.856.927,00 atau 95,36%. Rincian anggaran dan realisasi Belanja Tidak Langsung adalah sebagai berikut:

a) Belanja Pegawai dialokasikan sebesar Rp.1.964.995.266.290,00 direalisasikan sebesar Rp.1.835.034.707.679,00 atau 93,39%;

b) Belanja Subsidi dialokasikan sebesar Rp.15.000.000.000,00 direalisasikan Rp.14.999.772.000,00 atau 99,99%;

c) Belanja Hibah dialokasikan sebesar Rp.10.180.627.452.113,00 direalisasikan sebesar Rp.9.854.923.609.133,00 atau 96,80%, yang diperuntukkan:

1) Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat sebesar Rp.127.641.689.000,00, meliputi Belanja Hibah kepada: (a) BKKBN Provinsi Jawa Barat; (b) Kepolisian Daerah Jawa Barat; (c) Panglima Kodam III/Siliwangi; (d) Pangkalan TNI Angkatan Udara Sulaiman; (e) Kodiklat TNI Angkatan Darat Bandung; (f) Lantamal III Kota Cirebon; (g) Pangkalan TNI AU Suryadarma Subang; (h) Universitas Pendidikan Indonesia; (i) Institut Teknologi Bandung; dan (j) Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat.

2) Belanja Hibah kepada Badan, Lembaga, Organisasi Kemasyarakatan yang Berbadan Hukum sebesar Rp.2.249.626.070.133,00, meliputi Belanja Hibah kepada:

(a) Revitalisasi Kobong; (b) Pembangunan masjid; (c) Pembangunan sarana-prasarana bimbingan Haji dan Umroh; (d) Bidang Pendidikan (pembangunan Ruang Kelas Baru sekolah swasta,

Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) kepada sekolah swasta, kesejahteraan guru madrasah diniyah, dan Bidang Pendidikan lainnya);

(e) Bidang Kesehatan (PMI Jawa Barat, PPTI Wilayah Jawa Barat, dan Bidang Kesehatan lainnya); (f) Bidang Lingkungan Hidup; (g) Bidang Sosial (kegiatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dan

Bidang Sosial lainnya); (h) Bidang Ketenagakerjaan; (i) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (penambahan modal kerja,

sarana prasarana dan peningkatan SDM pada Dekopinda, Dewan Koperasi Indonesia Daerah, serta Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah lainnya);

(j) Bidang Kebudayaan dan Pariwisata (Revitalisasi Bangunan Keraton, Sarana dan Prasarana Sanggar Seni Genderang Budaya Cikarang, serta Bidang Kebudayaan dan Pariwisata lainnya);

(k) Bidang Kepemudaan dan Olahraga (Formi, Karang Taruna, KNPI, Operasional dalam rangka Persiapan, Pelaksanaan dan Pasca PON XIX dan Pekan Paralympic Nasional XV Provinsi Jawa Barat, KONI, NPCI, serta Bidang Kepemudaan dan Olahraga lainnya);

(l) Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Program Kerja Forum Pembauran Kebangsaan Provinsi Jawa Barat, Lembaga Lanjut Usia Indonesia Provinsi Jawa Barat, Gerakan Pramuka di Jawa Barat, serta Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri lainnya);

(m) Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PPDI, APDESI, serta Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa lainnya); (n) Bidang Perpustakaan (pengadaan kamus bahasa sunda versi digital, peningkatan kapasitas organisasi IKAPI, dan Bidan Perpustakaan lainnya); dan

(o) Bidang Pertanian (Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia, Ketua Ikatan Penyuluh Perikanan IPKANI, dan Bidang Pertanian lainnya).

3) Belanja Hibah BOS (Pusat) sebesar Rp.7.477.655.850.000,00, meliputi: (a) Belanja Hibah BOS (Pusat) kepada Satuan Pendidikan Dasar sebesar Rp.5.372.473.050.000,00. Rincian dapat disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

BOS Pusat Kepada Satuan Pendidikan Dasar Tahun Anggaran 2016

REALISASI NO

KABUPATEN / KOTA (Rp.)

1 Kabupaten Bandung 436.389.100.000,00 2 Kabupaten Bandung Barat

186.446.750.000,00 3 Kabupaten Bekasi

350.985.850.000,00 4 Kabupaten Bogor

601.172.500.000,00 5 Kabupaten Ciamis

118.465.900.000,00 6 Kabupaten Cianjur

294.768.250.000,00 7 Kabupaten Cirebon

241.176.200.000,00 8 Kabupaten Garut

339.070.050.000,00 9 Kabupaten Indramayu

193.697.750.000,00 10 Kabupaten Karawang

270.550.650.000,00 11 Kabupaten Kuningan

124.865.150.000,00 12 Kabupaten Majalengka

131.420.700.000,00 13 Kabupaten Pangandaran

40.572.150.000,00 14 Kabupaten Purwakarta

120.131.350.000,00 15 Kabupaten Subang

178.647.200.000,00 16 Kabupaten Sukabumi

279.128.100.000,00 17 Kabupaten Sumedang

131.081.250.000,00 18 Kabupaten Tasikmalaya

197.788.450.000,00 19 Kota Bandung

280.425.200.000,00 20 Kota Banjar

20.747.350.000,00 21 Kota Bekasi

286.693.800.000,00 22 Kota Bogor

122.553.650.000,00 23 Kota Cimahi

63.449.150.000,00 24 Kota Cirebon

48.185.150.000,00 25 Kota Depok

191.012.700.000,00 26 Kota Sukabumi

42.402.050.000,00 27 Kota Tasikmalaya

Sumber : Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

(b) Belanja Hibah BOS (Pusat) kepada Satuan Pendidikan Menengah sebesar Rp.2.105.182.800.000,00. Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

BOS Pusat Kepada Satuan Pendidikan Menengah Jenjang

Tahun Anggaran 2016

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI (Rp.)

1 Kabupaten Bandung 127.424.150.000,00 2 Kabupaten Bandung Barat

60.611.600.000,00 3 Kabupaten Bekasi

133.715.400.000,00 4 Kabupaten Bogor

225.348.200.000,00 5 Kabupaten Ciamis

42.741.650.000,00 6 Kabupaten Cianjur

88.366.950.000,00 7 Kabupaten Cirebon

93.807.700.000,00 8 Kabupaten Garut

105.751.100.000,00 9 Kabupaten Indramayu

84.137.550.000,00 10 Kabupaten Karawang

115.907.400.000,00 11 Kabupaten Kuningan

56.266.000.000,00 12 Kabupaten Majalengka

50.580.250.000,00 13 Kabupaten Pangandaran

13.564.950.000,00 14 Kabupaten Purwakarta

43.257.550.000,00 15 Kabupaten Subang

69.334.300.000,00 16 Kabupaten Sukabumi

83.316.800.000,00 17 Kabupaten Sumedang

49.387.800.000,00 18 Kabupaten Tasikmalaya

63.906.150.000,00 19 Kota Bandung

152.606.650.000,00 20 Kota Banjar

14.526.750.000,00 21 Kota Bekasi

139.071.450.000,00 22 Kota Bogor

74.803.400.000,00 23 Kota Cimahi

37.255.400.000,00 24 Kota Cirebon

31.021.550.000,00 25 Kota Depok

79.615.900.000,00 26 Kota Sukabumi

26.203.100.000,00 27 Kota Tasikmalaya

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

d) Belanja Bantuan Sosial dialokasikan sebesar Rp.18.380.000.000,00 direalisasikan sebesar Rp.9.940.000.000,- atau 54,08%;

e) Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dialokasikan

direalisasikan sebesar Rp.6.393.271.239.759,- atau 97,27%. Realisasi Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa sebesar Rp.6.393.271.239.759,- terdiri

sebesar

Rp.6.572.457.593.224,00

Kabupaten/Kota sebesar Rp.6.392.971.712.365,00 dan Bagi Hasil Retribusi kepada Kabupaten/Kota sebesar Rp.299.527.394,00. Adapun rincian Belanja Bagi Hasil Pajak dan Retribusi kepada Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

- Rincian Realisasi Belanja Bagi Hasil Pajak kepada Kabupaten/Kota sebesar Rp.6.392.971.712.365,00 berdasarkan Kabupaten/Kota selengkapnya dapat disajikan dalam Tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5

Rincian Realisasi Belanja Bagi Hasil Pajak Kepada Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016 (Berdasarkan Kabupaten/Kota)

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI

1 Kabupaten Bandung 381.354.984.993 2 Kabupaten Bandung Barat

202.700.663.446 3 Kabupaten Bekasi

562.895.649.446 4 Kabupaten Bogor

577.023.348.996 5 Kabupaten Ciamis

102.881.726.955 6 Kabupaten Cianjur

189.559.717.701 7 Kabupaten Cirebon

237.550.454.194 8 Kabupaten Garut

175.870.138.432 9 Kabupaten Indramayu

181.426.775.471 10 Kabupaten Karawang

343.679.970.535 11 Kabupaten Kuningan

102.280.026.830 12 Kabupaten Majalengka

122.521.101.915 13 Kabupaten Pangandaran

36.815.590.316 14 Kabupaten Purwakarta

137.011.123.698 15 Kabupaten Subang

160.710.138.094 16 Kabupaten Sukabumi

202.838.108.925 17 Kabupaten Sumedang

113.033.738.140 18 Kabupaten Tasikmalaya

120.510.157.698 19 Kota Bandung

742.941.917.490 20 Kota Banjar

22.333.672.338 21 Kota Bekasi

715.262.630.045 22 Kota Bogor

199.830.168.384 23 Kota Cimahi

107.318.950.820 24 Kota Cirebon

73.526.744.624 25 Kota Depok

433.858.878.685 26 Kota Sukabumi

55.872.280.577 27 Kota Tasikmalaya

6.392.971.712.365 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

JUMLAH

- Rincian Realisasi Belanja Bagi Hasil Pajak kepada Kabupaten/Kota sebesar Rp.6.392.971.712.365,00 berdasarkan komponen belanja selengkapnya dapat disajikan dalam Tabel 3.6 sebagai berikut:

Tabel 3.6

Rincian Realisasi Belanja Bagi Hasil Pajak Kepada Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016 (Berdasarkan Komponen Belanja)

No

BELANJA BAGI HASIL

REALISASI

1 Belanja Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1.757.783.179.635 2 Belanja Bagi hasil PKB yang belum disalurkan Tahun 2015

64.747.320.195 3 Belanja Bagi Hasil Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

1.381.346.034.300 4 Belanja Bagi hasil BBNKB yang belum disalurkan Tahun 2015

79.892.955.150 5 Bagi Hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB)

1.404.759.127.118 6 Belanja Bagi hasil PBBKB yang belum disalurkan Tahun 2015

141.277.552.572 7 Bagi Hasil Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air Permukaan

27.882.495.594 8 Bagi hasil Pajak Pengambilan & Permukaan Air Permukaan yang belum

2.019.166.936 disalurkan Tahun 2015 9 Bagi Hasil Pajak Rokok

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

- Realisasi Belanja Bagi Hasil Retribusi kepada Kabupaten/Kota sebesar Rp.299.527.394,00 merupakan Belanja Bagi Hasil kepada PUSKUD MINA sebesar Rp.149.763.697,00 dan Belanja Bagi Hasil kepada HNSI sebesar Rp.149.763.697,00.

f) Bantuan Keuangan dialokasikan sebesar Rp.4.027.435.706.096,00 dengan

realisasi sebesar Rp.3.640.311.644.356,00 atau 90,39% yang terdiri dari:

(1) Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi sebesar Rp.9.500.000.000,00, yaitu Bantuan Keuangan kepada Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

(2) Belanja

Kabupaten/Kota sebesar Rp.3.281.133.937.050,00. Rincian selengkapnya dapat disajikan dalam Tabel

3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Rincian Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten/Kota

Tahun Anggaran 2016

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI

1 Kabupaten Bandung 181.845.346.350 2 Kabupaten Bandung Barat

75.689.032.852 3 Kabupaten Bekasi

23.832.585.374 4 Kabupaten Bogor

79.687.319.810 5 Kabupaten Ciamis

212.334.095.983 6 Kabupaten Cianjur

141.169.230.500 7 Kabupaten Cirebon

137.897.678.925 8 Kabupaten Garut

358.096.736.355 9 Kabupaten Indramayu

270.915.114.998 10 Kabupaten Karawang

64.875.127.000 11 Kabupaten Kuningan

101.927.197.900 12 Kabupaten Majalengka

145.352.904.600 13 Kabupaten Pangandaran

64.873.384.925 14 Kabupaten Purwakarta

29.023.483.000 15 Kabupaten Subang

47.782.905.670 16 Kabupaten Sukabumi

105.283.100.500 17 Kabupaten Sumedang

140.851.084.926 18 Kabupaten Tasikmalaya

526.936.487.871 19 Kota Bandung

76.132.000.409 20 Kota Banjar

99.630.102.239 21 Kota Bekasi

69.243.850.700 22 Kota Bogor

57.098.710.847 23 Kota Cimahi

34.400.190.120 24 Kota Cirebon

23.459.034.208 25 Kota Depok

6.631.819.700 26 Kota Sukabumi

22.494.354.600 27 Kota Tasikmalaya

JUMLAH 3.281.133.937.050

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

(3) Belanja Bantuan Keuangan kepada Desa sebesar Rp.347.440.000.000,00. Rincian mengenai Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun Anggaran 2016, disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Rincian Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa Tahun Anggaran 2016

NO KABUPATEN / KOTA REALISASI A Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa dan

344.910.000.000 Infrastruktur Perdesaan

1 Kabupaten Bandung

2 Kabupaten Bandung Barat

3 Kabupaten Bekasi

4 Kabupaten Bogor

5 Kabupaten Ciamis

6 Kabupaten Cianjur

7 Kabupaten Cirebon

8 Kabupaten Garut

9 Kabupaten Indramayu

10 Kabupaten Karawang

11 Kabupaten Kuningan

12 Kabupaten Majalengka

13 Kabupaten Pangandaran

14 Kabupaten Purwakarta

15 Kabupaten Subang

16 Kabupaten Sukabumi

17 Kabupaten Sumedang

18 Kabupaten Tasikmalaya

19 Kota Banjar

B Bantuan Keuangan Kepada Desa di bidang lainnya 2.530.000.000 JUMLAH

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 sebelum audit BPK RI

(4) Belanja

Partai Politik sebesar Rp.2.237.707.306,00.

g) Belanja Tidak Terduga dialokasikan sebesar Rp.29.005.930.833,00 dengan realisasi sebesar Rp.19.884.000,00 atau 0,07%. Realisasi Belanja Tidak Terduga digunakan untuk pengembalian kelebihan penerimaan retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) tahun 2015 pada PT. Kahatex Cimahi sebesar Rp.3.582.000,00 dan PT. Grace Hill Garments Indonesia sebesar Rp.16.302.000,00.

2. Belanja Langsung

Untuk Belanja Langsung dari alokasi sebesar Rp.6.685.308.859.327,00 direalisasikan sebesar Rp.5.873.464.633.880,00 atau 87,86%, dengan rincian sebagai berikut:

a) Belanja Pegawai dialokasikan sebesar Rp.260.145.578.711,00 direalisasikan sebesar Rp.233.811.805.839,00 atau 89,88%; a) Belanja Pegawai dialokasikan sebesar Rp.260.145.578.711,00 direalisasikan sebesar Rp.233.811.805.839,00 atau 89,88%;

c) Belanja Modal dialokasikan sebesar Rp.3.327.977.342.455,00 direalisasikan sebesar Rp.2.859.355.623.561,00 atau 85,92%.

3.3.3 Permasalahan dan Solusi

a. Permasalahan

Secara keseluruhan dalam pelaksanaan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, realisasi anggaran belanja relatif tinggi yaitu sebesar 93,66%. Realisasi pada Belanja Tidak langsung sebesar 95,36% dan Realisasi Belaja Langsung sebesar 87,86%. Permasalahan yang ditemui pada Belanja adalah:

▪ APBD pada awal tahun belum dapat dilaksanakan dengan optimal disebabkan proses administrasi masih dalam proses penyelesaian; ▪ Rencana belanja belum seluruhnya dapat dilaksanakan oleh SKPD terutama terkait dengan pengadaaan barang dan Jasa dan Belanja Modal. ▪ Diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah membawa kearah kondisi kehati-hatian yang lebih tinggi khususnya berkaitan dengan Belanja Hibah yang tidak lagi dapat diberikan kepada masyarakat.

Sebagaimana ketentuan Pasal 298 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Belanja Hibah hanya diberikan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lain, BUMN atau BUMD, dan/atau Badan, Lembaga serta Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia.

▪ Adanya efisiensi/penghematan beberapa belanja pada SKPD.

b. Solusi

▪ Percepatan penyelesaian administrasi pelaksanaan APBD; ▪ Meningkatkan pengendalian dan monitoring pelaksanaan program dan kegiatan melalui

koordinasi berjenjang serta memberikan peringatan kepada SKPD yang target kinerjanya tidak tercapai;

▪ Penyesuain regulasi terkait pengelolaan keuangan sebagai akibat adanya perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah.

3.4 Pembiayaan Daerah

3.4.1 Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, adapun penerimaan pembiayaan tersebut bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. Pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, meningkatkan adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian ( prudential management), professional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan pendapatan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan pembiayaan yang lain kecuali SiLPA.

Penerimaan kembali penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat membuka kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan untuk melakukan pinjaman sebagai salah satu instrument pendanaan pembangunan daerah, yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya lainnya, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian ( prudential management), profesional, dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan daerah. Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut, adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi sector publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat.